0% found this document useful (0 votes)
186 views5 pages

Buying Pada Mahasiswa Bandung: Hubungan Antara Self-Monitoring Dengan Impulsive

This document discusses a study that examined the relationship between self-monitoring and impulsive buying behavior among students in Bandung, Indonesia. The study found a significant positive correlation between self-monitoring and impulsive buying. Specifically, students with higher self-monitoring engaged in more impulsive purchases of fashion products online in order to manage impressions and gain social approval. The easy access of online shopping platforms was found to facilitate unplanned purchasing behavior among students.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
186 views5 pages

Buying Pada Mahasiswa Bandung: Hubungan Antara Self-Monitoring Dengan Impulsive

This document discusses a study that examined the relationship between self-monitoring and impulsive buying behavior among students in Bandung, Indonesia. The study found a significant positive correlation between self-monitoring and impulsive buying. Specifically, students with higher self-monitoring engaged in more impulsive purchases of fashion products online in order to manage impressions and gain social approval. The easy access of online shopping platforms was found to facilitate unplanned purchasing behavior among students.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 5

Prosiding Psikologi http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.

22468

Hubungan antara Self-Monitoring dengan Impulsive


Buying pada Mahasiswa Bandung
Fullah Balqis Zahra, Ria Dewi Eryani
Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung
Bandung, Indonesia
fullahzhr@gmail.com

penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat


Abstract—Impulsive buying behavior or behavior in ukur yang digunakan untuk mengukur Self Monitoring
making irrational and spontaneous unplanned purchases, as well dikontruksi dari Snyder (1974), diadapatasi oleh Siagian (2017),
as conflicts in thoughts and emotional emotions (Verplanken & dan dimodifikasi oleh peneliti. Alat ukur yang digunakan untuk
Herabadi, 2001) is currently happening to students in Bandung, mengukur Impulsive Buying dikontruksi dari Verplanken &
this can occur because of the ease of shopping, through online Herabadi (2001), diadaptasi oleh Herabadi (2003), dan
store. The most impulsive products purchased are fashion dimodifikasi oleh peneliti. Metode penelitian yang digunakan
products where these products have value and can give a positive adalah metode kuantitatif dengan desain korelasional dan teknik
impression (O'Cass, 2001), besides that fashion products are the analisis data SPSS Rank Spearman. Hasil penelitian ini
products most favored by students. Thus, students try to give a menunjukkan koefisien korelasi rs = 0.496 (p value = 0.000),
positive impression through fashion products as a guide obtained artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara self
for information on behavior or what is commonly called self monitoring dengan impulsive buying pada mahasiswa Bandung.
monitoring (Snyder, 1974). The purpose of this study was to
determine how closely the relationship between self monitoring Kata Kunci—self monitoring, impulsive buying, mahasiswa.
with impulsive buying among Bandung students. A total of 399
students who have Bandung ID cards are the subject of research
using purposive sampling techniques. Measuring instruments
used to measure Self Monitoring were constructed from Snyder PENDAHULUAN
(1974), adapted by Siagian (2017), and modified by researchers.
Measuring instruments used to measure Impulsive Buying were Mahasiswa berada pada usia 18-25 tahun dimana usia
constructed from Verplanken and Herabadi (2001), adapted by tersebut termasuk pada masa dewasa awal. Masa ini
Herabadi (2003), and modified by researchers. The research memiliki karakteristik yaitu lebih sistematis dalam
method used is a quantitative method with correlational design merencanakan, membuat hipotesis tentang masalah, serta
and SPSS Spearman Rank data analysis techniques. The results mempertimbangkan keterbatasan dan dampak atas
of this study indicate the correlation coefficient rs = 0.496 (p pengambilan keputusan (Santrock, 2002). Dengan
value = 0.000), meaning that there is a significant positive demikian, mahasiswa sebagai dewasa awal seharusnya lebih
relationship between self monitoring with impulsive buying in
dapat mengendalikan dan mempertimbangkan keputusan
Bandung students.
daripada remaja, serta keinginan untuk diakui bukanlah lagi
Keywords—self monitoring, impulsive buying, students. masalah bagi dewasa awal.
Walau demikian, terdapat fenomena dimana mahasiswa
Abstrak—Perilaku impulsive buying atau perilaku dalam melihat petunjuk-petunjuk yang ada disekitarnya agar
melakukan pembelian yang tidak rasional dan tidak diakui oleh lingkungan dengan memberikan kesan positif,
direncanakan secara spontan, serta adanya konflik dalam perilaku tersebut mengarah pada self monitoring. Self
pikiran dan dorongan emosional (Verplanken & Herabadi, monitoring sendiri memiliki pengertian yaitu kemampuan
2001) ini sedang marak terjadi pada mahasiswa di kota individu dalam beperilaku dengan menampilkan dirinya
Bandung, hal tersebut dapat terjadi karena adanya kemudahan dihadapan orang lain dengan menggunakan petunjuk-
dalam berbelanja, yakni melalui online store. Produk impulsif petunjuk yang ada pada dirinya ataupun petunjuk-petunjuk
yang paling sering dibeli adalah produk fashion dimana produk
tersebut memiliki nilai dan dapat memberikan kesan positif
dari luar dirinya agar mendapatkan informasi yang
(O’Cass, 2001), selain itu produk fashion adalah produk yang diperlukan untuk berperilaku sesuai dengan situasi di
paling digemari oleh mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa lingkungan sosialnya, dengan tujuan untuk mendapatkan
berusaha untuk memberikan kesan positif melalui produk kesan positif dari lingkungan sekitarnya, yang menitik
fashion sebagai petunjuk yang didapatkan untuk informasi beratkan pada manipulasi citra dan kesan orang lain
dalam berperilaku atau biasa disebut dengan self monitoring terhadap dirinya (Snyder, 1974).
(Snyder, 1974). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Salah satu cara agar mahasiswa dapat memberikan
mengetahui seberapa erat hubungan antara self monitoring kesan positif adalah dengan menggunakan produk fashion,
dengan impulsive buying pada mahasiswa Bandung. Sebanyak karena fashion sendiri dianggap sebagai suatu hal yang
399 mahasiswa yang memiliki KTP Bandung menjadi subjek
dapat memberikan nilai, memiliki keterkaitan, dan sebagai

399
400 | Fullah Balqis Zahra, Ria Dewi Eryani

alat untuk memenuhi pengakuan (O’Cass, 2001). Untuk reaksi orang lain atau berdasarkan faktor internal seperti
mendapatkan produk fashion, mahasiswa dapat membeli di kepercayaan, sikap, dan kepentingan dari individu yang
platform online store. Dikutip dari katadata.com, terdapat bersangkutan. Snyder (1974) juga menambahkan bahwa self
riset yang dilakukan oleh ShopBack bahwa pada tahun 2019 monitoring adalah kemampuan individu dalam beperilaku
belanja online mengalami kenaikan 76% dari tahun dengan menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan
sebelumnya. Mudahnya akses dalam menggunakan online menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya
store membuat mahasiswa sering membuka aplikasi ataupun petunjuk-petunjuk dari luar dirinya agar
tersebut, sehingga tanpa disadari mereka membeli produk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk berperilaku
yang tidak direncanakan sebelumnya, terutama produk sesuai dengan situasi di lingkungan sosialnya. Kemampuan
fashion. Kemudahan tersebut juga mendorong mahasiswa individu tersebut memiliki tujuan untuk mendapatkan kesan
untuk membeli dengan segera tanpa memikirkan kegunaan atau penilaian positif dari lingkungan sekitarnya, yang
dan dampak yang akan diperoleh, seperti masalah keungan. menitik beratkan pada perhatian individu untuk
Perilaku tersebut mengarah pada perilaku impulsive buying. memanipulasi citra dan kesan orang lain terhadap dirinya
Impulsive buying sendiri memiliki pengertian yaitu dalam melakukan interaksi sosial (Snyder, 1974).
perilaku dalam melakukan pembelian yang tidak rasional Singkatnya, self monitoring merupakan konsep pengaturan
dan tidak direncanakan secara spontan, serta adanya konflik kesan (impression management) atau konsep presentasi diri
dalam pikiran dan dorongan emosional. Dorongan (Snyder & Gangestad, 1986). Lebih lanjut Snyder &
emosional ini meliputi adanya perasaan yang kuat dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa self monitoring lebih
dorongan untuk membeli dengan segera, serta mengabaikan menunjukkan pada cara individu merencanakan,
dampak, sehingga ditunjukan melalui adanya pembelian mengekspresikan penampilannya, dan berperilaku dalam
(Verplanken dan Herabadi, 2001). Verplanken dan situasi sosial.
Herabadi (2001) juga mengemukakan bahwa impulsive Aspek-aspek self monitoring yang dikemukakan oleh
buying terjadi apabila pembeli mengalami kedua aspek dari Snyder & Gangestad (1986) dan disempurnakan oleh Briggs
impulsive buying, yakni kognitif dan afektif. & Cheek (1986) adalah sebagai berikut:
Dikutip dari cnnindonesia.com, terdapat riset mengenai a. Expressive Self Control
usia dari perilaku impulsive buying yang dilakukan oleh Berhubungan dengan kemampuan untuk secara aktif
MasterCard pada 2019 bahwa 50% generasi z dan generasi mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai self
milenial merupakan pelanggan paling impulsif di Asia monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar
Pasifik. Hal tersebut selaras dengan fenomena yang terjadi terlihat baik dihadapan lingkungan.
pada mahasiswa di Kota Bandung, yakni adanya perilaku- b. Social Stage Presence
perilaku yang mengarah pada belanja secara impulsif. Kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan
Kemudian, dikutip dari ekonomi.bisnis.com, terdapat riset situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah tingkah
yang dilakukan oleh Google Analytics yang mengatakan laku, serta kemampuan untuk menarik perhatian sosial.
bahwa Bandung adalah salah satu kota teraktif dalam c. Other Directed Self Present
berbelanja. Kemampuan untuk memainkan peran seperti apa yang
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial,
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara self kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan
monitoring dengan impulsive buying pada mahasiswa kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi.
Bandung. Pada penelitian ini juga memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
B. Impulsive Buying
1. Untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara
self monitoring dengan impulsive buying pada Menurut Verplanken & Herabadi (2001) impulsive
mahasiswa Bandung. buying adalah perilaku dalam melakukan pembelian yang
2. Untuk mengetahui perilaku self monitoring yang tidak rasional dan tidak direncanakan secara spontan, serta
terjadi pada mahasiswa Bandung. adanya konflik dalam pikiran dan dorongan emosional.
3. Untuk mengetahui perilaku impulsive buying yang Dorongan emosional ini meliputi adanya perasaan yang
terjadi pada mahasiswa Bandung. kuat dan dorongan untuk membeli dengan segera, serta
mengabaikan dampak, sehingga ditunjukan melalui adanya
pembelian. Individu membeli berbagai macam produk
untuk berbagai macam alasan pula, selain karena adanya
kebutuhan tapi juga untuk meringankan suasana hati yang
LANDASAN TEORI buruk, untuk menunjukkan identitas, atau sekedar hanya
untuk bersenang-senang (Beatty & Ferrel, 1998; Dittmar,
A. Self Monitoring Beattie, & Friese, 1995; Dittmar & Drury, 2000; Rook &
Snyder (1974) mengungkapkan bahwa self monitoring Fisher, 1995; Rook & Gardner, 1993).
adalah kemampuan individu untuk mengontrol tingkah Menurut Verplanken & Herabadi (2001) mencakup dua
lakunya berdasarkan faktor eksternal seperti lingkungan dan aspek yaitu;

Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN 2460-6448


Hubungan Antara Self-Monitoring ... | 401

a. Aspek kognitif dibandingkan dengan remaja akhir, dan terdapatnya


Perilaku membeli yang dilakukan tanpa adanya unsur ketegangan emosi (Hurlock, 1997). Mandiri secara ekonomi
pertimbangan dan unsur perencanaan (Verplanken, dan mandiri dalam pengambilan keputusan (Santrock,
Herabadi, & Knippenberg, 2009). 2002). Dianggap sebagai masa yang problematik karena
b. Aspek afektif banyaknya penyesuaian baru yang harus dihadapi individu
Pembelian yang dilakukan berdasarkan keinginan hati, selama masa dewasa awal, seperti mulai dari memasuki dan
tidak terkontrol, kepuasaan, dan adanya penyesalan karena menyelesaikan pendidikan tinggi di universitas, mencari
telah membelanjakan uangnya (Verplanken & Herabadi, pekerjaan dan mengembangkan karir, memilih teman hidup
2001). (menikah), memiliki anak, dan berperan menjadi orang tua
(Hurlock, 1997; Santrock, 2002).
C. Produk Fashion
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah
TABEL 1. HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN IMPULSIVE
gunanya atau nilainya melalui proses produksi dan menjadi BUYING PADA MAHASISWA BANDUNG
hasil akhir dari proses produk tersebut (www.kbbi.web.id).
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), fashion merupakan kata benda yang berarti suatu
barang yang dapat dipakai atau digunakan oleh manusia,
seperti baju, celana, dan barang-barang lainnya yang dapat
menunjang penampilan (www.kbbi.web.id). Dengan
demikian, produk fashion adalah barang-barang yang dapat
menunjang penampilan pemakainya dari hasil proses
produksi baik berupa baju, celana, tas, sepatu, dan aksesoris
lainnya.
O’Cass (2001) juga menganggap bahwa fashion adalah
Berdasarkan Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
produk yang memiliki nilai dan memiliki ketertarikan
diperoleh bahwa koefisien korelasi Rank Spearman (rs)
karena fashion dapat memberikan kesan kepada individu.
pada hubungan self monitoring dengan impulsive buying
Semakin tingginya self monitoring individu, maka mereka
sebesar rs = 0.496 yang termasuk ke dalam derajat korelasi
semakin terlibat dalam memilih pakaian yang digunakan
sedang, artinya perilaku impulsive buying dapat dipengaruhi
untuk mendapatkan kesan di hadapan orang lain (O'Cass,
oleh perilaku self monitoring, akan tetapi tidak setiap saat
2001). Fashion juga dianggap sebagai produk-produk
perilaku impulsive buying dipengaruhi oleh perilaku self
impulsif yang paling sering dibeli (Park, Kim, & Forney,
monitoring, karena terdapat faktor-faktor lain yang dapat
2005).
memengaruhi perilaku impulsive buying, seperti faktor
internal dan faktor eksternal atau variabel lain seperti
D. Mahasiswa kontrol diri. Selanjutnya, diperoleh p value = 0.000 <
α=0.05. Dengan demikian, korelasi antara kedua variabel
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang
menunjukkan hubungan yang signifikan. Kemudian, data
tinggi, dapat berpikir secara cerdas, dan adanya
tersebut juga menunjukan adanya hubungan positif antara
perencanaan dalam bertindak untuk bergerak cepat dan
self monitoring dengan impulsive buying pada mahasiswa
tepat (Siswoyo, 2007). Seorang mahasiswa dikategorikan
Bandung, artinya ketika mahasiswa Bandung memiliki self
pada tahap perkembangan pada usia 18 – 25 tahun. Tahap
monitoring yang tinggi, maka impulsive buying yang
ini digolongkan pada masa dewasa awal, dimana masa ini
dimilikinya juga tinggi.
dimulai dari usia 18 – 40 tahun, saat perubahan biologis dan
psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif (Hurlock, 2009). TABEL 2. PRESENTASE SELF MONITORING DENGAN IMPULSIVE BUYING
Masa dewasa awal memiliki beberapa karakteristik, PADA MAHASISWA BANDUNG
yaitu:
a. Perkembangan Kognitif
Pada perkembangan ini berada pada tahap pemikiran
operasional yang lebih sistematis dalam merencanakan dan
membuat hipotesis tentang masalah-masalah daripada
remaja, serta mempertimbangkan keterbatasan dan dampak
dari pengambilan keputusan (Santrock, 2002).

b. Perkembangan Sosioemosional
Meningginya persoalan hidup yang dihadapi

Psikologi
402 | Fullah Balqis Zahra, Ria Dewi Eryani

Berdasarkan data yang diperoleh mengenai self


monitoring, dari 399 responden terdapat 287 responden KESIMPULAN
(72%) yang memiliki tingkat self monitoring tinggi dan 112
responden (28%) memiliki tingkat self monitoring rendah. Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti
Berdasarkan data tersebut juga, terdapat 296 responden menyimpulkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut:
(75%) memiliki tingkat expressive self control tinggi, 1. Adanya hubungan positif antara self monitoring
terdapat 264 responden (66%) memiliki tingkat social stage dengan impulsive buying pada mahasiswa
presence tinggi dan terdapat 297 responden (74%) memiliki Bandung, dengan korelasi sedang (rs = 0.496) serta
tingkat other direct self present tinggi. memiliki hubungan yang signifikan (p value =
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai impulsive 0.000). Perilaku impulsive buying dapat
buying, dari 399 responden Bandung terdapat 296 dipengaruhi oleh perilaku self monitoring, akan
responden (74%) yang memiliki tingkat impulsive buying tetapi tidak setiap saat perilaku impulsive buying
tinggi dan 103 responden (26%) memiliki tingkat impulsive dipengaruhi oleh perilaku self monitoring, karena
buying rendah. Berdasarkan data tersebut juga, terdapat 170 terdapat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi
responden (43%) memiliki tingkat kognitif tinggi dan perilaku impulsive buying, seperti faktor internal
terdapat 276 responden (69%) memiliki tingkat afektif dan faktor eksternal atau variabel lain seperti
tinggi. kontrol diri.
2. Dari 399 mahasiswa Bandung, sebanyak 287
mahasiswa (72%) memiliki self monitoring yang
TABEL 3. TABULASI SILANG SELF MONITORING DENGAN IMPULSIVE
BUYING PADA MAHASISWA BANDUNG
tinggi dan sebanyak 112 mahasiswa (28%)
memiliki self monitoring yang rendah. Mahasiswa
yang memiliki self monitoring tinggi dikarenakan
bentuk lingkungan sosial di sekitarnya, adanya
kebutuhan akan pengakuan di lingkungannya, dan
minat kerja dalam diri seseorang.
3. Dari 399 mahasiswa Bandung, sebanyak 296
mahasiswa (74%) memiliki impulsive buying yang
tinggi dan sebanyak 103 mahasiswa (26%)
memiliki impulsive buying yang rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada hasil tabulasi Mahasiswa secara umum telah diberi kepercayaan
silang terhadap 399 mahasiswa menunjukkan terdapat 263 dan tanggung jawab dalam mengelola keuangannya
responden (66%) memiliki self monitoring tinggi dengan sendiri sehingga dapat dikatakan mandiri secara
impulsive buying tinggi. Lalu, terdapat 24 responden (6%) finansial, dengan demikian mahasiswa merasa
memiliki self monitoring tinggi dengan impulsive buying bebas menggunakan uang yang dimilikinya tanpa
rendah. Kemudian, terdapat 30 responden (8%) memiliki pengawasan langsung dari orang lain termasuk
self monitoring rendah dengan impulsive buying tinggi. orangtua. Hal tersebut mendukung perilaku
Selanjutnya, terdapat 82 responden (20%) memiliki self impulsif pada mahasiswa.
monitoring rendah dengan impulsive buying rendah.
SARAN
TABEL 4. PRODUK FASHION YANG SERING DIBELI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa saran, diantaranya:
1. Bagi subjek penelitian
a. Dengan adanya penelitian ini, self monitoring
baik dilakukan oleh mahasiswa, namun bukan
berarti mahasiswa harus berperilaku
konsumtif. Mahasiswa diharapkan mampu
Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden mengontrol perilaku membelinya serta bijak
dalam melakukan pembelian produk fashion yang sering dalam mengatur keuangannya.
dibeli adalah pakaian sebanyak 294 responden (73%).
2. Bagi peneliti selanjutnya
Selanjutnya aksesoris sebanyak 46 responden (12%).
Kemudian, sepatu sebanyak 43 responden (11%). a. Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah
Sedangkan minoritas responden dalam melakukan dilakukan, dihasilkan bahwa kedua variabel
pembelian produk fashion yang sering dibeli adalah tas memiliki korelasi yang sedang. Dengan
sebanyak 16 responden (4%). demikian, banyak faktor-faktor lain yang lebih

Volume 6, No. 2, Tahun 2020 ISSN 2460-6448


Hubungan Antara Self-Monitoring ... | 403

mempengaruhi, sehingga diharapkan peneliti Emotional Arousal and Hedonistic Considerations. Asian Journal
of Social Psychology, 20-31.
selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor yang
lebih mempengaruhi impulsive buying. [18] Yasa. (2018, Juni 20). Kota Teraktif Belanja Daring. Retrieved
from Ekonomi Bisnis:
b. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa https://ekonomi.bisnis.com/read/20180620/12/807626/ini-kota-
kota-teraktif-belanja-daring-di-indonesia-ketika-periode-
yang sudah memiliki kontrol terhadap ramadan
perilakunya, diharapkan peneliti selanjutnya
dapat meneliti subjek lain.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
produk lain sebagai produk impulsive buying
yang ditelitinya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Beatty, S. E., & Ferrel, M. E. (1998). Impulsive Buying:
Modeling its Precursors. Journal of Retailing, 7(2), 169-191.
[2] Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender Identity and
Material Symbols. Objects and Decision Considerations in
Impulse Purchases. Journal of Economic Psychology, 491-511.
[3] Dittmar, H., & Drury, J. (2000). Self-image—is it in the bag? A
qualitative comparison between "ordinary" and "excessive"
consumers. Journal of Economic Psychology, 109-142.
[4] Hurlock. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
[5] KBBI. (2020, April 29). Retrieved from https://kbbi.web.id/
[6] O’Cass, A. (2001). Fashion Clothing Consumption: Antecedents
and Consequences of Fashion Clothing Involvement. European
Journal of Marketing, 869-881.
[7] Park, E. J., Kim, E. Y., & Forney, J. C. (2005). A structural model
of fashion-oriented impulse buying behavior. Journal of Fashion
Marketing and Management, 433-446.
[8] Primadhyta, S. (2019, November 2). “Generasi Millenial RI
Paling Impulsif Belanja Barang Mewah”. Retrieved from CNN
Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151102182452-92-
88999/generasi-millenial-ri-paling-impulsif-belanja-barang-
mewah?
[9] Rook, D. W., & Fisher, R. J. (1995). Normative Influences on
Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Research, 305-
313.
[10] Rook, D. W., & Gardner, M. P. (1993). In the mood: Impulse
buying's affective antecedents. Research in Consumer Behaviour,
6(7), 1-28.
[11] Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (Perkembangan
Masa Hidup, Jilid 2, Penerjemah: Chusairi dan Damanik).
Jakarta: Erlangga.
[12] Setyowati. (2019, Agustus 22). Riset: Rerata Konsumen
Indonesia Belanja Rp 3,9 Juta di e-commerce. Retrieved from
KataData:https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/5e9a50337
9b70/riset-rerata-konsumen-indonesia-belanja-rp-39-juta-di-e-
commerce
[13] Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UMN Press.
[14] Snyder, M. (1974). Self monitoring of Expressing Behaviour.
Journal of Personality and Social Psychology, 30(4), 526-537.
[15] Snyder, & Gangestad, S. (1986). On The Nature of Self‐
monitoring: Matters of Assessment, Matters of Validity. Journal
of Personality And Social Psychology, 51(1), 123-129.
[16] Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001, November). Individual
Differences in Impulse Buying Tendency: Feeling and no
Thinking. European Journal of Personality, 71-83.
[17] Verplanken, B., Herabadi, A., & Knippenberg, A. V. (2009).
Consumption Experience of Impulse Buying in Indonesia:

Psikologi

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy