0% found this document useful (0 votes)
79 views8 pages

One Octivia Nurlaiilla Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Pujiyono Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

This document summarizes two commercial court decisions regarding bankruptcy applications filed against securities companies by creditors. It analyzes the legal basis for who can file bankruptcy applications against securities companies based on the historical period - before or after the establishment of the Financial Services Authority (OJK) law. Before the OJK law, bankruptcy applications were under the authority of Bapepam. After the OJK law, this authority was transferred to OJK based on the "lex posteriori derogat legi priori" principle. The document provides examples of precedent bankruptcy applications filed by creditors against securities companies based on two commercial court decisions. It concludes that accepting bankruptcy applications filed by creditors against securities companies is not in accordance with regulations, but the cancellation of one

Uploaded by

Nicholas Pratama
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
79 views8 pages

One Octivia Nurlaiilla Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Pujiyono Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

This document summarizes two commercial court decisions regarding bankruptcy applications filed against securities companies by creditors. It analyzes the legal basis for who can file bankruptcy applications against securities companies based on the historical period - before or after the establishment of the Financial Services Authority (OJK) law. Before the OJK law, bankruptcy applications were under the authority of Bapepam. After the OJK law, this authority was transferred to OJK based on the "lex posteriori derogat legi priori" principle. The document provides examples of precedent bankruptcy applications filed by creditors against securities companies based on two commercial court decisions. It concludes that accepting bankruptcy applications filed by creditors against securities companies is not in accordance with regulations, but the cancellation of one

Uploaded by

Nicholas Pratama
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

PERMOHONAN PAILIT PERUSAHAAN EFEK

YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR


(Komparasi Hukum Putusan Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.
JKT.PST dan Putusan Pengadilan Niaga No.08/Pdt.Sus.PAILIT/2016/
PN.Niaga.Jkt.Pst)

One Octivia Nurlaiilla


oneoctivia@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Pujiyono
pojifhuns@gmail.com
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Abstract
The writing is aimed at knowing comparation of the securities company’s bankruptcy application filed by
the creditor through a study of Commercial Court Decision No.03 / Pailit / 2010 / PN.NIAGA.JKT.PST
and Commercial Court Decision No.03 / Pailit / 2010 / PN.NIAGA.JKT.PST . The research method used
was the normative legal research. The approach used is approach the law made by reviewing all the
regulations the laws. Data source used are legal materials that include primary and secondary. From this
research, Who knew can apply for bankrupt securities companies distinguished on the basic of historical
facts in the period before the birth of the UU OJK authority to apply for bankrupty as the provisions of
article 2 paragraph (4) of the act is on the bankrupty of Bapepam. For a period after the inception of the
UU OJK are ”lex post teriori derograt legi priori” authority Bapepam regulated in article 2 paragraph (4)
of the act of bankruptcy entirely switched to OJK. The filing of the petition for bankruptcy securities firm
precedent proposed by creditors in the Coommercial Court decision No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.JKT.
PST and in the Commercial Court decision No.08/Pdt.Sus.PAILIT/ 2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat. Based on
research can be concluded the receipt of the petition for bankrupt securities companies filed by creditors
does not comply with the legislation. But with the Commercial Court Decision No.08/Pdt.Sus.PAILIT/
2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat that have cancelled with Court of Commerce decision number.08/Pdt.Sus-
Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat be bright spot of the existence of legal certainty in a bankruptcy dispute
resolution in the field od capital market.
Keywords: the petition in bankruptcy, securities company, creditors

Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui komparasi hukum terhadap permohonan pailit perusahaan
efek yang diajukan oleh kreditor melalui studi putusan Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.
JKT.PST dan Putusan Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.JKT.PST. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum normatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-
undang yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan undang-undang. Sumber data hukum yang
digunakan adalah data hukum sekunder yang mencakup bahan hukum primer dan sekunder. Pihak
yang dapat mengajukan permohonan pailit perusahaan efek dibedakan berdasarkan fakta kesejarahan
yakni masa sebelum lahirnya UU OJK kewenangan untuk mengajukan permohonan pailit sebagaimana
ketentuan Pasal 2 ayat (4) UU Kepailitan ada pada Bapepam. Untuk masa setelah lahirnya UU OJK
secara ”lex post teriori derograt legi priori” kewenangan Bapepam yang diatur di dalam Pasal 2 ayat (4)
UU Kepailitan sepenuhnya beralih ke OJK. Contoh preseden pengajuan permohonan pailit perusahaan
efek yang diajukan oleh pihak kreditur dalam Putusan Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.JKT.
PST dan Putusan Pengadilan Niaga No.08/Pdt.Sus.PAILIT/ 2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat. Dapat disimpulkan
bahwa dengan diterimanya permohonan pailit perusahaan oleh kreditor tidak sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam peraturan perundang-undangan. Namun dengan dikeluarkannya keputusan Mahkamah
Agung Nomor 99 PK/Pdt.Sus.Pailit/2015 menjadi titik terang adanya kepastian hukum dalam penyelesaian
sengketa kepailitan di bidang pasar modal.
Kata kunci: permohonan pailit, perusahaan efek, kreditor.

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 109


A. Pendahuluan dapat dipastikan adalah badan hukum Perseroan
Terbatas (M. Hadi Shubhan, 2014: 12).
Perjanjian utang piutang termasuk kedalam
jenis perjanjian pinjam meminjam, hal ini Ketentuan mengenai Perseroan Terbatas
sebagaimana diatur dalam Bab Ketiga Belas Buku (yang kemudian disebut PT) diatur dalam Undang-
Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
(selanjutnya disebut KUH Perdata). Utang menurut Terbatas (selanjutnya disebut UUPT). Suatu
Pasal 1756 KUH Perdata merupakan perjanjian proses PT Terbuka menjual sebagian saham
antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dalam bentuk efek ke masyarakat luas dikenal
dan objek yang diperjanjikan adalah uang. Maka sebagai proses go public. Dalam tahap go public
ada dua pihak yang terlibat dalam hubungan ini perusahaan melakukan penawaran umum ke
hukum ini yakni pihak yang satu disebut kreditor masyarakat. Maka kemudian perusahaan dapat
(schuldeiser) dan pihak yang lain disebut debitor disebut sebagai emiten atau perusahaan public
(schuldenaar) (Gatot Supramono, 2014: 9). yakni suatu menjadi perusahaan terbuka dilakukan
dengan melakukan penawaran saham kepada
Utang dalam ketentuan Undang-Undang
publik atau masyarakat umum (Munir Fuady,
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
2005: 52).
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(selanjutnya disebut UU Kepailitan) merupakan Kegiatan penawaran umum ke masyarakat
pengertian dalam arti luas. Istilah utang tersebut dengan cara penanaman modal dalam bentuk
menunjuk pada kewajiban hukum perdata. saham merupakan salah satu transaksi yang
Kewajiban atau utang dapat timbul baik dari umumnya terjadi di pasar modal. Kententuan
kontrak atau dari undang-undang (Pasal 1233 KUH megenai Pasar Modal diatur dalam Undang-
Perdata) (M. Hadi Shubhan, 2014: 89). Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal (selanjutnya disebut UU Pasar Modal).
Utang yang merupakan kewajiban bagi debitur
Secara sederhana, pasar modal adalah tempat
wajib dipenuhi atau dilunasi, namun demikian ada
bertemunya penjual dan pembeli, yang di dalamnya
kalanya debitur tidak memenuhi kewajibannya
efek menjadi objek perjanjian jual-beli tersebut. (H
atau berhenti membayar utangnya. Keadaan
Abdul Manan, 2009: 39).
berhenti membayar utang dapat terjadi karena
tidak mampu membayar atau tidak mau membayar Masyarakat sebagai investor yang hendak
(Man S. Sastrawidjaja, 2006: 2). Salah satu cara melakukan transaksi di bursa efek terlebih
untuk menyelesaikan sengketa berkaitan dengan dahulu harus menjadi nasabah disalah satu
keadaan berhenti membayar dan penagihan perusahaan efek. Peran tersebut menunjukkan
pelunasan utang debitur adalah melalui Kepailitan. bahwa fungsi dari perusahaan efek tersebut
yaitu sebagai perantara mengalirnya arus dana
Di Indonesia kepailitan adalah pelaksanaan
dan informasi antara pemodal dengan pemodal
lebih lanjut dari ketentuan yang ada dalam Pasal
dan pemodal dengan emiten (Perusahaan go
1131 dan 1132 KUH Perdata. Ketentuan dalam
public yang tercatat di bursa). Namun, dalam
Pasal 1131 KUH Perdata menunjukan bahwa
melaksanakan kegiatannya sebagai pihak yang
setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang
tugasnya telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa
dalam lapangan harta kekayaan selalu akan
Keuangan (selanjutnya disebut OJK), perusahaan
membawa akibat terhadap harta kekayaannya,
haruslah mampu bertindak secara profesional dan
baik yang bersifat menambah (kredit) maupun
bertanggung jawab.
mengurangi (debit). Sedangkan jika ternyata dalam
hubungan hukum harta kekayaan seseorang Perusahaan efek yang tidak dapat
memiliki lebih dari satu kewajiban yang harus melaksanakan tanggungjawabnya seperti tidak
dipenuhi terhadap lebih dari satu maka Pasal 1132 dapat memenuhi kewajiban untuk membayar
KUH Perdata menentukan bahwa setiap kreditur seluruh utang kepada pihak kreditur maka dapat
berhak atas pemenuhan harta kekayaannya diajukan permohonan pailit. Dari ketentuan Pasal
(Kartini Mulyadi, 2005: 164). 2 ayat (4) di atas dapat diketahui dengan jelas
bahwa permohonan pailit perusahaan efek saat ini
Secara praktik, kepailitan banyak menimpa
hanya dapat diajukan oleh OJK sebagai otoritas
Perseroan Terbatas yang memiliki implikasi yuridis
yang berwenang terhadap pengawasan dibidang
berbeda dengan kepailitan perseorangan. Hal ini
pasar modal. Tetapi kerancuan muncul ketika
tentu saja berkaitan dengan pengaruh ekonomi
permohonan pailit perusahaan efek diajukan oleh
dalam skala makro. Proposisi ini disebabkan
pihak kreditur.
bahwa pelaku bisnis dalam skala besar hampir

110 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


Preseden pengajuan permohonan pailit C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
perusahaan efek yang diajukan oleh kreditur pernah
1. Pihak Yang Dapat Mengajukan Permo-
terjadi di lembaga peradilan Indonesia. Contoh
honan Pailit Perusahaan Efek
kasus PT Antaboga Delta Securitas dalam Putusan
Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA. Bahwa di Indonesia telah terjadi fakta
JKT.PST, permohonan pailit yang diajukan oleh kesejarahan yang berbeda-beda terkait
kreditur ini resmi ditolak. Pertimbangan majelis dengan pihak yang dapat mengajukan
hakim adalah karena kewenangan mengajukan permohonan pailt terhadap perusahaan efek.
permohonan pailit tidak dapat dilakukan oleh pihak Garis batas kesejarahan tersebut adalah UU
lain selain Bapepam. Sedangkan dalam kasus PT OJK. Berikut penjelasannya secara sistematis:
Andalan Artha Advisido (AAA) Sekuritas, hakim a. Masa Sebelum Lahirnya UU OJK
dalam putusan Pengadilan Niaga nomor: 08/Pdt. Masa ini adalah masa ketika
Sus.PAILIT/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst mengabulkan Bapepam memiliki kedudukan sebagai
permohonan pailit yang diajukan oleh pihak lembaga dengan otoritas tertinggi di
kreditur. Dengan adanya perbedaan putusan pasar modal yang berperan melakukan
kedua kasus tersebut maka dapat menyebabkan pengawasan, pengaturan dam
adanya suatu ketidakpastian hukum dalam pembinaan terhadap pasar modal.
penyelesaian sengketa kepailitan perusahaan Atas dasar tersebut Bapepam diberi
efek di Indonesia. kewenangan luar biasa. Kewenangan
Upaya hukum merupakan alternatif yang Bapepam dikatakan luar biasa karena
dapat digunakan untuk mengantisipasi terjadinya meliputi kewenangan untuk membuat
ketidakpastian hukum terhadap kasus kepailitan peraturan, melakukan pemeriksaan dan
perusahaan efek. Upaya hukum dapat digunakan penyidikan serta menjatuhkan sanksi
oleh para pihak dalam kepailitan untuk memperoleh terhadap pihak yang melanggar ketentuan
adanya kepastian hukum terhadap putusan yang peraturan perundang-undangan (M. Irsan
dianggap tidak sesuai atau melanggar ketentuan Nasarudin dan Indra Surya, 2004: 116).
peraturan perundang-undangan. Bapepam-LK’s Chair was appointed
Penelitian hukum ini membahas tentang siapa by the President and was responsible to
saja pihak yang dapat mengajukan permohonan the Minister of Finance. Before purely
pailit perusahaan efek dan apakah pengajuan conducting its functions as a supervisor,
permohonan pailit terhadap perusahaan efek yang Bapepam was also an organizer of the
diajukan oleh pihak kreditur sudah sesuai dengan stock exchange. In 1990, these twin
ketentuan yang ada dalam UU Kepailitan dan UU tasks were eliminated. Bapepam then
Pasar Modal. focused on its function as a supervisor
in capital market. In December 2005 by
a merger with the Directorate General
B. Metode Penelitian of Financial Institutions, it became
Metode penelitian yang digunakan dalam Bapepam-LK. After the merger, the
penelitian ini adalah jenis penelitian hukum authority covers the supervision of
normatif. Tujuan dari penelitian hukum ini adalah insurance and pension industries. In
untuk melakukan komparasi hukum terkait dengan supervising capital market industries,
permohonan pailit perusahaan efek yang diajukan Bapepam-LK has authorities to guide
oleh pihak kreditur melalui analisis dua putusan capital market industry, including enacts
yang berbeda ditinjau dari berbagai peraturan technical regulations, supervises on day
perundang-undangan. Penelitian hukum ini bersifat to day market activities, investigates the
prespiktif, dengan pendekatan penelitian undang- capital market violations, and imposes
undang yang dilakukan dengan menelaah semua sanctions (Apri Sya’bani, Indonesia Law
undang-undang dan regulasi yang bersangkutan Review, Volume 4 Number 1, January -
dengan isu hukum yang ditangani. Data yang April 2014: 114-115).
digunakan adalah data sekunder. Data sekunder Terkait dengan kepailitan, Bapepam
mencakup bahan hukum primer berupa peraturan diberikan wewenang untuk mengajukan
perundang-undangan terkait dan bahan hukum permohonan pernyataan pailit atas
sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan perusahaan efek. Regulasi yang
serta dokumen-dokumen yang relevan dengan mengatur tentang permohonan pailit
permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan perusahaan efek antara lain:
data menggunakan studi kepustakaan.

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 111


1) Ketentuan yang ada dalam UU undang-undang melimpahkan seluruh
Kepailitan terdapat dalam beberapa kewenangan Bapepam terhadap
pasal antara lain Pasal 2 ayat (4), seluruh aktivitas pasar modal kepada
Pasal 6 ayat (3), Pasal 7 ayat (2), OJK. Kewenangan peralihan tersebut
Pasal 24 ayat (4), Pasal 8 ayat (1) didasarkan pada beberapa ketentuan
huruf a, Pasal 10 ayat (1) huruf a dan yang ada dalam UU OJK antara lain
b, Pasal 98 Ketentuan Pasal 6 huruf b, Pasal 55 ayat
2) Ketentuan yang ada dalam UU (1), Pasal 65 ayat (1) huruf b dan ayat (2),
Pasar Modal Pasal 66 ayat (1) huruf b, ayat (2) dan
ayat (4), Padal 67 dan Pasal 68 UU OJK.
UU Pasar Modal secara khusus
Pengalihan tersebut ditindaklanjuti
tidak mengatur mengenai kewenangan
dengan dikeluarkannya Peraturan
Bapepam dalam pengajuan permohonan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang
pailit perusahaan efek. Tetapi kewenangan
Perubahan Kelima Atas Peraturan
tersebut dijelaskan secara tersirat dalam
P r e s i d e n N o m o r 2 4 Ta h u n 2 0 1 0
UU Pasar Modal diantaranya ketentuan
tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
yang ada dalam Pasal 3 dan Pasal 4 UU
Kementrian Negara serta Susunan
Pasar Modal.
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon
Latar belakang Bapepam yang hanya I Kementrian Negara yang mengubah
diberi kewenangan untuk mengajukan susunan Organisasi Eselon I Kementrian
permohonan pernyataan pailit terhadap Keuangan dengan tidak adanya lagi
perusahaan efek seperti halnya Bapepam dan Lembaga Keuangan dalam
wewenang Bank Indonesia terhadap Bank susunan Organisasi Eselon I Kementrian
adalah karena peran Perusahaan Efek Keuangan.
merupakan kunci dalam kegiatan Pasar
Pengalihan fungsi, tugas serta
modal di Indoesia (Rudhy A. Lontoh,
wewenang pengaturan dan pengawasan
2001: 588). Ketentuan ini diperlukan
dibidang pasar modal ke OJK berdampak
dengan tujuan untuk membangun tingkat
pada wewenang Permohonan Pernyataan
kepercayaan masyarakat terhadap
Pailit terhadap debitor Perusahaan Efek.
perusahaan efek sebagai perusahaan
Jika mengacu pada asas hukum yakni ”lex
yang bergerak dibidang pasar modal
post teriori derograt legi priori” (ketentuan
yang memiliki kedudukan strategis
peraturan undang-undang yang baru
dalam pembangunan dan kehidupan
mengesampingkan atau menghapus
perekonomian Negara. Pembatasan
berlakunya ketentuan undang-undang
ini diperlukan untuk mencegah adanya
yang lama yang mengatur materi hukum
kemungkinan penyalahgunaan kepailitan
yang sama), maka dengan adanya UU
dan untuk mencegah akibat-akibat
OJK, kewenangan Bapepam yang diatur
ekonomis yang luas di masyarakat,
di dalam Pasal 2 ayat (4) UU Kepailitan
sehingga memerlukan kehatian-hatian
sepenuhnya beralih ke OJK yang
dalam menangani kasus kepailitan
memiliki kewenangan untuk mengajukan
perusahaan efek (Rudy A.Lontoh, 2001:
permohonan pernyataan pailit bagi
71).
perusahaan yang bergerak dibidang
Berkaitan dengan penjelasan pasar modal khusunya perusahaan efek.
diatas terhadap masa sebelum lahirnya
Menurut penjelasan Pasal 2 ayat (4)
UU OJK, maka pihak yang hanya
UU Kepailitan, Permohonan Pernyataan
dapat mengajukan permohonan pailit
Pailit sebagaimana dimaksud dalam
perusahaan efek adalah Bapepam.
ayat ini hanya dapat diajukan oleh OJK
b. Masa Setelah Lahirnya UU OJK karena lembaga tersebut melakukan
Pasca terbentuknya OJK kegiatan yang berhubungan dengan
menimbulkan dampak hukum dana masyarakat yang diinvestasikan
dialihkannya fungsi, tugas dan wewenang dalam efek dibawah pengawasan OJK.
pengaturan serta pengawasan kegiatan Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat
di sektor pasar modal dari Bapepam-LK (3) UU Kepailitan, panitera yang bertugas
ke OJK. Setelah beralihnya pengawasan mendaftarkan Permohonan Pernyataan
pasar modal kepada OJK pada tanggal Pailit wajib menolak pendaftaran
1 Januari 2013, maka secara langsung Permohonan Pernyataan Pailit terhadap

112 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


perusahaan efek, bursa efek, lembaga PT Antaboga Delta Securitas Indonesia
kliring, lembaga penjaminan, lembaga melalui putusan Pengadilan Niaga
penyimpanan dan penyelesaian, apabila No.03/Pailit/2010/PN.NIAGA.JKT.PST
Permohonan Pernyataan Pailit tersebut tanggal 01 Maret 2010. Dasar penolakan
diajukan oleh pihak selain OJK (Sutan tersebut dikarenakan Pemohon adalah
Remi Sjahdeni, 2016: 229). kreditur yang dianggap tidak memiliki
Berdasarkan kewenangan yang kewenangan untuk mengajukan
dimiliki oleh OJK sebagaimana yang telah permohonan pailit. Majelis Hakim
penulis paparkan sebelumnya, maka memberikan pertimbangan Hukumnya
kewenangan OJK yang dimaksud dalam melalui ketentuan yang ada dalam Pasal 2
Pasal 2 Ayat (4) UU Kepailitan adalah ayat (4) UU Kepailitan bahwa yang berhak
bukan untuk memberikan kekebalan mengajukan permohonan pernyataan
hukum kepada perusahaan efek sehingga pailit adalah Bapepam sehingga terhadap
tidak dapat dipailitkan, melainkan hanya permohonan pernyataan pailit yang
melaksanakan kewenangannya sebagai diajukan oleh Pemohon harus ditolak.
lembaga pengawasan dan pembinaan Pertimbangan hukum lainnya yang
sesuai dengan amanat yang diberikan diberikan oleh Majelis Hakim dalam
oleh undang-undang. putusannya adalah terkait dengan
Berkaitan dengan penjelasan pencabutan izin perusahaan. Bahwa
diatas terhadap masa setelah lahirnya meskipun suatu perusahaan efek telah
UU OJK, maka pihak yang hanya dicabut izin usahanya maka tidak
dapat mengajukan permohonan pailit menjadikan kewenangan mengajukan
perusahaan efek adalah Bapepam. permohonan pailit dapat dilakukan
oleh pihak lain selain Bapepam. Tetapi
menurut Pemohon permohonan pailit
2. Komparasi Hukum Terhadap Permohonan seharusnya dapat diterima dengan
Pailit Perusahaan Efek yang Diajukan mempertimbangkan bukti pencabutan
oleh Kreditor melalui Analisis Putusan izin usaha tersebut diatas.
Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/
Pernyataan Majelis Hakim ini dapat
P N . N I A G A . J K T. P S T d a n P u t u s a n
dibenarkan secara hukum. Karena
Pengadilan Niaga No.08/Pdt.Sus.PAILIT/ walaupun izin usaha perusahaan telah
2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat dicabut maka apabila permohonan pailit
a. Analisis Kasus PT Antaboga Delta akan diajukan, dapat dilakukan dengan
securitas Indonesia dalam putusan prosedur yang ada dalam UU Kepailitan.
Pengadilan Niaga No.03/Pailit/2010/ Sama halnya jika izin usaha dari PT
PN.NIAGA.JKT.PST. Antaboga Delta Securitas tidak dicabut
Permohonan pailit terhadap PT dan UU Kepailitan tidak mengatur hal
Antaboga Delta Securitas adalah tersebut, tidaklah berarti kewenangan
permohonan pailit yang diajukan mengajukan permohonan pailit dapat
berdasarkan adanya utang yang telah dilakukan oleh pihak selain Bapepam,
jatuh tempo dan dapat ditagih. Pengajuan karena menyangkut aktivitas PT dalam
permohonan pailit itu sendiri baru menjalankan usahanya dibidang pasar
dapat dikabulkan apabila telah terbukti modal telah menjadi tanggungjawab
memenuhi unsur-unsur yang ada dalam Bapepam sepenuhnya.
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 8 ayat
b. Analisis Kasus PT Andalan Artha
(4) UU Kepailitan. Sehubung dengan
Advisindo Securitas dalam putusan
status PT Antaboga Delta Securitas
Pengadilan Niaga No.08/Pdt.Sus.
Indonesia merupakan perusahaan efek
PAILIT/2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat.
maka mengenai kewenangan pengajuan
Permohonan pailit terhadap PT AAA
permohonan pailit ada pada Bapepam
Securitas adalah permohonan pailit yang
sebagai lembaga yang berwenang pada
diajukan berdasarkan adanya tagihan
saat itu.
terhadap transaksi Repo Confirmation
Majelis Hakim dalam putusannya
milik kreditur yang telah jatuh tempo dan
telah menolak permohonan pernyataan
dapat ditagih. Pengajuan permohonan
pailit yang diajuakan oleh Pemohon
pailit PT AAA Sekuritas telah dikabulkan
Rudi Santoso Joo terhadap Termohon
oleh Majelis Hakim karena telah terbukti

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 113


memenuhi unsur-unsur yang ada dalam hilangnya kewenangan debitor pailit
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 8 ayat untuk menguasai dan mengurus harta
(4) UU Kepailitan. Pasal 2 ayat (1) UU pailitnya (Ivida Dewi Amrih dan Herowati
Kepailitan mengatur mengenai syarat- Poesoko, 2016: 78). Kewenangan
syarat kepailitan sedangkan Pasal 8 debitur tersebut selanjutnya diambil alih
ayat (4) mengatur mengenai pembuktian oleh Kurator. Tugas untuk melakukan
sederhana kepailitan. pengurusan dan pemberesan harta
Mengacu pada ketentuan yang ada pailit dilakukan oleh kurator yang telah
pada UU Kepailitan maka kewenangan diangkat dalan putusan pernyataan pailit.
pengajuan permohonan pailit ada pada (Arus Akbar Silondae dan Wirawan B.
Bapepam sebagaimana ketentuan dalam Ilyas, 2011: 69).
Pasal 2 ayat (4) UU Kepailitan. Menurut Apabila sebelum putusan pailit
salah satu sumber media online (www. diucapkan telah dilaksanakan transaksi
hukumonline.com) fakta dikabulkannya efek dibursa efek maka transaksi tersebut
permohonan pailit terhadap PT AAA wajib diselesaikan. Transaksi efek di
Sekuritas disesalkan oleh AKPI (Asosiasi bursa efek perlu dikecualikan, hal ini untuk
Kurator dan Pengurus Indonesia), bahwa menjamin kelancaran dan kepastian
seorang hakim dalam memutuskan hukum atas transaksi efek di bursa efek.
perkara harus lah tunduk dan patuh pada Adapun penyelesaian transaksi efek di
Peraturan undang-undang yang berlaku. bursa efek dapat dilaksanakan dengan
Hal tersebut secara tegas di atur dalam cara penyelesaian pembukuan atau cara
Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor lain sesuai dengan paraturan perundang-
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan undangan di bidang pasar modal.
Kehakiman, yang menyatakan bahwa : Jika ditelaah dari pembahasan di
“Putusan pengadilan selain harus atas maka dapat ditarik kesimpulan
memuat alasan dan dasar putusan, bahwa terjadi adanya inkonsistensi
juga memuat pasal tertentu dari penegakan hukum kepailitan. Sehingga
peraturan perundang-undangan menyebabkan adanya ketidakpastian
yang bersangkutan atau sumber hukum dalam penyelesaian sengketa
hukum tak tertulis yang dijadikan kepailitan perusahaan efek yang bergerak
dasar untuk mengadili.” dibidang pasar modal.
Berdasarkan pertimbangan terse- Titik terang dari ada tidaknya
but maka seharusnya Majelis Hakim kepastian hukum terhadap putusan
menjadikan pertimbangan hukum PT AAA Sekuritas ditentukan setelah
dalam putusan PT Antaboga Delta dikeluarkannya putusan Mahkamah
Securitas sebagai sumber hukum yang Agung Nomor 99 PK/Pdt.Sus.Pailit/2015
dijadikan dasar untuk memutus perkara pada tanggal 29 Juni 2015 yang telah
permohonan pailit PT AAA Securitas. membatalkan putusan Pengadilan
Niaga Nomor 08/Pdt.Sus-Pailit/2015/
Alasan OJK tidak mengajukan
PN.Niaga.Jkt.Pusat. Majelis Hakim telah
permohonan pernyataan pailit terhadap
mengabulkan permohonan peninjauan
perusahaan efek yang memenuhi
kembali yang diajukan oleh pihak
syarat kepailitan sebagaimana diatur
Termohon (PT AAA Securitas) melalui
dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan
putusan Mahkamah Agung Nomor 08/
adalah bukan karena ketidakmauan
Pdt.Sus-Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt.Pusat.
(unwillingness) dari OJK, tetapi murni
dikarenakan OJK tidak memiliki
kewenangan untuk mengawasi hubungan D. Simpulan
perdata antara Perusahaan Efek dengan Pihak-pihak yang dapat mengajukan
kreditornya. (Ari Rio Pambudi, Vol 5 No.3 permohonan pailit perusahaan efek dapat
2016: 9). dilihat dari fakta kesejarahan yang berbeda-
Diputuskannya seorang debitor beda. Pertama, masa sebelum lahirnya UU OJK
menjadi debitor pailit oleh Pengadilan kewenangan mengajukan permohonan pailit
Niaga membawa konsekuensi hukum, perusahaan efek ada pada Bapepam. Kedua,
yaitu bagi debitor dijatuhkan sita umum masa setelah lahirnya UU OJK yang menyebabkan
terhadap seluruh harta debitor pailit dan

114 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


dampak hukum dialihkannya fungsi, tugas dan E. Saran
wewenang pengaturan serta pengawasan kegiatan 1. Dengan adanya pengalihan kewenangan,
di sektor pasar modal dari Bapepam ke OJK. tugas dan fungsi dari Bapepam ke OJK
Dengan adanya pengalihan ini maka secara dalam bidang pasar modal berdasarkan UU
lex post teriori derograt legi priori, kewenangan OJK, maka perlu dilakukan revisi terhadap
Bapepam yang diatur dalam Pasal 2 ayat (4) UU peraturan UU Kepailitan dan UU Pasar Modal.
Kepailitan mengenai kewenangan pengajuan Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan kedua
permohonan pailit perusahaan efek menjadi aturan tersebut terhadap UU OJK supaya
kewenangan OJK. Pembatasan yang terdapat tidak terjadi multitafsir.
dalam Pasal 2 ayat (4) tidak menghilangkan hak 2. Perlu adanya peraturan khusus mengenai
kreditor untuk mendapat upaya hukum berupa pelakasanaan kepailitan perusahaan efek
pengajuan gugatan perdata mealui pengadilan yang dibuat oleh OJK sebagai pihak yang
umum. berwenang dalam mengawasi kegiatan
Putusan pailit perusahaan efek yang dibidang pasar modal. Tujuan dari pengaturan
permohonannya diajukan oleh kreditor merupakan ini adalah untuk memberikan adanya kepastian
putusan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum bagi pihak pemangku kepentingan
yang ada dalam peraturan perundang-undangan dalam bidang pasar modal terutama bagi
khususnya UU Kepailitan dan UU Pasar Modal. pihak Debitur dan Kreditur. Selain itu dengan
Dengan dikabulkannya permohonan pailit dibuatnya peraturan tersebut diharapkan
perusahaan efek yang diajukan oleh kreditor maka mampu menutup kemungkinan adanya celah
menyebabkan terjadinya inkonsistensi penegakan hukum yang dapat dimanfaatkan oleh pihak
hukum kepailitan baik terhadap hukum yang yang tidak bertanggungjawab.
berlaku secara yuridis normatif ataupun terhadap 3. Perlu adanya koordinasi secara langsung
yurisprudensi sebagai hukum yang lahir dari hakim antara pihak Pengadilan Niaga pada
melalui proses peradilan. Namun dengan adanya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 99 PK/Pdt.Sus. pihak OJK perihal kewenangan OJK sebagai
Pailit/2015 yang membatalkan Putusan Pengadilan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
Niaga Nomor 08/Pdt.Sus-Pailit/2015/PN.Niaga.Jkt. mengajukan permohonan pailit terhadap
Pusat milik PT AAA Securitas maka menunjukan perusahaan efek maupun terhadap kepailitan
bahwa Hakim dalam Pengadilan Niaga pada pada sektor pasar modal lainnya seperti
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah bersikap Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
konsisten. Sehingga dengan dikeluarkannya Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
Putusan Mahkamah Agung ini maka terjadi adanya Hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian
kepastian hukum di bidang pasar modal yang hukum mengenai kepailitan perusahaan
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat efek baik dari segi pendaftaran hingga
terhadap lembaga peradilan di Indonesia. pertimbangan hakim dalam memutus.

Daftar Pustaka

Apri Sya’bani, 2014. “Minority Shareholders’ Protection in The Indonesian Capital Market”. Indonesia
Law Review, Volume 4 Number 1, January-April 2014.
Ari Rio Pambudi dkk, 2016. “Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Pada Kepailitan Perusahaan Efek
(Studi Kasus Kepailitan PT AAA Sekuritas). Diponegoro Law Journal, Volume 5, Nomor 3, Tahun
2016. Semarang: Universitas Diponegoro.
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Gatot Suprapmono. 2014. Perjanjian Utang Piutang. Jakarta: Kencana
H. Abdul Manan. 2009. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah
Indonesia. Jakarta: Kencana.

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 115


Ivida Dewi Amrih & Herowati Poesoko. 2016. Hukum Kepailitan (Kedudukan dan Hak Kreditor Separatis
atas Benda Jaminan Debitor Pailit). Yogyakarta: Laksbang Grafika.
Kartini Muljadi. 2005. Pedoman Menangani Perkara Kepailitan. Jakarta: Rajawali Pers.
M.Hadi Shubhan. 2012. Hukum Kepailitan (Prinsip, Norma, Praktek di Peradilan). Jakarta: Kencana.
M Irsan Nasarudin & Indra Surya. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Cetakan kedua. Jakarta:
Kencana.
Man S sastrawidjaja. 2006. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung:
Alumni.
Munir Fuadi. 2005. Pengantar Hukum Bisnis (Menata Bisnis Modern di Era Global). Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Rudy A. Lontoh dkk. 2001. Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang. Bandung: Alumni.
Sutan Remy Sjahdeni. 2016. Sejarah, Asas dan Teori Hukum Kepailitan (Memahami Undnag-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Jakarta:
Kencana.

116 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy