0% found this document useful (0 votes)
51 views79 pages

Jurnal Pendukung

1. This document examines the effect of industry specialization auditor, size of public accounting firm, audit tenure, family ownership, and earnings quality on cost of equity. 2. The study uses secondary data from 720 companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2011-2015. 3. The results of the multiple regression analysis show that industry specialization auditor and earnings quality have a positive effect on cost of equity, while audit tenure has a significant effect on cost of equity. Size of public accounting firm and family ownership do not have a significant effect on cost of equity.

Uploaded by

Andika Surya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
51 views79 pages

Jurnal Pendukung

1. This document examines the effect of industry specialization auditor, size of public accounting firm, audit tenure, family ownership, and earnings quality on cost of equity. 2. The study uses secondary data from 720 companies listed on the Indonesian Stock Exchange from 2011-2015. 3. The results of the multiple regression analysis show that industry specialization auditor and earnings quality have a positive effect on cost of equity, while audit tenure has a significant effect on cost of equity. Size of public accounting firm and family ownership do not have a significant effect on cost of equity.

Uploaded by

Andika Surya
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 79

Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 15, No.

2, September 2017
ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online)

PENGARUH AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI, UKURAN KAP, AUDIT


TENURE, KEPEMILIKAN KELUARGA, DAN KUALITAS
LABA TERHADAP COST OF EQUITY

Fransiska Bella Sanjaya


Universitas Katolik Soegijapranata
fransiskabella1@gmail.com
Abstract

This research examines the effect of industry specialization auditor, size of Public
Accountant Firm, audit tenure, family ownership, and the quality of profit to cost of equity.
Cost of equity as the dependent variable in this research was measured with Earning Price
Ratio (EPR). Likewise the independent variable in this research is industry specialization
auditor, size of Public Accountant Firm, audit tenure, family ownership, and the quality of
profit.This research use secondary data. The data was collected using purposive sampling at
company that is registeres at Indonesian Stock Exchange 2011-2015 periode. Total of the
sample iin this research is 720 companies. The test equipment in this research using multiple
regression test.The result of this research show that industry specialization auditor and the
quality of profit has positive effect to cost of equity. Audit tenure has significant effect to cost
of equity. Meanwhile size of Public Accountant Firm and family ownership dont have
significant effect to cost of equity.
Key words: industry specialization, audit tenure, family ownership, earnings quality, cost
of equity.

Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh auditor spesialisasi industri, ukuran KAP, audit tenure,
kepemilikan keluarga, dan kualitas laba terhadap cost of equity. Variabel dalam penelitian ini
yakni cost of equity sebagai variabel dependen diukur dengan Earning Price Ratio (EPR).
Serta variabel independen dalam penelitian ini yaitu auditor spesialisasi industri, ukuran
KAP, audit tenure, kepemilikan keluarga, dan kualitas laba.Variabelauditor spesialisasi
industri dan ukuran KAP menggunakan variabel dummy. Sedangkan variabel audit tenure
mengunakan tahun lamanya perikatan. Dan kepemilikan keluarga diukur dengan
menggunakan persentase kepemilikan keluarga. Penelitian ini menggunakan data sekunder.
Pengambilan sample menggunakan purposive sampling. Sample yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 720 perusahaan. Alat uji penelitian ini menggunakan uji regresi
berganda.Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari annual report
tahun 2011-2015. Data pendukung didapatkan dari fact book dan ICMD (Indonesia Capital
Market Directory). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa auditor spesialisasi industri
berpengaruh negatif terhadap cost of equity,Sedangkan variabel ukuran KAPtidak memiliki
berpengaruh terhadap cost of equity.Variabel audit tenure berpengaruh terhadap cost of
equity.Sedangkan variabel kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap cost of
equity.Dan kualitas laba berpengaruh negatif terhadap cost of equity.

Kata kunci: pesialisasi industri, audit tenure, kepemilikan keluarga, kualitas laba,
biaya utang.

1
1. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan gambaran kinerja dan pengungkapan informasi
perusahaan. Meningkatnya pengungkapan dalam laporan keuangan bermanfaat bagi
perusahaan karena dapat menurunkan cost of equity (biaya modal ekuitas). Hal ini
membuat perusahaan berupaya untuk menurunkan cost of equity. Cost of equity (biaya
modal ekuitas) adalah tingkat pengembalian (return) yang diharapkan para investor atas
investasi dengan tingkat risiko tertentu (Hajiha dan Sobhani, 2012). Menurunnya cost of
equity ini karena kualitas laporan keuangan tinggi (Desiliani, 2014).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cost of equity perusahaan
diantaranya auditor spesialisasi industri, ukuran KAP, audittenure, kepemilikan keluarga,
dan kualitas laba. Hajiha dan Sobhani (2012), Herusetya (2012), Kirana (2013) serta
Suparno (2013), menguji pengaruh auditor spesialisasi industri terhadap cost of equity
menemukan bahwa auditor spesialisasi industri berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap cost of equity. Pengauditan yang dilakukan oleh auditor yang memiliki
spesialisasi industri dapat meningkatkan kualitas audit sehingga angka yang tersaji dalam
laporan keuangan bebas dari salah saji yang material dan dapat diandalkan.
Selain auditor spesialisasi industri, ukuran KAP juga merupakan faktor yang
mempengaruhi cost of equity perusahaan. Paramita (2012) menemukan KAP Big 4 tidak
memiliki kualitas audit yang berbeda dengan KAP second tier dalam perspektif investor
yang diukur dengan cost of equity. Penelitian Khurana & Raman (2004) menunjukkan
bahwa klien dari auditor Big 4 memiliki cost of equity yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan klien non-Big 4 auditor di perusahaan-perusahaan AS.
Audit tenure juga merupakan faktor yang diyakini dapat mempengaruhi cost of equity
perusahaan. Kirana (2013) menguji pengaruh audit tenure terhadap cost of equity
nemukan bahwa audit tenure berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of
equity. Menurut Kirana (2013) bahwa Ada 2 teori tentang audit tenure. Teori yang
pertama menyatakan bahwa audit tenure yang lebih panjang akan mengurangi kualitas
audit karena dapat menyebabkan kompromi independensi auditor, tetapi teori yang kedua
menyatakan bahwa audit tenure yang lebih panjang memungkinkan auditor untuk
memperoleh pengetahuan khusus dan keahlian tentang operasi perusahaan, sistem
akuntansi dan pengendalian internal agar dapat mendeteksi salah saji material dan dengan
demikian mampu memberikan kualitas audit yang tinggi. Jika kualitas audit tinggi maka
menekan cost of equity perusahaan.
Selain audit tenure, kepemilikan keluarga juga diyakini merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi cost of equity perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga
sebagai pemegang saham mayoritas memiliki cost of equity yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan karena kontrol yang dimiliki oleh
pemegang saham mayoritas dan peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi lebih
besar sehingga investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk
mengkompensasi risiko tersebut (Rebecca dan Siregar, 2013). Ketika perusahaan dimiliki
secara mayoritas oleh keluarga tertentu, risiko informasi menjadi lebih besar dan
menyebabkan cost of equity menjadi lebih tinggi (Rebecca dan Siregar, 2013).
Kualitas laba (earning quality) juga merupakan faktor yang diyakini dapat
mempengaruhi cost of equity perusahaan. Kualitas laba tidak lepas dari praktik
manajemen laba karena adanya konflik keagenan. Laba yang berkualitas berkaitan
dengan ketepatan informasi mengenai arus kas perusahaan dan mengurangi resiko dimasa
depan. Ketepatan informasi inilah akan mengarah ke cost of equity yang rendah.
Penelitian Ben-Nasr dan Al-Dakhaeel (2015) menyatakan bahwa kualitas laba yang tinggi
dikaitkan dengan cost of equity rendah karena asimetri informasi yang rendah sejalan
dengan resiko perusahaan menjadi rendah. Menurut Susanto dan Siregar (2011) bahwa
kualitas laba yang diukur dengan kualitas akrual dan earning variability dapat
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of equity perusahaan.

2. TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Teori Agensi
Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan hubungan
mengenai dua pihak dalam mengelola suatu perusahaan, yaitu principal dan agent. Teori
keagenan (agency theory) didalamnya terdapat hubungan manajer (agent) dengan pemilik
(principal) sebagai hubungan dua individu untuk lebih memahami informasi ekonomi
dan bisnis suatu perusahaan. Pemilik (principal) disebut sebagai evaluator informasi,
sedangkan manajer (agent) disebut sebagai pengambil keputusan (Kirana,2013). Manajer
sebagai agent memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi perusahaan sebagai
sinyal untuk principal. Menurut Rebecca dan Siregar (2013) bahwa pemisahan antara
fungsi kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menimbulkan adanya kemungkinan
terjadinya agency problem yang dapat menyebabkan agency conflict, yaitu konflik yang
timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agent) untuk melakukan tindakan yang
sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan kepentingan pemegang saham
(principal). Menurut Butar Butar (2014) masalah keagenan muncul ketika manajer
mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan pemegang saham.
Agency costs disebabkan karena pemegang saham tidak secara langsung mengawasi
kegiatan operasional perusahaan yang berpotensi timbulnya konflik kepentingan, dan
pemegang saham maupun investor tidak mengetahui nilai ekonomis perusahaan yang
sebenarnya. Maka diperlukannya pengendalian, pemantauan, dan transparansi informasi
keuangan perusahaan. Investor yang rasional akan melindungi dirinya dengan
meningkatkan cost of equity perusahaan (Ashbaugh et al., 2004 dalam Rebecca dan
Siregar, 2013). Menurut Kirana (2013) bahwa dalam mengatasi konflik kepentingan yang
terjadi antara agent dan principal dibutuhkan pihak ketiga yaitu auditor eksternal yang
bertanggung jawab dalam mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan kualitas
informasi laporan keuangan. Kualitas audit akan mempengaruhi kualitas informasi
sehingga dapat mempengaruhi return yang diharapkan oleh investor.

Teori Pensinyalan (Signaling Theory)


Berdasarkan teori ini, pengumuman laporan keuangan atau laporan audit merupakan
informasi yang penting dan dapat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan
(Brigham dan Houston, 2006 dalam Setyorini et al., 2015).Pengungkapan ini dibagi
menjadi dua yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela. Pengungkapan
wajib merupakan pengungkapan yang informasinya telah diatur dan merupakan
pengungkapan minimal yang harus diungkapkan. Sedangkan pengungkapan sukarela
merupakan pengungkapan informasi perusahaan yang membebaskan manajemen dalam
memberikan informasi tambahan sebgai dasar dalam pengambilan keputusan. Semakin
banyak dan rinci pengungkapan sukarena mengenai operasi perusahaan maka investor
dan pihak eksternal lainnya akan menilai perusahaan itu menyajikan informasi secara
transparan.Return yang lebih rendah akan menghasilkan cost of equity yang lebih rendah
karena investor menilai perusahaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya bagi
perusahaan.

Teori Stewardship
Teori Stewardship dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni
bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh
tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Dari teori ini
dapat didasari bahwa para pimpinan eksekutif dan manajemen sebagai steward dalam
perusahaan akan mengutamakan kepentingan prinsipal dan tidak akan meninggalkan
organisasinya sebab steward berusaha mencapai kepentingan organisasinya. Hal ini
membuat steward lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
Perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan keluarga yang cukup besar memiliki
kinerja perusahaan yang lebih baik hal ini disebabkan karena anggota keluarga yang
berperan sebagai pimpinan ekstekutif dan manajemen memiliki komitmen yang lebih
tinggi kepada perusahaannya dan akan mempertahankan perusahaan agar dapat
diwariskan kepada generasi berikutnya. Rebecca dan Siregar (2013) menyatakan bahwa
kendali oleh keluarga dapat meningkatkan cost of equity. Hal ini karena keluarga sebagai
pemegang saham memiliki suatu kepentingan pribadi dan termotivasi mendapatkan
keuntungan bagi dirinya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang disajikan
oleh perusahaan tidak mengambarkan kondisi yang sebenarnya.

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan presepsi investor dalam keberhasilan mengelolaan
perusahaan yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya
terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa
mendatang (Hermuningsih Sri, 2013). Nilai perusahaan di pasar modal merupakan hal
penting bagi perusahaan itu sendiri. Ketika investor menilai perusahaan itu baik maka
investor tidak akan berpikir dua kali dalam berinvestasi di perusahaan tersebut.
Penilaian atau persepsi dari investor sangatlah penting bagi perusahaan karena dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan terlebih dalam melakukan aktivitas pendanaan (Dwi,
et al. 2014).Investor menilai perusahaan itu baik apabila investor percaya akan laba yang
disajikan dalam laporan keuangan berasal dari aktivitas riil perusahaaan bukan dari hasil
manajemen laba. Perusahaan dinilai baik apabila resiko perusahaan rendah sehingga cost
of equity juga akan rendah.

Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan atau proporsi antara pendanaan jangka panjang
terhadap pendanaan modal sendiri. Struktur modal adalah proporsi pendanaan permanen
jangka panjang dengan menggunakan hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa.
Struktur modal merupakan trade–off antara risiko yang ditanggung dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. Kebijakan struktur modal oleh
manajer perusahaan akan berdampak pada nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer
harus mempertimbangkan antara resiko yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar
modal. Masalah yang akan timbul dalam kebijakan struktur modal adalah apakah tingkat
pengembalian yang diharapkan pemegang saham cukup untuk mengkompensasi
kenaikan risiko yang harus dihadapi pemegang saham, dan seberapa besar proporsi utang
dan ekuitas yang optimal (Indrajaya, et al. 2011).
Cost of Equity
Cost of equity bagi investor merupakan imbal hasil atau tingkat pengembalian yang
diharapkan dari resiko penanaman modalnya ke dalam perusahaan yang berupa
kepemilikan saham biasa perusahaan tersebut. Bagi perusahaan cost of equity merupakan
biaya yang tejadi karena investor tidak menilai perusahaan dengan semestinya.Penilaian
yang rendah dikarenakan investor tidak percaya akan laba yang disajikan oleh
perusahaan. Laba yang tinggi tetapi berasal dari aktivitas non riil atau dengan
manajemen laba maka cost of equity perusahaan akan tinggi. Karena investor menilai
perusahaan tersebut kurang baik dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.Cost of
equity adalah rate of return yang digunakan perusahaan untuk menarik dana dan menjaga
nilai perusahaan di pasar modal. Menurut Utami (2005) bahwa Investor menggunakan
untuk mendiskontokan deviden yang diharapkan diterima dimasa depan. Cost of equity
yaitu tingkat pendapatan minimum yang disyaratkan pemilik modal.
Perusahaan yang bertumbuh akan lebih diminati oleh investor. Hal ini dikarenakan
resiko yang ditanggung oleh investor akan berdampak terhadap laba per lembar saham.
Jika laba atau keuntungan per lembar saham meningkat maka nilai saham dipasar juga
akan meningkat. Secara langsung akan berakibat menurunnya cost of equity karena
investor memiliki penilaian bahwa investasi tersebut akan memberikan tambahan
kekayaan bagi pemegang saham atau pemilik. Semakin tingginya nilai pasar ekuitas
suatu perusahaan maka cost of equity akan semakin kecil, karena dengan penurunan
tingkat estimasi risiko terhadap perusahaan dapat mengakibatkan tingkat pengembalian
yang diminta oleh investor juga menjadi lebih menurun atau rendah.Bagi investor
perusahaan yang dinilai tinggi dengan resiko yang rendah akan menghasilkan cost of
equity yang rendah pula. Semakin besar perusahaan maka investor menilai perusahaan
tersebut memiliki risiko yang lebih kecil karena perusahaan besar dianggap lebih mudah
memperoleh dana dari luar. Resiko dapat dikurangi dengan adanya kualitas audit yang
tinggi, kualitas laba yang bisa diandalkan, dan kepemilikan keluarga yang tidak
mendominasi di dalam perusahaan.
Pengukuran cost of equity menurut Utami (2005) dipengaruhi oleh model penilaian
perusahaan. Terdapat beberapa model penilaian perusahaan antara lain:
a) Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation model). Dasar
pemikirannya adalah nilai saham sama dengan nilai tunai (presentvalue) dari semua
deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat
pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas ( Model ini dikenal dengan
sebutan Gordon model).
b) Capital Asset Pricing Model (CAPM). Biaya modal saham biasa adalah tingkat return
yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat
didiversifikasi yang diukur dengan beta.
c) Model Ohlson. Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan
dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba
abnormal.

Dalam penelitian ini cost of equity diukur dengan Eearning Price Ratio (EPR). Rasio
ini digunakan karena merupakan rasio yang paling populer digunakan dalam
mengestimasi tingkat pengembalian dalam pasar ekuitas dan merupakan pengukuran
yang secara luas diterapkan Hajiha dan Sobhani (2012) dan Desiliani (2014). EPR lebih
dapat menangkap efek harga yang ditimbulkan oleh kualitas audit dengan indikasi
seberapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba yang diaudit
(Hajiha dan Sobhani, 2012).
Pengauditan (Auditing)
Menurut Arens et al., (2008) dalam Putri dan Cahyonowati (2014) bahwa pengauditan
merupakan proses pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti mengenai informasi
yang dapat diukur dari suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang memiliki
kompetensi dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dengan kriteria-kriteria dan peraturan yang telah ditetapkan. Pengauditan
merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi adanya asimetri informasi.
Informasi keuangan perusahaan dikatakan berguna apabila memiliki empat karakteristik
yakni: dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan. Karakteristik
relevan dan dapat dihandalkan didapatkan karena adanya kualitas informasi yang
memadai. Kualitas informasi yang ada dalam laporan keuangan disebabkan adanya
kualitas audit. Sedangkan kualitas audit yang ada di dalam laporan auditan karena
adanya auditing yang berkualitas.
Herusetya Antonius (2012) audit yang dilakukan KAP berperan penting dalam
memberikan kepastian informasi sehingga informasi dapat dihandalkan. Tanpa audit
laporan keuangan pemegang saham akan ragu terhadap keandalan informasi keuangan
yang diberikan manajer dan investor akan meminta pengembalian investasi atau cost of
equity lebih tinggi atas kemungkinan resiko yang akan diterimanya dimasa yang akan
datang.

Auditor
Undang-undang No.5 tahun 2011 dalam Hidayat Taufik (2012) berisi mengenai
Akuntan Publik yang didalamnya mengatur mengenai hak, kewajiban, dan larangan bagi
akuntan publik. Pasal 25 ayat 1 UU No.5 tahun 2011 menyatakan bahwa akuntan publik
wajib menjaga kompetensi profesinya melalui pelatihan profesi secara berkelanjutan, dan
berperilkau jujur, bertanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi. Undang-
undang tersebut dibuat dengan tujuan melindungi kepentingan pemakai laporan
keuangan agar mendapatkan informasi yang kredibel dan berkualitas.Auditor merupakan
profesi akuntan publik yang telah lulus S1 dan telah memiliki sertifikat CPA.

Kualitas Audit
Kualitas audit sangat diperlukan oleh para pengguna laporan keuangan untuk
memastikan keandalan informasi yang ada didalamnya. Laporan keuangan auditan
merupakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor di KAP (Kantor Akuntan
Publik) tertentu. Informasi-informasi keuangan yang memiliki kualitas tinggi akan
mempermudah investor dalam menilai perusahaan dan membantu dalam mengambil
keputusan investasi. Kualitas audit akan lebih menekan asimetri informasi antara agent
dan principal. Menurut Butar Butar (2014) auditor eksternal diharapkan mencegah
manajer melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang merugikan pemilik modal.
Lebih jauh dikatakan, auditor yang digunakan harus memiliki independensi dan
pengetahuan akuntansi dan audit yang mendalam.
Auditor Spesialisasi Industri
GAO (Government Accountability Officer) menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi
industri ikut bertanggung jawab atas tingginya tingkat konsentrasi auditor di banyak
industri (Kirana, 2013). Menurut Fitriany, et al. (2015) bahwa auditor spesialisasi
industri dapat meningkatkan kualitas audit dan memiliki kepastian informasi yang lebih
tinggi dibandingkan auditor yang tidak memiliki spesialisasi. Maka fee yang diterima
auditor ini lebih tinggi dibandingkan auditor yang lain. Auditor spesialisasi industri akan
memberikan kualitas audit yang lebih tinggi karena dapat menemukan dan mengekpose
masalah khusus di di industri tertentu.
Menurut Kirana (20113) ada 2 pendekatan untuk mengidentifikasi auditor spesialisasi
industri, yaitu :
1. Market share dalam industri. Pendekatan ini dihitung berdasarkan presentase jumlah
klien yang diaudit dalam suatu industri. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa auditor
spesialisasi industri adalah pemasok jasa audit terbesar dalam suatu industri begitu
pula terbesar kedua dan ketiga.
2. Market share dalam KAP. Pendekatan ini sering disebut portofolioshare, yang
meggambarkan distribusi pendapatan KAP berdasarkan industri. Pendekatan yang
pengukuran auditor spesialisasi industri dengan mengukur portofolio berdasarkan
perkiraan proporsi pendapatan auditor spesialisasi industri dari suatu industri dibagi
total pendapatan audit dari semua industri.
Andreas (2012) auditor dikatakan spesialisasi industri jika auditor memiliki banyak
klien dalam industri yang sama. Auditor spesialis indutri diukur dengan cara yang
digunakan oleh Craswell et al. (1995) dalam Andreas (2012). Pertama, sampel industri
yang digunakan adalah indutri yang minimal memiliki 30 perusahaan. Kedua, auditor
dikatakan spesialis jika auditor tersebut mengaudit 20 % dari total perusahaan yang ada
dalam industri tersebut.

Ukuran KAP
Hardiningsih (2010) ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit. KAP yang besar
memiliki klien yang lebih banyak karena KAP besar akan menjaga reputasinya agar tidak
mengalami kerugian. KAP yang besar akan memberikan kualitas audit yang lebih tinggi
untuk menjaga reputasinya. Menurut Undang-undang Akuntan Publik (2011) bahwa
seorang akuntan publik harus memiliki ijin dari menteri keuangan agar dapat
memberikan jasa akuntan publik. Akuntan publik merupakan lulusan S1 akuntansi dan
memiliki sertifikat CPA (Certified Public Accountant). KAP memberikan jasa assurance
yang berkaitan dengan konsultasi, perpajakan, akuntansi, dan manajemen. KAP dibagi
dalam dua jenis yaitu : KAP big 4 dan non-big 4 sesuai dengan penghasilan global yang
diperoleh setiap tahunnya.Desiliani (2014) menemukan bahwa di Indonesia terdapat
Big4 yaitu empat kantor akuntan publik yang dianggap memiliki reputasi paling baik.
Beberapa alasan perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik Big4, antara lain :
para pemegang saham menginginkan Big4, perusahaan ingin mendapatkan kepercayaan
dari para investor atau dukungan dari pasar modal, Big4 mempunyai sumber daya
keuangan yang kuat untuk mempertahankan pekerjaanya, perusahaan publik memang
dituntut untuk menggunakan The Big4 .
Desiliani (2014) KAP Big 4 dan afiliasinya di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. PWC (Price Waterhouse Coopers). Di Indonesia, PWC berafiliasi dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
b. Deloitte (Deloitte Tohce Tomatsu Limited), merupakan salah satu anggota dari big
4. Di Indonesia Deloitte berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio.
c. Ernst & Young (EY), merupakan salah satu anggota dari big-4, dan berada di
posisi ketiga diantara big 4. Di Indonesia, Ernst & Young Berafiliasi dengan KAP
Purwantono, Suherman & Surja.
d. KPMG, merupakan salah satu anggota dari Big4, dan berada di posisi Keempat
diantara Big 4. Di Indonesia, KPMG berafiliasi dengan KAP Sidharta dan
Widjaja.

Audit Tenure
Audit tenure adalah masa perikatan (keterlibatan) antara Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai lama
hubungan kerja antara auditor dengan kliennya. Audit tenure biasanya selalu berkaitan
dengan independensi, karena independensi auditor akan menentukan kualitas audit
(Kirana, 2013). Fitriany, et al. (2015) Audit tenure jangka panjang akan membuat
kedekatan dan loyalitas antara auditor dan klien karena auditor akan merasa nyaman
dengan klien tersebut.
Semakin lama audit tenure maka kualitas audit akan semakin menurun (Hardiningsih,
2010). Setyorini, et.al (2015) untuk melindungi kualitas audit maka Pemerintah telah
mengatur tentang jangka waktu perikatan audit (audit tenure) dalam PMK Nomor:
17/PMK.01/2008. Peraturan ini menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut-
turut. Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut
setelah 1 tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien
tersebut.

Kepemilikan Keluarga
Kepemilikan keluarga merupakan kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh
sekelompok orang yang masih memiliki hubungan darah. Jika perusahaan didominasi
oleh kepemilikan keluarga maka dapat memicu munculnya agency problem antara
pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas (Villalonga dan Amit, 2005
dalam Rebecca dan Siregar, 2013). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh keluarga memiliki kelebihan yaitu sudut pandang jangka panjang terhadap operasi
bisnisnya sehingga return yang dihasilkan lebih baik bagi perusahaan (Ibrahim dan
Samad, 2010 dalam Kusumawati dan Juniarti ,2014) Investor yang menilai rendah
perusahaan keluarga maka akan meningkatkan cost of equity perusahaan. Rebecca dan
Siregar (2012) menemukan bahwa kepemilikan keluarga ini memiliki pengaruh yang
signifikan positif terhadap cost of equity perusahaan.
Kepemilikan keluarga menurut Rebecca dan Siregar (2012) adalah kepemilikan dari
individu dan kepemilikan dari perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan perusahaan
publik, negara, ataupu institusi keuangan. Aripin (2015) menyatakan bahwa perusahaan
yang dimiliki oleh keluarga jika keluarga merupakan controlling shareholder atau
memiliki saham minimal 20% dari voting rights dan merupakan pemilik saham tertinggi
dibandingkan shareholders lainnya.Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
kriteria perusahaan keluarga seperti yang digunakan oleh Rebecca dan Siregar (2012).
Untuk analisis sensitivitas, kepemilikan keluarga akan diukur dengan persentase
kepemilikan keluarga. PSAK 15 (revisi 2009) yang menyatakan jika investor memiliki,
secara langsung maupun tidak langsung 20% atau lebih hak suara investee, maka
investor dianggap mempunyai pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh
signifikan oleh kepemilikan keluarga yang mempengaruhi besarnya cost of equity
perusahaan (Rebecca dan Siregar, 2012).

Kualitas Laba
Laba yang terdapat dalam laporan keuangan seringkali dikaitkan dengan nilai saham
di pasar modal dan digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi. Informasi
laba perusahaan dipakai oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan. Schipper dan
Vincent (2003) dalam Khikmah dan Pramita (2015), terdapat tiga sifat sebagai dasar
pengukuran konstruk kualitas laba yaitu runtut waktu, karakteristik kualitatif, dan
hubungan antara pendapatan, kas dan akrual. Sifat runtut waktu laba meliputi persistensi,
prediktabilitas dan variabilitas.Menurut Dechow et al (2002) dalam Khikmah dan
Pramita (2015) bahwa kualitas laba (earning quality) yang tinggi akan menyediakan
informasi yang lebih banyak mengenai informasi mengenai kinerja perusahaan yang
relevan untuk pengambilan keputusan. Terdapat tiga fokus dalam kualitas laba yaitu :
pertama, kualitas laba bersifat kondisional dan bergantung pada relevansi pengambilan
keputusan. Kedua, kualitas laba yang dilaporkan bergantung pada nilai laba dapat
mencerminkan informasi kinerja keuangan perusahaan, ketiga, kualitas laba merupakan
hasil pengabungan antara relevansi informasi yang dilaporkan terhadap keputusan yang
dibuat dan kemampuan sistem akuntansi untuk mengukur peforma perusahaan (Paramita,
2012).
Menurut Dechow, et al. (2002) dalam Khikmah dan Pramita (2015) bahwa
perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik melakukan taktik akuntansi yang dapat
meningkatkan laba sehingga membuat kualitas laba menjadi lebih rendah. Perusahaan
yang sudah beroperasi lebih dari setahun, kinerja dapat dilihat dari tiga komponen yaitu
arus kas, present value arus kas dimasa depan, dan present value untuk nilai likuidasi
aset bersih. Oleh karena itu kualitas laba sangat mempengaruhi cost of equity perusahaan.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS
KAP dalam menghadapi persaingan pasar dan mengembangkan sumber daya
manusianya dengan memiliki spesialisasi industri auditor.Menurut Fernando, et al.
(2006) spesialisasi industri auditor memungkinkan melindungi reputasinya dengan
memberikan jaminan reputasi atas hasil audit yang dikerjakannya. Asimetri laporan
keuangan untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis akan lebih rendah
dibandingkan perusahaan yang diaudit dengan auditor non-spesialis (umum) (Hajiha dan
Sobhani, 2012).
Penelitian Fernando, et al. (2006) bahwa spesialisasi industri auditor menurunkan cost
of equitydari klien perusahaan. Jadi penggunaan auditor spesialisasi industri dikaitkan
dengan cost of equity yang lebih rendah untuk klien audit. Kemampuan untuk memiliki
pengetahuan yang jauh lebih banyak terhadap klien (client specific knowledge) dan
industri sangat penting untuk mendeteksi kesalahan atau salah saji laporan keuangan
pada industri tertentu. Hal ini berarti bahwa auditor dengan spesialisasi industri mampu
meningkatkan informasi dengan lebih akurat, sehingga mengurangi resiko informasi
yang dihadapi oleh investor. Oleh karena itu cost of equity, termasuk di dalamnya cost of
equitymenjadi berkurang. Berdasarkan argumentasi di atas, maka hipotesis yang akan
diuji adalah:
H1: Spesialisasi industri auditor berpengaruh negatif terhadap cost of equity.
KAP Big 4 membedakan dirinya dengan auditor yang lain dengan cara berinvestasi
lebih pada reputasi modalnya dan dipandang sebagai penyedia kualitas audit yang lebih
tinggi berdasarkan kompetensinya dan independensinya. Jasa audit yang disediakan oleh
KAP dengan brand name (Big 8/Big 6/Big 5/Big 4) mendapat persepsi lebih dapat
dipercaya oleh investor dibandingkan dengan auditor lainnya (Hajiha dan Sobhani,
2012). Menurut Khurana dan Raman (2004) menemukan bukti bahwa perusahaan yang
menggunakan auditor Big N memiliki cost of equity yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan yang menggunakan auditor Non Big N. Kualitas audit dari Big N memberikan
kontribusi terhadap pengungkapan keuangan yang lebih dapat dipercaya daripada non
Big N terhadap kontrak-kontrak yang dibuat oleh perusahaan. Keandalan informasi
keuangan tersebut akhirnya memberikan biaya yang lebih rendah bagi investor, sehingga
mengurangi cost of equity. Dengan argumentasi di atas maka hipotesis yang akan diuji
adalah:

H2: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap cost of equity.


Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam
memberikan jasa audit terhadap kliennya. Menurut Zohreh dan Neda (2012) menunjukan
bahwa perusahaan diaudit oleh KAP terbesar di Iran, audit tenure selama 4 tahun
membuktikan bahwa cost of equity nya menurun. Terdapat dua asumsi dalam audit
tenure yakni: pertama, jika masa jabatan KAP memberikan jasa audit kepada kliennya
(tenure) lebih lama maka memungkinkan auditor untuk mendapatkan keahlian dan
pengetahuan khusus mengenai perusahaan (operasi, sistem akuntansi, dan pengendalian
internal) sehingga auditor dapat mendeteksi salah saji material dengan baik. Pandangan
pertama ini akan memberikan kualitas audit lebih tinggi. Kedua, tenure lebih lama maka
dapat mengurangi kualitas audit karena mengarah ke kompromi sehingga independensi
auditor dipertanyakan. Oleh karena itu, diperlukan batasan waktu KAP dalam
memberikan jasa audit terhadap klien yang sama dengan waktu yang berturut-
turut.Dengan argumentasi di atas maka hipotesis yang akan diuji adalah:

H3: audit tenure berpengaruh terhadap cost of equity.


Di Indonesia perusahaan keluarga lebih banyak dibandingkan perusahaan non-
keluarga. Perusahaan keluarga didalamnya terdapat kontrol dan kendali dari pihak
keluarga yang mendominasi. Kepemilikan keluarga yang besar inilah dapat menimbukan
agency conflict diantara principal dan agent. Selain itu kepemilikan saham mayoritas
oleh keluarga dapat menyebabkan agency problem diantara pemegang saham mayoritas
dan pemegang saham minoritas. Menurut Dyck dan Zingales (2004) dalam Nugroho dan
Meiranto (2014) adanya keluarga sebagai pemegang saham mayoritas akan memiliki
kekuatan dan kontrol yang besar untuk menggunakan hal tersebut demi meningkatkan
keuntungan pribadinya sehingga investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi untuk mengkompensasi resiko tersebut.Hasil penelitian Rebecca dan Siregar
(2013) dan Amelia dan Yadnyana (2016) menunjukan hasil bahwa kepemilikan keluarga
berpengaruh positif secara signifikan terhadap cost of equity. Perusahaan dengan
kepemilikan keluarga, risiko informasi juga cenderung lebih tinggi dan berdampak
negatif terhadap nilai perusahaan dan mengakibatkan cost of equity menjadi lebih tinggi
(Amelia dan Yadnyana, 2016).Dengan argumentasi di atas maka hipotesis yang akan
diuji adalah:

H4: Semakin besarnya persentase Kepemilikan Keluarga berpengaruh positif


terhadap cost of equity.
Menurut Francis et al. (2004) dalam Khikmah dan pramita (2015), bahwa kualitas
laba memiliki peran untuk mengurangi cost of equity. Semakin tingginya kualitas laba
maka semakin rendah cost of equity. Penerapan corporate governance yang lebih baik
akan menghasilkan cost of equity yang lebih rendah melalui pengurangan biaya
monitoring yang dilakukan oleh investor. Hal ini disebabkan investor harus
mengeluarkan biaya monitoring untuk memastikan hasil yang diberikan oleh manajemen
perusahaan akibat adanya asimetri informasi.
Beberapa bukti empiris, antara lain penelitian Francis et al. (2008), Gray et al (2009)
dan Bhattacharya et al. (2012) menunjukkan kualitas laba berdampak langsung pada
penurunan nilai cost of equity suatu perusahaan. Semakin laba perusahaan berkualitas,
maka perusahaan tidak banyak mengeluarkan biaya untuk memperoleh dana investasi
atau operasi (cost of equity). Sebaliknya, semakin laba perusahaan tidak berkualitas maka
akan meningkatkan cost of equity yang harus ditanggung perusahaan. Manajemen laba
yang tinggi menyebabkan kualitas labanya menjadi rendah dan cost of equity menjadi
tinggi (khikmah dan pramita, 2015). Manajemen laba yang tinggi menyebabkan earning
quality menjadi rendah dan cost of equity nya menjadi tinggi. Dengan argumentasi di atas
maka hipotesis yang akan diuji adalah:

H5: Kualitas laba berpengaruh negatif terhadap cost of equity.


3. METODE PENELITIAN
Sample Penelitian
Sampel adalah sekumpulan data yang diambil dari populasi. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang ditentukan
sebagai berikut:
a. Perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sample perusahaan yang diambil selama periode 2011-2015 kecuali sektor industri
keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan dalam institusi keuangan dan asuransi
memiliki karakteristik akrual yang berbeda.
b. Laporan keuangan perusahaan bisa diakses dari sumber yang digunakan.
c. Perusahaan memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan. Perusahan yang tidak
memiliki kelengkapan data akan dikeluarkan dari sampel.

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan


Sampel
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari annual report tahun
2011-2015. Data pendukung didapatkan dari fact book dan ICMD (Indonesia Capital
Market Directory).

Model Penelitian
Model penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji auditor
spesialisasi industri, ukuran KAP, audit tenure, kepemilikan keluarga, dan kualitas laba
terhadap cost of equity.

𝐶𝑂𝐹௜𝑡 ൌ 𝛼 ൅ 𝛽ଵ𝑆𝐼௜𝑡 ൅ 𝛽ଶ𝑈𝐾௜𝑡 ൅ 𝛽ଷ𝐴𝑇௜𝑡 ൅ 𝛽ସ𝐾𝐾௜𝑡 ൅ 𝛽ହ𝐸𝑂௜𝑡 ൅ 𝛽଺𝑆݅𝑧𝑒௜𝑡 ൅ 𝛽଻𝐿𝑒𝑣௜


൅ 𝛽଼𝑃𝑟𝑜݂௜𝑡 ൅ 𝑒
Keterangan :
COFi t : cost of equity
β1-β5 :Koefisien Regresi
SI it : Spesilissi Industri perusahaan i pada tahun t, Variabel dummy 1 jika
perusahaan diaudit oleh auditor dengan spesialisasi dan 0 jika perusahaan
diaudit oleh non auditor dengan spesialisasi.
UK it : Ukuran KAP perusahaan i pada tahun t, Variabel dummy, 1 jika
menggunakanjasa KAP Big 4 dan 0 jika menggunakan jasa KAP non Big 4.
ATit : Audit tenure dalam perusahaan i pada tahun t. Jangka waktu perikatan diukur
dengan jumlah angka tahun perusahaan melakukan perikatan dengan KAP yang
sama pada tahun 2011-2015 secara berturut-turut.
KK it : Variabel kepemilikan keluarga menggunakan persentase kepemilikan saham
keluarga.
EQit : Kualitas Labadalam perusahaan i pada tahun t
Size it : Ukuran perusahaan i pada tahun t
Lev it : Leverage perusahaan i pada tahun t
Prof it : Profitabilitas perusahaan i pada tahun t
e : error

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


a) Cost of Equity
Cost of equity merupakan variabel dependen. Dalam penelitian ini cost of
equity diukur dengan Eearning Price Ratio (EPR). Pendekatan ini digunakan Hajiha
dan Sobhani (2012) dan Desiliani (2014) karena lebih sering digunakan untuk
memperkirakan return dan nilai pasar saham di pasar modal. Perhitungan EPR
menggunakan perusahaan dengan laba yang positif karena investor menghitung return
apabila menginvestasikan dana di perusahaan tersebut. Investor akan tertarik pada
EPR yang kecil karena laba per lembar saham lebih tinggi dibandingkan harga
sahamnya serta payback period nya lebih singkat. Oleh karena itu pendekatan untuk
cost of equity menggunakan EPR karena lebih bisa memperhitungkan penilaian
investor terhadap kinerja perusahaan.
Perhitungan cost of equity dengan EPR sebagai berikut :

݅
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑛𝑔𝑝𝑒𝑟 𝑆݄𝑎𝑟𝑒 Hƒ”‰ƒ SƒŠƒ
𝐸𝑎𝑟𝑛࢏𝑛𝑔𝑃𝑟࢏𝑐𝑒𝑅𝑎𝑡࢏𝑜 ൌ
b) Auditor Spesialisasi Industri
Auditor spesialisasi industri merupakan variabel independen. Auditor spesialis
indutri diukur dengan cara yang digunakan oleh Craswell et al. (1995) dalam Andreas
(2012). Pertama, sampel industri yang digunakan adalah indutri yang minimal
memiliki 30 perusahaan. Kedua, auditor dikatakan spesialis jika auditor tersebut
mengaudit 20 % dari total perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Dalam
penelitian ini, Kirana (2013) auditor spesialisasi industri diidentifikasi dengan market
share dalam industri yang sama yaitu berdasarkan persentase total aset klien yang
diaudit dalam suatu industri. Perhitungan auditor spesialis indutrisebagai berikut :

୲ୣ୰୲ୣ୬୲୳ ୧୬ୢ୳ୱ୲୰୧ ୮ୟୢୟ ୏୅୔ ୩୪୧ୣ୬ ୟୱୣ୲ ୘𝑜୲ୟ୪


‫ ܑ܉ܛܑܔ܉ܑܛ܍ܘ܁ ܚܗܜܑ܌ܝۯ‬۷‫ͲͲͳ ܑܚܜܛܝ܌ܖ‬Ψ ൈ ൌ
୘𝑜୲ୟ୪ ୟୱୣ୲ ୩୪୧ୣ୬ ୮ୟୢୟ ୧୬ୢ୳ୱ୲୰୧ ୲ୣ୰ୱୣୠ୳୲

Dimana Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki lebih dari 20%
market share di industri tertentu maka diklasifikasikan sebagai spesialis industri untuk
industri tertentu. Variabel ini diukur dengan varibel dummy. Angka 1 untuk
perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialisasi industri dan angka 0 untuk
perusahaan yang diaudit oleh auditor non spesialisasi industri.

c) Ukuran KAP
Ukuran KAP merupakan variabel independen. Ukuran KAP menunjukkan
kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara
profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien.
Diukur dengan menggunakan variable dummy = 1 jika perusahaan diaudit oleh kantor
akuntan yang berfiliasi dengan KAP Big 4 dan = 0 jika tidak.

d) Audit Tenure
Audit tenure merupakan variabel independen. Putri dan Cahnoyowati (2012)
Audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee
yang sama. Audit tenure merupakan angka jumlah tahun berturut-turut patner
bertanggung jawab atas pelaksanaan audit suatu kliennya dapat dilihat pada annual
report perusahaan periode 2011 - 2015.

e) Kepemilikan Keluarga
Kepemilikan keluarga merupakan variabel independen. Dalam penelitian ini
kepemilikan keluarga akan diukur dengan persentase kepemilikan keluarga dalam
struktur saham dan adanya informasi hubungan afiliasi (dewan direksi dan komisaris)
perusahaan. Selain itu status kepemilikan keluarga dapat dilihat dari susunan dewan
direksi dan komisaris yang memiliki nama keluarga yang sama. Besarnya
kepemilikan dapat dilihat dari kepemilikan modal saham. Semakin besarnya
kepemilikan saham yang dimiliki oleh keluarga maka perusahaan akan semakin
memiliki cost of equity yang tinggi pula. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidak pengaruh (hak suara) oleh kepemilikan keluarga yang mempengaruhi
besarnya cost of equity.

f) Kualitas Laba
Kualitas laba merupakan variabel independen Kualitas laba diukur dengan
menggunakan proksi manajamen laba (Utami, 2014). Nilai manajemen laba yang
tinggi mengakibatkan kualitas labanya rendah. Manajemen laba (DACC) diukur
melalui discretionary accruals yang dihitung dengan cara menselisihkan total
accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Perhitungan manajemen
laba menggunakan Modified Jones Model sebagai berikut:

 Menghitung nilai total accruals yang diestimasi


TAit οR‡…୧୲ PPE୧୲

ൌͳ 𝛼
ଵ A ൰ ൅‫א‬୧୲
Ait-1 ୧୲ିଵ ൅ 𝛽ଵ ൬ ୧୲ିଵ ൰ ൅ 𝛽ଶ ൬ ୧୲ିଵ
A A
 Menghitung nilai non-discretionary
ͳ accruals
NDA ൅ β οSƒŽ‡•୧୲ െ οR‡…୧୲ PPE୧୲

𝛼
୧୲ ଵ
A୧୲ିଵ ଵ
൬ A୧୲ିଵ ൰ ൅ β ଶ ൬ ୧୲ିଵ ൰ ൅‫א‬୧୲
A
 Menghitung discretionary accruals
DA௜𝑡 െ 𝑁𝐷𝐴௜𝑡

𝑇𝐴௜𝑡
Keterangan: 𝐴௜𝑡 𝑡ିଵ
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
DAit : Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
NDAit : Nondiscretionary accrual perusahaan i pada periode t
NIit : Net income perusahaan i pada periode t
CFOit : Cash Flow Operating perusahaan i pada periode t
Ait-1 : Total aktiva pada periode t-1
∆Salesit : Selisih sales perusahaan i pada periode t
∆Recit : Selisih receivable perusahaan i pada periode t
PPEit : Nilai aktiva tetap perusahaan i pada periode t
Єit : Error

Jika nilai discretionary accrual yang semakin kecil maka kualitas laba yang
disajikan oleh perusahaan semakin berkualitas. Semakin tinggi nilai dari
discretionary accrual maka kualitas labanya semakin rendah, dan berarti laba dari
perusahaan kurang bisa dipercaya karena laba tersebut dapat berasal dari aktivitas non
riil.

g) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol. Penelitian mengenai ukuran
perusahaan dengan cost of equity. Jumlah aset yang besar akan memiliki kemampuan
untuk memenuhi kewajiban di masa depan dan memberikan tingkat return yang lebih
pasti terhadap investor. Karena perusahaan dapat memberikan deviden yang lebih
besar.Semakin besar aset maka semakin besar pula modal yang perlu ditanam. Dalam
penelitian ini ukuran perusahaan dinilai dengan log of total assets. Log Of Total
Assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antaraukuran perusahaan
yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil.

SIZE = log of total assets


h) Leverage
Leverage merupakan variabel kontrol. Leverage (LEV) diukur dengan rasio
total utang dengan total aset. (Putri dan Cahyonowati, 2014). Rasio ini menunjukan
seberapa besar aset perusahaan yang berasal dari utang. Leverage diduga dapat
mempengaruhi cost of equity karena rasio ini dapat menilai dampak dari utang kepada
kinerja perusahaan.Meningkatnya tingkat utang akan menambah risiko keuangan
sehingga investor menilai perusahaan itu rendah dan meningkatkan cost of equity.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐿𝐸𝑉
ൌ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴‫𝑒ݏ‬
i) Profitabilitas
Profitabilitas merupakan variabel kontrol. Probabilitas sebagai sejauh mana
perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilas
merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan (Paramita,
2012). Apabila profitabitas perusahaan baik maka para stakeholders yang terdiri dari
kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat
menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Dengan baiknya kinerja
perusahaan akan meningkatkan nilai dan mengurangi cost of equity perusahaan.
Dalam penelitian ini profitabilitas diukur menggunakan rasio return on asset (ROA).
Semakin tinggi ROA maka resiko perusahaan semakin kecil, sehingga cost of equity
perusahaan semakin rendah pula.
𝐿𝑎𝑏𝑎𝑏𝑒𝑟݄݅‫ݏ‬
𝑅𝑂𝐴 ൌ
𝐽𝑛𝑚𝑙𝑎݄𝑎‫𝑎𝑎݄𝑎ݏ𝑛𝑟𝑒𝑝𝑡𝑒ݏ‬

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui jumlah data, nilai
minimum dan maksimum dari viriabel yang ada dalam penelitian ini. Jumlah data awal
sebanyak 720 tetapi tidak lolos uji normalitas, maka dilakukan penghapusan data yang
ekstrim. Data akhir menjadi 630.

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel 4.1 variabel cost of equity diukur dengan laba per lembar saham
dibagi dengan harga saham yang nilainya memiliki rata-rata sebesar 0.06 dan standar
deviasinya sebesar 0,08. Sedangkan untuk nilai minimumnya adalah -0.36 dan nilai
maksimumnya sebesar 0.48. Rata-rata sebesar 6% tergolong rendah yang berarti pasar
menilai sesuai dengan kinerja perusahaan yang sesungguhnya.
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 15, No. 2, September 2017
ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online)

Tabel 4.2
Tabel Frekuensi

Variabel auditor spesialisasi industri diukur dengan menggunakan variabel dummy


dengan nilai 0 jika perusahaan yang diaudit oleh auditor non spesialisasi. Sedangkan nilai
1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor dengan spesialisasi. Auditor dikatakan
spesialis jika memiliki market share dalam industri yang sama lebih dari 20 %. Dari tabel
4.2 menunjukkan perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialisasi industri hanya 22.2%
sebanyak 140 perusahaan. Sedangkan sebesar 77.8% atau 490 perusahaan diaudit oleh
auditor non spesialisasi. Semakin auditor memiliki spesialisasi terhadap industri tertentu
maka laba yang dihasilkan oleh kinerja perusahaan semakin berkualitas.

Tabel 4.3. Tabel Frekuensi

Selain variabel auditor spesialisasi industri, variabel ukuran KAP juga


menggunakan variabel dummy dengan nilai 0 jika perusahaan yang diaudit oleh KAP
yang berafiliasi nonBig 4. Sedangkan nilai 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP
yang berafiliasi Big 4. Tabel 4.3 menunjukkan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
berafiliasi Big 4 sebanyak 51.6% atau 325 perusahaan. Sedangakan sebesar 48.4% atau
305 perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi non Big 4. Variabel ini memiliki
standar deviasi sebesar 0,5.

Variabel audit tenure diukur dengan jumlah angka tahun perusahaan melakukan
perikatan dengan KAP yang sama pada tahun 2011-2015 secara berturut-turut. PMK
Nomor: 17/PMK.01/2008 menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-
turut.Variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 1,6. Nilai rata-rata 3,17 yang
menunjukan bahwa audit tenure tidak melangar peraturan pemerintah karena dibawah 6
tahun berturut-turut.
Variabel selanjutnya yaitu kepemilikan keluarga, menggunakan persentase
kepemilikan keluarga didalam perusahaan. Berikut merupakan hasil variabel kepemilikan
keluarga :

17
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 15, No. 2, September 2017
ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online)

Tabel 4.4
Tabel Frekuensi

Tabel 4.5
Tabel Frekuensi

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kepemilikan keluarga dengan sampel 630
mayoritas dibawah 20% dengan jumlah perusahaan sebanyak 427. Kepemilikan saham
keluarga diatas 50% artinya kepemilikan perusahaan mayoritas dimiliki oleh keluarga
tertentu. Variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 23.70 dan rata-rata 17.38 berarti
mayoritas saham tidak dimiliki oleh keluarga.
Variabel kualitas laba diukur dengan discretionary accrual. Rata-rata sebesar -
0.09. Nilai terendah untuk kualitas laba sebesar -1.97 dan nilai tertinggi dari kualitas laba
sebesar 0.57. Variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 0.20. Nilai discretionary
accrual negatif berarti semakin tinggi kualitas laba. Laba yang di sajikan oleh
perusahaan dalam sample penelitian ini merupakan laba yang dapat dipercaya oleh
investor karena berasal dari aktivitas riil perusahaan.
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, leverage,
dan profitabilitas. Variabel ukuran perusahaan memiliki rata-rata sebesar 12,28. Ukuran
perusahaan yang memiliki rata-rata sebesar 12,28 berarti perusahaan tersebut tidak

18
mengalami masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan operasional dan mampu
memberikan deviden kepada investor yang lebih besar. Variabel leverage memiliki rata-
rata sebesar 0.4665. Artinya setiap 1 Rupiah aset digunakan untuk menjamin 0.47 rupiah
hutang. Nilai minimum sebesar 0 dannilai maksimumnya sebesar 2.40. Variabel ini
memiliki standar deviasi sebesar 0.22. Profitabilitas juga merupakan variabel kontrol
dalam penelitian ini. Variabel ini memiliki nilai rata-rata sebesar 0.05. Nilai minimum
sebesar -0.21 dan nilai maksimumnya sebesar 0,35. Variabel ini memiliki standar deviasi
sebesar 0.06.

Analisis Dan Pembahasan

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah ditentukan
terdistribusi normal atau tidak. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji
kolmogorof-smirnov dimana ketentuan uji ini jika nilai dari sig lebih dari sama dengan
0,05 maka data terdistribusi secara normal. Jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05
maka data tidak terdistribusi secara normal maka harus dilakukan proses penormalan
dengan menghapus data outliner. Berikut adalah hasil uji normalitas :

Tabel 4.6
Tabel Uji Normalitas

Dari hasil pengujian normalitas bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih
kecil dari 0.05. Maka harus melakukan proses penormalan dengan menghapus data
outliner.
Tabel 4.7
Tabel pengujian kembali Normalitas

Tabel 4.7 menunjukan nila signifikansinyasebesar 0,198. jadi, pada penelitian ini, dapat
diketahui Asymp Sig untuk Standardized Residual yaitu sebesar 0,198 > 0.05. artinya,
data residual penelitian ini terdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan dengan menganalisa collinearity statistics pada nilai
tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Data tidak Multikolinearitas apabila
nilai tolerance>0,1 dan VIF <10.
Tabel 4.8. Multikolonearitas
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas

Dilihat dari hasil table 4.8 di atas, nilai Tolerance semua variabel adalah < 1 an
d

nilai VIF semua variabel tidak ada yang lebih besar dari pada 10. Jadi, dapat
disimpulkan tidak ada korelasi yang kuat antar variabel atau tidak terjadi
multikolinearitas.

Uji Autokorelasi
Pengujian Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada korelasi diantara residual
pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya yang terdapat pada model regresi.
Pengujian ini menggunakan uji Durbin-Watson.

Tabel 4.9
Tabel Hasil Uji Autokorelasi

Dari tabel 4.9 nilai Durbin Watson (DW) adalah 2,022. Nilai DL= 1,845885 nilai DU =
1,92576 dan 4-DU = 2,108755 dengan N = 630 dan K = 8. Nilai DW sebesar 2,022
berada diantara 1, 845885 < DW < (4 – 1,891245). Hasil pengujian ini yaitu dalam
model regresi tidak ada autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas
Berikut merupakan tabel hasil pengolahan uji heterokedastisitas pada model
penelitian:
Tabel 4.10
Tabel Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data Sekunder yang diolah (2017)


Hasil uji heterokedastisitas pada tabel 4.10 di atas menunjukan bahwa nilai
signifikansi semua variabel lebih dari 0,05. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak ada
masalah heteroskedastisitas. Artinya semua variabel independen dalam penelitian ini
memiliki variance yang sama.

Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.11 Variabel independen dianggap
berpengaruh apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05.

Tabel 4.11
Hasil Pengujian Hipotesis

Sumber : Data Sekunder yang diolah


(2017)
Dari tabel diatas dapat diperoleh hasil uji hipotesis yaitu :
Auditor Spesialisasi Industri
Hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu auditor spesialisasi industri berpengaruh
negatif terhadap cost of equity. Artinya semakin banyak perusahaan yang diaudit dengan
KAP yang sama dalam suatu industri maka KAP tersebut menguasai industri tersebut.
Dari hasil regresi yang telah dilakukan, koefisien auditor spesialisasi industri auditor
adalah -0.090 dan nilai sig 0.0035 (kurang dari 0,05). Artinya auditor spesialisasi industri
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of equity. Secara empiris, hipotesis
pertama diterima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Hajiha dan Sobhani (2012) dan
Herusetya (2012) yang menemukan bukti bahwa semakin spesialisasi industri auditor
akan menambah kualitas audit sehingga berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
cost of equity. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa auditor dengan spesialisasi
industri berpengaruh terhadap kualitas audit yang diberikan sehingga dapat mengurangi
cost of equity.
Ukuran KAP
Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap
cost of equity. Hal ini dikarenakan Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP
akan memberikan informasi yang berkualitas dan reliable sehingga investor tidak salah
dalam pengambilan keputusan berinvestasi dan dapat menurunkan cost of equity.Dari
hasil regresi yang telah dilakukan, koefisien regresi ukuran KAP yang berafiliasi Big 4
adalah -0,004 dan nilai sig 0,458 (lebih dari 0,05). Artinya ukuran KAP tidak
berpengaruh terhadap cost of equity. Secara empiris, hipotesis kedua ditolak.KAP Big 4
dan non Big 4 tidak memiliki perbedaan kualitas audit sehingga informasi yang diperoleh
investor dapat diandalkan untuk mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan
investasi.
Audit Tenure
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini memprediksikan audit tenure berpengaruh
terhadap cost of equity. Hipotesis ketiga ini tidak berarah karena ada perbedaan dari
penelitian sebelumnya. Dari hasil regresi yang telah dilakukan, nilai signifikansinya
0,004 (dibawah 0,05) dan koefisien regresi audit tenure sebesar 0.092. Artinya audit
tenure berpengaruh positif terhadap cost of equity. Semakin lama jangka waktu perikatan
audit (audit tenure) maka dapat meningkatkan cost of equity perusahaan. Secara empiris,
hipotesis ketiga diterima.Hal ini membuktikan bahwa semakin lamanya audit tenure
yang terjalin antara perusahaan dan KAP dapat mengurangi kualitas audit karena
mengarah ke kompromi sehingga independensi auditor dipertanyakan. Dengan begitu
auditor dapat dapat meningkatkan kualitas audit sehingga informasi yang dihasilkan
lebih berkualitas dan reliable. Sehingga kualitas audit yang diproksikan audit
tenureberpengaruh positif secara signifikan terhadap cost of equity.
Kepemilikan Keluarga
Hipotesis keempat dalam penelitian ini memprediksikan semakin besar kepemilikan
kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap cost of equity. Dari hasil regresi yang
telah dilakukan, nilai signifikansinya 0.208 (lebih dari 0,05) dan koefisien regresi
kepemilikan keluarga sebesar -0.024. Artinya kepemilikan keluarga berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap cost of equity. Secara empiris, hipotesis keempat ditolak.
Ada atau tidaknya kepemilikan keluarga dalam perusahaan tidak berpengaruh
terhadap cost of equity karena mayoritas saham perusahaan tidak dimiliki oleh keluarga.
Keputusan yang diambil manajemen perusahaan tidak didominasi oleh kepentingan
keluarga tertentu terlebih untuk jumlah deviden yang akan dibagikan oleh pemegang
saham. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga akan mengutamakan keberlanjutan
perusahaan dan berusahaan memberikan kinerja yang lebih baik agar dapat bersaing
dengan industri sejenis.
Kualitas Laba
Hipotesis kelima dalam penelitian ini memprediksikan kualitas laba berpengaruh
negatif terhadap cost of equity. Artinya semakin laba yang disajikan berkualitas maka
cost of equity akan semakin rendah. Kualitas laba merupakan proksi dari tata kelola
perusahaan.Dari hasil regresi yang telah dilakukan, nilai signifikansinya 0,000 (dibawah
0,05) dan koefisien regresi kualitas laba sebesar -0.012. Artinya kualitas laba
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of equity. Semakin informasi laba itu
berkualitas maka cost of equity akan semakin rendah. Secara empiris, hipotesis kelima
diterima.
Kualitas laba berdampak langsung pada penurunan nilai cost of equity suatu
perusahaan. Semakin laba perusahaan berkualitas, maka perusahaan tidak banyak
mengeluarkan biaya untuk memperoleh dana investasi atau operasi. Sebaliknya, semakin
laba perusahaan tidak berkualitas maka akan meningkatkan cost of equity yang harus
ditanggung perusahaan.
Variabel Kontrol
Penelitian ini menggunakan tiga variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, leverage,
dan profitabilitas. Nilai signifikansi ukuran perusahaan yaitu 0.004 lebih kecil dari 0,05.
Hal ini menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap cost of equity.
Ukuran perusahaan (Size) merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan menjadi faktor dalam besar kecilnya cost of equity. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Paramita (2012) bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap cost of equity.
Selain ukuran perusahaan, variabel kontrol yang kedua yaitu leverage. Nilai
signifikansi leverage yaitu 0,048 lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regresi leverage
sebesar -0,050. Artinya bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap cost of equity.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Meningkatnya tingkat utang akan menambah
risiko keuangan sehingga investor menilai perusahaan itu rendah dan meningkatkan cost
of equity.Profitabilitas merupakan variabel kontrol yang ketiga. Berdasarkan hasil
analisis regresi didapatkan nilai koefisien sebesar 0,665 dan nilai signifikansi 0.000
kurang dari dari 0,05. Artinya bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap cost of
equity. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa profitabilitas mampu mengendalikan
variabel independen yang meliputi auditor spesialisasi industri, ukuran KAP, audit
tenure, kepemilikan keluarga dan kualitas laba terhadap cost of equity.

5. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :


1. Kualitas audit yang diproksikan oleh auditor spesialisasi industri berpengaruh negatif
terhadap cost of equity. Artinya perusahaan yang diaudit oleh KAP yang memiliki
auditor spesialisasi industri memiliki cost of equity yang rendah.
2. Kualitas audit yang diproksikan oleh ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap cost
of equity. Secara empiris, hipotesis kedua ditolak.
3. Kualitas audit yang diproksikan oleh audit tenure berpengaruh signifikan terhadap
cost of equity. Artinya jangka perikatan audit KAP dengan client dapat
mempengaruhi besarnya cost of equity perusahaan. Secara empiris, hipotesis ketiga
diterima.
4. Tata kelola perusahaan yang diproksikan oleh kepemilikan keluarga tidak
berpengaruh terhadap cost of equity. Secara empiris, hipotesis keempat ditolak.
5. Kualitas laba berpengaruh negatif terhadap cost of equity. Artinya perusahaan yang
memiliki kualitas laba yang tinggi akan memiliki cost of equity yang rendah. Secara
empiris, hipotesis kelima diterima.
6. Variabel kontrol ukuran perusahaan,leverage berpengaruh negatif terhadap cost of
equity. Sedangkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap cost of equity.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan Saran sebagai berikut :


1. Penelitian selanjutnya dapat menambah pengukuran lainnya seperti kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.
2. Pengukuran variabel dependen yaitu cost of equity menggunakan earning price ratio
(EPR). Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran lainnya seperti model
penilaian pertumbuhan konstan, capital asset pricing model (CAPM), dan model
ohlsonsehingga kesimpulan dapat lebih menyakinkan pengguna informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F., Shah, A., Iqbal, A. M., Gohar, R., dand Farooq, M. 2011. The Effect of Family
Ownership on Firm Performance: Empirical Evidence from Pakistan.
Adrianto dan Wibowo, B. 2007. Pengujian Teori Pecking Order Pada Perusahaanperusahaan
Non Keuangan LQ45 Periode 2001-2005.
Amelia,V.R dan Yadnyana,I.K. 2016.Pengaruh Good Corporate Governance, Kepemilikan
Keluarga dan Kepemilikan Institusional pada Biaya Ekuitas Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.16(2).hal 1264-1289.
Andreas Hans.2012. Spesialisasi Industri Auditor Sebagai Prediktor Earnings Response
Coefficient Perusahaan Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan 14 (2): 69-81.
Arens, A., Elder, R. and Beasley, M. 2008. Auditing and Assurance Services. 12th
ed.,Pearson Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.
Aripin, Bustanul. 2015. Pengaruh Kepemilikan Keluarga, Kepemilikan Institusional, dan
Kepemilikan Manajerial terhadap Biaya Utang. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Azizkhani, M., Monroe, G.S., and Shailer, G. 2013. Audit partner tenure and cost of equity
capital. Journal of Practice &Theory 32 1: 183-202.
Balsam, S., Krishnan, J., & Yang, J. S. 2003. Auditor Industry Specialization and Earnings
Quality. Auditing : A Journal of Practice and Theory, 22 (2): 71- 97.
Bamber, E.M & Bamber, L.S. 2009. Discussion of mandatory audit rotation, audit quality and
market perception: evidence from Taiwan, Contemporary Accounting Research,
26 (2): 392- 402.
Beasley, M.S. and Petroni, K.R. 2001. Independence and Auditor Selection. Journal of
Accountancy 192: 86.
Ben-Nasr, H & Al-Dakheel,A.H. 2015. The impact of earnings quality on the cost of equity:
evidence from privatized firm. International Journal or Financial Research, 6
(1), hal.68-78.
Blackwell, D, T. Noland and D. Winters. 1998. The value of auditor assurance: evidence
from loan pricing. Journal ofAccounting Research 36: 57-70.
Botosan, A. Christine. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital”.
Accounting Review. 72 (3): 323-349.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 2,
Edisi 10, alih bahasa: Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Butar Butar, S. 2014. Reputasi Auditor, Karakteristik Dewan Komisaris, Dan Keinformatifan
Laba. Jurnal Akuntansi Bisnis 13 (2): 25-43
Butar Butar, S. 2016. Merger Auditor dan Kualitas Audit: Bukti Empiris Dari Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 17 (2): 107-128.
Craswell, A.T., Francis, J.R. & Taylor, S.L. 1995.Auditor Brand Name Reputation and
Industry Specialization. Journal of Accounting and Economics, 20, 297-322.
Dechow, Patricia M and Ilia D. Dichev. 2002. The quality of accruals and earnings: the role
of accrual estimation errors. The Accounting Review 77: 35-59
Desiliani, Nabella. 2014. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Industri
Auditor dan Audit Tenure pada Biaya Modal Ekuitas. Skripsi pada FEB UNDIP
Semarang.
Dwi,P.Y.S.,Yuniarta,G.A.,dan Admadja. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurusan Akuntansi
S1.Vol. 2, No: 1, hal 1-10.
Dyck, A., dan L. Zingales. 2004. “Control Premiums And The Effectiveness of
CorporateGovernance Systems. Journal of Applied Corporate Finance 16, 51-72.
Fernando, G.D., Elder, R.J., and Abdel-Meguid, A.M., 2006, "Audit Firm Size,
Industry Specialization, Client Size, and Cost of Capital - Information and
Monitoring Effects." Working paper, Syracuse University.
Fitriany,Sidharta,Dwi,dan Hilda.2015.Pengaruh Tenure, Rotasi dan Spesialisasi Kantor
Akuntan Publik (KAP) terhadap Kualitas Audit: Perbandingan Sebelum dan
Sesudah Regulasi Rotasi KAP di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.
17, No. 1,Hal.12-28.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holmes, dan A. Tarca. 2006. Accounting Theory. Sixth Edition.
Singapore: John Wiley & Sons Australia.
Hajiha Zohreh dan Sobhani.2012.Audit Quality and Cost of Equity Capital:Evidence of
Iran.International Research Journal of Finance and Economics 159-172.
Hardiningsih Pancawati.2010.Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas
Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi 2 (1): 61-67.
Hermuningsih Sri.2012.Dampak Invesment Opportunity Set Terhadap Cost Of Equity Capital
Dengan Diclosure Sebagai Variabel Mediasi. Doctoral Colloquium & Conference
FEB UGM, 28-29 November 2012.
Hermuningsih Sri.2013.Pengaruh Profitabilitas, Growth opportunity, Struktur Modal
Terhadap Nilai Publik Di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Hal 127-148.
Herusetya Antonius. 2012. Dapatkah Kualitas Audit Mengurang Biaya Modal Ekuitas Ex-
ante?.Jurnal Akuntansi Indonesia 16 (1): 48-61.
Hidayat T. 2012. Pengaruh Ukuran KAP dan Auditor Tenure Terhadap Value Relevance dari
Nilai Wajar. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 9 (2): 171-189.
Hogan, C. E., and Jeter, D. C. 1999).Industry specialization by auditors. Auditing: A Journal
of Practice dan Theory 18 (1): 1-17.
Ibrahim, H., dan Samad, F. A. 2010. Family business in emerging markets: The case of
Malaysia. African Journal of BusinessManagement 4(13): 2586-2595.
Indrajaya G,Herlina, dan Setiadi R. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan,
Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur
Modal.Jurnal Ilmiah Akuntansi. 6: 1-23.
International Auditing and Assurance Standards Board. 2009. International Standard on
Auditing 220: Quality Control for an Audit of Financial Statement.
International Auditing and Assurance Standards Board. 2011. Audit quality: an IAASB
perspective.
Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency
costs and ownership structure. Journal of Financial Economics 3 (4): 305-360.
Juniarti, dan F. Yunita. 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan 5(2): 150-168.
Kementerian Keuangan RI. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008. Tentang Jasa Akuntan Publik.
Khikmah,S.N,&Pramita,Y.D. 2015. Pengaruh Kualitas Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas
Dengan Asimetri Informasi Sebagai Variabel Mediasi. Laporan Penelitian Dosen
Universitas Muhammadiyah, Magelang.
Khurana, I. K., &Raman, K. K. 2004. Litigation risk and the financial reporting credibility of
big 4 versus non big 4 audit: Evidence from Anglo American Countries. The
Accounting Review 79 (2): 473-495.
Kirana, Pangestika A.J. 2013. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Cost Of Equity Capital.
Skripsi pada FEB UNDIP Semarang.
Kusumawati IT.,dan Juniarti.2014. Pengaruh Family Control Terhadap Profitabilitas dan
Nilai Perusahaan Pada Industri Dasar dan Kimia”,Business Accounting Review
2(1):.170-180.
Lambert, R., C. Leuz, and Verrecchia. R. 2007. Accounting Information, Desclosure, and the
Cost of Capital. Journal of Accounting Research 45(2): 385-420.
Leksmono, M. H. (2010). Pengaruh Managerial Ownership, Family Ownership, Firm Size,
dan Firm Risk terhadap Firm Value. Unpublished undergraduate thesis,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Mansi, S., W. Maxwell and D. Miller, 2004, "Does auditor quality and tenure matter to
investors? Evidence from the bond market" Journal ofAccounting Research, 42,
4, pp. 755-793.
Nugroho, D. R dan Meiranto, W. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Biaya Ekuitas dan Biaya Hutang. Diponegoro Journal Of Accounting 3 (3): 1-12.
Owhoso, V. E., Messier, W. F., Jr., &Lynch, J. G. Jr. 2002. Error detection by industry
specialized teams during sequential audit review. Journal of Accounting
Research 40 (3): 883-900.
Paramita, Anisa Harini. 2012. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen laba Dan Cost
Of Equity. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia, Depok.
Pittman, J. and S. Fortin, 2004. Auditor choice and cost of debt capital for newly public listed
firms. Journal ofAccounting and Economics 37 : 113-136.
Putri,T.M., dan Cahyonowati. 2014. Pegaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan
Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Kualitas Audit.Diponegoro
Journal of Accounting. 3 (2): 1-13.
Rebecca, Yulisa.,& Siregar,S.V. 2013. Pengaruh corporate governance index, kepemilikan
keluarga, dan kepemilikan institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang.
Jurnal Akuntansi Keuangan 11 (2): 88-100.
Schipper, Katherine and Linda Vincent. 2003. Earnings quality. Accounting
Horizons Supplement: 97-110.
Sekaran, Uma. 2006b. Research Methods for Business. Edisi Empat. Buku 2. Terj. New
York: John Wiley and Sons Inc.
Setyorini Dhtah,Rahmawati, Yusita, Dewanti, Hutama. 2015. Pengaruh Reputasi Auditor dan
Tenur Audit Terhadap Cost Of Debt Capital. Working paper. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Simunic, D. A., and Stein, M. T. 1987. Product differentiation in auditing: Auditor choice in
the market for unreasoned new issues. Vancouver, BC: Canadian Certified
General Accountants’ Research Foundation.
Suparno, Deny. 2013. Analisis Hubungan Antara Atribut Kualitas Audit Dengan Biaya
Ekuitas Modal. Skripsi pada FEB UNDIP Semarang.
Susanto, S and Siregar, S.V. 2011. Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Modal
Ekuitas : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2009. Tesis.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Teoh, S. H., and Wong, T. J. 1993. Perceived auditor quality and theearnings response
coefficient. The Accounting Review 68 (2): 346-366.
Utami, W. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi pada
Perusahaan Manufaktur).Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional
Akuntansi VIII. 15 – 16. September: 100 – 116.
Villalonga, B. dan R. Amit. 2005. How do family ownership, control, and management affect
firm value?. Journal of Financial Economics 80, 385-417.
Watts, R. L., and Zimmerman, J. L. 1983. Agency problems, auditing, and the theory of the
firm: Some evidence. Journal of Law and Economics, 26 (3): 613-633.
Wibowo, A., and Rossieta, H. 2009. Faktor-faktor determinasi kualitas audit suatu studi
dengan pendekatan earning surprise benchmark. Working Paper, Pascasarjana
Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia.
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KEPEMILIKAN


KELUARGA DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL PADA BIAYA
EKUITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Viona Rizqi Amelia1


I Ketut Yadnyana2

1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: vra_quers@yahoo.com/ telp: +62 81 239 658 902
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh good corporate governance, kepemilikan
keluarga dan kepemilikan institusional terhadap biaya ekuitas. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 165 perusahan Manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar tahun 2010-2014. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis berpengaruh signifikan negatif good
corporate governance terhadap biaya ekuitas, berpengaruh signifikan positif kepemilikan
keluarga terhadap biaya ekuitas, dan berpengaruh signifikan negatif kepemilikan institusional
terhadap biaya ekuitas.
Kata kunci: GCG, Kepemilikan Keluarga, Kepemilikan Institusional dan Biaya Ekuitas
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of good corporate governance, family
ownership and institutional ownership against the cost of equity. The sample used in this study
amounted to 165 companies manufacturing sub-sectors of basic industry and chemical listed in
2010-2014. The data analysis technique used in this research is multiple linear regression
analysis. Based on the analysis a significant negative effect of good corporate governance to
the cost of equity, positive significant effect of family ownership against the cost of equity, and a
significant negative effect on the cost of institutional ownership of equity.
Keywords: GCG, Family Ownershi, Institutional Ownership and Cost of Equity

PENDAHULUAN

Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menjadi bagian penting dari berkembangnya

perekonomian Indonesia. BEI sebagai salah satu pasar modal yang dapat dijadikan

alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di Indonesia. Salah satu alternatif

pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di pasar modal atau Bursa

1264
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

Efek. Dalam pasar modal memungkinkan investor membuat pilihan atas investasi

yang diinginkan sesuai dengan resiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Harga saham penting bagi perusahaan karena hal tersebut merupakan salah satu

alasan utama yang mendasari para investor tertarik membeli saham sebagai bentuk

investasi pada perusahaan. Investasi yang dilakukan oleh investor sangat diperlukan

oleh perusahaan, dikarenakan dalam menjalankan usaha perusahaan membutuhkan

dana yang besar. Cara yang dilakukan oleh perusahan untuk memperoleh dana yaitu

dengan melakukan pinjaman maupun menerbitkan dan menjual sahamnya di pasar

modal.

Pasar Modal diperlukan mekanisme penerapan Good Corporate Governance.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu istilah yang tidak asing

lagi untuk didengar, corporate governance adalah seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham pengurus (pengelola) perusahaan, pihak

kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain

suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (Forum for Governance

in Indonesia, 2009). Sedangkan menurut shleifer dan Vishny dalam Hamonangan

siallagan (2006) mendifinisikan bahwa corporate governance adalah suatu

mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan dari

perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh

manager atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan

kontrol terhadap manager. Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat

1265
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

disimpulkan bahwa corporate governance merupakan seperangkat aturan yang

digunakan untuk mengatur hubungan antara pihak pemegang saham (principal) dan

manajemen (agent) untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan demi

mencapai kesejahteraan bersama.

Penerapan Corporate Governance merupakan salah satu upaya yang cukup

signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang telah melanda Indonesia.

Peran dan tuntutan para investor dan kreditur asing mengenai penerapan prinsip

Corporate Governance merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan

berinvestasi dalam suatu perusahaan. Untuk itu penerapan Corporate Governance di

Indonesia sangat penting, karena prinsip Corporate Governance dapat memberikan

kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, sehingga perusahaan di Indonesia dapat

bersaing secara global. Dengan adanya sistem Corporate Governance para pemegang

saham dan investor menjadi yakin akan memperoleh return atas investasinya, karena

Corporate Governance dapat memberikan perlindungan efektif bagi para pemegang

saham dan investor. Corporate Governance juga dapat membantu dalam menciptakan

lingkungan yang yang kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien di sektor

koporat.

Perusahaan manufaktur juga sudah menerapkan good corporate governance

namun tingkat implementasi yang berbeda-beda. Misalnya saja terjadi kasus

pelanggaran yang dilakukan oleh PT. KAI penerapan good corporate governace yang

tidak sesuai dengan prinsip salah satunya adalah kasus audit umum yang dialami oleh

PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Menurut Nadia (2009), kasus ini menunjukkan

1266
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

bagaimana proses tata kelola yang dijalankan didalam suatu perusahaan, dan

bagaimana peran dari tiap-tiap organ pengawas dalam memastikan penyajian laporan

keuangan tidak salah saji dan mampu mengambarkan keadaan keuangan perusahaan

yang sebenarnya. Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara

Manajemen dan Komisaris, khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris

menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah di audit oleh

Auditor Eksternal, dan Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan

keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.

Perbedaan padangan antara manajemen dan komisaris tersebut bersumber dari

perbedaan mengenai: masalah piutang PPN, beban yang ditangguhkan yang berasal

dari penurunan nilai persediaan, persediaan dalam perjalanan, uang muka gaji,

bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya (BPYDBS) dan Penyertaan

Modal Negara (PMN). Dan beberapa solusi dan rekomendasi yang disarankan

kepada PT. KAI untuk memperbaiki kondisi yang terjadi: pertama, Dewan komisaris

dapat mengusulkan kepada pemegang saham untuk mengganti direksi. Kedua,

diperlukan kebijaksanaan dari anggota Dewan Komisaris untuk memilah-milah

informasi apa saja yang merupakan private domain. Ketiga, komunikasi yang intens

sangat diperlukan antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit. Keempat, komite

audit tidak memberikan second judge atas opini auditor ekternal. Kelima, harus

adanya untuk membenarkan kesalahan-kesalahan tahun lalu karena konsisten yang

salah tidak boleh dipertahankan. Keenam, komite audit sangat mengandalkan internal

audit dalam menjalankan tugasnya untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi dalam

1267
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

operasional perusahaan. Ketujuh, manajemen menyusun laporan keuangan secara

tepat waktu, akurat dan full disclosure dan komite audit & dewan komisaris

sebaiknya melakukan inisiatif untuk membangun budaya pengawasan dalam

perusahaan melalui proses internalisasi, sehingga pengawasan merupakan bagian

tidak terpisahkan dari setiap organisasi dan individu dalam organisasi.

Kasus pelanggaran yang lainnya dilakukan oleh PT. Kimia Farma Tbk yang

merupakan salah satu sektor industri barang konsumsi manufaktur karena kurangnya

kesadaran terhadap pentingnya penerapan good corporate governance. PT. Kimia

Farma Tbk terbukti melakukan mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang

Overstated yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 132 miliar

(karena laporan keuangan yang seharusnya hanyalah Rp 99.594 miliar ditulis Rp. 132

miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi

auditor perusahaan tersebut ke pengadilan, meskipun KAP tersebut berinisiatif

memberikan laporan adanya overstated (Setiajatnika, 2008). Dalam kasus ini terjadi

pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat dan transparansi akibatnya

sangat merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah dijadikan dasar

transaksi yang menyebabkan investor mengalami kerugian pada saat harga turun.

Jika kita melihat dengan menggunakan teori agensi, maka didalam sebuah

perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar bisa terjadi agency conflict

antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya proporsi yang besar yang

dimiliki oleh keluarga atas sebuah perusahaan dapat menimbulkan agency problem

yang lain, yaitu antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.

1268
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya keluarga sebagai pemegang saham

mayoritas akan memiliki kekuatan dan kontrol yang besar untuk menggunakan hal

tersebut demi meningkatkan keuntungan pribadinya sehingga investor menginginkan

tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi resiko tersebut.

(Dyck dan Zingales, 2004).

Kepemilikkan keluarga dilihat dari control ownership dari dua anggota atau

lebih, dari keluarga atau partnership dari keluarga, strategi dalam manajemen

perusahaan dipengaruhi oleh anggota dari keluarga, strategi dalam manajemen

perusahaan dipengaruhi oleh anggota keluarga baik itu sebagai advisor dalam

anggota dewan atau menjadi pemegang saham, lebih peduli pada hubungan keluarga,

yang terakhir visi dari pemilik perusahaan keluarga berlanjut sampai beberapa

generasi (Poza, 2007 dalam Ruwita, 2012). Dengan adanya kepemilikan yang

terpusat sebuah perusahaan pada suatu keluarga, maka dapat terjadi pemenuhan

sebuah tujuan yang hanya menguntungkan beberapa pihak. Maka dari itu diperlukan

penerapan GCG yang baik didalam sebuah perusahaan.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan sebuah perusahaan yang

dimiliki oleh suatu badan atau pemilik institusional, seperti pemerintah, asuransi dan

bank. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan

manajemen melakukan manajemen laba (Nuraina, 2012). Biaya ekuitas adalah biaya

rill yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang

1269
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk

mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan (Karamony dan Wokas, 2011).

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap biaya ekuitas dapat kita lihat

dari penelitian-peneliti terdahulu. Penelitian mengenai biaya ekuitas yang dilakukan

oleh Rebecca (2012) memperoleh hasil sebagai berikut: pertama, Corporate

Governance Index memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya ekuitas.

Kedua, Kepemilikan keluarga terbukti memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

biaya ekuitas perusahaan. Ketiga, Kepemilikan institusional tidak berpengaruh

signifikan terhadap biaya ekuitas.

Peneliti lain seperti Natalia dan Sun (2013) memiliki hasil penelitian sebagai

berikut: pertama, Corporate Governance Perception Index (CGPI) berpengaruh

positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Kedua, kepemilikan manajerial

berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Ketiga, kepemilikan

institusional memberikan pengaruh negatif yang signifikan dalam menurunkan biaya

ekuitas. Keempat, kualitas audit menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan

terhadap biaya ekutias. Kedua penelitian ini memiliki hasil yang berbeda mengenai

variabel Corporate Governance Index dan kedua penelitian diatas memiliki hasil

yang berbeda dengan yang dilakukan dilakukan oleh Ashbaugh et al. (2004) dalam

Rebecca (2012) yang menyatakan hubungan positif kepemilikan saham institusional

terhadap biaya ekuitas.

Penelitian dilakukan oleh Syed Zulfiqar Ali Shah dan Sfadar Ali Butt (summer

2009) tentang Dampak Corporate Governance pada biaya ekuitas bukti empiris pada

1270
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

perusahaan tercatat di Pakistan, menyatakan bahwa kualitas tata kelola perusahaan

diukur dengan memberikan bobot pada satu variabel yang terkait meskipun variabel-

variabel ini juga dianggap secara individual. Penelitian ini menggunakan statistik

deskriptif, matrik korelasi, pendekatan kuadrat kecil sederhana biasa (OLS) dan

model fixed effect model untuk menguji data panel yang dikumpulkan. Penelitian ini

menemukan hubungan negatif antara kepemilikan majerial dan ukuran perusahaan

dengan biaya ekuitas dan hubungan positif antara kepemilikan intitusional, komite

audit dan tata kelola perusahaan dengan biaya ekuitas. Hasil penelitian ini disebabkan

oleh dua transisi dimana perusahaan Pakistan lewat berlakunya

Corporate Governance pada tahun 2002. Hal ini berbeda dari penelitian

yang dilakukan oleh Ifonie (2012) yang menyatakan bahwa asimetri informasi

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap biaya ekuitas. Karena adanya asimetri

informasi, maka dibutuhkan Corporate Governance yang efektif untuk mengurangi

terjadinya asimetri informasi dengan cara meningkatkan pemantauan atas tindakan

yang dilakukan oleh manajemen dan mengurangi resiko informasi yang ditanggung

oleh pemegang saham. Alasan penulis memilih perusahaan manufaktur sebagai

obyek penelitian karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri dari

berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi

pasar modal sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara

keseluruhan. Perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan manufaktur

sebagai obyek penelitian sesuai dengan fakta yang telah dijelaskan, kasus yang

melibatkan perusahaan manufaktur lebih banyak atau mendominasi jika

1271
dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Peneliti tertarik

1272
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

memilih perusahaan sektor industri dasar dan kimia karena kebanyakan penelitian

sebelumnya hanya terfokus pada semua sektor perusahaan manufaktur sedangkan

untuk penelitian yang lebih terfokus pada satu sektor saja terutama sektor industri

dasar dan kimia masih sangat jarang di lakukan. Hal ini dapat dilihat dalam papan

jumlah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agnes (2014) dimana penelitian

yang terfolus pada satu sektor masih sangat sedikit. Sebagaimana yang kita ketahui

bahwa perusahaan yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang nantinyaakan diolah

menjadi barang jadi suatu perusahaan.

Kualitas dari corporate governance diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada keseluruhan proses penciptaan nilai perusahaan (Shleifer dan Vishny , 1997).

Ciri salah satu penciptaan nilai yaitu adanya penurunan biaya modal oleh perusahaan.

Menurut Newell dan Wilison (2002) penerapan good corporate governance juga

dapat meningkatkan kepercayaan para investor. Kepercayaan investor meningkatnya

karena penerapan GCG yang baik mampu memberikan perlindungan yang efektif

terhadap investor dalam memperoleh kembali investasinya dengan wajar (Tjager et

al., 2003).

Penerapan pengukuran good corporate governance dilakukan perusahaan

yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga independen di setiap negara berfungsi

untuk menilai praktek corporate governance. Penelitian sebelumnya yang

menjelaskan pengaruh good corporate governance terhadap biaya ekuitas seperti

penelitian menurut Derwall dan Verwijmeren (2007) perusahaan dengan kualitas

corporate governance yang baik memiliki biaya ekuitas yang lebih rendah dengan

1273
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

cara menilai praktek corporate governance pada perusahaan-perusahaan publik di

Amerika menggunakan Governance Metrics International (GMI). Praktek corporate

governance memiliki hubungan negatif terhadap biaya ekuitas dan perlindungan hak

pemegang saham merupakan faktor yang paling signifikan dalam menurunkan biaya

ekuitas (Byun et al, 2008). Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan-perusahaan

publik di Korea Selatan untuk mengevaluasi penerapan Corporate Governanc

Service (KCGS). Menurut Rebecca (2012) memperoleh hasil bahwa Corporate

Governance Index memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas dan menurut

Natalia dan Sun (2013) memiliki hasil penelitian bahwa Corporate Governance

Perception Index (CGPI) berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas. Apabila Good

Corporate governance memiliki nilai yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan

telah menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik. Dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi good corporate governance, maka semakin besar

potensi perusahaan untuk memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah. Berdasarkan

uraian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Good Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas

Jika kita melihat dengan menggunakan teori agensi, maka didalam sebuah

perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar bisa terjadi agency conflict

antara principal dan agent. Menurut Jensen dan Meckling (1976) hal ini dapat

diatasi. Karena dengan adanya proporsi kepemilikan saham yang besar akan

menimbulkan insentif untuk memonitor peran dan kerja para manajer. Tetapi jika kita

1274
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

lihat, dengan adanya proporsi yang besar yang dimiliki oleh keluarga atas sebuah

perusahaan dapat menimbulkan agency problem. Menurut Dyck dan Zingales (2004)

dengan adanya keluarga sebagai pemegang saham mayoritas kekuatan kontrol yang

besar demi meningkatkan keuntungan pribadinya sehingga investor menginginkan

tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi resiko tersebut. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Rebecca (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan

keluarga memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap biaya ekuitas

perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena dalam perusahaan dengan kepemilikan

keluarga muncul agency problem lain, yaitu antara pemegang saham mayoritas dan

pemegang saham minoritas sehingga dapat memberikan peluang besar terjadinya

peningkatan terhadap pemegang saham minoritas.

Hal ini disebabkan oleh excess control yang dimiliki pemegang saham

mayoritas cenderung digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi pada beban

yang ditanggung oleh pemegang saham mayoritas (Rebecca, 2012). Maka dari itu jika

sebuah perusahaan dimiliki oleh kepemilikan keluarga yang besar dapat

menimbulkan agency problem yang lain dalam bidang kepentingan dan informasi

yang beredar diantara orang-orang yang berkepentingan di dalam sebuah perusahaan.

Resiko-resiko yang di alami mengakibatkan biaya ekuitas menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan uraian ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas

1275
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

Teori agensi (agency theory), didalam sebuah perusahaan terdapat hubungan

antara manajer dan para pemegang saham. Di dalam hubungan ini sering terjadi

konflik karena adanya asimetri informasi diantara pihak manajer dan pihak pemegang

saham. Hal ini dapat merugikan salah satu pihak tersebut, karena jika salah satu pihak

memiliki jumlah informasi yang lebih banyak, maka dapat memanfaatkan hal tersebut

untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan pihak lainnya.

Kepemilikan institusional merupakan salah satu cara untuk mengurangi konflik yang

terjadi diantara para pemegang saham dengan manajer. Karena dengan adanya

kepemilikan institusional dapat mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan dengan

meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen yang ada.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebecca (2012) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya ekuitas. Menurut

Rebecca (2012) hal ini dapat disebabkan karena mayoritas jenis perusahaan publik di

Indonesia masih merupakan perusahaan milik keluarga sehingga monitoring oleh

pihak institusional cenderung tidak mempengaruhi keputusan investor dalam

menentukan biaya ekuitas perusahaan.

Menurut Natalia dan Sun (2013) menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memberikan pengaruh negatif yang signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas.

Penelitian sebelumnya menjelaskan tentang investor institusional memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk memonitoring tindakan manajemen dibandingkan

dengan investor individual dimana investor institusional tidak mudah diperdaya

dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen (Juniarti dan Sentosa,

1276
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

2009). Kondisi teresbut dapat menyebabkan berkurangnya perilaku oportunistik

manajemen yang mengarah pada biaya ekuitas lebih rendah. Menurut Collins dan

Huang (2010) kepemilikan institusional memiliki dampak negatif terhadap biaya

ekuitas perusahaan.

Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan

analisis investasi dan memiliki akses atas informasi yang mahal dalam diperoleh bagi

investor lainnya (Fidyati, 2004). Investor intitusional berperan aktif dalam good

corporate governance dengan mengurangi tingkat resiko dari perusahaan tempat

mereka menginvestasikan protofolio memulai pengawasan manajemen yang efektif.

Kepemilikan institusional dapat percaya untuk menurunkan biaya ekuitas yang

diterima oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka akan diajukan hipotesis

sebagai berikut:

H3: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas

METODE PENELITIAN

Penelitian untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance terhadap

biaya ekuitas perusahaan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantatif karena di

dasarkan pada data kuantitatif atau temuan-temuan yang dicapai dengan mengunakan

prosedur-prosedur atau cara-cara yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung

dengan satuan hitung (Sugiyono, 2013). Penelitian kuantitatif berbentuk asosiatif

(hubungan) yaitu penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau

lebih (Rahyuda dkk, 2004:17). Adapun penelitian kuantitatif berbentuk asosiatif

1277
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

(hubungan) dalam penelitian ini seperti prosedur dalam pengambilan data di BEI dan

perhitungan dalam memperoleh data good corporate governance, kepemilikan

keluarga, kepemilikan institusional dan biaya ekuitas. Pengaruh unsur good

corporate governance terhadap biaya ekuitas dapat dilihat dalam diagram berikut ini.

Good Corporate Governance (X1)

Biaya Ekuitas (Y)


Kepemilikan Keluarga (X2)

Kepemilikan Institusional (X3)

Gambar 1. Desain Penelitian Teoritis


Sumber: data sekunder diolah, 2015

Lokasi penelitian ini dilakukan di perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang menyediakan informasi yang diungkapkan dalam laporan

keuangan dan laporan tahunan. Objek penelitian ini adalah good corporate

governance, kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional dan biaya ekuitas.

Menurut Sugiyono (2013), variabel penelitian adalah segala suatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulan. Penelitian ini

menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel terikat (dependent variable) dan

variable bebas (independent variable). Variabel terikat, yaitu variabel yang di

pengaruhi oleh variabel bebas lainnya dalam hal ini variabel adalah Biaya Ekuitas.

Biaya ekuitas adalah biaya rill yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh

1278
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba

ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Cara menghitung

biaya ekuitas diukur dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM),

CAPM tidak terlepas dari ketersediaan data-data yang ada di pasar modal Indonesia.

Metode CAPM merupakan cara perhitungan yang relatif lebih mudah dari metode

yang lainnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi good corporate governance,

kepemilikan keluarga, dan kepemilikan institusional. Good corporate governance

yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka. Cara mengevaluasi tingkat penerapan good corporate

governance masing-masing perusahaan dengan cara metode total sektor tertimbang

(total weight score). Penilaian skor yang dihasilkan berupa presentase dengan

maksimal 100%. Indonesia Institute for corporate Directoryshiya (IICD) menetapkan

skor memiliki interprestasi tersendiri sesuai dengan kriteria penilaian praktek GCG.

Dalam penelitian ini, skor GCG yang digunakan dalam skor pada tahun 2010 dan

2011 dengan mangasumsikan skor yang diperoleh untuk tahun berikutnya, yaitu

tahun 2012 dan 2014 adalah sama dengan skor pada tahun terakhir (skor tahun

2011). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data yang tersedia di IICD.

Kepemilikan keluarga adalah perusahaan yang kepemilikannya dimiliki secara

mayoritas oleh anggota keluarga tertentu atau kepemilikan sahamnya terkosentrasi

1279
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

pada keluarga tertentu (Ayub, 2008). Kepemilikan keluarga dapat diproksikan dengan

menggunakan variabel dummy, yaitu skor 1 untuk perusahaan dengan kepemilikan

keluarga lebih dari 20% dan skor 0 untuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga

kurang dari 20%. Penilaian skor tersebut mengacu pada PSAK 15 (revisi 2009), maka

investor di anggap mempunyai pengaruh signifikan positif.

Kepemilikan Institusional didefinisikan sebagai kepemilikan saham

perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti perusahaan investasi,

bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana perwakilan serta institusional

lainnya (Juniarti dan Sentosa, 2009). Cara pengukuran kepemilikan institusional sama

dengan kepemilikan keluarga dengan memproksikan variabel dummy, yaitu skor 1

untuk perusahaan dengan kepemilikan institusional lebih dar 20% dan skor 0 untuk

perusahaan dengan kepemilikan institusional kurang dari 20%. Penilaian skor

tersebut mengacu pada PSAK 15 (revisi 2009), maka investor di anggap mempunyai

pengaruh signifikan positif.

Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2013). Data

Kuantitatif dalam penelitian ini berupa angka laporan perusahaan keuangan yang

terdaftar periode 2010-2014. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata,

kalimat, skema dan gambar (Sugiyono, 2013). Data Kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi daftar nama-nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2010-2014.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan dikumpulkan, kemudian di olah kembali

1280
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

oleh pihak lain atau media perantara seperti dokumen yaitu (Sugiyono, 2013). Data

sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi data yang diperoleh dari

berbagai jurnal, makalah, artikel.laporan dan kepustakanan yang relevan.

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi

obyek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun

2010-2014. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data

dan mewakili seluruh populasi. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling yang di artikan sebagai teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX Fact Book 2010-2014, jumlah

populasi perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan manufaktur sesuai dengan

kategori perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia pada tahun 2010-

2014 adalah 315 perusahaan. Dari total tersebut, sampel yang dapat digunakan dan

memenuhi kreteria penelitian berjumlah 165 perusahaan. Berikut ini merupakan

rincian pemilihan sampel yang dilakukan dalam penelitian:

Tabel 1.
Seleksi Sampel

No Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia pada tahun
2010-2014 315
2. Laporan keuangan perusahaan di sajikan dalam mata uang asing (85)
3. Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negative (35)
4. Perusahaan yang tidak memiliki saham aktif yang di perdagangkan selama
tahun 2010-2014 (30)
Jumlah sampel penelitian 165
Sumber: data sekunder diolah, 2015

1281
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan cara menggumpulkan data dari

berbagai literatur yang sesuai dengan tema penelitian dan juga data dari laporan

keuangan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014.

Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen, maka

teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda dengan

rumus umum sebagai berikut (Wirawan, 2014 :254) :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ...+ βkXk + ei...............................................(1)

Oleh karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu satu variabel

terikat dan tiga variabel bebas, maka model regresi liniear berganda yaitu disusun adalah

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei..............................................................................(2)

Keterangan:
Y= Biaya Ekuitas
βo = Konstata / Intercept
β = Koefisien Regresi ( 1,2,. .4)
X1 = Good Corporate Governance
X2 = Kepemilikan Keluarga
X3 = Kepemilikan Institusional
ei = Errror Term / Residual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi

mengenai karakteristik variabel-variabel penelitian, antara lain minimum, maksimum,

mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan cara yang paling

umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data. Sedangkan,

1282
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya.

Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.
Hasil Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


COE 165 ,16 1,25 ,2907 ,14377
CGI 165 ,46 ,92 ,6411 ,11477
Fam 165 ,00 1,00 ,0606 ,23933
Inst 165 ,00 1,00 ,8606 ,34741
Valid N (listwise) 165
Sumber : data sekunder diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai minimum untuk biaya ekuitas didapat

nilai minimun adalah 0,16 dan nilai maksimumnya adalah 1,25. Mean untuk biaya

ekuitas adalah 0,29, hal ini berarti rata-rata biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2014 sebesar 0,29. Standar deviasinya 0,14.

Untuk variabel Good Corporate Governance (CGI) nilai minimumnya adalah 0,46

dan nilai maksimumnya adalah 0,92. Mean variabel Good Corporate Governance

(CGI) adalah 0,64, hal ini berarti bahwa rata-rata Good Corporate Governance (CGI)

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 sebesar 0,64.

Standar deviasinya sebesar 0,11. Untuk variabel kepemilikan keluarga nilai

minimumnya adalah 0, dan nilai maksimumnya adalah 1. Mean variabel kepemilikan

keluarga adalah 0,06 hal ini berarti rata-rata kepemilikan keluarga pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 0,06. Standar deviasinya

sebesar 0,23. Untuk variabel kepemilikan institusional nilai minimumnya adalah 0

dan nilai maksimumnya adalah 1. Mean variabel kepemilikan institusional adalah

0,86 hal ini berarti rata-rata kepemilikan institusional pada perusahaan manufaktur

1283
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 sebesar 0,86. Standar deviasinya sebesar

0,34.

Berdasarkan pengujian asumsi klasik diatas, dapat disimpulkan bahwa model

regresi lolos dari uji asumsi klasik. Model yang digunakan dalam menganalisis

variabel-variabel yang mempengaruhi biaya ekuitas perusahaan adalah model analisis

regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS. Dalam model analisis regresi

linear berganda yang menjadi variabel terikatnya adalah praktik biaya ekuitas,

sedangkan yang menjadi variabel bebasnya adalah Good Corporate Governance

(GCG), kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional. Hasil Regresi Linier

berganda ditujukkan pada Tabel 3.

Y= 0,337 - 0,086 X1 + 0,558 X2 - 0,029 X3 + ei.................... (4)

Nilai konstanta 0,337 memiliki arti apabila good corporate governance,

kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional serta interaksi sama dengan

dengan nol, maka biaya ekuitas sebesar 0,337. Nilai koefisien regresi good corporate

governance sebesar - 0,086 memiliki arti apabila good corporate governance naik

sebesar satu satuan, maka biaya ekuitas turun sebesar -0,086 dengan asumsi variabel

lainnya sama dengan nol. Nilai koefisien regresi kepemilikan keluarga sebesar 0,558

memiliki arti apabila kepemilikan keluarga naik sebesar satu satuan, maka biaya

ekuitas naik sebesar 0,558 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan nol. Nilai

koefisien regresi kepemilikan institusional sebesar -0,029 memiliki arti apabila

1284
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

kepemilikan keluarga naik sebesar satu satuan, maka biaya ekuitas turun sebesar -

0,029 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan nol.

Tabel 3.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized
Variabel Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


(Constant) 0,337 0,023 14,778 0,00
Good corporate -0,086 0,033 -0,068 -2,564 0,01
governance (x1)
Kepemilikan keluarga (x2) 0,558 0,017 0,929 33,633 0,00
Kepemilikan institusional -0,029 0,011 -0,071 -2,592 0,01
(x3)
R2 = 0,889
Fhitung = 431,319
Sig Fhitung = 0,000
Sumber : data sekunder diolah, 2015

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,564 dengan

nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh negatif good

corporate governance (X1) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014.

Adapun penerapan pengukuran good corporate governance yang dilakukan

oleh perusahaan yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga independen yang berada

disetiap negara berfungsi menilai praktek corporate governance. Menurut Derwall

dan Verwijmeren (2007) perusahaan dengan kualitas corporate governance yang baik

memiliki biaya ekuitas yang lebih rendah. Untuk menilai praktek corporate

governance pada perusahaan-perusahaan publik di Amerika menggunakan

Governance Metrics International (GMI). Praktek corporate governance memiliki

hubungan negatif dengan biaya ekuitas dan perlindungan terhadap hak pemegang

1285
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

saham merupakan faktor yang paling signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas

(Byun et al, 2008). Mengevaluasi penerapan corporate governance pada perusahaan-

perusahaan publik di Korea Selatan dengan Corporate Governanc Service (KCGS).

Menurut Rebecca (2012) memperoleh hasil bahwa Corporate Governance

Index memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas dan menurut Natalia dan Sun

(2013) memiliki hasil penelitian bahwa Corporate Governance Perception Index

(CGPI) berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Penerapan

pengukuran Good Corporate Governance yang dilakukan oleh perusahaan dapat

diproksikan dengan good corporate goveranance. Good Corporate governance

berpengaruh tinggi menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip

good corporate governance dengan baik. Mengindikasikan bahwa semakin tinggi

good corporate governance, maka semakin besar potensi perusahaan untuk

memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah.

Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar 33,633 dengan nilai sig <

0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh positif kepemilikan keluarga

(X2) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2010 – 2014. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan

dengan kepemilikan keluarga memiliki biaya ekuitas yang lebih tinggi di bandingkan

perusahaan lainnya (Yao dan Sun ,2008). Hasil penelitian tersebut dapat disebabkan

karena dalam perusahaan dengan kepemilikan keluarga memiliki agency problem

yaitu antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas sehingga

dapat memberikan peluang besar terjadinya peningkatan terhadap pemegang saham

1286
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

minoritas. Kontrol yang dimiliki oleh pemegang saham mayoritas memberikan

insentif yang lebih besar untuk meningkatkan keutungan pribadi pada beban yang

ditanggung oleh pemegang saham minoritas. Sebagai akibatnya, investor

menginginkan retrun yang lebih tinggi untuk mengkompensasi resiko tersebut.

Hal ini disebabkan oleh excess control yang dimiliki pemegang saham

mayoritas cenderung digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi pada beban

yang ditanggung oleh pemegang saham mayoritas (Rebecca, 2012). Maka dari itu jika

sebuah perusahaan dimiliki oleh kepemilikan keluarga yang besar dapat

menimbulkan agency problem yang lain dalam bidang kepentingan dan informasi

yang beredar diantara orang-orang yang berkepentingan di dalam sebuah perusahaan.

Resiko-resiko tersebut berdampak negatif terhadap nilai perusahaan dan

mengakibatkan biaya ekuitas menjadi lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar -2,592 dengan

nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya kepemilikan institusional (X3) pengaruh

negatif terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2010-2014. Zhang (2005) menemukan bahwa perusahaan di luar Amerika

Serikat umumnya dikendalikan oleh pemegang saham besar. Masalah keagenan

utama dalam perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan seperti ini adalah konflik

antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas. Apabila

tidak terdapat perlindungan hukum yang memadai, pemegang saham pengendali

dapat melakukan aktivitas yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan

pemegang saham minoritas.

1287
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

Kepemilikan institusional lebih banyak menghabiskan waktu untuk

melakukan analisis investasi dan memiliki akses informasi yang teralalu mahal untuk

diperoleh bagi investor lainnya (Fidyati, 2004). Peran aktif dalam good corporate

governance dengan mengurangi tingkat resiko dari perusahaan dengan

menginvestasikan protofolio memulai pengawasan manajemen yang efektif.

Hubungan ini menjadi lebih kuat dengan tingginya asimetri informasi di perusahaan.

Kepemilikan institusional di percaya dapat menurunkan biaya ekuitas yang diterima

oleh perusahaan.

Penelitian Ashbaugh et al. (2004) dan Haque (2006) menemukan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital. Dari

temuan tersebut menunjukkan bahwa keberadaan struktur kepemilikan mampu

meningkatkan kinerja pasar saham dan harga saham. Ada anggapan bahwa

peningkatan kinerja pasar saham justru akan mengurangi informasi yang harus

diungkap oleh perusahaan, sehingga berdampak terhadap turunnya biaya yang

dikeluarkan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital) dan

menurut Natalia dan Sun (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional

memberikan pengaruh negatif yang signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti dan Sentosa (2009)

menjelaskan bahwa investor institusional memiliki kemampuan yang lebih baik untuk

memonitoring tindakan manajemen dibandingkan dengan investor individual dimana

investor institusional tidak mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang

dilakukan oleh manajemen. Selain itu, investor intitusional, yang umumnya juga

1288
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289

beberapa sebagai fidusiari, memiliki insentif yang lebih besar untuk memantau

tindakan manajemen dan kebijakan perusahaan. Kondisi ini dapat menyebabkan

berkurangnya perilaku oportunistik manajemen yang mengarah pada biaya ekuitas

yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Huang (2010)

membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki dampak negatif terhadap

biaya ekuitas perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa good corporate

governance memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap biaya ekuitas.

Kepemilikan keluarga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap biaya ekuitas.

Kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap biaya

ekuitas.

Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan yang didapat adalah

mengunakan kriteria-keteria penilaian praktek Good Corporate Governance yang

ditetapkan oleh IICD dengan cara scoring sehingga dapat menguji sejauh mana

pengaruh dari setiap keteria tersebut terhadap biaya ekuitas perusahaan.

REFERENSI

Asbaugh, Hollis, Collins, Daniel W., LaFond, Ryan. 2004. Corporate


governance and the cost of equity capital. Working paper, University of
Wisconsin.

Byun, H., L. Hwang, dan S. Kwak. 2008. Asia-Pacific Journal of Financial Studies
The Implied Cost of Equity Capital and Corporate Governance Practices. 37:
h:139–184.

1289
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…

Collins, Denton, and H. Huang. 2010. Management entrenchment and the cost of
equity capital. Journal of Business Research 64, 356-362.

Derwall, Jeroen, dan Patrick Verwijmeren. 2007. Corporate Governance and the
Cost of Equity Capital: Evidence from GMI’s Governance Rating. European
Centre for Corporate Governance Research Note, RSM Erasmus University,
The Netherlands.

Dyck A., dan L. Zingales. 2004. Journal of Applied Corporate Finance. Control
Premiums and the Effectiveness of Corporate Governance Systems, 16: h:51-
72.

Fidyati, Nisa. 2004. Pengaruh mekanisme corporate governance terhadapearnings


management pada perusahaan seasoned equity offering (SEO). Jurnal
Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi 2(1), 1-23.

Jensen, M. C., and W.H. Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
3(4), h:305-360.

Natalia, Dessy dan Yen Sun. 2013. “Analisis Pengaruh Wajibnya Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas Pada Badan Usaha Milik
Negara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012”. Skripsi:
Bina Nusantara.

Rahyuda. 2004. Metodologi Penelitian. Denpasar: Universitas Udayana-Press.

Rebecca, Yulisa. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan


Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya
Utang: Studi Empiris Pada Perisahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”.
Skripsi: Universitas Indonesia.

Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 2006. A Survey of Corporate Governance. Journal of


Finance, 52( 2) h:737-783.

Sugiyono, 2013. MetodePenelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan


R & D. Bandung : Alfabeta.

1290
Meilisa dan Salim: Pengaruh Auditor Size, Auditor Tenure, dan Kepemilikan
Institusional………

PENGARUH AUDITOR SIZE, AUDITOR TENURE DAN KEPEMILIKAN


INSTITUSIONALTERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS

Meilisa & Susanto Salim


Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Tarumanagara,
Jakarta Email:
MeilisaLiu98@gmail.com

Abstract: This study aims to examine the effect of the auditor size, auditor tenure, and
institutional ownership against the cost of equity capital. The research sample is selected by
purposive sampling method, which is manufacturing companies listed on the Indonesian Stock
Exchange from 2016 to 2018 period. From the sample selection process, obtained 95 companies
during the past 3 years or as many as 147 data. Analysis of data using multiple regression
analysis using the IBM SPSS Statistics 23 program. The results showed that auditor tenure affect
negatively significant to cost of equity capital, while auditor size and institutional ownership
have a non-significant affect on cost of equity capital.
Keywords: agency theory, cost of equity capital, auditor size, auditor tenure, institutional
ownership
Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh auditor size, auditor tenure, dan
kepemilikan institusional terhadap cost of equity capital. Sampel penelitian dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Dari proses pemilihan sampel, diperoleh
95 perusahaan selama 3 tahun atau sebanyak 147 data. Analisis data menggunakan analisis
regresi berganda dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 23. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa auditor tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya modal
ekuitas, sedangkan auditor size dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Kata Kunci: agency theory, biaya modal ekuitas, ukuran auditor, tenur auditor, kepemilikan
institusional

Latar Belakang
Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang semakin pesat mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berarti
berkembangnya dunia bisnis. Selain itu, persaingan dalam dunia bisnis yang semakin bebas dan
terbuka, mendorong perusahaan untuk memberikan performa terbaik agar dapat tetap bersaing di
industri. Performa suatu perusahaan akan berdampak pada nilai pasar perusahaan tersebut dan
dapat mempengaruhi keputusan investor apakah akan menanam atau menarik investasinya pada
suatu perusahaan.
Ketika investor ingin melakukan kegiatan investasi pada suatu perusahaan, tingkat
pengembalian (required rate of return) yang akan diterima dari saham yang dibelinya menjadi
pertimbangan utamanya. Biaya modal ekuitas (Cost of equity capital) merupakan tingkat

Jurnal Multiparadigma Akuntansi Tarumanagara / Vol.2 Edisi Juli 2020 : 1362 - 1371
pengembalian (rate of return) yang diharapkan investor dari saham perusahaan yang dimilikinya.
Rate of return adalah suatu biaya oportunis yang dihadapi investor dalam investasi. Ketika
investor memilih untuk melakukan suatu investasi, maka investor tersebut akan kehilangan
peluang return yang ditawarkan investasi lainnya. Biaya oportunis ini kemudian akan menjadi
rate of return yang diminta oleh investor (Lambert, Leuz, & Verrecchia, dalam Perwira &
Darsono, 2015).
Laporan keuangan perlu diaudit untuk meningkatkan kredibilitas dan keandalannya.
Kualitas audit yang digunakan oleh perusahaan merupakan salah satu hal yang mendasari
pertimbangan investor dalam berinvestasi. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi
yang berguna dalam proses pengambilan keputusan (Aiisiah & Pamudji, 2012). Dalam penelitian
ini digunakan ukuran auditor dan tenur audit untuk mengukur kualitas audit. Akuntan publik
yang merupakan pihak yang ahli dan independen akan memberikan pendapat mengenai
kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas pada akhir
pemeriksaannya, dimana hal ini akan memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan
perusahaan (Agoes, 2017). Diasumsikan KAP big 4 dapat menyediakan kualitas audit lebih baik
dibandingkan KAP non-big 4. Selain itu, semakin panjang tenur KAP berarti pemahaman KAP
tersebut terhadap perusahaan yang diaudit semakin baik sehingga kualitas audit yang diberikan
akan lebih baik.
Menurut Fernando et al (2010), peraturan auditor secara eksplisit lebih memfokuskan
untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material
dibandingkan memberikan jaminan terhadap kerugian investor. Hal ini dapat dicapai dengan
mengurangi efek negatif dari konflik agensi, yang timbul dari pemisahan kepemilikan dan
kontrol (Jensen & Meckling, dalam Fernando et al, 2010) melalui pengurangan asimetri
informasi antara pengguna laporan keuangan dan pembuatnya. Audit merupakan salah satu cara
untuk meminimalisir risiko informasi bagi pengguna laporan keuangan. Dengan risiko informasi
yang minimal, maka investor akan mengeluarkan biaya yang lebih kecil sehingga cost of equity
capital ikut berkurang (Jensen & Meckling, dalam Herusetya, 2012).
Asimetri informasi dapat juga diminimalisir dengan adanya kepemilikan institusional.
Investor institusional dapat berpartisipasi terhadap corporate governance, mempengaruhi
perilaku manajemen, dan dapat berperan sebagai pengawas. Selain itu, investor institusional
dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Konflik dan biaya agensi dapat dikurangi
dengan adanya kepemilikan institusional. (Lyu & Zhang, 2015).
Penelitian yang dilakukan Fernando et al (2010) menunjukkan bahwa ukuran KAP dan
audit tenur teruji merupakan prediktor yang negatif atas cost of equity capital. Hasil yang
berbeda ditunjukkan dalam penelitian Susanto dan Siregar (2012) yang menyatakan bahwa tenur
auditor teruji berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas. Herusetya (2012) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas
dengan t-stat sebesar 3.51.
Penelitian Lyu dan Zhang (2015) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas sedangkan Nugroho dan Meiranto (2014)
berkesimpulan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap biaya
modal ekuitas.
Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini melatarbelakangi penelitian ini mengenai
pengaruh auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional terhadap cost of equity
capital pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kajian Teori
Biaya Modal Ekuitas. Merupakan biaya yang investor persyaratkan dalam mereka
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Perusahaan dengan biaya modal ekuitas yang
lebih rendah kemungkinannya dalam mengembalikan return akan lebih cepat. Hal ini disebabkan
perusahaan dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan labanya (Setiawan & Daljono,
2014). Menurut Pramita (2016, h.125), “biaya modal ekuitas merupakan bentuk konsekuensi
ekonomi perusahaan untuk memperoleh dana dari investor untuk mendanai aktivitas operasi
perusahaan.”
Auditor Size. Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP. Ukuran KAP akan dibagi
menjadi dua, yaitu KAP big-4 dan KAP non big-4. KAP big-4 dianggap lebih dapat dipercaya
karena jumlah kliennya yang banyak, sehingga kemungkinan besar mereka konsisten dalam
mengimplementasikan nilai independensi, objektivitas, dan kejujuran dalam proses audit yang
dilakukan (Setiawan & Daljono, 2014). Economic dependence perspective yang dikemukakan
Choi et al (2010) menyatakan bahwa kantor besar lebih cenderung tidak berkompromi dengan
kualitas audit dan kurang merespon tekanan klien untuk memperlancar pelaporan. Mereka
cenderung memberikan audit dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kantor
kecil karena kantor kecil memiliki ketergantungan ekonomis terhadap kliennya. Kantor audit
besar lebih terpengaruh reputasinya apabila terjadi kegagalan audit dibandingkan kantor kecil.
Auditor Tenure. Menurut Fernando et al (2010, h.374), “tenure represents the length of
the auditor-client relationship.” Tenur audit merupakan jangka waktu hubungan antara auditor
dengan klien atau dapat diartikan juga lamanya masa perikatan antara auditor atau KAP dengan
klien terkait dengan jasa audit yang disepakati.
Dalam beberapa penelitian terbaru, seperti penelitian yang dilakukan Geiger dan
Raghunandan (dalam Fernando et al, 2010) ditemukan bahwa pada tahun-tahun awal hubungan
auditor dengan klien, terdapat lebih banyak kegagalan audit. Jackson et al (dalam Putri &
Cahyonowati, 2014) menyatakan kualitas audit tidak akan meningkat dengan melakukan rotasi
KAP dan hanya akan menimbulkan biaya-biaya tambahan yang tidak diperlukan baik bagi KAP
maupun bagi perusahaan.
Kepemilikan Institusional. Merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh
investor institusional dalam suatu perusahaan. Investor institusional dapat berupa pemerintah,
bank, perusahaan investasi dan asuransi, ataupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain
(Tarjo dalam Lestari, 2017). Investor institusional dapat berpartisipasi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap corporate governance, mempengaruhi perilaku manajemen, dan dapat
berperan sebagai pengawas. (Lyu & Zhang, 2015).
Menurut Fidyati (dalam Rebecca & Siregar, 2015), investor institusional cenderung lebih
aktif dalam melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses informasi yang lebih banyak
dibandingkan investor lainnya. Investor institusional sebagai bagian dari corporate governance
apabila melakukan pengawasan manajemen yang efektif akan dapat membantu mengurangi
tingkat risiko dari perusahaan tempat mereka berinvestasi. Kepemilikan institusional dapat
menjadi solusi untuk mengurangi konflik yang terjadi diantara para pemegang saham dan
pemilik perusahaan sebagai prinsipal dengan pihak manajer sebagai agen. Menurut Nugroho dan
Meiranto (2012, h.3), “… dengan adanya kepemilikan institusional dapat mempengaruhi kinerja
sebuah perusahaan dengan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen yang ada.” Kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya agensi, dikarenakan
investor institusional dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan (Lyu & Zhang, 2015).
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Ketika klien menggunakan KAP big 4, maka biaya modal ekuitas klien akan lebih
rendah. KAP big 4 dipandang dapat memberikan audit dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan KAP big 4 memberi pelatihan yang lebih baik, tidak mudah berkompromi terhadap
kualitas auditnya, dan KAP big 4 cenderung lebih menjaga reputasinya dengan mengurangi
kemungkinan kegagalan audit. Dengan kualitas audit yang baik maka asimetri informasi akan
berkurang sehingga investor akan lebih percaya dan yakin dalam menanamkan modalnya karena
informasi yang diperolehnya lebih dapat diandalkan. Investor akan menurunkan rate of return
yang diminta sehingga cost of equity capital perusahaan tersebut akan menurun. Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara auditor size dan cost of equity capital, yaitu semakin
besar ukuran KAP, maka tingkat biaya modal ekuitas suatu perusahaan akan lebih rendah. Maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Auditor size merupakan prediktor yang negatif atas cost of equity capital
Hubungan auditor dengan klien dinyatakan dengan tenur auditor. Ada beberapa teori
tentang tenur auditor. Dalam penelitian ini, digunakan pendapat yang menyatakan bahwa
semakin panjang hubungan auditor dengan klien, maka kualitas pelaporan dan kinerja audit
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kompetensi auditor yang semakin meningkat dan
pemahaman auditor akan bisnis klien yang semakin baik seiring waktu. Kualitas audit yang baik
akan mengurangi risiko adanya asimetri informasi dan meningkatkan reliabilitas laporan
sehingga investor lebih percaya akan keandalan laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa
semakin panjang auditor tenure, maka semakin kecil nilai cost of equity capital perusahaan
klien. Maka dirumuskan hipotesis:
H2 : Auditor tenure merupakan prediktor yang negatif atas cost of equity capital
Dengan adanya kepemilikan institusional, dapat membantu memantau kinerja manajemen
dalam perusahaan tersebut. Investor institusional tidak mudah diperdaya dan mereka memiliki
kepentingan di dalam perusahaan tersebut sehingga mereka akan memonitor kinerja dan
kebijakan manajemen dengan baik. Selain itu, investor institusional memiliki informasi yang
lebih banyak dibandingkan kepemilikan individu dikarenakan sumber daya dan power yang
dimiliki institut. Dengan proporsi kepemilikan institusional yang meningkat, tindakan oportunis
manajemen akan menurun karena adanya pengawasan oleh investor institusional sehingga biaya
agensi akan menurun begitu juga dengan cost of equity capital. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak proporsi kepemilikan institusional yang ada di dalam suatu
perusahaan, maka biaya modal ekuitas perusahaan tersebut akan lebih rendah.
H3 : Kepemilikan institusional merupakan prediktor yang negatif atas cost of
equity capital
Untuk menggambarkan hubungan auditor size, auditor tenure dan kepemilikan
institusional terhadap cost of equity capital, maka dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai
berikut:
H1 (-)

H2 (-)

H3 (-)

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian

Metodologi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan go-public sektor manufaktur
yang terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2016-2018. Objek penelitian
dalam penelitian ini terdiri dari auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional
sebagai variabel independen dan cost of equity capital sebagai variabel dependen. Teknik
pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kriteria
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah a.) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, b.) Perusahaan manufaktur melakukan IPO (Initial Public Offering)
selambat-lambatnya pada tahun 2016, c.) Perusahaan manufaktur yang tidak melakukan delisting
dan relisting, d.) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan audit
independen secara lengkap, e.) Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang Rupiah, f.) Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai earning per share 2 -
earning per share 1 yang positif
Penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah cost of equity capital. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional.
Cost of Equity Capital ini diukur dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER).
Sesuai penelitian Fernando et al (2010, h.368) biaya modal ekuitas dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
re : Cost Of Equity Capital
EPS 1 : Laba per lembar saham 1 tahun ke
depan EPS 2 : Laba per lembar saham 2 tahun
ke depan
: Harga saham per lembar di tahun fiskal
Auditor Size diukur dengan menggunakan dummyyaitu nilai 1 diberikan apabila perusahaan
menggunakan jasa KAP big 4 dan nilai 0 untuk KAP non-big 4.
Auditor Tenure merupakan panjangnya masa audit KAP pada satu perusahaan dilihat dari tahun
2016-2018.
Kepemilikan Institusional yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak
institusi selain masyarakat. Sesuai dengan penelitian Lyu dan Zhang (2015, h.86), variabel
kepemilikan institusional diukur dengan rumus:

Kepemilikan Institusional =

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda. Sebelum pengujian, dilakukan beberapa pengujian asumsi klasik untuk data yang telah
dikumpulkan. Persamaaan regresi dalam penelitian ini yaitu:

Setelah model regresi diperoleh dan semua asumsi klasik terpenuhi, maka akan diuji
hipotesis penelitian dengan menggunakan uji F dan uji t.

Hasil Uji Statistik

Statistik Deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi suatu data dalam minimum,
maksimum, mean, dan standar deviasi. Nilai minimumnya biaya modal ekuitas (COEC)
menunjukkan nilai 0.002610 sedangkan nilai maksimum menunjukkan nilai 0.371643. Nilai rata-
ratanya adalah 0.11636675. Persebaran angka atau standar deviasinya sebesar 0.083201486.
Nilai minimum auditor size (ASize) adalah 0 dan maksimumnya 1. Nilai rata-ratanya adalah 0.37
dan standar deviasinya sebesar 0.484.
Variabel tenur audit (ATenure) memiliki nilai minimum sebesar 1 dan maksimum 3.
Nilai rata-ratanya adalah sebesar 1.67 dengan standar deviasi sebesar 0.814. Sementara untuk
variabel kepemilikan institusional (IOwn) nilai terendahnya yaitu 0 sedangkan proporsi
kepemilikan institusional tertinggi yaitu sebesar 0.993840. Nilai rata-ratanya adalah 0.68228763
dan standar deviasinya adalah sebesar 0.197297701.
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat, dan
variabel tidak terikat atau ketiganya terdistribusi secara normal. Uji normalitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.Hasil uji menunjukkan
untuk sampel sebanyak 147 data nilai Asymp. Sig. adalah sebesar 0.070. Nilai ini lebih besar
daripada 0.05 oleh karena itu data dalam penelitian ini sudah terdistribusi secara normal dan
dapat digunakan.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
Auditor Size .954 1.048
Kepemilikan Institusional .997 1.003
Auditor Tenure .956 1.046
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 23
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen yang diuji, ketiganya
memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model regresi ini sehingga layak
untuk digunakan.
Uji Heteroskedastisitas. Untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian ini
terjadi heteroskedastisitas, dilakukan uji glejser.
Tabel 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Signifikansi
Auditor Size 0.826
Auditor Tenure 0.071
Kepemilikan Institusional 0.091
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 23
Nilai signifikansi ketiga variabel independen pada tabel 4 adalah diatas 0.05 yang berarti
model regresi dalam penelitian ini bersifat homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam data-data yang
digunakan untuk penelitian ini, dilakukan ujirun test. Hasil pengujian autokorelasi dengan run
test menunjukkan nilai asymp. sig. sebesar 0.282. Nilai ini lebih besar dari 0.05 oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya autokorelasi dari data dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis Statistik F. Berdasarkan hasil uji, nilai F dalam penelitian ini adalah
sebesar 4.946. Nilai ini merupakan F hitung yang akan dibandingkan dengan F tabel. Nilai F
tabel untuk penelitian ini adalah sebesar 2.67. Nilai F hitung lebih besar dari F tabel sehingga
hipotesis diterima. Nilai signifikansi adalah sebesar 0.03. Nilai ini lebih kecil dari 0.05, yang
berarti variabel-variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yakni cost of equity capital.
Uji R dan . Nilai koefisien korelasi yang dinyatakan dalam R menunjukkan nilai
0.307. Nilai R dalam penelitian ini kurang dari 0.5 yang berarti hubungan variabel dependen
terhadap variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah lemah Nilai koefisien
determinansi ( ) adalah sebesar 0.094. Hal ini menunjukkan bahwa auditor size, auditor
tenure, dan kepemilikan institusional dapat menjelaskan variasi dan variabel cost of equity
capital sebesar 9,4%.
Uji Hipotesis t. Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
masing-masing variabel independen dalam penelitian ini, yaitu auditor size, auditor tenure, dan
kepemilikan institusional terhadap variabel dependen dalam penelitian ini yaitu cost of equity
capital.
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis t

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients


Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -1.381 .344 -4.019 .000
Auditor Size -.043 .140 -.025 -.310 .757
SQRT_IOWN -.010 .365 -.002 -.027 .979
SQRT_ATenur
-.823 .223 -.300 -3.690 .000
e
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 23
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa ukuran auditor berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap biaya modal ekuitas. Oleh karena itu, hipotesis pertama dalam penelitian ini ditolak.
Nilai signifikansi untuk variabel auditor tenure adalah 0.000. Selain itu nilai t dalam tabel
menunjukkan nilai yang negatif, yaitu sebesar -3.690. Artinya hipotesis kedua diterima, yaitu
auditor tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Nilai signifikansi
untuk variabel kepemilikan institusional adalah sebesar 0.979. Nilai t untuk variabel ini adalah
sebesar -0.027. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak.

Diskusi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa auditor size tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dengan arah negatif terhadap cost of equity capital. Hal ini
menunjukkan bahwa ukuran KAP yang digunakan perusahaan tidak berpengaruh terhadap biaya
modal ekuitas perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran KAP mungkin
bukan proksi yang sesuai untuk mengukur kualitas audit khususnya di Indonesia yang memiliki
risiko litigasi yang cukup rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanto dan
Siregar (2012).
Auditor tenure berpengaruh secara negatif signifikan terhadap cost of equity capital. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa perikatan audit maka kualitas audit
yang diberikan akan lebih baik. Dengan kualitas audit yang baik, nilai biaya modal ekuitas
perusahaan akan menurun. Investor memandang auditor tenure sebagai salah satu faktor yang
menjadi pertimbangan dalam mereka dalam berinvestasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Fernando et al (2010)
Kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan arah negatif
terhadap cost of equity capital. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan
kepemilikan institusional yang tinggi di dalam suatu perusahaan tidak menurunkan biaya modal
ekuitas perusahaan tersebut. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disebabkan karena
mungkin investor institusional tidak menjalalankan fungsi dan haknya dengan tepat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yulisa Rebecca dan Sylvia Veronica
Siregar (2012).
Penutup

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh
yang signifikan antara auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional terhadap cost
of equity capital. Penelitian ini dilakukan terhadap 95 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
auditor tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Auditor size dan
kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Adapun keterbatasan-keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah
populasi dalam penelitian ini terbatas hanya perusahaan manufaktur, periode penelitian ini hanya
terbatas pada tiga tahun, dan proksi yang digunakan untuk mengukur biaya modal ekuitas dalam
penelitian ini datanya masih belum tersedia di Indonesia.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk ditambahkan sampel penelitiannya,
memperpanjang periode penelitian menjadi lima tahun atau lebih, variabel Cost of equity capital
dapat diukur dengan proksi lainnya seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM), Price Earning
Ratio (PER) ataupun Dividend Growth Model, dan dapat menambahkan variabel independen
baru.

Daftar Pustaka

Aiisiah, N., & Pamudji, S. (2012). Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal of
Accounting, 1(1), 2.
Choi, H. J., Kim, F., Kim, B. J., & Zang, Y. (2010). Audit Office Size, Audit Quality, and Audit
Pricing. Auditing: A Journal of Practice and Theory, 29(1), 6.
Fernando, G. D., Abdel-Meguid, A. M., & Elder, R. J. (2010). Audit Quality Attributes, Client
Size and Cost of Equity Capital. Review of Accounting and Finance, 9(4), 363-378.
Herusetya, A. (2012). Dapatkah Kualitas Audit Mengurangi Biaya Modal Ekuitas Ex-Ante?
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 16(1), 49-56.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm : Managerial Behaviour, Agency
Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 5-11.
Lestari. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi UNIAT, 2(1), 295.
Lyu, X., & Zhang, B. (2015). Institutional Investors and the Cost of Equity Capital: Evidence
from Chinese Listed Companies. Management and Engineering, 18(1), 85-88.
Nugroho, D. R., & Meiranto, W. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Biaya
Ekuitas Dan Biaya Utang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada
Tahun 2010-2012). Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 3-11.
Perwira, A. B., & Darsono. (2015). Analisa Pengaruh Manajemen Laba dan Asimetri Informasi
Terhadap Cost of Equity Capital (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Tahun 2010-2013). Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-2.
Pramita, Y. D. (2016). Kualitas Laba dan Beta Terhadap Biaya Modal Ekuitas. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, 14(2), 124-125.
Putri, T. M., & Cahyonowati, N. (2014). Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan
Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2012) . Diponegoro
Journal of Accounting, 3(2), 3.
Rebecca, Y., & Siregar, S. V. (2012). Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan
Keluarga, dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Simposium Nasional
Akuntansi XV, 8-25.
Setiawan, J. A., & Daljono. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba dan
Biaya Modal Ekuitas. Diponegoro Journal of Accounting, 3(1), 2.
Susanto, S., & Siregar, S. V. (2012). Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas:
Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009.
Simposium Nasional Akuntansi XV, 5-25.
www.idx.com
www.sahamok.com
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE,


PRICE EARNING RATIO DAN PROFITABILITAS TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN

BHEKTI FITRI PRASETYORINI


Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
Kampus Ketintang, Surabaya 60231
E-mail: Bhektifitriprasetyorini@yahoo.com

Abstract: This research analysis the influence firm size, leverage,


price earning ratio, and profitability to firm’s value. The main purpose
of company’s built was to maximize stockholder wealth. There are
several factors that can regard firm’s value, for example firm size,
leverage, price earning ratio, and profitability. In this research firm’s
value were measured by Tobin’s Q. The analysis of this research
using linier regression method. The result shows that firm size,
leverage, price earning ratio, and profitability in simultan has
influence on firm’s value. Meanwhile, the result of test were shown
that firm size, price earning ratio, and profitability there were positive
influence to firm’s value partially. While, the leverage shown that
hasn’t influence on firm’s value partially. It means that the higher firm
size, leverage, price earning ratio, and profitability of company then it
will increasing the firm’s value. The leverage shown that hasn’t
influence on firm’s value.
Keywords: firm size, leverage, price earning ratio, profitability
and firm’s value.
perusahaan menurut berbagai cara antara
PENDAHULUAN
lain dengan total aktiva, log size, nilai
Tujuan suatu perusahaan adalah pasar saham, dan lain-lain. Ukuran
memaksimumkan nilai perusahaan atau perusahaan dianggap mampu
kekayaan bagi pemegang saham. mempengaruhi nilai perusahaan karena
Memaksimumkan nilai perusahaan semakin besar ukuran atau skala
dinilai lebih tepat sebagai tujuan suatu perusahaan maka akan semakin mudah
perusahaan sebab memaksimumkan nilai pula perusahaan memperoleh sumber
perusahaan berarti memaksimumkan nilai pendanaan baik yang bersifat internal
sekarang dari semua keuntungan yang maupun eksternal.
akan diterima oleh pemegang saham di Variabel ukuran perusahaan
masa yang akan datang. Nilai perusahaan dipilih karena terdapat perbedaan hasil
tercemin dari harga saham yang stabil, penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian
yang dalam jangka panjang mengalami Soliha dan Taswan (2002) menunjukkan
kenaikan, semakin tinggi harga saham bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
maka semakin tinggi pula nilai positif terhadap nilai perusahaan.
perusahaan (Sudana, 2009:7). Penelitian yang dilakukan oleh Yunita
Terdapat banyak faktor yang (2010), menunjukkan bahwa ukuran
dapat menentukan nilai perusahaan, salah perusahaaan berpengaruh positif terhadap
satunya adalah ukuran perusahaan. nilai perusahaan. Penelitian Indrajaya dan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala Setiadi (2011), menunjukkan bahwa
dimana dapat diklasifikasikan besar ukuran perusahaan tidak pengaruh
kecilnya
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. dipengaruhi oleh besar kecilnya leverage yang dihasilkan
Nilai perusahaan dapat pula oleh perusahaan. Leverage dapat dipahami sebagai
183 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

penaksir dari risiko yang melekat pada (2008), menunjukkan bahwa price
suatu perusahaan. artinya leverage yang earning ratio berpengaruh positif
semakin besar menunjukkan resiko terhadap stock return karena semakin
investasi yang semakin besar pula. tinggi price earning ratio semakin
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi pula harga per lembar saham suatu
rendah memiliki rasio leverage yang perusahaan. Apabila harga per lembar
lebih kecil. saham dan tingkat pertumbuhan laba
Variabel leverage dipilih karena suatu perusahaan meningkat, maka price
terdapat perbedaan hasil penelitian earning ratio juga meningkat dan akan
terdahulu. Dari hasil penelitian yang meningkatkan pula nilai perusahaan.
dilakukan oleh Soliha dan Taswan Penelitian yang dilakukan oleh
(2002), menunjukkan bahwa leverage Poernamawatie (2008), menunjukkan
tidak berpengaruh terhadap nilai bahwa price earning ratio tidak
perusahaan. Penelitian Cheng dan Tzeng berpengaruh terhadap return saham
(2009), menunjukkan bahwa leverage sedangkan price book value
berpengaruh positif terhadap nilai berpengaruh lebih dominan
perusahaan. Taswan (2003), leverage mempengaruhi return saham
berpengaruh positif terhadap nilai dibandingkan dengan price earning
perusahaan. Mahendra (2011), ratio. Investor dalam melakukan
menunjukkan bahwa leverage keputusan investasinya lebih
berpengaruh negatif terhadap nilai mengandalkan price book value
perusahaan. Yunita (2010), menunjukkan daripada price earning ratio. Hal ini
bahwa leverage tidak berpengaruh disebabkan semakin tinggi price book
terhadap nilai perusahaan. Pada value semakin tinggi tingkat
penelitian Adelegan (2007), kepercayaan pasar terhadap prospek
menunjukkan bahwa leverage memiliki perusahaan, maka akan menjadi daya
pengaruh negatif terhadap nilai tarik investor untuk membelinya.
perusahaan. Kaviani and Biabani (2012) Sehingga permintaan akan saham
menunjukkan bahwa leverage tersebut naik, kemudian mendorong
berpengaruh negatif terhadap nilai harga saham perusahaan tersebut naik.
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan lebih
Nilai perusahaan dapat pula dominan menggunakan price book
dipengaruhi oleh price earning ratio, value dalam meningkatkan nilai
yang menunjukkan rasio dari harga perusahaannya dibandingkan
saham terhadap earnings. Ratio ini menggunakan price earning ratio.
menunjukkan seberapa besar investor Nilai perusahaan dapat pula
menilai harga dari saham terhadap dipengaruhi oleh besar kecilnya
kelipatan dari earnings (Jogiyanto, profitabilitas yang dihasilkan oleh
2010:146). Price earning ratio dipilih perusahaan. Weston dan Copeland (1992)
karena terdapat perbedaan hasil mendefinisikan profitabilitas sejauh
penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian mana perusahaan
yang dilakukan oleh Margaretha dan menghasilkan laba dari penjualan dan
Damayanti investasi perusahaan. Apabila
profitabilitas perusahaan baik maka para
stakeholders yang terdiri dari kreditur,
supplier, dan juga investor akan melihat
sejauh mana perusahaan dapat
menghasilkan laba dari penjualan dan
investasi perusahaan. Dengan baiknya
kinerja
perusahaan akan meningkatkan pula nilai Variabel profitabilitas dipilih karena terdapat
perusahaan. perbedaan hasil penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian
184 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan


(2002), menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Yunita (2010),
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Mahendra
(2011), menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Penelitian
Indrajaya dan Setiadi (2011),
menunjukkan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal karena apabila struktur
modal turun maka nilai perusahaan juga
akan turun.
Sektor industri pengolahan yang
stabil pertumbuhannya selama lima tahun
terakhir adalah sektor industri dasar dan
kimia. Sektor ini terus tumbuh positif Gambar 1.1 Rata-rata Nilai
bahkan ketika krisis finansial sedang Perusahaan Industri Dasar dan
mencapai puncaknya pada tahun 2009. Kimia
Dalam lima tahun terakhir industri ini
rata- rata tumbuh diatas 4% kecuali tahun Tujuan penelitian ini adalah
2009 yang hanya tumbuh sebesar 1,6%. untuk menganalisis pengaruh ukuran
Permintaan yang continue terhadap perusahaan, leverage, price earning
pupuk dan harga barang karet yang tinggi ratio, dan profitabilitas terhadap nilai
membantu mempertahankan tingkat perusahaan pada perusahaan industri
pertumbuhan sektor industri ini (Majalah dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
Indonesian Commercial Newsletter- selama periode 2008- 2011. Hasil
Edisi Bahasa Indonesia). Isu penelitian penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
yang utama dalam penelitian ini adalah bahan pertimbangan bagi investor dalam
mengapa perusahaan industri dasar dan berinvestasi dan sebagai bahan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek pertimbangan bagi perusahaan dalam
Indonesia dapat mempertahankan nilai mengaplikasikan variabel-variabel
perusahaan yang baik/ positif walaupun penelitian ini untuk membantu
terkena dampak dari gejolak dan meningkatkan nilai perusahaan serta
fluktuasi moneter yang tak terduga di sebagai bahan pertimbangan emiten
tahun 2008, bahkan ditengah kompetisi untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan
bisnis yang terus meningkat. meningkatkan kinerja manajemen
keuangan dimasa mendatang.

KAJIAN PUSTAKA

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan


harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli (investor) apabila perusahaan
tersebut dijual. Tujuan normatif
perusahaan adalah memaksimumkan
kekayaan
pemegang saham (Sudana, 2009:7).
Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat diwujudkan dengan
185 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

memaksimalkan nilai perusahaan Tobin’s Q memberikan


(Atmaja, 2008:4). gambaran tidak hanya pada aspek
Nilai perusahaan yang tinggi fundamental, tetapi juga sejauh mana
akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pasar menilai perusahaan dari berbagai
pemegang saham. Semakin tinggi harga aspek yang dilihat oleh pihak luas
saham semakin tinggi pula nilai termasuk investor. Pengukuran rasio
perusahaan, nilai perusahaan yang tinggi Tobin’s Q sebagai indikator kinerja
menjadi keinginan para pemilik perusahaan akan lebih memiliki arti jika
perusahaan sebab dengan nilai yang dilihat nilai rasio setiap tahun. Adanya
tinggi menunjukan kemakmuran perbandingan akan diketahui peningkatan
pemegang saham juga tinggi (Bringham kinerja keuangan perusahaan tiap tahun,
Gapensi, 1996). Pendirian sebuah sehingga harapan investor terhadap
perusahaan memiliki tujuan untuk pertumbuhan investasinya menjadi lebih
meningkatkan kesejahteraan tinggi.
pemegang saham melalui Analisis Tobin’s Q < 1 maka
peningkatan nilai perusahaan. Indikator menunjukkan bahwa nilai buku asset
nilai perusahaan dapat dilihat dari harga perusahaan lebih besar dari nilai pasar
saham perusahaan di pasar. Nilai perusahaan, sehingga perusahaan akan
perusahaan dapat dihitung dengan menjadi sasaran akuisisi yang menarik
analisis Tobin’s Q. Analisis Tobin’s Q baik untuk digabungkan dengan
juga dikenal dengan rasio Tobin’s Q. perusahaan lain ataupun untuk dilikuidasi
Rasio ini merupakan konsep yang karena nilai saham tersebut dihargai
berharga karena menunjukkan estimasi rendah (undervalued). Logikanya
pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pembeli perusahaan memperoleh asset
pengembalian dari setiap dolar investasi dengan harga yang lebih murah
dimasa depan. Menurut Smithers dan dibanding jika asset tersebut dijual
Wright (2007:37), Tobin’s Q dihitung kembali. Sebaliknya bila nilai Tobin’s Q
dengan rasio nilai pasar saham > 1 menunjukkan bahwa nilai pasar
perusahaan ditambah dengan hutang lalu perusahaan lebih tinggi dibandingkan
membandingkan dengan total aset nilai buku asetnya, sehingga
perusahaan. Rumusnya adalah sebagai mengindikasikan bahwa perusahaan
berikut, yaitu: memiliki potensi pertumbuhan yang
tinggi sehingga nilai perusahaan lebih
dari sekedar nilai asetnya (overvalued).

Ukuran Perusahaan
Dimana:
MVE = Nilai pasar dari jumlah lembar Ukuran perusahaan adalah suatu
saham yang beredar yang skala dimana dapat diklasifikasikan besar
diperoleh dari jumlah saham kecilnya perusahaan menurut berbagai
beredar x closing price cara antara lain dengan total aktiva, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Debt = Nilai total kewajiban Besar kecilnya perusahaan akan
perusahaan mempengaruhi kemampuan dalam
menanggung risiko yang mungkin timbul
TA = Total aktiva perusahaan dari berbagai situasi yang dihadapi
perusahaan.
Perusahaan besar memiliki risiko mampu menghadapi persaingan ekonomi. Selain itu
yang lebih rendah daripada perusahaan perusahaan-perusahaan besar mempunyai lebih banyak
kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan sumberdaya untuk meningkatkan nilai perusahaan karena
besar memiliki kontrol yang lebih baik memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber-sumber
terhadap kondisi pasar, sehingga mereka informasi eksternal dibandingkan dengan perusahaan kecil
186 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

(Yunita, 2011). menghindari risiko. Risiko yang timbul


Selain itu ukuran perusahaan dalam penggunaan financial leverage
turut menentukan tingkat disebut dengan financial risk yaitu risiko
kepercayaan investor. Semakin besar tambahan yang dibebankan kepada
perusahaan, maka semakin dikenal oleh pemegang saham sebagai hasil
masyarakat yang artinya semakin mudah penggunaan utang oleh perusahaan.
untuk mendapatkan informasi yang akan Semakin tinggi leverage, semakin besar
meningkatkan nilai risiko keuangannya dan sebaliknya
perusahaan. Bahkan Horne dan Marchowicz (2005).
perusahaan besar yang memiliki total Keputusan pembelanjaan, dapat
aktiva dengan nilai aktiva yang cukup mempengaruhi kemampuan perusahaan
besar dapat menarik investor untuk dalam menghasilkan laba bagi
menanamkan modalnya pada perusahaan pemegang saham. Pada kondisi ekonomi
tersebut. Dalam hal ukuran perusahaan baik, perusahaan yang porsi penggunaan
dilihat dari total assets yang dimiliki utang lebih besar dibandingkan dengan
oleh perusahaan, yang dapat modal sendiri mampu menghasilkan laba
dipergunakan untuk kegiatan operasi bagi pemegang saham lebih besar
perusahaan. dibandingkan dengan perusahaan yang
porsi penggunaan utangnya lebih kecil
Leverage dibandingkan dengan modal sendiri.
Sebaliknya, pada kondisi ekonomi buruk,
Leverage merupakan suatu alat perusahaan yang porsi penggunaan
penting dalam pengukuran efektivitas
utangnya lebih besar dibandingkan
penggunaan utang perusahaan. Dengan dengan modal sendiri akan
menggunakan leverage, perusahaan menghasilkan laba bagi pemegang saham
tidak hanya dapat memperoleh lebih kecil daripada perusahaan yang
keuntungan namun juga dapat porsi penggunaan utangnya lebih kecil
mengakibatkan perusahaan mengalami dibandingkan dengan modal sendiri.
kerugian, karena leverage keuangan Debt ratio adalah rasio yang
berarti perusahaan membebankan risiko mengukur proporsi dana yang bersumber
kepada pemegang saham sehingga dari utang untuk membiayai aktiva
mempengaruhi return saham (Weston perusahaan (Sudana, 2009:23). Semakin
dan Copeland, 1999). besar rasio ini menunjukkan porsi
Konsep leverage ini penting penggunaan utang dalam membiayai
bagi investor dalam membuat investasi pada aktiva semakin besar, yang
pertimbangan penilaian saham. Para berarti pula risiko keuangan perusahaan
investor umumnya cenderung meningkat dan sebaliknya.
Para kreditur secara umum lebih
menyukai jika rasio hutang yang dimiliki
perusahaan lebih rendah karena semakin
rendah rasio hutang maka semakin tinggi
tingkat pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham dan
semakin besar perlindungan bagi kreditor
atas risiko tidak terbayarnya hutang.
Namun disisi lain perusahaan
lebih menginginkan rasio hutang yang akan mengalami risiko yang tinggi pula apabila kondisi
relatif tinggi karena dengan rasio hutang perekonomian negara sedang mengalami resesi.
yang tinggi, perusahaan akan memiliki
ekspektasi yang lebih tinggi pula ketika Price Earning Ratio (PER)
perekonomian negara dalam kondisi
normal, namun sebaliknya perusahaan Menurut Sudana (2009:27), price earning ratio
187 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

adalah rasio yang mengukur tentang Semakin baik kinerja per lembar saham
bagaimana investor menilai akan mempengaruhi banyak investor
prospek pertumbuhan untuk membeli saham tersebut. Menurut
perusahaan di masa yang akan datang, Tandelilin (2010:320), rumus untuk
dan tercermin pada harga saham yang menghitung PER suatu saham adalah
bersedia dibayar oleh investor untuk dengan membagi harga saham
setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan terhadap earng per lembar
perusahaan. Menurut Arifin (2004:87), saham. Secara matematis, rumus untuk
price earning ratio digunakan untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:
menilai murah atau mahal sebuah saham,
semakin rendah nilai PER sebuah saham
maka semakin baik atau murah harganya
untuk diinvestasikan.
Perusahaan dengan peluang
tingkat pertumbuhan tinggi biasanya Earning per lembar saham dapat
mempunyai price earning ratio yang diperoleh dengan earning perusahaan
tinggi pula, dan hal ini menunjukkan dibagi dengan jumlah saham beredar.
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan PER menunjukkan seberapa besar
laba di masa mendatang. Sebaliknya investor bersedia membayar untuk setiap
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan satu rupiah dari keuntungan yang
yang rendah cenderung mempunyai dilaporkan. Price earning ratio yang
price earning ratio yang rendah pula. rendah akan memberikan kontribusi
Semakin rendah price earning ratio tersendiri bagi investor. Selain dapat
suatu saham maka semakin baik atau membeli saham dengan harga murah dan
murah harganya untuk diinvestasikan. kemungkinan capital gain yang diraih
Price earning ratio menjadi rendah semakin besar, investor dapat
nilainya bisa karena harga saham mempunyai banyak saham dari berbagai
cenderung semakin turun atau karena perusahaan yang go public. Dari segi
meningkatnya laba bersih perusahaan. investor price earning ratio yang terlalu
Jadi semakin kecil nilai price earning tinggi barangkali tidak menarik karena
ratio maka semakin murah saham harga saham barangkali tidak naik lagi,
tersebut untuk dibeli dan semakin baik yang berarti kemungkinan memperoleh
pula kinerja per lembar saham dalam capital gain akan lebih kecil.
menghasilkan laba bagi perusahaan.
Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir


dari sejumlah kebijakan dan keputusan
manajemen perusahaan (Brigrham &
Houston, 2009). Dengan demikian dapat
dikatakan profitabilitas
perusahaan merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dari aktivitas yang dilakukan pada
periode akuntansi.
Seringkali pengamatan
menunjukkan bahwa perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi diperoleh perusahaan relatif kecil atau menurun dari periode
atas investasi perusahaan yang sebelumnya, maka dapat dikatakan perusahaan kurang
memperoleh laba yang besar, maka dapat berhasil atau memiliki kinerja yang kurang baik. Laba yang
dikatakan berhasil atau memiliki kinerja menjadi ukuran kinerja perusahaan harus dievaluasi dari
yang baik, sebaliknya kalau laba yang suatu periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba

188 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013


Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

aktual dibandingkan dengan laba yang Sumber data yang digunakan merupakan
direncanakan. Apabila seorang manajer data sekunder yang diperoleh dari Bursa
telah bekerja keras dan berhasil Efek Indonesia (BEI) berupa laporan
meningkatkan penjualan sementara biaya keuangan perusahaan dan bahan kajian
tidak berubah, maka laba harus lain yang didapat dari buku, jurnal, dan
meningkat melebihi periode artikel yang didapat dari internet. Jenis
sebelumnya yang data yang digunakan adalah data
mengisyaratkan keberhasilan. kuantitatif.
ROE menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk Sampel
menghasilkan laba setelah pajak dengan
menggunakan modal sendiri yang Populasi dalam penelitian ini
dimiliki perusahaan. Rasio ini penting adalah seluruh perusahaan industri dasar
bagi pihak pemegang saham yaitu untuk dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
mengetahui efektivitas dan efisiensi Indonesia (BEI) tahun 2008-2011.
pengelolaan modal sendiri yang Pemilihan sampel menggunakan
dilakukan oleh pihak manajemen purposive dengan kriteria:
perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini berarti 1. Penelitian dilakukan pada perusahaan
semakin efisien penggunaan modal industri dasar dan kimia yang listing
sendiri yang dilakukan pihak manajemen di BEI pada tahun 2008-2011.
perusahaan. Naiknya rasio ROE dari 2. Meliputi data laporan keuangan yang
tahun ke tahun pada perusahaan berarti selama periode penelitian, yaitu
terjadi adanya kenaikan laba bersih dari tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011.
perusahaan yang bersangkutan. Naiknya 3. Data perusahaan lengkap dengan
laba bersih dapat dijadikan salah satu faktor-faktor yang akan diteliti.
indikasi bahwa nilai perusahaan juga Berdasarkan kriteria tersebut
naik karena naiknya laba bersih sebuah diperoleh 16 perusahaan industri dasar
perusahaan yang dan kimia sebagai sampel penelitian.
bersangkutan akan menyebabkan harga
saham yang berarti juga kenaikan dalam Variabel
nilai perusahaan.
Variabel dependen penelitian
METODE adalah nilai perusahaan yang diukur
menggunakan Tobin’s Q:
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kausal.

Variabel independen dalam penelitian


adalah:

1. Ukuran perusahaan merupakan besar


kecilnya perusahaan berdasarkan
jumlah aktiva yang dimiliki
perusahaan. Dalam penelitian ini
ukuran perusahaan
diukur berdasarkan persamaan 2. Leverage merupakan besarnya penggunaan hutang
berikut ini: sebagai sumber pendanaan perusahaan (Sudana,
2009:23). Leverage dalam penelitian ini dihitung
Size = Log Total Aktiva dengan menggunakan rasio DER (Debt to Equity
Ratio), karena rasio ini mengukur proporsi dana yang

189 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013


Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

bersumber dari utang untuk Y=


membiayai aktiva perusahaan. Debt a+b1X1+b2X2+b3X3+ b4X4 +e
to Equity Ratio dirumuskan sebagai Dimana:
berikut: Y : Nilai Perusahaan
a : Konstanta
b1, b2, b3,b4 : Koefisien Regresi X1 :
Ukuran Perusahaan
3. Price Earning Ratio yang tinggi X2 : Leverage
menunjukkan ekspektasi investor X3 : Profitabilitas
tentang prestasi perusahaan di masa X4 : Price Earning Ratio
yang akan datang cukup tinggi (PER)
(Tandelilin, 2010: 320). Rumus e : variabel pengganggu
untuk menghitung price earning (standar error).
ratio adalah sebagai berikut:
HASIL
Earning per lembar Tabel 1.Hasil Pengujian Regresi

saham dapat diperoleh Model B t Sig. F


dengan earning perusahaan dibagi
dengan jumlah saham beredar. 1 (Constant) -7.623 -6.607 .000 49.668
4. Profitabilitas dalam penelitian ini
Ukuran
dihitung dengan menggunakan rasio .661 6.760 .000
Perusahaan (X1)
ROE (return on equity) sebagai
berikut: Leverage (X2) -.141 -1.410 .164

Price Earning Ratio


.026 5.699 .000
(X3)

Profitabilitas (X4) .058 7.687 .000


Model Analisis

Model analisis menggunakan


analisis regresi berganda dengan SPSS Persamaan regresi yang
versi 16. Model penelitian yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
digunakan:
Y = -7,623 + 0,661X1 - 0,141X2
+ 0,026X3 + 0,058X4

Pengujian terhadap hipotesis satu


(H1) membuktikan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, ditunjukkan dengan nilai sig.
t sebesar 0,00 (< 0,05). Tanda koefisien
positif dapat diartikan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai arah hubungan
yang positif terhadap nilai perusahaan
dengan nilai koefisiennya 0,661.
Pengujian terhadap hipotesis dua
(H2) membuktikan bahwa leverage
tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, ditunjukkan dengan Pengujian terhadap hipotesis tiga (H3)
nilai sig. t sebesar 0,164 (> 0,05). membuktikan bahwa price earning ratio berpengaruh

190 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013


Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

terhadap nilai perusahaan, ditunjukkan memiliki pertumbuhan besar sehingga


dengan nilai sig. t sebesar 0,00 (< 0,05). respon yang positif tersebut
Tanda koefisien positif dapat diartikan mencerminkan meningkatnya nilai
bahwa price earning ratio mempunyai perusahaan. Nilai perusahaan yang
arah hubungan yang positif terhadap nilai meningkat dapat ditandai dengan total
perusahaan dengan nilai koefisiennya aktiva perusahaan industri dasar dan
0,026. kimia yang mengalami kenaikan dan
Pengujian terhadap hipotesis lebih besar dibandingkan dengan jumlah
empat (H4) membuktikan bahwa hutang perusahaan.
profitabilitas berpengaruh terhadap nilai Pada hasil penelitian ini ukuran
perusahaan, ditunjukkan dengan nilai sig. perusahaan berpengaruh positif terhadap
t sebesar 0,00 (<0,05). Tanda koefisien nilai perusahaan. Sehingga penelitian ini
positif dapat diartikan bahwa sama dengan penelitian terdahulu yang
profitabilitas mempunyai arah hubungan dilakukan oleh Soliha dan Taswan yang
yang positif terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa ukuran perusahaan
dengan nilai koefisiennya 0,058. berpengaruh positif terhadap nilai
Berdasarkan uji regresi berganda perusahaan. Pada perusahaan industri
diperoleh hasil bahwa secara simultan dasar dan kimia tahun 2008 sampai
variabel independen mempengaruhi nilai dengan 2011 menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, ditunjukkan nilai sig. F perusahaan industri dasar dan kimia
sebesar 0,00 (<0,05). Pengaruh variabel mengalami kenaikan sepanjang tahun
independen mempengaruhi nilai 2008-2011.
perusahaan sebesar 77.1%, dan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak Pengaruh Leverage Terhadap Nilai
dimasukkan ke dalam variabel penelitian. Perusahaan
PEMBAHASAN Leverage merupakan
kebijakan pendanaan yang berkaitan
Pengaruh Ukuran Perusahaan dengan keputusan perusahaan dalam
Terhadap Nilai Perusahaan mendanai investasi perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan hutang
Ukuran perusahaan mempunyai kewajiban atas beban bunga
merupakan ukuran yang dan beban pokok pinjaman. Penggunaan
menggambarkan besar kecilnya hutang (external financing) memiliki
perusahaan yang dapat dinilai dari nilai risiko yang cukup besar atas tidak
total aktiva perusahaan. Ukuran terbayarnya hutang, sehingga
perusahaan yang besar menunjukkan penggunaan hutang perlu
bahwa perusahaan mengalami memperhatikan kemampuan
pertumbuhan yang baik. Perusahaan perusahaan dalam menghasilkan laba.
dengan pertumbuhan yang besar akan Pada hasil penelitian ini
memperoleh kemudahan untuk leverage tidak berpengaruh terhadap
memasuki pasar modal karena investor nilai perusahaan. Artinya,
menangkap sinyal yang positif terhadap perusahaan dalam mendanai aktivanya
perusahaan yang cenderung menggunakan modal sendiri
(internal financing) yang berasal dari
laba ditahan dan modal saham
daripada menggunakan
hutang.
Pada kondisi perusahaan industri Sementara itu, modal sendiri yang berasal dari modal
dasar dan kimia tahun 2008- 2011 saham dan laba ditahan yang dimiliki perusahaan sepanjang
menunjukkan bahwa perbandingan tahun 2008-2011 selalu mengalami peningkatan.
penggunaan hutang terhadap modal Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam
sendiri perusahaan semakin menurun. mendanai aktivanya cenderung menggunakan modal sendiri
191 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

(internal financing) yang berasal dari Pengaruh Price Earning Ratio


laba ditahan dan modal saham Terhadap Nilai Perusahaan
daripada menggunakan
hutang. Kecukupan dana yang dimiliki Price earning ratio adalah salah
perusahaan untuk membiayai aktivanya satu ratio yang paling favorit
yang diperoleh dari modal sendiri dipergunakan karena cukup mudah
membuat perusahaan mengurangi dipahami oleh investor maupun calon
proporsi hutangnya. Penggunaan hutang investor. Nilai price earning ratio yang
yang berlebihan akan mengurangi rendah memberikan informasi kepada
manfaat yang diterima atas penggunaan investor bahwa harga saham perusahaan
hutang karena manfaat yang diterima pada kondisi murah atau layak untuk
tidak sebanding dengan biaya yang dibeli karena berpotensi naik di masa
ditimbulkan, sehingga proporsi hutang datang. Nilai price earning ratio yang
yang rendah dapat meningkatkan nilai rendah berarti laba perusahaan semakin
perusahaan dan sebaliknya peningkatan tinggi yang berarti nilai perusahaan
hutang dapat menurunkan nilai dalam kondisi bagus.
perusahaan. Bagi pihak perusahaan, dampak
price earning ratio mencerminkan
Hasil penelitian
indikator yang baik untuk menentukan
ini bertentangan dengan
stock return dimasa yang akan datang,
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
dimana jika semakin tinggi price
Adelegan (2007) yang menyatakan
earning ratio maka semakin tinggi pula
bahwa leverage memiliki pengaruh
harga per lembar saham suatu perusahaan
negatif terhadap nilai perusahaan. hal ini
dan mengindikasikan nilai perusahaan
dikarenakan peningkatan hutang akan
yang bagus, sehingga saham perusahaan
meningkatkan risiko
tersebut termasuk blue chip dalam pasar
kebangkrutan dan kesulitan keuangan
modal.
(financial distress). Kesulitan keuangan
Investor memiliki tanggapan
ini akan mengurangi keuntungan
yang berbeda terhadap nilai price
perusahaan yang pada akhirnya dapat
earning ratio yang dimiliki perusahaan,
menurunkan nilai perusahaan.
semua itu tergantung pada preferensi
masing-masing investor. Investor yang
suka mengambil risiko (risk seeker)
memiliki kecenderungan untuk
berspekulasi sehingga lebih menyukai
price earning ratio yang semakin tinggi.
price earning ratio yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa harga saham
semakin meningkat dan dari peningkatan
harga saham tersebut berpotensi
mendatangkan keuntungan atas selisih
harga saham yang terjadi.
Investor yang cenderung
menghindari risiko (risk averter) lebih
menyukai nilai price earning ratio yang
rendah sebab nilai price earning ratio
yang rendah menunjukkan semakin
besarnya dividen yang
dibagikan serta semakin cepat saat itu murah akan mendatangkan stock return yang lebih
kembalinya modal atas investasi yang tinggi jika kemudian harganya kembali naik. Jadi rasio
dilakukan dan dengan harapan apabila price earning ratio dilihat investor sebagai ukuran
mereka membeli saham yang harganya kemampuan menghasilkan laba di masa depan (future
192 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

earning) dari suatu perusahaan. saham dibandingkan dengan price


Menurut Hayati (2010), price earning ratio. Investor dalam melakukan
earning ratio berpengaruh signifikan keputusan investasinya lebih
terhadap keputusan investasi saham mengandalkan price book value
karena price earning ratio daripada price earning ratio. Hal ini
mencerminkan hubungan antara harga disebabkan semakin tinggi price book
pasar saham umum (common stock) value semakin tinggi tingkat
dan laba per lembar saham. Price kepercayaan pasar terhadap prospek
earning ratio dipandang oleh para perusahaan, maka akan menjadi daya
investor sebagai ukuran kekuatan tarik investor untuk membelinya.
perusahaan untuk memperoleh laba Sehingga permintaan akan saham
dimasa yang akan datang (future tersebut naik, kemudian mendorong
earning power). Price earning ratio harga saham perusahaan tersebut naik.
menunjukkan besarnya harga setiap Oleh karena itu, perusahaan lebih
rupiah earning perusahaan. Disamping dominan menggunakan price book
itu price earning ratio juga merupakan value dalam meningkatkan nilai
ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaannya dibandingkan
perusahaan. Oleh karena price earning menggunakan price earning ratio. Stella
ratio dapat dijadikan sebagai salah satu (2009), melakukan penelitian tentang
kriteria keputusan investasi saham. Nilai pengaruh price to earning ratio, debt
price earning ratio juga mencerminkan to equity ratio, return on assets, dan
nilai suatu perusahaan atau price to book value terhadap harga
prospek perusahaan pasar saham. Hasil penelitian
kedepan yang apakah perusahaan masih menunjukkan bahwa price earning ratio
mampu menghasilkan return yang bagus. berpengaruh positif signifikan terhadap
Menurut Poernamawatie harga pasar saham.
(2008), price earning ratio tidak Investor yang suka mengambil
berpengaruh signifikan terhadap return risiko (risk seeker) memiliki
saham sedangkan price book value kecenderungan untuk berspekulasi
berpengaruh signifikan atau lebih sehingga lebih menyukai price earning
dominan mempengaruhi return satu ratio yang semakin tinggi. Price
pertimbangan dalam earning ratio yang semakin tinggi
mengambil keputusan investasinya, menunjukkan bahwa harga saham
dimana dengan meningkatnya price semakin meningkat dan dari peningkatan
earning ratio, mengindikasikan nilai harga saham tersebut berpotensi
perusahaan juga meningkat. Dengan mendatangkan keuntungan atas selisih
meningkatnya price earning ratio, harga saham yang terjadi.
investor mengharapkan adanya Hal ini berarti bahwa dalam
berinvestasi investor memperhatikan
price earning ratio sebagai salah

pertumbuhan perusahaan yang lebih


tinggi.
Pengaruh Profitabilitas (ROE) yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
Terhadap Nilai Perusahaan meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya permintaan
saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan
Profitabilitas perusahaan yang meningkat.
merupakan kemampuan perusahaan
Profitabilitas dapat dihitung dengan ROE (return
dalam menghasilkan laba bersih dari
on equity). ROE mencerminkan tingkat hasil pengembalian
aktivitas yang dilakukan pada periode
investasi bagi pemegang saham. Profitabilitas yang tinggi
akuntansi. Profitabilitas yang tinggi akan
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memberikan indikasi prospek perusahaan
193 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

menghasilkan keuntungan yang tinggi KESIMPULAN


bagi pemegang saham. Dengan rasio
profitabilitas tinggi yang dimilki sebuah Hasil penelitian menunjukkan
perusahaan akan menarik minat investor bahwa variabel ukuran perusahaan, price
untuk menanamkan modalnya earning ratio, dan profitabilitas
diperusahaan. ROE yang tinggi akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
meningkatkan harga saham, dan akan Variabel leverage tidak berpengaruh
menarik minat investor untuk terhadap nilai perusahaan.
menanamkan modalnya pada perusahaan. Saran bagi peneliti selanjutnya
Maka, akan terjadi hubungan positif yang ingin meneliti kembali tentang
antara profitabilitas dengan harga saham faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
dimana tingginya harga saham akan perusahaan, hendaknya menambah lagi
mempengaruhi nilai perusahaan. variabel- variabel lain yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan seperti
Semakin tingginya profitabilitas insider ownership dan earning per
perusahaan juga akan meningkatkan laba lembar saham (EPS) sebab masih
per lembar saham perusahaan. Adanya banyak variabel yang mempengaruhi
peningkatan laba per lembar saham nilai perusahaan.
perusahaan akan membuat investor
tertarik untuk menanamkan modalnya DAFTAR PUSTAKA
dengan membeli saham perusahaan.
Dengan banyaknya investor yang Adelegan, Olatundun. 2007. Effect of
membeli saham perusahaan maka akan Taxes on Business Financing
menaikkan harga saham perusahaan Decision and Firm Value in
tersebut sehingga akan Nigeria. International Research
meningkatkan nilai perusahaan. Journal of Finance and
Economics. ISSN 1450-2887
Issue 12 (2007).
Arifin, Ali. 2004. Membaca Saham.
Yogyakarta: Andi
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Brigham, F. Eugene dan Joel, F.
Houston. 2006. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan Buku 1.
Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba
Empat.
Chang Cheng, Ming and Ching Tzeng,
Zuwei. 2009. The Effect of
Leverage on Firm Value and how
the firm financial quality influence
on this effect. International
Research Journal of Finance
and Economics. Vol.4, No.7,
Hlm.89-104.
Chowdhury, Anup dan Paul, Suman.
2010. Impact of Capital Structur
on Firm’s Value : Evidence from
Bangladesh. Jurnal Ekonomi. Multivariate dan Program SPSS. Semarang:
Vol.3, No.3, pp.111-122. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2001. Analisis Hayati, Nurul. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
194 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...

Price Earning Ratio (PER) Mahendra DJ, Alfredo. 2011. Pengaruh


Sebagai Salah Satu Kriteria Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Keputusan Investasi Saham Perusahaan (Kebijakan Dividen
Perusahaan Real Estate Dan Sebagai Variabel Moderating)
Property Di Bursa Efek Indonesia. Pada Perusahaan Manufaktur Di
Jurnal Manajemen dan Bursa Efek Indonesia. Tesis
Akuntansi. Vol.11, No.1. Hlm.53- diterbitkan. Bali: Universitas
62. Udayana.
Horne, James C. Van dan Wachowicz Malhotra, Naresh K. 2009. Riset
JR., John M. 2005. Financial Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: PT.
Manajemen: Prinsip- prinsip Indeks Gramedia.
Manajemen Keuangan Buku 1. Margaretha, Farah & Damayanti, Irma.
Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. 2008. Pengaruh Price Earning
Indrajaya, Glen, et al. 2011. Pengaruh Ratio, Dividen Yield, dan
Struktur Aktiva, Ukuran Market To Book Ratio Terhadap
Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Stock Return Di Bursa Efek
Profitabilitas dan Risiko Bisnis Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Terhadap Struktur Modal: Studi Akuntansi Vol.10, No.3.
Empiris Pada Perusahaan Sektor Poernamawati, Fahmi. 2008.
Pertambangan yang Listing di Pengaruh Price Book Value
Bursa Efek Indonesia Periode (PBV) Dan Price Earning Ratio
2004-2007. Jurnal Ilmiah (PER) Terhadap Return Saham
Akuntansi Nomor 06 Tahun ke- 2 Pada Perusahaan Manufaktur Yang
September-Desember 2011. Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jogiyanto, H. M. 2000. Teori Portofolio Jurnal Manajemen Gajayana.
dan Analisis Investasi. Edisi Vol.5, No.2.
Kedua. Yogyakarta: BPFE. Santosa, P. Budi dan Ashari. 2005.
Kaviani, Meysam & Biabani, Shaer. Analisis Statistik Dengan
2012. Study of and Explain the Microsoft Excel dan SPSS.
Relationship between the Financial Yogyakarta: Penerbit ANDI
Leverage and New Performance Siamat, Dahlan. 1999. Manajemen
Metrics (EVA, MVA, REVA, Lembaga Keuangan. Jakarta:
SVA and CVA) Lembaga Penerbit Fakultas
Evidence from Automotive Ekonomi UI
Industry Tehran Stock Exchange. Sudana, I Made. 2009. Manajemen
Journal of Risk and Keuangan : Teori dan Praktek.
Diversification. ISSN 1986- Surabaya: Airlangga University
4337 Issue 4. Press
Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk
Edisi 21. Februari 2012. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
(www.bps.co.id) Sunariyah. 2004. Pengantar
Pengetahuan Pasar Modal.
Edisi: Keempat. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Stella. 2009. Pengaruh Price To Earning
Ratio, Debt To Equity Ratio,
Return On Assets, dan Price To
Book Value Terhadap Harga Pasar
Saham. Jurnal

195 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013


Bisnis Dan Akuntansi. Vol. 11,
No.2. Hlm. 97-106.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis
Investasi dan Manajemen
Portofolio, Edisi: Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Taswan. 2003. Pengaruh Insiders
Ownership, Kebijakan Hutang, dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Manajemen.
Vol. 6, No.10.
Taswan dan Soliha, Euis. 2002. Pengaruh
Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jurnal
Manajemen. Vol. 8, No.2.
Tim. 2006. Panduan Penulisan Dan
Penilaian Skripsi Universitas
Negeri Surabaya. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Yunita, Indah. 2011. Analisis Pengaruh
Profitabilitas,
Kebijakan Utang, Kebijakan
Dividen, Size, dan Mekanisme
Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2010). Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Weston. J. Fred and Thomas E.
Copeland. 1997. Manajemen
Keuangan. Jilid 2. Edisi
Kesembilan. Jakarta: Binarupa
Aksara.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy