Nauri Anggita Temesvari: Nauri@esaunggul - Ac.id
Nauri Anggita Temesvari: Nauri@esaunggul - Ac.id
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya
Abstract
Health Information Management Workforce is one of many types health workforce which
is distributed in Indonesia, include clinic, primary healthcare, and hospital. In Ministry of
Health’s Regulation Number 55 in Year 2013 described about job describtion and
education’s qualification from Diploma, Bachelor, and Master Degree in Health
Information Management. To support the regulation, government made Ministry of
Administrative and Bureaucratic Reform’s Regulation Number 30 in Year 2013 about
functional job and credit score in Health Information Management Workforce. The
purpose of this research is to analyse the involvement triangle of health policy in making
Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform’s Regulation Number 30 in Year
2013 using qualitative method. Actor who involved in making this regulation are
organization of health information management’s professional, association of heatlh
information management education, and also government. The content of this
regulation are from determine to monitor the functional job’s level. The context of this
research are culture’s movement and social’s problem. The process in making this
regulation is for replacing the previous regulation which is adjusted in current condition.
Abstrak
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (PMIK) merupakan jenis tenaga kesehatan
yang tersebar di setiap fasilitas kesehatan di Indonesia, baik klinik, puskesmas, maupun
rumah sakit. Pada Permenkes No. 55 Tahun 2013 menerangkan bahwa PMIK
mempunyai kewenangan sesuai dengan kualifikasi pendidikan mulai dari Ahli Madya
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Sarjana Terapan atau Sarjana Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan, dan Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Untuk
mendukung pemberdayaan PMIK berdasarkan kualifikasi pendidikannya kemudian
dibentuk juga pertauran pendukung yaitu Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 tentang
Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui keterlibatan segitiga kebijakan kesehatan dalam pembentukan Permenpan-
RB, yang terdiri dari aktor, konten, konteks, dan proses dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian, aktor yang terlibat antara lain organisasi
profesi perekam medis, asosiasi pengelola perguruan tinggi, dan juga pemerintah.
Konten dari Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 adalah jenis level jabatan fungsional,
kualifikasi pengangkatan tiap level jabatan, hingga pembinaan dari jabatan fungsional
tersebut. Konteks perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 adalah adanya
pergesaran budaya dalam pemanfaatan teknologi dan juga faktor sosial dalam
peningkatan jenjang karir sesuai kepakaran Perekam Medis. Sedangkan proses
perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 merupakan perubahan atas peraturan
sebelumnya dengan menyesuaikan kebutuhan yang ada di masyarakat.
Kata Kunci: Analisis Kebijakan, Jabatan Fungsional, Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan
pemeran serta tidak resmi, yaitu pihak yang persepsi antara kebutuhan provider dan
tidak memiliki wewenang yang sah, meliputi capaian pembelajaran.
kelompok-kelompok kepentingan, partai Selanjutnya BKN atau Badan
politik dan warga negara individu(9). Kepegawaian Negara sebagai instansi yang
PORMIKI atau Perhimpunan terlibat dalam pengadaan dan
Profesional Perekam Medis dan Informasi pengembangan karir kepegawaian pegawai
Kesehatan Indonesia adalah organisasi negeri sipil memiliki peran dalam
profesi bagi tenaga dan peminat di bidang pemerataan PMIK di setiap kelompoknya,
manajemen informasi kesehatan di baik terampil maupun ahli. Selama ini
Indonesia. Tujuan PORMIKI yaitu: 1) formasi yang dibuka dalam pengadaan
Membantu meningkatkan derajat kesehatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang
masyarakat melalui peningkatan sistem banyak dibuka adalah jenjang D3 untuk
kesehatan nasional dengan membina dan perekam medis. Kurang terpaparnya
mengembangkan sistem rekam medis dan provider terhadap PMIK ahli menjadi
informasi kesehatan, 2) Mengembangkan hambatan dalam pengadaan PMIK ahli.
ilmu rekam medis dan informasi kesehatan, Bukan hanya dalam lingkup pemerintahan,
dan 3) Memperjuangkan kepentingan profesi provider non pemerintah pun belum banyak
dan para anggota (10). Sejalan dengan mengetahui adanya lulusan Sarjana Terapan
tujuan tersebut aktor yang terlibat dalam maupun Sarjana.
merumuskan jenjang profesi serta tugas Selain itu, terdapat pula peran
fungsional dari PMIK yang ada pada ekekutif, legislatif, dan yudikatof dalam
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013. perumusan pada Permenpan-RB Nomor 30
Selama ini jenjang profesi yang umum Tahun 2013. Peran penting presiden dan
diketahui oleh provider adalah lulusan D3 para menterinya dalam proses pembentukan
Rekam Medis, sehingga diperlukan kebijakan, tidak perlu disangsikan lagi.
pengenalan secara mendalam kepada Sistem konstitusi Indonesia memberikan
provider perbedaan tugas pokok dan fungsi wewenang yang besar kepada eksekutif
dari PMIK lulusan D3 Rekam Medis, Sarjana untuk menjalankan pemerintahan. Lembaga
Terapan Manajemen Informasi Kesehatan, yudikatif mempunyai peran dalam kebijakan
dan Sarjana Manajemen Informasi publik melalui pengujian kembali suatu
Kesehatan. undang-undang. Pada dasarnya, tinjauan
Aktor selanjutnya adalah APTIRMIKI yudisial merupakan kekuasaan pengadilan
atau Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis untuk menentukan apakah tindakan-
dan Manajemen Informasi Kesehatan tindakan yang diambil oleh cabang-cabang
Indonesia. APTIRMIKI merupakan wadah eksekutif maupun legislatif sesuai dengan
dari seluruh pengelola institus pendidikan konstitusi atau tidak. Bila keputusan-
rekam medis dan informasi kesehatan. keputusan tersebut melawan atau
Dalam perencanaan PMIK di setiap fasilitas bertentangan dengan konstitusi negara,
kesehatan, diperlukan institusi pendidikan maka badan yudikatif ini berhak
yang mengelola pengembangan pendidikan membatalkan atau menyatakan tidak sah
baik D3 maupun program lanjutannya. terhadap peraturan atau undang-undang
Kurikulum yang dikembangkan harus yang telah ditetapkan(9). Tentu saja
menyesuaikan dengan Kerangka Kualifikasi lembaga legislatif terlibat dalam proses
Nasional Indonesia (KKNI) atau Indonesia tawar menawar dalam perumusan peraturan
Qualification Framework (IQF) Direktorat ini.
jenderal Pendidikan Tinggi. Pada saat ini
capaian pembelajaran yang telah Konten Perumusan Permenpan-RB
dirumuskan dan dipahami oleh semua Nomor 30 Tahun 2013
institusi adalah untuk program D3, Jenjang jabatan fungsion Perekam
sementara capaian pembelajaran untuk Medis pada Pasal 6 dibedakan menjadi
Sarjana Terapan dan Sarjana belum Perekam Medis Terampil dan Perekam Medis
dirumuskan bersama. Hal ini mengakibatkan Ahli. Dalam pengangkatan jabatannya,
belum cukup jelas kualifikasi apa yang akan dijelaskan pada Pasal 28 bahwa jabatan
menjadi pembeda antara Sarjana Terapan fungsional Perekam Medis Terampil harus
dan Sarjana dibandingkan Diploma ketika di memenuh syarat: a) berijazah paling rendah
lapangan. Dalam hal ini, APTIRMIK Diploma III rekam medis informasi
membutuhkan PORMIKI untuk menyamakan kesehatan, b) pangkat paling rendah
banyak faktor yang memengaruhi tindakan sering digunakan untuk mengerti suatu
atau perilaku manusia. Tindakan manusia proses kebijakan adalah yang disebut
akan memengaruhi perumusan kebijakan. “stages heuristic” yaitu memilih proses
Seperti halnya dalam perumusan kebijakan ke dalam suatu rangkaian
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013. Ada tingkatan dengan menggunakan teori dan
nilai budaya yang secara umum melekat model serta tidak mewakili apa yang terjadi
dalam dunia kesehatan di Indonesia. pada keadaan sebenarnya. Langkah yang
Masuknya teknologi menggeser budaya pertama adalah identifikasi masalah dan
dalam pelayanan rekam medis di pengenalan akan hal-hal yang baru
Indoenesia. Era digitalisasi saat ini termasuk besar persoalan-persoalannya.
mengharuskan tenaga kesehatan Langkah kedua, formulasi kebijakan dengan
meninggalkan pengolahan data secara mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam
manual. Untuk memenuhi kompetensi perumusan kebijakan, bagaimana
tersebut dibutuhkan capaian pembelajaran bagaimana kebijakan disepakati, dan
yang mendukung bukan hanya mempelajari bagaimana dikomunikasikan. Langkah
pengelolaan data rekam medis secara ketiga, implementasi kebijakan. Langkah
manual, tetapi juga secara ekeltronik. terakhir, evaluasi kebijakan dimana
Perencanaan perekam medis pun harus diidentifikasi apa saja yang terjadi termasuk
direncanakan secara matang, sehingga hal-hal yang muncul dan tidak diharapkan
terjadi pemerataan kualitas tenaga dari suatu kebijakan (13).
kesehatannya maupun pelayanan yang Agenda-agenda dari kebijakan
diberikan. Pada Permenpan-RB Nomor 30 kesehatan didominasi oleh hal-hal yang
Tahun 2013, formasi telah disesuaikan spesifik yang berhubungan dengan
bedasarkan jenis fasilitas pelayanan kebutuhan yang dirasakan dalam konteks
kesehatan. Hal selanjutnya yang dibutuhkan sistem kesehatan untuk menjawab
adalah mengenalkan lulusan Sarjana persoalan kesehatan masyarakat, penyebab
Terapan dan Sarjana sebagai bentuk penyakit-penyakit atau hal yang
pengembangan karir dari Perekam Medis berhubungan dengan organisasi dan
kepada fasilitas kesehatan sehingga mereka manajemen kesehatan (14). Pada umumnya
dapat menyusun kebutuhan untuk Perekam kebijakan baru dikembangkan dari
Medis Ahli yang selama ini masih belum kebijakan dan aturan-aturan yang sudah
banyak diketahui. ada kemudian digabungkan dengan
Dari aspek sosial yang memengaruhi pengalaman di waktu sebelumnya serta
perumusan Permenpan-RB Nomor 30 Tahun prioritas yang hendak dikembangkan (15).
2013 adalah adanya kebutuhan dari Keputusan Menteri Pendayagunaan
Perekam Medis untuk peningkatan jenjang Aparatur Negara Nomor
karirnya. Selama ini dalam peningkatan 135/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan
jenjang karir yang diperlukan adalah dengan Fungsional Perekam Medis dan Angka
meningkatkan kualifikasi pendidikan. Kreditnya masih terdapat kekurangan dan
Dengan adanya program Sarjana Terapan belum dapat menampung perkembangan di
atau Sarjana, mempermudah Perekam bidang pelayanan rekam medis dan
Medis untuk meningkatkan jenjang karir informasi kesehatan. Oleh karenanya
sesuai dengan kepakarannya. terbentuklah Permenpan-RB Nomor 30
Tahun 2013. Hadirnya Program Studi
Proses Perumusan Permenpan-RB Sarjana Terapan dan Sarjana juga
Nomor 30 Tahun 2013 menjadikan peraturan ini dibentuk. Hal ini
Proses pengembangan kebijakan sejalan dengan konsep bahwa suatu
menurut Brehaut dan Juzwishin adalah kebijakan dibentuk bersarkan
mengumpulkan, memproses, dan pengembangan dari pengalaman di waktu
mendiseminasikan informasi yang lampau.
berhubungan dengan kebijakan yang akan
dikembangkan; mempromosikan pilihan- Kesimpulan
pilihan untuk langkah yang akan diambil; Perumusan Permenpan-RB Nomor 30
mengimplementasi pada pengambilan Tahun 2013 melibatkan faktor aktor,
keputusan; memberikan sanksi bagi yang konteks, konten, dan proses. Aktor yang
tidak bisa mentaati; dan mengevaluasi hasil terlibat antara lain organisasi profesi
pencapaian (12). Pendekatan yang paling perekam medis, asosiasi pengelola