Jurnal Pendukung
Jurnal Pendukung
2, September 2017
ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online)
This research examines the effect of industry specialization auditor, size of Public
Accountant Firm, audit tenure, family ownership, and the quality of profit to cost of equity.
Cost of equity as the dependent variable in this research was measured with Earning Price
Ratio (EPR). Likewise the independent variable in this research is industry specialization
auditor, size of Public Accountant Firm, audit tenure, family ownership, and the quality of
profit.This research use secondary data. The data was collected using purposive sampling at
company that is registeres at Indonesian Stock Exchange 2011-2015 periode. Total of the
sample iin this research is 720 companies. The test equipment in this research using multiple
regression test.The result of this research show that industry specialization auditor and the
quality of profit has positive effect to cost of equity. Audit tenure has significant effect to cost
of equity. Meanwhile size of Public Accountant Firm and family ownership dont have
significant effect to cost of equity.
Key words: industry specialization, audit tenure, family ownership, earnings quality, cost
of equity.
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh auditor spesialisasi industri, ukuran KAP, audit tenure,
kepemilikan keluarga, dan kualitas laba terhadap cost of equity. Variabel dalam penelitian ini
yakni cost of equity sebagai variabel dependen diukur dengan Earning Price Ratio (EPR).
Serta variabel independen dalam penelitian ini yaitu auditor spesialisasi industri, ukuran
KAP, audit tenure, kepemilikan keluarga, dan kualitas laba.Variabelauditor spesialisasi
industri dan ukuran KAP menggunakan variabel dummy. Sedangkan variabel audit tenure
mengunakan tahun lamanya perikatan. Dan kepemilikan keluarga diukur dengan
menggunakan persentase kepemilikan keluarga. Penelitian ini menggunakan data sekunder.
Pengambilan sample menggunakan purposive sampling. Sample yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 720 perusahaan. Alat uji penelitian ini menggunakan uji regresi
berganda.Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari annual report
tahun 2011-2015. Data pendukung didapatkan dari fact book dan ICMD (Indonesia Capital
Market Directory). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa auditor spesialisasi industri
berpengaruh negatif terhadap cost of equity,Sedangkan variabel ukuran KAPtidak memiliki
berpengaruh terhadap cost of equity.Variabel audit tenure berpengaruh terhadap cost of
equity.Sedangkan variabel kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap cost of
equity.Dan kualitas laba berpengaruh negatif terhadap cost of equity.
Kata kunci: pesialisasi industri, audit tenure, kepemilikan keluarga, kualitas laba,
biaya utang.
1
1. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan gambaran kinerja dan pengungkapan informasi
perusahaan. Meningkatnya pengungkapan dalam laporan keuangan bermanfaat bagi
perusahaan karena dapat menurunkan cost of equity (biaya modal ekuitas). Hal ini
membuat perusahaan berupaya untuk menurunkan cost of equity. Cost of equity (biaya
modal ekuitas) adalah tingkat pengembalian (return) yang diharapkan para investor atas
investasi dengan tingkat risiko tertentu (Hajiha dan Sobhani, 2012). Menurunnya cost of
equity ini karena kualitas laporan keuangan tinggi (Desiliani, 2014).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cost of equity perusahaan
diantaranya auditor spesialisasi industri, ukuran KAP, audittenure, kepemilikan keluarga,
dan kualitas laba. Hajiha dan Sobhani (2012), Herusetya (2012), Kirana (2013) serta
Suparno (2013), menguji pengaruh auditor spesialisasi industri terhadap cost of equity
menemukan bahwa auditor spesialisasi industri berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap cost of equity. Pengauditan yang dilakukan oleh auditor yang memiliki
spesialisasi industri dapat meningkatkan kualitas audit sehingga angka yang tersaji dalam
laporan keuangan bebas dari salah saji yang material dan dapat diandalkan.
Selain auditor spesialisasi industri, ukuran KAP juga merupakan faktor yang
mempengaruhi cost of equity perusahaan. Paramita (2012) menemukan KAP Big 4 tidak
memiliki kualitas audit yang berbeda dengan KAP second tier dalam perspektif investor
yang diukur dengan cost of equity. Penelitian Khurana & Raman (2004) menunjukkan
bahwa klien dari auditor Big 4 memiliki cost of equity yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan klien non-Big 4 auditor di perusahaan-perusahaan AS.
Audit tenure juga merupakan faktor yang diyakini dapat mempengaruhi cost of equity
perusahaan. Kirana (2013) menguji pengaruh audit tenure terhadap cost of equity
nemukan bahwa audit tenure berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of
equity. Menurut Kirana (2013) bahwa Ada 2 teori tentang audit tenure. Teori yang
pertama menyatakan bahwa audit tenure yang lebih panjang akan mengurangi kualitas
audit karena dapat menyebabkan kompromi independensi auditor, tetapi teori yang kedua
menyatakan bahwa audit tenure yang lebih panjang memungkinkan auditor untuk
memperoleh pengetahuan khusus dan keahlian tentang operasi perusahaan, sistem
akuntansi dan pengendalian internal agar dapat mendeteksi salah saji material dan dengan
demikian mampu memberikan kualitas audit yang tinggi. Jika kualitas audit tinggi maka
menekan cost of equity perusahaan.
Selain audit tenure, kepemilikan keluarga juga diyakini merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi cost of equity perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga
sebagai pemegang saham mayoritas memiliki cost of equity yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan karena kontrol yang dimiliki oleh
pemegang saham mayoritas dan peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi lebih
besar sehingga investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk
mengkompensasi risiko tersebut (Rebecca dan Siregar, 2013). Ketika perusahaan dimiliki
secara mayoritas oleh keluarga tertentu, risiko informasi menjadi lebih besar dan
menyebabkan cost of equity menjadi lebih tinggi (Rebecca dan Siregar, 2013).
Kualitas laba (earning quality) juga merupakan faktor yang diyakini dapat
mempengaruhi cost of equity perusahaan. Kualitas laba tidak lepas dari praktik
manajemen laba karena adanya konflik keagenan. Laba yang berkualitas berkaitan
dengan ketepatan informasi mengenai arus kas perusahaan dan mengurangi resiko dimasa
depan. Ketepatan informasi inilah akan mengarah ke cost of equity yang rendah.
Penelitian Ben-Nasr dan Al-Dakhaeel (2015) menyatakan bahwa kualitas laba yang tinggi
dikaitkan dengan cost of equity rendah karena asimetri informasi yang rendah sejalan
dengan resiko perusahaan menjadi rendah. Menurut Susanto dan Siregar (2011) bahwa
kualitas laba yang diukur dengan kualitas akrual dan earning variability dapat
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap cost of equity perusahaan.
Teori Stewardship
Teori Stewardship dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni
bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh
tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Dari teori ini
dapat didasari bahwa para pimpinan eksekutif dan manajemen sebagai steward dalam
perusahaan akan mengutamakan kepentingan prinsipal dan tidak akan meninggalkan
organisasinya sebab steward berusaha mencapai kepentingan organisasinya. Hal ini
membuat steward lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
Perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan keluarga yang cukup besar memiliki
kinerja perusahaan yang lebih baik hal ini disebabkan karena anggota keluarga yang
berperan sebagai pimpinan ekstekutif dan manajemen memiliki komitmen yang lebih
tinggi kepada perusahaannya dan akan mempertahankan perusahaan agar dapat
diwariskan kepada generasi berikutnya. Rebecca dan Siregar (2013) menyatakan bahwa
kendali oleh keluarga dapat meningkatkan cost of equity. Hal ini karena keluarga sebagai
pemegang saham memiliki suatu kepentingan pribadi dan termotivasi mendapatkan
keuntungan bagi dirinya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang disajikan
oleh perusahaan tidak mengambarkan kondisi yang sebenarnya.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan presepsi investor dalam keberhasilan mengelolaan
perusahaan yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya
terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa
mendatang (Hermuningsih Sri, 2013). Nilai perusahaan di pasar modal merupakan hal
penting bagi perusahaan itu sendiri. Ketika investor menilai perusahaan itu baik maka
investor tidak akan berpikir dua kali dalam berinvestasi di perusahaan tersebut.
Penilaian atau persepsi dari investor sangatlah penting bagi perusahaan karena dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan terlebih dalam melakukan aktivitas pendanaan (Dwi,
et al. 2014).Investor menilai perusahaan itu baik apabila investor percaya akan laba yang
disajikan dalam laporan keuangan berasal dari aktivitas riil perusahaaan bukan dari hasil
manajemen laba. Perusahaan dinilai baik apabila resiko perusahaan rendah sehingga cost
of equity juga akan rendah.
Struktur Modal
Struktur modal adalah perbandingan atau proporsi antara pendanaan jangka panjang
terhadap pendanaan modal sendiri. Struktur modal adalah proporsi pendanaan permanen
jangka panjang dengan menggunakan hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa.
Struktur modal merupakan trade–off antara risiko yang ditanggung dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. Kebijakan struktur modal oleh
manajer perusahaan akan berdampak pada nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer
harus mempertimbangkan antara resiko yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar
modal. Masalah yang akan timbul dalam kebijakan struktur modal adalah apakah tingkat
pengembalian yang diharapkan pemegang saham cukup untuk mengkompensasi
kenaikan risiko yang harus dihadapi pemegang saham, dan seberapa besar proporsi utang
dan ekuitas yang optimal (Indrajaya, et al. 2011).
Cost of Equity
Cost of equity bagi investor merupakan imbal hasil atau tingkat pengembalian yang
diharapkan dari resiko penanaman modalnya ke dalam perusahaan yang berupa
kepemilikan saham biasa perusahaan tersebut. Bagi perusahaan cost of equity merupakan
biaya yang tejadi karena investor tidak menilai perusahaan dengan semestinya.Penilaian
yang rendah dikarenakan investor tidak percaya akan laba yang disajikan oleh
perusahaan. Laba yang tinggi tetapi berasal dari aktivitas non riil atau dengan
manajemen laba maka cost of equity perusahaan akan tinggi. Karena investor menilai
perusahaan tersebut kurang baik dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.Cost of
equity adalah rate of return yang digunakan perusahaan untuk menarik dana dan menjaga
nilai perusahaan di pasar modal. Menurut Utami (2005) bahwa Investor menggunakan
untuk mendiskontokan deviden yang diharapkan diterima dimasa depan. Cost of equity
yaitu tingkat pendapatan minimum yang disyaratkan pemilik modal.
Perusahaan yang bertumbuh akan lebih diminati oleh investor. Hal ini dikarenakan
resiko yang ditanggung oleh investor akan berdampak terhadap laba per lembar saham.
Jika laba atau keuntungan per lembar saham meningkat maka nilai saham dipasar juga
akan meningkat. Secara langsung akan berakibat menurunnya cost of equity karena
investor memiliki penilaian bahwa investasi tersebut akan memberikan tambahan
kekayaan bagi pemegang saham atau pemilik. Semakin tingginya nilai pasar ekuitas
suatu perusahaan maka cost of equity akan semakin kecil, karena dengan penurunan
tingkat estimasi risiko terhadap perusahaan dapat mengakibatkan tingkat pengembalian
yang diminta oleh investor juga menjadi lebih menurun atau rendah.Bagi investor
perusahaan yang dinilai tinggi dengan resiko yang rendah akan menghasilkan cost of
equity yang rendah pula. Semakin besar perusahaan maka investor menilai perusahaan
tersebut memiliki risiko yang lebih kecil karena perusahaan besar dianggap lebih mudah
memperoleh dana dari luar. Resiko dapat dikurangi dengan adanya kualitas audit yang
tinggi, kualitas laba yang bisa diandalkan, dan kepemilikan keluarga yang tidak
mendominasi di dalam perusahaan.
Pengukuran cost of equity menurut Utami (2005) dipengaruhi oleh model penilaian
perusahaan. Terdapat beberapa model penilaian perusahaan antara lain:
a) Model penilaian pertumbuhan konstan (constant growth valuation model). Dasar
pemikirannya adalah nilai saham sama dengan nilai tunai (presentvalue) dari semua
deviden yang akan diterima di masa yang akan datang (diasumsikan pada tingkat
pertumbuhan konstan) dalam waktu yang tidak terbatas ( Model ini dikenal dengan
sebutan Gordon model).
b) Capital Asset Pricing Model (CAPM). Biaya modal saham biasa adalah tingkat return
yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat
didiversifikasi yang diukur dengan beta.
c) Model Ohlson. Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan
dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba
abnormal.
Dalam penelitian ini cost of equity diukur dengan Eearning Price Ratio (EPR). Rasio
ini digunakan karena merupakan rasio yang paling populer digunakan dalam
mengestimasi tingkat pengembalian dalam pasar ekuitas dan merupakan pengukuran
yang secara luas diterapkan Hajiha dan Sobhani (2012) dan Desiliani (2014). EPR lebih
dapat menangkap efek harga yang ditimbulkan oleh kualitas audit dengan indikasi
seberapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba yang diaudit
(Hajiha dan Sobhani, 2012).
Pengauditan (Auditing)
Menurut Arens et al., (2008) dalam Putri dan Cahyonowati (2014) bahwa pengauditan
merupakan proses pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti mengenai informasi
yang dapat diukur dari suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang memiliki
kompetensi dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dengan kriteria-kriteria dan peraturan yang telah ditetapkan. Pengauditan
merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi adanya asimetri informasi.
Informasi keuangan perusahaan dikatakan berguna apabila memiliki empat karakteristik
yakni: dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan. Karakteristik
relevan dan dapat dihandalkan didapatkan karena adanya kualitas informasi yang
memadai. Kualitas informasi yang ada dalam laporan keuangan disebabkan adanya
kualitas audit. Sedangkan kualitas audit yang ada di dalam laporan auditan karena
adanya auditing yang berkualitas.
Herusetya Antonius (2012) audit yang dilakukan KAP berperan penting dalam
memberikan kepastian informasi sehingga informasi dapat dihandalkan. Tanpa audit
laporan keuangan pemegang saham akan ragu terhadap keandalan informasi keuangan
yang diberikan manajer dan investor akan meminta pengembalian investasi atau cost of
equity lebih tinggi atas kemungkinan resiko yang akan diterimanya dimasa yang akan
datang.
Auditor
Undang-undang No.5 tahun 2011 dalam Hidayat Taufik (2012) berisi mengenai
Akuntan Publik yang didalamnya mengatur mengenai hak, kewajiban, dan larangan bagi
akuntan publik. Pasal 25 ayat 1 UU No.5 tahun 2011 menyatakan bahwa akuntan publik
wajib menjaga kompetensi profesinya melalui pelatihan profesi secara berkelanjutan, dan
berperilkau jujur, bertanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi. Undang-
undang tersebut dibuat dengan tujuan melindungi kepentingan pemakai laporan
keuangan agar mendapatkan informasi yang kredibel dan berkualitas.Auditor merupakan
profesi akuntan publik yang telah lulus S1 dan telah memiliki sertifikat CPA.
Kualitas Audit
Kualitas audit sangat diperlukan oleh para pengguna laporan keuangan untuk
memastikan keandalan informasi yang ada didalamnya. Laporan keuangan auditan
merupakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor di KAP (Kantor Akuntan
Publik) tertentu. Informasi-informasi keuangan yang memiliki kualitas tinggi akan
mempermudah investor dalam menilai perusahaan dan membantu dalam mengambil
keputusan investasi. Kualitas audit akan lebih menekan asimetri informasi antara agent
dan principal. Menurut Butar Butar (2014) auditor eksternal diharapkan mencegah
manajer melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang merugikan pemilik modal.
Lebih jauh dikatakan, auditor yang digunakan harus memiliki independensi dan
pengetahuan akuntansi dan audit yang mendalam.
Auditor Spesialisasi Industri
GAO (Government Accountability Officer) menyimpulkan bahwa auditor spesialisasi
industri ikut bertanggung jawab atas tingginya tingkat konsentrasi auditor di banyak
industri (Kirana, 2013). Menurut Fitriany, et al. (2015) bahwa auditor spesialisasi
industri dapat meningkatkan kualitas audit dan memiliki kepastian informasi yang lebih
tinggi dibandingkan auditor yang tidak memiliki spesialisasi. Maka fee yang diterima
auditor ini lebih tinggi dibandingkan auditor yang lain. Auditor spesialisasi industri akan
memberikan kualitas audit yang lebih tinggi karena dapat menemukan dan mengekpose
masalah khusus di di industri tertentu.
Menurut Kirana (20113) ada 2 pendekatan untuk mengidentifikasi auditor spesialisasi
industri, yaitu :
1. Market share dalam industri. Pendekatan ini dihitung berdasarkan presentase jumlah
klien yang diaudit dalam suatu industri. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa auditor
spesialisasi industri adalah pemasok jasa audit terbesar dalam suatu industri begitu
pula terbesar kedua dan ketiga.
2. Market share dalam KAP. Pendekatan ini sering disebut portofolioshare, yang
meggambarkan distribusi pendapatan KAP berdasarkan industri. Pendekatan yang
pengukuran auditor spesialisasi industri dengan mengukur portofolio berdasarkan
perkiraan proporsi pendapatan auditor spesialisasi industri dari suatu industri dibagi
total pendapatan audit dari semua industri.
Andreas (2012) auditor dikatakan spesialisasi industri jika auditor memiliki banyak
klien dalam industri yang sama. Auditor spesialis indutri diukur dengan cara yang
digunakan oleh Craswell et al. (1995) dalam Andreas (2012). Pertama, sampel industri
yang digunakan adalah indutri yang minimal memiliki 30 perusahaan. Kedua, auditor
dikatakan spesialis jika auditor tersebut mengaudit 20 % dari total perusahaan yang ada
dalam industri tersebut.
Ukuran KAP
Hardiningsih (2010) ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit. KAP yang besar
memiliki klien yang lebih banyak karena KAP besar akan menjaga reputasinya agar tidak
mengalami kerugian. KAP yang besar akan memberikan kualitas audit yang lebih tinggi
untuk menjaga reputasinya. Menurut Undang-undang Akuntan Publik (2011) bahwa
seorang akuntan publik harus memiliki ijin dari menteri keuangan agar dapat
memberikan jasa akuntan publik. Akuntan publik merupakan lulusan S1 akuntansi dan
memiliki sertifikat CPA (Certified Public Accountant). KAP memberikan jasa assurance
yang berkaitan dengan konsultasi, perpajakan, akuntansi, dan manajemen. KAP dibagi
dalam dua jenis yaitu : KAP big 4 dan non-big 4 sesuai dengan penghasilan global yang
diperoleh setiap tahunnya.Desiliani (2014) menemukan bahwa di Indonesia terdapat
Big4 yaitu empat kantor akuntan publik yang dianggap memiliki reputasi paling baik.
Beberapa alasan perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik Big4, antara lain :
para pemegang saham menginginkan Big4, perusahaan ingin mendapatkan kepercayaan
dari para investor atau dukungan dari pasar modal, Big4 mempunyai sumber daya
keuangan yang kuat untuk mempertahankan pekerjaanya, perusahaan publik memang
dituntut untuk menggunakan The Big4 .
Desiliani (2014) KAP Big 4 dan afiliasinya di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. PWC (Price Waterhouse Coopers). Di Indonesia, PWC berafiliasi dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan.
b. Deloitte (Deloitte Tohce Tomatsu Limited), merupakan salah satu anggota dari big
4. Di Indonesia Deloitte berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio.
c. Ernst & Young (EY), merupakan salah satu anggota dari big-4, dan berada di
posisi ketiga diantara big 4. Di Indonesia, Ernst & Young Berafiliasi dengan KAP
Purwantono, Suherman & Surja.
d. KPMG, merupakan salah satu anggota dari Big4, dan berada di posisi Keempat
diantara Big 4. Di Indonesia, KPMG berafiliasi dengan KAP Sidharta dan
Widjaja.
Audit Tenure
Audit tenure adalah masa perikatan (keterlibatan) antara Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan sebagai lama
hubungan kerja antara auditor dengan kliennya. Audit tenure biasanya selalu berkaitan
dengan independensi, karena independensi auditor akan menentukan kualitas audit
(Kirana, 2013). Fitriany, et al. (2015) Audit tenure jangka panjang akan membuat
kedekatan dan loyalitas antara auditor dan klien karena auditor akan merasa nyaman
dengan klien tersebut.
Semakin lama audit tenure maka kualitas audit akan semakin menurun (Hardiningsih,
2010). Setyorini, et.al (2015) untuk melindungi kualitas audit maka Pemerintah telah
mengatur tentang jangka waktu perikatan audit (audit tenure) dalam PMK Nomor:
17/PMK.01/2008. Peraturan ini menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut-
turut. Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien tersebut
setelah 1 tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien
tersebut.
Kepemilikan Keluarga
Kepemilikan keluarga merupakan kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh
sekelompok orang yang masih memiliki hubungan darah. Jika perusahaan didominasi
oleh kepemilikan keluarga maka dapat memicu munculnya agency problem antara
pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas (Villalonga dan Amit, 2005
dalam Rebecca dan Siregar, 2013). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki
oleh keluarga memiliki kelebihan yaitu sudut pandang jangka panjang terhadap operasi
bisnisnya sehingga return yang dihasilkan lebih baik bagi perusahaan (Ibrahim dan
Samad, 2010 dalam Kusumawati dan Juniarti ,2014) Investor yang menilai rendah
perusahaan keluarga maka akan meningkatkan cost of equity perusahaan. Rebecca dan
Siregar (2012) menemukan bahwa kepemilikan keluarga ini memiliki pengaruh yang
signifikan positif terhadap cost of equity perusahaan.
Kepemilikan keluarga menurut Rebecca dan Siregar (2012) adalah kepemilikan dari
individu dan kepemilikan dari perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan perusahaan
publik, negara, ataupu institusi keuangan. Aripin (2015) menyatakan bahwa perusahaan
yang dimiliki oleh keluarga jika keluarga merupakan controlling shareholder atau
memiliki saham minimal 20% dari voting rights dan merupakan pemilik saham tertinggi
dibandingkan shareholders lainnya.Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
kriteria perusahaan keluarga seperti yang digunakan oleh Rebecca dan Siregar (2012).
Untuk analisis sensitivitas, kepemilikan keluarga akan diukur dengan persentase
kepemilikan keluarga. PSAK 15 (revisi 2009) yang menyatakan jika investor memiliki,
secara langsung maupun tidak langsung 20% atau lebih hak suara investee, maka
investor dianggap mempunyai pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh
signifikan oleh kepemilikan keluarga yang mempengaruhi besarnya cost of equity
perusahaan (Rebecca dan Siregar, 2012).
Kualitas Laba
Laba yang terdapat dalam laporan keuangan seringkali dikaitkan dengan nilai saham
di pasar modal dan digunakan investor untuk mengambil keputusan investasi. Informasi
laba perusahaan dipakai oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan. Schipper dan
Vincent (2003) dalam Khikmah dan Pramita (2015), terdapat tiga sifat sebagai dasar
pengukuran konstruk kualitas laba yaitu runtut waktu, karakteristik kualitatif, dan
hubungan antara pendapatan, kas dan akrual. Sifat runtut waktu laba meliputi persistensi,
prediktabilitas dan variabilitas.Menurut Dechow et al (2002) dalam Khikmah dan
Pramita (2015) bahwa kualitas laba (earning quality) yang tinggi akan menyediakan
informasi yang lebih banyak mengenai informasi mengenai kinerja perusahaan yang
relevan untuk pengambilan keputusan. Terdapat tiga fokus dalam kualitas laba yaitu :
pertama, kualitas laba bersifat kondisional dan bergantung pada relevansi pengambilan
keputusan. Kedua, kualitas laba yang dilaporkan bergantung pada nilai laba dapat
mencerminkan informasi kinerja keuangan perusahaan, ketiga, kualitas laba merupakan
hasil pengabungan antara relevansi informasi yang dilaporkan terhadap keputusan yang
dibuat dan kemampuan sistem akuntansi untuk mengukur peforma perusahaan (Paramita,
2012).
Menurut Dechow, et al. (2002) dalam Khikmah dan Pramita (2015) bahwa
perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik melakukan taktik akuntansi yang dapat
meningkatkan laba sehingga membuat kualitas laba menjadi lebih rendah. Perusahaan
yang sudah beroperasi lebih dari setahun, kinerja dapat dilihat dari tiga komponen yaitu
arus kas, present value arus kas dimasa depan, dan present value untuk nilai likuidasi
aset bersih. Oleh karena itu kualitas laba sangat mempengaruhi cost of equity perusahaan.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
KAP dalam menghadapi persaingan pasar dan mengembangkan sumber daya
manusianya dengan memiliki spesialisasi industri auditor.Menurut Fernando, et al.
(2006) spesialisasi industri auditor memungkinkan melindungi reputasinya dengan
memberikan jaminan reputasi atas hasil audit yang dikerjakannya. Asimetri laporan
keuangan untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis akan lebih rendah
dibandingkan perusahaan yang diaudit dengan auditor non-spesialis (umum) (Hajiha dan
Sobhani, 2012).
Penelitian Fernando, et al. (2006) bahwa spesialisasi industri auditor menurunkan cost
of equitydari klien perusahaan. Jadi penggunaan auditor spesialisasi industri dikaitkan
dengan cost of equity yang lebih rendah untuk klien audit. Kemampuan untuk memiliki
pengetahuan yang jauh lebih banyak terhadap klien (client specific knowledge) dan
industri sangat penting untuk mendeteksi kesalahan atau salah saji laporan keuangan
pada industri tertentu. Hal ini berarti bahwa auditor dengan spesialisasi industri mampu
meningkatkan informasi dengan lebih akurat, sehingga mengurangi resiko informasi
yang dihadapi oleh investor. Oleh karena itu cost of equity, termasuk di dalamnya cost of
equitymenjadi berkurang. Berdasarkan argumentasi di atas, maka hipotesis yang akan
diuji adalah:
H1: Spesialisasi industri auditor berpengaruh negatif terhadap cost of equity.
KAP Big 4 membedakan dirinya dengan auditor yang lain dengan cara berinvestasi
lebih pada reputasi modalnya dan dipandang sebagai penyedia kualitas audit yang lebih
tinggi berdasarkan kompetensinya dan independensinya. Jasa audit yang disediakan oleh
KAP dengan brand name (Big 8/Big 6/Big 5/Big 4) mendapat persepsi lebih dapat
dipercaya oleh investor dibandingkan dengan auditor lainnya (Hajiha dan Sobhani,
2012). Menurut Khurana dan Raman (2004) menemukan bukti bahwa perusahaan yang
menggunakan auditor Big N memiliki cost of equity yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan yang menggunakan auditor Non Big N. Kualitas audit dari Big N memberikan
kontribusi terhadap pengungkapan keuangan yang lebih dapat dipercaya daripada non
Big N terhadap kontrak-kontrak yang dibuat oleh perusahaan. Keandalan informasi
keuangan tersebut akhirnya memberikan biaya yang lebih rendah bagi investor, sehingga
mengurangi cost of equity. Dengan argumentasi di atas maka hipotesis yang akan diuji
adalah:
Model Penelitian
Model penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji auditor
spesialisasi industri, ukuran KAP, audit tenure, kepemilikan keluarga, dan kualitas laba
terhadap cost of equity.
݅
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑛𝑔𝑝𝑒𝑟 𝑆݄𝑎𝑟𝑒 H S
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑛𝑔𝑃𝑟𝑐𝑒𝑅𝑎𝑡𝑜 ൌ
b) Auditor Spesialisasi Industri
Auditor spesialisasi industri merupakan variabel independen. Auditor spesialis
indutri diukur dengan cara yang digunakan oleh Craswell et al. (1995) dalam Andreas
(2012). Pertama, sampel industri yang digunakan adalah indutri yang minimal
memiliki 30 perusahaan. Kedua, auditor dikatakan spesialis jika auditor tersebut
mengaudit 20 % dari total perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Dalam
penelitian ini, Kirana (2013) auditor spesialisasi industri diidentifikasi dengan market
share dalam industri yang sama yaitu berdasarkan persentase total aset klien yang
diaudit dalam suatu industri. Perhitungan auditor spesialis indutrisebagai berikut :
Dimana Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki lebih dari 20%
market share di industri tertentu maka diklasifikasikan sebagai spesialis industri untuk
industri tertentu. Variabel ini diukur dengan varibel dummy. Angka 1 untuk
perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialisasi industri dan angka 0 untuk
perusahaan yang diaudit oleh auditor non spesialisasi industri.
c) Ukuran KAP
Ukuran KAP merupakan variabel independen. Ukuran KAP menunjukkan
kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara
profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien.
Diukur dengan menggunakan variable dummy = 1 jika perusahaan diaudit oleh kantor
akuntan yang berfiliasi dengan KAP Big 4 dan = 0 jika tidak.
d) Audit Tenure
Audit tenure merupakan variabel independen. Putri dan Cahnoyowati (2012)
Audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee
yang sama. Audit tenure merupakan angka jumlah tahun berturut-turut patner
bertanggung jawab atas pelaksanaan audit suatu kliennya dapat dilihat pada annual
report perusahaan periode 2011 - 2015.
e) Kepemilikan Keluarga
Kepemilikan keluarga merupakan variabel independen. Dalam penelitian ini
kepemilikan keluarga akan diukur dengan persentase kepemilikan keluarga dalam
struktur saham dan adanya informasi hubungan afiliasi (dewan direksi dan komisaris)
perusahaan. Selain itu status kepemilikan keluarga dapat dilihat dari susunan dewan
direksi dan komisaris yang memiliki nama keluarga yang sama. Besarnya
kepemilikan dapat dilihat dari kepemilikan modal saham. Semakin besarnya
kepemilikan saham yang dimiliki oleh keluarga maka perusahaan akan semakin
memiliki cost of equity yang tinggi pula. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidak pengaruh (hak suara) oleh kepemilikan keluarga yang mempengaruhi
besarnya cost of equity.
f) Kualitas Laba
Kualitas laba merupakan variabel independen Kualitas laba diukur dengan
menggunakan proksi manajamen laba (Utami, 2014). Nilai manajemen laba yang
tinggi mengakibatkan kualitas labanya rendah. Manajemen laba (DACC) diukur
melalui discretionary accruals yang dihitung dengan cara menselisihkan total
accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Perhitungan manajemen
laba menggunakan Modified Jones Model sebagai berikut:
ൌͳ 𝛼
ଵ A ൰ א୧୲
Ait-1 ୧୲ିଵ 𝛽ଵ ൬ ୧୲ିଵ ൰ 𝛽ଶ ൬ ୧୲ିଵ
A A
Menghitung nilai non-discretionary
ͳ accruals
NDA β οS୧୲ െ οR
୧୲ PPE୧୲
ൌ
𝛼
୧୲ ଵ
A୧୲ିଵ ଵ
൬ A୧୲ିଵ ൰ β ଶ ൬ ୧୲ିଵ ൰ א୧୲
A
Menghitung discretionary accruals
DA𝑡 െ 𝑁𝐷𝐴𝑡
ൌ
𝑇𝐴𝑡
Keterangan: 𝐴𝑡 𝑡ିଵ
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
DAit : Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
NDAit : Nondiscretionary accrual perusahaan i pada periode t
NIit : Net income perusahaan i pada periode t
CFOit : Cash Flow Operating perusahaan i pada periode t
Ait-1 : Total aktiva pada periode t-1
∆Salesit : Selisih sales perusahaan i pada periode t
∆Recit : Selisih receivable perusahaan i pada periode t
PPEit : Nilai aktiva tetap perusahaan i pada periode t
Єit : Error
Jika nilai discretionary accrual yang semakin kecil maka kualitas laba yang
disajikan oleh perusahaan semakin berkualitas. Semakin tinggi nilai dari
discretionary accrual maka kualitas labanya semakin rendah, dan berarti laba dari
perusahaan kurang bisa dipercaya karena laba tersebut dapat berasal dari aktivitas non
riil.
g) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol. Penelitian mengenai ukuran
perusahaan dengan cost of equity. Jumlah aset yang besar akan memiliki kemampuan
untuk memenuhi kewajiban di masa depan dan memberikan tingkat return yang lebih
pasti terhadap investor. Karena perusahaan dapat memberikan deviden yang lebih
besar.Semakin besar aset maka semakin besar pula modal yang perlu ditanam. Dalam
penelitian ini ukuran perusahaan dinilai dengan log of total assets. Log Of Total
Assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antaraukuran perusahaan
yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil.
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui jumlah data, nilai
minimum dan maksimum dari viriabel yang ada dalam penelitian ini. Jumlah data awal
sebanyak 720 tetapi tidak lolos uji normalitas, maka dilakukan penghapusan data yang
ekstrim. Data akhir menjadi 630.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Berdasarkan tabel 4.1 variabel cost of equity diukur dengan laba per lembar saham
dibagi dengan harga saham yang nilainya memiliki rata-rata sebesar 0.06 dan standar
deviasinya sebesar 0,08. Sedangkan untuk nilai minimumnya adalah -0.36 dan nilai
maksimumnya sebesar 0.48. Rata-rata sebesar 6% tergolong rendah yang berarti pasar
menilai sesuai dengan kinerja perusahaan yang sesungguhnya.
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 15, No. 2, September 2017
ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online)
Tabel 4.2
Tabel Frekuensi
Variabel audit tenure diukur dengan jumlah angka tahun perusahaan melakukan
perikatan dengan KAP yang sama pada tahun 2011-2015 secara berturut-turut. PMK
Nomor: 17/PMK.01/2008 menjelaskan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-
turut.Variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 1,6. Nilai rata-rata 3,17 yang
menunjukan bahwa audit tenure tidak melangar peraturan pemerintah karena dibawah 6
tahun berturut-turut.
Variabel selanjutnya yaitu kepemilikan keluarga, menggunakan persentase
kepemilikan keluarga didalam perusahaan. Berikut merupakan hasil variabel kepemilikan
keluarga :
17
Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 15, No. 2, September 2017
ISSN 1412-775X (media cetak) | 2541-5204 (media online)
Tabel 4.4
Tabel Frekuensi
Tabel 4.5
Tabel Frekuensi
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kepemilikan keluarga dengan sampel 630
mayoritas dibawah 20% dengan jumlah perusahaan sebanyak 427. Kepemilikan saham
keluarga diatas 50% artinya kepemilikan perusahaan mayoritas dimiliki oleh keluarga
tertentu. Variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 23.70 dan rata-rata 17.38 berarti
mayoritas saham tidak dimiliki oleh keluarga.
Variabel kualitas laba diukur dengan discretionary accrual. Rata-rata sebesar -
0.09. Nilai terendah untuk kualitas laba sebesar -1.97 dan nilai tertinggi dari kualitas laba
sebesar 0.57. Variabel ini memiliki standar deviasi sebesar 0.20. Nilai discretionary
accrual negatif berarti semakin tinggi kualitas laba. Laba yang di sajikan oleh
perusahaan dalam sample penelitian ini merupakan laba yang dapat dipercaya oleh
investor karena berasal dari aktivitas riil perusahaan.
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, leverage,
dan profitabilitas. Variabel ukuran perusahaan memiliki rata-rata sebesar 12,28. Ukuran
perusahaan yang memiliki rata-rata sebesar 12,28 berarti perusahaan tersebut tidak
18
mengalami masalah keuangan dalam menjalankan kegiatan operasional dan mampu
memberikan deviden kepada investor yang lebih besar. Variabel leverage memiliki rata-
rata sebesar 0.4665. Artinya setiap 1 Rupiah aset digunakan untuk menjamin 0.47 rupiah
hutang. Nilai minimum sebesar 0 dannilai maksimumnya sebesar 2.40. Variabel ini
memiliki standar deviasi sebesar 0.22. Profitabilitas juga merupakan variabel kontrol
dalam penelitian ini. Variabel ini memiliki nilai rata-rata sebesar 0.05. Nilai minimum
sebesar -0.21 dan nilai maksimumnya sebesar 0,35. Variabel ini memiliki standar deviasi
sebesar 0.06.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah ditentukan
terdistribusi normal atau tidak. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan uji
kolmogorof-smirnov dimana ketentuan uji ini jika nilai dari sig lebih dari sama dengan
0,05 maka data terdistribusi secara normal. Jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05
maka data tidak terdistribusi secara normal maka harus dilakukan proses penormalan
dengan menghapus data outliner. Berikut adalah hasil uji normalitas :
Tabel 4.6
Tabel Uji Normalitas
Dari hasil pengujian normalitas bahwa nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih
kecil dari 0.05. Maka harus melakukan proses penormalan dengan menghapus data
outliner.
Tabel 4.7
Tabel pengujian kembali Normalitas
Tabel 4.7 menunjukan nila signifikansinyasebesar 0,198. jadi, pada penelitian ini, dapat
diketahui Asymp Sig untuk Standardized Residual yaitu sebesar 0,198 > 0.05. artinya,
data residual penelitian ini terdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan dengan menganalisa collinearity statistics pada nilai
tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Data tidak Multikolinearitas apabila
nilai tolerance>0,1 dan VIF <10.
Tabel 4.8. Multikolonearitas
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas
Dilihat dari hasil table 4.8 di atas, nilai Tolerance semua variabel adalah < 1 an
d
nilai VIF semua variabel tidak ada yang lebih besar dari pada 10. Jadi, dapat
disimpulkan tidak ada korelasi yang kuat antar variabel atau tidak terjadi
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada korelasi diantara residual
pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya yang terdapat pada model regresi.
Pengujian ini menggunakan uji Durbin-Watson.
Tabel 4.9
Tabel Hasil Uji Autokorelasi
Dari tabel 4.9 nilai Durbin Watson (DW) adalah 2,022. Nilai DL= 1,845885 nilai DU =
1,92576 dan 4-DU = 2,108755 dengan N = 630 dan K = 8. Nilai DW sebesar 2,022
berada diantara 1, 845885 < DW < (4 – 1,891245). Hasil pengujian ini yaitu dalam
model regresi tidak ada autokorelasi.
Uji Heterokedastisitas
Berikut merupakan tabel hasil pengolahan uji heterokedastisitas pada model
penelitian:
Tabel 4.10
Tabel Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.11 Variabel independen dianggap
berpengaruh apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Hipotesis
5. SIMPULAN
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: vra_quers@yahoo.com/ telp: +62 81 239 658 902
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh good corporate governance, kepemilikan
keluarga dan kepemilikan institusional terhadap biaya ekuitas. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 165 perusahan Manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang
terdaftar tahun 2010-2014. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis berpengaruh signifikan negatif good
corporate governance terhadap biaya ekuitas, berpengaruh signifikan positif kepemilikan
keluarga terhadap biaya ekuitas, dan berpengaruh signifikan negatif kepemilikan institusional
terhadap biaya ekuitas.
Kata kunci: GCG, Kepemilikan Keluarga, Kepemilikan Institusional dan Biaya Ekuitas
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of good corporate governance, family
ownership and institutional ownership against the cost of equity. The sample used in this study
amounted to 165 companies manufacturing sub-sectors of basic industry and chemical listed in
2010-2014. The data analysis technique used in this research is multiple linear regression
analysis. Based on the analysis a significant negative effect of good corporate governance to
the cost of equity, positive significant effect of family ownership against the cost of equity, and a
significant negative effect on the cost of institutional ownership of equity.
Keywords: GCG, Family Ownershi, Institutional Ownership and Cost of Equity
PENDAHULUAN
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menjadi bagian penting dari berkembangnya
perekonomian Indonesia. BEI sebagai salah satu pasar modal yang dapat dijadikan
alternatif pendanaan bagi semua sektor perusahaan di Indonesia. Salah satu alternatif
pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di pasar modal atau Bursa
1264
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
Efek. Dalam pasar modal memungkinkan investor membuat pilihan atas investasi
yang diinginkan sesuai dengan resiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Harga saham penting bagi perusahaan karena hal tersebut merupakan salah satu
alasan utama yang mendasari para investor tertarik membeli saham sebagai bentuk
investasi pada perusahaan. Investasi yang dilakukan oleh investor sangat diperlukan
dana yang besar. Cara yang dilakukan oleh perusahan untuk memperoleh dana yaitu
modal.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu istilah yang tidak asing
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (Forum for Governance
manager atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan
1265
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
digunakan untuk mengatur hubungan antara pihak pemegang saham (principal) dan
signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang telah melanda Indonesia.
Peran dan tuntutan para investor dan kreditur asing mengenai penerapan prinsip
bersaing secara global. Dengan adanya sistem Corporate Governance para pemegang
saham dan investor menjadi yakin akan memperoleh return atas investasinya, karena
saham dan investor. Corporate Governance juga dapat membantu dalam menciptakan
lingkungan yang yang kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien di sektor
koporat.
pelanggaran yang dilakukan oleh PT. KAI penerapan good corporate governace yang
tidak sesuai dengan prinsip salah satunya adalah kasus audit umum yang dialami oleh
PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Menurut Nadia (2009), kasus ini menunjukkan
1266
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
bagaimana proses tata kelola yang dijalankan didalam suatu perusahaan, dan
bagaimana peran dari tiap-tiap organ pengawas dalam memastikan penyajian laporan
keuangan tidak salah saji dan mampu mengambarkan keadaan keuangan perusahaan
yang sebenarnya. Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara
menolak menyetujui dan menandatangani laporan keuangan yang telah di audit oleh
Auditor Eksternal, dan Komisaris meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan
keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
perbedaan mengenai: masalah piutang PPN, beban yang ditangguhkan yang berasal
dari penurunan nilai persediaan, persediaan dalam perjalanan, uang muka gaji,
Modal Negara (PMN). Dan beberapa solusi dan rekomendasi yang disarankan
kepada PT. KAI untuk memperbaiki kondisi yang terjadi: pertama, Dewan komisaris
informasi apa saja yang merupakan private domain. Ketiga, komunikasi yang intens
sangat diperlukan antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit. Keempat, komite
audit tidak memberikan second judge atas opini auditor ekternal. Kelima, harus
salah tidak boleh dipertahankan. Keenam, komite audit sangat mengandalkan internal
audit dalam menjalankan tugasnya untuk mengetahui berbagai hal yang terjadi dalam
1267
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
tepat waktu, akurat dan full disclosure dan komite audit & dewan komisaris
Kasus pelanggaran yang lainnya dilakukan oleh PT. Kimia Farma Tbk yang
merupakan salah satu sektor industri barang konsumsi manufaktur karena kurangnya
Farma Tbk terbukti melakukan mark-up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang
Overstated yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp 132 miliar
(karena laporan keuangan yang seharusnya hanyalah Rp 99.594 miliar ditulis Rp. 132
miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang menjadi
memberikan laporan adanya overstated (Setiajatnika, 2008). Dalam kasus ini terjadi
sangat merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah dijadikan dasar
transaksi yang menyebabkan investor mengalami kerugian pada saat harga turun.
Jika kita melihat dengan menggunakan teori agensi, maka didalam sebuah
perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar bisa terjadi agency conflict
antara principal dan agent, tetapi dilihat dengan adanya proporsi yang besar yang
dimiliki oleh keluarga atas sebuah perusahaan dapat menimbulkan agency problem
yang lain, yaitu antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.
1268
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya keluarga sebagai pemegang saham
mayoritas akan memiliki kekuatan dan kontrol yang besar untuk menggunakan hal
Kepemilikkan keluarga dilihat dari control ownership dari dua anggota atau
lebih, dari keluarga atau partnership dari keluarga, strategi dalam manajemen
perusahaan dipengaruhi oleh anggota keluarga baik itu sebagai advisor dalam
anggota dewan atau menjadi pemegang saham, lebih peduli pada hubungan keluarga,
yang terakhir visi dari pemilik perusahaan keluarga berlanjut sampai beberapa
generasi (Poza, 2007 dalam Ruwita, 2012). Dengan adanya kepemilikan yang
terpusat sebuah perusahaan pada suatu keluarga, maka dapat terjadi pemenuhan
sebuah tujuan yang hanya menguntungkan beberapa pihak. Maka dari itu diperlukan
dimiliki oleh suatu badan atau pemilik institusional, seperti pemerintah, asuransi dan
manajemen melakukan manajemen laba (Nuraina, 2012). Biaya ekuitas adalah biaya
rill yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang
1269
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan (Karamony dan Wokas, 2011).
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap biaya ekuitas dapat kita lihat
Peneliti lain seperti Natalia dan Sun (2013) memiliki hasil penelitian sebagai
positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Kedua, kepemilikan manajerial
berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Ketiga, kepemilikan
ekuitas. Keempat, kualitas audit menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan
terhadap biaya ekutias. Kedua penelitian ini memiliki hasil yang berbeda mengenai
variabel Corporate Governance Index dan kedua penelitian diatas memiliki hasil
yang berbeda dengan yang dilakukan dilakukan oleh Ashbaugh et al. (2004) dalam
Penelitian dilakukan oleh Syed Zulfiqar Ali Shah dan Sfadar Ali Butt (summer
2009) tentang Dampak Corporate Governance pada biaya ekuitas bukti empiris pada
1270
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
diukur dengan memberikan bobot pada satu variabel yang terkait meskipun variabel-
variabel ini juga dianggap secara individual. Penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif, matrik korelasi, pendekatan kuadrat kecil sederhana biasa (OLS) dan
model fixed effect model untuk menguji data panel yang dikumpulkan. Penelitian ini
dengan biaya ekuitas dan hubungan positif antara kepemilikan intitusional, komite
audit dan tata kelola perusahaan dengan biaya ekuitas. Hasil penelitian ini disebabkan
Corporate Governance pada tahun 2002. Hal ini berbeda dari penelitian
yang dilakukan oleh Ifonie (2012) yang menyatakan bahwa asimetri informasi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap biaya ekuitas. Karena adanya asimetri
yang dilakukan oleh manajemen dan mengurangi resiko informasi yang ditanggung
obyek penelitian karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri dari
sebagai obyek penelitian sesuai dengan fakta yang telah dijelaskan, kasus yang
1271
dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Peneliti tertarik
1272
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
memilih perusahaan sektor industri dasar dan kimia karena kebanyakan penelitian
untuk penelitian yang lebih terfokus pada satu sektor saja terutama sektor industri
dasar dan kimia masih sangat jarang di lakukan. Hal ini dapat dilihat dalam papan
jumlah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agnes (2014) dimana penelitian
yang terfolus pada satu sektor masih sangat sedikit. Sebagaimana yang kita ketahui
kepada keseluruhan proses penciptaan nilai perusahaan (Shleifer dan Vishny , 1997).
Ciri salah satu penciptaan nilai yaitu adanya penurunan biaya modal oleh perusahaan.
Menurut Newell dan Wilison (2002) penerapan good corporate governance juga
karena penerapan GCG yang baik mampu memberikan perlindungan yang efektif
al., 2003).
corporate governance yang baik memiliki biaya ekuitas yang lebih rendah dengan
1273
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
governance memiliki hubungan negatif terhadap biaya ekuitas dan perlindungan hak
pemegang saham merupakan faktor yang paling signifikan dalam menurunkan biaya
Governance Index memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas dan menurut
Natalia dan Sun (2013) memiliki hasil penelitian bahwa Corporate Governance
Perception Index (CGPI) berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas. Apabila Good
disimpulkan bahwa semakin tinggi good corporate governance, maka semakin besar
potensi perusahaan untuk memperoleh biaya ekuitas yang lebih rendah. Berdasarkan
Jika kita melihat dengan menggunakan teori agensi, maka didalam sebuah
perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar bisa terjadi agency conflict
antara principal dan agent. Menurut Jensen dan Meckling (1976) hal ini dapat
diatasi. Karena dengan adanya proporsi kepemilikan saham yang besar akan
menimbulkan insentif untuk memonitor peran dan kerja para manajer. Tetapi jika kita
1274
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
lihat, dengan adanya proporsi yang besar yang dimiliki oleh keluarga atas sebuah
perusahaan dapat menimbulkan agency problem. Menurut Dyck dan Zingales (2004)
dengan adanya keluarga sebagai pemegang saham mayoritas kekuatan kontrol yang
tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk mengkompensasi resiko tersebut. Hasil
perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena dalam perusahaan dengan kepemilikan
keluarga muncul agency problem lain, yaitu antara pemegang saham mayoritas dan
Hal ini disebabkan oleh excess control yang dimiliki pemegang saham
yang ditanggung oleh pemegang saham mayoritas (Rebecca, 2012). Maka dari itu jika
menimbulkan agency problem yang lain dalam bidang kepentingan dan informasi
1275
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
antara manajer dan para pemegang saham. Di dalam hubungan ini sering terjadi
konflik karena adanya asimetri informasi diantara pihak manajer dan pihak pemegang
saham. Hal ini dapat merugikan salah satu pihak tersebut, karena jika salah satu pihak
memiliki jumlah informasi yang lebih banyak, maka dapat memanfaatkan hal tersebut
Kepemilikan institusional merupakan salah satu cara untuk mengurangi konflik yang
terjadi diantara para pemegang saham dengan manajer. Karena dengan adanya
meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen yang ada.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebecca (2012) menyatakan bahwa kepemilikan
Rebecca (2012) hal ini dapat disebabkan karena mayoritas jenis perusahaan publik di
dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen (Juniarti dan Sentosa,
1276
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
manajemen yang mengarah pada biaya ekuitas lebih rendah. Menurut Collins dan
ekuitas perusahaan.
analisis investasi dan memiliki akses atas informasi yang mahal dalam diperoleh bagi
investor lainnya (Fidyati, 2004). Investor intitusional berperan aktif dalam good
diterima oleh perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka akan diajukan hipotesis
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
biaya ekuitas perusahaan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantatif karena di
dasarkan pada data kuantitatif atau temuan-temuan yang dicapai dengan mengunakan
(hubungan) yaitu penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau
1277
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
(hubungan) dalam penelitian ini seperti prosedur dalam pengambilan data di BEI dan
corporate governance terhadap biaya ekuitas dapat dilihat dalam diagram berikut ini.
Bursa Efek Indonesia yang menyediakan informasi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan dan laporan tahunan. Objek penelitian ini adalah good corporate
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh
menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel terikat (dependent variable) dan
pengaruhi oleh variabel bebas lainnya dalam hal ini variabel adalah Biaya Ekuitas.
Biaya ekuitas adalah biaya rill yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh
1278
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba
ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Cara menghitung
biaya ekuitas diukur dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM),
CAPM tidak terlepas dari ketersediaan data-data yang ada di pasar modal Indonesia.
Metode CAPM merupakan cara perhitungan yang relatif lebih mudah dari metode
yang lainnya.
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
(total weight score). Penilaian skor yang dihasilkan berupa presentase dengan
skor memiliki interprestasi tersendiri sesuai dengan kriteria penilaian praktek GCG.
Dalam penelitian ini, skor GCG yang digunakan dalam skor pada tahun 2010 dan
2011 dengan mangasumsikan skor yang diperoleh untuk tahun berikutnya, yaitu
tahun 2012 dan 2014 adalah sama dengan skor pada tahun terakhir (skor tahun
2011). Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data yang tersedia di IICD.
1279
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
pada keluarga tertentu (Ayub, 2008). Kepemilikan keluarga dapat diproksikan dengan
keluarga lebih dari 20% dan skor 0 untuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga
kurang dari 20%. Penilaian skor tersebut mengacu pada PSAK 15 (revisi 2009), maka
bank, perusahaan asuransi, institusi luar negeri, dana perwakilan serta institusional
lainnya (Juniarti dan Sentosa, 2009). Cara pengukuran kepemilikan institusional sama
untuk perusahaan dengan kepemilikan institusional lebih dar 20% dan skor 0 untuk
tersebut mengacu pada PSAK 15 (revisi 2009), maka investor di anggap mempunyai
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2013). Data
Kuantitatif dalam penelitian ini berupa angka laporan perusahaan keuangan yang
terdaftar periode 2010-2014. Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kata,
kalimat, skema dan gambar (Sugiyono, 2013). Data Kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi daftar nama-nama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang sudah tersedia dan dikumpulkan, kemudian di olah kembali
1280
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
oleh pihak lain atau media perantara seperti dokumen yaitu (Sugiyono, 2013). Data
sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi data yang diperoleh dari
Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi
obyek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
2010-2014. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data
dan mewakili seluruh populasi. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah
pertimbangan tertentu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX Fact Book 2010-2014, jumlah
kategori perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia pada tahun 2010-
2014 adalah 315 perusahaan. Dari total tersebut, sampel yang dapat digunakan dan
Tabel 1.
Seleksi Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia pada tahun
2010-2014 315
2. Laporan keuangan perusahaan di sajikan dalam mata uang asing (85)
3. Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negative (35)
4. Perusahaan yang tidak memiliki saham aktif yang di perdagangkan selama
tahun 2010-2014 (30)
Jumlah sampel penelitian 165
Sumber: data sekunder diolah, 2015
1281
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
berbagai literatur yang sesuai dengan tema penelitian dan juga data dari laporan
keuangan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014.
teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda dengan
Oleh karena dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu satu variabel
terikat dan tiga variabel bebas, maka model regresi liniear berganda yaitu disusun adalah
Keterangan:
Y= Biaya Ekuitas
βo = Konstata / Intercept
β = Koefisien Regresi ( 1,2,. .4)
X1 = Good Corporate Governance
X2 = Kepemilikan Keluarga
X3 = Kepemilikan Institusional
ei = Errror Term / Residual
mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan cara yang paling
umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data. Sedangkan,
1282
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya.
Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.
Hasil Statistik Deskriptif
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai minimum untuk biaya ekuitas didapat
nilai minimun adalah 0,16 dan nilai maksimumnya adalah 1,25. Mean untuk biaya
ekuitas adalah 0,29, hal ini berarti rata-rata biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2014 sebesar 0,29. Standar deviasinya 0,14.
Untuk variabel Good Corporate Governance (CGI) nilai minimumnya adalah 0,46
dan nilai maksimumnya adalah 0,92. Mean variabel Good Corporate Governance
(CGI) adalah 0,64, hal ini berarti bahwa rata-rata Good Corporate Governance (CGI)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 sebesar 0,64.
keluarga adalah 0,06 hal ini berarti rata-rata kepemilikan keluarga pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 0,06. Standar deviasinya
0,86 hal ini berarti rata-rata kepemilikan institusional pada perusahaan manufaktur
1283
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2014 sebesar 0,86. Standar deviasinya sebesar
0,34.
regresi lolos dari uji asumsi klasik. Model yang digunakan dalam menganalisis
regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS. Dalam model analisis regresi
linear berganda yang menjadi variabel terikatnya adalah praktik biaya ekuitas,
dengan nol, maka biaya ekuitas sebesar 0,337. Nilai koefisien regresi good corporate
governance sebesar - 0,086 memiliki arti apabila good corporate governance naik
sebesar satu satuan, maka biaya ekuitas turun sebesar -0,086 dengan asumsi variabel
lainnya sama dengan nol. Nilai koefisien regresi kepemilikan keluarga sebesar 0,558
memiliki arti apabila kepemilikan keluarga naik sebesar satu satuan, maka biaya
ekuitas naik sebesar 0,558 dengan asumsi variabel lainnya sama dengan nol. Nilai
1284
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
kepemilikan keluarga naik sebesar satu satuan, maka biaya ekuitas turun sebesar -
Tabel 3.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized
Variabel Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh negatif good
corporate governance (X1) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang
dan Verwijmeren (2007) perusahaan dengan kualitas corporate governance yang baik
memiliki biaya ekuitas yang lebih rendah. Untuk menilai praktek corporate
hubungan negatif dengan biaya ekuitas dan perlindungan terhadap hak pemegang
1285
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
saham merupakan faktor yang paling signifikan dalam menurunkan biaya ekuitas
Index memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas dan menurut Natalia dan Sun
(CGPI) berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap biaya ekuitas. Penerapan
Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung sebesar 33,633 dengan nilai sig <
0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh positif kepemilikan keluarga
(X2) terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2010 – 2014. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan
dengan kepemilikan keluarga memiliki biaya ekuitas yang lebih tinggi di bandingkan
perusahaan lainnya (Yao dan Sun ,2008). Hasil penelitian tersebut dapat disebabkan
yaitu antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas sehingga
1286
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
insentif yang lebih besar untuk meningkatkan keutungan pribadi pada beban yang
Hal ini disebabkan oleh excess control yang dimiliki pemegang saham
yang ditanggung oleh pemegang saham mayoritas (Rebecca, 2012). Maka dari itu jika
menimbulkan agency problem yang lain dalam bidang kepentingan dan informasi
nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya kepemilikan institusional (X3) pengaruh
negatif terhadap biaya ekuitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
utama dalam perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan seperti ini adalah konflik
1287
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
melakukan analisis investasi dan memiliki akses informasi yang teralalu mahal untuk
diperoleh bagi investor lainnya (Fidyati, 2004). Peran aktif dalam good corporate
Hubungan ini menjadi lebih kuat dengan tingginya asimetri informasi di perusahaan.
oleh perusahaan.
meningkatkan kinerja pasar saham dan harga saham. Ada anggapan bahwa
peningkatan kinerja pasar saham justru akan mengurangi informasi yang harus
dikeluarkan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital) dan
menurut Natalia dan Sun (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
menjelaskan bahwa investor institusional memiliki kemampuan yang lebih baik untuk
dilakukan oleh manajemen. Selain itu, investor intitusional, yang umumnya juga
1288
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.16.2. Agustus (2016): 1264-1289
beberapa sebagai fidusiari, memiliki insentif yang lebih besar untuk memantau
yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Collins dan Huang (2010)
ekuitas.
ditetapkan oleh IICD dengan cara scoring sehingga dapat menguji sejauh mana
REFERENSI
Byun, H., L. Hwang, dan S. Kwak. 2008. Asia-Pacific Journal of Financial Studies
The Implied Cost of Equity Capital and Corporate Governance Practices. 37:
h:139–184.
1289
Viona Rizqi Amelia dan I Ketut Yadnyana. Pengaruh Good Corporate…
Collins, Denton, and H. Huang. 2010. Management entrenchment and the cost of
equity capital. Journal of Business Research 64, 356-362.
Derwall, Jeroen, dan Patrick Verwijmeren. 2007. Corporate Governance and the
Cost of Equity Capital: Evidence from GMI’s Governance Rating. European
Centre for Corporate Governance Research Note, RSM Erasmus University,
The Netherlands.
Dyck A., dan L. Zingales. 2004. Journal of Applied Corporate Finance. Control
Premiums and the Effectiveness of Corporate Governance Systems, 16: h:51-
72.
Jensen, M. C., and W.H. Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
3(4), h:305-360.
Natalia, Dessy dan Yen Sun. 2013. “Analisis Pengaruh Wajibnya Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Biaya Ekuitas Pada Badan Usaha Milik
Negara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012”. Skripsi:
Bina Nusantara.
1290
Meilisa dan Salim: Pengaruh Auditor Size, Auditor Tenure, dan Kepemilikan
Institusional………
Abstract: This study aims to examine the effect of the auditor size, auditor tenure, and
institutional ownership against the cost of equity capital. The research sample is selected by
purposive sampling method, which is manufacturing companies listed on the Indonesian Stock
Exchange from 2016 to 2018 period. From the sample selection process, obtained 95 companies
during the past 3 years or as many as 147 data. Analysis of data using multiple regression
analysis using the IBM SPSS Statistics 23 program. The results showed that auditor tenure affect
negatively significant to cost of equity capital, while auditor size and institutional ownership
have a non-significant affect on cost of equity capital.
Keywords: agency theory, cost of equity capital, auditor size, auditor tenure, institutional
ownership
Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh auditor size, auditor tenure, dan
kepemilikan institusional terhadap cost of equity capital. Sampel penelitian dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2018. Dari proses pemilihan sampel, diperoleh
95 perusahaan selama 3 tahun atau sebanyak 147 data. Analisis data menggunakan analisis
regresi berganda dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 23. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa auditor tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya modal
ekuitas, sedangkan auditor size dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Kata Kunci: agency theory, biaya modal ekuitas, ukuran auditor, tenur auditor, kepemilikan
institusional
Latar Belakang
Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang semakin pesat mempengaruhi
peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berarti
berkembangnya dunia bisnis. Selain itu, persaingan dalam dunia bisnis yang semakin bebas dan
terbuka, mendorong perusahaan untuk memberikan performa terbaik agar dapat tetap bersaing di
industri. Performa suatu perusahaan akan berdampak pada nilai pasar perusahaan tersebut dan
dapat mempengaruhi keputusan investor apakah akan menanam atau menarik investasinya pada
suatu perusahaan.
Ketika investor ingin melakukan kegiatan investasi pada suatu perusahaan, tingkat
pengembalian (required rate of return) yang akan diterima dari saham yang dibelinya menjadi
pertimbangan utamanya. Biaya modal ekuitas (Cost of equity capital) merupakan tingkat
Jurnal Multiparadigma Akuntansi Tarumanagara / Vol.2 Edisi Juli 2020 : 1362 - 1371
pengembalian (rate of return) yang diharapkan investor dari saham perusahaan yang dimilikinya.
Rate of return adalah suatu biaya oportunis yang dihadapi investor dalam investasi. Ketika
investor memilih untuk melakukan suatu investasi, maka investor tersebut akan kehilangan
peluang return yang ditawarkan investasi lainnya. Biaya oportunis ini kemudian akan menjadi
rate of return yang diminta oleh investor (Lambert, Leuz, & Verrecchia, dalam Perwira &
Darsono, 2015).
Laporan keuangan perlu diaudit untuk meningkatkan kredibilitas dan keandalannya.
Kualitas audit yang digunakan oleh perusahaan merupakan salah satu hal yang mendasari
pertimbangan investor dalam berinvestasi. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi
yang berguna dalam proses pengambilan keputusan (Aiisiah & Pamudji, 2012). Dalam penelitian
ini digunakan ukuran auditor dan tenur audit untuk mengukur kualitas audit. Akuntan publik
yang merupakan pihak yang ahli dan independen akan memberikan pendapat mengenai
kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas pada akhir
pemeriksaannya, dimana hal ini akan memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan
perusahaan (Agoes, 2017). Diasumsikan KAP big 4 dapat menyediakan kualitas audit lebih baik
dibandingkan KAP non-big 4. Selain itu, semakin panjang tenur KAP berarti pemahaman KAP
tersebut terhadap perusahaan yang diaudit semakin baik sehingga kualitas audit yang diberikan
akan lebih baik.
Menurut Fernando et al (2010), peraturan auditor secara eksplisit lebih memfokuskan
untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material
dibandingkan memberikan jaminan terhadap kerugian investor. Hal ini dapat dicapai dengan
mengurangi efek negatif dari konflik agensi, yang timbul dari pemisahan kepemilikan dan
kontrol (Jensen & Meckling, dalam Fernando et al, 2010) melalui pengurangan asimetri
informasi antara pengguna laporan keuangan dan pembuatnya. Audit merupakan salah satu cara
untuk meminimalisir risiko informasi bagi pengguna laporan keuangan. Dengan risiko informasi
yang minimal, maka investor akan mengeluarkan biaya yang lebih kecil sehingga cost of equity
capital ikut berkurang (Jensen & Meckling, dalam Herusetya, 2012).
Asimetri informasi dapat juga diminimalisir dengan adanya kepemilikan institusional.
Investor institusional dapat berpartisipasi terhadap corporate governance, mempengaruhi
perilaku manajemen, dan dapat berperan sebagai pengawas. Selain itu, investor institusional
dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Konflik dan biaya agensi dapat dikurangi
dengan adanya kepemilikan institusional. (Lyu & Zhang, 2015).
Penelitian yang dilakukan Fernando et al (2010) menunjukkan bahwa ukuran KAP dan
audit tenur teruji merupakan prediktor yang negatif atas cost of equity capital. Hasil yang
berbeda ditunjukkan dalam penelitian Susanto dan Siregar (2012) yang menyatakan bahwa tenur
auditor teruji berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas. Herusetya (2012) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas
dengan t-stat sebesar 3.51.
Penelitian Lyu dan Zhang (2015) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas sedangkan Nugroho dan Meiranto (2014)
berkesimpulan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap biaya
modal ekuitas.
Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini melatarbelakangi penelitian ini mengenai
pengaruh auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional terhadap cost of equity
capital pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kajian Teori
Biaya Modal Ekuitas. Merupakan biaya yang investor persyaratkan dalam mereka
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Perusahaan dengan biaya modal ekuitas yang
lebih rendah kemungkinannya dalam mengembalikan return akan lebih cepat. Hal ini disebabkan
perusahaan dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan labanya (Setiawan & Daljono,
2014). Menurut Pramita (2016, h.125), “biaya modal ekuitas merupakan bentuk konsekuensi
ekonomi perusahaan untuk memperoleh dana dari investor untuk mendanai aktivitas operasi
perusahaan.”
Auditor Size. Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP. Ukuran KAP akan dibagi
menjadi dua, yaitu KAP big-4 dan KAP non big-4. KAP big-4 dianggap lebih dapat dipercaya
karena jumlah kliennya yang banyak, sehingga kemungkinan besar mereka konsisten dalam
mengimplementasikan nilai independensi, objektivitas, dan kejujuran dalam proses audit yang
dilakukan (Setiawan & Daljono, 2014). Economic dependence perspective yang dikemukakan
Choi et al (2010) menyatakan bahwa kantor besar lebih cenderung tidak berkompromi dengan
kualitas audit dan kurang merespon tekanan klien untuk memperlancar pelaporan. Mereka
cenderung memberikan audit dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kantor
kecil karena kantor kecil memiliki ketergantungan ekonomis terhadap kliennya. Kantor audit
besar lebih terpengaruh reputasinya apabila terjadi kegagalan audit dibandingkan kantor kecil.
Auditor Tenure. Menurut Fernando et al (2010, h.374), “tenure represents the length of
the auditor-client relationship.” Tenur audit merupakan jangka waktu hubungan antara auditor
dengan klien atau dapat diartikan juga lamanya masa perikatan antara auditor atau KAP dengan
klien terkait dengan jasa audit yang disepakati.
Dalam beberapa penelitian terbaru, seperti penelitian yang dilakukan Geiger dan
Raghunandan (dalam Fernando et al, 2010) ditemukan bahwa pada tahun-tahun awal hubungan
auditor dengan klien, terdapat lebih banyak kegagalan audit. Jackson et al (dalam Putri &
Cahyonowati, 2014) menyatakan kualitas audit tidak akan meningkat dengan melakukan rotasi
KAP dan hanya akan menimbulkan biaya-biaya tambahan yang tidak diperlukan baik bagi KAP
maupun bagi perusahaan.
Kepemilikan Institusional. Merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh
investor institusional dalam suatu perusahaan. Investor institusional dapat berupa pemerintah,
bank, perusahaan investasi dan asuransi, ataupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain
(Tarjo dalam Lestari, 2017). Investor institusional dapat berpartisipasi secara langsung maupun
tidak langsung terhadap corporate governance, mempengaruhi perilaku manajemen, dan dapat
berperan sebagai pengawas. (Lyu & Zhang, 2015).
Menurut Fidyati (dalam Rebecca & Siregar, 2015), investor institusional cenderung lebih
aktif dalam melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses informasi yang lebih banyak
dibandingkan investor lainnya. Investor institusional sebagai bagian dari corporate governance
apabila melakukan pengawasan manajemen yang efektif akan dapat membantu mengurangi
tingkat risiko dari perusahaan tempat mereka berinvestasi. Kepemilikan institusional dapat
menjadi solusi untuk mengurangi konflik yang terjadi diantara para pemegang saham dan
pemilik perusahaan sebagai prinsipal dengan pihak manajer sebagai agen. Menurut Nugroho dan
Meiranto (2012, h.3), “… dengan adanya kepemilikan institusional dapat mempengaruhi kinerja
sebuah perusahaan dengan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen yang ada.” Kepemilikan institusional dapat mengurangi biaya agensi, dikarenakan
investor institusional dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan (Lyu & Zhang, 2015).
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Ketika klien menggunakan KAP big 4, maka biaya modal ekuitas klien akan lebih
rendah. KAP big 4 dipandang dapat memberikan audit dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan KAP big 4 memberi pelatihan yang lebih baik, tidak mudah berkompromi terhadap
kualitas auditnya, dan KAP big 4 cenderung lebih menjaga reputasinya dengan mengurangi
kemungkinan kegagalan audit. Dengan kualitas audit yang baik maka asimetri informasi akan
berkurang sehingga investor akan lebih percaya dan yakin dalam menanamkan modalnya karena
informasi yang diperolehnya lebih dapat diandalkan. Investor akan menurunkan rate of return
yang diminta sehingga cost of equity capital perusahaan tersebut akan menurun. Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara auditor size dan cost of equity capital, yaitu semakin
besar ukuran KAP, maka tingkat biaya modal ekuitas suatu perusahaan akan lebih rendah. Maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Auditor size merupakan prediktor yang negatif atas cost of equity capital
Hubungan auditor dengan klien dinyatakan dengan tenur auditor. Ada beberapa teori
tentang tenur auditor. Dalam penelitian ini, digunakan pendapat yang menyatakan bahwa
semakin panjang hubungan auditor dengan klien, maka kualitas pelaporan dan kinerja audit
semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kompetensi auditor yang semakin meningkat dan
pemahaman auditor akan bisnis klien yang semakin baik seiring waktu. Kualitas audit yang baik
akan mengurangi risiko adanya asimetri informasi dan meningkatkan reliabilitas laporan
sehingga investor lebih percaya akan keandalan laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa
semakin panjang auditor tenure, maka semakin kecil nilai cost of equity capital perusahaan
klien. Maka dirumuskan hipotesis:
H2 : Auditor tenure merupakan prediktor yang negatif atas cost of equity capital
Dengan adanya kepemilikan institusional, dapat membantu memantau kinerja manajemen
dalam perusahaan tersebut. Investor institusional tidak mudah diperdaya dan mereka memiliki
kepentingan di dalam perusahaan tersebut sehingga mereka akan memonitor kinerja dan
kebijakan manajemen dengan baik. Selain itu, investor institusional memiliki informasi yang
lebih banyak dibandingkan kepemilikan individu dikarenakan sumber daya dan power yang
dimiliki institut. Dengan proporsi kepemilikan institusional yang meningkat, tindakan oportunis
manajemen akan menurun karena adanya pengawasan oleh investor institusional sehingga biaya
agensi akan menurun begitu juga dengan cost of equity capital. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak proporsi kepemilikan institusional yang ada di dalam suatu
perusahaan, maka biaya modal ekuitas perusahaan tersebut akan lebih rendah.
H3 : Kepemilikan institusional merupakan prediktor yang negatif atas cost of
equity capital
Untuk menggambarkan hubungan auditor size, auditor tenure dan kepemilikan
institusional terhadap cost of equity capital, maka dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai
berikut:
H1 (-)
H2 (-)
H3 (-)
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Metodologi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan go-public sektor manufaktur
yang terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2016-2018. Objek penelitian
dalam penelitian ini terdiri dari auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional
sebagai variabel independen dan cost of equity capital sebagai variabel dependen. Teknik
pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kriteria
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah a.) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, b.) Perusahaan manufaktur melakukan IPO (Initial Public Offering)
selambat-lambatnya pada tahun 2016, c.) Perusahaan manufaktur yang tidak melakukan delisting
dan relisting, d.) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan audit
independen secara lengkap, e.) Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang Rupiah, f.) Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai earning per share 2 -
earning per share 1 yang positif
Penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah cost of equity capital. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional.
Cost of Equity Capital ini diukur dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER).
Sesuai penelitian Fernando et al (2010, h.368) biaya modal ekuitas dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
re : Cost Of Equity Capital
EPS 1 : Laba per lembar saham 1 tahun ke
depan EPS 2 : Laba per lembar saham 2 tahun
ke depan
: Harga saham per lembar di tahun fiskal
Auditor Size diukur dengan menggunakan dummyyaitu nilai 1 diberikan apabila perusahaan
menggunakan jasa KAP big 4 dan nilai 0 untuk KAP non-big 4.
Auditor Tenure merupakan panjangnya masa audit KAP pada satu perusahaan dilihat dari tahun
2016-2018.
Kepemilikan Institusional yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak
institusi selain masyarakat. Sesuai dengan penelitian Lyu dan Zhang (2015, h.86), variabel
kepemilikan institusional diukur dengan rumus:
Kepemilikan Institusional =
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda. Sebelum pengujian, dilakukan beberapa pengujian asumsi klasik untuk data yang telah
dikumpulkan. Persamaaan regresi dalam penelitian ini yaitu:
Setelah model regresi diperoleh dan semua asumsi klasik terpenuhi, maka akan diuji
hipotesis penelitian dengan menggunakan uji F dan uji t.
Statistik Deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi suatu data dalam minimum,
maksimum, mean, dan standar deviasi. Nilai minimumnya biaya modal ekuitas (COEC)
menunjukkan nilai 0.002610 sedangkan nilai maksimum menunjukkan nilai 0.371643. Nilai rata-
ratanya adalah 0.11636675. Persebaran angka atau standar deviasinya sebesar 0.083201486.
Nilai minimum auditor size (ASize) adalah 0 dan maksimumnya 1. Nilai rata-ratanya adalah 0.37
dan standar deviasinya sebesar 0.484.
Variabel tenur audit (ATenure) memiliki nilai minimum sebesar 1 dan maksimum 3.
Nilai rata-ratanya adalah sebesar 1.67 dengan standar deviasi sebesar 0.814. Sementara untuk
variabel kepemilikan institusional (IOwn) nilai terendahnya yaitu 0 sedangkan proporsi
kepemilikan institusional tertinggi yaitu sebesar 0.993840. Nilai rata-ratanya adalah 0.68228763
dan standar deviasinya adalah sebesar 0.197297701.
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat, dan
variabel tidak terikat atau ketiganya terdistribusi secara normal. Uji normalitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.Hasil uji menunjukkan
untuk sampel sebanyak 147 data nilai Asymp. Sig. adalah sebesar 0.070. Nilai ini lebih besar
daripada 0.05 oleh karena itu data dalam penelitian ini sudah terdistribusi secara normal dan
dapat digunakan.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
Auditor Size .954 1.048
Kepemilikan Institusional .997 1.003
Auditor Tenure .956 1.046
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 23
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ketiga variabel independen yang diuji, ketiganya
memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model regresi ini sehingga layak
untuk digunakan.
Uji Heteroskedastisitas. Untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian ini
terjadi heteroskedastisitas, dilakukan uji glejser.
Tabel 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Signifikansi
Auditor Size 0.826
Auditor Tenure 0.071
Kepemilikan Institusional 0.091
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 23
Nilai signifikansi ketiga variabel independen pada tabel 4 adalah diatas 0.05 yang berarti
model regresi dalam penelitian ini bersifat homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam data-data yang
digunakan untuk penelitian ini, dilakukan ujirun test. Hasil pengujian autokorelasi dengan run
test menunjukkan nilai asymp. sig. sebesar 0.282. Nilai ini lebih besar dari 0.05 oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya autokorelasi dari data dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis Statistik F. Berdasarkan hasil uji, nilai F dalam penelitian ini adalah
sebesar 4.946. Nilai ini merupakan F hitung yang akan dibandingkan dengan F tabel. Nilai F
tabel untuk penelitian ini adalah sebesar 2.67. Nilai F hitung lebih besar dari F tabel sehingga
hipotesis diterima. Nilai signifikansi adalah sebesar 0.03. Nilai ini lebih kecil dari 0.05, yang
berarti variabel-variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen yakni cost of equity capital.
Uji R dan . Nilai koefisien korelasi yang dinyatakan dalam R menunjukkan nilai
0.307. Nilai R dalam penelitian ini kurang dari 0.5 yang berarti hubungan variabel dependen
terhadap variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah lemah Nilai koefisien
determinansi ( ) adalah sebesar 0.094. Hal ini menunjukkan bahwa auditor size, auditor
tenure, dan kepemilikan institusional dapat menjelaskan variasi dan variabel cost of equity
capital sebesar 9,4%.
Uji Hipotesis t. Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
masing-masing variabel independen dalam penelitian ini, yaitu auditor size, auditor tenure, dan
kepemilikan institusional terhadap variabel dependen dalam penelitian ini yaitu cost of equity
capital.
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis t
Diskusi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa auditor size tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dengan arah negatif terhadap cost of equity capital. Hal ini
menunjukkan bahwa ukuran KAP yang digunakan perusahaan tidak berpengaruh terhadap biaya
modal ekuitas perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran KAP mungkin
bukan proksi yang sesuai untuk mengukur kualitas audit khususnya di Indonesia yang memiliki
risiko litigasi yang cukup rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanto dan
Siregar (2012).
Auditor tenure berpengaruh secara negatif signifikan terhadap cost of equity capital. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa perikatan audit maka kualitas audit
yang diberikan akan lebih baik. Dengan kualitas audit yang baik, nilai biaya modal ekuitas
perusahaan akan menurun. Investor memandang auditor tenure sebagai salah satu faktor yang
menjadi pertimbangan dalam mereka dalam berinvestasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Fernando et al (2010)
Kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan arah negatif
terhadap cost of equity capital. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan
kepemilikan institusional yang tinggi di dalam suatu perusahaan tidak menurunkan biaya modal
ekuitas perusahaan tersebut. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disebabkan karena
mungkin investor institusional tidak menjalalankan fungsi dan haknya dengan tepat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yulisa Rebecca dan Sylvia Veronica
Siregar (2012).
Penutup
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat pengaruh
yang signifikan antara auditor size, auditor tenure, dan kepemilikan institusional terhadap cost
of equity capital. Penelitian ini dilakukan terhadap 95 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa
auditor tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Auditor size dan
kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap biaya modal ekuitas.
Adapun keterbatasan-keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah
populasi dalam penelitian ini terbatas hanya perusahaan manufaktur, periode penelitian ini hanya
terbatas pada tiga tahun, dan proksi yang digunakan untuk mengukur biaya modal ekuitas dalam
penelitian ini datanya masih belum tersedia di Indonesia.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk ditambahkan sampel penelitiannya,
memperpanjang periode penelitian menjadi lima tahun atau lebih, variabel Cost of equity capital
dapat diukur dengan proksi lainnya seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM), Price Earning
Ratio (PER) ataupun Dividend Growth Model, dan dapat menambahkan variabel independen
baru.
Daftar Pustaka
Aiisiah, N., & Pamudji, S. (2012). Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Diponegoro Journal of
Accounting, 1(1), 2.
Choi, H. J., Kim, F., Kim, B. J., & Zang, Y. (2010). Audit Office Size, Audit Quality, and Audit
Pricing. Auditing: A Journal of Practice and Theory, 29(1), 6.
Fernando, G. D., Abdel-Meguid, A. M., & Elder, R. J. (2010). Audit Quality Attributes, Client
Size and Cost of Equity Capital. Review of Accounting and Finance, 9(4), 363-378.
Herusetya, A. (2012). Dapatkah Kualitas Audit Mengurangi Biaya Modal Ekuitas Ex-Ante?
Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 16(1), 49-56.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm : Managerial Behaviour, Agency
Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 5-11.
Lestari. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi UNIAT, 2(1), 295.
Lyu, X., & Zhang, B. (2015). Institutional Investors and the Cost of Equity Capital: Evidence
from Chinese Listed Companies. Management and Engineering, 18(1), 85-88.
Nugroho, D. R., & Meiranto, W. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Biaya
Ekuitas Dan Biaya Utang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada
Tahun 2010-2012). Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 3-11.
Perwira, A. B., & Darsono. (2015). Analisa Pengaruh Manajemen Laba dan Asimetri Informasi
Terhadap Cost of Equity Capital (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Tahun 2010-2013). Diponegoro Journal of Accounting, 4(4), 1-2.
Pramita, Y. D. (2016). Kualitas Laba dan Beta Terhadap Biaya Modal Ekuitas. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, 14(2), 124-125.
Putri, T. M., & Cahyonowati, N. (2014). Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan
Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2012) . Diponegoro
Journal of Accounting, 3(2), 3.
Rebecca, Y., & Siregar, S. V. (2012). Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan
Keluarga, dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Simposium Nasional
Akuntansi XV, 8-25.
Setiawan, J. A., & Daljono. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba dan
Biaya Modal Ekuitas. Diponegoro Journal of Accounting, 3(1), 2.
Susanto, S., & Siregar, S. V. (2012). Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas:
Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009.
Simposium Nasional Akuntansi XV, 5-25.
www.idx.com
www.sahamok.com
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...
penaksir dari risiko yang melekat pada (2008), menunjukkan bahwa price
suatu perusahaan. artinya leverage yang earning ratio berpengaruh positif
semakin besar menunjukkan resiko terhadap stock return karena semakin
investasi yang semakin besar pula. tinggi price earning ratio semakin
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi pula harga per lembar saham suatu
rendah memiliki rasio leverage yang perusahaan. Apabila harga per lembar
lebih kecil. saham dan tingkat pertumbuhan laba
Variabel leverage dipilih karena suatu perusahaan meningkat, maka price
terdapat perbedaan hasil penelitian earning ratio juga meningkat dan akan
terdahulu. Dari hasil penelitian yang meningkatkan pula nilai perusahaan.
dilakukan oleh Soliha dan Taswan Penelitian yang dilakukan oleh
(2002), menunjukkan bahwa leverage Poernamawatie (2008), menunjukkan
tidak berpengaruh terhadap nilai bahwa price earning ratio tidak
perusahaan. Penelitian Cheng dan Tzeng berpengaruh terhadap return saham
(2009), menunjukkan bahwa leverage sedangkan price book value
berpengaruh positif terhadap nilai berpengaruh lebih dominan
perusahaan. Taswan (2003), leverage mempengaruhi return saham
berpengaruh positif terhadap nilai dibandingkan dengan price earning
perusahaan. Mahendra (2011), ratio. Investor dalam melakukan
menunjukkan bahwa leverage keputusan investasinya lebih
berpengaruh negatif terhadap nilai mengandalkan price book value
perusahaan. Yunita (2010), menunjukkan daripada price earning ratio. Hal ini
bahwa leverage tidak berpengaruh disebabkan semakin tinggi price book
terhadap nilai perusahaan. Pada value semakin tinggi tingkat
penelitian Adelegan (2007), kepercayaan pasar terhadap prospek
menunjukkan bahwa leverage memiliki perusahaan, maka akan menjadi daya
pengaruh negatif terhadap nilai tarik investor untuk membelinya.
perusahaan. Kaviani and Biabani (2012) Sehingga permintaan akan saham
menunjukkan bahwa leverage tersebut naik, kemudian mendorong
berpengaruh negatif terhadap nilai harga saham perusahaan tersebut naik.
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan lebih
Nilai perusahaan dapat pula dominan menggunakan price book
dipengaruhi oleh price earning ratio, value dalam meningkatkan nilai
yang menunjukkan rasio dari harga perusahaannya dibandingkan
saham terhadap earnings. Ratio ini menggunakan price earning ratio.
menunjukkan seberapa besar investor Nilai perusahaan dapat pula
menilai harga dari saham terhadap dipengaruhi oleh besar kecilnya
kelipatan dari earnings (Jogiyanto, profitabilitas yang dihasilkan oleh
2010:146). Price earning ratio dipilih perusahaan. Weston dan Copeland (1992)
karena terdapat perbedaan hasil mendefinisikan profitabilitas sejauh
penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian mana perusahaan
yang dilakukan oleh Margaretha dan menghasilkan laba dari penjualan dan
Damayanti investasi perusahaan. Apabila
profitabilitas perusahaan baik maka para
stakeholders yang terdiri dari kreditur,
supplier, dan juga investor akan melihat
sejauh mana perusahaan dapat
menghasilkan laba dari penjualan dan
investasi perusahaan. Dengan baiknya
kinerja
perusahaan akan meningkatkan pula nilai Variabel profitabilitas dipilih karena terdapat
perusahaan. perbedaan hasil penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian
184 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...
KAJIAN PUSTAKA
Nilai Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Dimana:
MVE = Nilai pasar dari jumlah lembar Ukuran perusahaan adalah suatu
saham yang beredar yang skala dimana dapat diklasifikasikan besar
diperoleh dari jumlah saham kecilnya perusahaan menurut berbagai
beredar x closing price cara antara lain dengan total aktiva, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Debt = Nilai total kewajiban Besar kecilnya perusahaan akan
perusahaan mempengaruhi kemampuan dalam
menanggung risiko yang mungkin timbul
TA = Total aktiva perusahaan dari berbagai situasi yang dihadapi
perusahaan.
Perusahaan besar memiliki risiko mampu menghadapi persaingan ekonomi. Selain itu
yang lebih rendah daripada perusahaan perusahaan-perusahaan besar mempunyai lebih banyak
kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan sumberdaya untuk meningkatkan nilai perusahaan karena
besar memiliki kontrol yang lebih baik memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber-sumber
terhadap kondisi pasar, sehingga mereka informasi eksternal dibandingkan dengan perusahaan kecil
186 Jurnal Imu Manajemen | Volume 1 Nomor 1 Januari 2013
Bhekti Fitri Prasetyorini; Pengaruh Ukuran Perusahaan
...
adalah rasio yang mengukur tentang Semakin baik kinerja per lembar saham
bagaimana investor menilai akan mempengaruhi banyak investor
prospek pertumbuhan untuk membeli saham tersebut. Menurut
perusahaan di masa yang akan datang, Tandelilin (2010:320), rumus untuk
dan tercermin pada harga saham yang menghitung PER suatu saham adalah
bersedia dibayar oleh investor untuk dengan membagi harga saham
setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan terhadap earng per lembar
perusahaan. Menurut Arifin (2004:87), saham. Secara matematis, rumus untuk
price earning ratio digunakan untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:
menilai murah atau mahal sebuah saham,
semakin rendah nilai PER sebuah saham
maka semakin baik atau murah harganya
untuk diinvestasikan.
Perusahaan dengan peluang
tingkat pertumbuhan tinggi biasanya Earning per lembar saham dapat
mempunyai price earning ratio yang diperoleh dengan earning perusahaan
tinggi pula, dan hal ini menunjukkan dibagi dengan jumlah saham beredar.
bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan PER menunjukkan seberapa besar
laba di masa mendatang. Sebaliknya investor bersedia membayar untuk setiap
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan satu rupiah dari keuntungan yang
yang rendah cenderung mempunyai dilaporkan. Price earning ratio yang
price earning ratio yang rendah pula. rendah akan memberikan kontribusi
Semakin rendah price earning ratio tersendiri bagi investor. Selain dapat
suatu saham maka semakin baik atau membeli saham dengan harga murah dan
murah harganya untuk diinvestasikan. kemungkinan capital gain yang diraih
Price earning ratio menjadi rendah semakin besar, investor dapat
nilainya bisa karena harga saham mempunyai banyak saham dari berbagai
cenderung semakin turun atau karena perusahaan yang go public. Dari segi
meningkatnya laba bersih perusahaan. investor price earning ratio yang terlalu
Jadi semakin kecil nilai price earning tinggi barangkali tidak menarik karena
ratio maka semakin murah saham harga saham barangkali tidak naik lagi,
tersebut untuk dibeli dan semakin baik yang berarti kemungkinan memperoleh
pula kinerja per lembar saham dalam capital gain akan lebih kecil.
menghasilkan laba bagi perusahaan.
Profitabilitas
aktual dibandingkan dengan laba yang Sumber data yang digunakan merupakan
direncanakan. Apabila seorang manajer data sekunder yang diperoleh dari Bursa
telah bekerja keras dan berhasil Efek Indonesia (BEI) berupa laporan
meningkatkan penjualan sementara biaya keuangan perusahaan dan bahan kajian
tidak berubah, maka laba harus lain yang didapat dari buku, jurnal, dan
meningkat melebihi periode artikel yang didapat dari internet. Jenis
sebelumnya yang data yang digunakan adalah data
mengisyaratkan keberhasilan. kuantitatif.
ROE menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk Sampel
menghasilkan laba setelah pajak dengan
menggunakan modal sendiri yang Populasi dalam penelitian ini
dimiliki perusahaan. Rasio ini penting adalah seluruh perusahaan industri dasar
bagi pihak pemegang saham yaitu untuk dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
mengetahui efektivitas dan efisiensi Indonesia (BEI) tahun 2008-2011.
pengelolaan modal sendiri yang Pemilihan sampel menggunakan
dilakukan oleh pihak manajemen purposive dengan kriteria:
perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini berarti 1. Penelitian dilakukan pada perusahaan
semakin efisien penggunaan modal industri dasar dan kimia yang listing
sendiri yang dilakukan pihak manajemen di BEI pada tahun 2008-2011.
perusahaan. Naiknya rasio ROE dari 2. Meliputi data laporan keuangan yang
tahun ke tahun pada perusahaan berarti selama periode penelitian, yaitu
terjadi adanya kenaikan laba bersih dari tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011.
perusahaan yang bersangkutan. Naiknya 3. Data perusahaan lengkap dengan
laba bersih dapat dijadikan salah satu faktor-faktor yang akan diteliti.
indikasi bahwa nilai perusahaan juga Berdasarkan kriteria tersebut
naik karena naiknya laba bersih sebuah diperoleh 16 perusahaan industri dasar
perusahaan yang dan kimia sebagai sampel penelitian.
bersangkutan akan menyebabkan harga
saham yang berarti juga kenaikan dalam Variabel
nilai perusahaan.
Variabel dependen penelitian
METODE adalah nilai perusahaan yang diukur
menggunakan Tobin’s Q:
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kausal.