0% found this document useful (0 votes)
61 views30 pages

Jurnal Wacana Kinerja Volume 19 Edisi 1 Juni 2016

The leaders of ASEAN countries agreed to establish the ASEAN Economic Community (AEC) as one of three pillars outlined in the Bali Concord II. The AEC aims to create a single market and production base by reducing barriers to capital, goods, services, investment and skilled labor flows. However, the AEC is based on an old neoliberal economic model that is projected to deepen economic and social inequality and expand negative impacts on human rights. While Indonesia's government policies focus heavily on economic issues, protection of human rights is still minimal in AEC schemes. Human rights issues like migrant workers, indigenous peoples, labor rights, and business and human rights remain crucial for ASEAN countries. Strengthening regional human rights

Uploaded by

AFIFAH ZULFIKA
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
61 views30 pages

Jurnal Wacana Kinerja Volume 19 Edisi 1 Juni 2016

The leaders of ASEAN countries agreed to establish the ASEAN Economic Community (AEC) as one of three pillars outlined in the Bali Concord II. The AEC aims to create a single market and production base by reducing barriers to capital, goods, services, investment and skilled labor flows. However, the AEC is based on an old neoliberal economic model that is projected to deepen economic and social inequality and expand negative impacts on human rights. While Indonesia's government policies focus heavily on economic issues, protection of human rights is still minimal in AEC schemes. Human rights issues like migrant workers, indigenous peoples, labor rights, and business and human rights remain crucial for ASEAN countries. Strengthening regional human rights

Uploaded by

AFIFAH ZULFIKA
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 30

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA): SEBUAH TINJAUAN HAM

GOVERNMENT POLICY IN FACING


ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC): A HUMAN RIGHTS OVERVIEW

Asep Mulyana
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Jl. Latuharhary No. 4 B Menteng Jakarta Pusat 10310
Telp. (021)3925230, Fax. (021) 3925227
Email : asepmulyana02@gmail.com

Abstract

The leaders of ASEAN countries set to establish the ASEAN Economic Community (AEC) as one of
the three pillars set out in the Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II). Two other pillars
are the ASEAN Political-Security Community and the ASEAN Socio-Cultural Community.
Formation of MEA is intended to establish a single market and production base in ASEAN. Thus,
obstacles to the flow of capital, goods, services, investment and skilled workers will see cuts. The entire
design of the building rests on the MEA old neoliberal economic paradigm that believes that the free
market will produce efficiency and the balance in a way that can jump-start economic growth,
removing unemployment, and eradicate poverty. But instead of generating economic growth that is
equitable, MEA projected to deepen the economic and social inequality and expand the negative impact
on Human Rights. On the other hand, the policy of the Government of Indonesia in the face of MEA
too focused on economic issues. While the scheme is still very mnim protection of human rights in
policy regarding the MEA. In addition, ASEAN countries have not completely free from human rights
violations. Migrant workers, indigenous peoples, workers, refugees and asylum seekers, as well as
business and human rights still an crucial issues of human rights for ASEAN countries. Although
ASEAN has had a framework and regional human rights mechanisms, such as the ASEAN Charter,
ASEAN Human Rights Declaration, and the AICHR, but the issue of human rights abuses in this
area should be assumed can not be completed, due to weak mandate and institutional capacity AICHR.
Therefore, strengthening the mandate and institutional AICHR on the one hand and to integrate
human rights into the whole scheme of the national policy on MEA is key to the protection of human
rights for people who are vulnerable to the risks of the market.

Keyword: ASEAN, ASEAN Economic Community, Human Rights, AICHR, Better for people of
ASEAN Community

Abstrak
Para pemimpin negara-negara ASEAN menetapkan untuk membangun Masyarakat
Ekonomi ASEAN (AEC) sebagai salah satu dari tiga pilar yang ditetapkan dalam Deklarasi
ASEAN Concord II (Bali Concord II). Dua pilar lainnya adalah Komunitas Politik-Keamanan
ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Pembentukan MEA dimaksudkan untuk
membangun pasar dan basis produksi tunggal di ASEAN. Dengan demikian, hambatan
terhadap aliran modal, barang, jasa, investasi dan pekerja terampil akan terpotong. Seluruh
desain bangunan terletak pada MEA tua paradigma ekonomi neoliberal yang percaya bahwa
pasar bebas akan menghasilkan efisiensi dan keseimbangan dengan cara yang dapat
melejitkan pertumbuhan ekonomi, menghapus pengangguran, dan kemiskinan. Tapi
bukannya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang merata, MEA diproyeksikan untuk
memperdalam kesenjangan ekonomi dan sosial dan memperluas dampak negatif tentang
59 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
Hak Asasi Manusia. Di sisi lain, kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi MEA
terlalu fokus pada isu-isu ekonomi. Sementara, skema perlindungan hak asasi manusia
masih sangat minim dalam MEA. Selain itu, negara-negara ASEAN belum sepenuhnya
bebas dari pelanggaran hak asasi manusia. pekerja migran, masyarakat adat, buruh,
pengungsi dan pencari suaka, serta bisnis dan hak asasi manusia masih isu-isu penting dari
hak asasi manusia bagi negara-negara ASEAN. Meskipun ASEAN telah memiliki kerangka
dan mekanisme HAM regional, seperti Piagam ASEAN, Deklarasi HAM ASEAN, dan
AICHR, tapi masalah pelanggaran hak asasi manusia di daerah ini harus diasumsikan tidak
dapat diselesaikan, karena mandat yang lemah dan kapasitas kelembagaan AICHR. Oleh
karena itu, memperkuat mandat dan AICHR kelembagaan di satu sisi dan untuk
mengintegrasikan hak asasi manusia ke dalam skema seluruh kebijakan nasional tentang
MEA adalah kunci untuk perlindungan hak asasi manusia bagi orang-orang yang rentan
terhadap risiko pasar.

Kata kunci: ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN, Hak Asasi Manusia, Human Rights,
Perbaikan untuk masyarakat ASEAN.

sosial mulai menjadi pusat perhatian para


A. PENDAHULUAN pemimpin negara-negara ASEAN.
Association of South East Asian Gagasan mengenai kerjasama
Nations (ASEAN) dibentuk pada 8 ekonomi makin solid ketika para
Agustus 1967 oleh lima lima negara, yaitu pemimpin negara-negara di Kawasan
Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Asia Tenggara tersebut mengikat
dan Thailand. Kerjasama yang lebih komitmen untuk membentuk Masyarakat
bernuansa politik ditandai oleh lahirnya Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
Declaration of ASEAN Concord atau Bali merupakan salah satu dari tiga pilar
Concord I dalam KTT ASEAN ke-1 di Bali Komunitas ASEAN yang secara resmi
pada 24 Pebruari 1976. Dalam Deklarasi dibentuk pada Konferensi Tingkat Tinggi
ini, para pemimpin ASEAN bertekad (KTT) ke-9 di Bali yang melahirkan
untuk menjadikan ASEAN sebagai Deklarasi ASEAN Concord II (Bali
wilayah damai, netral dan bebas dari Concord ll). Dua pilar lainnya adalah
intervensi negara besar di luar kawasan Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN
Asia Tenggara.1 Pada awal dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN.
pembentukannya, ASEAN memang lebih Pada KTT ke-13 ASEAN yang
ditujukan sebagai respon terhadap Perang digelar di Singapura pada 20 November
Dingin dan antisipasi terhadap ancaman 2007, para pemimpin negara-negara
komunisme di kawasan Asia Tenggara.2 ASEAN menandatangani Blue Print
Seiring dengan bubarnya blok (Cetak Biru) MEA.3Pembentukan MEA
komunisme dan berubahnya geopolitik ditujukan untuk membentuk sebuah
dunia, bidang kerjasama di ASEAN pun pasar tunggal dan basis produksi di
kemudian bergeser. Aspek ekonomi dan ASEAN sebelum 2015. Dengan demikian,
hambatan atas aliran modal, barang, jasa,
1Ratna
investasi, dan buruh terampil akan
ShofiInayati. 2007. MenujuKomunitas
ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented.
Jakarta: LIPI
2Inggrid GaluhMustikawati. 2011. "Perjalanan 3Inayati, Ratna Shofi. 2010. Piagam ASEAN,
Penegakan HAM Di ASEAN dan Peran Indonesia Perkembangan Isu Demokrasi dan Hak Azasi Manusia
Dalam Mendukung Keberlanjutan AICHR". Jurnal (HAM): Studi Kasus Indonesia, Filipina, dan Thailand.
Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1 2011 Jakarta: LIPI
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 60
mengalami pemangkasan. Ada beberapa isu tersebut masih belum menjadi topik
sektor khusus yang mengalami prioritas sentral dalam pembicaraan para petinggi
dalam liberalisasi ini, yaitu sektor pangan, ASEAN ketika mereka membicarakan
sektor pertanian, dan sektor kehutanan. pentingnya pembentukan komunitas
Seluruh desain bangunan MEA ASEAN, termasuk MEA.
bertumpu pada paradigma lama ekonomi Sebagai contoh, pengelolaan
neoliberal yang meyakini bahwa pasar Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia
bebas akan menghasilkan efisiensi dan yang selama ini sangat longgar dan lebih
keseimbangan sedemikian rupa, sehingga berpihak pada kepentingan modal besar.
dapat melejitkan pertumbuhan ekonomi, Pola pengelolaan SDA semacam itu, pada
menghapus pengangguran, dan era MEA dikhawatirkan akan
memberantas kemiskinan. Dengan tesis memperluas penyingkiran terhadap
ini, MEA dipercaya dapat menstimulus masyarakat lokal dan/atau masyarakat
pertumbuhan ekonomi melalui hukum adat. Kekhawatiran ini menjadi
perkembangan teknologi, penciptaan logis ketika praktik bisnis di Indonesia
lapangan kerja, pengembangan sumber khususnya, dan ASEAN pada umumnya,
daya manusia (human capital) dan akses belum menunjukkan praktik bisnis yang
yang lebih mudah kepada pasar dunia sejalan-selaras dengan prinsip-prinsip dan
(Baskoro, 2015). standar HAM. Pasar tenaga kerja yang
Paradigma lama tersebut telah murah, pelanggaran atas hak-hak pekerja,
mengalami kritik seiring gagalnya kerusakan lingkungan, dan perampasan
penciptaan kondisi yang dibayangkan, tanah-tanah masyarakat adat—untuk
yaitu hilangnya pengangguran dan menyebut beberapa—merupakan
kemiskinan. Alih-alih menghasilkan dampak-dampak dari operasi bisnis yang
pertumbuhan ekonomi yang merata, MEA sangat terasa di kawasan ASEAN (Human
diproyeksikan bakal memperdalam Rights Resources Center, 2013).
ketimpangan sosial dan ekonomi. Lebih Isu-isu HAM yang menjadi
jauh, MEA disinyalir dapat memunculkan pokok persoalan HAM di Asia Tenggara,
resiko-resiko yang tak terbayangkan antara lain buruh migran, masyarakat
terkait Hak-hak Asasi Manusia (HAM). adat, pekerja, pengungsi dan pencari
Namun demikian, dalam suaka, serta bisnis dan HAM. Meskipun
diskursus tentang MEA, HAM masih komunitas ASEAN telah memiliki
menjadi isu pinggiran. Dalam kerangka dan mekanisme HAM regional
menghadapi MEA, langkah-langkah yang ditandai dengan adanya Piagam
kebijakan Pemerintah Indonesia sendiri ASEAN, Deklarasi HAM ASEAN, dan
masih terfokus pada isu-isu ekonomi an pembentukan the ASEAN Inter-
sich, padahal dampak MEA dapat governmental Commission on Human
berimbas pada masalah-masalah Rights (Komisi HAM antar-Pemerintah
nonekonomi, terutama HAM. Selain itu, ASEAN—AICHR), namun negara-negara
isu tentang HAM juga masih menjadi ASEAN masih ―disandera‖ oleh
pekerjaan besar di negara-negara ASEAN. persoalan-persoalan HAM yang sulit
Hal ini terkait dengan masih diurai.
banyaknya peristiwa pelanggaran HAM Oleh karena itu, wacana yang
yang terjadi di negara-negara ASEAN, membahas MEA dalam kaitannya dengan
termasuk Indonesia. Isu buruh migran, HAM sangat relevan, terutama jika
masyarakat adat, pekerja, pengungsi, dan dikaitkan dengan dampak potensial MEA
pencari suaka merupakan tema-tema terhadap HAM. Tanpa kerangka kerja
HAM yang sangat relevan dengan kondisi HAM yang komprehensif, pemberlakuan
ASEAN kekinian. Namun pemecahan isu- MEA dapat diduga akan memperdalam
61 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
pola pelanggaran HAM di negeri-negeri pembuatnya.4
yang menghidupi kawasan Tenggara Asia Kebijakan publik harus memiliki
ini. mekanisme monitoring dan evaluasi agar
Tulisan ini bermaksud memotret kebijakan publik tetap relevan dengan
dampak potensial MEA terhadap HAM. tantangan dan masalah pada konteks
Kajian dalam tulisan ini juga memiliki jamannya. Evaluasi kebijakan publik
tujuan lebih jauh, yakni bermaksud untuk sendiri merupakan alat analisis dan
menyediakan landasan argumen bagi prosedur yang dibangun melalui sebuah
upaya-upaya mengintegrasikan HAM ke investigasi atas program kebijakan.
dalam penyusunan kebijakan pemerintah Informasi yang didapatkan dalam
menghadapi MEA. Upaya ini penting investigasi tersebut sangat penting untuk
agar dampak potensial MEA terhadap menilai kinerja kebijakan publik, baik
HAM dapat dideteksi secara dini melalui prosesnya maupun hasilnya (Wollmann,
skema kebijakan pemerintah dalam Hellmut, 2007).
menghadapi MEA yang ramah HAM. Kebijakan publik di Indonesia
hendaknya mengacu pada sumber dari
B. RUMUSAN MASALAH segala sumber hukum, yaitu Pancasila
Tulisan ini bertujuan untuk dan Undang Undang Dasar 1945. Terkait
menjawab permasalahan berikut: dengan kebijakan publik terkait dengan
tata kelola ekonomi, Pasal 33 dan 34 UUD
Bagaimana kebijakan pemerintah dalam 1945 hendaknya menjadi rujukan utama.
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Pasal 33 UUD 1945 menyatakan
(MEA) ditinjau dari perspektif HAM? bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas
C. TINJAUAN TEORI kekeluargaan. Kemudian cabang-cabang
Tulisan ini menggunakan produksi yang penting bagi negara dan
beberapa kerangka teori dan batasan yang menguasai hajat hidup orang
konseptualsebagai ―kacamata‖ untuk banyak dikuasai oleh negara. Di atas
menjawab rumusan permasalahan di atas. semua itu, Konstitusi Republik Indonesia
Bagian berikut akan menguraikan uraian (RI) ini menegaskan bahwa ―bumi dan air
dan batasan beberapa teori dan konsep dan kekayaan alam yang terkandung di
kunci, yaitu kebijakan publik, MEA, dalamnya dikuasai oleh negara dan
paradigma ekonomi neoliberal, HAM, dipergunakan untuk sebesar-besar
serta bisnis dan HAM. kemakmuran rakyat‖.
Pasal ini juga menyebutkan
1. Kebijakan Publik bahwa ―perekonomian nasional
Dalam tulisan ini, kebijakan diselenggarakan berdasar atas demokrasi
publik didefinisikan sebagai alat untuk ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
mencapai tujuan publik. Jadi, tujuan dari efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
kebijakan publik yang dimaksud tulisan berwawasan lingkungan, kemandirian,
ini bukanlah tujuan-tujuan yang bersifat serta dengan menjaga keseimbangan
perorangan atau kelompok. Sebuah kemajuan dan kesatuan ekonomi
kebijakan publik yang disusun melalui nasional‖.
prosesyang berkualitas tidak secara Konstitusi RI juga menegaskan
otomatis dapat dilaksanakan dan pentingnya jaminan sosial bagi seluruh
menghasilkan perubahan sosial yang
selaras denganapa yang dinginkan oleh
4 Budiman Rusli. 2013. Kebijakan Publik:
Membangun Pelayanan Publik yang Responsif.
Bandung: Hakim Publishing
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 62
rakyat dan memberdayakan masyakat negara-negara di ASEAN meyakini
yang lemah dan tidak mampu sesuai bahwa modal asing merupakan instrumen
dengan martabat kemanusiaan. Hal ini penting dalam rangka meningkatkan
berarti negara bertanggung jawab jika lapangan pekerjaan dan kesejahteraan
dalam penyelenggaraan perekonomian warga ASEAN.
yang bergantung pada mekanisme pasar Pada KTT ASEAN di Bali pada
terjadi marjinalisasi atau peminggiran 2003, para pemimpin negara-negara
terhadap masyarakat yang rentan dan ASEAN menetapkan tiga pilar ASEAN,
rapuh terhadap resiko-resiko pasar. yakni Masyarakat Keamanan-Politik
Sistem jaminan sosial dan fasilitas ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN,
pelayanan umum lainnya yang layak dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN,
wajib disediakan oleh para penyelenggara melalui sebuah deklarasi yang disebut
negara sebagaimana disebutkan Pasal 34 sebagai Deklarasi Concord II ASEAN atau
UUD 1945. yang lebih dikenal sebagai Bali Concord
Tulisan ini bertendensi untuk II. Empat tahun kemudian, pada KTT
melakukan analisis kebijakan pemerintah ASEAN ke-13 di Singapura yang
dalam menghadapi MEA. Adapun dilaksanakan pada November 2007, para
analisis kebijakan di sini mengacu pada pemimpin negara-negara ASEAN
―informasi dan pengetahuan yang dapat mengadopsi The ASEAN Economic
digunakan untuk merumuskan kebijakan Blueprint (Cetak Biru Ekonomi ASEAN),
dalam rangka menyelesaikan masalah yang merupakan rencana besar yang
publik tertentu‖.5 Oleh karena itu, dalam menjadi panduan bagi pembentukan
rangka analisis kebijakan, penting untuk MEA.6
ditelisik lebih jauh mengenai seberapa Cetak Biru MEA terdiri dari
relevan, valid, dan berkualitas informasi empat komponen yang bersifat prinsipil,
dan pengetahuan yang digunakan yaitu: (1) pasar tunggal dan basis
pemerintah ketika menyusun kebijakan produksi, termasuk arus bebas barang,
tentang MEA. jasa, investasi, pekerja terampil, dan arus
modal; (2) kawasan ekonomi yang
2. Masyarakat Ekonomi ASEAN kompetitif dengan kebijakan kompetitif,
(MEA) perlindungan konsumen, komitmen yang
Gagasan tentang MEA besar pada perlindungan Hak Atas
kemudian bergaung untuk pertama Kekayaan Intelektual (HAKI),
kalinya pada pertemuan para pemimpin pembangunan infrastruktur, e-commerce
negara-negara ASEAN di Kuala Lumpur dan penghindaran pajak ganda; (3)
yang digelar pada 15 Desember 1997. pembangunan ekonomi yang layak untuk
Dokumen ASEAN Vision 2020 yang membantu menyempitkan kesenjangan
dihasilkan pada pertemuan itu pembangunan; (4) integrasi ke ekonomi
menetapkan isu daya saing ASEAN global, termasuk kebutuhan untuk
sebagai tujuan strategis ASEAN dalam sentralitas ASEAN dan peningkatan
meraih investasi asing. Tak sulit dipahami partisipasi dalam jaringan pasokan
munculnya tujuan strategis tersebut global.7
mengingat membesarnya kekuatan
ekonomi dunia yang bercokol di Asia, 6Carl Middleton danAshley Pritchard. 2013.
terutama Cina dan India. Para pemimpin Corporate Accountability in ASEAN: A Human
Rights-Based Approach. Bangkok: Asian Forum for
Human Rights and Development (FORUM-ASIA)
5, SunajiZamroni. 2008. Disorientasi Kebijakan 7Michael G Plummer dkk. 2014. Assessing the

Publik di Indonesia. Yogyakarta: Institute for impact of ASEAN economic integration on labour
Research and Empowerment (IRE). markets. ILO Asia-Pacific Working Paper Series.
63 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
Di dalam Cetak Biru MEA karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis
dinyatakan bahwa tahun 2015 merupakan kayu, perjalanan udara, e-ASEAN,
tonggak kunci bagi agenda integrasi kesehatan, pariwisata, dan logistik. 10
ASEAN. Wilayah ASEAN merupakan Semua langkah itu ditujukan
kawasan yang memperoleh capaian untukmengurangi biaya transaksi dan
signifikan dalam kemajuan dan peningkatan keuntungan dagang, yang
kesejahteraan. Dalam Cetak Biru bermuara pada penciptakan kawasan
dinyatakan sebagai berikut:8 ekonomi yang kompetitif, mencetak
pertumbuhan ekonomi yang merata, dan
GDP has nearly doubled since 2007 (when the sepenuhnya terintegrasi ke ekonomi
AEC Blueprint was first adopted) to the global.11
present, with a combined GDP of over US$2.5 Dalam skema MEA memang
trillion, while average GDP per capita grew by masih terbuka keleluasaan, pengecualian,
almost 80% to over US$4,000. Over the same dan hambatan-hambatan, khususnya
period, ASEAN has also become more dalam aliran uang dan modal. Para
influential, with widening markets regionally anggota ASEAN yang belum siap untuk
and globally. By 2014, it is Asia’s 3rd largest, meliberalisasi sektor jasa mereka dapat
the world’s 7th largest, and among the most memilih untuk menunda pembukaan
advanced integrated markets. With a combined sektor tersebut melalui Formula ASEAN
population of over 622 million, ASEAN has a minus X. Namun semua itu tetap dalam
vast consumer base, behind only China and kerangka tujuan strategis dan
India globally. Over 50% of ASEAN’s komitmennya pada penghapusan semua
population is under the age of 30, making up a
hambatan. Hal ini berarti bahwa, Jika
large portion of both the current and future
MEA diberlakukan, maka negara anggota
workforce.
ASEAN harus memperlakukan semua
barang dan jasa secara setara dengan
MEA dibentuk untuk
barang (produk) nasional mereka.12
membentuk sebuah pasar tunggal dan
Dalam Dokumen Visi
basis produksi di ASEAN sebelum 2015.
Komunitas ASEAN 2025 dinyatakan
Hambatan atas aliran modal, barang, jasa,
bahwa pada 2025 MEA akan terintegrasi
investasi, dan buruh terampil dipangkas.
dan sangat kohesif, kompetitif, inovatif,
Dalam proses liberalisasi yang cukup
dan dinamis, kerjasama sektoral dan
berani, para pemimpin negara-negara
konektifitas yang tinggi, lebih tahan,
ASEAN menetapkan beberapa wilayah
inklusi, berorientasi rakyat, komunitas
khusus sebagai prioritas, yaitu pangan,
yang berpusat pada rakyat, dan
pertanian dan kehutanan.9Dalam rangka
terintegrasi ke ekonomi global. Melalui
menyukseskan MEA, para pemimpin
rute semacam ini, MEA yang baru berlaku
ASEAN juga menerapkan sebanyak 12
mulai 1 Januari 201 ini bertujuan untuk
sektor integrasi prioritas, yaitu: produk-
produk berbasis pertanian, otomotif,
elektronik, perikanan, produk berbasis
10LuchieMaranan. 2015. Indigenous Peoples and
Bangkok: ILO Regional Office for Asia and the ASEAN Integration. Chiang Mai: Asia Indigenous
Pacific Peoples Pact (AIPP) Foundation10
8ASEAN Secretariat. 2015. A Blueprint for Growth 11Ratna ShofiInayati. 2010.Op.cit.

ASEAN Economic Community 2015: Progress and 12 Asian Farmers, Memahami Piagam ASEAN dan

Key Achievements. Jakarta: ASEAN Secretariat Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN,
9Ratna ShofiInayati. 2010. Piagam ASEAN, http://asianfarmers.org/wp-
Perkembangan Isu Demokrasi dan Hak Azasi Manusia content/uploads/2008/07/indonesia-bahasa.pdf,
(HAM): Studi Kasus Indonesia, Filipina, dan Thailand. diakses pada 1 Maret, jam 09.10 WIB
Jakarta: LIPI
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 64
mencapai beberapa kondisi , yakni:13 pembangunan dan kerjasama Usaha
1. Ekonomi kawasan yang kohesif dan Kecil, Mikro, dan Menengah
terintegrasi yang mendukung (UMKM)yang maju untuk
pertumbuhan ekonomi yang tinggi mempersempit kesenjangan
dan berkelanjutan malalui peningkatan pembangunan; dan sebuah komuniyas
perdagangan, investasi, dan dengan pelibatan para pemangku
penciptaan lapangan kerja, kepentingan dan bisnis yang efektif,
peningkatan kapasitas reguional untuk kerjasama dan proyek pembangunan
menanggapi tantangan dan tren global, subregional, dan peluang ekonomi
memajukan agenda pasar tunggal yang lebih besar untuk mendukung
melalui peningkatan komitmen dalam pemberantasan kemiskinan.
perdagangan barang, dan melalui 5. ASEAN yang lebih sistematik dengan
resolusi efejtif hambatan tarif,; pendekatan yang koheren menuju
integrasi yang mendalam dalam relasi ekonomi eksternal; menjadi
perdagangan jasa, dan gerakan yang pusat, fasilitator, dan pengendali
lebih bebas dari investasi, pekerja integrasi ekonomi regional di Asia
terampil, pebisnis dan modal; Timur; ASEAN bersatu dengan suara
2. Sebuah komunitas yang kompetitif, dan peran yang terus meningkat
inovatif, dan dinamis yang dalam ekonomi global dan
mempekuat capaian pertumbuhan penanganan masalah-masalah
produktivitas, termasuk penciptaan ekonomi internasional.
dan aplikasi praktis ilmu pengerahuan,
kebijakan yang mendukung inovasi, Namun demikian, secara
pendekatan berbasis ilmu pengetahuan konseptual, MEA sendiri tak lepas dari
menuju pembangunan dan teknologi serangan kritik. Selain dianggap hanya
yang berbasis ―hijau‖melalui melindungi konsumen dan tidak
penekanan pada teknologi digital; memperhatikan pentingnya jaminan atas
promosi tata kelola pemerintahan yang keberlanjutan kehidupan dan lingkungan,
baik, regulasi yang responsif dan kritik atas MEA diarahkan pada fokus
transparan, resolusi konflik yang MEA yang dianggap berlebihan pada
efektif, dan sebuah pandangan yang liberalisasi perdagangan, investasi, dan
menekankan partisipasi dalam rantai keuangan.14
nilai global;
3. Peningkatan konektivitas dan 3. Paradigma Ekonomi Neoliberal
kerjasama sektoral dengan perbaikan Dalam debat mengenai
kerangka kerja regional, termasuk globalisasi dan dampak intervensi
kebijakan sektoral yang strategis International Monetary Fund (IMF),
menuju pelaksanaan MEA yang reformasi menuju pasar bebas dan
efektif; akibatnya bagi HAM merupakan debat
4. Komunitas yang berpusat pada rakyat, yang panas. Para pengritik pasar bebas
inklusif, dan tangguh (resilient), yang mengutarakan reformasi menuju pasar
melahirkan pembangunan dan bebas merupakan aspirasi orang-orang
pertumbuhan yang inklusif dan layak; kaya dan pasar yang terbuka hanya
komunitas dengan kebijakan mengakibatkan pelanggaran HAM.
Sebaliknya, kaum liberal memandang

13ASEAN Community Vision 2025,


http://www.asean.org/storage/images/2015/No 14LuchieMaranan. 2015. Indigenous Peoples and
vember/aec-page/ASEAN-Community-Vision- ASEAN Integration. Chiang Mai: Asia Indigenous
2025.pdf, diakses pada 29 Februari 2016, jam 13.32 Peoples Pact (AIPP) Foundation.
65 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
bahwa reformasi ekonomi merupakan Adam Smith yang mengandaikan bahwa
―penawar racun‖ dari krisis yang pasar merupakan pelaku utama dalam
menyehatkan ekonomi dan politik.15 ekonomi, sehingga pasar harus
Sebagaimana diuraikan pada mengalami liberalisasi pasar dalam
awal tulisan, seluruh desain bangunan bentuk kebebasan pergerakan barang,
MEA bertumpu pada paradigma ekonomi jasa, investasi, dan modal tanpa adanya
neoliberal yang meyakini bahwa pasar intervensi Negara. Oleh karena itu, semua
bebas akan menghasilkan efisiensi, kebijakan negara yang membatasi
keseimbangan yang, dengannya, mekanisme pasar harus dipangkas
menopang pertumbuhan ekonomi, melalui langkah deregulasi. Selain itu,
menghapus pengangguran dan negara juga harus melakukan privatisasi
kemiskinan. dengan cara menjual aset-aset negara
Paradigma ekonomi neoliberal kepada swasta.17
menjadi wacana praksis pembangunan Jika ditelisik lebih jauh,
arus utama (mainstream) sejak era 1980-an neoliberalisme sendiri mengalami
dan 1990-an. Paradigma ini merupakan pergeseran secara paradigmatik. Saad-
tanggapan atas krisis ekonomi yang Filho (2010) mencatat tiga kelompok
menimpa negara-negara di kawasan pandangan dalam neoliberalisme.yaitu
AmerikaLatin yang lebih menekan peran paradigma Neoliberal pra-Konsensus
negara yang besar dalam perekonomian. Washington, Neoliberal Konsensus
Penghampiran pembangunan yang Washington, dan Neoliberal Paska-
dikenal sebagai paradigma Keynesiandi Konsensus Washington (PKW). 18
Amerika Latin ditujukan pada upaya Kelompok pertama didominasi
penyerapan tenaga kerja, gagasan modernisasi dan teori
penguranganpengangguran, dan pembangunan yang meyakini bahwa
pemerataan pendapatan. Krisis ekonomi ketimpangan di tingkat global disebabkan
melanda kawasan tersebut pada 1980-an oleh mengakarnya kemiskinan di belahan
yang ditandai oleh defisit neraca dunia Selatan. Yang bisa diatasi jika
pembayaranyang sangat besar.16 negara-negara di Dunia Ketiga melakukan
Para pendukung paradigma transisi melalui modernisasi dan
neoliberal meyakini bahwa negara yang pembangunan di bawah koordinasi
berwatak intervensionis dalam negara, yang pada gilirannya akan
perekonomian tidak cukup mampu menghapus kemiskinan melalui
mendisiplinkan sistem moneter dan ―tetesan ke bawah‖ (trickle down
perdagangan internasional. Formula effect).Adapun kelompok kedua percaya
mengatasi krisis dalam pandangan total pada pasar bebas dan
mereka berpijak pada tiga pilar, yaitu membayangkan bahwa negara
disiplin fiskal (fiscal austerity), privatisasi, merupakan sumber korupsi dan
dan liberalisasi pasar bebas. Pandangan inefisiensi. Pasar, dan bukan negara, yang
ini berakar pada prinsip ―invinsible hand‖ berkontribusi bagi pembangunan
ekonomi, pertumbuhan industri,
penciptaan kesempatan kerja, dan
15Indra De Soysa dan Krishna Chaitanya penyetaraan kompetisi internasional.
Vadlammanati. 2011. "Do pro-market economic
reforms drive human rights violations? An
Kelompok ini juga meyakini bahwa
empirical assessment, 1981–2006". Public Choice
DOI 10.1007/s11127-011-9847-2
16DodiMantra. 2011. Hegemoni dan Diskursus 17Ibid.

Neoliberalisme: Menelusuri Langkah Indonesia 18Asep Mulyana. 2011. ―Eksplanasi Teoritik untuk
Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Bekasi: Kebijakan Pro-Kesejahteraan di Indonesia‖. Jurnal
MantraPress HAM Vol VII, 2011
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 66
negara merupakan sumber korupsi dan bab dalam UUD 1945, yaitu Bab XA. Oleh
inefisiensi, sehingga privatisasi, karena itu, HAM merupakan hak
penghapusan intervensi negara dalam konstitusional warga negara yang
harga, fleksibilitas pasar buruh,serta mempersyaratkan pemenuhannya oleh
liberalisasi perdagangan, keuangan, dan negara.
modal adalah kunci. Sementara kelompok Selain itu, HAM diatur lebih
ketiga menggeser fokus analisis dari detil dalam UU tersendiri, yaitu UU No.
penekanan neoklasik pada kompetisi dan 39/1999 tentang HAM. Di dalam UU ini
pasar menuju setting kelembagaan dinyatakan bahwa definisi HAM meliputi:
aktivitas ekonomi, signifikansi
ketidaksempurnaan pasar, dan dampak ―Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
potensial perbedaan atau perubahan
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
dalam lembaga. Kelompok ini memberi wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
perhatian pada pembuatan kebijakan oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang
yang membuat pasar bekerja dengan baik. demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia‖
Kelompok ini juga mengintegrasikan
dimensi sosial dalam kebijakan ekonomi
Di dalam Pasal 8 UU ini juga
melalui kebijakan pro-rakyat miskin yang
menginklusi kaum miskin, sehingga dapat ditegaskan bahwa pemerintah menjadi
pemangku kewajiban dalam hal
berpartisipasi dalam mekanisme pasar.19
Jika menilik pada ketentuan pemajuan, perlindungan, penegakan dan
pemenuhan HAM.
pada UUD 1945, khususnya Pasal 33 dan
Pasal 34, jelas bahwa beberapa kondisi Jika mengikuti perdebatan
tidak sesuai dengan situasi yang dituju HAM di level internasional, HAM
diartikan sebagai hak-hak yang dimiliki
oleh Konstitusi RI, yaitu bahwa
―perekonomian nasional diselenggarakan manusia semata-mata karena ia manusia,
dan bukan karena diberikan oleh
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi masyarakat atau hukum positif.20
Batasan HAM seperti ini dibangun
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan melalui proses perdebatan teoritik yang
panjang, mengikuti perkembangan teori,
menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional‖. Paradigma konsep, dan konteks yang hidup dan
neoliberal percaya pada supremasi pasar berkembang. Dalam perkembangannya,
beberapa isu besar yang sebelumnya
dalam menjalankan tata kelola
ekonominya. Peran negara yang besar dipandang terpisah dari HAM, misalnya
bisnis, pembangunan, dan globalisasi,
dalam menjamin kemakmuran rakyat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 mulai diperhitungkan sebagai fenomena
yang tak terpisahkan dengan HAM.
UUD 1945 tidak sesuai dengan filosofi
paham ekonomi neoliberal yang meyakini
a. Bisnis dan HAM.
bahwa negara merupakan sumber korupsi
dan inefisiensi. Wacana tentang bisnis dan HAM
muncul setelah maraknya pelanggaran
4.
HAM HAM yang diakibatkan oleh operasi
HAM merupakan nilai-nilai perusahaan transnasional, utamanya
yang telah diakui dan dihormati oleh perusahaan yang bekerja di sektor
Bangsa Indonesia. Hal ini tampak dari
dimasukkannya HAM sebagai salah satu 20Donnely dalam Knut D Asplund. 2008. Hukum
Hak Asasi Manusia. 2008. Jogjakarta: Pusham UII
19Ibid. dan University of Oslo
67 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
ekstraktif.Kasus yang penting dicatat c. Globalisasi dan HAM. Wacana
adalah eksekusi terhadap kelompok tentang globalisasi ekonomi sangat dekat
lingkungan di Nigeria pada 1995 yang dengan pemikiran ekonomi neoliberal
melibatkan Royal Dutch Shell. Kasus ini yang mengandaikan pentingnya
menyingkap sisi gelap operasi perusahaan kemurnian pasar dan penolaknnya
transnasional yang terlibat dalam terhadap watak negara yang
berbagai bentuk pelanggaran HAM. Pada intervensionis. Pandangan semacam ini
Maret 2011, Perwakilan Khusus PBB dianggap melemahkan rejim HAM
untuk Bisnis dan HAM, John Ruggie, internasional yang mensyaratkan peran
mempublikasikan Kerangka Kerja aktif negara dalam pemenuhan hak-hak
Perlindungan, Penghormatan, dan ekonomi, sosial, dan budaya ekosob. 23
Pemulihan HAM oleh Perusahaan ke
Dewan HAM PBB yang diterima secara Selama ini ada semacam
bulat. Kerangka kerja tersebut berbasis ketegangan antara HAM dan ekonomi.
pada 3 pilar, yaitu: tanggung jawab Ketika pendekatan ekonomi neoliberal
negara untuk melindungi HAM, lebih meyakini pasar sebagai aktor utama
tanggung jawab perusahaan untuk dalam perekonomian, rejim HAM justru
menghormati HAM, dan akses yang luas meletakkan rakyat yang merupakan
bagi warga korban pelanggaran HAM pemangku HAM sebagai pusat dari segala
untuk memperoleh skema pemulihan tujuan pembangunan ekonomi. Nilai-nilai
efektif.21 HAM dipandang kontributif bagi
pembangunan ekonomi karena
b. Pembangunan dan HAM. penekannya pada kesetaraan,
Pembangunan yang hanya mengejar nondiskriminasi, pemberdayaan, dan
pertumbuhan ekonomi tidak selalu sejalan perlindungan sosial terhadap kelompok-
dengan penghormatan HAM. Pengalaman kelompok rentan. Perlakuan yang buruk
Singapura, misalnya, menunjukkan terhadap aspirasi kelompok dalam
bahwa capaian pembangunan ekonomi masyarakat dapat berakibat konflik dan
bisa saja mengorbankan hak-hak dasar perampasan hak-hak orang lain yang
dan kebebasan politik. Pendekatan merugikan pencapaian pembangunan itu
pembangunan berbasis hak (rights-based sendiri.24
approach to development) menyeruak
sebagai pendekatan alternatif yang D. METODE PENELITIAN
berbasis pada prinsip-prinsip HAM, Tulisan ini merupakan abstraksi
menghormati isi normatif HAM, dan dari kajian literatur atas dokumen-
sejalan dengan sifat dan level kewajiban dokumen penting mengenai MEA.
HAM yang dipikul oleh negara.Prinsip- Dokumen-dokumen dalam berbagai
prinsip HAM yang mendasari pendekatan bentuk diperoleh secara tidak langsung
pembangunan berbasis HAM, antara lain dari sumbernya. Data yang bersifat
akuntabilitas, transparansi, partisipasi,
independensi lembaga peradilan,
nondiskriminasi, pemberdayaan, dan 23MichaelFreeman. 2002. Human Righs. Cambridge:
perhatian pada kelompok rentan. 22 Polity Press
24Nordic Trust Fund/World Bank, Human Rights

and Economics: Tensions and Positive


Relationships,
21Asep Mulyana. 2013. ―Mengintegrasikan HAM ke http://siteresources.worldbank.org/PROJECTS/R
dalam Kebijakan dan Praktik Perusahaan‖. esources/40940-
Jurnal HAM, Volume VIII, 2012. 1331068268558/Report_Development_Fragility_Hu
22Asep Mulyana. 2013. ―Pertautan HAM dan man_Rights.pdf, diakses pada 3 Februari 2016, jam
Pembangunan‖. Jurnal HAM, Volume IX, 2013. 14.25
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 68
sekunder ini terdiri dari berbagai bentuk, Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
mulai dari buku, jurnal, laporan (SKNNI) dan Kerangka Kualifikasi
penelitian, pemberitaan media, situs Nasional Indonesia (KKNI) di semua
internet, laporan lembaga, dan laporan sektor. Hingga Agustus 2015, pemerintah
pemerintah. telah menetapkan total 482 Standar
Tulisan ini bertendensi untuk Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
mendapatkan gambaran yang lengkap (SKKNI) untuk semua sektor.25
tentang kebijakan pemerintah dalam Selain itu, pemerintah juga
menghadapi MEA ditinjau dari perpektif memberikan perhatian pada tiga sektor
HAM. Beberapa isu pokok HAM di Asia prioritas, yaitu industri berorientasi
Tenggara, yaitu buruh migran, ekspor, industri substitusi impor, dan
masyarakat adat, pekerja, pengungsi dan hilirisasi sumber daya mineral. Pada tiga
pencari suaka, serta bisnis dan HAM, sektor ini, Badan Koordinasi Penanaman
dibahas pada bagian ini untuk Modal (BKPM) mencatatkenaikan
menunjukkan bahwa ASEAN memiliki investasi selama kuartal III 2015. Realisasi
pekerjaan besar terkait dengan HAM dan investasi untuk sektor industri
hal itu absen dalam berbagai pembicaraan berorientasi ekspor mencapai Rp 25,7
tentang MEA. triliun atau naik 10,4 persen dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya.
E. HASIL PENELITIAN Adapun industri substitusi
Bagian ini akan menguraikan impor mencapai Rp 34,5 triliun atau naik
hasil penelitian yang ditulis dalam tiga 15,9 persen dibandingkan tahun
bagian, yaitu kebijakan Pemerintah sebelumnya. Sementara investasi di sektor
Indonesia dalam menghadapi MEA, isu- hilir sumber daya mineral naik sebesar
isu HAM di ASEAN, serta kerangka dan 66,8 persen atau menjadi Rp 33,2 triliun.26
mekanisme HAM di ASEAN. Melalui Kementerian
Perindustrian, Pemerintah
Indonesiamemprioritaskan sembilan
1.Kebijakan Pemerintah dalam sektor industri untuk dikembangkan.
menghadapi MEA Pengembangan ini dilakukanuntuk
Pada bagian ini, tulisan ini mengisi pasar ASEAN. Sektor-sektor
menguraikan langkah-langkah kebijakan tersebut adalah industri berbasis agro
Pemerintah Indonesia dalam menghadapi (CPO, kakao, karet), industri produk
MEA, termasuk titik berat dan hal-hal olahan ikan, industri TPT, industri alas
yang absen dari kebijakan tersebut. kaki, kulit dan barang kulit, industri
furnitur, industri makanan dan minuman,
a. Ekonomi sebagai Fokus industri pupuk dan petrokimia, industri
Dalam rangka menghadapi mesin dan peralatannya, serta industri
MEA, Pemerintah Indonesia menetapkan logam dasar, besi dan baja. Selain pasar
12 sektor prioritas untuk menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ke- 25 Republika, Pemerintah Tetapkan 12 Sektor
12 sektor prioritas itu adalah pariwisata, Prioritas Hadapi MEA,
kesehatan, logistik, penerbangan, http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/ma
komunikasi, dan informatika, pertanian, kro/15/10/12/nw3398361-pemerintah-tetapkan-
12-sektor-prioritas-hadapi-mea, diakses pada 28
kayu, karet, otomotif, tekstil atau garmen,
Februari 2016, jam 10.45
elektronik dan perikanan. 26 Sinar Harapan, Tiga Sektor Industri Diklaim Siap

Dalam rangka menyiapkan Hadapi MEA,


tenaga kerja, Kementerian Tenaga Kerja http://www.sinarharapan.co/news/read/1511010
19/-tiga-sektor-industri-diklaim-siap-hadapi-mea,
melakukan percepatan penerapan Standar
diakses pada 1 Maret 2016, jam 16.30
69 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
ASEAN, dalam rangka mengamankan sedemikian rupa, sehingga dapat
pasar domestik, pemerintah juga melejitkan pertumbuhan ekonomi,
menetapkan tujuh industri, yaitu: industri menghapus pengangguran, dan
otomotif, industri elektronika, industri memberantas kemiskinan. Paradigma
semen, industri pakaian jadi, industri alas lama tersebut telah mengalami kritik,
kaki, industri makanan dan minuman dan karena alih-alih menghasilkan
juga industri furniture. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang merata, MEA
pemerintah juga telah menyusun Standar diproyeksikan bakal melahirkan dampak
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia negatif terhadap situasi pemenuhan Hak-
(SKKNI) pada masing-masing sektor hak Asasi Manusia (HAM), khususnya
industri.27 marjinalisasi terhadap kelompok marjinal
Dari uraian di atas tampak dan rentan.
bahwa agenda kebijakan pemerintah lebih Sebagai contoh petani di
mengacu pada penguatan sektor-sektor Indonesia. Tata niaga beras selama ini
andalan, termasuk efisiensi rantai pasokan tidak menguntungkan petani. Data Badan
seperti bahan baku dan tenaga kerja. Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada
Selain itu, kebijakan pemerintah juga Januari 2016, ketika MEA telah
memfasilitasi investasi langsung di diberlakukan, impor beras dari Thailand
bidang infrastruktur, perdagangan, dan mencapai 62,64 persen dan impor dari
industrialisasi.28 Vietnam sebesar 35,08 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa dua negara ASEAN,
b. Absennya Skema Perlindungan yaitu Thailand dan Vietnam, menguasai
HAM 97,72 persen impor beras Indonesia. 29
Sebagaimana diuraikan di atas, Dari angka-angka ini tampak
fokus kebijakan pemerintah terletak pada bahwa ketika hambatan tarif dihapuskan,
sektor ekonomi an sich. Target dari maka arus impor beras dari negara-negara
kebijakan-kebijakan tersebut tak lain dari ASEAN penghasil beras makin tak
pengamanan pasar domestik dan terkendali. Bukan tidak mungkin pada
penguasaan pasar ASEAN, meskipun hal masa depan, Indonesia hanya akan
itu pun tidak memadai. Sejauh ini tidak menjadi pasar negara tetangga. Situasi ini
tampak adanya kebijakan yang secara dikhawatirkan dapat bermuara pada
khusus ditujukan untuk membangun memburuknya kondisi sektor pertanian—
pengaman sosial dalam rangka dan petani padi domestik sebagai ujung
perlindungan individu atau masyarakat tombak di sektor ini—yang patut diduga
yang rentan terhadap resiko-resiko pasar. akan mengalami peminggiran, baik secara
Lebih jauh, seluruh desain ekonomi maupun sosial. Pada akhirnya,
bangunan MEA bertumpu pada level pemenuhan HAM, khususnya hak-
paradigma lama ekonomi neoliberal yang hak ekonomi, sosial, dan budaya para
meyakini bahwa pasar bebas akan petani padi akan mengalami penurunan
menghasilkan efisiensi dan keseimbangan yang signifikan.
Selain soal impor, akses para
petani terhadap lahan juga makin buruk.
27 Bisnis Indonesia, Ini 9 Industri Prioritas Sebagian besar lahan di Indonesia
Pemerintah,
http://industri.bisnis.com/read/20131116/257/18
dikuasai oleh negara atau perkebunan-
6772/ini-9-industri-prioritas-pemerintah, diakses perkebunan besar. Bahkan petani di desa
pada 2 Maret 2016, jam 13.35 lebih banyak menjadi petani penggarap
28 RachmiHertanti. ―Kritik Atas Konsep Pasar

BebasMEA: Dimana Rakyat Dalam MEA? ―dalam


Mugiyanto, dkk. 2015. Catatan INFID atas Kinerja 29Badan Pusat Statistik. Statistik Perdagangan Luar
ASEAN. Jakarta: INFID Negeri (Impor) Berbagai edisi, (diolah kembali)
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 70
tanpa kepemilikan lahan atau menjadi Perwakilan Pemerintah RI pada 25-27
petani kecil alias petani gurem. Demikian Februari 2014. Dialog yang membahas
pula akses terhadap modal, teknologi, tentang rencana pembentukan Komunitas
harga, pasar, dan infrastruktur yang ASEAN 2015 ini merekomendasikan
kurang difasilitasi oleh negara, sehingga beberapa hal kepada Pemerintah RI,
sektor pertanian tidak mengalami antara lain:
pencapaian signifikan. Petani merupakan 1. Memperkuat mekanisme HAM
aktor lemah dan, dengan demikian, rentan ASEAN dengan menunjukkan
terhadap resiko-resiko pasar. kepemimpinan dalam mereview kerangka
Contoh kasus petani di atas acuan (ToR) Komisi HAM Antar-
menunjukkan bagaimana kebijakan pemerintah ASEAN (AICHR). Review
pemerintah dalam melindungi petani dari ditujukan untuk memperkuat mandat
dampak MEA belum dibangun secara perlindungan HAM yang dimiliki oleh
komprehensif dan menyentuh seluruh AICHR, termasuk perlunya mandat
sektor dan isu. Persoalan petani, impor AICHR untuk menerima pengaduan
beras, dan MEA seolah-olah merupakan pelanggaran HAM dan kewenangan
isu-isu yang terpisah, sehingga dampak dalam membentuk tim pencari fakta
MEA terhadap kelompok rentan dan pelanggaran HAM di ASEAN;
skema perlindungan HAM terhadap 2. Mendorong terbentuknya
kelompok-kelompok rentan, seperti mekanisme penyelesaian sengketa,
petani, belum menjadi perhatian utama khususnya menyediakan akses pemulihan
dari kebijakan pemerintah dalam dan bantuan hukum bagi para korban dan
menghadapi era MEA. kelompok-kelompok marjinal dan rentan
Kondisi ini telah melahirkan dalam proses pelaksanaan MEA.
keprihatinan yang luas di kalangan Selain itu, Koalisi juga
masyarakat sipil di Indonesia. Koalisi menyerukan kepada Pemerintah
Masyarakat Sipil untuk Komunitas Indonesia untuk memastikan prinsip-
ASEAN30 mengadakan konsolidasi prinsip HAM terintegrasi ke dalam setiap
sekaligus dialog strategis dengan kerja sama ekonomi yang memiliki
implikasi terhadap HAM, termasuk
30Koalisi
peluang terjadinya marjinalisasi dan
Masyarakat Sipil untuk Komunitas
ASEAN, Rekomendasi Koalisi Masyarakat Sipil
ketimpangan yang menimpa kelompok-
untuk Komunitas ASEAN 2015, kelompok rentan. Lebih jauh, Koalisi
http://www.iesr.or.id/wp- merekomendasikan Pemerintah Indonesia
content/uploads/Rekomendasi-Koalisi- untuk mendefinisikan ASEAN tak
Masyarakat-Sipil-untuk-Komunitas-ASEAN-
2015.pdf, diakses pada 15 Februari 2016, jam 17.25.
semata-mata sebagai komunitas ekonomi,
Koalisi ini terdiri dari Human Rights Working namun juga sebagai komunitas yang
Group (HRWG),Institute for Essential Service menghargai dan menjunjung tinggi
Reform (IESR), International NGO Forum on prinsip HAM, prinsip nondiskriminasi,
Indonesia Development (INFID), Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Solidaritas
dan memfasilitasi perlindungan HAM,
Perempuan, Indonesia for Human, Arus Pelangi, utamanya bagi kelompok-kelompok
SAPA Indonesia, PergerakanIndonesia, LBH marjinal dan rentan, seperti rakyat miskin,
Jogjakarta, SKPKC Fransiskan Papua, KKSP kelompok difabel (PWD), kaum minoritas
Medan, LBH Makassar,GAYa NUSANTARA,
Indonesia Against Trafficking, Perempuan
agama, masyarakat adat, perempuan dan
Mahardhika, Aliansi Remaja Indonesia, Yayasan anak.31
Intermedika, Indonesian Corruption Watch
(ICW)danbeberapa lembaga dan individu yang
aktif mengadvokasi isu-isu masyarakatsipil di
Indonesia.
31Ibid.

71 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016


2. Isu-isu HAM di ASEAN lingkungan di Laos, Sombath
Hampir semua negara ASEAN Somphone, dinyatakan hilang
belum selesai dengan persoalan HAM. sejak 15 Desember2012. Sebuah
Kasus-kasus pelanggaran HAM yang rekaman kamera keamanan
terjadi di setiap negara ASEAN tidak menunjukkan aktivis ini diciduk
mudah untuk diselesaikan karena, untuk dari kantor polisi di
sebagian, berjalin-berkelindan dengan KotaVientiane.
persoalan politik yang cukup rumit (Lihat e. Malaysia. Rakyat Malaysia
Tabel 1). melancarkan aksi BERSIH pada 9
Selain itu, ada beberapa kasus Juli 2011. Aksi ini menuntut
pelanggaran HAM yang cukup menyita pemerintah untuk memakai tinta
energi politik, misalnya tergambar dalam permanen dalam pemilu,
kasus-kasus berikut:32 membuka akses media kepada
a. Brunei Darussalam. Pada 1 Mei kandidat oposisi, serta
2014 negeri ini menerapkan menghentikan praktek korupsi
hukum Syariah yang diklaim dan politik kotor. Pihak otorita
Sultan Brunei sebagai Malaysia menangkap kurang
kewajibannya menjalankan lebih 1.600 orang peserta aksi.
perintah Tuhan. Hukum Syariah
berlaku pula untuk warga non-
Muslim;
b. Kamboja. Aparat kepolisian
Kamboja menangkap dan
menghukum sebanyak 13 orang
aktivis yang melancarkan aksi
protes untuk memperjuangkan
hak ganti rugi akibat
penggusuran di kawasan Danau
Boeung Kak,Phnom Penh,
Kamboja, pada 22 Mei 2012;
c. Indonesia. Pada 22Januari 2008,
Musyawarah Pimpinan
Kecamatan (Muspika) beserta 80
tokoh masyarakat Kelurahan
Curug Mekar, Kota Bogor,
melayangkan surat kepada
walikota Bogoruntuk mencabut
Ijin Mendirikan bangunan (IMB)
Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Yasmin. Menanggapi permintaan
warga, Walikota Bogor melalui
Dinas Tata Kota dan Pertamanan
Kota Bogor, membekukan IMB
GKI Yasmin.
d. Laos. Aktivis pembangunan dan

32 Wahyudi Djafar dkk. 2014. Memperkuat


Perlindungan Hak Asasi Manusia di ASEAN. Jakarta:
Infid & ICCO
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 72
Tabel 1
Negara ASEAN dan Isu HAM

No Perspektif Isu Utama Negara

1 Budaya Kebebasan Berekspresi Singapura dan Malaysia

2 Sosial Politik Diskriminasi etnis & Filipina, Thailand,


agama Myanmar, Indonesia

3 Keamanan Labelling Separatisme Filipina, Thailand,


Indonesia

4 Ekonomi Kemiskinan Myanmar, Filipina,


Thailand, Indonesia,
Kamboja

5 Politik Korupsi/Kekerasan Myanmar, Filipina,


Struktural Thailand, Indonesia

Sumber: ASEAN Secretariat (2008) dalam Inayati, Ratna Shofi. 2010. Piagam ASEAN, Perkembangan Isu
Demokrasi dan Hak Azasi Manusia (HAM): Studi Kasus Indonesia, Filipina, dan Thailand. Jakarta: LIPI

f. Myanmar. Kerusuhan etnis terjadi Filipina menuduh bahwa pelaku


di negara bagian Rakhine, pembantaian tersebut adalah
Myanmar, pada Juni 2012. kelompok Ampatuan yang
Kerusuhan bermula dari tuduhan merupakan lawan politik
perkosaan yang dilakukan oleh kelompok yang sedang berkonvoi
beberapa lelaki Muslim terhadap tersebut. Peristiwaini tercatat
seorang wanita beragama Buddha. sebagai pembunuhan wartawan
Ketegangan antara kelompok yang terburuk sepanjang sejarah.
Buddha Rakhine dan kelompok h. Singapura. Sopir bus yang
minoritasIslam Rohingya tak mayoritas merupakan pekerja
terelakkan. Sekitar 100 orang dari migran dari Cina melakukan
etnis Rohingya terbunuh, ratusan mogok kerja pada 26 November
rumah dibakar, serta sedikitnya 75 2012. Pemerintah Singapura
ribu penduduk, sebagian besar mendeportasi sebanyak 29 orang
dari etnis Rohingya, mengungsi pemogok itu.
akibat peristiwa tersebut. i. Thailand. Pemerintah Thailand
g. Filipina. Sebanyak 58 orang—32 di menghukum seorang aktivis
antaranya adalah wartawan— politik Thailand, Somyot
tewas dibantai dalam konvoi Prueksakasemsuk, dengan
kelompok politik tertentu yang tuduhan penghinaan kerajaan
menyerahkan dokumen untuk Thailand selama 11 tahun penjara.
kepentingan Pemilu pada Somyot dihukum akibat dua
November 2009. Pemerintah artikel yang ditulisnya telah

73 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016


dianggap menyinggung keluarga imigrasi.33
kerajaan. Pada 2007 terdapat 124,000
j. Vietnam. Pemerintah Vietnam buruh migran di Brunei Darussalam, yang
menangkap dan menahan aktifis mewakili sekitar 33.2 persen dari total
yang bergerak melalui media penduduk. Di luar angka ini, diperkitakan
sosial atau internet. Kritikan yang terdapat 88.000 orang buruh migan
dilancarkan aktivis melalui blog dengan keahlian rendah berasal dari
dibalas Pemerintah Vietnam Indonesia dan lebih dari 19.600 buruh
dengan tuduhan makar terhadap migran berasal dari Filipina, dan lebih dari
pemerintah. 4.140 orang berasal dari Thailand dan
Vietnam. Secara keseluruhan, terdapat
Selain kasus-kasus di atas, sekitar 25.000 orang buruh migran
kawasan ASEAN juga masih dilanda perempuan bekerja di sektor domestik. 34
persoalan HAM pada beberapa isu utama, Mayoritas buruh migran adalah
yaitu buruh migran, masyarakat adat, perempuan, miskin, dan muda. Mereka
pekerja, pengungsi dan pencari suaka, rata-rata berusia antara 20—3 tahun ketika
serta bisnis dan HAM. Bagian berikut menjadi buruh migran. Buruh migran
menguraikan persoalan HAM pada isu-isu tanpa dokumen menjadikan seluruh
ini secara lebih rinci. negara ASEAN, kecuali Singapura. Mereka
pada umumnya berasal dari Thailand dan
a. Buruh Migran Malaysia, dengan perkiraan angka 2.1 juta
Pada 2000—2006, sebanyak 27.8 buruh migran tanpa dokumen.
juta pekerjaan baru tercipta di negara- Bentuk-bentuk pelanggaran
negara ASEAN. Angka ini menumbuhkan HAM yang dialami para buruh migran ini,
angka pekerja rata-rata 11.8 persen dan antara lain: 1) kekerasan fisik, psikologis,
meningkatkan pekerja dari 235.2—263 juta seksual, dan berbasis gender, baik yang
pekerja. Dari jumlah pekerjaan baru dlakukan oleh majikan, agen tenaga kerja,
tersebut, mayoritas diiisi oleh pekerja anggota keluarga; 2) akses buruh terhadap
migran. Pada 2002—2003, misalnya, jaminan sosial; 3) akses terhadap
perempuan mengisi sebanyak 73 persen mekanisme keadilan untuk pelanggaran
buruh migran yang berasal dari Filipina HAM di negeri tujuan; 4) eksploitasi
dan Indonesia. Pada 2005, diperkirakan ekonomi, termasuk eksploitasi berbasis
sebanyak 13.juta buruh migran berasal gender dan seksualitas; 5) diskriminasi
dari kaasan ASEAN dengan sekira 40 pasar buruh karena alasan jenis kelamin
persen atau 5,3 juta orang bekerja dan gender, ; 6) buruknya akses atas
dinegara-negara anggota ASEAN lainnya. informasi yang kredibel dan terpercaya
Pada 2008 diperkirakan bahwa buruh mengenai training dan pendidikan,
migran mewakili 30 persen kekuatan termasuk informasi tentang bagaimana
buruh Singapura dan 20 persen kekuatan melakukan migrasi dengan aman, legal,
buruh Malaysia, dengan angka yang lebih dan melalui saluran yang benar.35
tinggi dari Brunei Darussalam. Selain itu, Pada 2007, ASEAN mengadopsi
perempuan yang bermigrasi melalui Deklarasi ASEAN mengenai Perlindungan
saluran tanpa dokumen di beberapa dan Promosi Hak-hak Buruh Migran.
negara ASEAN. Di Filipina, misalnya, Selain itu, ASEAN juga membangun the
presentase buruh migran perempuan yang ASEAN Committee on the Implementation
memiliki dokumen telah menurun dari 71
persen menjadi 52 persen pada 2005 and
33Ibid.
2009. Hal ini menunjukkan peningkatan 34Ibid.
buruh migran perempuan tanpa dokumen 35Ibid.

Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 74


of the Declaration(ACMW) pada 2008. mereka dan mengolah hasil hutan
ACMW ini kemudian bekerja untuk nonkayu untuk kehidupan mereka. Tidak
menyusun rancangan ASEAN Instrument hanya hutan dan pemakaman suci mereka
onthe Protection and Promotion of yang dihancurkan oleh perusahaan, tetapi
Migrant Workers, yang diupayakan juga seluruh tradisi, praktik, dan
sebagai kerangka kerja yang mengikat solidaritas komunitas telah disingkirkan.37
untuk perlindungan buruh migran melalui Di Vietnam, pada 2010, lebih dari
manajemen migrasi buruh yang efektif. 36 90 ribu orang, mayoritas etnik Thai
direlokasi untuk melempangkan jalan bagi
b.
Masyarakat Adat the SonLa hydropower. Mereka
Isu lain yang juga menjadi meninggalkan tempat tinggal mereka
persoalan HAM di negeri-negeri yang tanpa akses pada tanah pertanian.
mendiami kawasan Tenggara Asia ini Sementara itu di Kamboja, konsesi tanah
adalah masyarakat hukum adat. Mereka ekonomi untuk perkebunan seperti karet,
adalah kumpulan warga yang singkong, jagung untuk biofuel, telah
mengelompok dalam sebuah komunitas diberikan pada wilayah masyarakat adat.
dengan nilai-nilai tertentu yang diyakini Di dalam kompleks Prey Lang Forest, di
secara turun-temurun. Namun dalam mana masyarakat adat the Kui hidup,
perjalanan berikutnya, masyarakat adat ini tanah seluas 10 ribu hektar hutan
tidak memiliki tempat yang cukup dalam diserahkan untuk perkebunan karet, kayu,
kerangka kerja hukum nasional maupun dan ekstraksi mineral. Sejak 1996—2013,
internasional. Hak atas pengelolaan sebanyak 117 perusahaan diberikan
komunitas kolektif dan kepemilikan SDA, konsesi lahan ekonomis (Economic Land
yang berbasis pada hukum kebiasaan dan Concessions—ELC) di atas 50% tanah
norma tradisional yang sering terhubung subur di Kamboja yang kebanyakan
melalui nilai-nilai budaya yang dianggap dihuni oleh masyarakat adat. Situasi ini
suci seringkali dikalahkan oleh kekuatan mengakibatkan konflik yang tak
modal yang difasilitas negara untuk terhindarkan antara masyarakat lokal
mengeruk dan mengeksploitasi SDA. dengan otoritas nasional yang didukung
Hak-hak masyarakat adat sering perusahaan.38
dilanggar dalam konteks akuisisi di Masyarakat adat yang hidup di
wilayah yang menjadi hak mereka. Kasus wilayah-wilayah yang kaya akan SDA dan
Didipio di Filipina merepresentasikan hal menjadi incaran perusahaan-perusahaan
ini di mana rumah dan tempat suci milik yang bekerja pada sektor ekstraktif. Atas
masyarakat adat dihancurkan demi nama pembangunan dan modernisasi,
pembangunan proyek tembaga tersebut. masyarakat adat menghadapi dampak dari
Kasus yang juga terjadi di Filipina di mana pertambangan, perkebunan skala besar,
akses suku Timuoymenuju Gunung dan program pebangunan infrastruktur.
Canatuan yang diyakini memiliki Proyek-proyek semacam itu biasanya
kekuatan penyembuhan telah ditutup. diselenggarakan tanpa proses konsultasi
Dalam banyak kasus ekstrim, tanah-tanah dan persetujuan dari masyarakat
suci masyarakat adat, situs-situs terdampak. Akibatnya, terjadi
pemakaman leluhur dihancurkan. Dalam
kasus Bousra di Kamboja, suku Bunong 37Carl Middletondan Ashley Pritchard. 2013.
tidak dapat melanjutkan ritual tradisional Corporate Accountability in ASEAN: A Human
Rights-Based Approach. Bangkok: Asian Forum for
Human Rights and Development (FORUM-ASIA)
36UN Women. 2013. Managing Labour Migration in 38 LuchieMaranan. 2015. Indigenous Peoples and

ASEAN: Concerns for Women Migrant Worker. ASEAN Integration. Chiang Mai: Asia Indigenous
Bangkok UN Women Peoples Pact (AIPP) Foundation
75 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
pemindahan komunitas masyarakat adat internasional, namun klaim dan status
yang bersifat massif. Akibat lebih jauhnya mereka sebagai pengungsi belum mereka
adalah hilangnya sumber-sumber dapatkan dari otoritas internasional, yaitu
kehidupan bagi masyarakat adat, United Nations High Commissioner for
termasuk identitas dan budaya. 39 Refugees (UNHCR). Pada awalnya
pergerakan massal (eksodus) pengungsi
c. Pekerja dan pencari suaka dari negeri asalnya
Isu HAM yang juga tidak cukup dipicu oleh Perang Dunia I dan II.41
menjadi perhatian kebijakan pemerintah Pada masa kini, ketika eskalasi
dalam menghadapi MEA adalah isu konflik meningkat di beberapa belahan
pekerja. Isu ini terkait dengan jaminan atas dunia—utamanya di negara-negara Timur
pemenuhan hak-hak normatif pekerja, Tengah, Asia Tengah, Asia Barat, dan Asia
seperti upah yang layak serta kebebasan Selatan—jumlah pengungsi dan pencari
berorganisasi, berserikat, dan berkumpul. suaka pun melonjak. Negara tujuan utama
Dalam spirit integrasi yang kuat melalui para pengungsi dan pencari suaka tersebut
penciptaan pasar tunggal dan basis adalah Australia. Dalam konteks ASEAN,
produksi, MEA diproyeksikan akan lebih persoalan pengungsi dan pencari suaka ini
berpihak pada kerangka kerja pasar buruh terkait dengan terjadinya gelombang
fleksibel yang kurang memberikan pengungsi dan pencari suaka dari negeri-
jaminan atas hak-hak dasar para pekerja.40 negeri Asia Tengah dan Timur Tengah
Hak-hak pekerja dalam konteks yang tengah berkonflik serta pengungsi
hak asasi manusia mencakup hak untuk Rohingya.
memilih pekerjaan, kondisi kerja yang Rohingya adalah kelompok etno-
sehat, aman, dan adil, perlindungan dari religius minoritas dari ailayah Rakhine
pengangguran, perlindungan dari upah yang merupakan perbatasan Myanmar
yang adil dan setara, pengurangan dan Bangladesh. Saat ini sekitar 1,4 jua
diskriminasi, dan kebebasan berkumpul suku Rohingya di negara bagian Rakhine.
dan membentuk serikat pekerja. Dalam mayoritas suku Rohingya di Myanmar
kasus-kasus pekerja di negara-negara tidak memiliki kewarganegaan.
ASEAN, mayoritas perusahaan tidak Diskriminasi sitematik, eksklusi,
membayar pekerja dengan ipah yang pelanggaran dan penyalahgunaan atas
penuh dan pekerja diminta untuk bekerja klaim nasionalitas Rohingya in Myanmar.
melebihi jam kerja tanpa tambahan upah. Saat ini, Rohingya secara luas diakui
sebagai salah satu dari kaum minoritas
d. Pengungsi dan Pencari Suaka yang dipersekusi di dunia.
Pengungsi dan pencari suaka
adalah setiap orang yang meninggalkan e. Bisnis dan HAM
negerinya karena ―ketakutan yang Pada awal 1950-an, negara-
beralasan‖ akan ancaman pengusiran dan negara anggota ASEAN bebas dari
pengejaran (persecution). Adapun istilah penjajahan. Negara di kawasan ini
pengungsi dapat dipertukarkan dengan memiliki peran yang kuat dalam
istilah pencari suaka dengan makna yang membentuk ekonomi negara dan
berimpitan. Para pencari suaka adalah menentukan arah pembangunan. Beberapa
orang yang mencari perlindungan negara ASEAN merupakan negara
otoriter. Pada era pascapenjajahan, negara
39Ibid.
40AbuMufakir. ―MEA, Integrasi dan Ekspansi
Kapital dan Dampaknya Bagi Buruh‖ dalam 41Asep Mulyana, Membaca Fenomena Pengungsi
Mugiyanto, dkk. 2015. Catatan INFID atas Kinerja dan Pencari Suaka, Harapan Rakyat, 23 Desember
ASEAN. Jakarta: INFID 2011.
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 76
memainkan peran yang signifikan dalam Dalam beberapa kasus bisnis dan
mengelola SDA, termasuk mengatur HAM, beberapa situasi seperti
tanah, perikanan, mineral. dicerminkan dalam pola sebagai berikut: 44
Sejak akhir 1970-an, seiring a. Praktik bisnis mengakibatkan polusi
dengan percepatan proses globalisasi, Asia yang serius terhadap air sungai,
Tenggara menjadi jaringan yang danau, dan pasokan air. Polusi
terkoneksi dalam jaringan produksi global iniseringkali berdampak pada
seperti pemerintah mengadopsi kebijakan sumber-sumber air menjadi buruk.
neoliberal, meskipun tidak semua negara Dalam kasus pertambangan Buyat di
pada posisi yang sama. Negeri-negeri di Sulawesi, Indonesia,PT Newmont
belahan Dunia Selatan menghadapi Minahasa Raya meninggalkan desa
tumpukan hutang, yang diobati dengan tanpa sumber air karena level
kebijakan neoliberal yang menargetkan kontaminasi yang sangat berat;
pertumbuhan ekonomi dengan cara b. Polusi air dan kimia tanah yang
menarik investasi langsung dan promosi disebabkan oleh operasi bisnis yang
ekspor. kemudian dapat menimbulkan resiko
Di Asia Tenggara, masalah yang kesehatan yang sangat serius. Dalam
terkait dengan bisnis dan HAM yang kasus Bousra di Mondulkiri,
paling menonjol adalah akuisisi tanah Kamboja, polusi air dari Khaou Chuly
untuk pembangunan dan kegiatan Group (KCD) dan perkebunan karet
ekstraktif perusahaan, seperti industri Socfinasiamengandung pestisida
ekstraktif, perkayuan, dan perusahaan real yang menyebabkan penduduk di desa
estate, yang meningkatkan kekerasan, jatuh sakit;
pemindahan orang secara paksa.42 c. Polusi air dari hasil bisnis
Konflik hak atas tanah menurunkan kualitas air dan
merupakan dampak yang umum terjadi penduduk lokal yang tergantung
atas tindakan privatisation. Secara khusus pada makanan dan kehidupan di
kasus semacam ini terjadi di Kamboja, sana. Water Dalam beberapa kasus,
Laos dan Myanmar. Di ketiga negara seperti the Lao-Indochina Group
tersebut, masalah tanah masih menjadi Public Company, proyek perkebunan
pekerjaan besar yang melahirkan sejumlah singkong di Distrik Sangthong dan
sengketa dan kekerasan dan memberi Distrik Pakxan District, para
peluang bagi penyerobotan lahan dan penduduk setempat melaporkan
pelanggaran HAM lainnya. sejumlah ikan mati dalam jumlah
Pada level paling dasar, hak besar. Hal ini berdampak pada
ekonomi, sosial, dan budaya terhubung ke pasokan makanan mereka;
hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar, d. Dalam banyak operasi perusahaan,
termasuk tapi tidak terbatas pada air, tanah-tanah hutan dibersihkan dan
pangan, pakaian, rumah, asuransi dihancurkan. Bukan itu saja,
kesehatan, dan perlakuan sosial medis. binatang, tanaman lokal dan juga
Hak-hak mencakup keamanan individu habitat mereka ikut dimusnahkan.
jika mereka menjadi pengangguran, sakit,
janda, tua, dan situasi buruk lainnya yang 3. Kerangka dan Mekanisme HAM di
berada di luar kontrol.43 ASEAN
Berbagai isu HAM di atas telah
42ChristineKaufmann. 2013. Dalam Business and
Human Rights inASEAN: A Baseline
StudyIntroduction: Situating the Debate. Rights-Based Approach. Bangkok: Asian Forum for
43Carl Middletondan Ashley Pritchard. 2013. Human Rights and Development (FORUM-ASIA)
Corporate Accountability in ASEAN: A Human 44Ibid.

77 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016


menyadarkan para pemimpin negara-
negara ASEAN untuk meletakkan HAM di
atas meja-meja perundingan ASEAN. Isu
HAM yang sejak 1990-an telah menjadi
wacana yang bertenaga dalam diplomasi
internasional tidak dapat dihindari oleh
para pemimpin negara-negara ASEAN.
Jika pada awal dan pertengahan
pembentukannya, ASEAN lebih
menekankan pada kerja-kerja konsolidasi
politik-kemanan serta kerjasama ekonomi
dan sosial, maka pada era terkini ASEAN
mulai memperhitungkan HAM sebagai
agenda. Hal ini tampak dari diadopsinya
Deklarasi HAM ASEAN. Dengan
demikian, secara tidak langsung, ASEAN
telah mengakui wacana HAM merupakan
isu yang tak bisa dikesampingkan dalam
tata pergaulan internasional. Meskipun
begitu, harus diakui bahwa komitmen
negara-negara ASEAN terhadap HAM
masih minim. Hal ini tampak dari
partisipasi negara-negara ASEAN dalam
ratifikasi sejumlah instrumen internasional
hak asasi manusia (Lihat Tabel 2).45
Beberapa tonggak sejarah
mengenai upaya mengintegrasikan HAM
dalam komunitas ASEAN ditandai oleh
beberapa peristiwa berikut:
a. Pernyataan bersama para Menteri Luar
Negeri ASEAN di Singapura pada Juli
1993;
b. Deklarasi ASEAN Inter Parliamentary
Organization (AIPO) mengenai HAM di
Kuala Lumpur pada Agustus 1993;
c. Keikutsertaan seluruh negara anggota
ASEAN dalam Konferensi Dunia
mengenai HAM di Wina 1993;
d. Pembentukan suatu mekanisme HAM
regional

45Wahyudi Djafar dkk. 2014. Memperkuat


Perlindungan Hak Asasi Manusia di ASEAN.
Jakarta: Infid & ICCO

Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 78


Tabel 2
Partisipasi sebagai Negara Pihak dalam Instrumen HAM Internasional

Instrumen Ratifikasi Aksesi Tanda tangan

ICERD Kamboja, Filipina Indonesia, Laos, -

Thailand, Vietnam

ICESCR Laos, Filipina Kamboja, Indonesia, -

Thailand, Vietnam

ICESCR-OP - - -

ICCPR Laos, Filipina Kamboja, Indonesia, -

Thailand, Vietnam

ICCPR-OP1 Filipina - Kamboja

ICCPR-OP2 Filipina - - -

CEDAW Indonesia, Laos, Brunei, Kamboja, -

Filipina, Vietnam Malaysia, Myanmar,

Singapura, Thailand

OP-CEDAW Filipina, Thailand - Kamboja,


Indonesia

CAT Indonesia Kamboja, Filipina, Laos

Thailand

79 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016


OP-CAT Kamboja - -

CRC Indonesia, Filipina, Brunei, Kamboja, Laos,

Vietnam Malaysia, Myanmar,

Singapura, Thailand

OP-CRC-AC Kamboja, Filipina, Laos, Thailand Indonesia

Singapura, Vietnam

OP-CRC-CP Kamboja, Filipina, Brunei, Laos, Thailand Indonesia

Vietnam

ICRMW Filipina - Kamboja,


Indonesia

CRPD Laos, Malaysia, - Brunei, Kamboja,

Filipina, Thailand Indonesia,


Vietnam

OP-CRPD - - Kamboja

ICPAED - - Indonesia, Laos

Sumber: Wahyudi Djafar dkk. 2014. Memperkuat Perlindungan Hak Asasi Manusia di
ASEAN. Jakarta: Infid & ICCO

Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 80


Di samping itu, ada beberapa b. Deklarasi HAM
penanda bahwa ASEAN sebetulnya sudah Setelah lebih dari 40 tahun,
mengakui keberadaan HAM sebagai ASEAN membuat tonggak baru dengan
standar dalam operasi dan kegiatan, yaitu melembagakan HAM yang ditandai oleh
Piagam ASEAN, Deklarasi di bidang diadopsinya beberapa deklarasi yang
HAM, dan pembentukan AICHR. bernuansa HAM, yaitu:47
1. ASEAN Joint Communique pada
a. Piagam ASEAN 1993 telah mencantumkan ide tentang
Piagam ASEAN merupakan pembentukan mekanisme HAM regional.
prinsip dasar organisasi, yang di 2. Deklarasi ASEAN mengenai
dalamnya tercantum tujuan organisasi, Kemajuan Perempuan (the ASEAN
struktur danmoda-moda keanggotaannya, Declaration on the Advancement of
serta tata laksana organisasi. Dengan Women) pada 1998;
demikian, Piagam ASEAN merupakan 3. Deklarasi ASEAN mengenai
rujukan hukum tertinggi ASEAN. Piagam Penghapusan Kekerasan terhadap
ASEAN sendiri disahkandalam KTT Perempuan pada 2004;
ASEAN ke-13 pada 20 November 2007 di 4. Deklarasi ASEAN Melawan
Singapura.46 Perdagangan Orang, khususnya
Beberapa poin penting yang Perempuan dan Anak pada 2004;
muncul dalam piagam, antara lain: 5. Deklarasi ASEAN mengenai
1. Partisipasi Warga. Piagam Perlindungan Hak-hak Buruh Migran
pada 2007;
ASEAN mempromosikan ASEAN
6. Deklarasi HAM ASEAN pada
yang berorientasi pada rakyat dan 2012
mendurung seluruh sektor Selain itu, seluruh negara
masyarakat untuk berpartisipasi di ASEAN telah meratifikasi nstrumen HAM
dalam proses pembangunan dan international, yakni Konvensi tentang Hak
integrasi komunitas ASEAN; Anak dan Konvensi Penghapusan Segala
2. Buruknya mekanisme Bentuk Diskriminasi terhadap
penyelesaian sengketa. Meskipun Perempuan.
Piagam ASEAN memberikan ASEAN Perubahan positif menyangkut hubungan
personalitas legal secara kolektif, ASEAN dengan masyarakat sipil. Pada 1
ASEAN mengakui masyarakat sipil ketika
namun tidak ada disiplin atau
membentuk the Working Group for an
mekanisme penyelesaian sengketa ASEAN Human Rights Mechanism. Pada
yang mensyaratkan adanya 2000, ASEAN juga mendukung organisasi
akuntabilitas anggota. Sebagai badan majelis rakyat ASEAN.
antar-pemerintah regional, ASEAN
tidak daat menerapkan sanksi kepada c. The ASEAN Commission on the
anggotanya yang melakukan Promotion and Protection of the
pelanggaran kewajiban HAM Rights ofWomen and Children
internasional. (ACWC)
The ACWC adalah mekanisme

46 LuchieMaranan. 2015. Indigenous Peoples and 47 Sriprapha Petcharamesree. 2013. ―The ASEAN
ASEAN Integration. Chiang Mai: Asia Indigenous Human Rights Architecture:
Peoples Pact (AIPP) Foundation Its Development and Challenges‖. The Equal
Rights Review, Vol. Eleven (2013)
81 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
HAM ASEAN yang kedua melalui migran melawan eksploitasi, diskriminasi,
Program Aksi Vientiane pada 2004. dan kekerasan;
Lembaga ini merupakan badan konsultatif 2. Memperkuat perlindungan dan
antar-pemerintah ASEAN di bawah Cetak promosi hak-hak buruh migran melalui
Biru Komunitas Sosial-Budaya ASEAN peningkatan tata kelola migrasi buruh di
dan melaporkan Pertemuan Tingkat negara-negara ASEAN;
Menteri tentang Kesejahteraan Sosial dan 3. Kerjasama Regional untuk melaan
Pembangunan (ASEAN perdagangan orang;
MinisterialMeeting on Social Welfare and 4. Mengembangkan sebuah
Development—AMMSWD). instrumen ASEAN mengenai
Badan ini dibentuk untuk perlindungan dan promosi hak-hak buruh
promosi, perlindungan, penghormatan, migran.
dan pemenuhan hak-hak dasar HAM dan
kebebasan perempuan dan anak, dan e. ASEAN Intergovernmental
pelarangan tindakan diskriminasi. Komite Commission on Human Rights
ini dibentuk pada 2010. Sejak seluruh (AICHR)
anggota ASEAN menandatangani Pembentukan Komisi HAM antar-
CEDAW dan CRC, maka seluruh negara pemerintah ASEAN (ASEAN
ASEAN menyetujui untuk membentuk IntergovernmentalCommission on
ACWC sebagai komisi antar-pemerintah Human Rights—AICHR) patut dicatat
dengan dua wakil dari masing-masing sebagai tonggak baru bagi perlindungan
negara, seorang wakil mewakili dan promosi HAM di ASEAN. AICHR
perempuan dan seorang lagi mewakili merupakan badan yang dibentuk
anak-anak dan remaja. berdasarkan Pasal 14 Piagam ASEAN.
AICHR juga menjadi payung dari dua
d. The ASEAN Committee on the
badan HAM ASEAN sebelumnya,
Implementation of the ASEAN
Declarationon the Protection and
yakni the ASEAN Commissionon the
Promotion of the Rights of Promotion and Protection of the
Migrant Workers (ACMW) Rights ofWomen and Children
ACMW diadopsi ASEAN pada (ACWC) and the ASEANCommittee
KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina. on the Promotion and Protectionof the
ACMW yang dibentuk pada 30 Juni 2007 Rights of Migrant Workers (ACMW).
ini memiliki tujuan-tujuan berikut: AICHR merupakan badan konsultatif
1. Memastikan pelaksanaan yang memiliki 10 anggota yang
komitmen sebagaimana disebutkan dalam
mewakili masing-masing negara
Deklarasi secara efektif
anggota ASEAN. AICHR diluncurkan
2. Memfasilitasi pembangunan
pada sela-sela KTT ASEAN di Thailand
instrumen perlindungan dan promosi
pada 2009. AICHR dilekati 14 mandat
hak-hak buruh migran
utama, antara lain:
3. Komite ini diisi oleh satu orang
1. mengembangkan strategi
perwakilan dari masing-masing negara
promosidan perlindungan kebebasan dan
anggota ASEAN dan wakil sekretariat
HAM warga ASEAN
ASEAN.
2. mengembangkankonsep
Ada empat area kerja utama dari
Deklarasi HAM ASEAN dan kerja sama
ACMW, yakni:
regional di bidang HAM;
1. Mengambil langkah-langkah
3. mendorong penerapan instrument
perlindungan dan promosi hak-hak buruh
ASEAN yang terkait dengan HAM;

Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 82


4. mendorong negara-negara baik dari sisi legalitas dan mandat, juga
anggota untuk meratifikasi instrumen kinerjanya—yang hampir mencapai lima
internasional di bidang HAM; tahun. Lepas dari mandatnya yang
5. berdialog dengan badan- terbatas, AICHR juga dinilai masih
badanASEAN, masyarakat sipil, dan para bekerja dengan tertutup dan selektif
pemangku kepentingan, terhadap organisasi masyarakat sipil yang
berkonsultasidengan institusi nasional, hendak berdialog. Selain itu, AICHR juga
internasional terkait pemajuan dan dinilai lemah, karena tidak adanya
perlindunganHAM, termasuk juga mekanisme penerimaan laporandan
mendapatkan informasi dari negara investigasi kasus pelanggaran HAM. Ini
anggota mengenaiperlindungan dan bisa dilihat dari respons AICHR yang tak
pemajuan HAM di negaranya masing- terdengar dalam kasus penghilangan
masing. paksa aktivis asal Laos, Sombath
AICHR berfungsi sebagaibadan Somphone. AICHR juga kurang merespon
konsultatif yang bertujuan untuk: peristiwa pembunuhan etnis Rohingya di
1. Mempromosikan serta Myanmar. ToR sebagai landasan kerja
melindungi hak asasi manusia dan AICHR juga dinilai mengandung
kebebasan fundamental masyarakat sejumlah kelemahan. Sebagai bagian dari
ASEAN. ASEAN, AICHR juga terikat untuk
2. Menjunjung hak masyarakat menghormati prinsip-prinsip ASEAN,
ASEAN untuk hidup secara damai, yakni penghormatan terhadap prinsip
bermartabat,dan sejahtera. kedaulatan dan non-intervensi. Prinsip
3. Mewujudkan tujuan organisasi ini, langsung atau tidak langsung, telah
ASEAN sebagaimana tertuang dalam menyulitkan perlindungan HAM yang
PiagamASEAN yakni menjaga stabilitas sifatnya universal.48
dan harmoni di kawasan regional, Meskipun sudah dibekali
sekaligusmenjaga persahabatan dan kerja dengan mandat hingga 14 poin, namun
sama antara anggota ASEAN; mandat-mandat tersebut dinilai belum
4. Mempromosikan HAM di tingkat memadai untuk menjamin terpenuhinya
regional dengan tetapmempertimbangkan hak-hak mendasar rakyat ASEAN.
karakteristik, perbedaan sejarah, budaya, Kelemahan AICHR sebetulnya inheren
dan agama dimasing-masing negara, serta dalam Kerangka Acuan (TOR) yang
menjaga keseimbangan hak dan mengatur AICHR.
kewajiban. Disebutkan di dalam TOR
5. Meningkatkan kerja sama mengenai AICHR bahwa tujuan
regional melalui upaya di tingkat nasional pembentukan AICHR adalah untuk
daninternasional yang saling melengkapi menjunjung tinggi standar HAM
dalam mempromosikan dan sebagaimana DUHAM, Program Aksi dan
melindungihak asasi manusia. Deklarasi Wina, dan instrumen-instrumen
6. Menjunjung prinsip-prinsip hak internasional di mana negara-negara
asasi manusia internasional yang anggota ASEAN merupakan negara
tertuangdalam Universal Declaration of pihak.
Human Rights, Vienna Declaration serta Namun pada pasal berikutnya,
programpelaksanaannya, dan instrumen dalam ToR yang sama, disebutkan bahwa
HAM lainnya, dimana negara anggota
ASEANmenjadi negara pihak
48Wahyudi Djafar dkk. 2014. Memperkuat
Perlindungan Hak Asasi Manusia di ASEAN.
Keberadaan Komisi ini juga tak Jakarta: Infid & ICCO
lepas dari kritik tajam sejumlah kalangan,
83 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
pembentukan AICHR adalah untuk inter-state complaint di mana pengadilan
―Memajukan HAM dalam konteks dapat menerima, memeriksa, dan
regional, dengan mempertimbangkan memutuskan suatu perkara yang diajukan
kekhususan nasional dan regional, saling oleh suatu atau beberapa negera anggota
menghormati perbedaan latar belakang Dewan Eropa terkait gugatannya
sejarah, budayadan agama, serta terhadap negara anggota yang lain.
memperhatikan keseimbangan antara hak Putusan ECtHR lazimnya berujung pada
dan kewajiban‖. Prinsip ini patut diduga pemberian kompensasi, restitusi,
akan melemahkan AICHR untuk rehabilitasi, atau seruan bagi suatu negara
melakukan investigasi terhadap untuk membatalkan, mengubah suatu
pelanggaran HAMyang terjadi di negara- kebijakan legalnya bila terbukti menjadi
negara anggota ASEAN.49 faktor penyebab terjadinya suatu
AICHR tidak diberikan pelanggaran HAM. Pengadilan semacam
kewenangan untuk melakukan fact finding ini dapat disetarakan dengan judicial
mission atau country visit, sebagai review suatu UU atau produk hukum
bagiandari fungsi monitoring yang nasional yang dianggap
memungkinkan badan ini dapat melihat bertentangandengan ECHR.50
langsung ke wilayah yang bersangkutan,
di mana pelanggaran HAM mungkin F. KESIMPULAN DAN SARAN
terjadi. Alhasil, kinerja AICHR bagi Bagian ini merupakan
perlindungan HAM hanya tampak pada kesimpulan yang ditarik atas berbagai
area diseminasi, koordinasi, dan uraian di atas. Selain itu, tulisan ini
konsultasi HAM. AICHR tidak memiliki menyajikan saran bagi para pemangku
mandat hingga tahap perlindungan kepentingan terkait, khususnya
hukum. Agak sulit mengharapkan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi
mandat tambahan berupa perlindungan MEA.
dan penegakan hukum bagi AICHR. Hal 1. Kesimpulan
ini tak lepas dari komitmen negara-negara Kebijakan Pemerintah Indonesia
ASEAN terhadap HAM dan cara pandang dalam menghadapi MEA terlalu fokus
yang berbeda tentang HAM dari masing- pada isu ekonomi. Padahal MEA dapat
masing negara ASEAN. berdampak negatif pada isu-isu
Berkaca pada mekanisme HAM nonekonomi. Di sisi lain, skema
regional di Eropa, Pengadilan HAM Eropa perlindungan HAM dalam kebijakan
(EctHR) memiliki mandat untuk publik yang diambil negara juga masih
menerima, memeriksa, dan membuat sangat mnim. Bahkan dapat dikatakan
suatu putusan berdasarkan pengaduan bahwa HAM bukanlah isu sentral dalam
yangdiajukan oleh mereka yang merasa perumusan kebijakan publik yang diambil
haknya dilanggar. Mandat ini tercantum pemerintah.
dalam suatu mekanisme yang disebut Persoalan HAM di ASEAN
sebagai individual complaint. Mekanisme bukanlah persoalan sederhana. Berbagai
ini hanya bisa diterima oleh ECtHR jika pelanggaran HAM telah banyak terjadi
semua prosedur hukum yangtersedia di sebelum MEA diberlakukan. Topik
level domestik (nasional) telah ditempuh tentang buruh migran, masyarakat adat,
(exhaustion of domestic remedy)oleh pekerja, pengungsi dan pencari suaka,
individu tersebut. Selain itu, Pengadilan serta bisnis dan HAM masih merupakan
HAM Eropa juga mengenal mekanisme
50 Wahyudi Djafar dkk. 2014. Memperkuat
49 Mugiyanto, dkk. 2015. Catatan INFID atas Perlindungan Hak Asasi Manusia di ASEAN. Jakarta:
Kinerja ASEAN. Jakarta: INFID Infid & ICCO
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 84
isu HAM krusial bagi negara-negara diduga akan mengalami pendalaman dan
ASEAN. perluasan seiring dengan berlakunya
ASEAN memang telah memiliki MEA. Penguatan AICHR adalah langkah
kerangka dan mekanisme HAM regional, yang harus diinisiasi Pemerintah
seperti Piagam ASEAN, Deklarasi HAM Indonesia sebagai negara demokrasi
ASEAN, dan AICHR. Namun persoalan paling besar di kawasan ini dan, karena
pelanggaran HAM di kawasan ini tidak itu, memiliki pengaruh politik yang besar.
dapat diselesaikan melalui kerangka dan Penguatan mandat dan kelembagaan
mekanisme tersebut. Hal ini tidak lepas AICHR merupakan kunci bagi
dari komitmen negara-negara ASEAN berjalannya mekanisme HAM regional
terhadap HAM yang tidak sama besar dan ketika terjadi pelanggaran HAM akibat
buruknya kapasitas dan mandat AICHR. proses-proses pematangan MEA.
Oleh karena itu, potensi
pelanggaran HAM sebagai ekses dari DAFTAR PUSTAKA
pemberlakukan MEA tidak dapat ASEAN Secretariat. 2008. ASEAN
disandarkan hanya pada kerangka dan Economic Community Blueprint.
mekanisme HAM yang ada. Penguatan Jakarta: ASEAN Secretariat
mekanisme HAM melalui pemberian ASEAN Secretariat. 2015. A Blueprint for
mandat yang lebih pada AICHR memang Growth ASEAN Economic
penting, namun mengintegrasikan HAM Community 2015: Progress and
ke dalam seluruh skema kebijakan Key Achievements. Jakarta:
nasional mengenai MEA adalah kunci ASEAN Secretariat
bagi perlindungan HAM warga negara ASEAN Community Vision 2025,
Republik Indonesia yang rentan terhadap http://www.asean.org/storage/i
resiko-resiko pasar. mages/2015/November/aec-
page/ASEAN-Community-
2. Saran Vision-2025.pdf, diakses pada 29
Dari uraian di atas, tulisan ini Februari 2016, jam 13.32
merekomendasikan kepada pemerintah Asian Farmers, Memahami Piagam
untuk melakukan beberapa hal berikut: ASEAN dan Cetak Biru
a. Langkah kebijakan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN,
MEA tidak cukup jika hanya menyasar http://asianfarmers.org/wp-
masalah-masalah ekonomi an sich. content/uploads/2008/07/indon
Persoalan dampak MEA dapat esia-bahasa.pdf, diakses pada 1
berkembang imbasnya pada faktor-faktor Maret, jam 09.10 WIB
nonekonomi, termasuk HAM. Oleh Asplund, Knut D. 2008. Hukum Hak Asasi
karena itu, tulisan ini merekomendasikan Manusia. 2008. Jogjakarta: Pusham
kepada pemerintah untuk UII dan University of Oslo
mengintegrasikan nilai-nilai HAM dalam Christie, Kenneth dan Roy, Denny. 2001.
Konstitusi ke dalam seluruh skema The Politics of Human Rights in East
kebijakan nasional mengenai MEA. Hanya Asia. London: Pluto Press
dengan cara seperti ini, dampak potensial Darwis, Valeriana. 2009. ―Keragaan
dan resiko HAM akibat bekerjanya MEA Penguasaan Lahan Sebagai Faktor
dapat diantisipasi sejak dini. Utama Penentu Pendapatan
b. Pelanggaran HAM di ASEAN Petani‖. Pusat Analisis Sosial
merupakan fakta yang tak terbantahkan. Ekonomi dan Kebijakan
Tanpa kerangka dan mekanisme HAM Pertanian.
yang memadai di tataran regional, maka http://pse.litbang.pertanian.go.id
pelanggaran HAM di kawasan ini patut /ind/pdffiles/MP_Pros_A8_2009.
85 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
pdf, diakses pada 15 April 2016. Masyarakat Sipil untuk
De Soysa, Indra dan Vadlammanati, Komunitas ASEAN 2015,
Krishna Chaitanya. 2011. "Do pro- http://www.iesr.or.id/wp-
market economic reforms drive content/uploads/Rekomendasi-
human rights violations? An Koalisi-Masyarakat-Sipil-untuk-
empirical assessment, 1981–2006". Komunitas-ASEAN-2015.pdf,
Public Choice DOI diakses pada 15 Februari 2016,
10.1007/s11127-011-9847-2 jam 17.25
Dine, Janet. 2006. Human Rights and Kvanvig, Gisle, ASEAN, Sovereignty, and
Capitalism. Massachusetts: Human Rights,
Edward Elgar Publishing, Inc http://www.jus.uio.no/smr/engl
Diokno, Maria Socorro I. 2004. Human ish/about/programmes/vietnam
Rights Centered Development. /docs/asean-sovereignty-and-
Quezon City: The University of human-rights---gisle-kvanvig.pdf,
the Philippines Press diakses pada 28 Februari 2016,
Djafar, Wahyudi dkk. 2014. Memperkuat jam 16.23.
Perlindungan Hak Asasi Manusia di Lim, Delphia. 2013. ―Synthesis Report‖
ASEAN. Jakarta: Infid & ICCO dalam Human Rights Resources
Fischer, Frank dkk (Ed). 2007. Handbook Center. 2013. Business and Human
of Public Policy Analysis: Theory, Rights in ASEAN: A Baseline Study.
Politics, and Methods. New York: Depok: Human Rights Resources
CRC Press Center
Freeman, Michael. 2002. Human Righs. Mantra, Dodi. 2011. Hegemoni dan
Cambridge: Polity Press Diskursus Neoliberalisme:
Hidayah, Anis. 2015. ―Tantangan Menelusuri Langkah Indonesia
Perlindungan Hak Buruh Migran Menuju Masyarakat Ekonomi
di ASEAN‖ dalam Mugiyanto, ASEAN 2015. Bekasi: MantraPress
dkk. 2015. Catatan INFID atas Maranan, Luchie. 2015. Indigenous Peoples
Kinerja ASEAN. Jakarta: INFID and ASEAN Integration. Chiang
Hertanti, Rachmi. ―Kritik Atas Konsep Mai: Asia Indigenous Peoples Pact
Pasar Bebas MEA: Dimana Rakyat (AIPP) Foundation
Dalam MEA? ―dalam Mugiyanto, Middleton, Carl dan Pritchard, Ashley .
dkk. 2015. Catatan INFID atas 2013. Corporate Accountability in
Kinerja ASEAN. Jakarta: INFID ASEAN: A Human Rights-Based
Human Rights Resources Center. 2013. Approach. Bangkok: Asian Forum
Business and Human Rights in for Human Rights and
ASEAN: A Baseline Study. Depok: Development (FORUM-ASIA)
Human Rights Resources Center Mugiyanto, dkk. 2015. Catatan INFID atas
Inayati, Ratna Shofi. 2007. Kinerja ASEAN. Jakarta: INFID
MenujuKomunitas ASEAN 2015: Mulyana, Asep. 2011. ―Eksplanasi Teoritik
Dari State Oriented ke People untuk Kebijakan Pro-
Oriented. Jakarta: LIPI Kesejahteraan di Indonesia‖.
Inayati, Ratna Shofi. 2010. Piagam ASEAN, Jurnal HAM Vol VII, 2011
Perkembangan Isu Demokrasi dan Mulyana, Asep. 2012. ―Mengintegrasikan
Hak Azasi Manusia (HAM): Studi HAM ke dalam Kebijakan dan
Kasus Indonesia, Filipina, dan Praktik Perusahaan‖. Jurnal
Thailand. Jakarta: LIPI HAM, Volume VIII, 2012.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Komunitas Mulyana, Asep. 2013. ―Pertautan HAM
ASEAN, Rekomendasi Koalisi dan Pembangunan‖. Jurnal HAM,
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 86
Volume IX, 2013. Rusli, Budiman. 2013. Kebijakan Publik:
Mustikawati, Inggrid Galuh. 2011. Membangun Pelayanan Publik
"Perjalanan Penegakan HAM Di yang Responsif. Bandung: Hakim
ASEAN dan Peran Indonesia Publishing
Dalam Mendukung Keberlanjutan Supadi dan Susilowati Sri Hery. 2004.
AICHR". Jurnal Demokrasi dan ―Dinamika Penguasaan Lahan
HAM Vol.9, No.1 2011 Pertanian di Indonesia‖.
Nomogaia, A Methodology for Human ICASERD Working Paper No. 41.
Rights Impact Assessment, Pusat Penelitian dan
www.nomogaia.org/hria/hria.ht Pengembangan Sosial Ekonomi
ml, diakses pada 25 Maret 2013, Pertanian.
jam 10.15 http://pse.litbang.pertanian.go.id
Nordic Trust Fund/World Bank, Human /ind/pdffiles/WP_41_2004.pdf,
Rights and Economics: Tensions diakses pada 1 April 2016.
and Positive Relationships, The Human Rights Impact Resource
http://siteresources.worldbank.or Centre, An Introduction to
g/PROJECTS/Resources/40940- Human Rights Impact
1331068268558/Report_Developm Assessment,
ent_Fragility_Human_Rights.pdf, http://humanrightsconnected.org
diakses pada 3 Februari 2016, jam /organizations/human-rights-
14.25 impact-resource-centre, diakses 25
Petcharamesree, Sriprapha. 2013. ―The Maret 2013, jam 11.25
ASEAN Human Rights The Institute of Human Rights and Peace
Architecture: Its Development and Studies. 2014. The Human Rights of
Challenges‖. The Equal Rights Stateless Rohingya in Thailand.
Review, Vol. Eleven (2013) London: The Equal Rights Trust
Petcharamesree, Sriprapha, Impact of UN Women. 2013. Managing Labour
business on human rights and Migration in ASEAN: COcerns for
environmental sustainability in Women Migrant Worker.
ASEAN countries, Bangkok UN Women
http://www.swedenabroad.com/ Uvin, Peter. 2004. Human Rights and
ImageVaultFiles/id_20828/cf_2/ Development. Bloomfoeld:
Dr_Sriprapha_- Kumarian Press
_Impacts_business_ASEAN.PDF, Wettstein, Florian. 2009. Multinational
diakses pada 2 Maret 2013, jam Corporations and Global Justice: Human
18.30 Rights of a Quasi-Governmental
Institution. California: Stanford
Plummer, Michael G dkk. 2014. Assessing
University Press
the impact of ASEAN economic Wollmann, Hellmut. 2007. ―Policy Evaluation
integration on labour markets. and Evaluation Research‖ dalam
ILO Asia-Pacific Working Paper Fischer, Frank dkk (Ed). 2007.
Series. Bangkok: ILO Regional Handbook of Public Policy Analysis:
Office for Asia and the Pacific Theory, Politics, and Methods. New
Ruggie, John. 2011. ―Guiding Principles York: CRC Press
on Business and Human Rights: Zamroni, Sunaji. 2008. Disorientasi Kebijakan
Implementing the United Nations Publik di Indonesia. Yogyakarta:
Institute for Research and
‗Protect, Respect and Remedy‘
Empowerment (IRE)
Framework‖ (United Nations:
New York). Document reference
A/HRC/17/31
87 Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016
Jurnal Wacana Kinerja ▪ Volume 19 ▪ Edisi 1 ▪ Juni 2016 88

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy