Moluccas Health Journal: Fricilia Noya
Moluccas Health Journal: Fricilia Noya
Fricilia Noya
Fakultas Kesehatan,Universitas Kristen Indonesia Maluku, email: noyafricilia2@gmail.com
(Koresponden)
Grace J Wakanno
Fakultas Kesehatan,Universitas Kristen Indonesia Maluku, email: gracejeny2098@gmail.com,
(Koresponden)
Dene F Sumah
Fakultas Kesehatan,Universitas Kristen Indonesia Maluku, email: ristoisfrisco_peea@yahoo.com
ABSTRACT
Hospitalization makes happen of the children to feel anxious, traumatized and scared. The
Efforts reduces the anxiety on children can be done through a traumatic (a traumatic care). The
purpose of this study was to determine the relationship of a traumatic care with the level of anxiety of
children in the Ezra room at Sumber Hidup Hospital Ambon. The research design used is a
correlation study. Data collection takes by means of respondents are given questionnaires for the
application of A traumatic Care and Hamilton Rating Scale Anxiety (HARS). The sampling technique
uses purposive sampling with a total of 30 respondents. Data analysis uses Spearman rank statistics.
Based on the test results by seeing the significance value obtains p value <α (0,000 <0.05), rs = -
0.725, namely the direction of the negative correlation with the strength of a strong correlation. A
result of the study proves that there is a relationship between a traumatic care with the level of anxiety
of children on the Ezra room at Sumber Hidup Hospital Ambon (p = 0,000). If the application of a
traumatic care is good, the anxiety level is experienced by the child will decrease. It is expected that
nurses in the Ezra Room of the Sumber Hidup Ambon Hospital can apply a traumatic care for each
nursing intervention with compassion and become more communicative so that there is decreasing on
the child's anxiety level.
ABSTRAK
Masuk rumah sakit dapat menyebabkan anak menjadi cemas, trauma dan takut. Upaya untuk
mengurangi kecemasan pada anak bisa dilakukan melalui atraumatik (atraumatic care). Tujuan
penelitian adalah mengetahui hubungan atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak di ruang
Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon. Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasi.
Pengumpulan data dengan cara responden diberikan kuesioner penerapan Atraumatic Care dan
Hamilton Rating Scale Anxiety (HARS). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dengan jumlah 30 responden. Analisis data menggunakan statistik Spearman rank.
Berdasarkan hasil uji dengan melihat nilai significancy didapatkan nilai p < α (0,000<0,05), rs= - 0,725
yaitu arah korelasi negative dengan kekuatan korelasi kuat. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada
hubungan atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber
Hidup Ambon (p=0,000). Bila penerapan Atraumatic care baik maka semakin kecil tingkat kecemasan
yang dialami anak. Diharapkan perawat di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon dapat
menerapkan atraumatic care pada setiap intervensi keperawatan dengan kasih sayang dan lebih
komunikatif sehingga terjadi penurunan tingkat kecemasan anak.
57
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perawatan di rumah sakit menimbulkan kecemasan bagi anak dan keluarganya. Saat berada
di rumah sakit, anak menghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak dikenal dan
orang asing yang menimbulkan perasaan was-was. Anak juga sering berhadapan dengan prosedur
(1)
yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui .
Kecemasan terjadi ketika anak merasa terancam baik fisik seperti mengalami cidera, luka, fraktur
(2)
maupun psikologis seperti perasaan cemas, sedih, takut, dan sering menangis .
Anak yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
(diinfus, disuntik, ambil darah, dan lain-lain). Hal ini memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan
yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,
permainan, dan teman sepermainannya. Anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami reaksi
hospitalisasi dalam bentuk anak rewel, tidak mau didekati oleh petugas kesehatan, ketakutan, tampak
(3)
cemas, tidak kooperatif, bahkan tamper tantrum Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) tahun 2016 terdapat 35 juta anak didunia yang mengalami kecemasan saat mendapatkan
perawatan dirumah sakit. Menurut World Health Organization (WHO) anak yang dirawat di Amerika
Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta menjalani perawatan dirumah sakit dan sebanyak 50% dari
jumlah tersebut mengalami kecemasan. Menurut Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun
2014, di Indonesia jumlah anak yang dirawat pada tahun 2014 sebanyak 20,72% dari jumlah total
penduduk di Indonesia. Berdasarkan data tersebut menyatakan prevalensi anak di Indonesia yang
dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak mengalami kecemasan, yang
ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruang anak baik di rumah sakit pemerintah ataupun rumah sakit
swasta.
(4)
Hasil penelitian atraumatic care pada 20 pasien anak di RSUD.dr.Koesnadi Kabupaten
Bondowoso,dengan analisis data uji korelasi Spearman-rank dan hasil uji nilai P value 0,003 (α
0,05), menjelaskan bahwa penerapan atraumatic care cukup yaitu 14 responden (70%) tidak
mengalami kecemasan, penerapan atraumatic care baik 5 responden (25 %) mengalami kecemasan
ringan, dan 1 responden (15 %) mengalami kecemasan sedang. Semakin baik penerapan atraumatic
care maka semakin kecil resiko kecemasan yang dialami anak. Berdasarkan hasil wawancara penulis
di ruang Ezra, RSSH Ambon pada tanggal 21 September 2018 ditemukan bahwa 14 pasien anak
menunjukkan tanda dan gejala kecemasan seperti sering menangis, sulit tidur, tidak mau ditinggal
orang tua, nafsu makan menurun dan takut jika didekati perawat, serta sering menolak saat sedang
diberi tindakan perawatan. Manajemen Rumah Sakit Sumber Hidup telah melakukan upaya
mengurangi kecemasan anak seperti memodifikasi ruang Ezra dengan mewarnai tembok ruangan
dengan bermacam-macam warna, dan juga membolehkan anak ditemani oleh orang tua serta
memakai pakaian berwarna hijau dan merah muda. Namun sebagian besar anak masih menunjukkan
rasa cemas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atraumatic care dengan tingkat
kecemasan anak.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi korelasi untuk mengetahui hubungan
atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak di ruang Ezra, Rumah Sakit Sumber Hidup.
Populasi dalam penelitian ini adalah 43 orang tua yang mempunyai anak dirawat pada ruang Ezra
Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon. Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu Purposive Sampling,
dengan kriteria inklusi yaitu orang tua anak yang di rawat dan bersedia menjadi responden, anak usia
1 – 12 tahun yang dirawat selama 1-3 hari, dan kriteria eksklusi orang tua yang tidak bisa membaca
dan menulis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penerapan atraumatic
care. Responden yang memenuhi kriteria pengambilan sampel, diberikan surat kesediaan menjadi
responden dan kemudian peneliti memberikan kuesioner atraumatik care dan kecemasan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HARS). Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan Rank Spearman,
yaitu untuk melihat hubungan Atraumatic Care dengan tingkat kecemasan anak.
58
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
HASIL
Berikut ini dijelaskan hasil penelitian berdasarkan analisa univariat dan analisa bivariat yakni
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur menurut depkes RI di ruang Ezra Rumah
Sakit Sumber Hidup Ambon
Umur (Tahun) n %
0–5 17 56,7
6 – 11 13 43,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan umur sebagian besar
responden dengan usia 0 - 5 tahun sebanyak 17 orang (56,7 %).
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber
Hidup Ambon
Jenis Kelamin n %
Laki –laki 18 60,0
Perempuan 12 40,0
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 2 menujukan bahwa distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (60 %).
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan pengalaman pernah dirawat di ruang Ezra Rumah
Sakit Sumber Hidup Ambon
Pernah Dirawat n %
Ya 9 30,0
Tidak 21 70,0
Total 30 100,0
Sumber ; Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa distribusi karakteristik responden yang pernah dirawat
sebagian besar responden tidak pernah dirawat sebanyak 21 orang (70,0 %).
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pendidikan orang tua di ruang Ezra Rumah Sakit
Sumber Hidup Ambon
Pendidikan Orang Tua n %
SD 1 3,3
SMP 4 13,3
SMA 14 46,7
D3 1 3,3
SI 10 33,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan orang tua,
yang mempunyai proporsi tertinggi yaitu responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 14
orang (46,7 %).
59
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan orang tua di ruang Ezra Rumah Sakit
Sumber Hidup Ambon
Pekerjaan Orang Tua n %
Ibu Rumah Tangga 15 50,0
Wiraswasta 8 26,7
PNS 5 23,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pekerjaan orang tua,
yang mempunyai proporsi tertinggi yaitu responden dengan pekerjaan orang tua ibu rumah tangga
sebanyak 15 orang (50,0 %).
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan atraumatic care diruang Ezra Rumah Sakit Sumber
Hidup Ambon
Atraumatic Care n %
Baik 19 63,3
Kurang Baik 11 36,7
Total 30 100,0
Sumber data primer, 2019
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan anak di ruang Ezra Rumah Sakit
Sumber Hidup Ambon
Tingkat Kecemasan Anak n %
Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat kecemasan anak
sebagaian besar responden mengalami kecemasan ringan 9 orang (30,0 %). Berdasarkan hasil
analisis uji korelasi Rank Spearman.
Tabel 8. Hubungan atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak di ruang Ezra Rumah
Sakit Sumber Hidup Ambon
Variabel n rs P value
Atraumatic Care 30
-0,725 0,000
Tingkat Kecemasn 30
Berdasarkan hasil analisis uji korelasi Rank Spearman pada tabel 8 Hasil penelitian menunjukan
bahwa Ha diterima dengan nilai signifikan (2-tailed) < 0,05 (p = 0.000) yang menunjukan ada
hubungan antara atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak di ruang Ezra Rumah Sakit
Sumber Hidup Ambon. Nilai korelasi rank spearmen sebesar -0,725 menunjukan korelasi negative
dengan kekuatan korelasi yang kuat.
60
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukan bahwa anak yang dirawat di ruang Ezra Rumah Sakit
Sumber Hidup Ambon sebagian besar dengan Atraumatic Care baik sebanyak 19 orang (63,3 %),
dan sebagian kecil dengan Atraumatic Care kurang baik sebanyak 11 orang (36,7 %). Keberhasilan
penerapan atraumatic care yang baik dalam pemberian tindakan atraumatic care ditiap ruangan
rawat didapat dari kerjasama antara perawat dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang
aman dan nyaman bagi anak yang menjalani perawatan. Perawat dituntut untuk memiliki
pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang mau merawat pasien dengan sepenuh hati atau empati
(5)
agar tercipta saling percaya antar pasien dan perawat . Perawat perlu memodifikasi lingkungan
fisik melalui modifikasi ruang perawatan yang bernuansa anak agar lebih menarik bagi anak seperti
lingkungan bersih, rapi, aman untuk anak, tidak berisik, hiasan dinding kartun serta adanya fasilitas
bermain dalam setiap bangsal anak sehingga anak merasa nyaman dan anak dapat beradaptasi
(6)
dengan lingkungan . Untuk menentukan atraumatic care dapat dilihat apakah sesuai dengan
prinsip-prinsip atraumatic care. Dalam penelitian ini untuk mengetahui penerapan atraumatic care di
ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon dilakukan dengan memberikan kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan terkait prinsip atraumatic care. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
(7)
dilakukan di ruang anak rumah sakit umum Cut Meuti Kabupaten Aceh Utara. Hasil Penelitian
Rahmah menunjukan terdapat penerapan atraumatic care baik sebanyak 18 orang (60 %).
Asumsi peneliti bahwa penerapan atraumatic care baik sebanyak 19 orang (63,3 %) diruang Ezra
Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon karena, perawat selalu berhati-hati dalam melakukan tindakan,
perawat juga mencegah nyeri dengan pemakaian xilocain jelly sebelum pemasangan infus, dan
perawat selalu merespons keluhan anak dengan orang tua secara cepat. Selain itu, perawat
mengizinkan dan melibatkan orang tua untuk terlibat dalam perawatan anak, sehingga orang tua
(8)
selalu menemani anak selama 24 jam. menjelaskan bahwa perawat memerlukan dukungan dari
keluarga untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas serta dukungan orang tua dan
keluarga memiliki dampak positif bagi anak, yaitu membuat anak merasa nyaman, dan sejahtera.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa adanya penerapan atraumatic care dengan kategori
kurang baik sebanyak 11 orang (36,7 %) . Asumsi Peneliti Penerapan Atraumatic Care kurang baik
dikarenakan beberapa hal. Pertama, sikap perawat yang dalam berinteraksi kurang komunikatif.
Dalam penelitian ini, orang tua menyatakan bahwa perawat kurang komunikatif. Sebelum melakukan
tindakan perawat tidak membujuk anak, tidak mengajak anak bermain, serta perawat jarang
menjelaskan tujuan dan prosedur yang diberikan. Sehingga persepsi anak bahwa perawat datang
(9)
hanya ingin menyakitinya saja. Hal ini dipertegas oleh , perawat dalam memberikan tindakan
keperawatan perlu membangun rasa percaya dengan anak dan orang tua melalui pendekatan utama
yaitu komunikasi sehingga terjalin rasa kasih sayang dan anak dapat terbuka mengenai perasaannya.
Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukan bahwa 12 orang (40,0 %) tidak mengalami
kecemasan, 9 orang (30%) mengalami tingkat kecemasan ringan, 5 orang (16,7 %) mengalami
tingkat kecemasan sedang, 4 orang (13,3 %) mengalami tingkat kecemasan berat dan tidak ada yang
mengalami kecemasan berat sekali. Tingkat kecemasan anak dinilai berdasarkan reaksi fisiologis,
perilaku, kognitif dan afektif yang sesuai dengan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety
(10)
(HARS). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan menunjukan hasil penelitian
tingkat kecemasan anak tertinggi yaitu tingkat kecemasan ringan sebanyak 22 orang (73,3 %). Dalam
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat 12 orang (40,0 %) yang tidak mengalami kecemasan.
Asumsi peneliti dikarenakan perawat meminimalisasi nyeri dengan memberikan xilicolin jeli sebelum
pemasangan infus, dan perawat selalu berhati-hati dalam melakukan tindakan. Selain itu, selama
proses perawatan dirumah sakit anak biasanya ditemani oleh keluarga. Walaupun terkadang hanya
ada ibu dari anak yang bersama dengan perawat melakukan perawatan kepada anak sehingga anak
merasa nyaman, dilindungi dan selalu dekat dengan keluarga. Hal ini juga dibuktikan dengan
(11)
pekerjaan orang tua sebagai ibu rumah tangga sebanyak 50%. Mengemukakan bahwa peran ibu
61
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
yang lebih besar dalam keluarga terutama dalam mengasuh anak membuktikan bahwa kehadiran ibu
akan memberikan rasa aman. Dalam penelitian ini juga terdapat 9 orang (30,0 %) yang mengalami
kecemasan ringan di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon. Asumsi peneliti, karena anak
pernah dirawat sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan terdapat 9 orang (30,0 %) yang pernah dirawat
(12)
sebelumnya. menyatakan bahwa anak yang mempunyai pengalaman masuk rumah sakit
sebelumnya akan memiliki kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang belum
memiliki pengalaman sama sekali.
Dalam penelitian di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon juga terdapat kecemasan
sedang sebanyak 5 orang (16,7 %). Asumsi peneliti, hal ini dikarenakan karena interaksi perawat
dengan anak yang kurang komunikatif. Dalam kuesioner orang tua menyatakan bahwa sebelum
melakukan tindakan perawat tidak membujuk anak, perawat jarang menjelaskan tujuan dan prosedur
yang diberikan. Sehingga ketika didekati perawat anak menjadi gelisah, muka tegang, marah tidak
jelas, menangis, berkeringat, firasat buruk, dan tidak ingin mengikuti anjuran perawat karena anak
(4)
berpikir hanya akan disakiti oleh perawat. menjelaskan bahwa perawat dalam memberikan tindakan
keperawatan perlunya memberikan informasi melalui komunikasi langsung dengan anak sangat
penting untuk menenangkan suasana perasaan serta dapat meningkatkan peran orang tua dalam
mengontrol perawatan anak.
Selain itu, tidak ada hiasan dinding pada dinding maupun jendela yang mencerminkan dunia anak
dan perawat tidak mengajak anak bermain karena kurangnya fasilitas bermain. Dengan adanya
bermain sebelum dilakukan tindakan berupa bersenda gurau, bermain origami atau puzzle akan
(22)
membuat anak merasa senang dan mengalihkan rasa cemas anak. Dipertegas oleh pendapat
dengan bermain dapat membantu anak menguasai suasana tegang, memungkinkan anak
menyalurkan ketegangan emosi dan dapat mengalihkan kecemasan anak. Penelitian ini juga
menyatakan bahwa sebanyak 4 orang (13,3%) mengalami kecemasan berat. Asumsi peneliti karena
anak baru pertama kali dirawat di rumah sakit sehingga anak menjadi cemas. Hal ini sejalan dengan
(19)
, menyatakan bahwa anak yang belum pernah memiliki pengalaman rawat sebelumnya akan
merasa lebih cemas dibandingkan anak yang pernah dirawat sebelumnya. Selain itu, kurangnya
dukungan orang tua. Selama perawatan dirumah sakit, anak-anak ini ditemani oleh pengasuh dan
ada juga nenek dari anak yang sakit. Sehingga anak merasa tidak diperdulikan dan merasa tidak
diperhatikan.
Berdasarkan uji korelasi menggunakan uji Rank Spearman diperoleh hasil koefisien korelasi
antara atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak yaitu rs= - 0,725 terdapat hubungan yang
kuat. Nilai p dalam uji ini adalah 0,000 menunjukan H0 ditolak dengan nilai α < 0,05 (p = 0.000) yang
artinya ada hubungan antara atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak di ruang Ezra Rumah
Sakit Sumber Hidup Ambon. Menurut Marniaty et al (2015), anak bukanlah miniature orang dewasa.
Anak memiliki dunianya sendiri yaitu tidak ingin dipaksa, ingin kesenangan, butuh kasih sayang dan
dukungan dari orang lain. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan unik. Ini
membuat anak selama dirumah sakit selalu ingin diperhatikan, disayang dan dimanja. Hal ini adalah
tantangan tersendiri untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak yang sakit.
(26)
Menurut menyatakan perawat perlu memiliki sikap empati pada anak. Perawat adalah suatu profesi
yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien anak yang
sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Sehingga perawat memerlukan pendekatan yang dapat mencegah atau meminimalkan kecemasan
yang terjadi pada anak, salah satunya dengan menerapkan atraumatic care. Penelitian ini sejalan
(4)
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
penerapan atraumatic care dengan tingkat kecemasan anak prasekolah saat proses hospitalisasi di
RSU. Dr.H.Koesnadi Kabupaten Bondowoso, dengan menggunakan uji rank-spearman didapatkan
hasil p = 0,003< α=0,05 dan koofisien korelasi = - 0,634. Menunjukan adanya hubungan negative
yang signifikan dan kuat. Menunjukan semakin meningkat pemberian atraumatic care maka tingkat
62
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
(21)
kecemasan anak akan menurun. Hal ini sejalan dengan , yang menyatakan bahwa anak akan
merasa nyaman dan tidak cemas selama perawatan dengan adanya dukungan social keluarga,
lingkungan perawatan yang teraupetik, serta sikap empati perawat dan komunikatif saat berinteraksi
(5)
dengan anak. perawatan anak yang menerapkan atraumatic care dengan meminimalkan
perpisahan dengan orang tua akan memberikan manfaat antara lain menurunkan kecemasan anak,
anak akan lebih tenang dan penanganan nyeri meningkat, komunikasi antara tim kesehatan dan
keluarga meningkat serta waktu pemulihan menjadi lebih pendek.
KESIMPULAN
Atraumatic Care di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon, sebagian besar responden
dengan Atraumatic Care baik sebanyak 19 orang (63,3 %) dan sebagian kecil dengan Atraumatic
Care kurang baik sebanyak 11 orang (36,7 %). Tingkat kecemasan anak di ruang Ezra Rumah Sakit
Sumber Hidup Ambon, responden yang mengalami kecemasan berat 4 orang (13,3 %), Kecemasan
sedang 5 orang (16,7 %), kecemasan ringan 9 orang (30,0 %), dan responden yang tidak mengalami
kecemasan 12 orang (40,0 %) dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat sekali. Ada
hubungan negative yang kuat (rs= -0,725) dan signifikan antara atraumatic care dengan tingkat
kecemasan anak pada pasien anak di ruang Ezra Rumah Sakit Sumber Hidup Ambon (p=0,000,
p<0,05).
SARAN
Peneliti menyarankan agar dalam memberikan pelayanan atraumatic care, perawat dapat
memberikan intervensi keperawatan kepada pasien anak lebih komunikatif agar anak tetap merasa
diperhatikan dan dapat meminimalkan kecemasan anak. Peneliti menyarankan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kecemasan anak dan dukungan orang tua dalam perawatan
anak selama dirumah sakit.
REFERENSI
63
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2019
12. Marniaty, A. Y. 2015. Pengaruh Penerapan atraumatic care terhadap Respon Kecemasan
Anak yang Mengalami Hospitalisasi Di RSU Pancaran Kasih GMIM Manado dan RSUP
Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. eJournal Volume 3 No 2.
13. Nazir. 2015. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
14. Notoatmodjo. 2014. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku . Jakarta: PT Renika Cipta.
15. Nursalam. 2013. Metoddelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
16. Pratiwi, Y. 2014. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Respon Kecmasan Anak Usia
Prasekolah di Ruang Perawatan Anak RSUD Syek Yusuf Kabupaten Gowa.
17. Priyoto. 2014. Konsep Manajemen Stress. Yogjakarta: Nuhu Medika.
18. Rahma, F. 2016. Hubungan Penerapan Atraumatic Care dengan Stress Hsopitalisasi pada
Anak Di Ruang Anak Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015.
Jurnal Kesehatan Almuslim, Vol.I No.2
19. Ratnasari, D. 2016. Penerapan atraumatic care terhadap respon kecemasan pada asuhan
keperawatan An.A yang mengalami hospitalisasi diruang Cempaka RSUD.Dr.Soedirman
Mangun Sumarso Wonogiri”.
20. Rini, R. I. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care dengan Kecemasan Anak Prasekolah
Saat Proses Hospitalisasi di RSU dr.H.Koesnaidi Kabupaten Bondowoso.
21. Rudini, N.G.F. 2013.Hubungan Komunikasi Teraupetik dengan stres Hospitalisasi pada Anak
Usia Pra Skolah 6 - 12 Tahun DiIrina BLU RSU Prof.Dr.R.D.Kandao.Manado.Journal
Keperawatan Vol.1No.1
22. Saputro, I. F. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. Ponorogo: FORIKES.
23. Sari, D.M. 2017. Penerapan Perawatan Berbasis Atraumtic Care pada Anak Usia
Prasekolah untuk Mengurangi Kecemasan Hospitalisasi. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti
Lampung, Volume V, No. 1.
24. Stuart, G. W. 2016. Principles and practice 0f psychiatric nursing. St. Louis : Mosby
25. Sugiono. 2013. Metode Penelitiaan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
26. Sukarmin, S. 2017. Hubungan antara Lama Hospitalisasi dan Persepsi Keluarga tentang
Perilaku Perawat dengan Kecemaan. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.8 No.2.
27. Supartini, Y. 2014. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak . Jakarta: EGC
28. Susilowati, R.M. 2015.Pengaruh Terapi Bermain pada Anak Usia Prasekolah terhadap
Kehilangan Kontrol dalam Hospitalisasi Di Ruang Anak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Jurnal
Ilmu Kesehatan. Vol.3.
29. Tumigolung, L. K. 2016. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Serangan Asma pada
Penderita Asma Di Kelurahan Mahakeret Timur Kota Manado . e-journal Keperawatan
Volume 4 Nomor 2.
30. Ulfa, F.M. 2018. Hubungan penerapan atraumatic care oleh perawat dengan stres. Health
Sciences and Pharmacy Journal vol 2 No 3.
31. Utami, Y. 2014. Dampak Hospitalisasi terhadap Perkembangan Anak. Jural Ilmiah Widia.
32. Yugistyowati, A.S.S. 2018. Pengetahun Perawat tentang Family Centered-Care dengan
Sikap dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Anak. Jurnal
Keperawatan Respati Yogyakarta.
64
Penerbit: Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan UKIM
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna