Computing Di Indonesia: Studi Pada Kap Non-Big Four Di Jawa: Zaki@ub - Ac.id
Computing Di Indonesia: Studi Pada Kap Non-Big Four Di Jawa: Zaki@ub - Ac.id
Abstract
This research aims to investigate how the cloud computing service improves working
performance from the external auditor perspective behind the non-big four Public Accountant
Office’s decision to whether employing cloud computing in the audit process. The qualitative
method was utilized in this research along with interpretive paradigm to understand the
perception of the auditor. The data were collected through interviews and documentation. The
interviews were conducted with the external auditors of non-big four Public Accountant Office
in East Java, which convey acceptance, institutional motive and potential risk in the cloud
computing. In addition, the non-big four Public Accountant Office serves as Small and Medium
Enterprises (SME), therefore public cloud computing is considered as the driver with solid
footing between the users. The results of this research indicate that there are important factors
such as adopting cloud computing, accessibility, system reliability, information sharing and
data security, compared with several theories such as TAM, TRA, DOI, TOE, RBV, and
Institutional theories.
Keywords : Cloud Computing, Auditor, Small and Medium Enterprises (SME)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana layanan cloud computing dapat
meningkatkan kinerja dari sudut pandang auditor eksternal tentang alasan KAP non-big four
menggunakan atau tidak menggunakan cloud computing dalam proses audit. Jenis penelitian
ini adalah kualitatif menggunakan paradigma interpretif untuk memahami lebih dalam pada
persepsi auditor. Pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Wawancara
dilakukan dengan auditor eksternal pada KAP non-big four di Jawa Timur tentang penerimaan,
motif kelembagaan, dan risiko yang terdapat dalam cloud computing. KAP non-big four
merupakan salah satu bentuk usaha kecil menengah (UKM) sehingga dirasa cloud computing
jenis public memiliki pijakan kuat di antara penggunanya. Hasil penelitian ini menemukan
faktor-faktor penting mengadopsi cloud computing adalah kemudahan penggunaan, keandalan
sistem yang ditawarkan, berbagi informasi, dan kemanan data. Faktor-faktor tersebut kemudian
disandingkan dengan teori TAM, TRA, Kerangka Kerja DOI, TOE, RBV, dan Teori
Kelembagaan.
Kata kunci: Cloud Computing, Auditor, Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
PEDAHULUAN
Pada era saat ini, teknologi mengalami perkembangan pesat. Teknologi menjadi salah
satu katalisator dalam sejarah peradaban manusia yang merevolusi bagaimana manusia hidup
dan bekerja. Perkembangan teknologi informasi mengawali pengembangan industri bisnis dan
penerapan sistem informasi dalam mendukung proses produksi menjadi lebih otomatis, dengan
tujuan dapat menyesuaikan kebutuhan dan permintaan pasar saat ini.
Bisnis saat ini mulai bersaing secara global untuk dapat memuaskan pelanggan,
sehingga perusahaan membutuhkan akses informasi yang cepat dan akurat. Agar dapat
mengakses informasi secara cepat, perusahaan perlu membangun infrastruktur Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memerlukan modal besar. Saat ini, banyak organisasi
tertarik pada manfaat biaya yang dirasakan dari cloud computing (komputasi awan) dan
kemampuan layanan inovatif yang disediakannya (Marston et al, 2011; Sultan, 2011).
UKM di Indonesia butuh kemudahan dalam membuat laporan keuangan dalam hal
pencatatan persediaan serta penjualan mereka tanpa harus mengeluarkan banyak biaya dalam
penerapan sebuah aplikasi sistem informasi. Ross dan Blumenstein (2015) percaya bahwa
cloud computing adalah fasilitator serius kewirausahaan UKM dalam menyediakan akses yang
lebih besar ke pasar global, menurunkan biaya peluang dan mendukung kolaboraksi dan
inovasi di dunia yang semakin terhubung.
TELAAH LITERATUR
Cloud Computing
Menurut Swan (2013) sampai saat ini sistem yang berbasis Cloud merupakan jasa untuk
menyimpan, memonitor, mengolah dan kemudahan sharing data yang paling berguna dalam
menangani Big Data. Mihalache (2011) juga berpendapat bahwa cloud computing merupakan
sebuah konsep di dunia TIK yang terdiri dari pendistribusian proses layanan, aplikasi, akses
untuk informasi dan penyimpanan data dapat dilakukan tanpa pengguna harus berada disatu
tempat dan tanpa pengguna harus paham konfigurasi sistem untuk menggunakan layanan ini.
Variabel kunci dari TCT mengacu pada sifat dan fitur transaksi ekonomi seperti
frekuensi, ketidakpastian dan kekhususan asset. Oleh karena itu, pengadopsi cloud computing
kemungkinan dapat mengurangi tiga jenis risiko kontrak yang terkait dengan (i) kinerja buruk
dan disengaja, (ii) pencurian kekayaan intelektual, (iii) dan opportunistic repricing and vendor
lock-in (Alchian & Demsetz, 1972; Aron et al., 2005; Chen & Bharadwaj, 2009; Clemons &
Hitt, 2004; Clemons & Row, 1992; Willcocks et al., 1999).
Teknologi informasi sebagai sumber daya dapat mengarah pada keunggulan kompetitif
jika spesifik perusahaan sulit ditiru pesaing. Ini tidak terjadi dengan cloud computing, karena
layanan dipasarkan kepada masyarakat umum, dengan cara yang tidak biasa (Ryan & Loeffler,
2010). Oleh karena itu, ada pandangan bahwa keunggulan kompetitif organisasi dalam
lingkungan cloud computing akan tergantung pada kemampuannya untuk mengambil
pendekatan holistik dan strategis menuju perencanaan, koordinasi, dan integrasi layanan
berbasis cloud (Garrison et al., 2012; Ross & Blumenstein, 2013).
TAM dan variannya, yaitu TAM2 dan TAM3, telah diterapkan pada beragam teknologi
dan pengguna, sehingga menyoroti penerapan dan pemanfaatan TI (Venkatesh & Bala, 2008).
Wu (2011) menggunakan TAM dengan Rough Set Theory untuk menambah faktor-faktor yang
mempengaruhi adopsi cloud computing dan menemukan bahwa pendapat ahli, kecepatan, dan
keamanan cadangan adalah tiga faktor kunci yang mempengaruhi adopsi cloud computing.
Dalam hal ini, tipologi yang disediakan oleh Abrahamson (1991) berguna dalam
menjelaskan bagaimana inovasi disebarkan, yaitu, melalui seleksi paksa atau pilihan efisien.
Teori seleksi paksa mengasumsikan bahwa organisasi tidak punya pilihan selain mengadopsi
inovasi karena kekuatan substansial organisasi seperti badan pemerintah (Carroll et al., 1986;
DiMaggio, 1988; Scott, 1987). Situasi ini tidak mungkin terjadi di sektor swasta.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar peneliti dapat
menggambarkan realita empiris di balik fenomena yang terjadi terkait dengan cloud computing
dalam proses audit perusahaan di KAP non-big four di Indonesia, khususnya Jawa Timur.
Pendekatan kualitatif dikonstruksi dari percakapan dan disajikan dalam bentuk naratif berupa
kata-kata (Yaumi & Damopolii, 2014). Kriteria data kualitatif dalam penelitian adalah data
yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukanlah data yang sekedar
terlihat atau terucap namun harus mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap
tersebut (Sugiarto, 2017:9).
Analisi Data
Analisis data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan secara deduktif yaitu dengan
melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh untuk selanjutnya dikembangkan.
Penelitian ini merujuk pada teknik analisis yang digunakan Miles & Huberman (1992) yang
menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara berkelanjutan
hingga datanya jenuh. Analisis data kualitatif merupakan upaya terus menerus dimana tahapan-
tahapan tersebut hanya merupakan gambaran keberhasilan secara berurutan (Miles &
Huberman, 1992). Adapun aktivitas dalam analisis data yang dimaksud adalah tahap reduksi
data (data reduction), tahap penyajian dan analisis data (data display), dan tahap penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).
Gambar 3.1
Komponen dalam analisis data (interactive model)
PEMBAHASAN
“ Iya. Sudah keseharian memang kita sangat perlu itu “ (AE4, partner)
Public cloud merupakan jenis cloud computing yang tersedia secara umum yang
disebarluaskan secara gratis maupun berbayar (Rumetna, 2018). Layanan public cloud dapat
digunakan dengan syarat mengikuti ketentuan yang berlaku yang harus disetujui ketika
membuat akun public cloud. Penggunaan cloud computing yang sering digunakan yaitu e-mail
(gmail maupun yahoo) dan google drive untuk melakukan pengiriman data.
Pandangan auditor mengenai cloud computing untuk yang pertama, yaitu dari segi
kemudahan penggunaan dan kenyamanan yang diberikan. Kemudahan yang ditawarkan oleh
cloud computing adalah pengguna hanya perlu membuat akun dan mengikuti syarat dan
ketentuan yang harus disetujui.
“ Motifnya mengikuti perkembangan, jaman, era-nya ya. Karena enak sudah tidak
perlu harddisk yang dibawa kemana-mana, tetapi bisa mengakses dimana-mana.
Kemudian dari sisi pengarsipan, motifnya pasti supaya lebih banyak spacenya
kalau pakek cloud computing. “ (AE3, partner)
Reliability
Setiap perusahaan go-public harus mengeluarkan laporan keuangan yang telah di
audit oleh auditor eksternal untuk mengetahui seberapa valid laporan keuangan yang
diterbitkan ke masyarakat dan menyebabkan bertambahnya jumlah klien di setiap KAP di
Indonesia. Cloud computing memiliki keunggulan yang dibutuhkan auditor saat ini, yaitu
penyimpanan file:
“ … Menyimpan data supaya tidak rusak di server room dan supaya nanti cepat
diambil dalam waktu yang lama. Sementara ini kita menyimpang di Gudang,
ataupun di komputer harddisk jadi kemungkinan rusak bisa saja tapi kalau di
server-server lebih lama gitu. Ya itu harapan kami seperti itu. Untuk sementara
kami berusaha untuk kesana, jadi dalam proses. “ (AE2, senior audit)
Penyimpanan file yang diharapkan yaitu dengan kemudahan data tersebut diambil
yang tersimpan di cloud sehingga tersedia sepanjang waktu jika auditor membutuhkan file
untuk membantu melancarkan proses audit.
Dengan jumlah klien yang meningkat akan meningkatkan pula berkas-berkas audit yang
diserahkan kepada auditor. KAP tersebut sangat membutuhkan penyimpanan secara baik dan
aman supaya berkas-berkas tidak mudah rusak atau bahkan hilang ketika masih dalam proses
audit. Karena cloud tersedia sepanjang waktu, itu dapat menjadi solusi bagi KAP untuk
meletakkan atau menyimpan file ke dalam cloud computing. Auditor eksternal yang
diwawancarai juga merujuk pada "keuntungan" dari solusi berbasis cloud computing untuk
email atau pencadangan file, yang dapat membantu mencegah penghapusan data yang tidak
disengaja atau sengaja oleh karyawan.
“ Sebenarnya cloud computing yang seperti google drive, email-email itu
meninggalkan jejak disitu. Ngimelnya kapan, dikirim oleh siapa, yang nerima siapa
itu kan sebenarnya jejak historis, ada kemungkinan juga, misalkan kita
memanfaatkan itu untuk ketika ada masalah. “ (AE4, partner)
Pandangan auditor eksternal dari segi keandalan yang diberikan cloud computing
menimbulkan pandangan baru. Keandalan yang diberikan tersebut dapat membantu auditor
untuk melakukan proses audit yang dilakukan di luar kantor, auditor tidak perlu membawa
berkas-berkas klien ke tempat yang sedang diaudit, auditor dengan mudah dapat mengakses
kembali melalui cloud computing jenis public seperti email yang memiliki kemampuan akses
tidak terbatas oleh waktu. Hal tersebut juga membantu dalam proses investigasi forensik jika
memang ditemukannya kecurangan atau manipulasi data yang dikirimkan atau dibagikan dari
klien ke auditor atau auditor ke rekan kerja. Hal tersebut dapat terjadi karena dengan
tersedianya file sepanjang waktu menyebabkan timbulnya rekam jejak yang terjadi antara
pengirim dan penerima dan tidak dapat dihapus atau dihilangkan sepihak, sehingga file yang
dikirimkan akan disimpan di masing-masing akun pengirim maupun penerima.
“ Gmail itu semua terekam, dalam bahasa auditor ke partner kan lewat email dan
partner ke auditor juga lewat email. Jadi rekam jejak lalu lintas, revisi itu kan
semua ada di email. Tidak mungkin tidak terekam di email rekam jejak kapan harus
final atau belum final itu dengan menggunakan email. Flashdisk-flashdisk an kan
pertama, virus ya. Kedua, ini file yang kapan, terus di file yang kemarin loh ya,
yang tanggal itu, kan susah kalau udah di tindes-tindes gitu kalau nggak di save as
kan. Tapi kalau lewat gmail, revisi 1 kemudian diganti jadi revisi 2 trus wes balik
ke yang revisi 1 aja, kan ada datanya jadi lihat pengiriman sebelumnya. Itu
fungsinnya untuk penyimpanan data, diperubahan apapun ada rekam jejaknya. “
(AE3, partner)
Penyimpanan file pada cloud memungkinkan berbagai pemangku kepentingan UKM untuk
berbagi informasi dan data (melalui email), penyimpanan dan mengambil informasi satu sama
lain (Devaki, 2011; Jain, 2011). Berbagi dokumen dan mengedit dokumen yang sama oleh
beberapa orang pada saat bersamaan (melalui Google Documents) dan kolaborasi (melalui
Skype, Google chat) menarik bagi pengguna untuk mengadopsi cloud computing (Marston et
al., 2011).
Cloud computing, menurut auditor eksternal adalah sebagai tempat untuk berbagi
informasi dan melakukan kolaborasi menggunakan data yang disimpan secara otomatis ketika
melakukan pengiriman data. Hal tersebut sangat mudah dilakukan karena di era sekarang,
sudah banyak dan hampir semua masyarakat mengetahui jenis public cloud, salah satu
contohnya yaitu email, sehingga berbagi dan mengambil informasi tidak perlu dikirim melalui
kantor pos, hanya dengan menggunakan internet, data sudah dengan cepat dan mudah
dibagikan secara realtime tanpa menghambat aktivitas yang lain.
Penggunaan cloud computing memang tidak bisa lepas dari risiko yang akan dihadapi
namun cloud sendiri memiliki kebijakan atas risiko-risiko tersebut. Kebijakan tersebut
dilakukan dengan cara otentikasi dan enkripsi. pengguna cloud berpikir bahwa cloud
computing masih dapat memberikan keamanan yang lebih baik dan keandalan yang lebih besar
daripada yang disediakan di rumah. Data di cloud dapat lebih aman daripada yang disimpan di
tempat karena ketatnya langkah-langkah keamanan dan teknologi canggih yang digunakan oleh
penyedia cloud untuk mengamankan data klien mereka. KAP juga memiliki risiko tidak hanya
file dibobol atau hilang, namun adanya kecurangan file yang dikirim oleh klien seakan-akan
itu nilai atau angka yang di miliki perusahaan klien. Hal ini ditanggapi dengan mudah oleh
auditor eksternal:
“ Jadi selain softcopy, kami tetap minta hardcopynya dalam bentuk report yang
disetujui oleh manajemen. Jadi report itu hanya sebagai supporting saja artinya
hanya membantu supaya pekerjaan dipermudah terus nanti tetap kami field work
ya minta dokumen resminya itu ada stempel, tanda tangan. Jadi nanti akan kami
cocokkan sesuai dengan report akhir sama yang dikirimkan softcopy tadi. Jadi
tidak cukup softcopy itu kami yakini sebagai bukti yang sah. “ (AE1, partner)
“ Sudah. Jadi ini sudah berlaku, jadi untuk barcode itu kan tujuannya hanya sebagai
pengaman saja. Karena selama ini kan banyak laporan KAP yang dipalsukan,
tandatangan kan bisa di scan dan segala macem. Itu sudah, tapi untuk datanya, ya
artinya data tersentralnya tetep masih di google drive, jadi webside aja disini masih
belum ada. “ (AE1, partner)
ATLAS (Audit Tool and Linked Archives) alat bantu proses audit
Akuntan publik yang merupakan auditor eksternal dituntut untuk senantiasa
mengikuti perkembangan bisnis dan perkembangan standar yang ada. Salah satu konsekuensi
penerapan standar audit berbasis Internasional Standart of Auditing (ISA) adalah akuntan
publik harus memahami standar internasional dan mengimplementasikan ke praktik lapangan.
Hal tersebut menuntut adanya suatu alat atau tools yang dapat membantu akuntan publik dalam
memahami dan menerapkan standar auditing dalam pemberian jasa profesionalnya.
“ Atlas. Atlas itu baru akan diterapkan, artinya kita masih bertahap, masih masa
transisi. Ada yang sudah ber atlas ada yang belum. Tapi target kita 100% ber-atlas.
Atlas itu masih beberapa versi perbaikan …“ (AE3, partner)
Baru-baru ini, PPPK Kementerian Keuangan Republik Indonesia telah membuat
aturan baru bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia untuk melampirkan Laporan
Keuangan Klien KAP ke dalam sistem aplikasi laporan tahunan Kantor Akuntan Publik yang
dibuat oleh PPPK. Aplikasi ATLAS dikembangkan pada tahun 2017 dengan tahap pertama
untuk perkembangan tahap perencanaan audit dan pada tahun 2018 aplikasi ATLAS telah
selesai sampai tahap pelaporan, sehingga seluruh tahap audit telah terintegrasi (buku pedoman
atlas, 2019). Upaya dengan menggunakan aplikasi ATLAS merupakan salah satu bentuk
inisiasi untuk meningkatkan kualitas audit dan diharapkan pula dapat menambah sarana dan
pengetahuan bagi para praktisi di bidang audit maupun non praktisi agar lebih memudahkan
pemahaman atas audit berbasis risiko yang berdasar pada standar internasional yang telah
diadopsi. Hal ini juga sependapat dengan Pak Nyamarinto yang menyampaikan kelebihan dan
kekurangan dari aplikasi ATLAS:
“ plus minusnya. Plus nya itu mungkin lebih fleksibel, mengiritkan biaya, juga
tempatnya karena berupa data aja dan untuk minusnya mungkin terkendala
pembelian. Kita harus menyediakan perangkat minimal memiliki windows berapa
gitu … Kalau yang lama itu gak mampu karena kurang menampung memorinya.”
(AE2, senior audit).
Dengan adanya aplikasi ATLAS dapat memberikan kemudahan kepada auditor dalam
merapikan kertas kerja dan meminimalisir kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh staf
auditor atau kepala auditor yang mengaudit. Ketika auditor memasukkan data pada sheet
pertama, maka secara otomatis data tersebut akan nge-link ke sheet berikutnya yang terkait
dengan data tersebut. Aplikasi ATLAS juga memberikan kemudahan dengan memberikan
saran opini yang dihasilkan ketika semua data telah di input kedalam ATLAS. Hal ini dapat
juga meminimalisir kecurangan ketika data dimasukkan dan menghasilkan saran opini WDP
(Wajar Dengan Pengecualian), namun saat dikeluarkan laporan audit berbunyi opini WTP
(Wajar Tanpa Pengecualian) dapat dengan mudah ditelusuri dimana letak kecurangan atau
manipulasi data yang dilakukan auditor.
Mengadopsi cloud computing dapat didorong oleh penilaian risiko yang dirasakan dan
peluang yang terkait dengan outsourching perangkat lunak. Dalam hal ini, teori TRA
merupakan model niat yang diteliti dengan baik yang menunjukkan bahwa keputusan individu
untuk terlibat dalam perilaku tersebut. Perilaku tersebut adalah adanya dorongan atau niat
untuk mengadopsi cloud computing. Niat ini secara bersama-sama ditentukan oleh sikap
seseorang terhadap perilaku (keyakinan perilaku) dan norma subjektif yang mengatur perilaku
(keyakinan normative seseorang dan motivasi untuk mematuhi keyakinan tersebut) (Ajzen &
Fishbein, 1980).
“ …. Kalau terkait rahasia perusahaan kan disini semua nanti, harus ada uji
kepastian bahwa tidak bisa bocor, kan harus yakin dulu toh, kalau tidak yakin, lebih
baik harddisk yang conventional biasa. “ (AE3, partner)
Keyakinan yang dirasakan juga harus didukung dengan apa yang diberikan cloud computing
terhadap penggunanya. Dengan menyediakan akses selektif kepada pengguna menimbulkan
tingkat keamanan yang tinggi dengan menggunakan kata sandi yang kuat.
Cloud computing merupakan sebuah teknologi baru yang mulai masuk ke dalam
teknologi yang digunakan di KAP, peralihan teknologi ini disebabkan karena teknologi yang
lama sudah tidak mampu memberikan keuntungan maksimal. Jenis cloud computing yang
digunakan adalah public cloud dengan menerapkan prinsip ekonomi bahwa dengan
pengeluaran tertentu mendapatkan hasil yang maksimal. Konteks organisasi terkait dengan
sumber daya dan karakteristik perusahaan. Dalam hal ini, cloud computing sangat cocok untuk
digunakan oleh KAP non-big four karena karakteristik perusahaan yang lebih cenderung
fleksibel dalam penerapan teknologi yang digunakan. Konteks lingkungan, yang mengacu pada
arena di mana perusahaan menjalankan bisnisnya dan itu dapat terkait dengan elemen-elemen
di sekitarnya seperti industri, pesaing, dan keberadaan penyedia layanan teknologi. Pesaing
menjadi salah satu panduan bagaimana kita harus lebih berkembang dan maju. Ketika pesaing
mulai menerapkan sistem berbasis cloud computing maka perusahaan tersebut akan cenderung
untuk mengikutinya mengadopsi cloud computing dengan cara sesuai dengan karakteristik
yang di miliki perusahaan.
Pengurangan biaya TI adalah salah satu manfaat yang disebutkat terkait dengan cloud
computing, yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Gupta et al, 2013; Lee et al, 2013).
“ … Menyimpan data supaya tidak rusak di server room dan supaya nanti cepat
diambil dalam waktu yang lama. Sementara ini kita menyimpang di Gudang,
ataupun di komputer harddisk jadi kemungkinan rusak bisa saja tapi kalau di
server-server lebih lama gitu … “ (AE2, senior audit)
Teori TCT telah menjadi teori yang paling sering diterapkan dalam mengadopsi suatu
teknologi atau sistem (Yigitbasioglu, 2014). TCT menyoroti peran biaya transaksi dan investasi
dalam transaksi pasar. Mengadopsi cloud computing pada KAP tempat auditor eksternal
bekerja menjadi teknologi yang memiliki banyak keuntungan bagi proses audit dengan biaya
transaksi yang lebih terjangkau daripada menggunakan secara tradisional. Biaya penyimpanan
dan biaya pengiriman untuk berkas audit yang sangat rentan dengan kerusakan atau hilang
mengakibatkan pengeluaran yang terlalu besar untuk menjamin keamanan berkas tersebut.
Beberapa auditor yang diwawancarai menunjukkan bahwa KAP tempat auditor bekerja
menggunaan QR code dan aplikasi ATLAS bertujuan sebagai model bagi perusahaan, yang
konsisten dengan teori kelembagaan dan perspektif mode. Wu (2011) menyelidiki peran
pengaruh sosial dan menemukan bahwa pendapat pakar merupakan faktor kunci dalam
menggunakan QR code dan aplikasi ATLAS. Dengan demikian, KAP non- big four mungkin
memandang pemerintah sebagai panutan atau pakar. Wawancara mengungkapkan bahwa
keputusan berbasis otoritas dibuat untuk mengadopsi atau menolak aplikasi ATLAS oleh
beberapa individu dengan kekuatan, status, atau keahlian (Rogers, 2010). Hal ini terlihat dari
jawaban Pak Valiant sebagai salah satu auditor yang diwawancarai mengenai aplikasi ATLAS:
“ Sebenarnya atlas ini di anjurkan bukan di wajibkan sama IAPI. Alangkah baiknya
pakek atlas, tapi jika kita sudah punya sistem internal yang sudah searah sama atlas
ya nggakpapa sebenarnya. Ini aturan dari kementrian keuangannya, asalkan dari
mutu internal KAP itu sudah sejalan, nggak masalah. Kementrian keungan akan
mewajibkan KAP memakai atlas jika SPM internalnya KAP itu jelek, akan
diwajibkan memang P2PK. “ (AE4, partner)
Pendekatan ini kontras dengan pandangan teori kelembagaan, yang berpendapat bahwa
eksekutif memiliki pengaruh kecil karena meraka dikalahkan oleh kekuaran eksternal dan
dibatasi oleh banyak konvensi dan norma (Hambrick, 2007).
PENUTUP
Kesimpulan
Cloud computing adalah paradigma komputasi yang muncul dengan menjanjikan untuk
memberikan layanan komputasi dengan cara yang belum pernah dialami sebelumnya. Cloud
computing, akan menjadi pilihan yang menarik bagi banyak UKM seperti KAP non big-four,
terutama dalam krisis ekonomi global saat ini, karena struktur biaya yang fleksibel dan
skalabilitas. Hal tersebut cocok untuk mereka yang bercita-cita untuk menjadikan yang
terdepan dalam teknologi (dengan biaya yang mereka mampu) untuk mempertahankan dan
menarik klien, pendekatan komputasi ini bisa menjadi jalan ke depan.
Studi ini berkonsentrasi pada manfaat layanan public cloud (dimana layanan disediakan
oleh pihak ketiga yang bertanggung jawab untuk memberikan layanan kepada pengguna/klien
mereka). Penawaran private/hybrid cloud sudah mulai muncul dengan tujuan memberikan
tingkat kontrol kepada klien atas sumber daya mereka. Namun, private/hybrid cloud masih
belum cocok digunakan oleh KAP non big-four yang merupakan usaha kecil menengah karena
tingkatan biaya dan kapaistas penggunaan dan lebih cocok digunakan KAP big-four yang
merupakan perusahaan besar.
Pengguna cloud computing jenis public menyebutkan bahwa kemudahan penggunaan
dan kenyamanan adalah faktor terbesar yang dikutip dari hasil wawancara auditor eksternal
untuk mengadopsi public cloud. Faktor kedua untuk menggunakan dan mengadopsi public
cloud adalah peningkatan keamanan dan privasi. Faktor ketiga untuk penggunaan dan adopsi
public cloud adalah pengurangan biaya. Ini berarti bahwa KAP non big-four menemukan
public cloud itu mudah digunakan, nyaman, privasi bisnis mereka terlindungi dengan baik dan
yang terakhir adalah public cloud membantu KAP non-big four untuk menurunkan biaya
mereka dengan cara yang signifikan.
Cloud adalah pilihan yang sangat baik untuk UKM seperti KAP non big-four dengan
memiliki skalabilitas layanan dan pengiriman konten yang lebih cepat. Cloud computing jenis
public jelas merupakan teknologi masa depan. Semakin cepat kita beradaptasi dan menerima
ini semakin baik posisi kita dari segi tenaga kerja yang terlatih dan bebas gangguan,
Skalabilitas dan keandalan, serta akses murah dan mudah melalui OS apa pun (sistem operasi),
mesin apa pun, benua apa pun ketika kita di beberapa negara.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pertama terkait dengan informan yang diwawancarai, yang bukan
menggunakan cloud computing jenis private/hybrid dalam kantor akuntan publik mereka.
Meskipun persepsi auditor eksternal memberikan wawasan yang berharga, pernyataan yang
disampaikan merupakan pandangan pribadi mereka. Keterbatasan ini membuka peluang untuk
penelitian di masa depan, yaitu studi yang mendapat manfaat dari mewawancarai para pembuat
keputusan dan pengguna cloud computing jenis private/hybrid didalam kantor akuntan publik
mereka. Keterbatasan lain dari penelitian ini berkaitan dengan persepsi yang diwawancarai
tentang komputasi awan dengan menggambarkan keterlibatan mereka dengan perusahaan
klien, yang pasti menyebabkan beberapa generalisasi. Meskipun pendekatan serupa ada dalam
literature (Cohen et al., 2010), data yang dikumpulkan langsung dari informan telah
menawarkan wawasan tambahan. Selain itu, sampel tidak termasuk perusahaan kantor akuntan
publik big-four. Situasi mereka mungkin sangat berbeda dari perusahaan kantor akuntan publik
yang lebih kecil, karena layanan cloud computing private/hybrid tampak lebih cocok untuk
perusahaan besar yang memiliki skala ekonomi yang baik (Yigitbasioglu, 2015). oleh karena
itu, studi di masa depan mungkin ingin fokus pada perusahaan kantor akuntan publik big-four
untuk melihat apakah temuan tersebut dapat dibandingkan. Dalam hal metode yang dapat
dilakukan di masa depan, studi kualitatif dan kuantitatif akan diterima. Pendekatan ini akan
membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak segera terlihat. Akhirnya, lebih
banyak penelitian diterima yang berfokus paada adopsi teknologi dan digunakan oleh
perusahaan kantor akuntan publik. Secara keseluruhan, temuan dari penelitian ini
mengkonfirmasi beberapa spekulasi yang disajikan dalam literatur tetapi juga memberikan
wawasan tambahan dari persepsi auditor eksternal.
Implikasi Penelitian
Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan pandangan teoritis
mengenai cloud computing. Temuan persepsi auditor eksternal terhadap cloud computing
dalam proses audit mencerminkan realitas di lapangan yang muncul dari kesadaran individu
sebagai auditor eksternal yang memahami dengan baik cloud computing. Hal ini akan
berimplikasi bahwa cloud computing dapat memberikan kegunaan yang sangat banyak namun
tidak dapat terlepas dan kekurangan yang dimiliki. Kemudian implikasi dari penelitian ini juga
untuk memberikan tinjauan bagi KAP non-big four dalam keinginan untuk mengadopsi atau
tidak mengadopsi cloud computing di masa depan. Selain itu, hal ini juga akan menjadi suatu
kajian bagi pembuat kebijakan untuk memberikan perhatian khusus kepada kantor akuntan
public yang mengadopsi cloud computing. Hasil penelitian ini juga berimplikasi untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Apabila ingin menggunakan topik penelitian sejenis,
peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempersiapkan dengan sangat baik mengenai waktu
yang diperlukan dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengintegrasikan temuan persepsi
pengguna cloud computing lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980). Understanding attitudes and predicting social behaviour.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Alchian, A. A., & Demsetz, H. (1972). Production, information costs, and economic
organization. The American Economic Review, 777-795.
Aron, R., Clemons, E. K., & Reddi, S. (2005). Just right outsourcing: Understanding and
managing risk. Journal of Management Information Systems, 22(2), 37-55.
Benlian, A., & Hess, T. (2011). Opportunities and risks of software-as-a-service: Findings from
a survey of IT executives. Decision Support Systems, 52(1), 232-246.
Clemons, E. K., & Hitt, L. M. (2004). Poaching and the misappropriation of information:
Transaction risks of information exchange. Journal of Management Information
Systems, 21(2), 87-107.
Cohen, J., Krishnamoorthy, G., & Wright, A. (2010). Corporate Governance in the Post‐
Sarbanes‐Oxley Era: Auditors’ Experiences. Contemporary Accounting Research,
27(3): 751-786.
Davis, F. D., Bagozzi, R. P., & Warshaw, P. R. (1989). User acceptance of computer
technology: a comparison of two theoretical models. Management science, 35(8), 982-
1003.
Devaki, S. (2011). File storage trends in cloud computing era. Siliconindia, 14(8), 34-35.
DiMaggio, P. J., and Powell, W. W. (1983). The iron cage revisited: Institutional isomorphism
and collective rationality in organizational fields. American sociological review,
48(April), 147-160.
Effendi, M.R. (2016). Penerapan Teknologi Cloud Computing Di Universitas (Studi Kasus:
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bayangkara Jakarta). Jurnal Teknologi
Informasi, 12(1), 7-14.
Fikri, Abdillah, L.A., & Apriyani, E. (2015). Perancangan teknologi cloud untuk penjualan
online kain songket palembang. Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 387-
392.
Gupta, P., Seetharaman, A., & Raj, J. R. (2013). The usage and adoption of cloud computing
by small and medium businesses. International Journal of Information Management,
33(5), 861- 874.
Hambrick, D.C. (2007). Upper echelons theory: an update. Academy of Management Review,
32(2), 334-343.
Jain, V. (2011). How the cloud resonates eith business today. Siliconindia, 14(10), 22-23.
Krell, E. (2011). The state of small business. Baylor Business Review, 30(1), 4-9.
Lee, S.-G., Chae, S. H., & Cho, K. M. (2013). Drivers and inhibitors of SaaS adoption in Korea.
International Journal of Information Management, 33(3), 429-440.
Marston, S., Li, Z., Bandyopadhyay, S., Zhang, J., & Ghalsasi, A. (2011). Cloud computing:
The business perspective. Decision Support Systems, 51(1), 176-189.
Rumetna, M. S. (2018). Pemanfaatan cloud computing pada dunia bisnis: studi literature.
Jurnal teknologi informasi dan ilmu komputer vol. 5 no. 3. 305-314
Sugiarto, E. (2017). Menyusun proposal penelitian kualitatif: Skripsi dan tesis: Suaka media.
Diandra kreatif.
Sultan, N. A. (2011). Reaching for the “cloud”: How SMEs can manage. International Journal
of Information Management, 31(3), 272-278.
Swan, M. (2013). The Quantified Self: Fundamental disruption in big data science and
biological discovery. Journal Mary Ann Liebert, 1(2).
Venkatesh, V., & Bala, H. (2008). Technology acceptance model 3 and a research agenda on
interventions. Decision sciences, 39(2), 273-315.
Wernerfelt, B. (1984). A resource‐based view of the firm. Strategic Management Journal, 5(2),
171-180.
Willcocks, L. P., Lacity, M. C., & Kern, T. (1999). Risk mitigation in IT outsourcing strategy
revisited: longitudinal case research at LISA. The Journal of Strategic Information
Systems, 8(3), 285-314.
Wright, P. M., & McMahan, G. C. (1992). Theoretical perspectives for strategic human
resource management. Journal of management, 18(2), 295-320.
Wu, W.-W. (2011). Mining significant factors affecting the adoption of SaaS using the rough
set approach. Journal of Systems and Software, 84(3), 435-441.
Yaumi, M., & Damopolii, M. (2014). Action Research: Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.