0% found this document useful (0 votes)
310 views6 pages

Perbandingan Pelarut Kloroform Dan Etanol Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata Prain.) Menggunakan Metode Maserasi

This document summarizes a study that compared the extraction yields of chloroform and ethanol solvents when extracting compounds from the leaves of Sansevieria trifasciata Prain. (lidah mertua plant) using a multilevel maceration extraction method. The chloroform extract yielded an average of 2.9% while the ethanol extract yielded 27%. Phytochemical screening found that the chloroform extract contained triterpenoids, steroids, phenols, flavonoids, and alkaloids, while the ethanol extract contained saponins, phenols, flavonoids, and alkaloids. The type of solvent determines what compounds are extracted based on their polarity.

Uploaded by

Dhea Novita Sari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
310 views6 pages

Perbandingan Pelarut Kloroform Dan Etanol Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata Prain.) Menggunakan Metode Maserasi

This document summarizes a study that compared the extraction yields of chloroform and ethanol solvents when extracting compounds from the leaves of Sansevieria trifasciata Prain. (lidah mertua plant) using a multilevel maceration extraction method. The chloroform extract yielded an average of 2.9% while the ethanol extract yielded 27%. Phytochemical screening found that the chloroform extract contained triterpenoids, steroids, phenols, flavonoids, and alkaloids, while the ethanol extract contained saponins, phenols, flavonoids, and alkaloids. The type of solvent determines what compounds are extracted based on their polarity.

Uploaded by

Dhea Novita Sari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

ISBN: 978-602-72245-5-1

Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19


Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Perbandingan Pelarut Kloroform dan Etanol terhadap Rendemen Ekstrak
Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain.)
Menggunakan Metode Maserasi
WHIKA FEBRIA DEWATISARI
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Terbuka
Jl. Soekarno-Hatta No. 108B Rajabasa Bandar Lampung, Indonesia. 35144
Email: whika@ecampus.ut.ac.id

ABSTRACT
Sansevieria trifasciata Prain. besides being useful as an ornamental plant, it is also useful as a
medicinal plant. This plant is widely found and easy to grow and contains bioactive compounds such as
flavonoids, alkaloids, phenols, saponins, and steroids. To obtain active substances with good physical and
chemical properties, it is necessary to optimize the manufacture of extracts, one of which is by optimizing
the solvent. The type of solvent will determine the type of substance being extracted according to its
polarity. In this study, the extraction was carried out by a multilevel maceration method using chloroform
and ethanol solvents with three replications each. In addition, phytochemical screening was also carried out
to determine secondary metabolite compounds. The results showed a significant difference in the results of
S. trifasciata Prain leaf extract with 2 treatments and three repetitions. The average yield obtained from the
extract with chloroform was 2.9% and ethanol was 27%. The results of phytochemical screening showed
that the chloroform extract of S. trifasciata Prain leaves contained triterpenoids, steroids, phenols,
flavonoids, and alkaloids while the etonal extract contained saponins, phenols, flavonoids and alkaloids.

Keywords: chloroform; ethanol; extract; maceration; Sansevieria trifasciata Prain.

INTISARI
Sansevieria trifasciata Prain. selain bermanfaat sebagai tumbuhan hias juga bermanfaat sebagai
tumbuhan obat. Tumbuhan ini banyak ditemui dan mudah tumbuh serta mengandung senyawa bioaktif
seperti flavonoid, alkaloid, fenol, saponin, dan steroid. Untuk mendapatkan zat aktif dengan sifat fisik dan
kimia yang baik, perlu dilakukan optimasi pembuatan ekstrak, salah satunya dengan optimasi pelarut. Jenis
pelarut akan menentukan jenis zat yang diekstraksi sesuai dengan polaritasnya. Pada penelitian ini, ekstraksi
dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut kloroform dan etanol dengan masing-
masing tiga kali ulangan. Selain itu juga dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui senyawa metabolit
sekunder. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hasil ekstrak daun S. trifasciata
Prain. dengan 2 perlakuan dan tiga pengulangan. Hasil rendemen rata-rata yang diperoleh dari ekstrak
dengan pelaut kloroform sebesar 2,9% dan etanol sebesar 27%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak kloroform daun lidah mertua mengandung triterpenoid, steroid, fenol, flavonoid, dan
alkaloid sedangkan ekstrak etonal mengandung saponin, fenol, flavonoid, dan alkaloid.

Kata kunci: ekstrak; etanol; kloroform; maserasi; Sansevieria trifasciata Prain.

PENDAHULUAN Untuk itu perlu dilakukan standardisasi


Sansevieria trifasciata Prain. atau terhadap bahan bakunya, baik yang berupa
tumbuhan lidah mertua merupakan salah satu simplisia maupun yang berbentuk ekstrak.
tumbuhan yang dapat digunakan untuk Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu
mengobati penyakit infeksi (Afolayan et al., ekstrak tumbuhan obat adalah konsentrasi
2008). Tumbuhan ini banyak digunakan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi
sebagai obat tradisional untuk pengobatan (Gaedcke et al., 2003).
influenza, batuk dan radang saluran Salah satu metode yang digunakan untuk
pernapasan. Menurut Hartono (2009) dan penemuan obat tradisional adalah metode
Prihatman (2001), pemanfaatan daun lidah ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi
mertua sebagai obat tradisional harus didukung tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang
dengan adanya berbagai penelitian agar akan diisolasi. Ekstraksi merupakan suatu
kandungan senyawa kimia, tingkat keamanan, proses dalam upaya penarikan senyawa kimia
dan efisiensinya dapat diketahui lebih lanjut. dari suatu tumbuhan, dimana senyawa tersebut

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 127
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
akan terlarut dalam cairan pelarut yang sesuai. 2008). Ekstraksi dengan pelarut didasarkan
Ekstrak merupakan hasil dari proses ekstraksi pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat
tersebut yang biasanya merupakan sediaan ekstraksi. Senyawa polar hanya akan larut pada
kental. Ekstrak tersebut dapat menjadi sediaan pelarut polar, seperti etanol, metanol, butanol
kental karena sebelumnya telah terjadi proses dan air. Senyawa nonpolar juga hanya akan
penguapan pelarut dan massa yang tidak larut pada pelarut nonpolar, seperti eter,
diperlukan (Dirjen POM, 2000). kloroform dan n-heksana (Gritter et al., 1991).
Dalam analisis fitokimia, harus Jenis dan mutu pelarut yang digunakan
digunakan jaringan tumbuhan segar yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi.
kemudian dikeringkan sebelum diekstraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan
Bila ini dilakukan, pengeringan tersebut harus zat yang diinginkan, mempunyai titik didih
dilakukan dalam keadaan terawasi untuk yang rendah, murah, tidak toksik dan mudah
mencegah terjadinya perubahan kimia yang terbakar (Harborne, 1987). Pelarut yang
terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan bersifat polar mampu mengekstrak senyawa
secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu alkaloid kuartener, komponen fenolik,
tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang karotenoid, tanin, gula, asam amino dan
baik. Setelah betul-betul kering, tumbuhan glikosida. Pelarut semipolar mampu
dapat disimpan untuk jangka waktu lama mengekstrak senyawa fenol, terpenoid,
sebelum digunakan untuk dianalisis. Tata cara alkaloid, aglikon dan glikosida. Pelarut
ini telah dilakukan pada herbarium yang telah nonpolar dapat mengekstrak senyawa kimia
disimpan bertahun-tahun untuk analisis seperti lilin, lipid dan minyak yang mudah
flavonoid, alkaloid, kuinon, dan terpenoid menguap (Harborne, 1987).
(Harborne, 1987). Metode ekstraksi yang sering digunakan
Metode ekstraksi dengan menggunakan dalam penelitian adalah maserasi dan
pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin remaserasi. Alasan metode tersebut sering
misalnya pemerasan, maserasi dan perkolasi digunakan adalah perlakuan lebih sederhana
serta dapat pula dilakukan dengan cara panas karena tidak membutuhkan peralatan yang
seperti soxhlet, infusa, refluks, dan digesti. mahal, kandungan kimia dalam simplisia yang
Pemilihan metode dan jenis cairan penyari yang akan ditarik aman karena tidak menggunakan
akan digunakan tergantung dari zat aktif yang pemanasan. Kondisi percobaan seperti waktu
akan disari. Metode pemerasan digunakan ekstraksi, jenis pelarut dan sampel pelarut akan
untuk simplisia segar yang diawali dengan mempengaruhi efektivitas proses ekstraksi
penghancuran bahan dengan penambahan air, (Oktavia, 2011). Maserasi adalah salah satu
diperas kemudian disaring. Metode infundasi metode ekstraksi dengan merendam serbuk
merupakan cara sederhana untuk menyari simplisia dalam cairan penyari yang tidak
kandungan aktif dari simplisia yang larut dalam menggunakan proses pemanasan atau disebut
air panas. Perkolasi umumnya digunakan untuk juga ekstraksi dingin. Proses pemisahan
mengekstraksi serbuk kering terutama simplisia senyawa dalam simplisia menggunakan pelarut
yang keras seperti kulit batang, kulit buah, biji, tertentu berdasarkan prinsip like dissolved like,
kayu dan akar. Digesti adalah metode ekstraksi di mana suatu pelarut polar akan melarutkan
dengan menggunakan pemanasan pada suhu senyawa polar yang terdapat dalam simplisia
40°-50°C. Metode ini sangat tepat untuk bahan tersebut. Cairan penyari yang menembus
yang memiliki kandungan zat aktif tahan dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
terhadap panas (Direktorat Obat Asli Indonesia, yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
2013). dan karena adanya perbedaan konsentrasi
Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di
faktor penting dalam proses ekstraksi. Pelarut luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke
yang digunakan adalah pelarut yang dapat luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
menyari sebagian besar metabolit sekunder terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
yang diinginkan dalam simplisia (Depkes RI, di dalam dan di luar sel (Pratiwi, 2010).

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 128
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Salah satu metode yang digunakan untuk ruang maserasi selama 1x24 jam. Kemudian
mengidentifikasi kandungan senyawa dari ekstrak diambil lalu ditimbang. Data rendeman
suatu tanaman adalah skrining fitokimia. diperoleh dengan perhitungan berikut:
Skrining fitokimia merupakan tahap
Jumlah berat ekstrak berupa pasta (g)
pendahuluan yang dapat memberikan % Rendemen = x 100%
Jumlah berat kering (g)
gambaran mengenai kandungan senyawa
tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Golongan senyawa yang terkandung dalam
Hasil rendemen yang diperoleh dari
tanaman akan tergambar dari hasil skrining
ekstraksi secara maserasi bertingkat adalah
fitokimia dengan pengamatan perubahan warna
hasil rendemen dari ekstrak etanol lebih besar
secara visual (Roxb, 2012).
daripada hasil rendemen ekstrak kloroform.
Rendemen etanol diperoleh sebesar 27%,
METODE PENELITIAN
sedangkan ekstrak kloroform diperoleh sebesar
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
2,9%. Banyaknya rendemen bergantung kepada
Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung
sifat kelarutan komponen bioaktifnya. Menurut
dan Laboratorium Biokimia Universitas Gadjah
Sani (2014), etanol dapat melarutkan senyawa
Mada. Bahan yang digunakan meliputi daun
fitokimia lebih maksimal karena etanol mampu
tanaman lidah mertua yang diambil dari daerah
menarik asam amino, gula, beberapa senyawa
Rajabasa, Bandar Lampung, etanol, kloroform
fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, dan
sedangkan alat yang digunakan meliputi
glikosida flavonoid serta klorofil terlarut dalam
erlenmeyer, kertas saring, gelas ukur, spatula,
pelarut polar sehingga senyawa yang terekstrak
cawan, alumunium foil. timbangan analitik,
dengan pelarut etanol ini cukup banyak dan
oven dan grinder.
menghasilkan rendemen yang tinggi. Hal ini
didukung oleh ekstrak yang berwarna hijau
Penyiapan Sampel
pekat.
Daun lidah mertua dipotong tipis-tipis,
Prinsip kerja remaserasi adalah pelarutan
diletakkan di dalam nampan kemudian
senyawa metabolit sekunder pada sampel
dikeringkan di oven pada suhu 50oC dan
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu
didiamkan selama kurang lebih 7 jam. Setelah
pelarut. Pada temperatur kamar dan terlindung
kering, daun dihaluskan dengan grinder dan
dari cahaya dilakukan proses penarikan
disaring sehingga didapat serbuk simplisia
senyawa metabolit sekunder selama tiga hari
halus
dengan cara merendam serbuk simplisia dengan
pelarut yang sesuai selama tiga hari dan
Ekstraksi
dilakukan pergantian pelarut tiap hari. Ketika
Proses ekstraksi dilakukan dengan
sudah mencapai fase setimbang, sel tanaman
metode maserasi bertingkat. Serbuk simplisia
tersebut akan dimasuki oleh pelarut dengan cara
ditimbang sebanyak 60 gram. Kemudian
melewati dinding sel. Proses setimbang
direndam dalam erlenmeyer menggunakan
tersebut terjadi dengan cara keluarnya senyawa
kloroform dengan perbandingan 1:3. Sampel
metabolit sekunder di dalam sel karena
disimpan di dalam ruang maserasi dan setiap
konsentrasi di dalam sel berbeda dengan
beberapa jam sekali diaduk. Setelah 3x24 jam,
konsentrasi d luar sel. Proses setimbang
sampel disaring. Ampasnya diremaserasi
tersebut terjadi karena proses difusi yang
sebanyak tiga kali ulangan. Setelah maserasi
disebabkan karena adanya perbedaan
dengan kloroform sebanyak 3 kali, ampas hasil
konsentrasi di mana konsentrasi di dalam sel
maserasi kloroform dikeringkan di udara
yang lebih tinggi akan menyebabkan senyawa
terbuka, selanjutnya dimaserasi kembali
metabolit sekunder keluar dan digantikan oleh
menggunakan pelarut etanol. Perlakuan dengan
cairan pelarut di luar sel yang konsentrasinya
pelarut etanol juga direndam selama 3x24
lebih rendah. Peristiwa tersebut terjadi berulang
dengan tiga kali ulangan. Hasil saringan dari
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi di
masing-masing pelarut dikering anginkan di
luar dan di dalam sel. Selama proses remaserasi

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 129
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
dilakukan penggantian cairan penyari setiap penarikan akan lebih maksimal (Ningsih et al.,
hari selama 3 hari sehingga efektivitas 2020).

Tabel 1. Persentase rata-rata rendemen ekstrak dari pelarut kloroform dan etanol
Rata-rata
persentase Standard
Persentase rendemen (%)
No Pelarut rendemen deviasi
(%)
1 2 3
1 Kloroform 3,1 2,8 3 2,9 0,15
2 Etanol 27 26 28 27 1

Tabel 2. Hasil skrining fitokimia dari ekstrak dengan pelarut kloroform dan etanol
Jenis pelarut ekstrak
Skrining fitokimia Deskripsi
Kloroform Etanol
Triterpenoid dan steroid + - Terbentuk warna
kemerahan pada dasar
tabung reaksi pada
ekstrak dengan pelarut
kloroform
Saponin - + Pada ekstrak kloroform
tidak terbentuk busa
sedangkan pada
ekstrak etanol terbentuk
busa
Fenol + + Kedua ekstrak
menunjukkan warna biru
kehijauan
Flavonoid + + Kedua sampel ekstrak
menunjukan
pembentukan warna
jingga kemerahan
Kuinon - - Tidak terbentuk warna
kuning
Alkaloid + + Terdapat endapan putih
pada kedua sampel

Skrining fitokimia dilakukan terhadap 6 kemerahan pada bagian dasar tabung,


senyawa fitokimia yang diperkirakan terdapat sedangkan untuk ekstrak etanol tidak terbentuk
pada ekstrak lidah mertua. Senyawa fitokimia warna pada tabung reaksi. Hal ini berarti
tersebut adalah senyawa golongan triterpenoid ekstrak kloroform positif mengandung
dan steroid, saponin, fenol, flavonoid, kuinon, senyawa golongan triterpenoid dan steroid
dan alkaloid (Tabel 2). Skrining fitokimia sedangkan ekstrak etanol tidak. Untuk
dilakukan secara kualitatif berdasarkan pada senyawa golongan saponin, ekstrak etanol
sifat kelarutan senyawa. Hasil analisis menunjukkan adanya busa ketika ekstrak
senyawa fitokimia diperoleh bahwa ekstrak ditetesi HCl, sedangkan ekstrak kloroform
kloroform mengandung triterpenoid, steroid, tidak. Hal ini berarti bahwa ekstrak kloroform
fenol, flavonoid. Sedangkan ekstrak etanol tidak mengandung saponin, sedangkan ekstrak
mengandung saponin, fenol, flavonoid. etanol terdapat senyawa saponin. Untuk
Senyawa kuinion tidak terdapat pada kedua senyawa golongan fenol, ketika cairan ekstrak
macam ekstrak tersebut ditetesi FeCl3, ternyata warna kedua sampel
Pada pengujian senyawa golongan terbentuk warna hijau kebiruan. Hal ini berarti
triterpenoid dan steroid, cairan semipadat baik ekstrak kloroform maupun ekstrak etanol
ekstrak kloroform ketika ditetesi anhidra asetat positif mengandung senyawa golongan fenol.
dan asam sulfat pekat menghasilkan warna Senyawa golongan flavanoid pada tabung

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 130
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
reaksi sampel ekstrak kloroform dan etanol Sedangkan ekstrak etanol mengandung
terbentuk warna jingga kemerahan ketika saponin, fenol, flavonoid, dan alkaloid.
dicampur dengan asam klorida, etanol, dan Senyawa kuinion tidak terdapat pada kedua
alkohol. Hal ini berarti kedua ekstrak positif macam ekstrak tersebut.
mengandung senyawa flavonoid. Menurut
Bhat et al. (2009), senyawa flavonoid bagi DAFTAR PUSTAKA
tumbuhan berperan sebagai pigmen dan Afolayan, AJ., Jimoh, FO., and Aliero, AA. 2008.
atraktan bagi serangga yang membantu Antioxidant and antibacterial properties of
Sansevieria hyacinthoides. International Journal
polinasi. Kar et al. (2006) menyatakan bahwa of Pure Application Science. vol 2(3): 103-110.
senyawa flavonoid merupakan senyawa yang Bhat, SV., Nagasampagi, BA and Sivakumar, M. 2009.
bersifat nonpolar dan banyak ditemukan pada Natural Products: Chemistry and Application.
tumbuhan. New Delhi: Narosa Publishing House.
Pengujian senyawa golongan kuinon Gritter, RJ., Bobbic, JN., and Schwarting, AE. 1991.
Pengantar Kromatografi, Terj. Kosasih
pada kedua sampel ekstrak pada waktu ditetesi Padmawinata, Edisi II. Bandung: ITB Press.
NaOH tidak terjadi perubahan warna kuning. Haeborne. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara
Hal ini berarti baik ekstrak kloroform maupun Modern Menganalisis Tumbuhan, Terj. Kosasih
ekstrak etanol negatif mengandung senyawa Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB
golongan kuinon. Pengujian senyawa Press.
Kar, P., Laight, D., Shaw, KM, and Cummings, MH.
golongan alkaloid, pada tabung reaksi sampel 2006. Flavonoid rich grapeseed extracts: a new
ekstrak kloroform dan etanol terdapat endapan approach in high cardiovascular risk patients.
putih ketika ditetesi pereaksi Mayer. Hal ini International Journal of Clinical Practice. vol
berarti kedua ekstrak mengandung senyawa 60(11):1484-1492. doi: https://doi.org/10.1111/
alkaloid. Hasil penelitian ini sejalan dengan j.1742-1241.2006.01038.x.
Kulasekara, GU. and Jayatilleke, BG. 2008. Designing
Philip et al. (2011). Senyawa alkaloid yang interface for interactive multimedia: learner
terkandung dalam daun lidah mertua berfungsi perceptions on the design features. Journal of
sebagai pengatur tumbuh atau penarik AAOU. vol 3(2): 83-98.
serangga (Harbone, 1987). Raharjo (2013) Lombogia, B dan Bodhi. 2016. Uji daya hambat ekstrak
menyatakan bahwa alkaloid tidak ditemukan di daun lidah mertua (Sansevieriae trifasciata
semua jenis tanaman. Alkaloid kebanyakan folium) terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Streptococcus sp. Jurnal e-
ditemukan pada tanaman tingkat tinggi
Biomedik. vol 4(1): 24-29. doi:
golongan Angiospermae terutama pada https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.12230.
tanaman dikotil. Sementara menurut Ningsih, AW., Hanifa, I, dan Hisbiyah, A. 2020.
Suhartono et al (2002), adanya kandungan Pengaruh perbedaan metode ekstraksi rimpang
senyawa bioaktif alkaloid yang bersifat kunyit (Curcuma domestica) terhadap rendemen
antioksidan diharapkan mampu meredam kerja dan skrining fitokimia. Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika. vol 2(2):49-
radikal bebas penyebab kanker karena
57. doi: http://dx.doi.org/10.36932/jpcam.
senyawa ini dapat menyumbangkan satu atau v2i2.27.
lebih elektron kepada radikal bebas sehingga Phillip, DC. 2011. Antimicrobial, Antioxidant and
dapat diredam. Anticancer Activity of a Hemp Plant, Sansevieria
roxburghiana Schult. & Schult. [Disertation].
India: St. Peter’s University.
KESIMPULAN Pratiwi, RH. 2010. Kemampuan pembentukan biofilm
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pada bakteri Escherichia coli Enteropatogen
yang signifikan dalam hasil ekstrak daun lidah (EPEC) sebagai salah satu sifat patogenitasnya.
mertua dengan dua perlakuan dan tiga Jurnal Factor. vol 3: 9-13.
pengulangan. Hasil rendemen rata-rata yang Prihatman, K. 2001. Saponin untuk Pembasmi Hama
Udang. Bandung: Penelitian Perkebunan
diperoleh dari ekstrak dengan pelarut kloroform Gambung
sebesar 2,9% dan etanol sebesar 27%. Hasil Raharjo, TJ. 2013. Kimia Hasil Alam. Yogyakarta:
analisis senyawa fitokimia diperoleh bahwa Pustaka Pelajar.
ekstrak kloroform mengandung triterpenoid, Sani, RN., Nisa, FC., dan Andriani, RD. 2014. Analisis
steroid, fenol, flavonoid dan alkaloid. rendemen dan skrining fitokimia ekstrak etanol

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 131
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
mikroalga laut Tetraselmis chuii. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. vol 2(2): 121-126.
Suhartono, E., Fujiati, dan Aflanie, I. 2002. oxygen
toxicity by radiation and effect of glutamic piruvat
transamine (GPT) activity rat plasma after vitamin
c treatment. International Seminar on
Environmental Chemistry and Toxycology.
Yogyakarta.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 132

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy