0% found this document useful (0 votes)
207 views9 pages

Studi Komparasi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Antara Jakarta Dan Singapura

This document compares the urban green open space planning between Jakarta, Indonesia and Singapore. It finds that Singapore has been very successful in increasing its green space area to 47% of its total area, while Jakarta's green space has decreased significantly from 1965 to the present due to rapid development. Singapore's strong political policies led by the Prime Minister and cooperation between stakeholders have helped increase green space. Jakarta needs a strong political policy like Singapore to formulate a green space master plan integrated with other infrastructure to increase its green space.

Uploaded by

Viana Yasinta
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
207 views9 pages

Studi Komparasi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Antara Jakarta Dan Singapura

This document compares the urban green open space planning between Jakarta, Indonesia and Singapore. It finds that Singapore has been very successful in increasing its green space area to 47% of its total area, while Jakarta's green space has decreased significantly from 1965 to the present due to rapid development. Singapore's strong political policies led by the Prime Minister and cooperation between stakeholders have helped increase green space. Jakarta needs a strong political policy like Singapore to formulate a green space master plan integrated with other infrastructure to increase its green space.

Uploaded by

Viana Yasinta
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

doi : 10.29244/jli.12.2.2020.

54-62

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU


PERKOTAAN ANTARA JAKARTA DAN SINGAPURA
A Comparative Study of Urban ABSTRACT
Green Open Space between Green open space has functions ecologically, economically, and socially to improve the
Jakarta and Singapore quality of urban life. Urban green space is one of the keys to sustainability. The purpose
of this study was to analyze green open space planning in Jakarta and Singapore using
a comparative study method. The study locations were chosen in Jakarta and Singapore
because they are geographically located in Southeast Asia but have a vastly different
area of green open space. Singapore has the largest area of green open space in the world,
Retno Setiowati amounting to 47% of the total area and Jakarta only has a range of 5 to 10% because of
Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas the baseline of green open space that has not been officially set by the Government.
Indonesia Green open space planning in Jakarta has decreased from 1965 to the present due to the
Email: retno.setiowati01@ui.ac.id rapid development of residential and commercial areas. On the other hand, Singapore's
success in increasing the area of green space is due to its strong political policy in
Hayati Sari Hasibuan greening which is directly led by the Prime Minister and supported by all stakeholders.
Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas The vision of Singapore as a Garden City is clearly stated in the Green and Blue Master
Indonesia Plan and implemented in government programs. Cooperation between stakeholders in
Email: hayati.hasibuan@ui.ac.id
Singapore continues to make public awareness about successful greening. Jakarta needs
a strong political policy to increase green open space by formulating a green open space
Raldi Hendro TS Koestoer
Kementerian Koordinator Bidang
Master Plan that is integrated with a network of roads, blue spaces, and increased
Perekonomian Republik Indonesia cooperation between stakeholders.
Email: ralkoest@yahoo.co.uk
Keywords: green open space, Jakarta, Singapore, planning

Diajukan: 05 Agustus 2020 Diterima: 25 September 2020

PENDAHULUAN berkurang sebesar 342,40 ha dalam kurun waktu 2011


sampai dengan 2018. RTH di Jakarta telah beralih menjadi
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah elemen penting dalam pemukiman dan komersil semenjak pemerintahan
ekosistem perkotaan yang kompleks dan meningkatkan Gubernur Ali Sadikin (Hadi, 2011). Penurunan luasan
kualitas hidup (Brown et al. 2014). Perencanaan dan RTH tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
pengelolaan RTH perkotaan penting bagi pembangunan di Kota Jakarta.
berkelanjutan (Miller, 1988; Villanueva et al. 2015).
Perencana kota harus mempertimbangkan pengelolaan Penurunan RTH di Jakarta tidak terjadi pada Negara
RTH dalam beragam cara untuk memenuhi kebutuhan Singapura. Singapura menjadi salah satu negara yang
dan harapan semua segmen populasi (Chiesura, 2004). berhasil memiliki luasan RTH tertinggi di dunia sebesar
RTH menjadi elemen utama perubahan suatu kota 47% dari luas wilayahnya (Setiowati et al. 2018; CUGE
menjadi lingkungan yang lebih alami (Chiang, 2009). RTH 2011). Singapura terkenal sebagai kota dengan istilah
adalah salah satu elemen dan kunci dalam keberlanjutan “Singapore as a Garden City” dikarenakan proporsi capaian
suatu kota. RTH tersebut. Perencanaan RTH di Singapura dimulai
semenjak tahun 1960-an yang dicanangkan oleh Perdana
RTH perkotaan memiliki fungsi secara ekolosis, sosial, dan Menteri Lee Kuan Yew. Perencanaan RTH di Singapura
ekonomi. Byrne dan Sipe (2010) menyampaikan manfaat dilakukan dengan menggabungkan Rencana Biru yang
RTH secara ekologis yaitu menurunkan suhu ambien, lebih dikenal dengan Konsep Green Blue (CUGE, 2011;
filter udara, absorpsi karbon, menurunkan kebisingan, Rowe dan Hee, 2009).
melemahkan badai. Selain itu, RTH memberikan nilai dan
fungsi kepada ekosistem dan keuntungan bagi populasi Topik permasalahan RTH menjadi hal yang penting
manusia (Benedict dan McMahon, 2002), kesehatan karena sesuai dengan Tujuan Pembangunan
masyarakat (Wolcha et al. 2014), psikologi bagi masyarakat Berkelanjutan dalam target nomor 11.7 menyatakan
(Chiesura, 2004), dan meningkatkan nilai properti bahwa setiap kota harus menyediakan akses universal ke
(Czembrowski dan Kronenberg, 2016). Kualitas perkotaan ruang publik hijau yang aman, inklusif, dan dapat diakses
tergantung pada perancangan, pengelolaan, dan pada tahun 2030 (United Nations, 2015). Tulisan ini
perlindungan ruang hijau perkotaan (Haq, 2011). mengulas dan membandingkan perencanaan RTH di
Jakarta, Indonesia dan Singapura. Jakarta dan Singapura
Dampak dari pembangunan yang pesat, pertambahan, dinilai sebanding untuk dikaji dikarenakan secara geografi
dan kepadatan jumlah penduduk menyebabkan kedua lokasi terletak di Asia Tenggara, memiliki luasan
keberadaan RTH perkotaan semakin berkurang (Miller wilayah yang hampir sama, memiliki kondisi iklim yang
dan Spoolman, 2012). Berdasarkan penelitian Budiman et sama namun memiliki perbedaan capaian luasan RTH
al. (2014), jumlah RTH di Jakarta tahun 1983 adalah sebesar yang jauh berbeda. Perencanaan RTH perkotaan adalah
259,884 km2 dan menurun pada tahun 2013 menjadi salah satu cara menuju pembangunan yang berkelanjutan
sebesar 110,450 km2, mengalami penurunan dari tahun ke (Teal et al. 1998).
tahun. Setiowati et al. (2019) menemukan dalam
penelitiannya bahwa RTH di Jakarta sebesar 5,84% dan

