PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana: Metta Ariyanto
PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana: Metta Ariyanto
Metta Ariyanto
PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
mettaari27@gmail.com
Abstract
This study aims to improve understanding of the concept visual appearance of the earth through
media-assisted learning model Scramble picture cards in Class III Elementary Negeri Sumogawe
Getasan District of Semarang District 03 school year 2016/2017. The shape of this research is
classroom action research (PTK) are conducted in two cycles. Each cycle consists of four phases:
planning, implementation, observation, and reflection. Subjects were students in third grade
students of SD Negeri 03 Sumogawe Getasan District of Semarang District, amounting to 34
students consisting of 17 male students and 17 female students. Source data comes from teachers
and students. Data collection techniques used were interviews, observation, testing, and
documentation. Results of research conducted initial conditions prior to student learning
improvement achieve mastery only 15 students (46.42%), while 19 students (53.57%) have not yet
reached the thoroughness with an average value of 61.42. In the first cycle has been implementing
assisted learning method scrambe picture card games increased student learning outcomes that
achieve completeness limit of 20 students (64.28%) and who have not completed 14 students
(35.71%) with an average value of 63.57. At this stage of the second cycle of the 34 students who
achieve mastery of 30 students (89.28%) who have not completed 4 students (10.71%) and the
average value KKM science subjects is 65. Viewed from the repair cycle I and cycle II it can be
concluded that this research is successful and does not need to continue the next cycle.
Keywords: Scramble learning model, the appearance of the surface of the earth, learning outcomes.
134 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, Desember 2016: 134 – 140
p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari kecakapan fisik, mental, intelektual yang
tahu tentang alam secara sistematis, berproses dari kegiatan belajar baik di jenjang
sehingga IPA tidak hanya berisi penguasaan pendidikan formal seperti sekolah dan di
kumpulan pengetahuan yang berupa jenjang pendidikan non formal seperti
faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip- dilingkup keluarga dan masyarakat yang akan
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu digunakan dalam kegiatan sehari- hari baik
proses penemuan. didalam sekolah maupun bermasyarakat.
Menurut Samatowa (dalam Murti dkk, Berdasarkan pengertian dan tujuan
2016) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan pembelajaran IPA maka guru perlu
Alam adalah aktivitas anak yang melalui merancang pelajaran yang mendorong siswa
berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi untuk mempunyai rasa keinginan untuk
hal untama dalam pembelajaran IPA. mengikuti pembelajaran, menurut Damayanti
Sedangkan menurut Damayanti (dalam (dalam Ramadani dkk, 2014) menyatakan
Noorhafizah dan Asmawati 2014) bahwa kegiatan pelajaran haruslah menantang
mennyatakan bahwa pengembangan Ilmu menyenangkan, mendorong eksplorasi
Pengetahuan Alam sangat penting agar memberi pengalaman sukses dan
usaha pencapaian tujuan pembelajaran dapat pengembangan kecakapan berfikir siswa.
dilakukan dengan efektif. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
Dari pendapat ahli diatas dapat IPA di SD haruslah menekankan keaktifan
disimpulkan bahwa IPA adalah pelajaran siswa, yang tidak hanya medengarkan
yang mengharapkan siswa dapat terjun secara ceramah dari guru, hal ini bertujuan untuk
langsung dengan tahapan yang sistematis memberikan pengalaman yang lebih kepada
melalui berbagai macam tahapan logis, dan siswa untuk menanamkan konsep- konsep
berujung pada sebuah penemuan baru pelajaran IPA dari pengalaman siswa itu
mengenai alam demi tercapai tujuan sendiri.
pembelajaran yang efektif.
Model Pembelajaran Scramble
Hasil Belajar Suyatno (dalam Lestari dkk, 2016),
Pengertian hasil menurut Purwanto menyatakan bahwa model pembelajaran
(dalam Sukmadinata dalam Sukriswati, 2016) Scramble merupakan salah satu tipe
hasil belajar adalah merupakan ketercapaian pembelajaran yang disajikan dalam bentuk
tujuan pendidikan pada siswa yang mengukuti kartu dengan mencari pasangan jawaban
proses belajar mengajar, hasil belajar juga dari pertanyaan yang jawabannya tersusun
dapat diartikan perubahan yang diakibatkan secara acak. Menurut Komalasari (dalam
manusia berubah dalam sikap dan tingkah Lestari dkk, 2016), mengutarakan bahwa
lakuknya. model Scramble ini mengajak siswa mencari
Menurut Sukmadinata (dalam Sukriswati, jawaban terhadap suatu pertanyaan secara
2016) menyatakan bahwa hasil belajar kreatif dengan menyusun huruf-huruf yang
merupakan realisasi atau pemekaran dari disusun secara acak.
kecakapan-kecakapan potensi atau kapasitas Komalasari (Murti dkk, 2016)
yang dimiliki seseorang. Menurut Nana berpendapat bahwa “Model Pembelajaran
Sudjana (dalam Sukriswati, 2016) hasil Scramble yaitu model pembelajaran yang
belajar merupakan kemampuan- kemampuan mengajak siswa mencari jawaban terhadap
yang dimiliki setelah ia menempuh suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu
pengalaman belajarnya (proses belajar konsep secara kreatif dengan cara menyusun
mengajar). huruf-huruf yang disusun secara acak
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan sehingga membentuk suatu jawaban atau
bahwa hasil belajar adalah perubahan berupa pasangan konsep”. Sedangkan menurut
Suyatno (dalam Murti dkk, 2016) Ramadani dkk, 2014) menyatakan, bahwa
berpendapat bahwa “Model Pembelajaran model pembelajaran Scramble adalah
Scramble adalah suatu metode pembelajaran pembelajaran secara berkelompok dengan
yang menggunakan kartu soal dan kartu mencocokan kartu pertanyaan dan kartu
jawaban yang dipasangkan atau diurutkan jawaban yang telah disediakan.
menjadi urutan logis. Sehingga siswa Berdasarkan pengertian model
dituntut berpikir kreatif dalam pembelajaran pembelajaran Scramble model pembelajaran
di dalam kelas, untuk dapat mengurutkan ini bertujuan untuk mengubah pola proses
kata-kata dalam kunci jawaban menjadi kata pembelajaran yang semula hanya berpusat
yang logis”. kepada guru, akan diubah menjadi pola
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan belajar yang berpusat pada siswa yang
bahwa model pembelajaran Screamble adalah mengutamakan interaksi siswa dalam
model pembelajaran dengan cara kelompok- kelompok kecil didalam proses
berkelompok dengan mengasah pembelajaran dengan tujuan untuk
kekreatifitasan siswa untuk mencari jawaban- meningkatkan hasil belajar siswa, olehkarena
jawaban logi dari kata-kata yang diacak dan itu peneliti mengangkat rumusan masalah “
siswa diminta merangkai menjadi jawaban apakah dengan menggunakan model
yang logis dari sebuah pertanyaan atau pembelajaran Scramble dapat meningkatkan
persolan. hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
Suyatno (dalam Suryanta dkk, 2014) pada materi kenampakan rupa bumi?”, dan
adapun sintaks model pembelajaran peneliti mengangkat judul penelitian “
Scramble yaitu: (1) buatlah kartu soal Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi
sesuai bahan ajar; (2) Buatlah kartu soal Kenampakan Rupa Bumi Menggunakan
dengan diacak nomornya; (3) sajikan Model Scramble”.
materi; (4) membagikan kartu soal pada Adapun penelitian terdahulu yang sejalan
kelompok dan kartu jawaban; (5) siswa dengan penelitian ini antara lain penelitian
bekelompok mengerjakan soal dan mencari yang dilakukan oleh Lestari (2015)
jawaban yang benar. menyatakan bahwa hasil penelitian
Hasil temuan di SDN Sumogawe 03 Kab. menggunakan model pembelajaran Scramble
Semarang menunjukkan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran IPA di kelas V di SDN
IPA siswa masih tergolong kurang 101766 Bandar Setia menyatakan adanya
memuaskan. Permasalahan ini merupakan peningkatan hasil belajar siswa yang
salah satu indikator bahwa proses berjumlah 30 orang siswa. Kondisi pre tes
pembelajaran IPA di sekolah belum siswa tuntas sebanyak 7 orang atau (23,3%)
maksimal, hasil observasi peneliti sebelum dan yang tidak tuntas sebanyak 23 orang atau
tindakan KKM di SDN Sumogawe 03 adalah (76%) dengan rata- rata kelas (51,33%).
65, hasil belajar siswa sebelum tindakan Setelah tindakan siklus I tingkat ketuntasan
siklus I dapat terdapat 15 (44,11%) siswa yang meningkat menjadi 28 siswa (93,3%) yang
belum tuntas dan 19 (55,88%) siswa telah tidak tuntas sebanyak 2 siswa (6,6%) dengan
tuntas KKM dengan jumlah siswa rata- rata 87,66. Peningkatan hasil belajar dari
keseluruhan 34 siswa. Berdasarkan latar keadaan awal (pre tes dan tindakkan siklus I
belakang masalah dalam pelajaran IPA ini meningkat sebesar (56,67%) dan tindakkan
guru bersama peneliti mengadakan penelitian siklus I ke siklus II sebesar (13,3%). Hasil
tindakan kelas untuk meningkatkan hasil observasi guru diperoleh pada siklus I
belajar siswa menggunakan model pertemuan pertama dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe scramble. model pembelajaran Scramble rata- rata
Model pembelajaran Scramble menurut 71,87tergolong tinggi tindakan siklus II
ahli antara lain diutaran oleh Soeparno (dalam
136 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, Desember 2016: 134 – 140
p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530
pertemuan kedua diperoleh rata- rata nilai sehingga pada siklus berikutnya dapat
90,63 tergolong tinggi. dilakukan penyempurnaan.
Jadi Penelitian Tindakan Kelas adalah
METODE PENELITIAN penelitian yang dilakukan oleh guru kelas dan
Penelitian ini merupakan Penelitian memperoleh permasalahan yang diperoleh
Tindakan Kelas (PTK). Sanjaya (dalam didalam kelas dan diselesaikan didalam kelas
Hafizah, 2014) mengemukakan bahwa secara tersetruktur sesuai dengan langkah-
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian langkah PTK dan hasil pemecahan masalah
yang di dalamnya ada intervensi atau dapat dipergunakan untuk meningkatkan
perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja kecakapan kinerja guru di sekolah.
dalam dunia nyata.
Adapun tujuan dati Penelitian Tindakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas menurut Trianto (dalam Hafizah, 2014) Penelitian ini berjenis Penelitian
Tujuan dari PTK secara umum adalah sebuah Tindakan Kelas yang mana dilaksanakan dua
peningkatan atau perbaikan (improvement siklus. Penelitian ini bertjuan untuk mengukur
and therapy), anatara lain sebagi berikut: (1) tingkat peningkatan hasil belajar siswa atau
Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja tingkat kognitif siswa, adapun hasil belajar
belajar siswa di sekolah; (2) Peningkatan siswa pada kondisi awal siswa diperoleh dari
atau perbaikan terhadap mutu proses guru kelas pada mapel IPA siswa yang belum
pembelajaran di kelas; (3) Peningkatan atau tuntas 15 (44,11%) dan 19 (55,88%) siswa
perbaikan terhadap kualitas penggunaan telah tuntas KKM dengan jumlah siswa
media, alat bantu ajar, dan sumber belajar keseluruhan 34 siswa. Berdasarkan hasil
lainnya; (4) Peningkatan atau perbaikan observasi peneliti pada pra siklus peneliti
terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi bersama guru kelas bekerja sama untuk
yang digunakan untuk mengukur proses dan merencanakan proses tindakan siklus I.
hasil belajar siswa; (5) Peningkatan atau Pada kondisi awal tingkat ketuntasan
perbaikan terhadap masalah masalah siswa mencapai 16 siswa atau (47,05%) dan
pendidikan anak di sekolah; (6) Peningkatan 18 siswa atau (52,94%) belum mencapai
dan perbaikan terhadap kualitas penerapan KKM. Nilai pra siklus dapat dilihat pada
kurikulum dan pengembangan kompetensi Tabel 1.
siswa di sekolah.
Menggunakan metode penelitian Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pra Siklus Nilai Mata
Pelajaran IPA
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari
Pra siklus
dua siklus yang dikemukakan oleh Kemmis
No Jumlah Persent
dan Taggart (dalam Andriani, 2011) yang Nilai
siswa ase
terdiri dari 4 langkah, antara lain: 1)
1 Tuntas 16 47,05%
Perencanaan. Pada tahap ini peneliti
Belum
menyiapkan instrument penelitian yang 2
Tuntas
18 52,94%
terdiri dari instrument pembelajaran,
instrument observasi dan instrument Berdasarkan hasil belajar siswa pada
penilaian hasil belajar siswa; 2) Pelaksanaan. kondisi pra siklus peneliti dan guru kelas
Semua yang telah dipersiapkan pada tahap melaksanakan perencanaan untuk proses
perencanaan akan dilaksanakan pada tahap tindakan siklus I. Setelah tindakan siklus I
ini; 3) Observasi semua kegiatan yang terjadi terdapat kenaikan tingkat ketuntasan siswa,
selama pelaksanaan diamati dan dicatat; 4) pada tindakan siklus I siswa yang tuntas
Refleksi. Dari hasil pengamatan dapat lihat berjumlah 24 siswa atau (70,58%) dan siswa
kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan yang belum tuntas berjumlah 10 siswa atau
(24,41%). Hasil tindakan siklus I dapat diihat Berdasarkan permasalahan yang muncul
pada Tabel 2. pada tndakan siklus I peneliti bersama dengan
guru menyusun rencana untuk pemecahan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siklus I Nilai Mata masalah yang muncul pada siklus I dan
Pelajaran IPA
Siklus I
diterapkan langsung pada siklus II guna untuk
No Jumlah Persenta meminimalisir permasalahan- permasalahan
Nilai yang akan muncul pada siklus II.
siswa se
1 Tuntas 24 70,58% Pada tindakan siklus II tingkat ketuntasan
Belum siswa meningkat kembali sehingga tingkat
2 10 24,41%
Tuntas ketuntasan siswa mencapai 31 siswa atau
(89,28%) dan siswa yang belum mencapai
Berdasarkan hasil penelitian kondisi pra KKM berjumlah 3 siswa atau (10,7%), dari
siklus dan tindakan siklus I dapat disajikan tindakan pada siklus II dapat disajikan dalam
dalam Tabel 3, Tabel 4.
Tabel 3. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran
Mata Pelajaran IPA Pra Siklus dan Siklus I IPA Siklus II
Pra siklus Siklus I
Siklus II
No Nilai Jumlah Persent Jumlah Persent
No Jumlah
siswa ase Siswa ase Nilai Persentase
siswa
1 Tuntas 11 36,60% 18 60,00%
1 Tuntas 31 89,28%
Belum
2 19 63,30% 12 40,00% Belum
Tuntas 2 3 10,70%
Tuntas
Berdasarkan Tabel 3 dapat
disimpulkan bahwa ada kenaikan tingkat Hasil tindakan siklus I dan II dapat disajikan
ketuntasan siswa, pada kondisi pra siklus dalam bentuk Tabel 5 sebagai berikut,
tingkat ketuntasan hanya mencapai 16 siswa Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekwensi Nilai
atau (47,05%) dan pada siklus I tingkat Mata Pelajaran IPA Siklus I dan Siklus II
ketuntasan mencapai 24 siswa atau (70,58%) Siklus I Siklus II
jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat N Nilai Jumlah Persent Jumlah Persent
ketuntasan siswa meningkat 8 siswa atau o siswa ase Siswa ase
(23,52%), dan tingkat ketidak tuntasan siswa 1 Tuntas 24 70,58% 31 89,28%
menurun sebesar 8 siswa (23,52%) dari Belum
jumlah keseluruhan siswa 34 siswa. 2 10 24,41% 3 10,70%
Tuntas
Dari tindakan siklus I terdapat kenaikan
tingkat ketutasan hasil belajar siswa yang Dari Tabel 5 mengenai perbandingan
cukup memuaskan, akan tetapi dalam proses distribusi frewensi siklus I dan siklus II dapat
tindakan siklus I tidak lepas dari disimpulkan bahwa terdapat kenaikan tingkat
permasalahan. Permasalahan yang muncul ketuntasan hasil belajar siswa dari tindakkan
pada tindakan siklus I antara lain guru dan siklus II, pada siklus I tingkat ketuntasan
siswa belum memahami jalannya proses siswa mencapai 24 siswa atau (70,58%) dan
pembelajaran menggunakan model pada tindakkan pada siklus II tingkat
pembelajaran Scramble sehingga guru dan ketuntasan mencapai 31 siswa atau (89,28%)
siswa masih kebingungan dalam pelaksanaan kenaikan hasil belajar siswa mencapai 7 siswa
pembelajaran, suasana proses pembelajaran atau (20,58%) dan tingkat ketidak tuntasan
kurang kondusif dikarenakan siswa yang siswa menurun sebesar 7 siswa atau (20,58%).
rame, masih terdapat siswa yang belum Dari tindakkan pada siklus II
mecapai KKM. permasalahan yang muncul pada siklus I dapat
138 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, Desember 2016: 134 – 140
p-ISSN 2406-8012 e-ISSN: 2503-3530
teratasi dengan baik, dan tingkat ketuntasan hasil belajar IPA SDN Sumogawe kelas III
siswa kembali meningkat pada siklus II. dengan materi kenampakan rupa bumi, oleh
Akantetapi pada siklus II ini tidak lepas dari karena itu peneliti menyarankan untuk para
permasalahan, permasalahan yang muncul pendidik atau pihak sekolah untuk selalu
antara lain adalah masih terdapat 3 siswa yang berani berinovasi dalam menyampaikan
tidak tuntas KKM atau (8,82%). Nilai pra materi ajar kepada siswa, supaya dapat
siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada memperoleh hasil belajar siswa yang
Tabel 6 memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Wahyu Istanti dan H.A. Triwidjaja. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Picture
And Picture Pada Pembelajaran Ipa Anak Tunagrahita SDLB. Jurnal P3LB, 1 (2): 169-
174.
Andriani, Lis. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Dengan Penerapan
Model Pembelajaran kooperatif Tipe Picture To Picture Di Kelas V SDN 2 Balaesang.
Jurnal Kreatif Tadulako Online. 6 (5): 1-10.
Citrasmi Ni Wyn, dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Media
Gambar Terhadap Hasil Belajar Ipa Di Sd. E-jurnl Undiksha, 4 (1): 1-10.
Lestari, Dewi dan Demmu Koro- Koro. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ipa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Scramble Di Kelas V Sd
Negeri No. 101766 Bandar Setia. Jurnal.Unimed. 3 (1): 1-9.
Lestari, Ni Kadek Sri, dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Scramble Untuk
Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas Iv. E-jurnal.PGSD, 4
(1): 1-10.
Murti, I Gede Ari dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Media
Gambar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd. e-Junal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurnal PGSD, 9 (1): 1-11.
Noorhafizah dan Asmawati. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Energi Panas Melalui
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Variasi Model Student Teams Achievement
Divisions (Stad) Pada Siswa Kelas Iv Sdn Teluk Dalam 3 Banjarmasin.
Jurnal.fkip.uns.ac.id.Jurnal Paradikma, 9 (2): 1-4.
Suryanta, I Made, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Media
Gambar Animasi Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd Gugus Yos Sudarso
Denpasar. E-jurnal.Undiksha, 2 (1): 1-10.
140 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, Desember 2016: 134 – 140