Buying Pada Mahasiswa Bandung: Hubungan Antara Self-Monitoring Dengan Impulsive
Buying Pada Mahasiswa Bandung: Hubungan Antara Self-Monitoring Dengan Impulsive
22468
399
400 | Fullah Balqis Zahra, Ria Dewi Eryani
alat untuk memenuhi pengakuan (O’Cass, 2001). Untuk reaksi orang lain atau berdasarkan faktor internal seperti
mendapatkan produk fashion, mahasiswa dapat membeli di kepercayaan, sikap, dan kepentingan dari individu yang
platform online store. Dikutip dari katadata.com, terdapat bersangkutan. Snyder (1974) juga menambahkan bahwa self
riset yang dilakukan oleh ShopBack bahwa pada tahun 2019 monitoring adalah kemampuan individu dalam beperilaku
belanja online mengalami kenaikan 76% dari tahun dengan menampilkan dirinya dihadapan orang lain dengan
sebelumnya. Mudahnya akses dalam menggunakan online menggunakan petunjuk-petunjuk yang ada pada dirinya
store membuat mahasiswa sering membuka aplikasi ataupun petunjuk-petunjuk dari luar dirinya agar
tersebut, sehingga tanpa disadari mereka membeli produk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk berperilaku
yang tidak direncanakan sebelumnya, terutama produk sesuai dengan situasi di lingkungan sosialnya. Kemampuan
fashion. Kemudahan tersebut juga mendorong mahasiswa individu tersebut memiliki tujuan untuk mendapatkan kesan
untuk membeli dengan segera tanpa memikirkan kegunaan atau penilaian positif dari lingkungan sekitarnya, yang
dan dampak yang akan diperoleh, seperti masalah keungan. menitik beratkan pada perhatian individu untuk
Perilaku tersebut mengarah pada perilaku impulsive buying. memanipulasi citra dan kesan orang lain terhadap dirinya
Impulsive buying sendiri memiliki pengertian yaitu dalam melakukan interaksi sosial (Snyder, 1974).
perilaku dalam melakukan pembelian yang tidak rasional Singkatnya, self monitoring merupakan konsep pengaturan
dan tidak direncanakan secara spontan, serta adanya konflik kesan (impression management) atau konsep presentasi diri
dalam pikiran dan dorongan emosional. Dorongan (Snyder & Gangestad, 1986). Lebih lanjut Snyder &
emosional ini meliputi adanya perasaan yang kuat dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa self monitoring lebih
dorongan untuk membeli dengan segera, serta mengabaikan menunjukkan pada cara individu merencanakan,
dampak, sehingga ditunjukan melalui adanya pembelian mengekspresikan penampilannya, dan berperilaku dalam
(Verplanken dan Herabadi, 2001). Verplanken dan situasi sosial.
Herabadi (2001) juga mengemukakan bahwa impulsive Aspek-aspek self monitoring yang dikemukakan oleh
buying terjadi apabila pembeli mengalami kedua aspek dari Snyder & Gangestad (1986) dan disempurnakan oleh Briggs
impulsive buying, yakni kognitif dan afektif. & Cheek (1986) adalah sebagai berikut:
Dikutip dari cnnindonesia.com, terdapat riset mengenai a. Expressive Self Control
usia dari perilaku impulsive buying yang dilakukan oleh Berhubungan dengan kemampuan untuk secara aktif
MasterCard pada 2019 bahwa 50% generasi z dan generasi mengontrol tingkah lakunya. Individu yang mempunyai self
milenial merupakan pelanggan paling impulsif di Asia monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar
Pasifik. Hal tersebut selaras dengan fenomena yang terjadi terlihat baik dihadapan lingkungan.
pada mahasiswa di Kota Bandung, yakni adanya perilaku- b. Social Stage Presence
perilaku yang mengarah pada belanja secara impulsif. Kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan
Kemudian, dikutip dari ekonomi.bisnis.com, terdapat riset situasi yang dihadapi, kemampuan untuk mengubah tingkah
yang dilakukan oleh Google Analytics yang mengatakan laku, serta kemampuan untuk menarik perhatian sosial.
bahwa Bandung adalah salah satu kota teraktif dalam c. Other Directed Self Present
berbelanja. Kemampuan untuk memainkan peran seperti apa yang
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diharapkan oleh orang lain dalam suatu situasi sosial,
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara self kemampuan untuk menyenangkan orang lain dan
monitoring dengan impulsive buying pada mahasiswa kemampuan untuk tanggap terhadap situasi yang dihadapi.
Bandung. Pada penelitian ini juga memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
B. Impulsive Buying
1. Untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara
self monitoring dengan impulsive buying pada Menurut Verplanken & Herabadi (2001) impulsive
mahasiswa Bandung. buying adalah perilaku dalam melakukan pembelian yang
2. Untuk mengetahui perilaku self monitoring yang tidak rasional dan tidak direncanakan secara spontan, serta
terjadi pada mahasiswa Bandung. adanya konflik dalam pikiran dan dorongan emosional.
3. Untuk mengetahui perilaku impulsive buying yang Dorongan emosional ini meliputi adanya perasaan yang
terjadi pada mahasiswa Bandung. kuat dan dorongan untuk membeli dengan segera, serta
mengabaikan dampak, sehingga ditunjukan melalui adanya
pembelian. Individu membeli berbagai macam produk
untuk berbagai macam alasan pula, selain karena adanya
kebutuhan tapi juga untuk meringankan suasana hati yang
LANDASAN TEORI buruk, untuk menunjukkan identitas, atau sekedar hanya
untuk bersenang-senang (Beatty & Ferrel, 1998; Dittmar,
A. Self Monitoring Beattie, & Friese, 1995; Dittmar & Drury, 2000; Rook &
Snyder (1974) mengungkapkan bahwa self monitoring Fisher, 1995; Rook & Gardner, 1993).
adalah kemampuan individu untuk mengontrol tingkah Menurut Verplanken & Herabadi (2001) mencakup dua
lakunya berdasarkan faktor eksternal seperti lingkungan dan aspek yaitu;
b. Perkembangan Sosioemosional
Meningginya persoalan hidup yang dihadapi
Psikologi
402 | Fullah Balqis Zahra, Ria Dewi Eryani
mempengaruhi, sehingga diharapkan peneliti Emotional Arousal and Hedonistic Considerations. Asian Journal
of Social Psychology, 20-31.
selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor yang
lebih mempengaruhi impulsive buying. [18] Yasa. (2018, Juni 20). Kota Teraktif Belanja Daring. Retrieved
from Ekonomi Bisnis:
b. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa https://ekonomi.bisnis.com/read/20180620/12/807626/ini-kota-
kota-teraktif-belanja-daring-di-indonesia-ketika-periode-
yang sudah memiliki kontrol terhadap ramadan
perilakunya, diharapkan peneliti selanjutnya
dapat meneliti subjek lain.
c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
produk lain sebagai produk impulsive buying
yang ditelitinya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Beatty, S. E., & Ferrel, M. E. (1998). Impulsive Buying:
Modeling its Precursors. Journal of Retailing, 7(2), 169-191.
[2] Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender Identity and
Material Symbols. Objects and Decision Considerations in
Impulse Purchases. Journal of Economic Psychology, 491-511.
[3] Dittmar, H., & Drury, J. (2000). Self-image—is it in the bag? A
qualitative comparison between "ordinary" and "excessive"
consumers. Journal of Economic Psychology, 109-142.
[4] Hurlock. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
[5] KBBI. (2020, April 29). Retrieved from https://kbbi.web.id/
[6] O’Cass, A. (2001). Fashion Clothing Consumption: Antecedents
and Consequences of Fashion Clothing Involvement. European
Journal of Marketing, 869-881.
[7] Park, E. J., Kim, E. Y., & Forney, J. C. (2005). A structural model
of fashion-oriented impulse buying behavior. Journal of Fashion
Marketing and Management, 433-446.
[8] Primadhyta, S. (2019, November 2). “Generasi Millenial RI
Paling Impulsif Belanja Barang Mewah”. Retrieved from CNN
Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151102182452-92-
88999/generasi-millenial-ri-paling-impulsif-belanja-barang-
mewah?
[9] Rook, D. W., & Fisher, R. J. (1995). Normative Influences on
Impulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Research, 305-
313.
[10] Rook, D. W., & Gardner, M. P. (1993). In the mood: Impulse
buying's affective antecedents. Research in Consumer Behaviour,
6(7), 1-28.
[11] Santrock, J. W. (2002). Life Span Development (Perkembangan
Masa Hidup, Jilid 2, Penerjemah: Chusairi dan Damanik).
Jakarta: Erlangga.
[12] Setyowati. (2019, Agustus 22). Riset: Rerata Konsumen
Indonesia Belanja Rp 3,9 Juta di e-commerce. Retrieved from
KataData:https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/5e9a50337
9b70/riset-rerata-konsumen-indonesia-belanja-rp-39-juta-di-e-
commerce
[13] Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UMN Press.
[14] Snyder, M. (1974). Self monitoring of Expressing Behaviour.
Journal of Personality and Social Psychology, 30(4), 526-537.
[15] Snyder, & Gangestad, S. (1986). On The Nature of Self‐
monitoring: Matters of Assessment, Matters of Validity. Journal
of Personality And Social Psychology, 51(1), 123-129.
[16] Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001, November). Individual
Differences in Impulse Buying Tendency: Feeling and no
Thinking. European Journal of Personality, 71-83.
[17] Verplanken, B., Herabadi, A., & Knippenberg, A. V. (2009).
Consumption Experience of Impulse Buying in Indonesia:
Psikologi