Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pertanian Jeruk Pamelo Di Desa Tambakmas, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan
Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pertanian Jeruk Pamelo Di Desa Tambakmas, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan
2, Desember 2019
Riko Setya Wijaya1), Sri Wiyatiningsih2), Wiwik Sri Harijani2), Wahyu Santoso3),
1
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN “Veteran” Jawa Timur
2
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur
3
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur
email korespondensi: rikosetyawijaya.80@gmail.com
ABSTRACT
The success of the integrated agribusiness system of a commodity must be followed by an
increase in farmers' bargaining position, as well as common problems encountered in
Tambakmas Village, Sukomoro District, Magetan Regency as the Jeruk Pamelo
production center. The development of the Pamelo orange plant has several problems,
namely having a weak position and not being able to improve the bargaining position of
farmers because it is still in the form of a social institution (ie a farmer group), and has
not yet become a socioeconomic institution (cooperative). In many countries, farmer
cooperatives not only increase production, productivity and product quality, but also
lead to an increase in the welfare and quality of life of their members. This study
specifically aims to develop the Jeruk Pamelo farmer cooperative in Tambakmas Village,
Sukomoro District, Magetan Regency. This study uses a SWOT analysis used to
formulate a strategy, followed by a mapping of strategies to develop a Pamelo orange
farmer cooperative in accordance with its character. This method is because the
population to be studied is quite large, namely 150 people. The number of samples used
in this study was 30 people. The results showed that based on the overall SWOT Analysis,
Gapoktan institutional development was in Cell / Quadrant I. In that position the
appropriate strategy was Growth Strategy, then the Grand Strategy could be formulated
as follows: Formation of Pamelo Orange Cooperative, Pamelo orange agro-tourism
development, Capital development farmer groups, and FOBIO development of Pamelo
oranges..
INTISARI
Keberhasilan sistem agribisnis terpadu dari suatu komoditas harus diikuti oleh
peningkatan posisi tawar petani, begitupula permasalahan umum dijumpai pada Desa
Tambakmas, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan sebagai daerah sentra produksi
Jeruk pamelo. Pengembangan tanaman jeruk pamelo memiliki beberapa masalah yaitu
mempunyai posisi lemah dan tidak dapat meningkatkan posisi tawar petani karena masih
dalam bentuk lembaga sosial (yaitu kelompok tani), dan belum menjadi lembaga sosial
ekonomi (koperasi). Di banyak negara, koperasi petani tidak hanya meningkatkan
produksi, produktivitas, dan kualitas produk, tetapi juga mengarah pada peningkatan
kesejahteraan dan kualitas hidup anggotanya. Penelitian ini secara khusus bertujuan
untuk mengembangkan koperasi petani Jeruk Pamelo di Desa Tambakmas, Kecamatan
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 159
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Kata kunci : agribisnis, jeruk pamelo, kelompok tani, koperasi tani, Magetan
LATAR BELAKANG
Luas wilayah Desa Tambak Mas sebesar 250,12 ha, yang terbagi menjadi tanah
sawah seluas 151,43 Ha, bukan sawah seluas 63,16 Ha dan penggunaan tanah lainnya
seluas 35,53 Ha (BPS. Kab. Magetan, 2018) perlu disepakati bahwa keberlanjutan sistem
pertanian desa harus dipertahankan. Penduduk merupakan potensi sumber daya manusia
suatu daerah, dalam kaitannya dengan faktor tenaga kerja. Komposisi penduduk
berdasarkan umur di Desa Tambak Mas sebagian besar tergolong dalam usia produktif
(15-59 tahun) yaitu sebanyak 1236 orang. Penduduk yang tergolong dalam usia non
produktif (0-14 tahun dan > 60 tahun) adalah sebesar 365 orang dan 321 orang. Menurut
Mantra (2009), penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk
belum produktif, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan
kelompok umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif.
Kelembagaan petani memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan
sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu
diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme. Saat ini potret
petani dan khususnya kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana
yang diharapkan, Mencermati lebih jauh desa-desa berstatus berkembang tetapi
dihandalkan untuk sektor pertaniannya terkendala pada kelembagaan efisiensi usaha,
permodalan, produktivitas pertanian sampai dengan konservasi. Begitu pula
permasalahan umum dijumpai pada Desa Tambakmas, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten
Magetan sebagai daerah sentra produksi Jeruk pamelo diwarnai dengan beberapa masalah
diantaranya antara lain rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas buah, jalur
pemasaran dikuasai pengepul permodalan. Terjadinya rendahnya tingkat produktivitas
dan kualitas buah hal ini disebabkan sebagian besar budidaya jeruk pamelo masih
dilakukan secara konvensional dan bersifat alternate bearing yaitu berbuah banyak pada
satu musim dan berbuah sedikit pada musim berikutnya. Charina, Rani dan Yosini (2018)
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 160
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
mengungkapkan rendahnya produksi lebih disebabkan pada cara budidaya yang kurang
maksimal. Bibit yang bermutu dan berkualitas merupakan langkah pertama yang penting
dalam keberhasilan budidaya. Sedangkan masalah pada kualitas buah, dimana terjadi
kerusakan yang disebabkan adanya serangan hama dan penyakit seperti lalat buah dan
penyakit bintil-bintil pada lapisan kulit jeruk dan untuk meminimalkan kerugian petani
melakukan panen dini buah. Adapun identifikasi dilapang menunjukkan bahwa serangan
hama dan penyakit terdiri dari Lalat buah, Puru buah, dan Diplodia atau Blendok. Hingga
saat ini pun, pemasaran pamelo masih dilakukan oleh pedagang pengepul lokal secara
perorangan. Biasanya buah jeruk yang sudah siap panen langsung dibeli dengan harga
yang disepakati kedua oleh pihak atau disebut dengan sistem 'tebasan' dan bahkan jeruk
pamelo dijual sejak masih berbentuk bunga sehingga harga jual jeruk di tingkat petani
jauh lebih murah dibanding harga jual di tingkat konsumen. Permodalan juga menjadi
permasalahan yang acapkali dihadapi mengingat tidak semua petani mampu mengakses
pembiayaan dari lembaga layanan keuangan untuk menutup kekurangan modal.
Agar peran kelembagaan petani Jeruk Pamelo tersebut dapat optimal harus berbasis
pada pemanfaatan potensi sumberdaya manusia lokal, sumberdaya institusi lokal,
sumberdaya fisik lokal, dan sumberdaya alam yang dimiliki daerah (Subiyono, 2014: 94).
Dengan demikian penguatan kelembagaan akan berkontribusi dalam mendorong
kemandirian dan meningkatkan kesejahteraan petani Jeruk Pamelo. Kesejahteraan di sini
berkaitan erat dengan kebutuhan dasar individu atau keluarga berupa kecukupan dan
mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan
dasar lainnya (Badan Pusat Statistik, 2008). Berdasarkan permasalahan di atas, kajian ini
bertujuan untuk merumuskan strategi yang efektif dalam upaya memperkuat kinerja
kelompok tani ke arah pengembangan koperasi pertanian berbasis komoditas unggulan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Adapun alat pengukuran
yang digunakan berupa kuesioner dengan cara mengedarkannya yang diikuti dengan
wawancara terstruktur dan pengamatan secara langsung. Menurut Sugiyono (2006) dalam
Indah Listiana (2010), penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), dan peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedar kuesioner,
wawancara terstruktur dan pengamatan secara langsung. Sumber data yang akan
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 161
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
diperoleh dalam penelitian ini ada dua, yaitu: Data primer, meliputi hasil observasi lapang
dilokasi penelitian, hasil wawancara dan kuesioner pada gakpoktan Desa Tambakmas,
Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan.
Selanjutnya demografi desa, peluang, ancaman dan tantangan potensi sumber daya
desa (didapat program pengabdian PPMUPT adalah melalui diskusi mendalam dengan
mitra program observasi Tim PPMUPT). Metode pemilihan responden pada penelitian ini
menggunakan Metode survey dengan teknik pengambilan data purposive sampling,
pengamatan dan wawancara langsung kepada pengurus dan anggota Gapoktan dan karang
taruna. Alasan penggunaaan metoda ini dikarenakan populasi yang akan diteliti cukup
besar, yaitu 150 orang. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30
orang. Metode Analisis Data : Pengembangan kelembagaan Gapoktan di Desa Desa
Tambakmas, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan dilakukan dengan menggunakan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Analisis ini dilakukan
dengan menerapkan kretiria kesesuian dengan data kuantitatif dan deskripsi kondisi
kelembagaan Gapoktan (faktor internal dan eksternal) yang diperoleh dengan wawancara
secara langsung dan mendalam. Pembobotan dan scoring dalam analisis SWOT ini
dilakukan berdasarkan hasil wawancara tersebut yang kemudian dijustifikasi dalam
bentuk bobot dan skor. Menurut Rangkuti (2004) dalam M. Ichsan Budianto (2008).
Variabel dalam penelitian ini meliputi internal, eksternal. Variabel internal
meliputi: karakteristik kelembagaan, partisipasi, elemen pendukung kelembagaan,
keberhasilan program. Untuk menghindari perbedaan pemahaman tentang defenisi
variabel penelitian tersebut, maka akan dijelaskan variabel operasional sebagai berikut:
Variabel internal Umur responden Tingkat pendidikan, Tingkat pendapatan, Lamanya
berusaha tani, Tingkat Kosmopolit, Sikap responden terhadap pola kelembagaan.
Variabel Eksternal meliputi: Dukungan Fasilitas, Dukungan Teknologi, Dukungan Aparat
Desa, Dukungan Lembaga Masyarakat, Karakteristik Kelembagaan, Partisipasi, Semua
variabel dilakukan dalam skor 1-4 dari tingaktan rendah sampai tinggi
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 162
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 163
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
kekuatan diberi nilai + 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan + 4 (sangat setuju).
Kategori kelemahan memberikan skala kebalikannya.
6. Untuk memperoleh faktor skor dalam kolom e, kalikan bobot pada kolom c dengan
rating pada kolom d.
7. Gunakan kolom f untuk memberikan prioritas, berdasarkan angka terbesar.
Tabel 1. Matriks Internal Strategic Factor Anysis Summary (IFAS):
Kategori Variabel Bobot Rating Skor
No Prioritas
dan Indikator (0,1-1) (1-4) (c x d)
a b c d e f
KEKUATAN (Strengths = S )
1 Motivasi petani tinggi 0,25 4 1,00 1
2 Hasil jeruk pamelo bagus 0,21 4 0,84 2
3 Kelompok tani aktif 0,20 4 0,80 3
4 Pendapatan petani meningkat 0,20 3 0,60 4
5 Kandungan gizi jeruk baik 0,14 3 0,42 5
Total S 1 3,66
KELEMAHAN (Weaknesses = W)
1 Sumber air kurang 0,21 4 0,84 1
2 Posisi rebut tawar petani lemah 0,17 3 0,51 2
3 Permodalan petani lemah 0,15 2 0,30 3
4 Petani awam koperasi 0,15 2 0,30 4
5 Produktivitas kurang bagus 0,14 2 0,28 5
6 Biaya usaha tani meningkat 0,13 2 0,26 6
7 Sarana/prasarana di sentra produksi 0,05 2 0.1 7
belum memadai
Total W 1 2,59
Selisih Antara Kekuatan & Kelemahan ( S - W)
Dari perhitungan variabel dan indikator pada matriks IFAS, diketahui bahwa
selisih antara kekuatan dan kelemahan sebesar + 1,07. Hal ini menunjukkan bahwa pada
kelembagaan Gapoktan memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding kelemahannya.
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal terlebih dahulu perlu mengetahui
faktor stategi ekstnal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi
eksternal (EFAS):
1. Menyusun kolom a berdasarkan nomor urut prosentase (%) terbesar;
2. Menyusun kolom b berdasarkan hasil kuesioner penilaian responden;
3. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom c, mulai dari 1,0 (sangat setuju)
sampai 0,0 (sangat tidak setuju) berdasarkan tingkat urgensi/kepentingan pada anggota
tersebut. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.
4. Menghitung rating dalam kolom d untuk masing-masing faktor, dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan kesepakatan.
Katagori variabel dan indikator yang bersifat positif, semua variabel yang masuk
katagori peluang diberi nilai + 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan + 4 (sangat
setuju). Kategori ancaman memberikan skala kebalikannya.
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 164
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
5. Untuk memperoleh faktor skor dalam kolom e, kalikan bobot pada kolom c dengan
rating pada kolom d.
6. Gunakan kolom f untuk memberikan prioritas, berdasarkan angka terbesar
Tabel 2. Matriks Eksternal Strategic Factor Anysis Summary (EFAS)
No Kategori Variabel Bobot Rating Skor
Prioritas
dan Indikator (0,1-1) (1-4) (c x d)
a b c d e f
PELUANG (Opportunities = O )
1 Besarnya permintaan akan jeruk pamelo dan 0,30 4 1,20 1
produk turunannya
2 Banyak bentuk bantuan untuk petani 0,15 4 0,60 2
3 Potensi wilayah mendukung 0,15 3 0,60 3
4 Kebijakan Gapoktan menjadi koperasi 0,15 4 0,60 4
5 Banyak lembaga dan program lain yang 0,15 3 0,45 5
mendukung
6 Perbaikan infrastruktur 0,10 3 0,30 6
Total O 1 3,75
Ancaman (Threats = T)
1 Rentenir 0,35 3 1,05 1
2 Iklim yang berubah-ubah 0,20 3 0,60 2
3 Ketidak siapan gerakan koperasi 0,15 2 0,30 3
4 Kinerja buruk koperasi pertanian 0,15 2 0,30 4
5 Struktur pasar oligopsoni 0,10 3 0,30 5
6 Mekanisme penyaluran bantuan petani 0,05 2 0,10 6
Total T 1 2,65
Selisih Antara Kekuatan & Kelemahan (O - T)
Peluang dan ancaman sebesar 1,10. Hal ini Dari perhitungan variabel dan indikator
menunjukan bahwa pada kelembagaan matriks EFAS, diketahui bahwa selisih antara
Gapoktan memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding kelemahannya. Dari hasil
penelitian tersebut dengan menggunakan IFAS dan EFAS, maka nilai yang dihasilkan
dihitung dan diketahui posisinya dalam kuadran SWOT:
x = Kekuatan + Kelemahan
= 3,66 + (-2.59) = 1.07
y = Peluang + Ancaman
= 3,75 + (-2,65) = 1.10
Berdasarkan hasil IFAS dan EFAS yang telah dilakukan terhadap penguatan
Gapotan, dapat digambarkan diagram Cartesius SWOT. Dari dagram tersebut dapat
diketahui kekuatan; kelemahan; peluang dan ancaman untuk selanjutnya dapat
menentukan strategi yang sesuai. Dilihat dari kedudukannya dalam kuadran terletak pada
kuadran I ruang A, artinya Kuadran I merupakan situasi yang sangat menguntungkan,
Ruang A merupakan Rapid Growth strategy yaitu strategi pertumbuhan cepat atau
mendukung kebijakan agresif artinya mengembangkan potensi yang ada untuk
menangkap peluang. Dari matriks SWOT diatas maka ditentukan secara tepat letak ruang
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 165
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Y
(Posisi Ekternal)
Kuadran II Stability Kuadran I Growth
Stable
Agresive Growth
Maintenance Strategy
Strategy
Rapid
Selective Growth
Maintenance Strategy
Strategy
X
(Posisi Internal)
Conglomerat
Turn Around
e Strategy
Strategy
Guirelle Concentric
Strategy Strategy
Gambar 1.Diagram Cartesius Analisis SWOT pada analisis SWOT pada kekuatan;
kelemahan; peluang dan ancaman di Gapoktan Mulya Jaya
Rumusan Strategi
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan untuk penguatan
kelembagaan Gapoktan di Desa Tambak Mas Kecamatan Sukomoro, dapat dirumuskan
strategi yang sesuai dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang, serta mengurangi
kelemahan dan ancaman. Terdapat 4 strategi SO. WO, ST dan WT, yang disusun pada:
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 166
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 167
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 168
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 169
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
1. Penyuluhan Koperasi Bagi Anggota Kelompok tani Penyuluhan ini bertujuan untuk
membuka wawasan petani tentang mekanisme koperasi sekaligus memberikan
gambaran keampuhannya dalam memajukan sektor pertanian di beberapa negara
maju maupun berkembang.
2. Pendidikan dan Latihan Wirakoperasi
Wirakoperasi adalah orang-orang yang mampu membaca atau menemukan peluang
koperasi yaitu berupa efek koperasi, kemudian melakukan upaya persuasif
meyakinkan para petani untuk bersama-sama mengembangkan koperasi. Efek
koperasi merupakan hal apapun yang menjadikan sesuatu menjadi lebih mudah,
lebih murah, lebih menguntungkan jika dilakukan bersama-bersama dibandingkan
jika dilakukan secara sendiri-sendiri.
KESIMPULAN
Faktor IFAS dan EFAS dalam diagram Cartesius SWOT dapat diketahui terletak
pada kuadran I ruang A, artinya Kuadran I merupakan situasi yang sangat
menguntungkan, Ruang A merupakan Rapid Growth strategy yaitu strategi pertumbuhan
cepat atau mendukung kebijakan agresif artinya mengembangkan potensi yang ada untuk
menangkap peluang.
Strateginya adalah mengembangkan potensi yang ada untuk menangkap peluang,
maka hasil interaksinya berupa strategi SO, dimana Kelembagaan Gapoktan mempunyai
kekuatan antara lain : Pendapatan petani meningkat, Motivasi petani tinggi, Kelompok
tani aktif, Kenaikan produksi signifikan, Hasil jeruk pamelo bagus
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kab. Magetan. 2018. Kecamatan Sukomoro dalam Angka, Kabupaten Magetan.
Charina, Anne, Rani Andriani, Yosini Deliana., 2018. Dampak Penerapan Program Desa
Organik Terhadap Petani di Desa Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2018. 4(1): 1-11.
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 170
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019
Riko Setya Wijaya, Sri Wiyatiningsih, Wiwik Sri Harijani dan Wahyu Santoso, Strategi … 171