Activity Di Sekolah Dasar Lebah Putih Salatiga
Activity Di Sekolah Dasar Lebah Putih Salatiga
Abstract: The purpose of this study is to describe the application of Islamic religious
education learning with zone based activity inquiry based learning methods implemented
at SD Lebah Putih Salatiga. This research is a field research. The method used by
researchers in compiling this research is a descriptive qualitative method, with a taxonomic
analysis (classification) model based on focus on one domain, and only one characteristic
in common. Data collected through observation, interviews, and documentation. The
results of this study are applications of Islamic religious education learning with zone
based activity inquiry based learning methods applied at SD Lebah Putih Salatiga,
namely by making learning classified according to the abilities of each student, such as:
the ability to read and write the Koran, the ability memorize short letters and the ability to
understand the context of the teachings of the Koran in daily life (according to age level).
Classification of abilities in understanding religion is prioritized not just in class level
classification, as most schools present Islamic religious education normally. At SD Lebah
Putih the learning is called Zone Activity which is a development of Morning Activity.
The implementation of zone activity-based PAI learning is carried out with the following
steps, such as: designing lesson plans, implementing and evaluating.
99
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol.21, No. 1, Special Issue 2020: 99-108
100
Aplikasi Pembelajaran PAI...(Wahyu Budi Utomo)
101
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol.21, No. 1, Special Issue 2020: 99-108
102
Aplikasi Pembelajaran PAI...(Wahyu Budi Utomo)
sekolahnya karena dirasa terlalu mengikat yang menyenangkan bagi anak didik,
dan membosankan, di sekolah tidak khususnya bagi Ernes yang pada waktu
bebas, dan kadang membatasi tumbuh tersebut dia butuh tempat untuk belajar
kembang siswa. Anak tersebut sebenarnya dan mengembangkan dirinya sesuai
sudah sekolah di SMP Nurul Islam, dan apa yang dia inginkan. Dengan gagasan
pernah juga mengikuti pembelajaran di tersebut maka dibuatlah taman belajar
pondok pesantren Gontor, akan tetapi dia dan bermain untuk Ernes. Kiranya
tidak bisa bertahan sampai akhir jenjang permasalahan yang menjadi kegelisahan
pendidikan sekolah menengah pertama, orang tua dan dunia pendidikan di
dan akhirnya sekolahnya berhenti di zaman modern adalah banyaknya sarana
tengah jalan dalam sistem sekolah formal. bermain yang kurang edukatif dan sering
Menindak lanjuti anaknya yang dirasa menghilangkan sisi kemanusiaan dari
tidak bisa mengikuti pembelajaran seorang anak yaitu permainan yang
sekolah formal, maka Ibu Septi mencoba ada dalam gawai, maka sebisa mungkin
untuk merumuskan pendidikan untuk konsep tempat belajar dan tumbuh
anaknya tersebut yang sebenarnya cukup kembangnya Ernes dibuat jauh dari dunia
cerdas dalam segi keilmuan.12 gawai dan cenderung menonjolkan sisi
Perumusan sistem pembelajaran yang alami kehidupan (back to nature).
dibuat oleh bu Septi tentunya berbeda Konsep pendidikan bertema alam
dengan pembelajaran yang ada di sekolah menjadi prioritas pada waktu tersebut agar
formal yang cenderung kaku dan terlalu Ernes bisa berkembang dan bersahabat
terbebani dengan banyaknya administrasi dengan lingkungan, bukan berkembang
pendidikan yang kadang guru sendiri akan tetapi mengabaikan hakikat-hakikat
belum bisa memahami. Rumusan yang kehidupan yang ada di alam sekitarnya.
dibuat oleh bu Septi sebisa mungkin bisa Maka dibuatlah tempat pembelajaran
membuat anaknya merasa bahagia dengan berbasis alam di lingkungan rumahnya
lingkungan pembelajarannya, maka ibu dengan nama saung pembelajaran lebah
Septi memformulasikan pendidikan yang putih.13
bersifat humanis sesuai dengan teorinya
Abraham Maslow tentang kebutuhan Tujuan Pembelajaran PAI dengan
manusia. Pendidikan yang dirasa paling Metode Inquiry Based Learning di School
humanis adalah pendidikan yang of Life Lebah Putih
membebaskan seseorang untuk tumbuh Tujuan utama dari proses
kembang sesuai dengan keinginannya, pembelajaran ini, yaitu anak memahami
akan tetapi juga masih memasukkan konsep ”Learning How to Learn”, atau
nilai-nilai kebersamaan dan penghargaan belajar bagaimana cara belajar, dan
bagi alam sekitar, yang intinya semua tugas guru sebagai fasilitator yang
kebebasan akan dibatasi dengan mengarahkan siswa kepada sumber
kebebasan orang lain. Jadi kebebasan belajarnya, sehingga tercipta suasana
yang dimaksud adalah bebas dalam belajar yang aktif, interaktif, dimana saja,
mengembangkan diri, bukan bebas dalam kapan saja, dan dengan siapa saja. Ujian
berperlaku. menjadi fase “perayaan” keberhasilan
Gagasan konsep pembelajaran proses belajar mereka (siswa dan guru)
yang humanis memunculkan ide saat belajar di School of Life Lebah Putih.
untuk membuat sistem pembelajaran
13 Muthoifin, Sistem Pendidikan Nasional dan Pendidikan
12 Muthoifin, Pemikiran Pendidikan Multikultural Ki Islam: Studi Kritis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Hadjar Dewantara, dalam Jurnal Intizar, Vol. 21, No. Perspektif Islam, dalam Jurnal Wahana Akademika,
2: 299 Vol. 2, No. 1: 69-72.
103
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol.21, No. 1, Special Issue 2020: 99-108
104
Aplikasi Pembelajaran PAI...(Wahyu Budi Utomo)
105
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol.21, No. 1, Special Issue 2020: 99-108
106
Aplikasi Pembelajaran PAI...(Wahyu Budi Utomo)
DAFTAR PUSTAKA
107
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol.21, No. 1, Special Issue 2020: 99-108
Zaman, Badrus. 2018. Pendidikan Akhlak pada Anak Jalanan di Surakarta. Jurnal Inspirasi
Vol. 2 No. 2 Undaris Ungaran.
Zaman, Badrus. 2019. Urgensi Pendidikan Karakter yang sesuai dengan Falsafah Bangsa
Indonesia. Jurnal Al Ghazali Vol. 2 No. 1 STAINU Purworejo.
Zaman, Badrus, 2019. Aplikasi Pendekatan Kontekstual pada Proses Pembelajaran Rumpun
PAI, Jurnal Profetika Vol. 20, No. 2 Pascasarjana UMS.
108