Warta Ardhia Jurnal Perhubungan Udara
Warta Ardhia Jurnal Perhubungan Udara
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta
The Study of Human Factor of Ground Handling Human Resources in Yogyakarta Adi
Sucipto Airport
Susanti
Pusat Litbang Transportasi Udara, Jl. Merdeka Timur no. 5, Jakarta Pusat 10110
email: shanti.udara@gmail.com
Penanganan pesawat di bandar udara atau ground handling mempunyai fungsi dan
peranan penting dalam menjaga keselamatan penerbangan. Sesuai prosedur dalam
sistem operasional harus benar-benar ditaati dan dijalankan. Peristiwa yang pernah
terjadi pada Turkish Airlines penerbangan nomor 981 yang melakukan penerbangan
dari Istanbul, Turki menuju London melalui Paris kemudian pada tanggal 3 Maret
1974, pesawat tersebut berakhir celaka sesaat setelah keluar wilayah Paris. Pintu
kargo di bagian belakang bawah pesawat terlepas. Menyebabkan dekompresi dan
memutus kabel-kabel kontrol pesawat. Pilot kehilangan kontrol atas pesawat sehingga
pesawat kemudian jatuh menukik. Semua penumpang dan awak pesawat McDonnel
Douglas DC-10 yang berjumlah 346 ditemukan tewas. Sebagai upaya dalam
meningkatkan keselamatan penerbangan khususnya di bandar udara, maka perlu
dilakukan kajian tentang human factor tentang ground handling di sisi udara. Maksud
kajian adalah untuk mengevaluasi bagaimana peran ground handling di bandar udara
dan bagaimana manajemen dalam mencegah faktor human error. Kajian human factor
personel ground handling di Bandara Adi Sucipto yang difokuskan pada sisi udara
menemukan hasil bahwa pekerjaan ground handling yang mempunyai human error
probability (HEP) tertinggi personel ground handling dalam menjalankan tugasnya
adalah terburu-buru menempatkan forward airstair sehingga menabrak pesawat,
bagasi yang jatuh dari bag carts dan tugs and tractor saling bertabrakan karena area
sempit. Seluruhnya mendapat nilai 0.1800 sedangkan HEP operator tidak melock
forward airstairs mendapatkan nilai 0.0900.
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 29
PENDAHULUAN tempat kejadian ditemukan banyak sekali durian
Penanganan pesawat di bandar udara atau baik yang masih utuh maupun yang sudah hangus
yang dikenal dengan istilah ground handling terbakar. Aroma durian tersebut bercampur
mempunyai fungsi dan peranan penting dalam dengan bau avtur yang cukup mengganggu
menjaga keselamatan penerbangan. Dalam indera penciuman di lokasi kecelakaan.
menjalankan prosedur dalam sistim operasional Kejadian yang sering terjadi di bandara
harus benar-benar ditaati dan dijalankan. Ada Indonesia adalah peristiwa tabrakan antar
sebuah peristiwa kecelakaan pesawat udara yang pesawat atau pesawat dengan mobil ground
dikaitkan dengan peran ground handling, salah handling di apron bandara. Kejadian terbaru
satunya yang pernah terjadi adalah peristiwa terjadi pada tanggal 24 Agustus 2012 di apron
Turkish Airlines penerbangan nomor 981 yang bandara Soekarno-Hatta. Sayap pesawat Boeing
melakukan penerbangan dari Istanbul, Turki B737-900 ER Lion Air menyenggol ekor pesawat
menuju Paris dan kemudian diteruskan ke milik Airfast. Saat itu pesawat Lion sedang ditarik
London pada tanggal 3 Maret 1974, pesawat oleh petugas darat untuk dilakukan pengecekan.
tersebut akhirnya berakhir celaka sesaat setelah Petugas melakukan kesalahan dalam
keluar wilayah Paris. Pintu kargo di bagian mengalkulasi jarak antar pesawat sehingga
belakang bawah pesawat terlepas. Menyebabkan terjadi gesekan pesawat yang mengakibatkan
dekompresi dan memutus kabel-kabel kontrol dua pesawat tersebut rusak.
pesawat. Pilot kehilangan kontrol atas pesawat Peristiwa lainnya yang juga pernah terjadi
sehingga pesawat kemudian jatuh menukik. pada tanggal 10 April 2011, dimana ekor pesawat
Semua penumpang dan awak pesawat McDonnel milik Kalstar bersentuhan dengan ekor pesawat
Douglas DC-10 yang berjumlah 346 ditemukan milik Wings. Begitu pula pada tanggal 1 Februari
tewas. 2007 saat pesawat milik Garuda bersentuhan
Hasil investigasi menyebutkan, ada kesalahan dengan pesawat milik Saudi Airlines. Kedua
prosedur dalam menutup pintu kargo. Petugas lokasi peristiwa itu juga terjadi di Bandara
ground handling yang berkebangsaan Maroko Soekarno-Hatta. Peristiwa pesawat Garuda
ternyata tidak dapat membaca petunjuk yang Indonesia yang bergesekan dengan mobil
berbahasa Turki dan Inggris. Petugas tersebut katering juga pernah terjadi bandara Ngurah Rai,
mengaku sudah menutup pintu kargo. Namun Denpasar pada tanggal 25 Februari 2008.
karena prosedur yang dijalani kurang tepat Kejadian tersebut mengakibatkan kerusakan
akhirnya menyebabkan pintu kargo tidak yang serius pada pesawat dan segera diketahui
menutup dengan sempurna. Saat mendapat dan langsung ditangani oleh petugas.
tekanan pada waktu pesawat terbang, pintu Semua peristiwa tersebut sebagian besar
kargo pun jebol. dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan
Banyak sekali kejadian kecelakaan yang langsung dari petugas, tetapi bagaimana
berkaitan dengan penanganan pesawat di sebenarnya peran dan tanggung jawab ground
bandara yang menjadi wilayah tugas dan peran handling? Bagaimana bila peristiwa tersebut
ground handling, di Indonesia, peristiwa tersebut tidak dapat langsung terdeteksi, yang
memang belum dapat ditemukan dari hasil mengakibatkan kerusakan pada saat pesawat
investigasi kecelakaan pesawat udara, tetapi terbang? Pesawat tersebut tentu saja
terdapat beberapa peristiwa yang diduga kemungkinan mengalami kecelakaan.
berkaitan dengan peran dan tanggung jawab Ground handling atau penanganan pesawat
ground handling, diantaranya adalah peristiwa saat di bandar udara atau di darat meliputi proses
pesawat Boeing B737-200 yang dioperasikan yang cukup panjang, yaitu dimulai penanganan
Mandala, mengalami kecelakaan di kota Medan, penumpang untuk lapor diri (check-in) sampai
terdapat berita bahwa kargo pesawat dipenuhi kepada penumpang masuk di pesawat dan pintu
buah durian salah satu penumpang yang ditutup. Selain penumpang, penanganan ini juga
menyebabkan pesawat mengalami kelebihan untuk barang bawaan, kargo dan pesawatnya itu
beban (overload), meskipun hasil investigasi sendiri. Seperti misalnya pembersihan kabin
KNKT tidak menyebutkan hal tersebut. Namun di pesawat, mendorong pesawat untuk parkir atau
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 31
tujuan/destination atau dengan kata lain penerbangan. Beberapa lapis keju dalam suatu
penanganan pesawat selama berada di sistem tersebut merupakan pihak-pihak yang
bandara. Secara teknis operasional ground terlibat dengan operasi penerbangan. Pada
handling dimulai pada saat pesawat berada di masing-masing lapis keju terdapat lubang-lubang
parking stand saat mesin pesawat sudah yang menggambarkan kelemahan atau
dimatikan, roda pesawat sudah diganjal (block kekurangan pada pihak terkait dan berpotensi
on), dan pintu pewsawat sudah dibuka (open menimbulkan bahaya. Bila terjadi kelalaian,
the door), serta para penumpang sudah digambarkan sebagai bom yang meledak maka
dipersilahkan untuk turun atau keluar dari ledakan itu akan mengenai dinding-dinding keju.
pesawat. Maka, pada saat itu para staf ground Sebagian serpihan ledakan akan tertahan lapisan
handling sudah memiliki kewenangan untuk keju dan sebagian akan melalui lubang-lubang
mengambil alih pekerjaan dari para pilot serta yang ada maka akan mengakibatkan terjadinya
awak pesawat. Penanganan inilah yang kecelakaan. Sebaliknya, bila ledakan itu tidak
kemudian disebut arrival handling. berhasil melewati semua lapisan keju maka
Selanjutnya kegiatan atau pekerjaan staf kelalaian tersebut masih dalam batas toleransi
ground handling akan berakhir ketika dan tidak mengakibatkan kecelakaan.
pesawat siap-siap untuk lepas lenadas, yaitu Reason (1990) membedakan dua macam
pada saat pintu pesawat ditutup, mesin kesalahan dalam sebuah sistem (system error)
dihidupkan, dan ganjal pesawat dilepas (block yaitu aktif (active) dan terselubung (latent).
off). Tanggung jawab pada fase inilah akan Active error adalah sebuah kesalahan yang
kembali kepada para pilot dan awak pesawat. efeknya langsung dirasakan, sedangkan latent
Fase ini dikenal dengan istilah departure error melibatkan aspek buruk pada sistem yang
handling. tidak atif dan menjadi jelas ketika
Objek yang ditangani oleh staf ground dikombinasikan dengan aspek lain untuk
handling pada intinya adalah penumpang menembus pertahanan suatu sistem. Perpaduan
(pax), barang bawaan (baggage), barang dua macam kesalahan ini dalam suatu sistem
kiriman (cargo), benda-benda pos (mail), akan menimbulkan kecelakaan bila mampu
ramp, dan pesawat (aircraft). Sebagai sebuha menembus pertahanan atau batas toleransi.
proses penanganan maka muncul istilah Dalam kaitannya dengan dunia penerbangan,
passenger handling, bagagge handling, cargo active error berhubungan dengan kinerja orang-
and mail handling, dan ramp handling. Dalam orang yang berada di lini depan seperti pilot,
International Air Transport Association (IATA) pemandu lalu lintas (ATC), kru di ruang
menetapkan sebanyak 14 kegiatan pelayanan pengendali, dan yang ada kaitannya secara
standar ground handling. langsung dengan kegiatan operasional.
Sedangkan latent error merupakan kegiatan yang
tidak berhubungan dengan operasi langsung
Tujuan Ground Handling
seperti pembuat design, pembuat kebijakan
Dalam melaksanakan keseluruhan proses
tingkat tinggi dan pihak pengelola, seperti
kegiatan ground handling terdapat tujuan
terlihat dalam tabel 1 di bawah ini.
ataupun target akhir dari seluruh kegiatan
tersebut yaitu; tercapainya (1) flight safety atau
Tabel 1. Sumber terjadinya kesalahan aktif dan
keselamatan penerbangan, (2) On Time terselubung
Performance atau kinerja yang tepat waktu, (3) Latent Error Active Error
Customer Satisfaction atau kepuasan pelanggan,
Terletak di Terletak di
dan (4) Reliability atau keandalan dari pelayanan. a. Organisasi, sistem Pekerja dan tm lini
b. Hukum dan depan, disebabkan oleh;
peraturan 1. Komunikasi
Kelalaian Manusia atau Human Factors c. Prosedur 2. Kerusakan fisik
Proses terjadinya kecelakaan digambarkan d. Tujuan, sasaran 3. Faktor psikologis
oleh Reason sebagai model keju swiss (Swiss 4. Interaksi manusia
Cheese Model). Model ini menggambarkan sebuah dengan peralatan
Sumber: http://www.uni-graz.at, akses Mei 2015
keju swiss sebagai suatu sistem keselamatan
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 33
Fatal Injury METODOLOGI
Luka yang berakibat pada kematian dalam Pengkajian ini menggunakan metode analisis
waktu 30 hari terhitung sejak terjadinya data HEART (Arifin, J., Partiwi, S. G., & Rahman, A.,
kecelakaan. 2010) metode ini digunakan dalam menentukan
Serious Injury peluang terjadinya error dalam setiap aktifitas
Luka yang menyebabkan seseorang dirawat pekerjaan. Penelitian dengan menggunakan
di rumah sakit selama lebih dari 48 jam, metode HEART dilakukan dengan beberapa
terhitung tujuh hari sejak kejadian; atau tahap yaitu penelitian pendahuluan,
Berakibat pada retak/patah tulang (kecuali mengumpulkan data, melakukan pengolahan
kerusakan sederhana pada jari tangan, jari data, menganalisa hasil pengolahan data dan
kaki atau hidung); atau melibatkan kerusakan terakhir menyimpulkan hasil penelitian.
atau robeknya urat daging, syaraf, otot; atau Langkah-langkah pengolahan data dengan
melibatkan kerusakan organ dalam; atau metode SHERPA adalah sebagai berikut:
melibatkan tubuh terbakar pada level dua 1. Langkah I: Hierarchical task analysis (HTA).
atau tiga, atau mmenyebabkan terbakarnya 2. Langkah II: Human Error Identification (HEI).
permukaan tubuh sebanyak lebih dari lima 3. Langkah III: Konsekuensi Analisis.
persen; atau menyebabkan terjadinya infeksi 4. Langkah IV: Analisis Ordinal Probabilitas.
atau terkena radiasi 5. Langkah V: Analisis strategi.
Minor Injury
Luka yang tidak termasuk dalam kategori Perhitungan probabilitas terjadinya human
fatal injury maupun serious injury error dengan metode HEART (Human Error
None Tidak mengalami luka Assessment and Reduction Technique)
Proses analisis data selanjutnya adalah
Selain itu terdapat juga beberapa istilah melakukan probabilitas terjadinya human error,
mengenai tingkat kerusakan yang dialami analisis yang digunakan adalah metode HEART.
pesawat terbang yaitu : Adapun langkah-langkah adalah:
a. Hancur (Destroyed) 1. Mengkategorikan item pekerjaan ke salah
Kerusakan akibat benturan, kebakaran atau satu dari 8 kategori yang ada di tabel Generic
kegagalan saat terbang sehingga pesawat task type (GTT).
secara ekonomi tidak bisa diperbaiki (biaya 2. Menentukan proporsi efek atau Assessed
perbaikan lebih besar dari nilai pesawat). proportion of effect (APOE) dan menghitung
b. Kerusakan parah (Substantial Damage) besarnya nilai assessed effect (AE) dari setiap
Kerusakan atau kegagalan yang berakibat EPCs yang telah diidentifikasi.
pada kekuatan struktur, performansi, atau 3. Melakukan perhitungan nilai Human error
karakteristik terbang pesawat, dan probability (HEP).
membutuhkan perbaikan besar untuk
penggantian komponen. Kerusakan atau Dalam penjabarannya adalah sebagai berikut;
kegagalan mesin pada salah satu mesin 1. Fungsi utama proses perhitungan HEART
pesawat, kerusakan pada logam penutup adalah untuk mengelompokkan task dalam
mesin, lubang kebocoran kecil, kerusakan kategori generalnya dan nilai level
pada rotor atau bilah propeller, kerusakan nominalnya untuk human unreliability sesuai
pada roda pendarat, ban, flap, aksesori mesin, dengan tabel 2.
rem, atau wingtips tidak termasuk dalam
kategori ini.
c. Kerusakan kecil (Minor Damage)
Kerusakan yang tidak menghancurkan
pesawat atau tidak menyebabkan kerusakan
parah.
d. Tidak rusak (None)
Tidak mengalami kerusakan
Maksimum
Kondisi yang menyebabkan error Nominal
Unreliability
Tidak mengenal situasi yang mungkin penting dan
17
jarang terjadi
Kekurangan waktu untuk mendeteksi error dan
11
melakukan perbaikan (buru-buru)
Kurang jelasnya tanda bahwa operasi yang
10
dilakukan salah
Informasi larangan yang kurang jelas 9
Tidak tersedianya petunjuk terjadinya kesalahan 8
Terjadi ketidaksamaan cara pandang antara
8
operator dengan atasan
Tidak bisa melakukan tindakan mengulang kembali
8
operasi
Terjadi kelebihan kapasitas produksi (sibuk) 6
Adanya teknik yang benar-benar baru, belum
6
pernah dilakukan
Dibutuhkannya pengetahuan yang benar-benar
5.5
antar operasi
Ketidakjelasan standar performansi yang diminta 5
Terjadi ketidaksamaan antara resiko yang terjadi
4
dengan yang diperkirakan
Tidak adanya timbal balik atas tindakan yang
4
dilakukan
Sumber: Findiastuti, 2002
Metode HEART merupakan bagian dari 2. Menentukan proporsi efek atau Assessed
perhitungan keandalan yang diartikan proportion of effect (APOE) dan menghitung
sebagai seberapa besar staf melakukan besarnya nilai assessed effect (AE) dari setiap
kesalahan dalam task yang seharusnya EPCs yang telah diidentifikasi. Proportion of
dilakukan. Kondisi yang mengakibatkan effect bernilai antara 0 sampai 1. Nilai
terjadinya error (Error producing condition, assessed proportion of effect dan perhitungan
EPCs) yang ditunjukkan dalam skenario yang nilai AE adalah dengan melakukan
memberikan pengaruh negatif terhadap perhitungan sebagai berikut;
performansi manusia yang ditampilkan dalam
tabel 3.
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 35
Assessed effect = (Maximal nominal Aircraft Handling Manual (AHM)
unrealiability-1) x APOE)+1 .................................... Airport Handling Manual (AHM) adalah suatu
(1) buku pedoman bagi suatu badan usaha untuk
menjalankan aktivitas pelayanan di Bandar
3. Melakukan perhitungan nilai Human error
udara/airport. Airport Handling Manual
probability (HEP).
diterbitkan oleh International Air Transport
HEP dihitung dengan rumus seperti di bawah
Association (IATA). AHM sendiri berisi
ini;
ketentuan-ketentuan mengenai tata cara atau
HEP = Assed effect x normal human aturan dalam menjalankan aktivitas Ground
unreliability....................................... (2) Handling di Airport. Perusahaan Ground Handling
memakai buku “Airport Handling Manual”
sebagai buku pedoman untuk menjalankan
HASIL DAN PEMBAHASAN kegiatan Ground Handling.
Ground handling berasal dari kata Ground Pekerjaan Cargo Handling merupakan bagian
yang artinya darat atau di darat, dalam hal yang dari Ground Handling yang mengacu pada
dimaksudkan adalah di bandar udara (airport). Aircraft Handling Manual (AHM 810) Annex A
Ground handling berasal dari kata Handling, dari dalam Ground Handling Agreement, Cargo, dan
kata dasar hand atau handle yang artinya tangan Mail Handling berada pada section 5. Lengkapnya
atau tangani. To handle berarti menangani atau adalah sebagai berikut;
melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan Section 1: Representation & Accomodation
penuh kesadaran. Handling berarti penanganan Section 2: Load Control and Communication
atau pelayanan (services or to services). Ground Section 3: Unit Load Devisi (ULD)
Handling adalah suatu kegiatan maskapai yang Section 4: Passanger & Baggage
berkaitan dengan penanganan atau pelayanan Section 5: Cargo & Mail
terhadap para passanger berikut bagasinya, Section 6: Ramp
cargo, pos, peralatan pembantu pergerakan Section 7: Aircraft Servicing
pesawat didarat dan pesawat terbang itu sendiri Section 8: Fuel & Oil
selama berada di airport, baik untuk departure Section 9: Aircraft Maintenance
maupun untuk arrival. Section 10: Flight Operation & New Administration
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui Section 11: Surface Transportation
ruang lingkup batas pekerjaan ground handling Section 12: Catering Service
yaitu pada fase atau tahap Pre Flight dan Post Section 13: Servicing & Administration
Flight, yaitu penanganan penumpang dan Section 14: Security
pesawat selama berada di bandara. Secara teknis
operasional, aktivitas ground handling dimulai Data Demand Penumpang Bandara Adi
pada saat pesawat taxi (parking stand), mesin Sucipto
pesawat sudah dimatikan, roda pesawat sudah Bandara Adi Sucipto di Yogyakarta
diganjal (block on) dan pintu pesawat sudah merupakan salah satu bandara yang mengalami
dibuka (open the door) dan para penumpang peningkatan jumlah penumpang dalam beberapa
sudah dipersilakan untuk turun atau keluar dari tahun terakhir. Terkait dengan kapasitas baik sisi
pesawat, maka pada saat itu para staf darat sudah darat maupun sisi udara, bandara Adi Sucipto
memiliki kewenangan untuk mengambil alih Yogyakarta, jumlah penumpang yang
pekerjaan dari Pilot In Command (PIC) beserta menggunakan jasa transportasi udara pada tahun
cabin crewnya. 2014 telah menembus angka 7.000.000an
Sebagian besar aktivitas perusahaan Ground penumpang dengan total pergerakan pesawat
Handling dilakukan di airport, di airport itu pada tahun 2014 berjumlah 39.000 pergerakan,
sendiri kegiatan pelayanan di bagi kedalam dengan panjang landas pacu sekitar 2.200 m,
beberapa tempat secara umum, misalnya di bandara Adi Sucipto Yogyakarta dapat dikatakan
Terminal Area, Cargo Area, Apron dan juga di sudah melampaui kapasitas yang seharusnya.
Land Side. Adapun statistik jumlah penumpang di Bandara
Adi Sucipto terlihat pada tabel 4 di bawah ini.
Jumlah Penumpang
4733686 5094269
6000000 4045619
3356490
4000000
2000000
0
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
40000 35156
30417
27356
30000
20000
10000
0
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Terlihat pada tabel 4, jumlah penumpang dari maupun setelah tiba di bandara, dinamakan
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terus ground support equipment karena peralatan
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun ground handling mendukung operasi pesawat
2014, jumlah penumpang menembus angka ketika berada di darat. Adapun fungsi umum dari
7.000.000 penumpang atau lebih tepatnya adalah peralatan ini meliputi ground power operations,
7.534.400 penumpang. aircraft mobility, dan loading operations
Pada tabel 5, terlihat bahwa pergerakan (penumpang dan barang). Ada beberapa kategori
pesawat dari tahun 2010 sampai dengan tahun untuk ground support equipment, dan (GSE)
2014 terus mengalami peningkatan, dengan terdiri dari dua kategori, yaitu:
jumlah pergerakan pesawat tertinggi pada tahun 1. Non-powered equipment
2014 adalah sebanyak 39.307 pergerakan 2. Powered equipment
pesawat di landas pacu Bandara Adi Sucipto
Yogyakarta. Perhitungan probabilitas terjadinya human
error dengan metode HEART (Human Error
Ground Support Equipment Assessment and Reduction Technique)
Istilah Ground Support Equipment merujuk a. Dalam menentukan probabilitas error maka
kepada peralatan yang digunakan ground hal pertama yang dilakukan adalah
handling di bandara, yang berada di jalur area sisi mengidentifikasi generic type task.
udara. Peralatan ini digunakan untuk melayani Identifikasi pekerjaan yang mungkin
pesawat terbang sebelum keberangkatan mengalami error pada ground handling di
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 37
bandara Adi Sucipto Yogyakarta, maka setelah Aei = [(bi-1) x ci +1] ................................ (3)
dilakukan identifikasi hasilnya adalah sebagai 4) Menghitung keandalan dengan rumusan
berikut: sebagai berikut:
1) Menentukan error producing conditions, K = HEP1 + HEP2 + HEP3........................ (4)
EPCs yang diperoleh dari tabel HEART 5) dengan HEPj = a x AE1 x AE2 x ............... (5)
EPCs, dan hasilnya adalah sebagai berikut: dimana Aei : besarnya assessed effect pada
2) Menentukan proportion of effect yang EPCs ke-i.
bernilai antara 0 sampai 1. 6) Menghitung nilai human reliability total
3) Menghitung assessed effect yang dengan rumus: 1- (probability failure)
dirumuskan sebagai berikut:
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 39
Sumber: Fitouri-trabelsi, Alberto,
Cosenza, Moudani, & Mora-
camino, 2014
Gambar 17. Pekerjaan ground handling yang berkaitan dengan pesawat
Pekerjaan ground handling yang bekaitan berhubungan dengan aspek pelayanan kepada
langsung dengan pesawat seperti yang tampak penumpang.
pada gambar 16 meliputi baggage handling, Hasil survey di lapangan memperlihatkan
galley service, electrical, tow truck, forward kondisi sisi udara (airsight) Bandara Adi Sucipto
airstar, pacumatic, air conditioning, lavatory, AFT dengan beberapa permasalahan yaitu (1) kondisi
airstar dan potable water. parking stand berjumlah 8 dengan pemakaian
Hasil analisis data dan hasil survey human secara real setiap harinya mencapai 7 parking
factor di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta stand dengan menyisakan 1 parking stand untuk
menunjukkan bahwa pelaksanaan ground kondisi darurat, jarak antara taxiway apron yang
handling secara keseluruhan tergolong cukup dekat dengan landasan ditambah posisi pesawat
baik meski kajian ini tidak menilai pekerjaan yang keluar melalui taxiway hanya berjarak +
ground handling secara keseluruhan tetapi 200 m menyebabkan kendaraan ground handling
melihat sebagian kecil ruang lingkup pekerjaan yang dekat dengan taxiway tersebut berpotensi
ground handling yang berhubungan langsung terkena jet blush/ semburan yang berasal dari
dengan sisi udara (airsight). Pekerjaan tersebut mesin belakang pesawat ditambah dengan
meliputi forward airstair, electrical, baggage tingkat pertumbuhan pergerakan pesawat
handling, lavatory, potable water, pacumatic, dan meningkat seiring pertumbuhan penumpang, hal
air conditioning. ini tentu menjadi persoalan yang menyebabkan
Pekerjaan ground handling yang memiliki beberapa hasil analisis human factor mempunyai
resiko tertinggi untuk terjadinya kelalaian adalah human error probability (HEP) yang tinggi.
posisi forward airstair yang dapat menabrak Permasalahan kedua (2) adalah kondisi Bandara
dinding pesawat, tertabraknya tugs tractor di Adi Sucipto untuk pergerakan di sisi udara cukup
area movement ground handling, jatuhnya bagasi padat dengan kondisi di lapangan yang sempit
dari bag carts. Keempat pekerjaan ground menyebabkan semakin terbatasnya pergerakan
handling sebagian berhubungan dengan faktor tucs dan traktor ground handling untuk saling
keselamatan sedangkan sebagian yang lain bertabrakan. HEP saling bertabrakan dan bagasi
Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 41
42 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42