0% found this document useful (0 votes)
82 views19 pages

Computing Di Indonesia: Studi Pada Kap Non-Big Four Di Jawa: Zaki@ub - Ac.id

This document summarizes a research paper on external auditors' perceptions of using cloud computing in non-big four accounting firms in East Java, Indonesia. The research found that factors like ease of use, system reliability, information sharing, and data security were important considerations for adopting cloud computing, according to theories like TAM, TOE, RBV, and institutional theories. Interviews with external auditors at non-big four accounting firms revealed acceptance of cloud computing but also concerns about institutional motives and potential risks. As non-big four firms often serve small and medium enterprises, public cloud computing was seen as providing better access for users.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
82 views19 pages

Computing Di Indonesia: Studi Pada Kap Non-Big Four Di Jawa: Zaki@ub - Ac.id

This document summarizes a research paper on external auditors' perceptions of using cloud computing in non-big four accounting firms in East Java, Indonesia. The research found that factors like ease of use, system reliability, information sharing, and data security were important considerations for adopting cloud computing, according to theories like TAM, TOE, RBV, and institutional theories. Interviews with external auditors at non-big four accounting firms revealed acceptance of cloud computing but also concerns about institutional motives and potential risks. As non-big four firms often serve small and medium enterprises, public cloud computing was seen as providing better access for users.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 19

PERSEPSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP PENGGUNAAN CLOUD

COMPUTING DI INDONESIA: STUDI PADA KAP NON-BIG FOUR DI JAWA


TIMUR

Rhisma Candra Kartika


Dr. Zaki Baridwan, Ak., CA., CPA., CLI., CTA
Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang
Email: rhisma25@gmail.com atau zaki@ub.ac.id

Abstract

This research aims to investigate how the cloud computing service improves working
performance from the external auditor perspective behind the non-big four Public Accountant
Office’s decision to whether employing cloud computing in the audit process. The qualitative
method was utilized in this research along with interpretive paradigm to understand the
perception of the auditor. The data were collected through interviews and documentation. The
interviews were conducted with the external auditors of non-big four Public Accountant Office
in East Java, which convey acceptance, institutional motive and potential risk in the cloud
computing. In addition, the non-big four Public Accountant Office serves as Small and Medium
Enterprises (SME), therefore public cloud computing is considered as the driver with solid
footing between the users. The results of this research indicate that there are important factors
such as adopting cloud computing, accessibility, system reliability, information sharing and
data security, compared with several theories such as TAM, TRA, DOI, TOE, RBV, and
Institutional theories.
Keywords : Cloud Computing, Auditor, Small and Medium Enterprises (SME)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana layanan cloud computing dapat
meningkatkan kinerja dari sudut pandang auditor eksternal tentang alasan KAP non-big four
menggunakan atau tidak menggunakan cloud computing dalam proses audit. Jenis penelitian
ini adalah kualitatif menggunakan paradigma interpretif untuk memahami lebih dalam pada
persepsi auditor. Pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Wawancara
dilakukan dengan auditor eksternal pada KAP non-big four di Jawa Timur tentang penerimaan,
motif kelembagaan, dan risiko yang terdapat dalam cloud computing. KAP non-big four
merupakan salah satu bentuk usaha kecil menengah (UKM) sehingga dirasa cloud computing
jenis public memiliki pijakan kuat di antara penggunanya. Hasil penelitian ini menemukan
faktor-faktor penting mengadopsi cloud computing adalah kemudahan penggunaan, keandalan
sistem yang ditawarkan, berbagi informasi, dan kemanan data. Faktor-faktor tersebut kemudian
disandingkan dengan teori TAM, TRA, Kerangka Kerja DOI, TOE, RBV, dan Teori
Kelembagaan.
Kata kunci: Cloud Computing, Auditor, Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
PEDAHULUAN

Pada era saat ini, teknologi mengalami perkembangan pesat. Teknologi menjadi salah
satu katalisator dalam sejarah peradaban manusia yang merevolusi bagaimana manusia hidup
dan bekerja. Perkembangan teknologi informasi mengawali pengembangan industri bisnis dan
penerapan sistem informasi dalam mendukung proses produksi menjadi lebih otomatis, dengan
tujuan dapat menyesuaikan kebutuhan dan permintaan pasar saat ini.

Bisnis saat ini mulai bersaing secara global untuk dapat memuaskan pelanggan,
sehingga perusahaan membutuhkan akses informasi yang cepat dan akurat. Agar dapat
mengakses informasi secara cepat, perusahaan perlu membangun infrastruktur Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memerlukan modal besar. Saat ini, banyak organisasi
tertarik pada manfaat biaya yang dirasakan dari cloud computing (komputasi awan) dan
kemampuan layanan inovatif yang disediakannya (Marston et al, 2011; Sultan, 2011).

Cloud computing merupakan sebuah mekanisme, dimana sekumpulan sumber daya


TIK saling terhubung dan nyaris tanpa batas, baik itu infrastruktur maupun aplikasi yang
dimiliki dan dikelola sepenuhnya oleh pihak ketiga sehingga memungkinkan pelanggan untuk
menggunakan sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan melalui jaringan berupa jaringan
privat maupun publik (Fikri et al., 2015; Effendi, 2016). Teknologi cloud computing hadir
sebagai upaya untuk memungkinkan akses sumber daya dan aplikasi darimana saja melalui
jaringan Internet.

UKM di Indonesia butuh kemudahan dalam membuat laporan keuangan dalam hal
pencatatan persediaan serta penjualan mereka tanpa harus mengeluarkan banyak biaya dalam
penerapan sebuah aplikasi sistem informasi. Ross dan Blumenstein (2015) percaya bahwa
cloud computing adalah fasilitator serius kewirausahaan UKM dalam menyediakan akses yang
lebih besar ke pasar global, menurunkan biaya peluang dan mendukung kolaboraksi dan
inovasi di dunia yang semakin terhubung.

Cloud computing pada perkembangannya dalam bisnis, mulai mempengaruhi bidang


akuntansi. Dalam penerapannya, selain pengguna, teknologi cloud computing juga berdampak
pada jasa profesional yang berkaitan. Salah satunya adalah auditor. Auditor menjadi terdampak
karena teknologi yang digunakan perusahaan klien akan berpengaruh terhadap proses audit
laporan keuangan (audit eksternal). Cloud computing sangat menarik bagi akuntan dan KAP
karena mereka beroperasi dalam lingkungan bisnis yang insentif pengetahuannya sangat
bergantung pada penggunaan TI.

TELAAH LITERATUR

Cloud Computing
Menurut Swan (2013) sampai saat ini sistem yang berbasis Cloud merupakan jasa untuk
menyimpan, memonitor, mengolah dan kemudahan sharing data yang paling berguna dalam
menangani Big Data. Mihalache (2011) juga berpendapat bahwa cloud computing merupakan
sebuah konsep di dunia TIK yang terdiri dari pendistribusian proses layanan, aplikasi, akses
untuk informasi dan penyimpanan data dapat dilakukan tanpa pengguna harus berada disatu
tempat dan tanpa pengguna harus paham konfigurasi sistem untuk menggunakan layanan ini.

Teori Biaya Transaksi (Transaction Cost Theory/TCT)


Biaya transaksi mengacu pada biaya pencarian, negosiasi, dan kontrak dengan vendor
serta pemantauan perjanjian tingkat layanan (Service Level Agreement/SLA). TCT
menganggap perusahaan, pasar, dan lembaga lainnya sebagai rangkaian pengaturan kontrak
untuk administrasi transaksi ekonomi dengan adanya biaya transaksi. Dua asumsi utama dari
perspektif ini berkaitan dengan sifat agen ekonomi dan perilaku mereka, yaitu rasionalitas
terikat (yang menimbulkan masalah ketidaklengkapan kontrak) dan oportunisme (yang
menimbulkan masalah penahanan untuk pihak yang lebih bergantung pada transaksi).

Variabel kunci dari TCT mengacu pada sifat dan fitur transaksi ekonomi seperti
frekuensi, ketidakpastian dan kekhususan asset. Oleh karena itu, pengadopsi cloud computing
kemungkinan dapat mengurangi tiga jenis risiko kontrak yang terkait dengan (i) kinerja buruk
dan disengaja, (ii) pencurian kekayaan intelektual, (iii) dan opportunistic repricing and vendor
lock-in (Alchian & Demsetz, 1972; Aron et al., 2005; Chen & Bharadwaj, 2009; Clemons &
Hitt, 2004; Clemons & Row, 1992; Willcocks et al., 1999).

Pandangan berbasis Sumber Daya (Resource Based View/RBV)


RBV perusahaan berfokus pada jenis sumber daya yang perlu diakses oleh perusahaan
untuk mencapai keunggulan kompetitif. Ini adalah kemampuan dan sumber daya internal
daripada produk atau layanan yang menghasilkan keunggulan kompetitif (Wernerfelt, 1984).
Sumber daya menambah nilai bagi perusahaan jika mereka langka, tak dapat ditiru, dan tidak
dapat disubstitusikan (Wright & McMahan, 1992).

Teknologi informasi sebagai sumber daya dapat mengarah pada keunggulan kompetitif
jika spesifik perusahaan sulit ditiru pesaing. Ini tidak terjadi dengan cloud computing, karena
layanan dipasarkan kepada masyarakat umum, dengan cara yang tidak biasa (Ryan & Loeffler,
2010). Oleh karena itu, ada pandangan bahwa keunggulan kompetitif organisasi dalam
lingkungan cloud computing akan tergantung pada kemampuannya untuk mengambil
pendekatan holistik dan strategis menuju perencanaan, koordinasi, dan integrasi layanan
berbasis cloud (Garrison et al., 2012; Ross & Blumenstein, 2013).

Teori Difusi Inovasi dan Kerangka Kerjaa TOE


Pengadopsi potensial menilai inovasi sesuai dengan keunggulan relatif, kompatibilitas,
kompleksitas, kemampuan uji coba, dan kemampuan pengamatan (Rogers, 2010). Dengan
menerapkan teori ini, pengadopsi dapat menganggap sumber daya cloud sebagai relatif
menguntungkan jika dibandingkan dengan solusi internal yang ada. Kompatibilitas dalam teori
DOI mengacu pada sejauh mana suatu inovasi konsisten dengan nilai-nilai, pengalaman, dan
kebutuhan pengadopsi potensial.
kerangka kerja TOE serupa dengan difusi model inovasi yang dikembangkan Roger,
kerangka kerja TOE juga mencakup konteks lingkungan, yang lebih baik dalam menjelaskan
adopsi inovasi intra-perusahaan (Oliveira & Martins, 2011). Keunggulan relatif, kompleksitas,
dan kompatibilitas diidentifikasi sebagai faktor teknologi; dukungan manajemen puncak,
ukuran perusahaan, dan kompetensi teknologi merupakan faktor organisasi; dan tekanan
persaingan, massa kritis, dan intensitas informasi merupakan faktor lingkungan.

Theory of Reasoned Actions (TRA) dan Technology Acceptance Model (TAM)


TRA menjelaskan proses pengambilan keputusan individu dalam konteks sumber daya
yang terbatas dan harapan sosial. Meskipun tidak secara khusus dikembangkan untuk bidang
sistem informasi, banyak penelitian sebelumnya telah menggunakan TRA untuk
mengeksplorasi faktor-faktor mendasar yang mendorong adopsi dan penggunaan sistem
informasi. Benlian dan Hess (2011) menggunakan TRA untuk mempelajari niat untuk
mengadopsi perangkat lunak sebagai layanan oleh perusahaan Jerman. Hasil mereka
menunjukkan bahwa risiko keamanan dan risiko yang terkait dengan kinerja, biaya, dan strategi
secara signifikan berkontribusi terhadap risiko yang dirasakan secara keseluruhan dari adopsi
cloud computing, yang konsisten dengan literatur ITO.

TAM dan variannya, yaitu TAM2 dan TAM3, telah diterapkan pada beragam teknologi
dan pengguna, sehingga menyoroti penerapan dan pemanfaatan TI (Venkatesh & Bala, 2008).
Wu (2011) menggunakan TAM dengan Rough Set Theory untuk menambah faktor-faktor yang
mempengaruhi adopsi cloud computing dan menemukan bahwa pendapat ahli, kecepatan, dan
keamanan cadangan adalah tiga faktor kunci yang mempengaruhi adopsi cloud computing.

Teori Kelembagaan (Institutional Theory)

Teori kelembagaan berpendapat bahwa selain masalah efisiensi, organisasi didorong


oleh masalah legitimasi, yang sering mengarah pada perilaku peniruan dan isomorfisme
(kesamaan struktur) kelembagaan (DiMaggio & Powell, 1983). Motif semacam itu bergantung
pada perspektif pilihan efisien, yang didasarkan pada dua asumsi: (i) organisasi dapat secara
bebas dan mandiri memilih teknologi, dan (ii) organisasi relatif yakin tentang tujuan mereka
dan penilaian mereka tentang bagaimana teknologi efisien akan berada dalam mencapai tujuan-
tujuan tersebut (Malmi, 1999; March, 1978).

Dalam hal ini, tipologi yang disediakan oleh Abrahamson (1991) berguna dalam
menjelaskan bagaimana inovasi disebarkan, yaitu, melalui seleksi paksa atau pilihan efisien.
Teori seleksi paksa mengasumsikan bahwa organisasi tidak punya pilihan selain mengadopsi
inovasi karena kekuatan substansial organisasi seperti badan pemerintah (Carroll et al., 1986;
DiMaggio, 1988; Scott, 1987). Situasi ini tidak mungkin terjadi di sektor swasta.
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar peneliti dapat
menggambarkan realita empiris di balik fenomena yang terjadi terkait dengan cloud computing
dalam proses audit perusahaan di KAP non-big four di Indonesia, khususnya Jawa Timur.
Pendekatan kualitatif dikonstruksi dari percakapan dan disajikan dalam bentuk naratif berupa
kata-kata (Yaumi & Damopolii, 2014). Kriteria data kualitatif dalam penelitian adalah data
yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukanlah data yang sekedar
terlihat atau terucap namun harus mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap
tersebut (Sugiarto, 2017:9).

Peneliti mengambil keputusan mengenai strategi penelitian dengan menggunakan


studi kasus. Studi kasus digunakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas akan suatu
masalah dan peneliti mengamati situasi dikehidupan nyata dari berbagai sudut pandang dan
persepsi dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara. Hasil wawancara,
peneliti mencocokkan antara realita empiris dengan teori yang berlaku dengan menggunakan
paradigma interpretif. Dimana paradigma interpretif lebih berfokus pada interpretasi seseorang
dalam mengartikan dan menafsirkan sebuah simbol.

Kombinasi kenyamanan dan pengambilan sampel bola salju digunakan untuk


mengumpulkan data penelitian ini (Neuman, 2005). Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Orang-orang yang
menjadi narasumber diwawancarai dan/atau dirujuk peneliti ke orang lain di organisasi mereka.
Sebelum mengambil data, peneliti bertemu narasumber dengan membuat janji sebelumnya dan
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Wawancara yang dilakukan dengan jenis
pertanyaan informal dan semi terstruktur. Wawancara akan melibatkan peneliti dan
narasumber dengan berdialog, pertanyaan akan disampaikan dengan pola acak dan tidak
berurutan, sehingga proses wawancara akan terus berkembang. Ketika melakukan wawancara
semi terstruktur, peneliti menyusun terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan dijadikan
pedoman yang mengandung point-point dari telaah literatur.

Analisi Data
Analisis data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan secara deduktif yaitu dengan
melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh untuk selanjutnya dikembangkan.
Penelitian ini merujuk pada teknik analisis yang digunakan Miles & Huberman (1992) yang
menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara berkelanjutan
hingga datanya jenuh. Analisis data kualitatif merupakan upaya terus menerus dimana tahapan-
tahapan tersebut hanya merupakan gambaran keberhasilan secara berurutan (Miles &
Huberman, 1992). Adapun aktivitas dalam analisis data yang dimaksud adalah tahap reduksi
data (data reduction), tahap penyajian dan analisis data (data display), dan tahap penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).
Gambar 3.1
Komponen dalam analisis data (interactive model)

PEMBAHASAN

Easy of Use dan Convenience


Setiap pelaku bisnis memiliki cara tersendiri dalam menjalankan suatu usaha. Hal
tersebut dilandasi dengan seberapa besar mereka memahami sistem TI yang secara teoritis
banyak disampaikan oleh para ahli. Dalam perkembangan zaman saat ini yang lebih dikenal
zaman industri 4.0 mulai berkembang dan memiliki pengaruh pada pekerjaan auditor.
Karyawan pada usaha kecil dan menengah yang sering bekerja di luar kantor seperti auditor
eksternal pada KAP non-big four, mereka sangat membutuhkan sesuatu yang memiliki akses
mudah ke data mereka (dapat diakses melalui smartphone). Kebutuhan auditor untuk dapat
meng-akses dimana pun dan kapan pun dapat meningkatkan kinerja yang diberikan, sehingga
auditor sangat membutuhkan solusi berupa layanan cloud computing. Jenis layanan yang
digunakan bukanlah private/hybrid cloud melainkan public cloud yang telah beredar di
masyarakat. Public cloud secara substansial untuk mengelola operasi sehari-hari perusahaan
atau untuk penyimpanan data penting:

“ Iya. Sudah keseharian memang kita sangat perlu itu “ (AE4, partner)

Public cloud merupakan jenis cloud computing yang tersedia secara umum yang
disebarluaskan secara gratis maupun berbayar (Rumetna, 2018). Layanan public cloud dapat
digunakan dengan syarat mengikuti ketentuan yang berlaku yang harus disetujui ketika
membuat akun public cloud. Penggunaan cloud computing yang sering digunakan yaitu e-mail
(gmail maupun yahoo) dan google drive untuk melakukan pengiriman data.

Pandangan auditor mengenai cloud computing untuk yang pertama, yaitu dari segi
kemudahan penggunaan dan kenyamanan yang diberikan. Kemudahan yang ditawarkan oleh
cloud computing adalah pengguna hanya perlu membuat akun dan mengikuti syarat dan
ketentuan yang harus disetujui.
“ Motifnya mengikuti perkembangan, jaman, era-nya ya. Karena enak sudah tidak
perlu harddisk yang dibawa kemana-mana, tetapi bisa mengakses dimana-mana.
Kemudian dari sisi pengarsipan, motifnya pasti supaya lebih banyak spacenya
kalau pakek cloud computing. “ (AE3, partner)

Pengguna memiliki kemudahann akses dengan mengakses melalui perangkat atau


smartphone yang terhubung dengan internet dan membuka webmail untuk mengambil data
yang sudah dikirimkan atau dibagikan. Cloud computing juga dapat meminimalkan
pemeliharaan, jika KAP masih terus menggunakan cara penyimpanan atau pengiriman data
secara tradisional, maka diperlukan dana yang cukup besar untuk penyimpanan data tersebut.
Pandangan tersebut menjadi salah satu titik awal perjalanan bagaimana persepsi auditor
terhadap cloud computing yang sudah digunakan untuk aktivitas sehari-hari dalam proses audit.

Reliability
Setiap perusahaan go-public harus mengeluarkan laporan keuangan yang telah di
audit oleh auditor eksternal untuk mengetahui seberapa valid laporan keuangan yang
diterbitkan ke masyarakat dan menyebabkan bertambahnya jumlah klien di setiap KAP di
Indonesia. Cloud computing memiliki keunggulan yang dibutuhkan auditor saat ini, yaitu
penyimpanan file:

“ … Menyimpan data supaya tidak rusak di server room dan supaya nanti cepat
diambil dalam waktu yang lama. Sementara ini kita menyimpang di Gudang,
ataupun di komputer harddisk jadi kemungkinan rusak bisa saja tapi kalau di
server-server lebih lama gitu. Ya itu harapan kami seperti itu. Untuk sementara
kami berusaha untuk kesana, jadi dalam proses. “ (AE2, senior audit)

Penyimpanan file yang diharapkan yaitu dengan kemudahan data tersebut diambil
yang tersimpan di cloud sehingga tersedia sepanjang waktu jika auditor membutuhkan file
untuk membantu melancarkan proses audit.

“ Manfaatnya untuk data-data yang besar melalui e-mail, untuk sekaligus


menyimpan data juga sebenernya. Katakanlah dimana aja kita gak bawa laptop bisa
ngakses filenya, ke Jakarta gak bawa laptop tinggal ambil itu. “ (AE4, partner)

Dengan jumlah klien yang meningkat akan meningkatkan pula berkas-berkas audit yang
diserahkan kepada auditor. KAP tersebut sangat membutuhkan penyimpanan secara baik dan
aman supaya berkas-berkas tidak mudah rusak atau bahkan hilang ketika masih dalam proses
audit. Karena cloud tersedia sepanjang waktu, itu dapat menjadi solusi bagi KAP untuk
meletakkan atau menyimpan file ke dalam cloud computing. Auditor eksternal yang
diwawancarai juga merujuk pada "keuntungan" dari solusi berbasis cloud computing untuk
email atau pencadangan file, yang dapat membantu mencegah penghapusan data yang tidak
disengaja atau sengaja oleh karyawan.
“ Sebenarnya cloud computing yang seperti google drive, email-email itu
meninggalkan jejak disitu. Ngimelnya kapan, dikirim oleh siapa, yang nerima siapa
itu kan sebenarnya jejak historis, ada kemungkinan juga, misalkan kita
memanfaatkan itu untuk ketika ada masalah. “ (AE4, partner)

Pandangan auditor eksternal dari segi keandalan yang diberikan cloud computing
menimbulkan pandangan baru. Keandalan yang diberikan tersebut dapat membantu auditor
untuk melakukan proses audit yang dilakukan di luar kantor, auditor tidak perlu membawa
berkas-berkas klien ke tempat yang sedang diaudit, auditor dengan mudah dapat mengakses
kembali melalui cloud computing jenis public seperti email yang memiliki kemampuan akses
tidak terbatas oleh waktu. Hal tersebut juga membantu dalam proses investigasi forensik jika
memang ditemukannya kecurangan atau manipulasi data yang dikirimkan atau dibagikan dari
klien ke auditor atau auditor ke rekan kerja. Hal tersebut dapat terjadi karena dengan
tersedianya file sepanjang waktu menyebabkan timbulnya rekam jejak yang terjadi antara
pengirim dan penerima dan tidak dapat dihapus atau dihilangkan sepihak, sehingga file yang
dikirimkan akan disimpan di masing-masing akun pengirim maupun penerima.

Sharing dan Collaboration


Dengan menjamurnya media sosial dan ponsel pintar (perangkat seluler), startup
dan perusahaan kecil telah meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan mereka (Krell, 2011).
Ini memberi para pengembang akses ke infrastruktur penyimpanan data yang sangat skalabel,
andal, cepat, dan murah untuk menjalankan jaringan global situs Web sendiri.

“ Gmail itu semua terekam, dalam bahasa auditor ke partner kan lewat email dan
partner ke auditor juga lewat email. Jadi rekam jejak lalu lintas, revisi itu kan
semua ada di email. Tidak mungkin tidak terekam di email rekam jejak kapan harus
final atau belum final itu dengan menggunakan email. Flashdisk-flashdisk an kan
pertama, virus ya. Kedua, ini file yang kapan, terus di file yang kemarin loh ya,
yang tanggal itu, kan susah kalau udah di tindes-tindes gitu kalau nggak di save as
kan. Tapi kalau lewat gmail, revisi 1 kemudian diganti jadi revisi 2 trus wes balik
ke yang revisi 1 aja, kan ada datanya jadi lihat pengiriman sebelumnya. Itu
fungsinnya untuk penyimpanan data, diperubahan apapun ada rekam jejaknya. “
(AE3, partner)

Penyimpanan file pada cloud memungkinkan berbagai pemangku kepentingan UKM untuk
berbagi informasi dan data (melalui email), penyimpanan dan mengambil informasi satu sama
lain (Devaki, 2011; Jain, 2011). Berbagi dokumen dan mengedit dokumen yang sama oleh
beberapa orang pada saat bersamaan (melalui Google Documents) dan kolaborasi (melalui
Skype, Google chat) menarik bagi pengguna untuk mengadopsi cloud computing (Marston et
al., 2011).

Cloud computing, menurut auditor eksternal adalah sebagai tempat untuk berbagi
informasi dan melakukan kolaborasi menggunakan data yang disimpan secara otomatis ketika
melakukan pengiriman data. Hal tersebut sangat mudah dilakukan karena di era sekarang,
sudah banyak dan hampir semua masyarakat mengetahui jenis public cloud, salah satu
contohnya yaitu email, sehingga berbagi dan mengambil informasi tidak perlu dikirim melalui
kantor pos, hanya dengan menggunakan internet, data sudah dengan cepat dan mudah
dibagikan secara realtime tanpa menghambat aktivitas yang lain.

Security dan Privacy


“ Risiko itu aksesnya tidak terbatas gitu ya, sayangnya, sehingga yang buka email
bisa siapa saja. Jadi kerahasiaan rawan karena aksesnya tidak terbatas. Maksudnya
kan ya kasat mata itu tidak terbatas karena bisa diakses, kalau disimpan dilemari
kan kasat mata jelas terbatas. Meskipun kenyataannya sama-sama bisa di jebol, tapi
lebih kasat mata tidak terbatas. Praktiknya itu memang harus di lindungi rahasia
perusahaan. “ (AE3, partner)

Penggunaan cloud computing memang tidak bisa lepas dari risiko yang akan dihadapi
namun cloud sendiri memiliki kebijakan atas risiko-risiko tersebut. Kebijakan tersebut
dilakukan dengan cara otentikasi dan enkripsi. pengguna cloud berpikir bahwa cloud
computing masih dapat memberikan keamanan yang lebih baik dan keandalan yang lebih besar
daripada yang disediakan di rumah. Data di cloud dapat lebih aman daripada yang disimpan di
tempat karena ketatnya langkah-langkah keamanan dan teknologi canggih yang digunakan oleh
penyedia cloud untuk mengamankan data klien mereka. KAP juga memiliki risiko tidak hanya
file dibobol atau hilang, namun adanya kecurangan file yang dikirim oleh klien seakan-akan
itu nilai atau angka yang di miliki perusahaan klien. Hal ini ditanggapi dengan mudah oleh
auditor eksternal:

“ Jadi selain softcopy, kami tetap minta hardcopynya dalam bentuk report yang
disetujui oleh manajemen. Jadi report itu hanya sebagai supporting saja artinya
hanya membantu supaya pekerjaan dipermudah terus nanti tetap kami field work
ya minta dokumen resminya itu ada stempel, tanda tangan. Jadi nanti akan kami
cocokkan sesuai dengan report akhir sama yang dikirimkan softcopy tadi. Jadi
tidak cukup softcopy itu kami yakini sebagai bukti yang sah. “ (AE1, partner)

Pengguna layanan cloud secara publik, dapat menimbulkan permasalahan hukum,


bagaimana data pribadi pengguna cloud dapat terlindungi dari berbagai macam terlindungi dari
berbagai macam pengungkapan dan pendistribusian oleh penyedia jasa cloud computing
terhadap pihak ketiga. Menurut auditor eksternal yang di wawancarai, sebenarnya faktor
keamanan yang diharapkan saat mengadopsi cloud computing adalah keamanan berupa hukum
tertulis. Hukum yang mengatur bagaimana tindakan atau sanksi yang didapatkan ketika adanya
pencurian data oleh para hacker yang memungkinkan pengguna cloud computing seperti
auditorlah yang akan disalahkan dan dikenai sanksi atas kelalaian. Permasalahan hukum ini
menjadi penting karena jika data pribadi seseorang disalahgunakan oleh pihak penyedia data
atau pihak ketiga, maka hal ini bertentangan dengan hak dasar manusia yaitu perlindungan
terhadap privasi dan data pribadi seseorang yang telah dilindungi oleh instrumen internasional,
regional dan nasional. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah
pengguna teknologi dan sistem komunikasi modern yang sangat besar. Namun hingga kini
Indonesia belum memiliki hukum yang secara spesifik mengatur mengenai perlindungan
privasi dan data.

QR code Pelaporan Opini


Di zaman industri 4.0, data informasi sudah mulai tersebar luas dan banyak orang-
orang tidak bertanggung jawab yang memiliki kemampuan IT yang sangat bagus menggunakan
kemampuan tersebut untuk mencuri data dan memanipulasi data tersebut. Laporan Auditor
telah terjadi pemalsuan dan hal tersebut segera di tanggapi oleh IAPI.

“ Sudah. Jadi ini sudah berlaku, jadi untuk barcode itu kan tujuannya hanya sebagai
pengaman saja. Karena selama ini kan banyak laporan KAP yang dipalsukan,
tandatangan kan bisa di scan dan segala macem. Itu sudah, tapi untuk datanya, ya
artinya data tersentralnya tetep masih di google drive, jadi webside aja disini masih
belum ada. “ (AE1, partner)

Dalam rangka meningkatkan kualitas profesi Akuntan Publik dan meningkatkan


kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, maka perlu ada upaya yang konkrit
untuk menjaga kualitas laporan auditor dan mencegah dari pemalsuan. IAPI telah menerbitkan
surat edaran nomor 1 SE -IAPI / 2019 tentang pengendalian laporan auditor yang
ditandatangani oleh akuntan publik, dengan demikian IAPI menghimbau agar KAP dapat
menggunakan sistem QR code tersebut. Untuk dapat menggunakan QR code sebagai salah satu
alat untuk pengendalian laporan auditor yang diterbitkan oleh KAP, terlebih dahulu harus
memiliki website atau google drive yang akan digunakan untuk memfasilitasi penggunaan QR
code. Dengan adanya QR code dapat meminimalisir adanya kecurangan yang digunakan untuk
kepentingan perusahaan atau kepentingan pihak lain.

ATLAS (Audit Tool and Linked Archives) alat bantu proses audit
Akuntan publik yang merupakan auditor eksternal dituntut untuk senantiasa
mengikuti perkembangan bisnis dan perkembangan standar yang ada. Salah satu konsekuensi
penerapan standar audit berbasis Internasional Standart of Auditing (ISA) adalah akuntan
publik harus memahami standar internasional dan mengimplementasikan ke praktik lapangan.
Hal tersebut menuntut adanya suatu alat atau tools yang dapat membantu akuntan publik dalam
memahami dan menerapkan standar auditing dalam pemberian jasa profesionalnya.

Dilatarbelakangi oleh masih banyaknya kelemahan terkait pemahaman atas


pelaksanaan audit berbasis risiko serta perlunya sarana audit yang efektif sesuai dengan standar
audit , PPPK (Pusat Pembinaan Profesi keuangan) Kementrian Keuangan selaku pengawas
dan pembina profesi akuntan publik bekerja sama dengan IAPI telah membuat aplikasi beserta
panduan untuk pelaksanaan audit umum. Aplikasi tersebut bernama “ATLAS” singkatan dari
Auditing Tools and Linked Archive System.

“ Atlas. Atlas itu baru akan diterapkan, artinya kita masih bertahap, masih masa
transisi. Ada yang sudah ber atlas ada yang belum. Tapi target kita 100% ber-atlas.
Atlas itu masih beberapa versi perbaikan …“ (AE3, partner)
Baru-baru ini, PPPK Kementerian Keuangan Republik Indonesia telah membuat
aturan baru bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia untuk melampirkan Laporan
Keuangan Klien KAP ke dalam sistem aplikasi laporan tahunan Kantor Akuntan Publik yang
dibuat oleh PPPK. Aplikasi ATLAS dikembangkan pada tahun 2017 dengan tahap pertama
untuk perkembangan tahap perencanaan audit dan pada tahun 2018 aplikasi ATLAS telah
selesai sampai tahap pelaporan, sehingga seluruh tahap audit telah terintegrasi (buku pedoman
atlas, 2019). Upaya dengan menggunakan aplikasi ATLAS merupakan salah satu bentuk
inisiasi untuk meningkatkan kualitas audit dan diharapkan pula dapat menambah sarana dan
pengetahuan bagi para praktisi di bidang audit maupun non praktisi agar lebih memudahkan
pemahaman atas audit berbasis risiko yang berdasar pada standar internasional yang telah
diadopsi. Hal ini juga sependapat dengan Pak Nyamarinto yang menyampaikan kelebihan dan
kekurangan dari aplikasi ATLAS:

“ plus minusnya. Plus nya itu mungkin lebih fleksibel, mengiritkan biaya, juga
tempatnya karena berupa data aja dan untuk minusnya mungkin terkendala
pembelian. Kita harus menyediakan perangkat minimal memiliki windows berapa
gitu … Kalau yang lama itu gak mampu karena kurang menampung memorinya.”
(AE2, senior audit).

Dengan adanya aplikasi ATLAS dapat memberikan kemudahan kepada auditor dalam
merapikan kertas kerja dan meminimalisir kecurangan yang mungkin akan dilakukan oleh staf
auditor atau kepala auditor yang mengaudit. Ketika auditor memasukkan data pada sheet
pertama, maka secara otomatis data tersebut akan nge-link ke sheet berikutnya yang terkait
dengan data tersebut. Aplikasi ATLAS juga memberikan kemudahan dengan memberikan
saran opini yang dihasilkan ketika semua data telah di input kedalam ATLAS. Hal ini dapat
juga meminimalisir kecurangan ketika data dimasukkan dan menghasilkan saran opini WDP
(Wajar Dengan Pengecualian), namun saat dikeluarkan laporan audit berbunyi opini WTP
(Wajar Tanpa Pengecualian) dapat dengan mudah ditelusuri dimana letak kecurangan atau
manipulasi data yang dilakukan auditor.

Refleksi: Penyandingan dengan Teori


Berdasarkan uraian pada bab ini, saya ingin menyandingkan hasil wawancara
bagaimana pandangan auditor terhadap penggunaan cloud computing dalam proses audit
dengan teori yang ada.

Penggunaan cloud computing berdasarkan kemudahan untuk mengakses merupakan


faktor pertama ketika auditor menyampaikan persepsinya mengenai cloud computing. Hal ini
didasarkan oleh tempat kerja auditor yang tidak selalu berada didalam kantor, melainkan di
lapangan perusahaan klien yang sedang diaudit. Menurut teori TAM, persepsi kemudahan
penggunaan dan kegunaannya adalah prediktor yang baik dari penggunaan teknologi (Davis et
al, 1989). Teori TAM digambarkan melalui persepsi manfaat dan kemudahan pengguna dengan
tiga faktor kunci, yaitu pendapat ahli, kecepatan, dan keamanan cadangan. Cloud computing
dapat dengan mudah diadopsi oleh KAP tempat auditor eksternal bekerja karena hampir semua
persepsi yang ada dalam teori TAM berkaitan dengan alasan mengapa cloud computing di
adopsi oleh pengambil keputusan sistem di KAP tersebut.

Mengadopsi cloud computing dapat didorong oleh penilaian risiko yang dirasakan dan
peluang yang terkait dengan outsourching perangkat lunak. Dalam hal ini, teori TRA
merupakan model niat yang diteliti dengan baik yang menunjukkan bahwa keputusan individu
untuk terlibat dalam perilaku tersebut. Perilaku tersebut adalah adanya dorongan atau niat
untuk mengadopsi cloud computing. Niat ini secara bersama-sama ditentukan oleh sikap
seseorang terhadap perilaku (keyakinan perilaku) dan norma subjektif yang mengatur perilaku
(keyakinan normative seseorang dan motivasi untuk mematuhi keyakinan tersebut) (Ajzen &
Fishbein, 1980).

“ …. Kalau terkait rahasia perusahaan kan disini semua nanti, harus ada uji
kepastian bahwa tidak bisa bocor, kan harus yakin dulu toh, kalau tidak yakin, lebih
baik harddisk yang conventional biasa. “ (AE3, partner)

Keyakinan yang dirasakan juga harus didukung dengan apa yang diberikan cloud computing
terhadap penggunanya. Dengan menyediakan akses selektif kepada pengguna menimbulkan
tingkat keamanan yang tinggi dengan menggunakan kata sandi yang kuat.

Keandalan yang ditawarkan cloud computing menjadi faktor selanjutnya mengapa


perlu mengadopsi cloud computing. Auditor eksternal yang diwawancarai menekankan
fleksibilitas cloud computing dalam hal memungkinkan organisasi untuk lebih beradaptasi
dengan perubahan teknologi, yang dapat membantu menyelaraskan TI dengan strategi
perusahaan. Temuan ini dikonfirmasi dan diperluas pada Benlian dan Hess (2011), yang
menyarankan bahwa cloud computing akan mengarah pada fleksibilitas strategis dalam hal
yang lebih cepat. perusahaan KAP yang menggunakan pengolahan data dan pengiriman data
secara tradisional akan beralih menggunakan cloud computing dengan mengandalkan
keandalan cloud computing. Sesuai dengan teori DOI, Inovasi tersebut dianggap lebih baik dari
ide-ide yang diterima sebelumnya. Seseorang dapat mengukur keuntungan relatif di banyak
sisi, seperti ekonomi, sosial, dan kenyamanan atau kepuasan (Roger, 2010). Teori tingkat
organisasi adalah kerangka kerja TOE. Teori TOE mewakili satu segmen dari proses inovasi,
yaitu bagaimana konteks perusahaan mempengaruhi adopsi dan implementasi inovasi (Baker,
2011).

Cloud computing merupakan sebuah teknologi baru yang mulai masuk ke dalam
teknologi yang digunakan di KAP, peralihan teknologi ini disebabkan karena teknologi yang
lama sudah tidak mampu memberikan keuntungan maksimal. Jenis cloud computing yang
digunakan adalah public cloud dengan menerapkan prinsip ekonomi bahwa dengan
pengeluaran tertentu mendapatkan hasil yang maksimal. Konteks organisasi terkait dengan
sumber daya dan karakteristik perusahaan. Dalam hal ini, cloud computing sangat cocok untuk
digunakan oleh KAP non-big four karena karakteristik perusahaan yang lebih cenderung
fleksibel dalam penerapan teknologi yang digunakan. Konteks lingkungan, yang mengacu pada
arena di mana perusahaan menjalankan bisnisnya dan itu dapat terkait dengan elemen-elemen
di sekitarnya seperti industri, pesaing, dan keberadaan penyedia layanan teknologi. Pesaing
menjadi salah satu panduan bagaimana kita harus lebih berkembang dan maju. Ketika pesaing
mulai menerapkan sistem berbasis cloud computing maka perusahaan tersebut akan cenderung
untuk mengikutinya mengadopsi cloud computing dengan cara sesuai dengan karakteristik
yang di miliki perusahaan.

Pengurangan biaya TI adalah salah satu manfaat yang disebutkat terkait dengan cloud
computing, yang konsisten dengan penelitian sebelumnya (Gupta et al, 2013; Lee et al, 2013).

“ … Menyimpan data supaya tidak rusak di server room dan supaya nanti cepat
diambil dalam waktu yang lama. Sementara ini kita menyimpang di Gudang,
ataupun di komputer harddisk jadi kemungkinan rusak bisa saja tapi kalau di
server-server lebih lama gitu … “ (AE2, senior audit)

Teori TCT telah menjadi teori yang paling sering diterapkan dalam mengadopsi suatu
teknologi atau sistem (Yigitbasioglu, 2014). TCT menyoroti peran biaya transaksi dan investasi
dalam transaksi pasar. Mengadopsi cloud computing pada KAP tempat auditor eksternal
bekerja menjadi teknologi yang memiliki banyak keuntungan bagi proses audit dengan biaya
transaksi yang lebih terjangkau daripada menggunakan secara tradisional. Biaya penyimpanan
dan biaya pengiriman untuk berkas audit yang sangat rentan dengan kerusakan atau hilang
mengakibatkan pengeluaran yang terlalu besar untuk menjamin keamanan berkas tersebut.

Kemampuan cloud computing dalam berbagi dan mengambil informasi sangat


membantu pekerjaan auditor eksternal karena proses yang sangat mudah dan realtime sehingga
tidak mengganggu aktivitas yang lain. Hal ini dapat menjadi keunggulan kompetitif yang
dimiliki perusahaan KAP karena pekerjaan yang cepat selesai atau tepat waktu. Menurut Teori
RBV, sumber daya yang digunakan akan memiliki nilai tambah tersendiri ketika teknologi
yang digunakan langkah, tidak dapat ditiru, dan tidak dapat disubstitusikan. Hal ini berbeda
dengan cloud computing dengan jenis public cloud yang digunakan auditor eksternal karena
layanan ini dipasarkan kepada masyarakat umum, dengan cara yang berbeda. Organisasi yang
mengadopsi layanan cloud computing lebih cenderung mendapatkan manfaat untuk
pengembangan internal bukan untuk pengembangan pesaing-pesaing agar memiliki
keunggulan di bidang teknologi. KAP tempat auditor bekerja melakukan pengembangan
internal untuk membantu dan meningkatkan kualitas auditor dengan pemikiran sistem-bisnis
dan pembangunan hubungan menggunakan jaringan cloud agar memiliki daya saing dari segi
kualitas dan kemampuan yang dimiliki auditor.

Beberapa auditor yang diwawancarai menunjukkan bahwa KAP tempat auditor bekerja
menggunaan QR code dan aplikasi ATLAS bertujuan sebagai model bagi perusahaan, yang
konsisten dengan teori kelembagaan dan perspektif mode. Wu (2011) menyelidiki peran
pengaruh sosial dan menemukan bahwa pendapat pakar merupakan faktor kunci dalam
menggunakan QR code dan aplikasi ATLAS. Dengan demikian, KAP non- big four mungkin
memandang pemerintah sebagai panutan atau pakar. Wawancara mengungkapkan bahwa
keputusan berbasis otoritas dibuat untuk mengadopsi atau menolak aplikasi ATLAS oleh
beberapa individu dengan kekuatan, status, atau keahlian (Rogers, 2010). Hal ini terlihat dari
jawaban Pak Valiant sebagai salah satu auditor yang diwawancarai mengenai aplikasi ATLAS:

“ Sebenarnya atlas ini di anjurkan bukan di wajibkan sama IAPI. Alangkah baiknya
pakek atlas, tapi jika kita sudah punya sistem internal yang sudah searah sama atlas
ya nggakpapa sebenarnya. Ini aturan dari kementrian keuangannya, asalkan dari
mutu internal KAP itu sudah sejalan, nggak masalah. Kementrian keungan akan
mewajibkan KAP memakai atlas jika SPM internalnya KAP itu jelek, akan
diwajibkan memang P2PK. “ (AE4, partner)

Pendekatan ini kontras dengan pandangan teori kelembagaan, yang berpendapat bahwa
eksekutif memiliki pengaruh kecil karena meraka dikalahkan oleh kekuaran eksternal dan
dibatasi oleh banyak konvensi dan norma (Hambrick, 2007).

Secara keseluruhan, wawancara memberikan banyak faktor yang mempengaruhi


keputusan untuk mengadopsi cloud computing pada organisasi seperti yang dirasakan oleh
auditor eksternal. Bukti membawa ke depan peran faktor-faktor politik, ekonomi, dan teknologi
dalam adopsi cloud computing seperti yang ditunjukkan oleh penerapan berbagai teori seperti
TAM, TRA, teori kelembagaan, RBV, TCT, Kerangka Kerja DOI dan TOE. Wawancara
menyoroti pertumbuhan cepat cloud computing, meskipun perusahaan KAP kecil dan
menengah mengadopsi public cloud. Ini karena keinginan mereka untuk meminimalkan risiko
keamanan dan memberikan manfaat finansial serta kelincahan bagi KAP, keputusan akhir
untuk diadopsi akan berada di tangan manajemen puncak dan sistem kepercayaan lembaga
mereka.

PENUTUP

Kesimpulan
Cloud computing adalah paradigma komputasi yang muncul dengan menjanjikan untuk
memberikan layanan komputasi dengan cara yang belum pernah dialami sebelumnya. Cloud
computing, akan menjadi pilihan yang menarik bagi banyak UKM seperti KAP non big-four,
terutama dalam krisis ekonomi global saat ini, karena struktur biaya yang fleksibel dan
skalabilitas. Hal tersebut cocok untuk mereka yang bercita-cita untuk menjadikan yang
terdepan dalam teknologi (dengan biaya yang mereka mampu) untuk mempertahankan dan
menarik klien, pendekatan komputasi ini bisa menjadi jalan ke depan.

Studi ini berkonsentrasi pada manfaat layanan public cloud (dimana layanan disediakan
oleh pihak ketiga yang bertanggung jawab untuk memberikan layanan kepada pengguna/klien
mereka). Penawaran private/hybrid cloud sudah mulai muncul dengan tujuan memberikan
tingkat kontrol kepada klien atas sumber daya mereka. Namun, private/hybrid cloud masih
belum cocok digunakan oleh KAP non big-four yang merupakan usaha kecil menengah karena
tingkatan biaya dan kapaistas penggunaan dan lebih cocok digunakan KAP big-four yang
merupakan perusahaan besar.
Pengguna cloud computing jenis public menyebutkan bahwa kemudahan penggunaan
dan kenyamanan adalah faktor terbesar yang dikutip dari hasil wawancara auditor eksternal
untuk mengadopsi public cloud. Faktor kedua untuk menggunakan dan mengadopsi public
cloud adalah peningkatan keamanan dan privasi. Faktor ketiga untuk penggunaan dan adopsi
public cloud adalah pengurangan biaya. Ini berarti bahwa KAP non big-four menemukan
public cloud itu mudah digunakan, nyaman, privasi bisnis mereka terlindungi dengan baik dan
yang terakhir adalah public cloud membantu KAP non-big four untuk menurunkan biaya
mereka dengan cara yang signifikan.

Berlawanan dengan kepercayaan umum tentang cloud computing bahwa keamanan


memiliki pengaruh negative terhadap pengadopsian public cloud, keamanan dan privasi tidak
menjadi perhatian utama bagi informan yang diwawancarai. Auditor eksternal yang
diwawancarai menunjukkan bahwa keamanan cloud seringkali lebih baik daripada disimpan
di rumah atau di gudang kantor karena banyaknya prosedur-prosedur keamanan yang akan
digunakan dan teknologi canggih yang perlu disediakan untuk mengamankan data-data klien.

Cloud adalah pilihan yang sangat baik untuk UKM seperti KAP non big-four dengan
memiliki skalabilitas layanan dan pengiriman konten yang lebih cepat. Cloud computing jenis
public jelas merupakan teknologi masa depan. Semakin cepat kita beradaptasi dan menerima
ini semakin baik posisi kita dari segi tenaga kerja yang terlatih dan bebas gangguan,
Skalabilitas dan keandalan, serta akses murah dan mudah melalui OS apa pun (sistem operasi),
mesin apa pun, benua apa pun ketika kita di beberapa negara.

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pertama terkait dengan informan yang diwawancarai, yang bukan
menggunakan cloud computing jenis private/hybrid dalam kantor akuntan publik mereka.
Meskipun persepsi auditor eksternal memberikan wawasan yang berharga, pernyataan yang
disampaikan merupakan pandangan pribadi mereka. Keterbatasan ini membuka peluang untuk
penelitian di masa depan, yaitu studi yang mendapat manfaat dari mewawancarai para pembuat
keputusan dan pengguna cloud computing jenis private/hybrid didalam kantor akuntan publik
mereka. Keterbatasan lain dari penelitian ini berkaitan dengan persepsi yang diwawancarai
tentang komputasi awan dengan menggambarkan keterlibatan mereka dengan perusahaan
klien, yang pasti menyebabkan beberapa generalisasi. Meskipun pendekatan serupa ada dalam
literature (Cohen et al., 2010), data yang dikumpulkan langsung dari informan telah
menawarkan wawasan tambahan. Selain itu, sampel tidak termasuk perusahaan kantor akuntan
publik big-four. Situasi mereka mungkin sangat berbeda dari perusahaan kantor akuntan publik
yang lebih kecil, karena layanan cloud computing private/hybrid tampak lebih cocok untuk
perusahaan besar yang memiliki skala ekonomi yang baik (Yigitbasioglu, 2015). oleh karena
itu, studi di masa depan mungkin ingin fokus pada perusahaan kantor akuntan publik big-four
untuk melihat apakah temuan tersebut dapat dibandingkan. Dalam hal metode yang dapat
dilakukan di masa depan, studi kualitatif dan kuantitatif akan diterima. Pendekatan ini akan
membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak segera terlihat. Akhirnya, lebih
banyak penelitian diterima yang berfokus paada adopsi teknologi dan digunakan oleh
perusahaan kantor akuntan publik. Secara keseluruhan, temuan dari penelitian ini
mengkonfirmasi beberapa spekulasi yang disajikan dalam literatur tetapi juga memberikan
wawasan tambahan dari persepsi auditor eksternal.

Implikasi Penelitian
Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu dapat memberikan pandangan teoritis
mengenai cloud computing. Temuan persepsi auditor eksternal terhadap cloud computing
dalam proses audit mencerminkan realitas di lapangan yang muncul dari kesadaran individu
sebagai auditor eksternal yang memahami dengan baik cloud computing. Hal ini akan
berimplikasi bahwa cloud computing dapat memberikan kegunaan yang sangat banyak namun
tidak dapat terlepas dan kekurangan yang dimiliki. Kemudian implikasi dari penelitian ini juga
untuk memberikan tinjauan bagi KAP non-big four dalam keinginan untuk mengadopsi atau
tidak mengadopsi cloud computing di masa depan. Selain itu, hal ini juga akan menjadi suatu
kajian bagi pembuat kebijakan untuk memberikan perhatian khusus kepada kantor akuntan
public yang mengadopsi cloud computing. Hasil penelitian ini juga berimplikasi untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Apabila ingin menggunakan topik penelitian sejenis,
peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempersiapkan dengan sangat baik mengenai waktu
yang diperlukan dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengintegrasikan temuan persepsi
pengguna cloud computing lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980). Understanding attitudes and predicting social behaviour.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Alchian, A. A., & Demsetz, H. (1972). Production, information costs, and economic
organization. The American Economic Review, 777-795.

Aron, R., Clemons, E. K., & Reddi, S. (2005). Just right outsourcing: Understanding and
managing risk. Journal of Management Information Systems, 22(2), 37-55.

Baker, J. (2011). The technology-organization-environment framework. Information System


Theory: Explaining and Predicting Our Digital Society, pp. 231-246.

Benlian, A., & Hess, T. (2011). Opportunities and risks of software-as-a-service: Findings from
a survey of IT executives. Decision Support Systems, 52(1), 232-246.

Chen, Y., & Bharadwaj, A. (2009). An empirical analysis of contract structures in IT


outsourcing. Information Systems Research, 20(4), 484-506.

Clemons, E. K., & Hitt, L. M. (2004). Poaching and the misappropriation of information:
Transaction risks of information exchange. Journal of Management Information
Systems, 21(2), 87-107.
Cohen, J., Krishnamoorthy, G., & Wright, A. (2010). Corporate Governance in the Post‐
Sarbanes‐Oxley Era: Auditors’ Experiences. Contemporary Accounting Research,
27(3): 751-786.

Davis, F. D., Bagozzi, R. P., & Warshaw, P. R. (1989). User acceptance of computer
technology: a comparison of two theoretical models. Management science, 35(8), 982-
1003.

Devaki, S. (2011). File storage trends in cloud computing era. Siliconindia, 14(8), 34-35.

DiMaggio, P. J., and Powell, W. W. (1983). The iron cage revisited: Institutional isomorphism
and collective rationality in organizational fields. American sociological review,
48(April), 147-160.

Effendi, M.R. (2016). Penerapan Teknologi Cloud Computing Di Universitas (Studi Kasus:
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bayangkara Jakarta). Jurnal Teknologi
Informasi, 12(1), 7-14.

Fikri, Abdillah, L.A., & Apriyani, E. (2015). Perancangan teknologi cloud untuk penjualan
online kain songket palembang. Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 387-
392.

Gupta, P., Seetharaman, A., & Raj, J. R. (2013). The usage and adoption of cloud computing
by small and medium businesses. International Journal of Information Management,
33(5), 861- 874.

Hambrick, D.C. (2007). Upper echelons theory: an update. Academy of Management Review,
32(2), 334-343.

Jain, V. (2011). How the cloud resonates eith business today. Siliconindia, 14(10), 22-23.

Krell, E. (2011). The state of small business. Baylor Business Review, 30(1), 4-9.

Lee, S.-G., Chae, S. H., & Cho, K. M. (2013). Drivers and inhibitors of SaaS adoption in Korea.
International Journal of Information Management, 33(3), 429-440.

Marston, S., Li, Z., Bandyopadhyay, S., Zhang, J., & Ghalsasi, A. (2011). Cloud computing:
The business perspective. Decision Support Systems, 51(1), 176-189.

Mihalache A. (2011). Cloud Accounting. “Ovidius” University Annals. Economic Sciences


Series. 9(2), 782-7.

Neuman, W. L. (2005). Social research methods: Quantitative and qualitative approaches:


Allyn and Bacon.
Oliveira, T., & Martins, M. F. (2011). Literature Review of Information Technology Adoption
Models at Firm Level. Electronic Journal of Information Systems Evaluation, 14(1).

Rogers, E. M. (2010). Diffusion of innovations: Simon and Schuster.

Ross,P.K & Blumenstein, M. (2015). Cloud computing as a facilitator of SME


entrepreneurship. Technology Analysis & Strategic Management, 27(1), 87–101, DOI:
10.1080/09537325.2014.951621.

Rumetna, M. S. (2018). Pemanfaatan cloud computing pada dunia bisnis: studi literature.
Jurnal teknologi informasi dan ilmu komputer vol. 5 no. 3. 305-314

Sugiarto, E. (2017). Menyusun proposal penelitian kualitatif: Skripsi dan tesis: Suaka media.
Diandra kreatif.

Sultan, N. A. (2011). Reaching for the “cloud”: How SMEs can manage. International Journal
of Information Management, 31(3), 272-278.

Swan, M. (2013). The Quantified Self: Fundamental disruption in big data science and
biological discovery. Journal Mary Ann Liebert, 1(2).

Venkatesh, V., & Bala, H. (2008). Technology acceptance model 3 and a research agenda on
interventions. Decision sciences, 39(2), 273-315.

Wernerfelt, B. (1984). A resource‐based view of the firm. Strategic Management Journal, 5(2),
171-180.

Willcocks, L. P., Lacity, M. C., & Kern, T. (1999). Risk mitigation in IT outsourcing strategy
revisited: longitudinal case research at LISA. The Journal of Strategic Information
Systems, 8(3), 285-314.

Wright, P. M., & McMahan, G. C. (1992). Theoretical perspectives for strategic human
resource management. Journal of management, 18(2), 295-320.

Wu, W.-W. (2011). Mining significant factors affecting the adoption of SaaS using the rough
set approach. Journal of Systems and Software, 84(3), 435-441.

Yaumi, M., & Damopolii, M. (2014). Action Research: Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Yigitbasioglu, O. (2015). External auditors’ perceptions of cloud computing adoption in


Australia. International Journal of Accounting Information Systems, 18(3), 46-62.
Yigitbasioglu, O. (2014). Modelling the Intention to Adopt Cloud Computing Services: A
Transaction Cost Theory Perspective. Australasian Journal of Information Systems,
18(3).

Lampiran: Panduan Pertanyaan Wawancara

1. Apakah perusahaan Anda saat ini menggunakan cloud computing ?


2. Jika tidak, apakah Anda berencana untuk menggunakan layanan cloud computing di masa
depan?
3. Faktor-faktor apa yang berperan dalam memilih dan memutuskan menggunakan atau beralih
cloud computing ?
4. Motif apa yang mendorong perusahaan anda mengadopsi cloud computing?
5. Adakah peran faktor eksternal seperti tindakan pesaing, media dan / atau pernyataan
pemerintah dalam memilih atau memutuskan tidak menggunakan cloud computing ?
6. Apa manfaat dari menggunakan layanan cloud computing yang diperoleh sejauh ini?
7. Sudahkah manfaatnya memenuhi harapan Anda? Jika tidak, mengapa?
8. Apa jenis aplikasi yang dipindahkan ke cloud, data inti (core) atau data tidak inti (non-core) ?
9. Apakah ini akan berubah di masa depan?
10. Kemampuan baru apa yang ditawarkan cloud computing untuk perusahaan atau klien Anda?
11. Apa jenis risiko yang Anda lihat dengan cloud computing?
12. Bagaimana risiko-risiko itu dapat diatasi?
13. Menurut anda, Jenis prosedur tata kelola TI yang harus ada untuk mengatasi risiko?
14. Apakah Anda atau klien Anda memiliki masalah dengan layanan cloud computing ?
15. Bagaimana cloud computing dapat memengaruhi penyelidikan forensic klien anda ?

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy