3658 8773 1 SM
3658 8773 1 SM
Halimatus Sa’diyah
S Anugrahini Irawati
Faidal
Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRACT
The purposes of this study are (1)Employee Retention test whether variables
affect the performance of employees at Kospin Services Branch of East Java.
(2) To determine whether the variable turnover intention influence on the
performance of employees at Kospin Services Branch of East Java. (3) To
determine whether job satisfaction variables affect the performance of
employees at Kospin Services Branch of East Java. (4) To determine
whether a variable Employee Retention effect on job satisfaction in Kospin
Services Branch of East Java.(5) To determine whether the variable
Turnover Intention effect on job satisfaction. (6) To determine whether a
variable Employee Retention mediating influence on employee performance
through job satisfaction in Kospin Services Branch of East Java. (7) To
determine whether the variable Turnover Intention mediating influence on
employee performance through job satisfaction in Kospin Services Branch of
East Java. Respondents in this research used a sample of 140
respondents.The method used in this research is multiple linear regression
analysis and path analysis.Using this method, the results indicate that (1)
Partially Employee Retention Variable has positive and significant effect on
employee performance variables. (2) Partially Turnover Intention variable
has positive and significant effect on employee performance variables. (3)
Partially Job satisfaction variables has positive and significant effect on
employee performance variables. (4) Partially Employee Retention variable
has positive and significant effect on job satisfaction variables. (5) Partially
Turnover Intention variable has positive and significant impact on job
satisfaction variables. (6) Variable Employee Retention can directly affect
the performance of the employee and the indirect effect through job
satisfaction. (7) Turnover Intention variables can directly affect the
performance of the employee and the indirect effect through job satisfaction.
Keywords: Employee Retention, Turnover Intention, job satisfaction, and
Performance
PENDAHULUAN
Unsur utama dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi
dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk pencapaian tujuan berbagai sasaran
organisasi ialah sumber daya manusia. Keberhasialan suatu kegiatan dalam suatu
organisasi ditentukan bagaimana manusia dalam mengelolanya. Pada dasarnya tujuan
34
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
35
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
diberikan reward sama sekali. Tentunya hal ini menyebabkan karyawan merasa hasil kerja
kerasnya tidak diperhitungkan oleh pihak koperasi. Ketika karyawan mendapatkan
kepuasan kerja melalui retensi karyawan yang baik maka akan membuat karyawan tersebut
termotivasi untuk berprestasi dan bersaing secara sehat yang pada akhirnya kinerja
karyawan pun menjadi meningkat.
Tabel 1. Tingkat Turnover Karyawan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Tahun 2015
Bulan Jumlah Jumlah Jumlah
karyawan karyawan yang karyawan
keluar yang masuk
Januari 170 5 -
Febuari 165 - 2
Maret 167 6 -
April 161 5 -
Mei 166 - 6
Juni 142 7 -
Juli 135 - 2
Agustus 137 5 -
September 132 1 -
Oktober 131 - 5
November 136 - -
Desember 140 - 4
Jumlah total 140 29 19
Sumber: Kospin Jasa Tahun 2015
Turnover yang tinggi dalam prakteknya dalam suatu organisasi dapat memberikan
dampak negatif bagi koperasi. Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan
(Turnover Intention) tentunya akan menyulitkan koperasi sebab apabila tingkat keingian
karyawan tersebut tinggi dapat menjadi masalah dalam koperasi, diantaranya membuat
koperasi mengalami frustasi ketika mengetauhi peran rekutmen yang telah berhasil staf
yang berkualitas pada akhirnya ternyata menjadi sia–sia karena staf yang direkrut tersebut
telah memilih pekerjaan di perusahaan lain.
Sebagai gambaran turnover yang ada dalam perusahaan Koperasi Simpan Pinjam
Jasa (Kospin Jasa) yaitu tingkat turnover karyawan dalam satu tahun terakhir. Koperasi
menargetkan dalam satu tahun karyawan yang keluar hanya 5 orang akan tetapi target yang
ingin tersebut belum tercapai, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
Dari tabel 1 diatas menunjukan tingkat turnover pada Koperasi simpan pinjam jasa
(Kospin Jasa) . Pada kurun waktu setahun jumlah karyawan yang keluar mencapai 29
orang. Dari tabel diatas menunjukkan tingkat Turnover teringgi terletak pada bulan januari
36
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
mencapai 7 orang yang keluar ini disebabkan adanya dorongan sosial dari keluarga, dalam
koperasi menerapkan peraturan dimana setiap karyawan harus dimutasi selama 3 tahun
sekali. Hal ini akan menjadi masalah apabila karyawan tersebut dimutasi jauh dari keluarga
mengingat cabang koperasi simpan pinjam jasa (Kospin Jasa) tersebar di seluruh indonesia.
Pada tabel 2 di bawah ini menjelaskan beban kerja tambahan yang diberikan oleh koperasi.
Tabel 2. Target Simpanan dan Tabungan Berdasarkan Posisi Jabatan Per Semester
Posisi Jabatan Jumlah
Marketing 2.000.000.000
CSO 500.000.000
Teller 200.000.000
Kasir keliling 200.000.000
OB,Driver,Satpam 30.000.000
Sumber: Kospin jasa Tahun 2015 – 2016
Setiap karyawan koperasi dihadapkan pada tuntutan koperasi yaitu pada semua
bagian lini jabatan diberikan beban kerja tambahan diluar pekerjaan sesuai jabatannya. Hal
ini membuat karyawan merasa keberatan sebagai contoh bagian kasir keliling yang
tugasnya mengambil dana dari para nasabah masih harus mencari nasabah baru. Beban
kerja tambahan yang memberikan peluang bagi karyawan untuk melihat potensi masa
depan di koperasi atau organisasi lain. Tingkat keinginan karyawan untuk keluar juga
dapat dipengaruhi oleh kepuasan kerja.
Ketidakpuasan karyawan Kospin Jasa cabang Jawa Timur juga terlihat pada
hubungan karyawan yang kurang baik. Permasalahan ini dapat dilihat dari beban kerja
karyawan yang diharuskan mencari nasabah untuk memenuhi target koperasi, sehingga
antara 1 karyawan dengan karyawan lain akan bersaing sengit dalam pencapaian target
tersebut. Permasalahan yang tergambar diatas dapat dipastikan team work antar karyawan
juga kurang teralisasikan dengan baik. Ketidakpuasan kerja dapat menimbulkan efek
negatif terhadap kinerja karyawan.Selanjutnya kepuasan kerja belum tercapai maka akan
menimbulkan penurunan kinerja karyawan, ditandai kinerja karyawan yang cenderung
dalam periode 3 tahun terakhir.
Kinerja merupakan suatu proses melakukan pekerjaan dengan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut. Simamora (2004) menyatakan bahwa kinerja mengacu kepada
kadar pencapaian tugas – tugas yang membentuk seluruh pekerjaan karyawan. Kinerja
merefleksikan seberpa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Salah satu
37
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Tabel 3. Tingkat Pencapaian Jumlah Anggaran Kospin Jasa Tahun 2013 - Tahun
2015
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
pencapaian 12 bulan pencapain 12 bulan pencapaian 12 bulan
Simpan
8800.000.00 8.790.00 8900.000. 8.885.00 9000.000.00 8.890.00
0 0,000 000 0.000 0 0.000
Sumber: Data Kospin Jasa Tahun 2013 – Tahun 2015
Kinerja karyawan merupakan indikator dalam tercapainya pelaksanaan suatu
program kegiatan sesuai sasaran, visi,tujuan serta misi suatu organisasi yang terdapat pada
strategi perencanaan dalam suatu organisasi. Dalam proses pengukuran kinerja karyawan
adalah kemajuan terhadap tugas atau pekerjaan yang sebelumnya ditentukan oleh tujuan
dan sasaran sehingga menghasilkan output yang tepat dan berkualitas.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah:
38
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
TINJAUAN PUSTAKA
Employee Retention
Retensi adalah elemen penting dari pedekatan organisasi untuk manajemen bakat
yang lebih umum, didefinisikan sebagai pelaksanaan strategi terintegrasi atau sistem yang
dirancang untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan mengembangkan proses –
proses untuk menarik, mengembangkan, mempertahankan, dan memanfaatkan orang –
orang dengan keterampilan dan bakat yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bisnis
saat ini dan masa depan (lockwood, 2007). Huber (2012), menekankan bahwa retensi
adalah tindakan memelihara atau mempertahankan. Karthi (2012), berpendapat bahwa
retensi karyawan adalah proses di mana karyawan didorong untuk tetap dengan organisasi
untuk periode maksimum waktu atau sampai selesainya proyek. Retensi karyawan
merupakan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk mempertahankan karyawan
potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap perusahaan (Susilo, 2013).
Menurut Mathis dan Jackson (2006: 126), retensi merupakan upaya untuk
mempertahankan agar tetap berada dalam organisasi guna mencapai tujuan organisasi
tersebut. Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan secara utuh atas perusahaan selama
periode tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang di pengaruhi oleh kegiatan operasional
39
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang di miliki. Salah satu cara
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja perusahaan yaitu dengan menjaga
retensi karyawan agar tetap tinggi. Sedangkan menurut Sumarni (2011), Employee
Retention atau retensi karyawan merupakan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan karyawan potensial yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap
perusahaan.
Ahlrichs (2000) menyampaijan bahwa retensi karyawan mengacu pada kebijakan
perusahaan untuk mencegah karyawan keluar dari perusahaan. Bagi perusahaan
mempertahankan orang-orang yang berkompeten sangat penting karena mempertahankan
karyawan lebih baik daripada mencari karyawan baru. Luthans (2008), mengemukakan
bahwa retensi karyawan adalah proses dimana karyawan didorong untuk tetap bersama
organisasi untuk periode maksimum waktu atau sampai dengan diselesaikannya proyek
dimana retensi karyawan bermanfaat bagi perusahaan serta karyawan.
Dari beberapa pengertian mengenai Employee Retention dapat ditarik kesimpulan,
Employee Retention atau retensi karyawan adalah suatu cara dan upaya perusahaan untuk
mempertahankan sumber daya manusia yang potensial dalam perusahaan tersebut agar
dapat mencapai tujuannya.
Menurut Taconline dalam Yuna (2006), lima strategi yang mampu meningkatkan
retensi karyawan. Strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Strategi lingkungan. Menciptakan dan meningkatkan tempat kerja yang lebih
menarik, tetap memakai dan memelihara orang orang yang bekerja dengan baik
2. Strategi hubungan. Strategi yang memfokuskan kepada bagaimana perusahaan
menyenangkan karyawan mereka dan bagaimana mereka menyenangkan satu
dengan yang lain.
3. Strategi dukungan. Meliputi pemberian pemberiaan peralatan peralatan kepada
karyawan perlengkapan dan informasi untuk melakukan pekerjaan.
4. Strategi pertumbuhan. Menguraikan antara personal dan pertumbuhan professional
5. Strategi kompensasi. Menggambarkan jumlah total kompensasi, jangan hanya
bayaran pokok.
Torrington (2003), mengemukakan ada 5 macam strategi retensi karyawan
40
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
41
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
memiliki komunitas dan keamanan kerja yang tinggi cenderung memiliki angka
retensi karyawan yang lebih tinggi.
2. Peluang karir organisasi. Usaha pengembangan karir organisasi dapat
mempengaruhi tingkat retensi karyawan secara signifikan. Peluang untuk
perkembangan pribadi muncul alasan mengapa individu mengambil pekerjaannya
saat ini dan mengapa mereka bertahan. Faktor – faktor yang mendasarinya adalah
pelatihan karyawan secara kontinu yang dilakukan perusahaan, pengembangan dan
bimbingan karir terhadap karyawan, serta perencanaan karir formal di dalam suatu
organisasi.
3. Penghargaan. Penghargaan nyata yang diterima karyawan berbentuk gaji, insentif
dan tunjangan. Ketiga hal tersebut memang merupakan alasan untuk bertahan atau
keluar dari organisasi, namun bukan merupakan satu-satunya alasan. Karyawan
cenderung bertahan apabila memeperoleh penghargaan yang kompetitif,
penghargaan berdasarkan kinerja, pengakuan terhadap karyawan serta tunjangan
dan bonus spesial.
4. Rancangan tugas dan pekerjaan. Faktor mendasar yang mempengaruhi retensi
karyawan adalah sifat dari tugas dan pekerjaan yang dilakukan. Rancangan tugas
dan pekerjaan yang baik harus memperhatikan unnsur tanggung jawab, fleksibelitas
kerja karyawan, kondisi kerjayang baik (faktor fisik dan non-fisik), dan
keseimbangan kerja/ kehidupan karyawan.
5. Hubungan karyawan. Faktor terakhir yang diketauhi mempengaruhi retensi
karyawan pada hubungan yang dimiliki para karyawan dalam organisasi. Hubungan
karyawan termasuk perlakuan adil/ tidak, diskriminatif bagi karyawan, dukungan
yang berasal dari supervisior/ manajemen, serta hubungan karyawan dengan sesama
rekan kerja.
Faktor dominan yang mempengaruhi Employee Retention menurut peneliti adalah
penghargaan baik secara finansial maupun non finansial dengan ini karyawan diharapkan
merasa diperhatikan dan nyaman sehingga engan meninggalkan koperasi.
Turnover Intention
Intensi merupakan niat atau keinginan yang timbul pada individu untuk melakukan
sesuatu. Sementara turnover adalah berhentinya seseorang karyawan dari tempatnya
42
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
bekerja secara sukarela. Dapat didefinisikan bahwa intensi turnover adalah kecenderungan
atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara sukarela menurut
pilihannya sendiri.Turnover dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit
organisai, pemberhentian atau kematian anggota organisasi. Turnover Intention (intensi
keluar) juga merupakanpergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi.Turnover
Intentionadalah kecenderung atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya
(Zeffane, 1994). Menurut bluedorn Grant et el., (2001) Turnover Intention adalah
kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk
meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaannya.
Sedangkan menurut Homer dan Hollingsworth,(1978) dalam Grant et al., (2001) keinginan
untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah perushaan.
Robbins (1996), menjelaskan bahwa turnover dapat terjadi secara sukarela
(voluntary turnover) maupun secara tidak sukarela (involuntary turnover). Voluntary
turnover atau quit merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara
sukarela yang disebabkan oleh faktor seberapa menarik pekerjaan yang ada saat ini, dan
tersedianya alternatif pekerjaan lain. Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan
menggambarkan keputusan pemberi kerja (employer) untuk menghentikan hubungan kerja
dan bersifat uncontrollable bagi karyawan yang mengalaminya. Menurut mathis dan
jackson (2006: 125), perputaran adalah proses dimana karyawan meninggalkan organisasi
dan harus digantikan. Sedangkan menurut Rivai (2009: 238) turnover merupakan
keinginan karyawan untuk berhenti kerja dari perusahaan secara sukarela atau pindah dari
satu tempat ke tempat kerja yang lain menurut pilihannya sendiri.
Siregar (2006: 214) mengemukakan turnover intention adalah kecenderungan niat
karyawan untuk berhenti bekera dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya
sendiri. Turnover Intention dipengaruhi oleh stres kerja dan lingkungan kerja, yaitu
karakteristik individual dan faktor lingkungan kerja. Faktor individual meliputi umur,
pendidikan, serta status perkawinan sedangkan faktor lingkungan kerja non fisik.
Lingkungan kerja fisik meliputi keadaan suhu, cuaca, kontruksi, bangunan serta lokasi
pekerjaan sedangkan lingkungan kerja non fisik meliputi sosial budaya di lingkungan
kerjanya, besar atau kecilnya beban kerja, kompensasi yang diterima, hubungan kerja se-
profesi, serta kualitas kehidupan kerjanya.
43
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Menurut Mobley (2002: 44), turnover karyawan adalah salah satu fenomena
penting dalam kehidupan organisasi. Namun turnover lebih mudah dilihat dari sudut
pandang negatif saja. Terjadang turnover justru memiliki implikasi – implikasi sebagai
perilaku masnusia yang penting, baik dari sudut pandang individual maupun dari sudut
pandang sosial. Menurut Harnoto (2002), Turnover Intention merupakan kadar atau
intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan
timbulnya Turnover Intention ini diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik.Simamora (2004: 152), menyatakan bahwa turnover adalah
suatu proses dimana karyawan meninggalkan pekerjaan yang lama dan ingin mencari
pekerjaan yang baru dengan alasan tertentu.
Dari semua pengertian menurut pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Turnover Intention merupakan keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaan baik
dengan kemauan sendiri maupun bukan kemauan karyawan sendiri.
Kuncoro (1998: 5) menjelaskan tiga macam model dimensi mengenai Turnover
Intention, model tersebut sebelumnya telah di kembangkan oleh March dan Simon (1958),
Mobley (1977) dan Price (1977) dalam Fachrezy (2014). Ketiganya memprediksi hal yang
sama terhadap keinginan seseorang untuk keluar dari organisasi, yaitu evaluasi mengenai
posisi seseorang saat ini berkenaan dengan ketidakpuasan dapat memicu keinginan
seseorang untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. Niat berpindah diukur dengan 3 item
yang berusaha untuk mendapatkan mengenai informasi dimensi niat berpindah yang
berlainan yaitu:
1. Niat untuk keluar (intention to quit). Mencerminkan individu berniat untuk keluar
adalah dilihat dari perilaku seseorang selama bekerja, biasanya diawali dengan
perilaku absensi dan kemangkiran yang tinggi sebelum seseorang menentukan
sikap untuk keluar dari organisasi.
2. Pencarian pekerjaan (Job search). Mencerminkan individu berkeinginan untuk
mencari lain, pada umumnya diawali dengan mencari tambahan penghasilan dilaur
organisasi.
3. Memikirkan keluar (Thinking of quit). Mencerminkan individu untuk memikirkan
sebelum mengambil sikap keluar, ia akan berfikir dalam rangka keputusannya
tersebut, keluar dari pekerjaannya atau tetap berada di lingkungan pekerjaanya. Hal
44
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
45
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Kepuasan Kerja
Locke (1976) dalam Ali Turkyilmas dkk (2009) mengartikan kepuasan kerja
sebagai pernyataan emosi yang positif sebagai hasil dari pengakuan terhadap pekerjaan
atau pengalaman dalam bekerja. Robbins (2008) mengistilahkan kepuasan kerja sebagai
sikap umum seseorang individu terhadap pekerjaannya, selanjutnya dijelaskan pula bahwa
seseorang dengan kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap
pekerjaan itu, sebaliknya seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan
sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu.
Hariandja (2009: 290) kepuasan kerja merupakan salah satu elemen yang terpenting
dalam organisasi. Hal ini disebabkan kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja
seperti malas, rajin, produktif, dan lain – lain, atau mempunyai hubungan dengan beberapa
jenis perilaku yang sangat penting dalam organisasi. Church (1995) yang menyatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang dimiliki
oleh pegawai. Sementara Mc Nesse Smith (1996) menyatakan bahwa kepuasan kerja
adalah perasaan pekerja atau pegawai terhadap pekerjaannya, hal ini merupakan sikap
umum terhadap pekerjaan yang didasarkan penilaian aspek yang berada dalam pekerjaan.
Handoko (2001) menyebutkan bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka.
Menurut Mathis (2009: 243) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan
kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif dan afektif menyatakan bahwa kepuasan
46
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
kerja adalah keadaan emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman
kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa
baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Kepuasan kerja adalah suatu
yang penting dalam sikap hubungan kerja diantara tenaga pemasaran dengan beberapa
sebab, pertama, kepuasan kerja berhubungan langsung dengan komitmen organisasi
(Brown dan Peterson, 1993). Disamping itu, kepuasan kerja secara langsung (Netemeyer,
Johnston, dan Burton, 1990) atau secara tidak langsung (Brown dan Paterson, 1994)
berhubungan dengan niat untuk pindah bagi tenaga pemasaran. Niat untuk pindah adalah
indikator yang penting dari turnover sesungguhnya diwaktu yang akan datang (Futrell dan
Parasuraman, 1984).
Luthans (2002) menyatakan bahwa kepuasan kerja menyangkut beberapa hal pokok
antara lain:
1. Kepuasan kerja tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat diduga keberadaannya karena
kepuasan kerja menyangkut persoalan emosi atau respon pekerja dari situasi kerja
yang dihadapi.
2. Kepuasan kerja menyangkut kesesuaian hasil kerja yang diperoleh dengan harapan
para pekerja
3. Kepuasan kerja sangat terkait dengan persoalan: pekerjaan itu sendiri, kesempatan
promosi, gaji, supervise, maupun rekan kerja
Menurut Veithzal (2004: 479) kepuasan kerja adalah bagaimana seseorang
merasakan puas dengan pekerjaan dan aspek – aspeknya. Kepuasan kerja merupakan salah
satu faktor penentu atau keberhasilan suatu pekerjaan. Oleh karena itu perusahaan harus
memperhatikan faktor kepuasan kerja, antara lain:
1. Manusia berhak diperlakukan adil dan hormat, pandangan ini menurut perspektif
kemanusiaan. Kepuasan kerja merupakan perluasan refleksi perlakuan yang baik.
Penting juga memperhatikan indikator emosional atau kesehatan psikologis
pegawai.
2. Perspektif kemanusiaan bahwa kepuasan kerja dapat menciptakan perilaku yang
mempengaruhi fungsi – fungsi perusahaan. Perbedaan kerja antar unit organisasi
dapat mendiagnosis potensi persoalan.
Kreitner dan kinicki dalam wibowo (2011: 504) terdapat lima faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja. yaitu sebagai berikut:
47
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
48
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Hasibuan, (2010:85) menyatakan kinerja merupakan
perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar
penilaian terhadap karyawan atau organisasi. Simamora, (2004:338) menyatakan kinerja
mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan
karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah
pekerjaan. Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:378) menjelaskan bahwa kinerja adalah
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Nawawi (2006: 63) mengatakan bahwa, kinerja adalah (a.) sesuatu yang dicapai,
(b) prestasi yang diperhatikan, (c) kemampuan kerja. Selanjutnya nawawi menjelaskan
bahwa, kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu
yang tepat atau tidak melampaui batas waktu yang disediakan. Kinerja menjadi rendah jika
diselesaikan melampaui batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak terseleksaikan.
Mangkunegara (2009: 67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Wibowo (2010: 7) kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Menurut Moehoeriono (2009) dalam Merwandi, kinerja atau performance
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan
atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang
dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan
diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar
keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Sedangkan Mathis dan Jackson
(2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing
individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
49
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Menurut Martoyo, (2000:91), kinerja karyawan adalah hasil kerja selama periode
tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misal standar, target/sasaran atau
kriteria yang telah disepakati bersama. Adapun indikatornya ialah: kualitas kerja
karyawan,kuantitas kerja karyawan, dan kontribusi pada organisasi. Menurut Armstrong
dan Baron (dalam Wibowo 2007:2) menjelaskan bahwa kinerja (performance) adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”.
Dari beberapa definisi kinerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
(performance) adalah hasil kerja yang dicapai seseorang secara optimal dalam
melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan.
Gibson (2002:56), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah sebagai berikut:
1. Atribut individu. Dengan adanya berbagai atribut yang melekat pada individu dan
dapat membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini merupakan
kecakapan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan, terdiri
dari:
a. Karakteristik demografi. Misalnya: umur, jenis kelamin, dan lain-lain.
b. Karakteristik kompetensi.Misalnya: bakat, kecerdasan, kemampuan,
keterampilan, dan sebagainya.
c. Karakteristik psikologi. Misalnya: nilai-nilai yang dianut seperti sikap dan
perilaku.
2. Kemauan untuk bekerja. Dengan berbagai atribut yang melekat pada individu untuk
menunjukan adanya kesempatan yang sama untuk mencapai suatu prestasi. Untuk
mencapai kinerja yang baik diperlukan usaha dan kemauan untuk bekerja keras,
karena kemauan merupakan suatu kekuatan pada individu yang dapat memicu
usaha kerja yang lebih terarah dalam melakukan suatu pekerjaan.
3. Dukungan organisasi. Dalam mencapai tujuan karyawan yang tinggi diperlukan
adanya dukungan atas kesempatan dari organisasi/perusahaan. Hal ini untuk
mengantisipasi keterbatasan baik dari karyawan maupun dari perusahaan.
Misalnya: perlengkapan, peralatan dan kelengkapan kejelasan dalam memberikan
informasi.
50
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
Employee
ret
enti
on
H4 H1
H6
Kepuasan Kinerja
kerj kar
H3
H7 a yaw
(Y1) an
Turnover H5
Inte H2
ntio
n
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hubungan variabel dan penelitian terdahulu diatas, dapat digambarkan
kerangka pemikiran. Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran dapat di bagi menjadi dua
51
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
struktur model penelitian yang digambarkan dan dijelaskkan dalam sturktur model
penelitian yang digambarkan dan dijelaskan dalam struktur pada gambar 1.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian explantori (explantory research), yaitu
metode penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan – hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi lainnya
(Umar 1999:36).
Objek penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi dibeberapa cabang koperasi simpan pinjam di jawa
timurdiantaranya kantor pusat Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) yang berada di
jl. Raya Darmo No.169 Surabaya, kantor cabang pembantu Sidoarjo Ruko Taman Jenggala
Blok B-3 Depan Pasar larangan Sidoarjo, kantor Kas Ps. Atom Surabaya jl. Waspada No.
39 E, kantor cabang pembantu jl. KH. Mas Mansur No. 141 Ampel Surabaya.
52
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
53
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
e2 e3
Employee
Retention P1=X1Y2
P4=X1Y1
(X1)
Kepuasan kerja P3=Y1Y2 Kinerja karyawan
(Y1) (Y2)
P5=X2Y1
Turnover
Intention P2= X2Y2
(X2)
Analisis Data
Beberapa metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi
berikut:
1. Uji Instrumen. Uji instrumen ini dilakukan untuk menguji apakah data pada hasil
kuesioner layak digunakan dalam uji regresi. Uji instrumen meliputi uji validasi
dan uji reliabilitas.
2. Uji Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik ini digunakan sebagai syarat sebelum
melakukan uji regresi dengan tujuan agar parameter penguji yang diperoleh bersifat
best, Linier, Unbias, and Esmaior (BLUE). Dan data yang diuji mendapatkan nilai
kisaran atau range yang dapat di uji kebenarannya terhadap koefisien populasi β.
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan uji normalitas.
3. Uji Hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji signifikansi
simultan (uji F), uji signifikan parsial (uji t)
4. Analisis regresi intervening. Analisis regresi intervening dilakukan dengan
meregresi persamaan struktural model-1 dan struktural model-2.
5. Analisis Jalur (Path Anlysis). Untuk menguji pengaruh variabel intervening
engunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur adalah penggunaan
analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas bantara variabel (modelcausal)
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teoritis. Apa yang dapat dialkukan
oleh analisis jalur adalah digunakan untuk mengkorfirmasi atau menolak hipotesis
kasualitas imajiner (Ghozali, 2013:249)
54
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
6. Uji Sobel. Uji sobel ini dilakukan untuk menguji kekuatan pengaruh tidak langsung
variabel independen (X) ke variabel dependen (Y2) melalui variabel intervening
(Y1).
55
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
dimana suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Crobanch’s Alpha> 0,60
(Ghozali, 2011: 42).
Berdasarkan tabel 4 tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa setiap item pernyataan
dari semua variabel mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Dengan demikian
berdasarkan uji validitas menunjukkan bahwa pada semua item pernyataan pada variabel
komunikasi dinyatakan valid dan dapat dijadikan sebagai instrumen penelitan.
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Cronbach’s alpha dari
Variabel Employee Retention (X1), Variabel Turnover Intention (X2),Variabel Kepuasan
Kerja (Y1) dan Variabel Kinerja Karyawan (Y2) hasil nilainya lebih besar dari 0.6. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, pernyataan kuesioner tersebut telah reliabel
Uji Hipotesis
Berdasarkan Tabel 6 diketauhi bahwa nilai Fhitungdari hasil uji F pada persamaan
struktur model-1 sebesar 460.537> Ftabel sebesar2,77 dengan sig. 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara Employee
Retention (X1), Turnover Intention (X2) dan kepuasan kerja (Y1) terhadap kinerja
karyawan (Y2).
Tabel 6. Hasil Penghitungan Uji F persamaan model-2
Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 513.764 2 256.882 195.025 .000b
Residual 73.762 56 1.317
587.525 58
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa nilai Fhitungdari hasil uji F pada persamaan
struktur model-2 sebesar 195.025> Ftabel sebesar 3.16 dengan sig. 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara Employee
Retention (X1), Turnover Intention (X2) terhadap kepuasan kerja (Y1).
56
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
57
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Adapun persamaan regresi struktural model-1 dan model -2 dalam analisis jalur ini
sebagai berikut:
Y2 = P1(0,617) + P2(0,180) + P3(0,217) + e1(0,2)
Y1 = P4(0,496) + P5 (0,475) + e2 (0,360)
58
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
Uji Sobel
Kekuatan pengaruh indirect effect Employee Retention terhadap kinerja karyawan
didapat dari perkalian jalur P4 (0,496) x P3 (0,217) = 0,107632 sedangkan standart errorin
direct effect Employee Retention dihitung dengan rumus berikut:
3² 4² + 4² 3² + 4² 3²
Dari rumus t statistik diatas, didapatkan nilai thitung pengaruh tidak langsung =
3,6748242049 lebih besar dari ttabel dengan tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar 2,004,
59
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
maka dapat disimpulkan bahwa indirect effectsebesar 0,108 signifikan dengan nilai
thitunglebih besar dari pada ttabel yaitu 3,674 > 2.004 yang berarti terdapat pengaruh mediasi
antara Employee Retention terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
Kekuatan pengaruh indirect effect Turnover Intention terhadap kinerja karyawan
didapat dari perkalian jalur P5 (0,475) x P3 (0,217) = 0,103075 sedangkan standard error
indirect effectEmployee Retention dihitung dengan rumus berikut:
3² 5² + 5² 3² + 5² 3²
Dari rumus t statistik diatas, didapatkan nilai thitung pengaruh tidak langsung =
3,8728017628 lebih besar dari ttabel dengan tingkat signifikansi 0.05 yaitu sebesar 2,004,
maka dapat disimpulkan bahwa indirect effect sebesar 0.103 signifikan dengan nilai thitung
lebih besar dari pada ttabel yaitu 3,872 > 2,004 yang berarti ada pengaruh mediasi antara
Turnover Intention terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan.
60
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
61
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Saran
Adapun saran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi koperasi yang telah menerapkan upaya retensi karyawan, khususnya pada
Kospin Jasa cabang Jawa Timur, dalam penerepannya harusnya lebih merata antara
karyawan satu dengan karyawan yang lainnya, seperti karyawan diberikan peluang
karir dan penghargaan yang sesuai dengan kinerja mereka. Apabila Penerapan
Employee Retention berjalan dengan sebagaimana mestinya maka Turnover
Intention akan dapat diminimalisir dan kepuasan kerja karyawan akan dapat
tercapai. Upaya perusahaan dalam meminimalisir Turnover Intention dapat melalui
pemenuhan alat –alat kerja yang telah rusak dengan cepat, sebab apabila alat
tersebut tidak dipenuhi akan dapat menganggu kinerja karyawan dan akan
menurunkan kepuasan kerja karyawan.
2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan untuk lebih memperdalam kembali
pengetauhan dan dapat lebih mengembangkan lebih lanjut dengan metode analisis
yang ada, serta pengembangan indikator–indikator yang dapat disesuaikan dengan
kondisi dan objek penelitian masing–masing.
62
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
DAFTAR PUSTAKA
Abelson, M. A., 1987. Examination of Avoidable an Unavoidable Turnover. Journal of
Applied Psychology (72).
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Carsen, Jenifer. 2005. Hr.How To: Employee Retention CCH. Chicago
Cushway, Barry. 1996. Human Resource Management, Alih Bahasa Paloepi
TyasRahadjeng Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo.
Church, Allan H, 1995. Manajerial Behaviors and Work Group Climate as Predictors of
Employee Outcomes. Human Business Developmnet Quarterly, Vol.6,173- 205.
Futrell, Charles., and A. Parasuraman. 1984. The Relationship of Satisfaction to Salesforce
Turnover. Journal of Marketing, Vol. 48 No. 4, pp. 33-40.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivarate Dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Edisi 7. Semarang: Badan Universitas Diponegoro.
Gibson, 2002 . Organisasi Perilaku–struktur –proses, Terjemahan, Edisi V. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Grant Kent, David W. Cravens, George S. Low and William C. Moncrief, 2001, The Role
of Satisfaction With Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work
Outcomes of Salespeople. Journal of the Academy of Marketing Science, Volume 29,
No.
Hadari, Nawawi. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Handoko, T. H. 2001. Manajemen personalia dan sumber daya manusia (2nd ed.).
Yogyakarta: BPFE.
Hariandja, Marihot. T.E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Harnoto. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Prehallindo: Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia edisi revisi. Jakarta :
Bumi Aksara
Huber, D.L. 2006. Leadership and nursing care management. Thirt Edition. Philadelpia:
Saunders.
Kaswan. 2012. Manajemen Sumber daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi.
Grha Ilmu, Jakarta.
Laysa,2016. Pengaruh Retensi Karyawan,Etos Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan.
Luthans. 2002. Performance and Motivation. New York: Prentice Hall.
Luthans, Fred. 2008. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill.
Locke, E.A, 1976. The Nature and Causes of Job Satisfaction, NewYork: John Wiley and
Sons.
Lockwood, N.R. 2007. Levering Employee Engagement For Competitive
Advantage.Journal Of Human Resources Management.
M. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Cetakan Ke Tiga, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2012. Evaluasi Kinerja SDM, cetakan keenam. Bandung :
Refika Aditama.
63
Kompetensi, Vol 11, No 1, April 2017
Mangkuprawira Shafri dan Aida Vitayala Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta.
Masri Singarimbun, dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey,LP3ES,Jakarta.
Mas’ud, Fuad, 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep dan Aplikasi, BP UNDIP
Mathis Robert L dan Jackson John H. 2002. Human Resource Management. Alih Bahasa.
Jakarta:Salemba Empat.
Mc Nesse-Smith, D, 1996, Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction and
Organizational Commitment, Hospital & Health Services Administration, 41:2,
pp.160-175, summer
Mobley, W.H., Horner, S.O., and Hollingsworth, A.T. 1978. An Evaluation of Precursors
of Hospital Employee Turnover. Journal of Applied Psychology, 63(4). 408-414.
Mobley,W.H. 2011. Pergantian Karyawan: Sebab, Akibat dan Pengendaliannya.
Terjemahan. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
P. Robbins, Stephen. 2003. Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku Organisasi
Edisi ke Sepuluh), Alih Bahasa Drs. Benyamin Molan. Jakarta : PT. Macanan Jaya
Cemerlang
Putra Mahardika dan Wibawa Artha. 2015. Pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover
intention dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening pada PT.
Autobagus Rent Car Bali.Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas
UNUD Bali. Vol. 4.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Rivai, Vethzal & Basri. 2005. Performance Apprasial: Sistem yang tepat untuk Menilai
Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
Robbins, S.P. 1996. Organizational Behaviour. Seventh Edition. New York: Prentice Hall
International, Inc.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi ke-12,
Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, U. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Simamora, Henry. 2004.Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi Ketiga. Cetakan
Pertama. Yogyakarta:STIE YKPN.
Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 2, STIE
YKPN.Yogyakarta.
Siregar, Ahmad Hilman. 2006. “Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Intensi Turnover
Karyawan Produksi Pada PT. Riau Crumb Rubber Factory”. Medan: Skripsi FE-USU.
Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Bisnis. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Cetakan 15. Bandung : CV. Alvabeta.
Sumarni Murti. 2011. Pengaruh Employee Retention Terhadap Turnover Intention Dan
Kinerja Karyawan.Jurnal Akuntansi Dan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
PGRI Yogyakarta. Vol. 8.
Umar, Husein. 1999. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Wening, Nur. Pengaruh Job Insecurity Pasca- Restrukturisasi terhadap Kepuasan Kerja,
Komitmen dan Intensi Turnover Survivor. Usahawan no. 10 XXXIV (Oktober 2005).
64
Halimatus, Pengaruh Employee Retention
65