Profil Pemberian Nifedipine Kombinasi Metildopa Dan Mgso Pada Pasien Pre-Eklamsi Berat Di Rumah Sakit Daerah Mangusada Badung
Profil Pemberian Nifedipine Kombinasi Metildopa Dan Mgso Pada Pasien Pre-Eklamsi Berat Di Rumah Sakit Daerah Mangusada Badung
Diana Putri1*, Agung Nova Mahendra2, Agung Wiwiek Indrayanti2, Gede Wirata3
ABSTRACT
Background: Nifedipine are recommended as first line drug choice Results: The condision of severe pre-eclmpsia at RSD Mangusada
for gestational hypertensior or severe pre-eclampsia to reduce Badung Tahun 2019 are followed by some patient’s characteristic
coroner insufisiency (pectoral angina ofter cardiac infark). are most prevalent in the age group of > 35 years as many as 9
Aim: The study aims to determine the usage pattern of nifedipine people (56.25%), characteristic of pre-eclmpsia’s history as many
combined with methyldopa and MgSO4 for patients with severe as 5 people (55.56%), characteristic of deases history as many as 14
pre-eclampsia in RSD Mangusada Badung. people (87.5%), characteristic of BMI (body mass index) are obesity
Method: This study is a descriptive study with crossectional degree I and II there are 11 people (68.8%) dan 4 people (25,0%)
method for using the data of patient who seek treatment for severe for each obesity’s character, characteristic of gestational age are
pre-eclampsia at RSD Mangusada Badung in 2019. Nifedipine most prevalent in the age group of 20-< 37 weeks as many as 10
with some kind of combination aspecially anticonvulsant MgSO4 people (62,5%) and all of them are without multiple pregnancy.
are given in the range of 2-4 days which is nifedipine are given Conclusion: The profile of nifedipine therapy for severe
orally and the MgSO4 are given by using IV line as a loading dose hypertension are given by using nifedipine orally combine with
for the first step and maintenance treathment by infusion drip with MgSO4 for convultion prophylaxis as a dominan result which is
appropriate monitoring. There were no monotherapy of nifedipine about 15 cases (93.75%) and all of them are showing there are no
are found but using MgSO4 as a protocol for all the patient (100%) complication symptom.
with severe pre-eclampsia as a convulsion prophylaxis.
ABSTRAK
1
Program Studi Sarjana
Latar Belakang: Nifedipine secara umum digunakan bagi pemberian anti konvulsan MgSO4 kepada semua pasien (100%)
Kedokteran dan Profesi Dokter,
Fakultas Kedokteran, Universitas pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner (terutama yang terdiagnose PEB.
Udayana angina pektoris setelah infark jantung) dan sebagai terapi lini- Hasil: Karakteristik pasien preeklamsia berat berdasarkan umur
2
Departemen Farmakologi dan 1 pada hipertensi dalam kehamilan khususnya pada kejadian paling banyak pada kelompok usia > 35 tahun sebanyak 9 orang
Alternative Medicine, Fakultas preeklampsia berat. (56,25%) dengan pengulangan riwayat PEB/eklamsia berjumlah
Kedokteran, Universitas Udayana Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil 5 orang (55,56%) dan paling banyak tanpa riwayat penyakit
3
Departemen Anatomi, Fakultas pemberian nifedipine kombinasi metildopa dan MgSO4 pada pasien sebelumnya sejumlah 14 orang (87,5%), dengan kondisi IMT (index
Kedokteran, Universitas Udayana PEB (pre-eklamsi berat) di Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada massa tubuh) didapatkan dominan obesitas I dan II yaitu masing-
Badung. masing 11 orang (68,8%) dan 4 orang (25,0%) serta ditemukan
*Korespondensi:
Diana Putri; Program Studi Sarjana Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan paling banyak pada usia 20 minggu - <37 minggu yaitu 10 orang
Kedokteran dan Profesi Dokter, metode crossestional pada pasien preeklamsia berat yang berobat (62,5%) serta tidak ada yang memiliki kehamilan multiple.
Fakultas Kedokteran, Universitas di RSD Mangusada Badung tahun 2019. Profil pemberian nifedipine Simpulan: Profile pemberian nifedipine kombinasi dengan anti
Udayana; pada pasien preeklamsia berat di RSD Mangusada Badung tahun konvulsan sebanyak 15 orang (93,75%) dengan seluruhnya tidak
putridyanna203@gmail.com 2019 dengan pemberian terapi nifedipine dilakukan per oral dan ditemukan efek samping dan lama pengobatan di rumah sakit
antikonvulsan dalam hal ini MgSO4 dengan cara injeksi IV bolus dengan kurun waktu 2-4 hari perawatan.
dan drip. Tidak ada pemberian nifedipine monoterapi, melainkan
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690 1223
ORIGINAL ARTICLE
1224 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690
ORIGINAL ARTICLE
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690 1225
ORIGINAL ARTICLE
Tabel 4. Karakteristik sampel berdasarkan dosis pemberian regimen masih disebut disease of theory.11,12 Seperti halnya
Frekuensi kehamilan multiple risiko dari jarak anak tidak
Regimen Presentase (%) ditemukan dalam penelitian ini. Primigravida
(n = 16)
diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama
Nifedipine 3x10 mg + metildopa 14 87.5 kalinya. Preeklamsia tidak jarang dikatakan
sebagai penyakit primagravida karena memang
Nifedipine 2x60 + MgSO4 1 6.25
lebih banyak terjadi pada primigravida daripada
multigravida.14
MgSO4 only 1 6,25
Karakteristik pasien PEB di RSD Mangusada
Nifedipine dengan kombinasi lain
3 18,75
Badung tahun 2019 berdasarkan IMT yang paling
(adalat oros maupun amlodipine,dll) banyak ditemukan obesitas I dan II yaitu masing-
masing 11 orang (68,8%) dan 4 orang (25,0%).
Obesitas akan menambah beban jantung dan
iskemik plasenta, plasenta yang mengalami iskemik pembuluh darah serta metabolisme itu sendiri.
ini akan menghasilkan oksidan yang disebut Penelitian ini didukung oleh pernyataan obesitas
juga radikal bebas terlebih jika terjadi kehamilan merupakan suatu penyakit multifaktorial yang
multiple yang tentunya secara ukuran bisa lebih terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan
besarmaupun jumlahnya juga multiple sesuai sehingga dapat menganggu kesehatan. Indikator
dengan jenis kehamilan multiple yang terkjadi. yang paling sering digunakan untuk menentukan
Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa
produksi zat-zat yang bertindak sebagai vasodilator adalah indeks massa tubuh (IMT). Seseorang
seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dikatakan obesitas bila memiliki IMT ≥ 25
dengan vasokonstriktor seperti endothelium I, kg/m2. Sebuah penelitian di Kanada menyatakan
tromboxan, dan angiotensin II sehingga akan risiko terjadinya preeklamsia meningkat dua
terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah kali setiap peningkatan indeks massa tubuh ibu
hipertensi. Namun demikian pada penelitian ini hal 5-7 kg/m2, terkait dengan obesitas dalam
tersebut tidak ditemukan.12 kehamilan, dengan mengeksklusikan sampel ibu
Karakteristik pasien PEB di RSD Mangusada dengan hipertensi kronis, diabetes mellitus, dan
Badung tahun 2019 berdasarkan jarak anak kehamilan multipel. Sedangkan penelitian yang
seluruhnya ditemukan pada > 2 tahun sampai dilakukan di RSUP Dr Kariadi didapatkan ibu
dengan < 10 tahun. Pada hasil penelitian ini tidak hamil dengan obesitas memiliki risiko 3,9 kali lebih
ditemukan adanya jarak anak yang kurang dari besar untuk menderita pre-eklamsia.12 Walaupun
dua tahun maupun lebih dari 10 tahun. Jarak dalam penelitian ini penyampaian IMT bagi Ibu
anak kurang dari dua tahun akan meningkatkan hamil tidak diukur dari awal mulainya kehamilan.
risiko pre eklamsia terlebih lagi pada saat ibu Karakteristik pasien PEB di RSD Mangusada
hamil sebelumnya memiliki riwayat pre eklamsia. Badung tahun 2019 berdasarkan usia kehamilan
Pada saat ibu hamil dengan jarak lebih dari 10 yang paling banyak ditemukan 20 minggu - <37
tahun akan meningkatkan risiko preeklamsia oleh minggu yaitu 11 orang (62,5%). Penelitian ini
karena ibu akan mengalami kondisi seperti seorang menunjukkan bahwa penegakan diagnose telah
primigravida yang disebut primi sekunder dan jika dilakukan sesuai dengan klasifikasi hipertensi
usia ibu lebih dari 35 tahun maka disebut sebagai dalam kehamilan yaitu PEB akan ditegakkan pada
primi tua sekunder. usia kehamil > 20 minggu dengan memperhatikan
Penyebab preeklamsia tidak sepenuhnya tekanan darah minimal 160/110 mmHg, dan
diketahui. Sampai sekarang penyebab preeklamsia jika ditemukan hal yang sama pada usia kurang
dan eklamsia masih tanda tanya, penyakit ini dari 20 minggu maka akan ditegakkan sebagai
1226 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690
ORIGINAL ARTICLE
superimposed pre eklamsia jika tidak ada diagnose adalah 168/112 mmHg, dengan rata-rata
riwayat penyakit hipertensi sebelumnya dan MAP 131 dan dalam 24 jam pasca terapi rata-rata
akan dikatagorikan hipertensi kronik jika pasien tekanan darah pasien 157/97mmHg dengan rata-
memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya. rata MAP 118, serta padasaat pasien pulang rata-
Mendapatkan gambaran penegakan diagnose PEB rata tekanan darah berada 125/83 mmHg dengan
sesuai umur kehamilan akan sangat berkaitan rata-rata MAP 97, dimana pada pemberian terapi
dengan tatalaksana maupun terapi, yaitu PEB pada diupayakan dengan melaksanakan rawat inap agar
umur kehamilan preterm yaitu 20 minggu-<37 kondisi klien dapat dipantau dengan baik termasuk
minggu akan mendapatkan tatalaksana terapi dalam evaluasi dosis dan pengambilan keputusan
konservatif terkait obat antihipertensi dan pemberian terapi kombinasi. Pada pemberian
pematangan paru janin untuk memperbaiki kondisi nifedipin 3x10 mg dengan terapi kombinasi anti
Ibu dan mencegah kelahiran premature, sedangkan konvusan ditemukan pada pasien dengan umur
PEB yang ditemukan pada usia kehamilan aterm atau kehamilan preterm 20 minggu-<37 minggu dengan
cukup bulan akan dilaksanakan tatalaksana dengan melihat MAP > 125 dan pemberian nifedipine
pengakhiran kehamilan disertai pemberian terapi dengan terapi kombinasi metildopa diberikan pada
obat anti hipertensi yang sesuai. Hal ini didukung pasien PEB dengan riwayat penyakit hipertensi,
dengan hasil penelitian yaitu Antihipertensi dapat riwayat pre eklamsia pada kehamilan sebelumnya,
diberikan kepada ibu hamil yang mengalami tekanan darah tidak turun sesuai target dengan
preeklamsia. Pemberian antihipertensi pada pemberian terapi tunggal nifedipine atau yang
kasus preeklamsia ringan bermanfaat mencegah hanya dikombinasi dengan MgSO4 (Tabel 2).
perkembangannya menjadi preeklamsia berat. Jenis antihipertensi yang diberikan kepada
Penanganan kasus sejak awal akan dapat pasien dapat sangat bervariasi. Di RSUP Dr.
mengurangi frekuensi terjadinya krisis hipertensi Kariadi digunakan kombinasi nifedipin dan
dan juga komplikasi pada neonatus. Hipertensi metildopa dalam pengelolaan preeklamsia berat.
akut berat yang berhubungan dengan komplikasi Bagaimanapun antihipertensi yang ideal adalah
organ vital seperti infark miokard, stroke, dan yang dapat bekerja dengan cepat, bersifat poten,
gangguan ginjal akut menyebabkan antihipertensi dan aman bagi ibu maupun janin.12 Karakteristik
perlu diberikan dalam mencegah kelainan pasien PEB di RSD Mangusada Badung tahun 2019
serebrovaskular demi keselamatan ibu. Penanganan berdasarkan cara pemberian nifedipine yang paling
hipertensi harus terus dilakukan hingga bayi dapat banyak ditemukan pemberian nifedipine kombinasi
hidup di luar kandungan. Di negara berkembang dengan anti konvulsan sebanyak 15 orang (93,75%)
preeklamsia merupakan penyebab penting Penelitian ini juga menunjukkan penggunaan
kelahiran bayi prematur. Bayi sengaja dilahirkan nifedipine sebagai terapi tunggal tidak ditemukan
lebih awal demi kesehatan ibu. Hal ini menyebabkan dalam penelitian ini dan dalam pemberian
angka morbiditas bayi meningkat. Oleh karena itu, kombinasi ternyata ditemukan sejumlah 15 orang
bila pengelolaan hipertensi dilakukan dengan baik (93,75%) mendapat terapi nifedipine dan hanya 1
maka kelahiran bayi prematur dapat dihindari. orang (6,25%) hanya mendapat antikonvulsan saja
Penggunaan antihipertensi pada preeklamsia yaitu MgSO4 (Tabel 3).
dimaksudkan untuk menurunkan tekanan darah Prognosis terburuk yang sangat ditakuti pada
dengan segera demi memastikan keselamatan ibu preeklamsia berat adalah terjadinya kejak atau
tanpa mengesampingkan perfusi plasenta untuk eklamsia itu sendiri oleh karenanya setiap ditemukan
fetus. Terdapat banyak pendapat tentang penentuan PEB wajib diberikan anti konvulsan, sehingga dalam
batas tekanan darah (cut off) untuk pemberian penelitian ini jugaditemukan adanya pemberian
antihipertensi. Belfort mengusulkan cut off yang anti konvulsan pada semua pasien (100%), baik
dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP (mean dengan kombinasi antihipertensi maupun hanya
arterial pressure) ≥ 126 mmHg. anti konvulsan saja berupa MgSO4. Hal tersebut
Studi lain menyebutkan pemberian antihipertensi dapat dimaknai bahwa pemberian terapi PEB
sudah dilakukan ketika tekanan darah sistolik sangat menyesuaikan dengan karakteristik spesifik
mencapai 140-170 mmHg dan tekanan darah yang ditunjukkan pasien, diantaranya yaitu usia
diastolik 90-110 mmHg dengan target penurunan kehamilan dan tekanan darah awal serta kemajuan
darah mencapai MAP 125 mmHg. Penurunan perbaikan atau stabilisasi tekanan darah serta
tekanan darah dilakukan secara bertahap dimana kemungkinan akan terjadinya kejang (impending
tidak lebih dari 25% penurunan dalam waktu 1 eklamsi), MAP pasien, dan kemajuan pasca
jam. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan pemberian obat anti hipertensi.
aliran darah uteroplasenter. Pada Penelitian ini Pemberian nifedipine dengan kombinasi MgSO4
rata-rata tekanan darah pasien saat penegakkan diberikan kepada semua pasien yang terdiagnose
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690 1227
ORIGINAL ARTICLE
PEB namun dengan dosis awal dan maintenance pada kejadian preeklamsia terutama preeklamsia
menyesuaikan dengan evaluasi penurunan tekanan berat. Keuntungan nifedipine juga disampaikan
darah maupun kondisi klinis dan penunjang merupakan anti hipertensi poten, dimana
lainnya yang diberikan di kamar bersalin sesuai responnya lebih bermakna pada tekanan darah
program PONEK maupun diruang rawat inap. inisial yang lebih tinggi. Pada individu dengan
Hal ini dilaksanakan oleh karena kebijakan pada normotensif, tekanan darahnya hampir tidak turun
pelayanan PONED (PPK I) saat merujuk ke sama sekali.6,17
Rumah sakit PONEK untuk pasien dengan PEB Berdasarkan aspek farmakokinetik maka
wajib memberikan terapi MgSO4 sehingga rumah nifedipine diabsorpsi dengan cepat pada pemberian
sakit akan melanjutkan pemberian maintenance secara oral.18 Nifedipine mengalami metabolisme
selanjutnya, termasuk jika pasien PEB ditemukan lintas pertama, sehingga availabilitas sistemik pada
di rumah sakit pada saat kontrol rutin atau tanpa pemberian per oral dari nifedipine adalah 50-70%.
rujukan (Tabel 4).15 Konsentrasi plasma maksimum tercapai setelah
Nifedipine menjadi obat anti hipertensi yang 0,5-2 jam. Nifedipine juga Nifedipine terikat pada
dominan diberikan oleh karena memiliki aspek protein plasma sebanyak 92-98%. Ikatan protein
farmakodinamik dan farmakokinetik yang tersebut berkurang pada pasien dengan gangguan
efektif untuk Ibu hamil serta khususnya juga ginjal atau hati (misalnya pada penderita sirosis
jika dikombinasi dengan antikonvulsan dalam hati).19 Nifedipine dalam hal eliminasi pada pasien
hal ini MgSO4. Rawat inap padapasien PEB dengan fungsi ginjal dan hati yang normal, waktu
dalam penilitian didapatkan berkisar antara 2-4 paruh eliminasinya adalah 2-5 jam. Nifedipine
hari. Hal ini didukung dengan penelitian yang dimetabolisme dengan cepat dan lengkap di dalam
menyatakan aspek farmakodinamik menunjukkan hati dan diubah menjadi metabolit tidak aktif.
Nifedipine adalah antagonis kalsium dari tipe Kurang lebih 70-80% diekskresikan melalui urin
1,4-dihidropiridin. Antagonis kalsium mengurangi dalam bentuk metabolitnya dan 15% diekskresikan
influks ion kalsium transmembran ke dalam sel- melalui feses juga dalam bentuk metabolitnya.6,20
sel otot polos vaskular dan otot jantung, tanpa Pengobatan Preeklamsia berat sesuai dengan
mengubah konsentrasi kalsium serum. Kalsium Standar Operasional Prosedur yang berlaku di RSD
berperan penting pada proses coupling eksitasi- Mangusada Badung dengan terapi nifedipine dapat
kontraksi pada jantung dan sel otot polos vaskular, diberikan secara oral maupun injeksi namun dalam
serta pada proses pengeluaran arus listrik dari penelitian ini ditemukan seluruhnya diberikan
sel-sel konduksi khusus di jantung. Carakerja secaraoral, begitu juga untuk metildopa dan terapi
yang menghambat influks kalsium, nifedipine lainnya seperti adalat oros dan amlodipine. Terkait
menghambat kontraksi otot polos di jantung dan pemberian anti konvulsan dalam hal ini MgSO4
vaskular, sehingga akan melebarkan arteri koroner seluruhnya diberikan dengan cara injeksi IV
dan arteri sistemik yang utama.16 bolus dan diikuti dengan drip.21 Dari keseluruhan
Nifedipine hanya sedikit mempengaruhi sel terapi tidak ditemukan efek samping, tetapi pada
otot jantung, karena walaupun influks ion kalsium pemberian antikonvulsan persiapan obat antidotum
dikurangi, nifedipine hanya sedikit penganuhnya tetap disiapkan berupa sediaan kalsium gluconas.22
terhadap kecepatan pemulihan saluran kalsium Pemberian nifedipine juga dapat menimbulkan
yang lambat. Nifedipine tidak mempengaruhi efek samping hal ini dikuatkan dengan hasil
konduksi atrioventrikular dan tidak menekan penelitian yaitu bioavailabilitas oral rata-rata
sinus node pacemaker. Selanjutnya nifedipine 40-60% (bioavailabilitas oral baik). Penggunaan
akan mengurangi tonus otot polos arteri koroner nifedipin secara sublingual sebaiknya dihindari
dan mencegah vasospasme. Hasil akhirnya untuk meminimalkan terjadinya hipotensi
adalah peningkatan aliran darah poststenotic dan maternal dan fetal distress akibat hipoperfusi
peningkatan pasokan oksigen. Pada saat yang plasenta. Kadar puncak tercapai dalam waktu 30
bersamaan nifedipine mengurangi kebutuhan menit hingga 1 jam dan memiliki waktu paruh 2-3
oksigen dengan cara menurunkan resistensi jam. Nifedipin bekerja secara cepat dalam waktu
perifer (afterload). Penggunaan nifedipine jangka 10-20 menit setelah pemberian oral dengan efek
panjang juga dapat mencegah pembentukan lesi samping yang minimal. Antagonis kalsium hanya
aterosklerotik yang baru pada arteri koroner. sedikit sekali yang diekskresi dalam bentuk utuh
Berdasarkan hal tersebut Nifedipine secara umum lewat ginjal sehingga tidak perlu penyesuaian
digunakan bagi pengobatan dan pencegahan dosis pada gangguan fungsi ginjal. Efek samping
insufisiensi koroner (terutama angina pektoris utama nifedipin terjadi akibat vasodilatasi yang
setelah infark jantung) dan sebagai terapi lini- berlebihan. Gejala yang tampak berupa pusing
1 pada hipertensi dalam kehamilan khususnya atau sakit kepala akibat dilatasi arteri meningeal,
1228 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690
ORIGINAL ARTICLE
hipotensi, refleks takikardia, muka merah, mual, Disorders in Pregnancy. William Obstetrics, 22nd ed. Mc
muntah, edema perifer, batuk, dan edema paru.23-25 Graw Hill, New York: 808 – 61.
11. Pratiwi, A.A.Sagung Istri Mas.2016. Kadar Soluble FMS-
Dose dependent disebabkan oleh dilatasi vaskular Like Tyrosine Kinase-1 (SFLT-1) Serum Yang Tinggi Pada
seperti: sakit kepala atau perasaan tertekan di Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia.
kepala, flushing, pusing, gangguan lambung, mual, Universitas Udayana.
lemas, palpitasi, hipotensi, hipertensi ortostatik, 12. Roeshadi R.H. 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan
dan Angka Kematian Ibu pada Penderita Preeklamsia dan
edema tungkai, tremor, kram pada tungkai, kongesti Eklamsia. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatra Utara.
nasal, takikardia, tinitus, reaksi dermatologi. Sangat 13. Davison, J.M; Homuth, V; Jeyabalan, A; Conrad, K.P;
jarang terjadi, namun dilaporkan pada pemakaian Karumanchi, S.A; Quaggin, S; Dechend, R; Luft, F.C. 2004.
nifedipine jangka panjang terjadi hiperplasia gusi New Aspects in the Pathophysiology of Pre eklamsia. J Am
dan segera kembali ketika pemakaian nifedipine soc nephrol. 15: 2440-2448.
14. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandunga. Jakarta:
dihentikan. Efek samping berat yang memerlukan Yayasan Bina Pustaka
penghentian pengobatan yang relatif jarang 15. POGI. 2010. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
terjadi.26 Namun, pada penelitian ini efek samping Kehamilan di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Himpunan
tidak ditemukan. Kedokteran Fetomaternal
16. Wardana, I.N.G., Widianti, I.G.A., Wirata, G. 2018.
Testosterone increases corpus cavernous smooth muscle
SIMPULAN cells in oxidative stress-induced rodents (Sprague-Dawley).
Bali Medical Journal 7(2): 313-322. DOI:10.15562/bmj.
Distribusi pasien PEB di RSD Mangusada Badung v7i2.970
tahun 2019 berdasarkan pemberian nifedipine yang 17. Cunningham, F.G; Leveno, K.J; Bloom, S.L; Hauth, J.C;
paling banyak ditemukan cara pemberian nifedipine Rouse, D.J; Spong, C.Y. 2010. Pregnancy Hypertension.
kombinasi dengan anti konvulsan sebanyak 15 William Obstetrics, 23rd ed, Mc Graw Hill, New York: 706-
56.
orang (93,75%) dengan seluruhnya tidak ditemukan
18. Duckitt, K; Harrington, D. 2005. Risk Factors for Pre-
efek samping dan lama pengobatan di rumah sakit eclampsia at Antenatal Booking: Systematic Review of
dengan kurun waktu 2-4 hari perawatan, dengan Controlled Studies. BMJ: 330, 565.
pemberian terapi nifedipine dilakukan per oral 19. Duley, L. 2006. Maternal Mortality Associated with
dan antikonvulsan dalam hal ini MgSO4 dengan Hypertensive Disorders of Pregnancy in Africa, Asia, Latin
America and the Carribean. Br J Obstet Gynaecol. 99: 547-
cara injeksi IV bolus dan drip. Terkaitpemberian 553.
anti konvulsan MgSO4 juga diberikan 100% 20. Fisher, S.J. 2004. The Placental Problem: Linking Abnormal
kepadasemua pasien yang terdiagnose PEB sebagai Cytothropoblast Differentiation to Maternal Symptoms of
langkah pencegahan kejang. Pre eklamsia. RBEJ. 2(53): 1-4.
21. Granger, J.P; Alexander, B.T; Llinas, M.T; Bennet, W.A;
Khalil, R.A. 2001. Pathophysiology of Hypertension
DAFTAR PUSTAKA During Pre eklamsia Linking Placental with Endothelial
1. Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, Dysfunction. Hypertension. 38(2): 718-722.
Yogyakarta: Graha. 22. Hagman, H; Thadani, R. 2012. The Promise of Angiogenic
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Markers for Early Diagnosis and Prediction of Pre eklamsia.
Bina Pustaka. Clinical Chemistry 58: 5 837-845
3. Saifuddin, A.B. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan 23. Hapsari, MMWE, dan Zulkarnaen, AK. 2012. Penggunaan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Obat pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Riset Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Semarang: Majalah
Kesehatan Dasar Farmaseutik, Vol 8. No.2
5. Marliani dan Tantan, S. 2007. 100 Question and Answer 24. Jaya Kusuma, A.A.N. 2004. Manajemen Risiko pada
Hypertention. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Preeklamsia. Denpasar: Pendidikan Kedokteran
6. Dipiro Joseph T., Robert L. Talbert, Gary R. Matzke, Barbara Berkelanjutan Obstetri dan Ginekologi FK Unud/ RSUP
G Wells, and L. Michael Posey. 2008. Pharmacology A Sanglah Denpasar, hal 49-66.
Phatofisiology Approach, Seventh Edition, United Stste of 25. Karumanchi, S.A; Bdolah, Y. 2004. Hypoxia and sFlt-
America: The Mc Grow-hills Companies. 1 in Pre eklamsia: The “Chicken-and-Egg” Question.
7. Angsar, M.D. 2008. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam: Endocrinology 145 (11): 4835-37
Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., Winknjosastro, G.H., 26. Smith, Patricia. 2000. Nifedipine in Pregnancy. British
editors. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke- Journal of Obstetrics and Gynaecology. Vol. 107,pp.299-
4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 307.
532-535.
8. Brennan, L.J; Morton, J.S; Davidge, S.T. 2014. Vascular
Dysfunction in Pre eklamsia. Microcirculation. Vol. 21.
9. JNPKKR-Kementerian Kesehatan RI. 2008. Protokol
Maternal Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
10. Cunningham, F.G; Leveno, K.J; Bloom, S.L; Hauth,
J.C; Gilstrap, L; Wenstrom, K.D. 2005. In Hypertensive
Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 1222-1229 | doi: 10.15562/ism.v11i3.690 1229