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 54


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

METODE PENELITIAN Singapore. Dalam pembahasan akan diulas terkait


perencanaan RTH yang dilakukan oleh Pemerintah
Waktu dan Lokasi Penelitian
Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Singapura termasuk
Lokasi studi dilakukan di Jakarta dan Singapura kebijakan dalam perencanaan tata ruang wilayahnya. Dari
dikarenakan keduanya merupakan salah satu kota besar ulasan kedua wilayah ini akan diperoleh gambaran
di Asia dan mengalami urbanisasi perkotaan setiap bagaimana strategi kota Jakarta dan Singapura dalam
tahunnya. Lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1. meningkatkan luasan RTH dalam sisi perencanaan RTH.
Penelitian dilakukan selama 12 bulan semenjak bulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Januari 2019 sampai dengan Januari 2020.
Perencanaan RTH di Jakarta
Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang
memiliki kedudukan, peran serta fungsi yang sangat luas Perencanaan tata ruang wilayah di Jakarta telah dilakukan
dalam konteks internasional, nasional, regional dan lokal. semenjak tahun 1965 dan beberapa kali telah dilakukan
Jakarta memiliki luas daratan 662,33 km2 dan luas lautan perubahan rencana. Pada tahun 1965, diterbitkan Rencana
6.977,5 km2. Jumlah penduduk di Jakarta pada tahun 2017 Induk Djakarta 1965-1985 oleh Pemerintah Provinsi DKI
adalah 10.374.200 jiwa dengan laju pertumbuhan Jakarta. Pada rencana Induk Djakarta 1965-1985, RTH
penduduk tahun 2010 sampai 2017 sebesar 1,06% per yang ditetapkan adalah 37,2% atau 24315,04 ha.
tahunnya. Kepadatan penduduk sebesar 15.663 jiwa/km2 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1984
dengan kepadatan tertinggi di wilayah Jakarta Barat menyusun Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta
sebesar 19.516 jiwa/km2 dan kepadatan terendah di 1985-2005 yang diterbitkan dengan Peraturan Daerah
Jakarta Utara sebesar 12.146 jiwa/km2 (BPS Provinsi DKI Nomor 4 Tahun 1984. Pada RUTR Jakarta 2005 tersebut,
Jakarta, 2018). RTH yang ditetapkan menurun dari 37,2% menjadi 25,85%
(Manan, 2016). Pada tahun 1999, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta menyusun perubahan RUTR 2005.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencabut Peraturan
Daerah tentang RUTR 2005 dan menggantikannya dengan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang RTRW
DKI Jakarta 2010. Berdasarkan RTRW DKI Jakarta 2010,
RTH yang ditetapkan pada tahun 2010 menurun dari
29,92% menjadi 13,94% atau 9.111,60 ha. Setelah RTRW
DKI Jakarta 2010 habis masa berlakunya, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta menyusun RTRW Jakarta 2030.
Luasan RTH eksisting pada tahun 2007 sebesar 937,01 ha
lebih kecil dibandingkan dengan alokasi yang ditetapkan
dalam RTRW Jakarta 2000-2010 (Sitorus et al. 2011).
Pada tahun 2012, diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2012 tentang RTRW Jakarta 2030. Pada RTRW
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Jakarta 2030, RTH yang ditetapkan sebesar 30% sesuai
dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun
Singapura terletak di Asia Tenggara yang berbatasan 2007. Pada tahun 2014, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
langsung dengan Indonesia dan Malaysia. Singapura menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014
memiliki luasan wilayah 721,5 km2 dan populasi kurang tentang RDTR dan PZ. Berdasarkan hasil perhitungan
lebih sebesar sebesar 5,61 juta jiwa pada tahun 2016 menggunakan SIG, rencana hijau yang ditetapkan pada
dengan tingkat kepadatan 8.070 jiwa/km2. Singapura RDTR dan PZ menurun dari 13,94% menjadi sebesar
melakukan reklamasi untuk menambah luas wilayahnya 7.514,08 ha atau kurang lebih 11,5% (Setiowati et al. 2019).
(Chang dan Huang, 2010). Perubahan lokasi RTH pada Rencana Induk Djakarta 1965-
Studi Komparasi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau 1985 juga sesuai dengan penelitian dari Hadi (2011) yang
menyatakan terdapat beberapa lokasi dalam Masterplan
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi Jakarta 1965-1985 yang semula direncanakan sebagai RTH
deskriptif komparasi dengan pendekatan kualitatif telah diubah menjadi kawasan perumahan dan komersial,
menggunakan data sekunder dari sumber-sumber yang seperti Senayan, Tomang, pantai Kapuk, Kelapa Gading,
relevan. Analisis komparasi dilakukan terhadap Sunter. Hadi (2012) menyatakan dalam penelitiannya
perencanaan RTH dari sisi luasan RTH, pembangunan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selaku pembuat
RTH, Masterplan RTH di Kota Jakarta dan Singapura. kebijakan dan pengawas tidak berdaya untuk menegur
Analisis terkait perencanaan RTH di Jakarta dilakukan pelaku bisnis, sehingga perubahan penggunaan lahan
dengan wawancara semi struktur dengan Bappeda terus terjadi dan sulit diatasi. Keberlanjutan kota Jakarta
Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kehutanan Provinsi DKI dari konversi lahan RTH tergantung dari Pemerintah
Jakarta, Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta sebagaimana penelitian oleh Haq
Provinsi DKI Jakarta, serta Biro Pembangunan dan (2011). Rincian perencanaan RTH di Jakarta dapat dilihat
Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah pada Gambar 2.
informan sebanyak 12 informan.
Penyusunan Rencana Induk/ Masterplan RTH
Perencanaan RTH di Singapura diulas Rowe dan Hee diamanatkan pada Perda Nomor 1 Tahun 2008/ RPJMD
(2019) dalam Buku yang berjudul A City in Blue and Green Tahun 2007 – 2012 dan Perda Nomor 1 Tahun 2012. Perda
(Singapore Story) dan CUGE National Parks Singapore Nomor 1 Tahun 2012 mengamanatkan agar Pemerintah
(2011) yang berjudul Park and Greenery Planning in

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 55


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

Zonasi adalah teknik pengaturan yang telah digunakan


37.2 selama beberapa dekade di tingkat lokal untuk
40
melindungi ruang terbuka, mengurangi biaya
Luas Rencana Hijau (RTH) (%) 35
pembangunan (Bengston et al. 2004). Zonasi kota
30 25.85 dipandang sebagai perbedaan daya saing ekonomi oleh
25 berbagai fungsi dan kelompok sosial yang berbeda
20 (Walmsley, 1993). Zonasi di perkotaan menjadi penting
13.94
15 11.5 dikarenakan sebagai pengendalian dalam pembangunan
10 oleh pemerintah.
5
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki rencana hijau
0 yang dituangkan ke dalam Peraturan Daerah Nomor 1
Rencana RUTR RTRW DKI RDTR dan PZ
Induk Jakarta 1985- Jakarta 2010 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014
Djakarta 2005 tentang RDTR dan PZ. Target capain RTH pada RTRW
1965-1985 Jakarta 2030 sebesar 30% dengan pembagian 20% RTH
Publik dan 10% RTH Privat. Rencana hijau di Jakarta
Gambar 2. Perbandingan Rencana Hijau di Jakarta
tersebar di 5 wilayah kota administrasi di Jakarta Selatan,
Sumber: Olahan Penulis (2019)
Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta
Utara yang dapat dilihat pada Gambar 3. Klasifikasi
Provinsi DKI Jakarta menyusun Peraturan Gubernur
zona/sub zona RTH di Jakarta berdasarkan RDTR dan PZ
tentang RTH dan pengembangannya. Mungkasa (2019)
terdiri 6 zona dan 8 sub zona dengan kode H1 sampai H8
menyatakan bahwa penyusunan desain besar perlu
dimana rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1.
dilakukan tahapan yang meliputi pendalaman isu dan
Pemakaman (H3) adalah salah satu kategori dalam RTH
pemetaan stakeholder, penentuan misi dan target,
perkotaan yang perlu dioptimalkan fungsinya seperti
penentuan strategi dan kebijakan, penentuan rencana aksi
RTH yang lainnya (Priharyaningsih et al. 2019).
atau road map, dan pelaksanaan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Tabel 1. Klasifikasi Zona RTH berdasarkan RDTR dan
Pemerintah Daerah diharuskan merencanakan dan PZ
pemanfaatan RTH Publik dan RTH Privat. Berdasarkan
penjelasan Undang-Undang tersebut, RTH Publik adalah No. Zona Sub Zona Kode
RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah 1. Hutan kota Hutan kota H1
kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat 2. Taman kota/ Taman H2
secara umum, seperti taman kota, taman pemakaman lingkungan kota/lingkungan
umum, jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai.
3. Pemakaman Pemakaman H3
RTH Privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung
milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. 4. Jalur hijau Jalur hijau H4
Hijau tegangan H5
Besaran target RTH perkotaan berupa RTH Publik dan
tinggi
RTH Privat sebesar 30% luasan wilayah pada Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 perlu dipertimbangkan Hijau pengaman H6
kembali. Undang-Undang tersebut menetapkan aturan kereta api
yang sama dengan kota-kota lain di Indonesia 5. Hijau Hijau rekreasi H7
menggunakan persentase luasan wilayah kota. Target rekreasi
RTH perkotaan oleh WHO dan Singapura dihitung 6. Terbuka Terbuka hijau H8
berdasarkan populasi penduduk. Hal ini sesuai dengan
hijau budidaya
penelitian dari Haq (2011) dan Jun (2009) yang
menunjukkan bahwa perencanaan RTH di masa depan budidaya
harus memahami hubungan RTH dengan populasi Sumber: Perda RDTR dan PZ Jakarta 2030 (2014)
perkotaan per kapita.
Zonasi hijau berdasarkan RDTR dan PZ di Jakarta seluas
Berdasarkan acuan dari WHO menyatakan bahwa target 7.514, 08 ha (Setiowati et al. 2019) yang rincian dapat dilihat
untuk penyediaan RTH perkotaaan adalah sebesar 9 pada Gambar 4. Rencana hijau terbesar terdapat pada sub
m2/kapita (Pafi et al. 2016) sedangkan negara Singapura zona jalur hijau (H4) seluas 3.818,46 ha dan yang terkecil
adalah 8 m2/kapita (CUGE, 2011). Jika target capain RTH sub zona hutan kota (H1) seluas 17,58 ha. Zona hutan kota
menggunakan standar capaian RTH oleh WHO dan (H1) yang tercatat pada RDTR dan PZ hanya sebesar 17,58
Singapura dihitung berdasarkan populasi penduduk di ha yang meliputi 2 lokasi di Jakarta Barat dan di Jakarta
Jakarta tahun 2017 sebanyak 10.374.200 jiwa, maka besaran Timur. Berdasarkan data tahun 2019, jumlah hutan kota
persentase target luasan RTH di Jakarta tidak mencapai yang dikelola oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota
30% sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang memiliki total luas kurang lebih 187,69 ha.
Nomor 26 Tahun 2007 dan RTRW Jakarta 2030. Jika
menggunakan standar WHO sebesar 9 m2/kapita (Pafi et Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memiliki baseline
al. 2016) maka besaran luasan ideal RTH di Jakarta adalah RTH dikarenakan terdapat beberapa perbedaan nilai
14,1% dengan luas sebesar 9.338,85 ha. Jika menggunakan perhitungan dari beberapa perangkat daerah terkait
standar capaian negara Singapura sebesar 8 m2/kapita (Setiowati et al. 2018). Melalui Program Jakarta Satu
maka besaran luasan ideal RTH di Jakarta adalah 12,5% dilakukan perhitungan RTH Publik yang dimiliki dan
dengan luas sebesar 8.279,12 ha. dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan data
tersebut dapat dilihat pada situs resmi Jakarta Satu. Pada
situs tersebut dapat dilihat peta RTH Publik yang memuat

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 56


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

atribut klasifikasi RTH, lokasi, luasan, dan rencana kota.


Peta RTH Publik pada situs Jakarta Satu
https://jakartasatu.jakarta.go.id, dapat dilihat pada
Gambar 5.
Kegiatan perencanaan RTH di Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta mengikuti mekanisme tahapan pembangunan
daerah. Proses perencanaan kegiatan pengelolaan RTH di
Provinsi DKI Jakarta dilakukan oleh Dinas Pertamanan
dan Hutan Kota. Dinas Pertamanan dan Hutan Kota
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan hutan kota,

Gambar 5. RTH Publik pada Program Jakarta Satu

taman, jalur hijau dan makam. Selain memiliki fungsi


tersebut, berdasarkan data inputan RTH di Program
Jakarta Satu Dinas Pertamanan dan Hutan Kota sebagai
Perangkat Daerah yang memiliki dan mengelola RTH
terbesar seluas 2.163,93 ha.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan upaya untuk
menambah luasan RTH Publik dengan melakukan
kegiatan pembebasan tanah. Hal ini sesuai dengan
penelitian dari Bengston et al. (2004) bahwa Amerika
Serikat melakukan pengadaan tanah publik yang memiliki
tujuan utama untuk melindungi ruang terbuka menjadi
taman kota regional, taman, dan pelestarian alam untuk
pertumbuhan kota. Menurut Hollis dan Fulton (2002),
pembebasan lahan memainkan peran penting dan sering
diabaikan dalam mengelola perkembangan kota.
Berdasarkan data monitoring Biro Pembangunan dan
Lingkungan Hidup, pembebasan lahan yang dilakukan
oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota semenjak tahun
2013-2019 sebesar 151,33 ha.
Anggaran pembebasan tanah di Provinsi DKI Jakarta
menggunakan anggaran yang sangat besar untuk
membebaskan tanah seluas 151, 33 ha. Hal ini sesuai
dengan penelitian dari McMahon (1999) bahwa Amerika
Gambar 3. Rencana Hijau di Jakarta
Serikat juga menyediakan anggaran pembebasan lahan
Sumber: Perda 1 Tahun 2014 (RDTR dan PZ); Setiowati et al.
(2019) telah diolah kembali
hampir $ 7 miliar untuk taman dan perlindungan ruang
terbuka. Pembebasan tanah di Jakarta menggunakan
anggaran yang besar dikarenakan harga tanah di Jakarta
relatif mahal dan keterbatasan tanah yang tersedia.
663.46 17.58
268.27 Setelah dilakukan proses pembebasan lahan, maka Dinas
Pertamanan dan Hutan Kota melakukan perencanaan
445.79 pembangunan RTH. Berdasarkan data dari Dinas
1,694.65 Pertamanan dan Hutan Kota, jumlah RTH yang dibangun
pada tahun 2013 berjumlah 12 lokasi, tahun 2014
berjumlah 8 lokasi, tahun 2015 berjumlah 11 lokasi, tahun
605.87 2016 berjumlah 2 lokasi, tahun 2017 berjumlah 11 lokasi,
dan tahun 2018 berjumlah 7 lokasi. Tahun 2016,
3,818.46 pembangunan RTH hanya berhasil pada 2 lokasi.
Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2017-
2022, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki Kegiatan
Strategis Daerah Pembangunan Taman Maju Bersama
(TMB).
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
TMB memiliki konsep perencanaan yang berbeda dengan
pembangunan taman sebelumnya. Pada saat proses
Gambar 4. Perbandingan Zonasi Hijau Berdasarkan perencanaan desain, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota
Perda Nomor 1 Tahun 2014 (RDTR dan PZ) melakukan Focus Group Discussion (FGD) kepada
Sumber: Perda 1 Tahun 2014 (RDTR dan PZ); Setiowati et al. masyarakat di lokasi pembangunan TMB yang
(2019) telah diolah kembali ditunjukkan pada Gambar 6. FGD diakomodasikan oleh

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 57


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

lurah setempat untuk membahas desain yang diinginkan keterampilan politik masyarakat (Abe, 2005). Selain itu,
oleh warga sekitar dan dilakukan selama tiga kali dengan Penyediaan RTH di perkotaan memerlukan kebijakan dari
masyarakat sehingga desain yang terbentuk disesuaikan pemerintah dengan melibatkan masyarakat yang memiliki
dengan aspirasi masyarakat. Komunitas berkewajiban lahan kosong (Noviandi et al. 2017; Triana et al. 2019).
menjaga kualitas area yang direncanakan pada setiap
individu (Manan, 2016). Partisipasi warga dan pemangku
kepentingan lainnya sebagai elemen vital untuk
keberhasilan pengelolaan dan perlindungan ruang
terbuka (Bengston et al. 2004).

Gambar 7. TMB di Jakarta Timur

Perencanaan RTH di Singapura


Perencanaan penghijauan di Singapura telah dimulai
semenjak tahun 1963 dengan mencanangkan Kampanye
“Tree Planting” yang dipelopori oleh Perdana Menteri Lee
Kuan Yew (CUGE, 2011). Pada masa pemerintahan
Gambar 6. Kegiatan FGD Pembangunan TMB Perdana Menteri Lee Kuan Yew memiliki motivasi
menjadikan Singapura menjadi kota yang bersih dan hijau
melalui motto “clean greening” untuk mengatasi
Berdasarkan struktur organisasi kelembagaan di Dinas
ketidaksetaraan, membuat identitas kota, dan kebanggaan
Pertamanan dan Hutan Kota sebelumnya, hanya Dinas
nasional (Rowe dan Hee, 2019). Penanaman dalam
yang diberikan tugas untuk melakukan pembangunan
kampanye tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Lebih
RTH. Pada tahun 2018, dengan diterbitkannya Peraturan
lanjut, Rowe dan Hee (2019) dalam bukunya
Gubernur Nomor 280 Tahun 2018 maka Sudin
menyampaikan Singapura pada tahun 1968 melakukan
Pertamanan dan Hutan Kota di 5 wilayah kota
kampanye “Keep Singapore Clean” yang bertujuan agar
administrasi diberikan tugas untuk membangun RTH di
masyarakat tidak membuang sampah sembarangan,
masing-masing wilayah kota. Pada tahun 2018, TMB telah
hukum kesehatan masyarakat, sistem pembuangan
telah dibangun sebanyak 7 lokasi dan 48 lokasi pada tahun
limbah, pengendalian penyakit, relokasi, dan perizinan
2019 dengan salah satu contoh TMB dapat dilihat pada
pedagang keliling.
Gambar 7. Dinas Pertamanan dan Hutan Kota dari tahun
2013-2019 membangun RTH sebesar 52,4 ha dengan Konsep Garden City tersebut terinspirasi dari metode The
rincian dapat dilihat pada Tabel 2. Garden City Movement yang diperkenalkan pada tahun
1898 oleh Sir Ebenezer Howard di Inggris. The Garden City
merencanakan pemukiman, industri, dan pertanian
Tabel 2. Pembangunan RTH Tahun 2015-2019
dengan komunitas mandiri yang dikelilingi oleh sabuk
Tahun Pembangunan RTH (ha) Jumlah Lokasi hijau. Lindfield dan Steinberg (2012) menjelaskan bahwa
kota hijau adalah kota yang telah mencapai atau sedang
2015 4,6 11 bergerak menuju kelestarian lingkungan jangka panjang
2016 0,9 2 pada semua aspek. Pada Tahun 1973, Singapura
membentuk Garden City Action Committe (GDAC). GDAC
2017 10,4 11 merencanakan penanaman pohon disepanjang jalan dan
2018 6,6 7 membuat peraturan mengenai Parks and Trees Act. GDAC
2019 29,9 48 dibentuk sebagai lembaga koordinator terkait
Sumber: Biro PLH (2020) (telah diolah kembali) penghijauan kota dan perumusan perencanaan Program
Garden City.
Konsultasi publik adalah bagian penting perencanaan Selain membentuk komite penghijauan kota, Singapura
(Albrechts, 2004). Rogers et al. (2008) menyampaikan juga menyusun Masterplan/Rencana Induk RTH.
bahwa partisipasi adalah salah satu kunci dalam Singapura pada tahun 1972 membuat Concept Plan
pembangunan berkelanjutan dan partisipasi adalah proses perencanaan wilayah pertama yang bertujuan untuk
antara stakeholders yang dapat saling mempengaruhi dan menyediakan kerangka kerja fisk pembangunan lahan
mengontrol inisiatif pembangunan dan sumberdaya seperti pembangunan kota baru dan perindustrian serta
dalam pengambilan keputusan (Rogers et al. 2008). panduan implementasi utilitas dan infrastruktur publik
Pelibatan masyarakat secara langsung dalam perencanaan (CUGE, 2011).
bertujuan untuk memperjelas apa yang dikehendaki oleh Pada tahun 1976 dilakukan kampanye penghijauan
masyarakat, memberi nilai tambah pada legitimasi dengan menanam tanaman merambat di sepanjang pagar
rumusan perencanaan, serta meningkatkan kesadaran dan struktur, jembatan, dan jalan laying yang dapat dilihat

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 58


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

pada Gambar 9. Masterplan RTH pertama di Singapura Konsep perencanaan RTH dan ruang biru dibuat secara
dibuat pada tahun 1980an dengan target sebesar 0,8 ha kesatuan. Sepanjang pesisir menjadi zonasi Ruang
parkland untuk 1000 populasi penduduk (CUGE, 2011). Terbuka Biru (RTB) dan sepanjang jalur jalan dibuat jalur
Pada 1980an ditanam berbagai Bougainvillea dan Hibiscus hijau yang tidak terputus. Target tersebut masih
di seluruh pulau agar Kota Singapura lebih berwarna yang digunakan sampai tahun 2009 oleh Pemerintah Singapura
dapat dilihat pada Gambar 10. dalam pengembangan pembangunan RTH. Pada tahun
1991, Concept Plan tersebut direvisi dan menghasilkan
Green and Blue Planning (CUGE, 2011) yang dapat dilihat
pada Gambar 11. Pada tahun 1991 dicanangkan Program
Park Connector Network (PCN). Kategori park di Singapura
terbagi atas 3, yaitu regional, neighbourhood, dan Park
Connector Network (PCN). PCN di Singapura dibuat di
sepanjang drainase, pesisir, jalur sungai, rel kereta, dan di
sekeliling pemukiman public housing. PCN direncanakan
memiliki lebar 6 m yang terdiri dari 4 m jalur jogging track
dan 2 m untuk area penanaman pohon.

Gambar 8. PM. Lee Kuan Yew Menanam Pohon


Sumber: Rowe dan Hee (2019)

Gambar 11. Rencana Green-Blue dari Concept Plan 1991


Sumber: CUGE (2011), Rowe dan Hee (2019)

Pada tahun 2008, Singapura membuat Masterplan dengan


perencanaan yang berkelanjutan termasuk Parks and
Waterbodies Plan yang memuat perencanaan taman
bermain yang komprehensif untuk semua. Pada
perencanaan tersebut, disusun strategi total ruang hijau
sebesar 4.200 ha, taman penghubung eksisting sepanjang
300 km, membuat rute sekeliling pulau sepanjang 150 km,
membuat jalur dan trotoar pesisir, serta aktivitas air di
area Marina Bay (CUGE, 2011).
Pada tahun 2002, Singapura meluncurkan Streetscape
Gambar 9. Penghijauan pada Infrastruktur Kota Greenery Masterplan sebagai identitas untuk lanskap jalan.
Sumber: Rowe dan Hee (2019) Perencanaan khusus dilakukan pada parkway, gateway,
pantai, hutan, dan pedesaan yang mengacu pada prinsip
desain seperti konektivitas, kenyamanan, kemewahan
lansekap, lanskap alam, keragaman, dan menciptakan
identitas lokal. Berdasarkan Parks and Waterbodies Plan
2008, Singapura memiliki target capaian masing-masing
kategori RTH, yaitu RTH Regional sebesar 4.400 ha,
Neighbourhood sebesar 514 ha, dan PCN sebesar 286 ha
(CUGE, 2011).
Singapura menyusun perencanaan dan program jaringan
“blue-green” bertujuan untuk melindungi nilai hidrologi
dan ekologi lanskap perkotaan untuk mengatasi ancaman
degradasi lingkungan (Rowe dan Hee, 2019). Dalam buku
Rowe dan Hee (2019), Singapore's National Water Agency
(PUB) memiliki Program The Active, Beautiful, Clean Water
(ABC) Waters pada tahun 2006 di Sungai Kallang yaitu
Gambar 10. Penanaman Bougainville Tahun 1980an
Taman Bishan-Ang Mo Kio yang bertujuan untuk
Sumber: Rowe dan Hee (2019)
integrasi penghijauan dan konservasi air.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 59


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

Kesuksesan Singapura dalam penghijauan Selain adanya Masterplan, Jakarta memerlukan kebijakan
dilatarbelakangi oleh politik yang kuat, kepemimpinan politik yang kuat dalam pengelolaan RTH sehingga dapat
yang visioner, arah kebijakan yang jelas, dan kolaborasi didukung dan diimplementasikan oleh seluruh stakeholder.
kemitraan antara pemerintah dengan publik-swasta. (Tan, Kolaborasi yang dimulai oleh Pemerintah Provinsi DKI
2012). Kejelasan Concept Plan dan Masterplan yang dimulai Jakarta dengan masyarakat dalam kegiatan perencanaan
pada tahun 1971 dimanifestasikan dalam berbagai TMB merupakan langkah awal yang baik dalam hal
program berbagai lembaga pemerintah seperti Program meningkatkan kemitraan dengan publik dan sektor
PUB ABC Waters, Streetscape Greenery Masterplan dari swasta.
National Parks.
SIMPULAN
Pemerintah Singapura telah berupaya secara aktif
menanamkan kesadaran lingkungan, nilai-nilai Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
komunitarian, dan tanggung jawab sosial atas kegiatan perencanaan RTH di Jakarta berdasarkan zonasi hijau
penghijauan (Savage dan Kong, 1993). Keterlibatan publik Jakarta menurun semenjak tahun 1965 dikarenakan alih
dilakukan pada upaya peningkatan kesadaran, partisipasi, fungsi lahan menjadi lahan terbangun. Jakarta belum
dan konsultasi (Leitman, 2000). Kampanye tersebut menerbitkan peraturan secara legal mengenai Masterplan
memiliki tujuan tambahan untuk menciptakan RTH yang menjadi panduan para stakeholder dalam upaya
kepemilikan atas proyek pemerintah (Leitman, 2000). pencapaian target luasan RTH. Selain itu, baseline luasan
Beberapa contoh kampanye yang berhasil dilakukan RTH belum secara resmi dikeluarkan oleh Pemerintah
meliputi Pekan Clean and Green, Hari Penghargaan Park Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan data penelitian terkait
Connector, dan Hari Penanaman Pohon Tahunan. Program perhitungan luasan RTH di Jakarta, luasan RTH
Community in Bloom oleh National Parks bertujuan untuk berkurang setiap tahunnya walaupun Pemerintah
mempromosikan budaya berkebun sebagai salah satu Provinsi DKI Jakarta melakukan kegiatan pembebasan
strategi penghijauan (Tan dan Neo, 2009). lahan dan pembangunan RTH.
Semenjak adanya Masterplan RTH dan RTB serta program- Kondisi penurunan RTH di Jakarta tersebut berbeda
program dari pemerintah, Singapura dapat meningkatkan dengan keberadaan RTH di Singapura. Semenjak tahun
persentase capaian RTH setiap tahunnya. Pada tahun 1986 1960an, Singapura berhasil meningkatkan luasan RTH
capaian RTH di Singapura sebesar 36% dan meningkat sebesar 47% tahun 2011 yang menjadikannya yang
menjadi 47% pada tahun 2007. Berdasarkan best pratice terbesar di dunia. Singapura memiliki visi penghijauan
tersebut disimpulkan bahwa peningkatan pencapaian dan kebijakan politik yang kuat serta didukung para
RTH dapat dilakukan melalui penyusunan Masterplan. stakeholder. Visi Singapura sebagai Garden City yang
dituangkan secara jelas dalam Masterplan diaplikasikan
Lesson Learned
dalam program-program pemerintah. Kerjasama antara
Keberhasilan Pemerintah Singapura dalam meningkatkan para stakeholder di Singapura telah berjalan sehingga
capaian luasan RTH dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran publik terhadap penghijauan berhasil.
perencanaan RTH yang jelas dan kebijakan politik kuat
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat mendorong
oleh pemimpin negaranya. Perencanaan RTH Singapura
diterbitkannya Masterplan RTH dengan Konsep Green Blue
telah dituangkan dalam Masterplan yang disusun
seperti yang ada di Singapura. Belum adanya Masterplan
semenjak tahun 1972 dan dievaluasi sampai dengan saat
tersebut menyebabkan Jakarta belum memiliki strategi
ini. Gerakan masyarakat dalam Kampanye Penanaman
dan program-program yang jelas dalam peningkatan
Pohon dicontohkan oleh pemimpinnya dan
RTH. Selain itu, perlu ditingkatkan kolaborasi dan
diimplementasikan mengacu Masterplan RTH yang ada.
partisipasi publik dan swasta dalam perencanaan RTH.
Konsep Green Blue dalam Masterplan RTH Singapura telah
dibuat semenjak tahun 1991 yang menggabungkan
penghijauan di daratan dan badan air menjadi satu DAFTAR PUSTAKA
kesatuan. Strategi peningkatan luasan RTH di Singapura Abe, A. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta:
terimplementasi dengan baik dan meningkat setiap Pustaka Yogya Mandiri.
tahunnya dan menjadikannya Negara dengan persentase
luasan RTH terbesar di dunia. Albrechts, L. 2004. Strategic (Spatial) Planning Reexamined.
Environment and Planning B: Planning and Design,
Pentingnya Masterplan di suatu wilayah diperlukan 31(5), 743–758.
sebagai strategi dalam dalam peningkatan luasan RTH.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mendorong Benedict, M.A., McMahon, E.T. 2002. Green infrastructure:
penyusunan Masterplan RTH untuk dapat segera smart conservation for the 21st century. Renewable
diterbitkan mengacu pada Perda RDTR dan PZ. Resour. J. 20(3), 12–17.
Masterplan RTH Singapura dengan menggabungkan Bengston, D.N., Fletcher, J.O., Nelson, K.C. 2004. Public
Konsep Green Blue juga dapat diterapkan di Jakarta agar Policies for Managing Urban Growth and Protecting
pembangunan RTH tidak hanya dilakukan oleh Dinas Open Space: Policy Instruments and Lesson Learned in
Pertamanan dan Hutan Kota tetapi menjadi satu kesatuan the United States. Landscape and Urban Planning, 69,
dengan Dinas Sumber Daya Air dan Dinas Bina Marga. 271-286.
Capain luasan RTH 30% berdasarkan Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 cukup sulit dicapai oleh Jakarta BPS Provinsi DKI Jakarta. 2018. Jakarta dalam Angka
karena zonasi hijau yang ditetapkan hanya sebesar 11,5%. Tahun 2018.
Luasan zonasi hijau tersebut disarankan perlu Brown, G., Schebella, M.F., Weber, D. 2014. Using
ditingkatkan persentasenya oleh Pemerintah Provinsi DKI participatory GIS to measure physical activity and urban
Jakarta. park benefits. Landsc. Urban Plan, 121, 34–44.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 60


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

Budiman, A., Sulistyantara, B., Zain, A.F.M. 2014. Deteksi River as Supporting Water Sensitive Cities Program with
Perubahan RTH pada 5 Kota Besar di Pulau Jawa.Jurnal Priority of Productive Landscape. IOP Conf Ser Earth
Lanskap Indonesia, 1(6):1. Environ Sci 91:12033.
Byrne, J., Sipe, N. 2010. Green and Open Space Planning for Pafi, M., Siragusa, A., Ferri, S., Halkia, M. 2016. Measuring
Urban Consolidation – A Review of the Literature and the Accessibility of Urban Green Areas. Luxembourg:
Best Practice. Urban Research Program Issues Paper JRC Science Hub. Europe Union.
11. Griffith University.
[PEMPROVDKIJAKARTA] Pemerintah Provinsi DKI
Chang, T.C., Huang, S. 2010. Reclaiming the City. Urban Jakarta. 1984. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
Studies. 48(10), 2085-20100. 1984 tentang Rencana Umum Tata Ruang Jakarta
1985-2005.
Chiang, K. 2009. Vertical Greenery for the Tropic. NUS.
Singapore. Npark. [PEMPROVDKIJAKARTA] Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. 1999. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
Chiesura, A. 2004. The Role of Urban Parks for the Sustainable
1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
City. Landscape and Urban Planning, 68: 129–138.
Jakarta 2010.
CUGE. 2011. Park and Greenery Planning in Singapore
[PEMPROVDKIJAKARTA] Pemerintah Provinsi DKI
[Unpublished]. Singapore: National Parks.
Jakarta. 2008. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
Czembrowski, P., Kronenberg, J. 2016. Hedonic Pricing and 2008 tentang RPJMD Tahun 2007-2012.
Different Urban Green Space Types and Sizes: Insights
[PEMPROVDKIJAKARTA] Pemerintah Provinsi DKI
into the Discussion on Valuing Ecosystem Services.
Jakarta. 2012. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
Landscape and Urban Planning, 146, 11-19.
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta
Hadi, A. 2011. Public Participation on Open Spaces’ 2030.
Inspection. Jurnal Lanskap Indonesia. 3(2).
[PEMPROVDKIJAKARTA] Pemerintah Provinsi DKI
Haq, S.A. 2011. Urban Green Spaces and an Integrative Jakarta. 2014. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
Approach to Sustainable Environment. Journal of 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan
Environmental Protection, 2:601-608 Peraturan Zonasi.
Hollis, L.E., Fulton, W. 2002. Open Space Protection: Priharyaningsih, D., Hasibuan, H.S., Koestoer, R.H. 2019.
Conservation Meets Growth Management. Washington: Ecological Value of Cemetery in Jakarta. Jurnal
Center on Urban and Metropolitan Policy. Lanskap Indonesia. 11(2), 55-58.
Jun, W.X. 2009. Analysis of Problems in Urban Green Space Rogers, P.P., Jalal, K.F., Boyd, J.A. 2008. An Introduction to
System Planning in China. Journal of Forestry Sustainable Development. UK: Glen Educational
Research, 20(1): 79-82. Foundation.
Leitman, J. 2000. Integrating the Environment in Urban Rowe, P.G., Hee, L. 2019. A City in Blue and Green (The
Development Singapore as A Model of Good Practice. Singapore Story). Springer.
Washington DC: World Bank.
Savage, V.R., Kong, L. 1993. Urban Constraints, Political
Lindfield, M., Steinberg, F. 2012. Green Cities Urban Imperatives: Environmental 'Design' in Singapore.
Development Series. Manila: Asian Development Landscape and Urban Planning, 25, 37-52.
Bank.
Setiowati, R., Hasibuan, H.S., Koestoer, R.H. 2018. Green
[KEMENPU] Kementerian Perkerjaan Umum. 2007. Open Space Master-Plan at Jakarta Capital City,
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Indonesia for Climate Change Mitigation. IOP Conf.
Penataan Ruang. Series: Earth and Environmental Science, 200,
012042.
Manan, R.H. 2016. Policy Analysis of Urban Green Open
Space Management in Jakarta City, Indonesia. Setiowati, R., Hasibuan, H.S., Koestoer, R.H., Harmain, R.
International Journal of Engineering Research and 2019. Planning for Urban Green Area and Its Importance
Technology (IJERT), 5(4). for Sustainability: The Case of Jakarta. IOP Conf. Series:
Earth and Environmental Science, 328, 012027.
McMahon, E.T. 1999. Looking Around Smart Growth Trends.
Planning Commissioners Journal, 33. Sitorus, R.P., Aurelia, W., Panuju, D.R. 2011. Analisis
Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau dan Faktor-Faktor
Miller, R.W. 1988. Urban Forestry: Planning and Managing yang mempengaruhinya di Jakarta Selatan. Jurnal
Urban Green Spaces. New Jersey. USA: Prentice-Hall Lanskap Indonesia, 2(1).
NJ.
Tan, L.H., Neo, H. 2009. Community in Bloom: Local
Miller, G.T., Spoolman, S. 2012. Environmental Science
Participation of Community Gardens in Urban
(15thed). Boston. USA: Cengage Learning.
Singapore. Local Environment, 14(6), 536-537.
Mungkasa, O.A. 2019. Rapat Koordinasi Penyusunan Desain
Besar KSPN DKI Jakarta [Tidak dipublikasikan]. Teal, M., Huang, C.S., Rodiek, J. 1998. Open Space Planning
Jakarta: Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan for Travis Country, Austin, Texas: A Collaborative
Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Design. Landscape Urban Plan, 42, 259-268.
Noviandi, T.U.Z, Kaswanto, R.L., Arifin, H.S. 2017 Riparian Triana, D., Aspar, Jumarni. 2019. Strategi Peningkatan
Landscape Management in the Midstream of Ciliwung Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ruang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 61


doi : 10.29244/jli.12.2.2020.54-62

Terbuka Hijau di Kota Makassar. Jurnal Lanskap


Indonesia. 11(2), 43-47.

United Nations. 2015. Sustainable development goals. United


Nations.
Villanueva, K., Badland, H., Hooper, P., Koohsari, M.J.,
Mavoa, S., Davern, M., Roberts, R., Goldfeld, S.,
Corti, BG. 2015. Developing Indicators of Public
Open Space to Promote Health and Wellbeing in
Communities. Applied Geography, 57, 112-119.
Walmsley, D.J., Lewis, G.J. 1993. People and Environment:
Behaviour Approaches in Human Geography. New
York. USA.
Wolcha, J.R., Byrne, J., Newellc, J.P. 2014. Urban green
space, public health, and environmental justice: The
challenge of making cities ‘just green enough’.
Landscape and Urban Planning, 125. 234–244.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 12 NO 2 2020 62

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy