0% found this document useful (0 votes)
64 views14 pages

Warta Ardhia Jurnal Perhubungan Udara

This document discusses a study on the human factors of ground handling personnel at Yogyakarta Adi Sucipto Airport. It begins by introducing the important role of ground handling in aviation safety and provides an example accident related to improper ground handling procedures. The purpose of the study is to evaluate the role of ground handling and identify human errors to prevent accidents. The results found the ground handling tasks with the highest human error probability were hastily placing an air stair colliding with an aircraft, falling baggage from carts, and collisions between tugs due to narrow areas.

Uploaded by

Toto Subagyo
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
64 views14 pages

Warta Ardhia Jurnal Perhubungan Udara

This document discusses a study on the human factors of ground handling personnel at Yogyakarta Adi Sucipto Airport. It begins by introducing the important role of ground handling in aviation safety and provides an example accident related to improper ground handling procedures. The purpose of the study is to evaluate the role of ground handling and identify human errors to prevent accidents. The results found the ground handling tasks with the highest human error probability were hastily placing an air stair colliding with an aircraft, falling baggage from carts, and collisions between tugs due to narrow areas.

Uploaded by

Toto Subagyo
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 14

WARTA ARDHIA

Jurnal Perhubungan Udara

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta

The Study of Human Factor of Ground Handling Human Resources in Yogyakarta Adi
Sucipto Airport

Susanti
Pusat Litbang Transportasi Udara, Jl. Merdeka Timur no. 5, Jakarta Pusat 10110
email: shanti.udara@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRACT / ABSTRAK


The aircraft handling in the airport, named as ground handling, has important role
Histori Artikel: and function in maintaining the aviation safety. In accordance with the stated
Diterima: 9 Februari 2016 procedures, ground handling operations must be obeyed and held appropriately. The
Direvisi: 15 Maret 2016 accident related with aircraft mishandling was happened on Turkish Airlines flight
Disetujui: 29 Maret 2016 number 981 which departed from Istanbul, Turkey, to London via Paris at 3 March 1974.
The accident took place shortly after flew out of Paris area. The cargo door at the lower
Keywords: aft of aircraft was detached and causing decompression and cutting off the control cables
human factor, ground of the aircraft. The pilot lost control and the aircraft crashed. All 346 of the passengers
and cabin crews of the McDonnel Douglas DC-10 aircraft found dead. In the effort of
handling, airport
improving the aviation safety, particularly in the airport, it is necessary to examine the
human factor of ground handling in the air side of the airport. The purpose of this study
Kata kunci: is to evaluate the role of ground handling and propose the operational management
human factor, ground which can prevent the occurrence of human error. The results of this study indicate that
handling, bandara ground handling works with high Human Error Probability (HEP) are forward air stair
that is placed hastily by ground handling personnel that it collides with the aircraft,
falling baggage from bag carts, and collision of tugs and tractor due to narrow area. All
of three works with high HEP have the score of 0.1800 whilst the operator who does not
lock the forward air stair has the score of 0.0900.

Penanganan pesawat di bandar udara atau ground handling mempunyai fungsi dan
peranan penting dalam menjaga keselamatan penerbangan. Sesuai prosedur dalam
sistem operasional harus benar-benar ditaati dan dijalankan. Peristiwa yang pernah
terjadi pada Turkish Airlines penerbangan nomor 981 yang melakukan penerbangan
dari Istanbul, Turki menuju London melalui Paris kemudian pada tanggal 3 Maret
1974, pesawat tersebut berakhir celaka sesaat setelah keluar wilayah Paris. Pintu
kargo di bagian belakang bawah pesawat terlepas. Menyebabkan dekompresi dan
memutus kabel-kabel kontrol pesawat. Pilot kehilangan kontrol atas pesawat sehingga
pesawat kemudian jatuh menukik. Semua penumpang dan awak pesawat McDonnel
Douglas DC-10 yang berjumlah 346 ditemukan tewas. Sebagai upaya dalam
meningkatkan keselamatan penerbangan khususnya di bandar udara, maka perlu
dilakukan kajian tentang human factor tentang ground handling di sisi udara. Maksud
kajian adalah untuk mengevaluasi bagaimana peran ground handling di bandar udara
dan bagaimana manajemen dalam mencegah faktor human error. Kajian human factor
personel ground handling di Bandara Adi Sucipto yang difokuskan pada sisi udara
menemukan hasil bahwa pekerjaan ground handling yang mempunyai human error
probability (HEP) tertinggi personel ground handling dalam menjalankan tugasnya
adalah terburu-buru menempatkan forward airstair sehingga menabrak pesawat,
bagasi yang jatuh dari bag carts dan tugs and tractor saling bertabrakan karena area
sempit. Seluruhnya mendapat nilai 0.1800 sedangkan HEP operator tidak melock
forward airstairs mendapatkan nilai 0.0900.

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 29
PENDAHULUAN tempat kejadian ditemukan banyak sekali durian
Penanganan pesawat di bandar udara atau baik yang masih utuh maupun yang sudah hangus
yang dikenal dengan istilah ground handling terbakar. Aroma durian tersebut bercampur
mempunyai fungsi dan peranan penting dalam dengan bau avtur yang cukup mengganggu
menjaga keselamatan penerbangan. Dalam indera penciuman di lokasi kecelakaan.
menjalankan prosedur dalam sistim operasional Kejadian yang sering terjadi di bandara
harus benar-benar ditaati dan dijalankan. Ada Indonesia adalah peristiwa tabrakan antar
sebuah peristiwa kecelakaan pesawat udara yang pesawat atau pesawat dengan mobil ground
dikaitkan dengan peran ground handling, salah handling di apron bandara. Kejadian terbaru
satunya yang pernah terjadi adalah peristiwa terjadi pada tanggal 24 Agustus 2012 di apron
Turkish Airlines penerbangan nomor 981 yang bandara Soekarno-Hatta. Sayap pesawat Boeing
melakukan penerbangan dari Istanbul, Turki B737-900 ER Lion Air menyenggol ekor pesawat
menuju Paris dan kemudian diteruskan ke milik Airfast. Saat itu pesawat Lion sedang ditarik
London pada tanggal 3 Maret 1974, pesawat oleh petugas darat untuk dilakukan pengecekan.
tersebut akhirnya berakhir celaka sesaat setelah Petugas melakukan kesalahan dalam
keluar wilayah Paris. Pintu kargo di bagian mengalkulasi jarak antar pesawat sehingga
belakang bawah pesawat terlepas. Menyebabkan terjadi gesekan pesawat yang mengakibatkan
dekompresi dan memutus kabel-kabel kontrol dua pesawat tersebut rusak.
pesawat. Pilot kehilangan kontrol atas pesawat Peristiwa lainnya yang juga pernah terjadi
sehingga pesawat kemudian jatuh menukik. pada tanggal 10 April 2011, dimana ekor pesawat
Semua penumpang dan awak pesawat McDonnel milik Kalstar bersentuhan dengan ekor pesawat
Douglas DC-10 yang berjumlah 346 ditemukan milik Wings. Begitu pula pada tanggal 1 Februari
tewas. 2007 saat pesawat milik Garuda bersentuhan
Hasil investigasi menyebutkan, ada kesalahan dengan pesawat milik Saudi Airlines. Kedua
prosedur dalam menutup pintu kargo. Petugas lokasi peristiwa itu juga terjadi di Bandara
ground handling yang berkebangsaan Maroko Soekarno-Hatta. Peristiwa pesawat Garuda
ternyata tidak dapat membaca petunjuk yang Indonesia yang bergesekan dengan mobil
berbahasa Turki dan Inggris. Petugas tersebut katering juga pernah terjadi bandara Ngurah Rai,
mengaku sudah menutup pintu kargo. Namun Denpasar pada tanggal 25 Februari 2008.
karena prosedur yang dijalani kurang tepat Kejadian tersebut mengakibatkan kerusakan
akhirnya menyebabkan pintu kargo tidak yang serius pada pesawat dan segera diketahui
menutup dengan sempurna. Saat mendapat dan langsung ditangani oleh petugas.
tekanan pada waktu pesawat terbang, pintu Semua peristiwa tersebut sebagian besar
kargo pun jebol. dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan
Banyak sekali kejadian kecelakaan yang langsung dari petugas, tetapi bagaimana
berkaitan dengan penanganan pesawat di sebenarnya peran dan tanggung jawab ground
bandara yang menjadi wilayah tugas dan peran handling? Bagaimana bila peristiwa tersebut
ground handling, di Indonesia, peristiwa tersebut tidak dapat langsung terdeteksi, yang
memang belum dapat ditemukan dari hasil mengakibatkan kerusakan pada saat pesawat
investigasi kecelakaan pesawat udara, tetapi terbang? Pesawat tersebut tentu saja
terdapat beberapa peristiwa yang diduga kemungkinan mengalami kecelakaan.
berkaitan dengan peran dan tanggung jawab Ground handling atau penanganan pesawat
ground handling, diantaranya adalah peristiwa saat di bandar udara atau di darat meliputi proses
pesawat Boeing B737-200 yang dioperasikan yang cukup panjang, yaitu dimulai penanganan
Mandala, mengalami kecelakaan di kota Medan, penumpang untuk lapor diri (check-in) sampai
terdapat berita bahwa kargo pesawat dipenuhi kepada penumpang masuk di pesawat dan pintu
buah durian salah satu penumpang yang ditutup. Selain penumpang, penanganan ini juga
menyebabkan pesawat mengalami kelebihan untuk barang bawaan, kargo dan pesawatnya itu
beban (overload), meskipun hasil investigasi sendiri. Seperti misalnya pembersihan kabin
KNKT tidak menyebutkan hal tersebut. Namun di pesawat, mendorong pesawat untuk parkir atau

30 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42


keluar dari parkir, penanganan bagasi untuk 1. Undang- undang Nomor 1 tahun 2009
kargo dan barang bawaan penumpang. tentang Penerbangan;
Keberhasilan tugas ground handling ini 2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
berkaitan dengan banyak hal, diantaranya adalah 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, Bandar Udara;
peralatan, dan prosedur standar operasi yang 3. Civil Avition Safety Regulation (CASR) part 121
digunakan. amandemen ke 8 tentang Certification and
Kuantitas atau jumlah petugas yang requirement.
menjalankan tugas harus cukup dan disesuaikan 4. International Air Transport Associaton (IATA),
dengan besar kecil-nya pesawat serta tugas yang IATA Airport Handling Manual 810 Annex A.
dijalankan. Cukup di sini juga disesuaikan dengan
peralatan yang dipakai. Jika peralatannya sangat Pengertian Ground Handling
mendukung, bisa saja jumlah petugasnya Ground handling berasal dari kata ground
dikurangi. Memang tidak ada ketentuan tentang dan handling. Ground artinya adalah darat atau di
berapa jumlah ideal petugas serta peralatan yang darat yang menrujuk kepada bandar udara atau
harus dipakai untuk menangani sebuah pesawat, airport sedangkan kata handling artinya adalah
yang dapat dijadikan patokan adalah prosedur tangani yang berasal dari kata menangani (to
standar operasi. Dari hal tersebut bisa ditelusuri handle), melakukan suatu pekerjaan tertentu
berapa petugas dan peralatan apa saja yang harus dengan penuh kesadaran. Handling berarti
dipakai. penanganan atau pelayanan (service to service).
Upaya mewujudkan keselamatan dalam dunia Istilah kata yang sering digunakan atau dijumpai
penerbangan merupakan tanggung jawab semua selain ground handling adalah ground service,
pihak, sudah selayaknya penelitian ini ground operation, maupun airport service yang
memfokuskan pada upaya-upaya untuk memiliki pengertian yang sama yaitu suatu
meminimalisir terjadinya kecelakaan aktifitas perusahaan penerbangan yang
penerbangan khususnya oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan
disebabkan oleh manusia (human factors). terhadap para penumpang berikut bagasinya,
Bagaimanakah prosedur ground handling kargo, pos, peralatan pembantu pergerakan
khususnya ground support equipment dalam pesawat di darat atau pesawat terbang itu sendiri
mencegah terjadinya faktor kelalaian selama berada di bandara, untuk keberangkatan
manusia/human factors di Bandar Udara Adi (departure) serta kedatangan (arrival).
Sucipto-Yogyakarta? Pengertian secara sederhana ground handling
Maksud pengkajian adalah mengevaluasi adalah tata operasi darat atau pengetahuan dan
bagaimana peran ground handling di bandar keterampilan tentang penanganan pesawat di
udara dan bagaimana manajemen bandar udara apron, penanganan penumpang dan bagasinya di
dalam mencegah faktor kelalaian manusia terminal dan kargo, serta pos, (S. Abdul Majid dan
(human factors) dalam ground handling tersebut?. Eko Probo, 2009).
Tujuan kajian adalah memberikan
rekomendasi kepada pimpinan dalam upaya Ruang Lingkup Ground Handling
mencegah faktor kelalaian manusia (human Ruang lingkup atau batasan ground handling
factors) dalam penanganan prosedur ground dibagi menjadi 3 tahap yaitu;
handling di bandar udara khususnya bagian 1. Pre-Flight
ground support equipment. Kegiatan penanganan terhadap penumpang
berikut bagasinya dan kargo serta pos dan
TINJAUAN PUSTAKA pesawat sebelum keberangkatan di bandara
Dasar Hukum asal/origin station.
Dalam pengkajian human factor SDM ground 2. Post Flight
handling, setelah dilakukan inventarisasi Kegiatan penanganan terhadap penumpang
terhadap peraturan-peraturan, maka hasil yang beserta bagasinya dan kargo serta pos dan
dapat diperoleh adalah sebagai berikut; pesawat setelah penerbangan di bandara

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 31
tujuan/destination atau dengan kata lain penerbangan. Beberapa lapis keju dalam suatu
penanganan pesawat selama berada di sistem tersebut merupakan pihak-pihak yang
bandara. Secara teknis operasional ground terlibat dengan operasi penerbangan. Pada
handling dimulai pada saat pesawat berada di masing-masing lapis keju terdapat lubang-lubang
parking stand saat mesin pesawat sudah yang menggambarkan kelemahan atau
dimatikan, roda pesawat sudah diganjal (block kekurangan pada pihak terkait dan berpotensi
on), dan pintu pewsawat sudah dibuka (open menimbulkan bahaya. Bila terjadi kelalaian,
the door), serta para penumpang sudah digambarkan sebagai bom yang meledak maka
dipersilahkan untuk turun atau keluar dari ledakan itu akan mengenai dinding-dinding keju.
pesawat. Maka, pada saat itu para staf ground Sebagian serpihan ledakan akan tertahan lapisan
handling sudah memiliki kewenangan untuk keju dan sebagian akan melalui lubang-lubang
mengambil alih pekerjaan dari para pilot serta yang ada maka akan mengakibatkan terjadinya
awak pesawat. Penanganan inilah yang kecelakaan. Sebaliknya, bila ledakan itu tidak
kemudian disebut arrival handling. berhasil melewati semua lapisan keju maka
Selanjutnya kegiatan atau pekerjaan staf kelalaian tersebut masih dalam batas toleransi
ground handling akan berakhir ketika dan tidak mengakibatkan kecelakaan.
pesawat siap-siap untuk lepas lenadas, yaitu Reason (1990) membedakan dua macam
pada saat pintu pesawat ditutup, mesin kesalahan dalam sebuah sistem (system error)
dihidupkan, dan ganjal pesawat dilepas (block yaitu aktif (active) dan terselubung (latent).
off). Tanggung jawab pada fase inilah akan Active error adalah sebuah kesalahan yang
kembali kepada para pilot dan awak pesawat. efeknya langsung dirasakan, sedangkan latent
Fase ini dikenal dengan istilah departure error melibatkan aspek buruk pada sistem yang
handling. tidak atif dan menjadi jelas ketika
Objek yang ditangani oleh staf ground dikombinasikan dengan aspek lain untuk
handling pada intinya adalah penumpang menembus pertahanan suatu sistem. Perpaduan
(pax), barang bawaan (baggage), barang dua macam kesalahan ini dalam suatu sistem
kiriman (cargo), benda-benda pos (mail), akan menimbulkan kecelakaan bila mampu
ramp, dan pesawat (aircraft). Sebagai sebuha menembus pertahanan atau batas toleransi.
proses penanganan maka muncul istilah Dalam kaitannya dengan dunia penerbangan,
passenger handling, bagagge handling, cargo active error berhubungan dengan kinerja orang-
and mail handling, dan ramp handling. Dalam orang yang berada di lini depan seperti pilot,
International Air Transport Association (IATA) pemandu lalu lintas (ATC), kru di ruang
menetapkan sebanyak 14 kegiatan pelayanan pengendali, dan yang ada kaitannya secara
standar ground handling. langsung dengan kegiatan operasional.
Sedangkan latent error merupakan kegiatan yang
tidak berhubungan dengan operasi langsung
Tujuan Ground Handling
seperti pembuat design, pembuat kebijakan
Dalam melaksanakan keseluruhan proses
tingkat tinggi dan pihak pengelola, seperti
kegiatan ground handling terdapat tujuan
terlihat dalam tabel 1 di bawah ini.
ataupun target akhir dari seluruh kegiatan
tersebut yaitu; tercapainya (1) flight safety atau
Tabel 1. Sumber terjadinya kesalahan aktif dan
keselamatan penerbangan, (2) On Time terselubung
Performance atau kinerja yang tepat waktu, (3) Latent Error Active Error
Customer Satisfaction atau kepuasan pelanggan,
Terletak di Terletak di
dan (4) Reliability atau keandalan dari pelayanan. a. Organisasi, sistem Pekerja dan tm lini
b. Hukum dan depan, disebabkan oleh;
peraturan 1. Komunikasi
Kelalaian Manusia atau Human Factors c. Prosedur 2. Kerusakan fisik
Proses terjadinya kecelakaan digambarkan d. Tujuan, sasaran 3. Faktor psikologis
oleh Reason sebagai model keju swiss (Swiss 4. Interaksi manusia
Cheese Model). Model ini menggambarkan sebuah dengan peralatan
Sumber: http://www.uni-graz.at, akses Mei 2015
keju swiss sebagai suatu sistem keselamatan

32 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42


Efek adanya active error biasanya langsung Berikutnya, pengawasan yang tidak aman (unsafe
dapat diketahui dengan cepat sedangkan tanda- supervision) berkaitan dengan pelaksanaan
tanda adanya latent error sulit diketahui. Pada pelatihan untuk menunjang CRM yang bagus.
Sumber ketiga adalah keterlibatan organisasi
semua sistem selalu ada latent error namum
(organizational influence) merupakan kebijakan
karena proses berkembangnya secara bertahap manajemen tingkat atas.
dan tidak menimbulkan efek secara langsung Pada umumnya kelemahan dalam sistem
maka sulit dideteksi. Adanya latent error lebih dimulai pada taraf organisasi yang lebih tinggi
berbahaya dan mesti lebih diwaspadai. yaitu manajemen tingkat atas. Bila ada
Salah satu contoh latent error pada kelemahan pada manajemen tingkat atas amaka
perusahaan penerbangan adalah tidak kemungkinanny akan ada lubang-lubang
kelemahan pada level organisasi yang lebih
diselenggarakannya pelatihan kru penerbangan
renndah misalnya pelaksanaan training hingga
untuk menghadapi masalah kritis, misalnya pada operator di lapangan. Sebagai contoh bila
kondisi cuaca buruk, terjadi badai dan jarak manajemen tingkat atas membuat kebijakan
pandang sangat pendek. Pada penerbangan pendanaan yang terbatas untuk peningkatan
normal dengan kondisi cuaca yang cerah maka kualitas SDM maka pengawasan maupun
kemungkinan besar tidak akan terjadi pelatihan SDM yang dilakukan kemungkinan
kecelakaan, namun bila kondisi cuaca tiba-tiba kurang memenuhi syarat. Akibatnya kualitas
SDM yang dihasilkan kurang baik. Kinerja buruk
memburuk dan pesawat melakukan manuver di
operator berdampak terjadinya banyakanya
daerah pegunungan maka akan ada bahaya kesalahan yang terjadi di lapangan.
menabrak gunung.
Kategori dalam Kecelakaan Penerbangan
Beberapa peristiwa yang berkaitan dengan
keselamatan penerbangan, secara umum
diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu
kecelakaan (accident) dan kejadian (incident).
International Civil Aviation Organization (ICAO)
mendefinisikan sebagai berikut :
1. Kecelakaan (accident)
Peristiwa yang berhubungan dengan
operasi pesawat terbang yang terjadi pada
waktu diantara pesawat tinggal landas,
melakukan penerbangan hingga mendarat
kembali, dan seseorang yang berada pada
Gambar 1. Swiss CheeseModel pesawat tersebut meninggal atau menderita
Sumber: www.safety-s2s.eu, diakses Mei 2015 luka serius, atau pesawat mengalami
kerusakan parah atau kega galan struktur,
Reason menggambarkan empat sumber
penyebab terjadinya kelalaian manusia yang atau pesawat hilang atau tidak dapat diakses.
saling mempengaruhi, seperti digambarkan pada 2. Kejadian (incident)
gambar 1. Pertama adalah tindakan tidak aman Suatu peristiwa, selain kecelakaan
(unsafe acts) yang dilakukan operator yang (accident), yang berhubungan dengan
berada di lini depan. Kesalahan yang terjadi
operasional pesawat terbang yang
dapat menyebabkan kecelakaan karena
berhubungan langsung dengan operasi mempengaruhi atau dapat mempengaruhi
penerbangan. Tiga sumber berikutnya keselamatan operasi penerbangan.
merupakan latent error. Pertama adalah kondisi Sedangkan beberapa definisi yang berkaitan
sebelum terjadi tindakan yang tidak aman dengan tingkatan luka (injury) yang diderita oleh
(precondistions for unsafe acts). Sumber ini seseorang dalam penerbangan tersebut dibagi
meliputi kru penerbangan yang berdampak pada menjadi tingkatan-tingkatan sebagai berikut :
kinerja misalnya kelelahan, buruknya
komunikasi dan koordinasi. Hal-hal tersebut
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
manusia (crew resources management, CRM).

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 33
 Fatal Injury METODOLOGI
Luka yang berakibat pada kematian dalam Pengkajian ini menggunakan metode analisis
waktu 30 hari terhitung sejak terjadinya data HEART (Arifin, J., Partiwi, S. G., & Rahman, A.,
kecelakaan. 2010) metode ini digunakan dalam menentukan
 Serious Injury peluang terjadinya error dalam setiap aktifitas
Luka yang menyebabkan seseorang dirawat pekerjaan. Penelitian dengan menggunakan
di rumah sakit selama lebih dari 48 jam, metode HEART dilakukan dengan beberapa
terhitung tujuh hari sejak kejadian; atau tahap yaitu penelitian pendahuluan,
Berakibat pada retak/patah tulang (kecuali mengumpulkan data, melakukan pengolahan
kerusakan sederhana pada jari tangan, jari data, menganalisa hasil pengolahan data dan
kaki atau hidung); atau melibatkan kerusakan terakhir menyimpulkan hasil penelitian.
atau robeknya urat daging, syaraf, otot; atau Langkah-langkah pengolahan data dengan
melibatkan kerusakan organ dalam; atau metode SHERPA adalah sebagai berikut:
melibatkan tubuh terbakar pada level dua 1. Langkah I: Hierarchical task analysis (HTA).
atau tiga, atau mmenyebabkan terbakarnya 2. Langkah II: Human Error Identification (HEI).
permukaan tubuh sebanyak lebih dari lima 3. Langkah III: Konsekuensi Analisis.
persen; atau menyebabkan terjadinya infeksi 4. Langkah IV: Analisis Ordinal Probabilitas.
atau terkena radiasi 5. Langkah V: Analisis strategi.
 Minor Injury
Luka yang tidak termasuk dalam kategori Perhitungan probabilitas terjadinya human
fatal injury maupun serious injury error dengan metode HEART (Human Error
 None Tidak mengalami luka Assessment and Reduction Technique)
Proses analisis data selanjutnya adalah
Selain itu terdapat juga beberapa istilah melakukan probabilitas terjadinya human error,
mengenai tingkat kerusakan yang dialami analisis yang digunakan adalah metode HEART.
pesawat terbang yaitu : Adapun langkah-langkah adalah:
a. Hancur (Destroyed) 1. Mengkategorikan item pekerjaan ke salah
Kerusakan akibat benturan, kebakaran atau satu dari 8 kategori yang ada di tabel Generic
kegagalan saat terbang sehingga pesawat task type (GTT).
secara ekonomi tidak bisa diperbaiki (biaya 2. Menentukan proporsi efek atau Assessed
perbaikan lebih besar dari nilai pesawat). proportion of effect (APOE) dan menghitung
b. Kerusakan parah (Substantial Damage) besarnya nilai assessed effect (AE) dari setiap
Kerusakan atau kegagalan yang berakibat EPCs yang telah diidentifikasi.
pada kekuatan struktur, performansi, atau 3. Melakukan perhitungan nilai Human error
karakteristik terbang pesawat, dan probability (HEP).
membutuhkan perbaikan besar untuk
penggantian komponen. Kerusakan atau Dalam penjabarannya adalah sebagai berikut;
kegagalan mesin pada salah satu mesin 1. Fungsi utama proses perhitungan HEART
pesawat, kerusakan pada logam penutup adalah untuk mengelompokkan task dalam
mesin, lubang kebocoran kecil, kerusakan kategori generalnya dan nilai level
pada rotor atau bilah propeller, kerusakan nominalnya untuk human unreliability sesuai
pada roda pendarat, ban, flap, aksesori mesin, dengan tabel 2.
rem, atau wingtips tidak termasuk dalam
kategori ini.
c. Kerusakan kecil (Minor Damage)
Kerusakan yang tidak menghancurkan
pesawat atau tidak menyebabkan kerusakan
parah.
d. Tidak rusak (None)
Tidak mengalami kerusakan

34 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42


Tabel 2. Generic task
No Kategori Task Nominal Human
Unrealiability
A Operasi tidak dikenal, dijalankan tanpa tahu 0.55
konsekuensinya
B Operasi merubah suatu sistem tanpa prosedur atau 0.26
pengawasan
C Operasi yang kompleks, membutuhkan skills yang tinggi 0.16
D Operasi yang mudah, bisa diandalkan keberhasilannya 0.09
E Operasi rutin, sering dilakukan, sudah terlatih 0.02
F Operasi merubah suatu sistem dengan press checking 0.003
G Operasi sudah dikenal, sering dikerjakan, sudah ada
standarnya, sangat terlatih, dilakukan oleh orang
pengalaman, mengetahui kesalahan yang mungkin 0.0004
terjadi dengan tersedianya waktu untuk koreksi tanpa
bantuan operator khusus
H Operasi sudah otomatis, tetapi masih memerlukan 0.00002
tindakan koreksi dan pengawasan
Sumber: Findiastuti, 2002

Tabel 3. Error Producing Condition (EPCs)

Maksimum
Kondisi yang menyebabkan error Nominal
Unreliability
Tidak mengenal situasi yang mungkin penting dan
17
jarang terjadi
Kekurangan waktu untuk mendeteksi error dan
11
melakukan perbaikan (buru-buru)
Kurang jelasnya tanda bahwa operasi yang
10
dilakukan salah
Informasi larangan yang kurang jelas 9
Tidak tersedianya petunjuk terjadinya kesalahan 8
Terjadi ketidaksamaan cara pandang antara
8
operator dengan atasan
Tidak bisa melakukan tindakan mengulang kembali
8
operasi
Terjadi kelebihan kapasitas produksi (sibuk) 6
Adanya teknik yang benar-benar baru, belum
6
pernah dilakukan
Dibutuhkannya pengetahuan yang benar-benar
5.5
antar operasi
Ketidakjelasan standar performansi yang diminta 5
Terjadi ketidaksamaan antara resiko yang terjadi
4
dengan yang diperkirakan
Tidak adanya timbal balik atas tindakan yang
4
dilakukan
Sumber: Findiastuti, 2002

Metode HEART merupakan bagian dari 2. Menentukan proporsi efek atau Assessed
perhitungan keandalan yang diartikan proportion of effect (APOE) dan menghitung
sebagai seberapa besar staf melakukan besarnya nilai assessed effect (AE) dari setiap
kesalahan dalam task yang seharusnya EPCs yang telah diidentifikasi. Proportion of
dilakukan. Kondisi yang mengakibatkan effect bernilai antara 0 sampai 1. Nilai
terjadinya error (Error producing condition, assessed proportion of effect dan perhitungan
EPCs) yang ditunjukkan dalam skenario yang nilai AE adalah dengan melakukan
memberikan pengaruh negatif terhadap perhitungan sebagai berikut;
performansi manusia yang ditampilkan dalam
tabel 3.

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 35
Assessed effect = (Maximal nominal Aircraft Handling Manual (AHM)
unrealiability-1) x APOE)+1 .................................... Airport Handling Manual (AHM) adalah suatu
(1) buku pedoman bagi suatu badan usaha untuk
menjalankan aktivitas pelayanan di Bandar
3. Melakukan perhitungan nilai Human error
udara/airport. Airport Handling Manual
probability (HEP).
diterbitkan oleh International Air Transport
HEP dihitung dengan rumus seperti di bawah
Association (IATA). AHM sendiri berisi
ini;
ketentuan-ketentuan mengenai tata cara atau
HEP = Assed effect x normal human aturan dalam menjalankan aktivitas Ground
unreliability....................................... (2) Handling di Airport. Perusahaan Ground Handling
memakai buku “Airport Handling Manual”
sebagai buku pedoman untuk menjalankan
HASIL DAN PEMBAHASAN kegiatan Ground Handling.
Ground handling berasal dari kata Ground Pekerjaan Cargo Handling merupakan bagian
yang artinya darat atau di darat, dalam hal yang dari Ground Handling yang mengacu pada
dimaksudkan adalah di bandar udara (airport). Aircraft Handling Manual (AHM 810) Annex A
Ground handling berasal dari kata Handling, dari dalam Ground Handling Agreement, Cargo, dan
kata dasar hand atau handle yang artinya tangan Mail Handling berada pada section 5. Lengkapnya
atau tangani. To handle berarti menangani atau adalah sebagai berikut;
melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan Section 1: Representation & Accomodation
penuh kesadaran. Handling berarti penanganan Section 2: Load Control and Communication
atau pelayanan (services or to services). Ground Section 3: Unit Load Devisi (ULD)
Handling adalah suatu kegiatan maskapai yang Section 4: Passanger & Baggage
berkaitan dengan penanganan atau pelayanan Section 5: Cargo & Mail
terhadap para passanger berikut bagasinya, Section 6: Ramp
cargo, pos, peralatan pembantu pergerakan Section 7: Aircraft Servicing
pesawat didarat dan pesawat terbang itu sendiri Section 8: Fuel & Oil
selama berada di airport, baik untuk departure Section 9: Aircraft Maintenance
maupun untuk arrival. Section 10: Flight Operation & New Administration
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui Section 11: Surface Transportation
ruang lingkup batas pekerjaan ground handling Section 12: Catering Service
yaitu pada fase atau tahap Pre Flight dan Post Section 13: Servicing & Administration
Flight, yaitu penanganan penumpang dan Section 14: Security
pesawat selama berada di bandara. Secara teknis
operasional, aktivitas ground handling dimulai Data Demand Penumpang Bandara Adi
pada saat pesawat taxi (parking stand), mesin Sucipto
pesawat sudah dimatikan, roda pesawat sudah Bandara Adi Sucipto di Yogyakarta
diganjal (block on) dan pintu pesawat sudah merupakan salah satu bandara yang mengalami
dibuka (open the door) dan para penumpang peningkatan jumlah penumpang dalam beberapa
sudah dipersilakan untuk turun atau keluar dari tahun terakhir. Terkait dengan kapasitas baik sisi
pesawat, maka pada saat itu para staf darat sudah darat maupun sisi udara, bandara Adi Sucipto
memiliki kewenangan untuk mengambil alih Yogyakarta, jumlah penumpang yang
pekerjaan dari Pilot In Command (PIC) beserta menggunakan jasa transportasi udara pada tahun
cabin crewnya. 2014 telah menembus angka 7.000.000an
Sebagian besar aktivitas perusahaan Ground penumpang dengan total pergerakan pesawat
Handling dilakukan di airport, di airport itu pada tahun 2014 berjumlah 39.000 pergerakan,
sendiri kegiatan pelayanan di bagi kedalam dengan panjang landas pacu sekitar 2.200 m,
beberapa tempat secara umum, misalnya di bandara Adi Sucipto Yogyakarta dapat dikatakan
Terminal Area, Cargo Area, Apron dan juga di sudah melampaui kapasitas yang seharusnya.
Land Side. Adapun statistik jumlah penumpang di Bandara
Adi Sucipto terlihat pada tabel 4 di bawah ini.

36 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42


Tabel 4. Statistik Jumlah Penumpang di Bandara Adi Sucipto-Yogyakarta

Data Jumlah Penumpang


Bandara Adi Sucipto Yogyakarta
7534400
8000000

Jumlah Penumpang
4733686 5094269
6000000 4045619
3356490
4000000
2000000
0
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Sumber: Dirjen Phb. Udara, 2015

Tabel 5. Data pergerakan pesawat di Bandara Adi Sucipto

Data Pergerakan Pesawat


Bandara Adi Sucipto-Yogyakarta
50000
39146 39307
Jumlah Pergerakan Pesawat

40000 35156
30417
27356
30000
20000
10000
0
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Sumber: Dirjen Phb. Udara, 2015

Terlihat pada tabel 4, jumlah penumpang dari maupun setelah tiba di bandara, dinamakan
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terus ground support equipment karena peralatan
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun ground handling mendukung operasi pesawat
2014, jumlah penumpang menembus angka ketika berada di darat. Adapun fungsi umum dari
7.000.000 penumpang atau lebih tepatnya adalah peralatan ini meliputi ground power operations,
7.534.400 penumpang. aircraft mobility, dan loading operations
Pada tabel 5, terlihat bahwa pergerakan (penumpang dan barang). Ada beberapa kategori
pesawat dari tahun 2010 sampai dengan tahun untuk ground support equipment, dan (GSE)
2014 terus mengalami peningkatan, dengan terdiri dari dua kategori, yaitu:
jumlah pergerakan pesawat tertinggi pada tahun 1. Non-powered equipment
2014 adalah sebanyak 39.307 pergerakan 2. Powered equipment
pesawat di landas pacu Bandara Adi Sucipto
Yogyakarta. Perhitungan probabilitas terjadinya human
error dengan metode HEART (Human Error
Ground Support Equipment Assessment and Reduction Technique)
Istilah Ground Support Equipment merujuk a. Dalam menentukan probabilitas error maka
kepada peralatan yang digunakan ground hal pertama yang dilakukan adalah
handling di bandara, yang berada di jalur area sisi mengidentifikasi generic type task.
udara. Peralatan ini digunakan untuk melayani Identifikasi pekerjaan yang mungkin
pesawat terbang sebelum keberangkatan mengalami error pada ground handling di

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 37
bandara Adi Sucipto Yogyakarta, maka setelah Aei = [(bi-1) x ci +1] ................................ (3)
dilakukan identifikasi hasilnya adalah sebagai 4) Menghitung keandalan dengan rumusan
berikut: sebagai berikut:
1) Menentukan error producing conditions, K = HEP1 + HEP2 + HEP3........................ (4)
EPCs yang diperoleh dari tabel HEART 5) dengan HEPj = a x AE1 x AE2 x ............... (5)
EPCs, dan hasilnya adalah sebagai berikut: dimana Aei : besarnya assessed effect pada
2) Menentukan proportion of effect yang EPCs ke-i.
bernilai antara 0 sampai 1. 6) Menghitung nilai human reliability total
3) Menghitung assessed effect yang dengan rumus: 1- (probability failure)
dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 6. Human error probability ground handling

D. Pekerjaan sederhana yang jelas


Generic task dilakukan dengan cepat atau dengan
memberikan sedikit perhatian.
Staf ground handling menjalankan
Deskripsi aksi staf ground handling
forward airstar
Nominal Human Unreliability 0.09
Asserted
Error Producing Total HEART Assessed effect
Conditions effect proportion
Kurangnya waktu yang
tersedia untuk mendeteksi 11 0.1 2
dan mengoreksi kesalahan
Probability of failure 0.18
Sumber: pengolahan data, 2015

Tabel 7. Human error probability ground handling

E. Pekerjaan sederhana yang jelas


Generic task dilakukan dengan cepat atau dengan
memberikan sedikit perhatian.
Staf ground handling menjalankan
Deskripsi aksi staf ground handling
Tugs dan tractor
Nominal Human Unreliability 0.09
Asserted
Error Producing Total HEART Assessed effect
Conditions effect proportion
Kurangnya waktu yang
tersedia untuk mendeteksi 11 0.1 2
dan mengoreksi kesalahan
Probability of failure 0.18
Sumber: pengolahan data, 2015

Tabel 8. Human error probability ground handling

No Kegagalan tugas HEP


HEP operator terburu-buru
1 menempatkan forward airstair 0.1800
sehingga menabrak pesawat
HEP operator tidak melock passenger
2 0.0900
boarding stairs
HEP tugs and tractor saling
3 0.0900
bertabrakan karena area sempit
4 HEP bagasi yang jatuh dari bag carts 0.1800
Sumber: pengolahan data, 2015

38 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42


Hasil analisis data menunjukkan, human error telah dilakukan adalah sebagian dari proses
probability (HEP) tertinggi personel ground meminimalisir kecelakaan yang dapat terjadi
handling dalam menjalankan tugasnya adalah karena faktor kegagalan manusia.
terburu-buru menempatkan forward airstair Proses ground handling juga dipisahkan
sehingga menabrak pesawat, bagasi yang jatuh rangkaian prosesnya yaitu proses ground
dari bag carts dan tugs and tractor saling handling saat pesawat mendarat dan proses
bertabrakan karena area sempit. Seluruhnya ground handling saat pesawat akan lepas landas.
mendapat nilai 0.1800 sedangkan HEP operator Proses selengkapnya dapat dilihat pada gambar
tidak melock forward airstairs mendapatkan nilai 17.
0.0900. Kegiatan ground handling pada saat pesawat
datang atau mendarat meliputi proses touch
Pembahasan down menurunkan bagasi, pembersihan, sanitasi
Faktor kegagalan manusia (Human factor) dan proses deboarding, sedangkan kegiatan
dalam melaksanakan tugas dalam dunia ground handling pada saat pesawat berangkat
penerbangan memberikan kontribusi yang atau tinggal landas adalah proses pushing back
siginifikan. Dunia penerbangan menyebutkan menaikkan bagasi, katering, masalah air.
faktor manusia yang melakukan kegagalan dalam Faktor kegagalan manusia dalam sistem kerja
bertugas (human factor) sebesar 70 -90% (Peter ground handling salah satu yang perlu
Newman, 2015). Hal ini tentu perlu menjadi mendapatkan perhatian, karena selama pesawat
perhatian besar untuk menghindari kesalahan berada di bandara, pesawat bersentuhan
apapun yang diakibatkan oleh faktor manusia langsung dengan ground handling. Adapun hal-
baik melalui pengaturan sistem dan operasi yang hal yang berkaitan tampak pada gambar 17.
jelas dan akurat serta pengawasan maupun
evaluasi terhadap sistem dan prosedur yang

Sumber: Fitouri-trabelsi, Alberto,


Cosenza, Moudani, & Mora-
camino, 2014

Gambar 16. Rangkaian proses pekerjaan ground handling

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 39
Sumber: Fitouri-trabelsi, Alberto,
Cosenza, Moudani, & Mora-
camino, 2014
Gambar 17. Pekerjaan ground handling yang berkaitan dengan pesawat

Pekerjaan ground handling yang bekaitan berhubungan dengan aspek pelayanan kepada
langsung dengan pesawat seperti yang tampak penumpang.
pada gambar 16 meliputi baggage handling, Hasil survey di lapangan memperlihatkan
galley service, electrical, tow truck, forward kondisi sisi udara (airsight) Bandara Adi Sucipto
airstar, pacumatic, air conditioning, lavatory, AFT dengan beberapa permasalahan yaitu (1) kondisi
airstar dan potable water. parking stand berjumlah 8 dengan pemakaian
Hasil analisis data dan hasil survey human secara real setiap harinya mencapai 7 parking
factor di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta stand dengan menyisakan 1 parking stand untuk
menunjukkan bahwa pelaksanaan ground kondisi darurat, jarak antara taxiway apron yang
handling secara keseluruhan tergolong cukup dekat dengan landasan ditambah posisi pesawat
baik meski kajian ini tidak menilai pekerjaan yang keluar melalui taxiway hanya berjarak +
ground handling secara keseluruhan tetapi 200 m menyebabkan kendaraan ground handling
melihat sebagian kecil ruang lingkup pekerjaan yang dekat dengan taxiway tersebut berpotensi
ground handling yang berhubungan langsung terkena jet blush/ semburan yang berasal dari
dengan sisi udara (airsight). Pekerjaan tersebut mesin belakang pesawat ditambah dengan
meliputi forward airstair, electrical, baggage tingkat pertumbuhan pergerakan pesawat
handling, lavatory, potable water, pacumatic, dan meningkat seiring pertumbuhan penumpang, hal
air conditioning. ini tentu menjadi persoalan yang menyebabkan
Pekerjaan ground handling yang memiliki beberapa hasil analisis human factor mempunyai
resiko tertinggi untuk terjadinya kelalaian adalah human error probability (HEP) yang tinggi.
posisi forward airstair yang dapat menabrak Permasalahan kedua (2) adalah kondisi Bandara
dinding pesawat, tertabraknya tugs tractor di Adi Sucipto untuk pergerakan di sisi udara cukup
area movement ground handling, jatuhnya bagasi padat dengan kondisi di lapangan yang sempit
dari bag carts. Keempat pekerjaan ground menyebabkan semakin terbatasnya pergerakan
handling sebagian berhubungan dengan faktor tucs dan traktor ground handling untuk saling
keselamatan sedangkan sebagian yang lain bertabrakan. HEP saling bertabrakan dan bagasi

40 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42


yang terjatuh dari bag carts juga menujukkan Rumah Sakit Haji pEastman, R. (2000). Ground
nilai yang tinggi. Operations, 4, 2–5.
Upaya yang dilakukan oleh Bandara Adi Abdul Majid, Suharto dan Warpani, Eko Probo.
Sucipto adalah melakukan evaluasi peristiwa- (2009). Ground Handling, Manajemen
peristiwa yang pernah terjadi, melakukan Pelayanan Darat Perusahaan Penerbangan.
tindakan koreksi segera dan melakukan bentuk Jakarta: Rajawali Press.
pengawasan yang lebih ketat terhadap sistem Findiastuti, Weny. 2002. Analisa Human Error
dan prosedur di lapangan. Bentuk upaya tersebut Pada Kecelakaan Kereta Api (Studi Kasus
diantaranya adalah memberlakukan standar Persilangan No.25 Jemur Andayani Surabaya).
kecepatan maksimum tucs dan tractor di area Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
pergerakan sisi udara, melarang segala aktivitas Nopember
ground handling khususnya di parking stand 4 Fitouri-trabelsi, S., Alberto, C., Cosenza, N.,
dan 5 ketika pesawat berada dari taxiway menuju Moudani, W. El, & Mora-camino, F. (2014).
landasan. Managing uncertainty at airports ground
handling.
KESIMPULAN Handling, I. G. (n.d.). Ground Handling
Kajian human factor personel ground handling Management.
di Bandara Adi Sucipto yang difokuskan pada sisi Handling, I. G. (2010). Executive summary
udara menemukan hasil bahwa pekerjaan ground Aircraft Ground Handling And Human Factors.
handling yang mempunyai human error
Lembaran, T. (2011). (advisory circular casr part
probability (HEP) tertinggi personel ground
139-14),.
handling dalam menjalankan tugasnya adalah
terburu-buru menempatkan forward airstair Menteri, P., Lokomotif, D., Lembaran, T., Dan, T.,
sehingga menabrak pesawat, bagasi yang jatuh Kementerian, F., Serta, N., … Negara, I. K.
dari bag carts dan tugs and tractor saling (2010). Menteri Perhubungan Republik
Indonesia.
bertabrakan karena area sempit. Seluruhnya
mendapat nilai 0.1800 sedangkan HEP operator No Title. (2009), (December).
tidak melock forward airstairs mendapatkan nilai
0.0900. Newman, Peter. (2015). Office of Transprt Safety
Prosedur dan standar kerja ground handling Investigations - Human factors affecting major
incidents. RISSB Major Rail Occurrences Forum
di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta telah
2015
menganalisa beberapa kemungkinan terjadinya
faktor human error yang diakibatkan oleh kondisi Reviewcourse, H. F. (n.d.). Human Factors In This
di bandara yang terbatas dengan Booklet Is The Copyright Material Of
memberlakukan beberapa aturan yang harus Aviationlearning
dipenuhi. Beberapa aturan tersebut adalah
Services, G. H. (n.d.). No Title.
kecepatan kendaraan tugs and tractor diatur
maksimal 30 km/jam demi menghindari Shappell, S. a, & Wiegmann, D. a. (2000). The
tabrakan, operasi penempatan forward airstair Human Factors Analysis and Classification
System – HFACS. Security, 19.
yang diberlakukan dengan prosedur dan tahapan
http://doi.org/10.1177/1062860613491623
yang sangat jelas termasuk proses melock
forward airstair. Proses selanjutnya dengan HEP http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/617/jbptitbp
tinggi adalah memberikan cover pelindung untuk p-gdl-yafisafini-30820-3-2007ta-2.pdf, diakses
bag carts untuk menghindari bagasi yang Mei 2015
terjatuh di area sisi udara (air side). www. Safety-s2.eu, diakses Mei 2015
www.uni-graz.at, diakses Mei 2015
DAFTAR PUSTAKA International Civil Aviation Organization (ICAO)
Arifin, J., Partiwi, S. G., & Rahman, A. (n.d.).
Perancangan Alat Ukur Human Reliability
Analysis Pada Proses Administrasi Obat Di

Kajian Human Factor SDM Ground Handling di Bandar Udara Adi Sucipto Yogyakarta, (Susanti) 41
42 Warta Ardhia, Volume 42 No. 1 Maret 2016, hal. 29-42

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy