0% found this document useful (0 votes)
44 views7 pages

Nauri Anggita Temesvari: Nauri@esaunggul - Ac.id

This document analyzes the involvement of health policy actors in the formation of Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform Regulation Number 30 Year 2013 regarding the functional positions and credit scores for health information management professionals. The key actors involved were professional organizations for health information management, associations for health information management education institutions, and the government. The regulation determined the levels of functional positions, qualifications for each level, and guidance for the positions. It was created to replace the previous regulation and adjust it according to current needs.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
44 views7 pages

Nauri Anggita Temesvari: Nauri@esaunggul - Ac.id

This document analyzes the involvement of health policy actors in the formation of Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform Regulation Number 30 Year 2013 regarding the functional positions and credit scores for health information management professionals. The key actors involved were professional organizations for health information management, associations for health information management education institutions, and the government. The regulation determined the levels of functional positions, qualifications for each level, and guidance for the positions. It was created to replace the previous regulation and adjust it according to current needs.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 7

Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

ANALISIS SEGITIGA KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM


PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PEREKAM MEDIS DAN ANGKA KREDITNYA
Nauri Anggita Temesvari
Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Esa Unggul Jakarta
Jl. Arjuna Utara No. 9 Kebon Jeruk Jakarta Barat
nauri@esaunggul.ac.id

Abstract
Health Information Management Workforce is one of many types health workforce which
is distributed in Indonesia, include clinic, primary healthcare, and hospital. In Ministry of
Health’s Regulation Number 55 in Year 2013 described about job describtion and
education’s qualification from Diploma, Bachelor, and Master Degree in Health
Information Management. To support the regulation, government made Ministry of
Administrative and Bureaucratic Reform’s Regulation Number 30 in Year 2013 about
functional job and credit score in Health Information Management Workforce. The
purpose of this research is to analyse the involvement triangle of health policy in making
Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform’s Regulation Number 30 in Year
2013 using qualitative method. Actor who involved in making this regulation are
organization of health information management’s professional, association of heatlh
information management education, and also government. The content of this
regulation are from determine to monitor the functional job’s level. The context of this
research are culture’s movement and social’s problem. The process in making this
regulation is for replacing the previous regulation which is adjusted in current condition.

Keywords: Policy Analysis, Functional Job, Health Information and Management


Professional

Abstrak
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (PMIK) merupakan jenis tenaga kesehatan
yang tersebar di setiap fasilitas kesehatan di Indonesia, baik klinik, puskesmas, maupun
rumah sakit. Pada Permenkes No. 55 Tahun 2013 menerangkan bahwa PMIK
mempunyai kewenangan sesuai dengan kualifikasi pendidikan mulai dari Ahli Madya
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Sarjana Terapan atau Sarjana Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan, dan Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Untuk
mendukung pemberdayaan PMIK berdasarkan kualifikasi pendidikannya kemudian
dibentuk juga pertauran pendukung yaitu Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 tentang
Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui keterlibatan segitiga kebijakan kesehatan dalam pembentukan Permenpan-
RB, yang terdiri dari aktor, konten, konteks, dan proses dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian, aktor yang terlibat antara lain organisasi
profesi perekam medis, asosiasi pengelola perguruan tinggi, dan juga pemerintah.
Konten dari Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 adalah jenis level jabatan fungsional,
kualifikasi pengangkatan tiap level jabatan, hingga pembinaan dari jabatan fungsional
tersebut. Konteks perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 adalah adanya
pergesaran budaya dalam pemanfaatan teknologi dan juga faktor sosial dalam
peningkatan jenjang karir sesuai kepakaran Perekam Medis. Sedangkan proses
perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 merupakan perubahan atas peraturan
sebelumnya dengan menyesuaikan kebutuhan yang ada di masyarakat.

Kata Kunci: Analisis Kebijakan, Jabatan Fungsional, Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan

Pendahuluan jenis tenaga kesehatan yang tersebar di


Perekam Medis dan Informasi setiap fasilitas kesehatan di Indonesia, baik
Kesehatan (PMIK) merupakan salah satu klinik, puskesmas, maupun rumah sakit.

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 14


Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

PMIK memfokuskan kegiatannya pada data publik semakin menguat mengingat


pelayanan kesehatan dan pengelolaan karakteristik unik yang ada pada sektor
sumber informasi pelayanan kesehatan kesehatan sangat kompleks yaitu
dengan menjabarkan sifat alami data, menyangkut hajat hidup masyarakat dan
struktur, dan menterjemahkannya ke ketidakpastian dalam kondisi sakit(2) .Untuk
berbagai bentuk informasi demi kemajuan membuat sebuah kebijakan kesehatan,
kesehatan dan pelayanan kesehatan perlu memperhatikan segitiga kebijakan
perorangan, pasien, dan masyarakat (1). yang terdiri dari aktor, konten, konteks dan
Pada Peraturan Menteri Kesehatan proses(3). Dengan adanya peraturan ini,
(Permenkes) No. 55 Tahun 2013 pasal 13 peneliti tertarik untuk menganalisis
menerangkan bahwa PMIK mempunyai penyusunan Peraturan Menpan RB Nomor
kewenangan sesuai dengan kualifikasi 30 Tahun 2013 menggunakan metode
pendidikan mulai dari Ahli Madya Rekam segitiga analisa kebijakan kesehatan.
Medis dan Informasi Kesehatan, Sarjana
Terapan Rekam Medis dan Informasi Metode Penelitian
Kesehatan, hingga Sarjana Rekam Medis Jenis penelitian ini adalah
dan Informasi Kesehatan, dan Magister menggunakan pendekatan kualitatif analitik
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. dengan menggunakan segitiga analisa
Peraturan yang telah disebutkan kebijakan kesehatan menilai dari aspek
sebelumnya juga didukung dengan aktor, konten, dan konteks dari Peraturan
Permenristekdikti No. 257 Tahun 2017 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
tentang Nama Program Studi pada dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Perguruan Tinggi terdiri dari level Diploma Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan
Tiga, Sarjana Terapan, dan Magister Fungsional Perekam Medis dan Angka
Manajemen Informasi Kesehatan. Sejalan Kreditnya.
dengan Permenkes No. 55 Tahun 2013,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Hasil dan Pembahasan
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Perencanaan Perekam Medis dan
(Menpan RB) mengeluarkan Peraturan Informasi Kesehatan
Menpan RB Nomor 30 Tahun 2013 tentang Perencanaan tenaga kesehatan tidak
jabatan fungsional perekam medis dan terlepas dari area kebijakan kesehatan.
angka kreditnya, yang mana dijelaskan Menurut Green (1999), perencanaan di
perekam medis yang menjabat sebagai bidang kesehatan terbagi menjadi dua yaitu
pegawai negeri sipil diberi tugas, tanggung perencanaan aktivitas yang berhubungan
jawab, wewenang, dan hak secara penuh dengan pengaturan jadwal dan kerangka
oleh pejabat yang berwenang untuk kerja yang bisa dimonitor untuk
melakukan kegiatan pelayanan rekam medis implementasi sebelum suatu kegiatan
informasi kesehatan pada sarana kesehatan. dilakukan dan perencanaan alokatif yang
Selanjutnya, pada Bab IV Pasal 6 jabatan berhubungan dengan pengambilan
fungsional perekam medis dibedakan keputusan tentang bagaimana seharusnya
menjadi perekam medis terampil dan ahli, sumber daya dialokasikan. Metode
dimana salah persyaratan perekam medis penyusunan rencana kebutuhan SDM
terampil minimal pendidikan terakhir kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri
diploma tiga rekam medis dan informasi Kesehatan RI Nomor 81/Menkes/SK/I/2004
kesehatan, sedangkan perekam medis ahli tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
minimal pendidikan terakhir sarjana terapan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi,
atau sarjana manajemen informasi Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit antara
kesehatan. lain pertama penyusunan kebutuhan SDM
Kebijakan kesehatan merupakan kesehatan berdasarkan keperluan kesehatan
implementasi dari kebijakan publik dengan (health need method) menurut golongan
tujuan pembentukannya yaotu umur, jeniskelamin, dan status ekonomi,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakt. kedua penyusunan kebutuhan tenaga
Kebijakan kesehatan nasional ditujukan kesehatan berdasarkan kebutuhan
sebagai perwujudan peningkatan status kesehatan (health services demand method)
kesehatan dan kesejahteraan penduduk (4). Kebutuhan PMIK saat ini masih masih
nasional. Pentingnya pembuatan kebijakan terfokus pada PMIK terampil dimana jenjang
kesehatan sebagai bagian dari kebijakan pendidikan yang dibutuhkan adalah D3,

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 15


Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

sedangkan masih sedikit PMIK ahli di kekuasaannya. Kekuasaan merupakan


fasilitas kesehatan. Jika diumpakan setiap campuran dari kekayaan individu, tingkat
fasilitas kesehatan, seperti RS Umum, RS pengetahuan, dan otoritas yang tinggi (3).
Khusus, dan Puskesmas harus memiliki 1 Di bawah ini merupakan penjabaran faktor-
PMIK ahli, maka dari 38.655 fasilitas faktor yang memengaruhi kebijakan
kesehatan di Indonesia masih belum kesehatan dalam pembentukan Peraturan
terpenuhi ketersediaan PMIK ahli dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
adanya lulusan dari Perguruan tinggi dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Sarjana terapan dan Sajana rekam medis Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan
dan manajemen informasi kesehatan yang Fungsional Perekam Medis Dan Angka
berjumlah kisaran 830 lulusan saat ini (5). Kreditnya.
Hal ini sesuai dengan Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, program
pendidikan tinggi terbagi menjadi tiga aspek
yakni pendidikan akademik (sarjana,
megister, dan doktoral), pendidikan
profesi/spesialisasi, dan pendidikan diploma
(6).

Analisis Kebijakan Kesehatan


Kebijakan kesehatan merupakan Gambar 1
segala tindakan pengambilan keputusan Segitiga Faktor yang Mempengaruhi
yang memengaruhi sistem kesehatan yang Kebijakan Kesehatan
dilakukan oleh aktor institusi pemerintah, Sumber: Kent Buse, Nicolas Mays dan Gill
organisasi, lembaga swadaya masyarakat Walt. 2005. Making Health Policy.
dan lainnya(3). Kebijakan kesehatan adalah England:Open University Press
keputusan, rencana dan tindakan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan kesehatan Ada beberapa tujuan untuk
tertentu di dalam suatu masyarakat (7). melaksanakan suatu analisis dari kebijakan
Untuk membuat sebuah kebijakan yaitu: 1) Untuk dapat memahami proses
kesehatan, perlu memperhatikan segitiga kebijakan yang dikembangkan dan
kebijakan yang terdiri dari aktor, konten, diimplementasi, 2) Untuk mengetahui tujuan
konteks dan proses. Pada kenyataannya, dan motivasi di balik kebijakan yang
aktor baik individu, kelompok, atau diimplementasi termasuk fokus pada
organisasi dipengaruhi oleh konteks, pendekatan pendapatan keluarga dan
lingkungan dimana aktor hidup dan bekerja. kemiskinan, 3) Untuk memahami cara
Konteks dipengaruhi oleh banyak faktor kebijakan tersebut berpengaruh terhadap
seperti politik, ideologi, sejarah, budaya, area keberadaan pendapatan keluarga, dan
ekonomi, dan sosial baik yang terjadi pada 4) Untuk memahami area-area yang
skala nasional maupun internasional yang potensial untuk diintervensi dalam proses
memengaruhi kebijakan kesehatan. Proses kebijakan (8).
pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh aktor
yaitu posisi dalam struktur kekuasaan, nilai,
Aktor Perumusan Permenpan-RB
pendapat dan harapan pribadi. Konten
kebijakan mencerminkan dimensi tersebut.
Nomor 30 Tahun 2013
Konten merupakan substansi dari kebijakan Aktor atau pemeran serta dalam
yang secara detail menggambarkan bagian proses pembentukan kebijakan dapat dibagi
ke dalam dua kelompok, yaitu para pemeran
pokok dari kebijakan tersebut. Aktor
serta resmi dan para pemeran serta tidak
merupakan pusat dari kerangka kebijakan
kesehatan. Aktor merupakan istilah yang resmi. Yang termasuk ke dalam pemeran
digunakan untuk menyebut suatu individu, serta resmi adalah agen-agen pemerintah
(birokrat), presiden (eksekutif), legislatif,
kelompok dan organisasi yang memengaruhi
suatu kebijakan. Aktor pada dasarnya dan yudikatif. Mereka dikatakan aktor resmi
memang memengaruhi kebijakan namun karena mempunyai kekuasaan yang secara
sah diakui oleh konstitusi dan mengikat.
seberapa luas dan mendalam dalam
Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok
memengaruhi kebijakan tergantung dari

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 16


Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

pemeran serta tidak resmi, yaitu pihak yang persepsi antara kebutuhan provider dan
tidak memiliki wewenang yang sah, meliputi capaian pembelajaran.
kelompok-kelompok kepentingan, partai Selanjutnya BKN atau Badan
politik dan warga negara individu(9). Kepegawaian Negara sebagai instansi yang
PORMIKI atau Perhimpunan terlibat dalam pengadaan dan
Profesional Perekam Medis dan Informasi pengembangan karir kepegawaian pegawai
Kesehatan Indonesia adalah organisasi negeri sipil memiliki peran dalam
profesi bagi tenaga dan peminat di bidang pemerataan PMIK di setiap kelompoknya,
manajemen informasi kesehatan di baik terampil maupun ahli. Selama ini
Indonesia. Tujuan PORMIKI yaitu: 1) formasi yang dibuka dalam pengadaan
Membantu meningkatkan derajat kesehatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang
masyarakat melalui peningkatan sistem banyak dibuka adalah jenjang D3 untuk
kesehatan nasional dengan membina dan perekam medis. Kurang terpaparnya
mengembangkan sistem rekam medis dan provider terhadap PMIK ahli menjadi
informasi kesehatan, 2) Mengembangkan hambatan dalam pengadaan PMIK ahli.
ilmu rekam medis dan informasi kesehatan, Bukan hanya dalam lingkup pemerintahan,
dan 3) Memperjuangkan kepentingan profesi provider non pemerintah pun belum banyak
dan para anggota (10). Sejalan dengan mengetahui adanya lulusan Sarjana Terapan
tujuan tersebut aktor yang terlibat dalam maupun Sarjana.
merumuskan jenjang profesi serta tugas Selain itu, terdapat pula peran
fungsional dari PMIK yang ada pada ekekutif, legislatif, dan yudikatof dalam
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013. perumusan pada Permenpan-RB Nomor 30
Selama ini jenjang profesi yang umum Tahun 2013. Peran penting presiden dan
diketahui oleh provider adalah lulusan D3 para menterinya dalam proses pembentukan
Rekam Medis, sehingga diperlukan kebijakan, tidak perlu disangsikan lagi.
pengenalan secara mendalam kepada Sistem konstitusi Indonesia memberikan
provider perbedaan tugas pokok dan fungsi wewenang yang besar kepada eksekutif
dari PMIK lulusan D3 Rekam Medis, Sarjana untuk menjalankan pemerintahan. Lembaga
Terapan Manajemen Informasi Kesehatan, yudikatif mempunyai peran dalam kebijakan
dan Sarjana Manajemen Informasi publik melalui pengujian kembali suatu
Kesehatan. undang-undang. Pada dasarnya, tinjauan
Aktor selanjutnya adalah APTIRMIKI yudisial merupakan kekuasaan pengadilan
atau Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis untuk menentukan apakah tindakan-
dan Manajemen Informasi Kesehatan tindakan yang diambil oleh cabang-cabang
Indonesia. APTIRMIKI merupakan wadah eksekutif maupun legislatif sesuai dengan
dari seluruh pengelola institus pendidikan konstitusi atau tidak. Bila keputusan-
rekam medis dan informasi kesehatan. keputusan tersebut melawan atau
Dalam perencanaan PMIK di setiap fasilitas bertentangan dengan konstitusi negara,
kesehatan, diperlukan institusi pendidikan maka badan yudikatif ini berhak
yang mengelola pengembangan pendidikan membatalkan atau menyatakan tidak sah
baik D3 maupun program lanjutannya. terhadap peraturan atau undang-undang
Kurikulum yang dikembangkan harus yang telah ditetapkan(9). Tentu saja
menyesuaikan dengan Kerangka Kualifikasi lembaga legislatif terlibat dalam proses
Nasional Indonesia (KKNI) atau Indonesia tawar menawar dalam perumusan peraturan
Qualification Framework (IQF) Direktorat ini.
jenderal Pendidikan Tinggi. Pada saat ini
capaian pembelajaran yang telah Konten Perumusan Permenpan-RB
dirumuskan dan dipahami oleh semua Nomor 30 Tahun 2013
institusi adalah untuk program D3, Jenjang jabatan fungsion Perekam
sementara capaian pembelajaran untuk Medis pada Pasal 6 dibedakan menjadi
Sarjana Terapan dan Sarjana belum Perekam Medis Terampil dan Perekam Medis
dirumuskan bersama. Hal ini mengakibatkan Ahli. Dalam pengangkatan jabatannya,
belum cukup jelas kualifikasi apa yang akan dijelaskan pada Pasal 28 bahwa jabatan
menjadi pembeda antara Sarjana Terapan fungsional Perekam Medis Terampil harus
dan Sarjana dibandingkan Diploma ketika di memenuh syarat: a) berijazah paling rendah
lapangan. Dalam hal ini, APTIRMIK Diploma III rekam medis informasi
membutuhkan PORMIKI untuk menyamakan kesehatan, b) pangkat paling rendah

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 17


Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

Pengatur, golongan II/c, memiliki Surat kunjungan pasien, e) Jumlah klaim


Tandar Registrasi (STR) Perekam Medis penggantian pembayaran, dan f) Jam kerja
yang masih berlaku, dan nilai prestasi kerja pelayanan rekam medis dan informasi
kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun kesehatan 24 jam.
terakhir. Sedangkan untuk jabatan Formasi jabatan fungsional Perekam
fungsional Perekam Medis Ahli harus Medis untuk lingkungan Rumah Sakit Umum
memenuhi syarat: a) berijazah paling adalah: 1) Rumah Sakit Umum Kelas A,
rendah Sarjana (S1) atau Sarjana Terapan terampil 70 (tujuh puluh) orang dan ahli 20
Rekam Medis Informasi Kesehatan, b) (dua puluh) orang, 2) Rumah Sakit Umum
Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Kelas B, terampil 45 (empat puluh lima)
Perekam Medis yang masih berlaku, c) orang dan ahli 10 (sepuluh) orang, 3)
Pangkat paling rendah Penata Muda, Rumah Sakit Umum Kelas C, terampil 30
golongan ruang III/a, dan nilai prestasi (tiga puluh) orang) dan ahli 6 (enam) orang,
kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 4) Rumah Sakit Umum Kelas D, terampil 15
(satu) tahun terakhir. (lima belas) orang) dan ahli 4 (empat)
Pada Pasal 31 dijelaskan bahwa orang). Untuk lingkungan Rumah Sakit
untuk meningkatkan kompetensi dan Khusus adalah: 1) Rumah Sakit Khusus
profesionalisme Perekam Medis yang akan Kelas A, terampil 40 (empat puluh) orang)
naik jenjang jabatan setingkat lebih tinggi, dan ahli 15 (lima belas) orang, 2) Rumah
yang bersangkutan harus mengikuti dan Sakit Khusus Kelas B, terampil 25 (dua
lulus uji kompetensi. Standar kompetensi puluh lima) orang dan ahli 10 (sepuluh)
PMIK yang telah ditetapkan PORMIKI antara orang, 3) Rumah Sakit Khusus Kelas C,
lain: 1)Profesionalisme yang luhur, 2) terampil 20 (dua puluh) orang) dan ahli 5
Mawas diri dan pengembangan diri, 3) (lima) orang. Untuk lingkungan balai
Komunikasi efektif, 4) Manajemen data sanatorium, terampil 10 (sepuluh) orang
kesehatan, 5) Pemanfaatan statistik dan ahli 5 (lima) orang). Untuk lingkungan
kesehatan untuk riset biomedis dan Puskesmas, terampil 5 (lima) orang dan ahli
manajemen kualitas, 6) Manajemen 2 (dua) orang, Untuk lingkungan fasilitas
organisasi dan kepemimpinan, dan 7) kesehatan lainnya, terampil 2 (dua) orang
Pemanfaatan teknologi informasi dalam dan ahli 1 (satu) orang (11).
pelayanan RMIK.
Pasal 32 terkait formasi jabatan Konteks Perumusan Permenpan-RB
fungsional perekam medis dijelaskan Nomor 30 Tahun 2013
bahwan dalam pengangkatan Pegawai Dalam teori sistem politik David
Negeri Sipil Pusat dalam jabatan fungsional Easton, pembentukan kebijakan tidak dapat
Perekam Medis dilaksanakan sesuai dengan dipertimbangkan secara baik bila terpisah
formasi jabatan fungsional Perekam Medis dari lingkungannya. Tuntutan-tuntutan
yang ditetapkan oleh Menteri yang menyangkut tindakan-tindakan kebijakan
bertangung jawab di bidang pendayagunaan timbul dari dalam lingkungan dan
aparatur negara setelah mendapat ditransmisikan ke dalam sistem politik.
pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Kebijakan publik dipandang sebagai
Negara. Sedangkan pengangkatan Pegawai tanggapan dari suatu sistem politik terhadap
Negeri Sipil Daerah dalam jabatan tuntutan-tuntutan yang timbul dari
fungsional Perekam Medis dilaksanakan lingkungan, yang merupakan kondisi atau
sesuai dengan formasi jabatan fungsional keadaan yang berada di luar batas-batas
Perekam Medis yang ditetapkan oleh Kepala sistem politik. Kekuatan yang timbul dari
Daerah masing-masing setelah mendapat dalam lingkungan dan memengaruhi sistem
persetujuan tertulis dari Menteri yang politik dipandang sebagai input bagi sistem
bertanggung jawab di bidang politik. Lingkungan dapat terdiri dari
pendayagunaan aparatur negara dan lingkungan budaya, politik, kondisi sosial
memperoleh pertimbangan Kepala Bdan dan ekonomi yang berpengaruh terhadap
Kepegawaian Negara. Penetapan formasi perumusan kebijakan publik(9).
jabatan fungsional Perekam Medis Budaya merupakan warisan sosial
didasarkan pada indikator, antara lain: a) yang diturunkan dari satu generasi ke
Kelas atau tipe sarana kesehatan, b) Jenis generasi berikutnya, sehingga menjadi
pelayanan kesehatan, c) Jumlah tempat identitas dari suatu komunitas. Budaya
tidur sarana kesehatan, d) Jumlah hanya merupakan salah satu saja dari

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 18


Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

banyak faktor yang memengaruhi tindakan sering digunakan untuk mengerti suatu
atau perilaku manusia. Tindakan manusia proses kebijakan adalah yang disebut
akan memengaruhi perumusan kebijakan. “stages heuristic” yaitu memilih proses
Seperti halnya dalam perumusan kebijakan ke dalam suatu rangkaian
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013. Ada tingkatan dengan menggunakan teori dan
nilai budaya yang secara umum melekat model serta tidak mewakili apa yang terjadi
dalam dunia kesehatan di Indonesia. pada keadaan sebenarnya. Langkah yang
Masuknya teknologi menggeser budaya pertama adalah identifikasi masalah dan
dalam pelayanan rekam medis di pengenalan akan hal-hal yang baru
Indoenesia. Era digitalisasi saat ini termasuk besar persoalan-persoalannya.
mengharuskan tenaga kesehatan Langkah kedua, formulasi kebijakan dengan
meninggalkan pengolahan data secara mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam
manual. Untuk memenuhi kompetensi perumusan kebijakan, bagaimana
tersebut dibutuhkan capaian pembelajaran bagaimana kebijakan disepakati, dan
yang mendukung bukan hanya mempelajari bagaimana dikomunikasikan. Langkah
pengelolaan data rekam medis secara ketiga, implementasi kebijakan. Langkah
manual, tetapi juga secara ekeltronik. terakhir, evaluasi kebijakan dimana
Perencanaan perekam medis pun harus diidentifikasi apa saja yang terjadi termasuk
direncanakan secara matang, sehingga hal-hal yang muncul dan tidak diharapkan
terjadi pemerataan kualitas tenaga dari suatu kebijakan (13).
kesehatannya maupun pelayanan yang Agenda-agenda dari kebijakan
diberikan. Pada Permenpan-RB Nomor 30 kesehatan didominasi oleh hal-hal yang
Tahun 2013, formasi telah disesuaikan spesifik yang berhubungan dengan
bedasarkan jenis fasilitas pelayanan kebutuhan yang dirasakan dalam konteks
kesehatan. Hal selanjutnya yang dibutuhkan sistem kesehatan untuk menjawab
adalah mengenalkan lulusan Sarjana persoalan kesehatan masyarakat, penyebab
Terapan dan Sarjana sebagai bentuk penyakit-penyakit atau hal yang
pengembangan karir dari Perekam Medis berhubungan dengan organisasi dan
kepada fasilitas kesehatan sehingga mereka manajemen kesehatan (14). Pada umumnya
dapat menyusun kebutuhan untuk Perekam kebijakan baru dikembangkan dari
Medis Ahli yang selama ini masih belum kebijakan dan aturan-aturan yang sudah
banyak diketahui. ada kemudian digabungkan dengan
Dari aspek sosial yang memengaruhi pengalaman di waktu sebelumnya serta
perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun prioritas yang hendak dikembangkan (15).
2013 adalah adanya kebutuhan dari Keputusan Menteri Pendayagunaan
Perekam Medis untuk peningkatan jenjang Aparatur Negara Nomor
karirnya. Selama ini dalam peningkatan 135/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan
jenjang karir yang diperlukan adalah dengan Fungsional Perekam Medis dan Angka
meningkatkan kualifikasi pendidikan. Kreditnya masih terdapat kekurangan dan
Dengan adanya program Sarjana Terapan belum dapat menampung perkembangan di
atau Sarjana, mempermudah Perekam bidang pelayanan rekam medis dan
Medis untuk meningkatkan jenjang karir informasi kesehatan. Oleh karenanya
sesuai dengan kepakarannya. terbentuklah Permenpan-RB Nomor 30
Tahun 2013. Hadirnya Program Studi
Proses Perumusan Permenpan-RB Sarjana Terapan dan Sarjana juga
Nomor 30 Tahun 2013 menjadikan peraturan ini dibentuk. Hal ini
Proses pengembangan kebijakan sejalan dengan konsep bahwa suatu
menurut Brehaut dan Juzwishin adalah kebijakan dibentuk bersarkan
mengumpulkan, memproses, dan pengembangan dari pengalaman di waktu
mendiseminasikan informasi yang lampau.
berhubungan dengan kebijakan yang akan
dikembangkan; mempromosikan pilihan- Kesimpulan
pilihan untuk langkah yang akan diambil; Perumusan Permenpan-RB Nomor 30
mengimplementasi pada pengambilan Tahun 2013 melibatkan faktor aktor,
keputusan; memberikan sanksi bagi yang konteks, konten, dan proses. Aktor yang
tidak bisa mentaati; dan mengevaluasi hasil terlibat antara lain organisasi profesi
pencapaian (12). Pendekatan yang paling perekam medis, asosiasi pengelola

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 19


Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

perguruan tinggi, dan juga pemerintah. Relationships in South Asia. 2007.


Konten dari Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 9. Winarno B. Kebijakan Publik: Teori,
2013 adalah jenis level jabatan fungsional, Proses, dan Studi Kasus. CAPS;
kualifikasi pengangkatan tiap level jabatan, 2012.
hingga pembinaan dari jabatan fungsional 10. PORMIKI. Profil PORMIKI [Internet].
tersebut. Konteks perumusan Permenpan- 2018. p. http://pormiki.or.id/visi-
RB Nomor 30 Tahun 2013 adalah adanya misi/. Available from:
pergesaran budaya dalam pemanfaatan http://pormiki.or.id/visi-misi/
teknologi dan juga faktor sosial dalam hal 11. Menpan. Menteri pendayagunaan
kebutuhan peningkatan jenjang karir sesuai aparatur negara dan reformasi
kepakaran Perekam Medis yang diakui oleh birokrasi republik indonesia.
Pemerintah. Sedangkan proses perumusan 2013;2008(1):1–2.
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 12. Brehaut J, Juzwishin. Bridging the
merupakan perubahan atas peraturan Gap: The Use of Research Evidence
sebelumnya dengan menyesuaikan in Policy Development. Canada:
kebutuhan yang ada di masyarakat. Alberta Heritage Foundation for
Saran yang dapat disampaikan dalam Medical Research; 2005.
perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 13. Pollard A, Court J. How Civil Society
2013 adalah meningkatkan eksistensi dari Organizations Use Evidence to
lulusan Sarjana Terapan atau Sarjana Influence Policy Processes: A
sehingga lebih dikenal oleh provider. Literature Review. 2005. (ODI
Sedangkan untuk organisasi profesi Working Papaer 249).
perekam medis maupun asosiasi perguruan 14. Leppo K. Strengthening Capacities for
tinggi bersinergi membuat capaian Policy Development and Strategic
pembelajaran yang seragam pada level Management in National Halth
Sarjana Terapan atau Sarjana. Systems. Geneva; 2001.
15. Massie RGA. Kebijakan Kesehatan:
Daftar Pustaka Proses, Implementasi, Analisis Dan
1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Penelitian. Bul Penelit Sist Kesehat
Kesehatan Republik Indonesia Nomor [Internet]. 2009;Vol. 12(No. 4):409–
55 Tahun 2013 Tentang 17. Available from:
Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam https://media.neliti.com/media/publi
Medis. 2013;1–8. cations/21293-ID-kebijakan-
2. Ayuningtyas D. Kebijakan Kesehatan: kesehatan-proses-implementasi-
Prinsip dan Praktik. Jakarta: PT Raja analisis-dan-penelitian.pdf
Grafindo Persada; 2014.
3. Buse K, Mays N, Walt G. Making
Health Policy. Making Health Policy.
2005.
4. Kurniati A, Efendi F. Kajian Sumber
Daya Manusia Kesehatan Di
Indonesia. In: Kajian SDM Kesehatan
di Indonesia. 2012.
5. Siswati. Kebutuhan Perekam Medis
dan Informasi Kesehatan Ahli di
Indonesia. Jakarta; 2018.
6. Pemerintah Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dep
Pendidik Nas. 2003;
7. WHO. The world health report 2006:
working together for health. World
Health. 2006;
8. Baginski OS, Soussan J. A
Methodology for Policy Process
Analysis Livelihood Policy

Jurnal INOHIM, Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 20

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy