0% found this document useful (0 votes)
41 views4 pages

Pengaruh Recovery Aktif Dan Pasif Dalam Meringankan Gejala Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS)

This document summarizes a study that examined the effects of active and passive recovery on reducing symptoms of Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). The study involved three groups of university students who performed eccentric exercise and then either did no recovery, passive recovery, or active recovery. DOMS measurements were taken 48 hours later. Results showed active recovery was effective in reducing DOMS symptoms, while passive recovery had no effect on reducing DOMS symptoms. The conclusion was that active recovery can help reduce DOMS symptoms experienced after exercise.

Uploaded by

henysriutami
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
41 views4 pages

Pengaruh Recovery Aktif Dan Pasif Dalam Meringankan Gejala Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS)

This document summarizes a study that examined the effects of active and passive recovery on reducing symptoms of Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). The study involved three groups of university students who performed eccentric exercise and then either did no recovery, passive recovery, or active recovery. DOMS measurements were taken 48 hours later. Results showed active recovery was effective in reducing DOMS symptoms, while passive recovery had no effect on reducing DOMS symptoms. The conclusion was that active recovery can help reduce DOMS symptoms experienced after exercise.

Uploaded by

henysriutami
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 4

JOURNAL OF SPORT SCIENCE AND EDUCATION (JOSSAE) VOL: 2, NO: 2 OCTOBER (2017)

Journal homepage: http://journal.unesa.ac.id/index.php/jossae/index

Pengaruh Recovery Aktif dan Pasif dalam Meringankan Gejala Delayed


Onset Muscle Soreness (DOMS)
Heru Syarli Lesmana a, Padlib, Endang Pati Brotoc

a,b Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia


c
RSUD Lubuk Basung, Agam, Indonesia

*
Corresponding author: herusl@fik.unp.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT

Physical exercise causes athletes to be at risk of injury. One of the most common muscle injuries is
Article history:
Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). DOMS is a pain felt by a person within 24-72 hours after sports
Received 01 April 2017
activities. Active recovery is a physical activity that do in low intensity. Passive recovery means stop
Received in revised form 31 August 17
activity and not doing anything or total rest. This research is expected to find the type effective and
Accepted 30 September 2017 efficient recovery in reducing DOMS symptoms. The type of this research is quasi experiment with the
three group post-control group design. The sample is a student of Faculty of Sport Science State
Keywords: University of Padang which is divided into 3 groups. Each group consists of 15 students. Each Sample
Active Recovery, Passive Recovery, will perform an eccentric physical exercise by squatting 10 sets (1set: 20 steps) with a break for 30
Delayed Onset Muscle Soreness seconds each set. After exercie group 1 didn’t do recovery, group 2 did a passive recovery and group 3 did
active recovery. After 48 hours, DOMS measurements were made using Visual Analog Scale (VAS).
(DOMS)
Research data is tabulated and analyzed with descriptive statistic test, distribution normality test,
homogeneity test, different test. Result of data analysis concluded there is effect of active recovery to
DOMS symptom with p 0,005. There is no effect of passive recovery of DOMS symptoms with p 0, 180.
Conclusion active recovery research can reduce DOMS symptoms.

kinerja sel dan jaringan tersebut. Dalam olahraga, cedera terjadi biasanya
1. Pendahuluan karena faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berkaitan dengan
sarana dan prasarana serta kontak fisik yang menyebabkan cedera. Faktor
Prestasi terbaik atlet merupakan sesuatu yang didapatkan dari proses internal yang menyebabkan cedera adalah kesalahan melakukan suatu
usaha dan kerja keras selama latihan. Latihan yang dapat mewujudkan teknik olahraga. Kesahatan teknik berdampak pada koordinasi gerakan
prestasi adalah latihan yang dilakukan secara sistematis dan terprogram yang tidak baik sehingga dapat menyebabkan cedera. Selain itu cedera
berdasarkan kaidah ilmu-ilmu kepelatihan. Pembinaan olahraga juga bisa terjadi karena penggunaan organ tubuh yang berlebihan (over-
merupakan komponen yang penting untuk mewujudkan prestasi. use). Memaksakan tubuh yang lelah untuk tetap berlatih dengan intensitas
Pembinaan yang dilakukan tersebut salah satunya melalui latihan, karena tinggi dapat menyebabkan terjadinya cedera (Wibowo, 1995). Otot rangka
menurut Harsono (1996) bahwa; “tujuan latihan adalah untuk membantu merupakan organ penghasil gerak yang sering mengalami cedera. Atlet
atlet meningkatkan keterampilan dan prestasinya terutama terhadap empat yang melakukan gerakan-gerakan yang ekplosif memiliki risiko tinggi
aspek seperti; teknik, kondisi fisik, taktik dan strategi, serta mental”. untuk mengalami cedera otot.
Apabila salah satu dari aspek tersebut lemah, maka akan berpengaruh Cedera otot, menurut US Department of Labor, Bureau of Labor
terhadap aspek yang lain, sehingga berakibat atlet tidak bisa tampil Statistic pada tahun 2001 mempunyai angka kejadian sebesar 76,5%.
maksimal dalam setiap pertandingan. Salah satu cedera otot yang paling sering dijumpai adalah Delayed Onset
Latihan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang sistematis dan Muscle Soreness (DOMS). DOMS adalah nyeri yang dirasakan seseorang
dilakukan berulang-ulang dalam waktu tertentu dan terdapat peningkatan dalam waktu 24-72 jam setelah melakukan aktivitas olahraga. DOMS
beban secara bertahap. Setiap rangkaian gerakan pada latihan didesain menimbulkan kekakuan, bengkak, penurunan kekuatan dan nyeri pada
untuk meningkatkan kemampuan dengan melibatkan pembangkitan otot. DOMS disadari dengan adanya rasa nyeri yang didapati 12-24 jam
tenaga dan aktivitas otot serta melakukan adaptasi terhadap stimulasi yang setelah olahraga dan memuncak dalam waktu 24-48 jam setelah olahraga
berulang (Fox, 1993). Rangkaian gerakan yang terus meningkat pada (Szymanski, 2003).
latihan fisik menyebabkan atlet beresiko mengalami cedera. DOMS akan menyakibatkan penderita merasakan nyeri yang
Cedera olahraga merupakan kerusakan yang terjadi pada komponen dirasakan beberapa hari setelah kejadian cedera. Secara mikroskopik,
atau organ tubuh akibat aktivitas olahraga. Secara fisiologi, cedera dapat DOMS merupakan kerusakan yang terjadinya pada sarkolema atau
diartikan rusaknya struktur suatu sel atau jaringan sehingga mengganggu dinding sel otot. Kerusakan dinding sel otot menyebabkan isi sel keluar
Heru Syarli Lesmana a, Padlib, Endang Pati Brotoc, 2 (2) (2018) 38-41

dari sel. Secara biologis, DOMS merupakan kerusakan yang terjadi pada Kepelatihan Olahraga angkatan 2015 yang terdaftar pada semester Juli –
struktur protein kontraktil otot (aktin dan myosin) sehingga mengganggu Desember 2016/2017.
kinerja otot untuk menghasilkan gerakan. Otot yang mengalami kerusakan Sampel merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan
struktural juga berpotensi dapat menyebabkan kematian sel (nekrosis). Universitas Negeri Padang yang memenuhi kriteria inklusi diantaranya
DOMS umumnya disebabkan oleh latihan yang berat. Terjadinya DOMS jenis kelamin laki-laki berumur 18-20 tahun, tidak mengalami cedera pada
akan direspon tubuh dengan melakukan inflamasi sebagai upaya awal bagian tungkai ke bawah, tidak memiliki cedera yang diperberat dengan
untuk memulai proses penyembuhan. Kejadian inflamasi ditandai dengan olahraga, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan anti inflamasi pada saat
adanya rangsangan nyeri yang dirasakan penderita. Rasa nyeri akan penelitian. Sampel berstatus sehat dibuktikan dengan mengukur denyut
mencapai puncaknya sekitar 48 jam setelah kejadian cedera. Isi nadi, tensi dan menggunakan PAR-Q. 45 sampel dibagi menjadi 3
intraseluler dan efek respon immuno kemudian terakumulasi di luar sel kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang mahasiswa.
merangsang ujung saraf dari otot (Rakasiwi, 2013). Setiap Sampel akan melakukan latihan fisik eksentrik dengan jalan
Nyeri yang terjadi merupakan rangsangan yang berasal dari jaringan jongkok sebanyak 10 set (1set :20 langkah) dengan istirahat selama 30
otot dan arteri, kapiler darah, serta tendon yang mengalami cedera. detik setiap set. Setelah melakukan latihan kelompok 1 tidak melakukan
Inflamasi merupakan proses awal penyembuhan DOMS yang terjadi recovery, kelompok 2 melakukan recovery pasif sementara kelompok 3
segera setelah beberapa menit setelah perdarahan. Indikator inflamasi melakukan recovery aktif. Recovery aktif adalah kegiatan pemulihan
dapat dilihat dengan terjainya peningkatan konsentrasi CK antara 1 – 7 dengan jogging 10 menit dengan intensitas rendah yang dilakukan setelah
hari setelah latihan. Selain CK indikator lain yang dapat menjadi penanda latihan. Recovery pasif adalah kegiatan pemulihan dengan duduk atau
inflamasi adalah jumlah leukosit, neutrofil, monosit dan basofil yang langsung berhenti tanpa melakukan aktifitas apapun selama 10 menit.
mengalami perubahan ketika cedera terjadi. CK (creatinin kinase) Setelah 48 jam, dilakukan pengukuran DOMS dengan Visual Analog
merupakan salah satu indikator terjadinya permeabilitas enzim pada Scale (VAS). Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis dengan uji
membran yang terjadi pada otot skeletal dan otot jantung (Connolly et al, statistik deskriptif, uji normalitas distribusi, uji homogenitas, uji beda.
2003). Instrumen yang digunakan untuk mengumpul data tentang Delayed
Banyak opini yang menyatakan DOMS merupakan cedera yang Onset Muscle Soreness (DOMS) mahasiswa adalah instrument mengukur
terjadi akibat beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat nyeri yang sudah standar yaitu dengan Visual Analog Scale
penumpukan asam laktat dan intensitas latihan yang berlebihan (VAS). VAS adalah Metode yang biasa digunakan untuk mengukur nyeri
(overload). Penumpukan asam laktat yang terjadi karena proses di klinik dan rumah sakit adalah skala visual analog. Skala ini berisi
pembuangannya yang tidak lancar dapat merangsang rasa nyeri yang sebelas angka 0-10 yang menggambarkan kondisi tidak nyeri sampai nyeri
merupakan gejala awal DOMS. Latihan yang tidak terprogram yang berat. VAS hanya berisi satu pernyataan tentang nyeri sehingga
berkemungkinan besar bisa memberikan beban yang berlebihan memudahkan pasien untuk mengisinya dalam waktu singkat. Pengukuran
(overload). Latihan yang dilakukan secara overload akan menimbulkan dilakukan 48 jam setelah latihan sesuai dengan waktu munculnya rasa
menyebabkan terjadinya kerusakan otot sehingga menimbulkan cedera nyeri pada penderita DOMS.
pada otot. Selain itu, melakukan latihan eksentrik secara berlebihan
beresiko mengalami DOMS (Cheung et al, 2003). 3. Hasil dan Diskusi
Latihan yang dilakukan dengan pembebanan yang berat (high
intensity) membuat tubuh bekerja dengan maksimal sehingga Hasil penelitian merupakan data pengukuran yang didapat dari
membutuhkan waktu istirahat (recovery) yang cukup. Recovery adalah penelitian yang mencakup data keseluruhan variabel yaitu variabel bebas
proses memulihkan otot dan bagian tubuh lainnya ke kondisi sebelum (independen), variabel tergantung (dependen), variabel kendali, dan
latihan. Recovery bertujuan untuk memberikan tubuh waktu untuk variabel moderator. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa tensi,
beristirahat. Otot yang kelelahan perlu dikembalikan kekuatannya, selain denyut nadi, tingkat rasa nyeri dan lokasi nyeri yang dirasakan pada
itu recovery juga bertujuan meregenerasi sel otot yang telah rusak selama tubuh. Tensi diukur dengan menggunakan tensi meter digital Omron
latihan, sehingga terbentuk sel otot baru yang memiliki kualitas yang lebih model HEM-7111, denyut nadi dihitung dengan menghitung detak pada
bagus dari sebelumnya (Fox, 1991). Dari pernyataan tersebut dapat arteri radialis, dan rasa nyeri diukur dengan menggunakan Visual Analog
disimpulkan recovery memiliki peran dalam regenerasi otot atau Scale (VAS) dan lokasi nyeri menggunakan gambar. Data di analisis
perbaikan sel otot yang rusak atau cedera. Recovery dapat dilakukan dengan program SPSS 17 dengan signifikansi 5%.
dengan cara aktif ataupun pasif. Recovery aktif dilakukan dengan cara Pengukuran denyut nadi dan tensi sampel penelitian menunjukkan
melakukan aktivitas fisik intensitas ringan sementara istirahat pasif sampel berada pada kondisi normal, sehingga sampel dapat dinyatakan
dilakukan dengan cara tidak melakukan aktifitas fisik apapun atau memenuhi persyaratan untuk melakukan perlakuan penelitian. Deskripsi
istirahat total (Spencer et el., 2006). data denyut nadi dan tensi dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Data denyut nadi


2. Metode Denyut Nadi (Detak /Menit)
Kelompok
Rerata Standar deviasi Maksimal Minimal
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kontrol 64 4,21 72 60
eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan the three group
post only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah Recovery Aktif 63,87 4,24 72 60
mahasiswa FIK Universitas Negeri Padang sebagai populasi target (target Recovery Pasif 63,6 3,62 70 60
population). Sedangkan populasi terjangkau (accessible population)
adalah mahasiswa FIK Negeri Padang program studi Pendidikan
PENGARUH RECOVERY AKTIF DAN PASIF DALAM MERINGANKAN GEJALA DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS (DOMS) (2017) 2548–4699

Tabel 2. Data Tensi sampel terhadap variabel tergantung. Hasil uji anova menunjukan nilai p skala
Tensi (mmHg) nyeri 0,005 sehingga nilai p < 0,05. Hasil analisis menyimpulkan terdapat
perbedaan yang bermakna antara kelompok pada kedua variabel tersebut.
Sistole Diastole
Kelompok Analisis data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Post Hoc
Rerata Nilai Nilai Rerata Nilai Nilai Tests dengan LSD untuk mengetahui antar kelompok mana yang memiliki
Mak Min Mak Min
Kontrol 112,7 120 100 89,3 100 80 perbedaan bermakna. Hasil analisis tampak pada tabel 3.

Recovery 114 120 110 89,3 100 80 Tabel 3. Hasil post hoc test
Aktif
Recovery 115,3 120 110 90 100 80 Kelompok p Skala Nyeri
Pasif
Kontrol Recovery Aktif 0,001
Recovery Pasif 0,180
Deskriptif data pada lokasi rasa nyeri menunjukkan rata-rata semua
sampel mengalami rasa nyeri pada kaki. Hanya 2 orang sampel yang juga
merasakan sakit pada tangan dan leher. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Ho adalah hipotesis yang menyatakan tidak terdapat perbedaan
antara variabel dependent dan independent, sementara Ha adalah hipotesis
pada grafik 1.
yang menyatakan terdapat perbedaan antara variabel depedent dan
independent. Ho ditolak jika p<0,05 (Priyatno, 2016). Tabel 3
menunjukkan pada variabel Skala nyeri terdapat perbedaan bermakna
antara kelompok kontrol dengan kelompok recovery aktif dengan nilai
p=0,001 (p<0,05), dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan
skala nyeri yang signifikan antara kelompok recovery aktif dan kontrol.
Tabel 3 juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan skala nyeri pada
kelompok recovery pasif dan kontrol p=0,180 (p>0,05).
Penelitian bertujuan mengetahui efek recovery aktif dan pasif
terhadap gejaya Delayed Omset Muscel Soreness (DOMS). Latihan fisik
diberikan pada sampel untuk menstimulus terjadinya DOMS. Sebelum
melakukan latihan fisik dilakukan upaya mengetahui status kesehatan
sampel dengan mengukur tensi, denyut nadi, dan Angket PAR-Q. Tensi
dan denyut nadi diukur menggunakan tensimeter digital Omron. Latihan
fisik yang dilakukan merupakan kegiatan latihan eksentrik dengan jalan
jongkok sebanyak 8 set (1set :18 langkah) dengan istirahat selama 30
detik setiap set (Tanjung, JR, 2015). Setelah melakukan latihan fisik
sampel diberikan arahan agar tidak melakukan aktivitas fisik yang berat
Grafik 1. Lokasi nyeri sampel
selama 2 hari. Setelah 2 hari sampel dikumpulkan untuk dilakukan
Hasil pengukuran rasa nyeri dengan menggunakan Visual Analog pengukuran DOMS dengan mengukur skala nyeri menggunakan Visual
Scale (VAS) didapat hasil seperti pada grafik 2 Analog Scale (VAS). VAS adalah Metode yang biasa digunakan untuk
mengukur nyeri di klinik dan rumah sakit adalah skala visual analog.
Skala ini berisi sebelas angka 0-10 yang menggambarkan kondisi tidak
nyeri sampai nyeri yang berat (Raylene, 2008).
Latihan yang dilakukan oleh atlet untuk mendapatkan prestasi
maksimal merupakan aktivitas berat yang beresiko mengalami cedera.
Latihan dilakukan dengan memberikan pembebanan pada fisik yang jika
tidak sesuai dengan kemampuan otot akan menimbulkan cedera. Delayed
Onset Muscle Soreness (DOMS) merupakan jenis cedera yang sering
terjadi setelah latihan fisik. DOMS terjadi ketika serat otot (muscle fiber)
yang aktif bergerak mengalami robekan akibat tidak mampu menahan
beban dan otot tetap berusaha untuk menjaga kekuatannya. Tingkat
kerusakan dan nyeri yang terjadi setiap individual akan berbeda, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor. Atlet profesional sering kali mengalami
DOMS disebabkan karena pembebanan dan intensitas latihan yang
diberikan tidak sesuai dengan keadaan dan kemampuan atlet. Pada orang
yang bukan atlet, DOMS sering terjadi disebabkan karena koordinasi
gerakan yang salah sehingga memaksa otot bergerak secara ekplosif
Grafik 2. Grafik nyeri sampel
secara mendadak, gerakan inilah yang membuat otot mengalami sobekan.
Data penelitian yang telah memenuhi syarat normalitas dan DOMS menyebabkan nyeri sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman
homogenitas selanjutnya data dianalisis dengan uji beda menggunakan uji bagi penderitanya (Cheung et al., 2003).
anova yang bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan antar kelompok Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang
Heru Syarli Lesmana a, Padlib, Endang Pati Brotoc, 2 (2) (2018) 38-41

yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor memperbaiki kerusakan-kerusakan atau cedera pada otot (microtear).
(nyeri), dan functiolaesa (penurunan fungsi) (Pfeiffer et al., 2012). Recovery yang dilakuan secara pasif akan menyebabkan peredaran darah
Pembuluh darah akan melebar (vasodilatasi) sebagai respon awal menurun secara mendadak dan tidak bertahap. Hal ini ini tentunya akan
terjadinya cedera dengan tujuan untuk mempercepat aliran darah yang memperlambat sistem sirkulasi sehingga nutrisi, oksigen dan zat lainnya
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Darah tidak didistribusikan dengan baik ke sel yang mengalami cedera pasca
yang mengalir dalam jumlah banyak inilah yang menyebabkan terjadinya latihan (McAinch et al, 2004).
rubor (merah). Cedera menyebabkan darah merembes keluar pembuluh Kesimpulan penelitian ini adalah recovery aktif setelah latihan fisik
darah sehingga menumpuk di ruang antar sel. Penumpukan ini lah yang mempengaruhi Gejala Delayed Omset Muscle Soreness (DOMS) pada
menjadi tumor (bengkak). Kalor (panas) terjadi pada lokasi cedera Mahasiswa FIK UNP.
dikarenakan adanya peningkatan metabolisme menggunakan nutrisi dan
oksigen yang dikirim oleh darah untuk memulai proses penyembuhan.
Rangsangan nyeri (dolor) muncul karena tumpukan sisa metabolisme dan
zat kimia lain di lokasi cedera. Selain itu pembengkakan yang terjadi akan Daftar Pustaka
menekan ujung saraf di lokasi cedera dan menimbulkan rangsangan nyeri.
Semua respon-respon yang terjadi pada fase inflamasi akan menyebabkan Cheung K, Hume PA, Maxwell L.(2003). Delayed Onset Muscle Soreness
Treatment Strategies And Performance Factors. Sports med
terjadinya functiolaesa (penurunan fungsi) dari lokasi yang mengalami
2003;33(2)145-164.
cedera. Connolly D, Sayers P, Mc Hugh P. (2003). Treatment And Prevention Of
Latihan yang dilakukan dengan pembebanan yang berat (high Delayed Onset Muscle Soreness. Journal Of Strength And
intensity) membuat tubuh bekerja dengan maksimal sehingga Conditioning Research,17(1),197-208
membutuhkan waktu istirahat (recovery) yang cukup. Recovery adalah Fox EL. (1993). The physiological basis exercise and sport 5 th ed. USA:
proses memulihkan otot dan bagian tubuh lainya ke kondisi sebelum MW. Crown Communication
Harsono. (1996). Prinsip dan Metodologi Pelatihan. Jakarta: PIO-KONI
latihan. Recovery dapat dilakukan dengan cara aktif ataupun pasif.
Pusat.
Recovery aktif dilakukan dengan cara melakukan aktivitas fisik intensitas
McAinch A.J, Febraio M.A, Parkin, Zhaou S. (2004). Effect of Active
ringan sementara istirahat pasif dilakukan dengan cara tidak melakukan Versus Passive Recovery on Metabolism and Performance During
aktifitas fisik apapun atau istirahat total (Spencer et al., 2006). Subsequent Exercise. International Journal of Sport Nutrition and
Hasil post hoc test menunjukkan terdapat perbedaan antara Exercise Metabolism:14, 185-198.
kelompok kontrol dengan dengan kelompok recovery aktif. Hal ini sesuai Pfeiffer R.P, Thygerson A, Palmieri N.F. (2012). Pertolongan Pertama
dengan penjelasan landasan teori yang menyatakan recovery aktif dan Pencegahan Cedera Olahraga-Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Priyatno D. 2016. Belajar Alat Ananlisis Data dan Cara Pengolahannya
merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet tidak berdiam diri, tetapi
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media
tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sangat ringan (20% Rakasiwi, Agung Mahaswara. (2013). Aplikasi Ice Massage Sesudah
DNM) sampai ringan (50% DNM) seperti jogging dan berjalan. Recovery Pelatihan Lebih Baik dalam Mengurangi Terjadinya Delayed Onset
yang dilakukan dengan berjalan atau jogging akan menjaga hormon Muscle Soreness daripada Tanpa Ice Massage pada Otot Hamstring
epinefrin untuk tetap disekresi. Hormon epinefrin menyebabkan otot (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
jantung tetap melakukan kontraksi (systole). Kejadian ini menyebabkan Spencer M, Bishop D, Dawnson, Goodman and Duffield. (2006).
jantung tidak menurunkan kinerja secara mendadak. Proses pelebaran Metabolism and Performance in Repeated Cycle Sprints: Active
versus Passive Recovery. Medicine & Science In Sports & Exercise.
pembuluh darah (vasodilatasi) selama latihan juga di jaga agar tetap
1492-1499
terjadi dan menurun secara bertahap. Hal ini diperlukan karena pada fase Szymanski, D.J. (2003). Recommendations for the avoidance of delayed-
recovery otot tubuh membutuhkan nutrisi untuk proses perbaikan sel yang onset muscle soreness. J. Strength Cond. Res. 23(4): 7-13.
rusak dan pengisian kembali energi yang terkuras selama latihan. Nutrisi Wibowo, Hardianto. (1995). Pencegahan dan Petatalaksanaan Cedera
yang diperlukan untuk recovery diantarkan oleh darah yang mengalir Olahraga. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
dengan bantuan kontraksi otot jantung dan vasodilatasi pembuluh darah
(Fox,1993).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sirkulasi darah memiliki
peran yang penting dalam proses penyembuhan cedera, termasuk DOMS.
Dengan sirkulasi yang baik maka diharapkan nutrisi, oksigen dan zat
lainnya yang berguna untuk penyembuhan akan terdistribusi ke jaringan
yang mengalami cedera. Salah satu cara agar sikulasi darah tetap berjalan
dengan baik adalah dengan melakukan recovery. Recovery aktif dapat
membantu proses penyembuhan dengan cara meningkatkan sirkulasi.
Hasil post hoc test menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara
kelompok kontrol dengan dengan kelompok recovery pasif. Hal ini dapat
dijelaskan berdasarkan landasan teori. Recovery pasif merupakan
pemulihan yang dilakukan dengan menghentikan aktivitas, dapat
dilakukan dengan duduk, berbaring, berdiri. Tujuan dari pemulihan pasif
pada dasarnya sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan lagi
kondisi fisik seseorang agar seperti semula atau keadaan sebelum latihan,
menghilangkan kadar asam laktat yang menumpuk di otot,
mengembalikan energi tubuh yang sudah digunakan selama latihan, serta

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy