15 45 1 PB
15 45 1 PB
45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
KARAKTERISTIK FISIK dan PRODUKSI
KELAPA DALAM (Cocos nucifera L) di BERBAGAI EKOLOGI LAHAN
1* 2
Rudi Hartawan dan Arif Sarjono
1
Program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari
Jl. Slamet Riyadi-Broni, Jambi. 36122. Telp. +62074160103
2
Alumni Program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari
*
email korespondensi : rudi2810@yahoo.com
Abstract
The growing environment plays an important role in the plant's phenotype. The suitability o f
the environment will bring up the genetic potential mainly on coconut production. The expected
output of this research is to know the adaptation level of coconut crops different land ecology.
The research was carried out in January to August 2016 at: 1) tidal lands in Lagan Ulu
village
of Geragai Sub-district of Tanjung Jabung Timur with altitude 0-10 m above sea level, 2) in
the lowland Ramin village Kumpeh Ulu Subdistrict Muaro Jambi regency with a height of 10 -
100 m above sea level, 3) Moderate land in Wanareja village of Rimbo Ulu Subdistrict Tebo
regency with an altitude of 100-500 m above sea level and 4) Highland in Seberang
village Sungai Penuh subdistrick Sungai Penuh City, with an altitude 500 m above sea level.
Laboratory analysis conducted in July 2016 in laboratorium dasar University Batanghari.
Research conducted by survey methods in community gardens and arranged in environment
randomized block design namely tidal areas, lowland, moderate land, and highland. Each
altitude of land was three farmers. Porposifly as a block of design. The parameters are the
palnt physical, reproduction age, agronomy, action estimation of production potential, soil
acidity and daily temperatures. Data of research are analyzed by description method such as
tabulated data form and anova test (α=5%) was used of inferential analysis. The result of this
research showed that there was a significantly effect of land altitude on production potential
and phisical characteristic of coconut trees. The coconut trees showed optimally growth and
production in moderate land (100-500m above sea level).
Abstrak
Lingkungan tumbuh berperan penting dalam produksi tanaman Kelapa Dalam. Tujuan
dari
penelitian ini adalah mengetahui tingkat adaptasi tanaman Kelapa Dalam pada berbagai
ekologi
lahan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2016 di: 1) lahan
pasang surut di Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dengan ketinggian 0-10 m dpl, 2) dataran rendah di Desa Ramin, Kecamatan Kumpeh Ulu,
Kabupaten Muaro Jambi dengan ketinggian 10-100 m dpl, 3) dataran sedang di Desa Wanareja,
Kecamatan Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo dengan ketinggian 100-500 m dpl dan 4) dataran
tinggi di Desa Seberang, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, dengan ketinggian
>500 m dpl. Analisis laboratorium dilakukan pada bulan Juli 2016 di Laboratorium Dasar
Universitas Batanghari. Penelitian dilakukan dengan metode survey di kebun-kebun masyarakat
dan disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok dengan rancangan perlakuan ekologi
lahan yaitu daerah pasang surut, dataran rendah, dateran sedang dan dataran tinggi. Tiap-tiap
ekologi lahan diambil tiga petani sampel secara sengaja yang dijadikan blok dalam rancangan.
Peubah yang diamati adalah fisik tanaman, umur berproduksi, tindakan agronomi, estimasi
potensi produksi, kemasaman tanah dan suhu harian. Data hasil penelitian dianalisis dengan
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
metode deskripsi dalam bentuk tabulasi dan inferensi dilakukan dengan uji anova taraf α 5%.
Agronomi
Hasil penelitian menunjukkan Ekologi lahan berpengaruh nyata terhadap potensi produksi dan
karakteristik fisik
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
tanaman Kelapa Dalam. Tanaman Kelapa Dalam dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi
dengan baik di daerah dataran sedang dengan ketinggian 100-500 m dpl.
PENDAHULUAN
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran
sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Di Provinsi Jambi,
perkebunan Kelapa Dalam itu tersebar di sepuluh kabupaten dan kota. Luas tanam
Kelapa Dalam pada tahun 2014 mencapai 117.466 hektar dengan total produksi 107.566
-1
ton. Produktivitas tanaman kurang dari 1 ton ha dan bervariasi berdasarkan ekologi
lahan (Biro Pusat Statistik, 2015).
Provinsi Jambi memiliki empat macam ekologi lahan; dataran rendah 0-100
meter dari permukaan laut (m dpl) meliputi Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Batanghari, Bungo, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin. Daerah dengan ketinggian sedang
100-500 m dpl meliputi Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan
Kabupaten Merangin serta Kabupaten Batanghari. Daerah dataran tinggi >500 m dpl
meliputi Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Merangin. Kabupaten
Bungo, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun (Bappeda Provinsi Jambi, 2010).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan produksi karena
perbedaan kondisi lahan. Pambudi dan Hermawan (2010) menunjukkan perbedaan
bobot tandan buah segar kelapa sawit karena kemiringan lahan. Semakin miring lahan
maka bobot tandan buah segar semakin rendah. Hasil penelitian Prasetio (2013)
menunjukkan adanya perbedaan karakteristik fisik tanaman dan mutu lateks dari
tanaman karet yang dibudidayakan pada agroekologi lahan yang berbeda. Sama halnya
dengan Kelapa Dalam, perbedaan produktivitas itu diduga karena perbedaan ekologi
lahan.
Lingkungan tumbuh berperan penting dalam fenotip tanaman. Kecocokan
lingkungan akan akan memunculkan potensi genetik terutama produksi. Ekologi akan
mempengaruhi iklim dan secara langsung akan mempengaruhi lingkungan tumbuh
tanaman. Tanaman Kelapa Dalam dapat tumbuh baik pada ekologi antara 0 sampai 600
meter dari permukaan laut (mdpl) bahkan sampai ketinggian 1200 mdpl. Variasi yang
lebar ini menimbulkan dua pertanyaan; pertama: apakah tanaman kelapa beradaptasi
luas dengan altititude tanpa mempengaruhi produksi dan kedua apakah tanaman Kelapa
Dalam mampu tumbuh dengan baik pada variasi ekologi tinggi tapi akan mempengaruhi
produksi? Pertanyaan ini telah terjawab melalui penggalian data empiris dari penelitian
yang telah dilaksanakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2016 di berbagai
ekologi lahan; 1) lahan dataran rendah pasang surut (pasang surut) di Desa Lagan Ulu
Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dengan ketinggian 0-10 m dpl.
2) dataran rendah di Desa Ramin, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi,
dengan ketinggian 10-100 m dpl. 3) Dataran sedang di Desa Wanareja, Kecamatan
Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo, dengan ketinggian 100-500 m dpl. dan 4) Dataran tinggi
di Desa Seberang, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, dengan ketinggian
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
>500 m dpl. Analisis laboratorium dilakukan pada bulan Juni 2016 di Laboratorium
Dasar Universitas Batanghari.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Kelapa Dalam yang
terdapat pada berbagai ekologi lahan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi global positioning service (GPS) receiver (Garmin), meteran, timbangan
(Digital Weight), pH meter (Soil Tester), pengukur ketebalan daun (Dial Thicness),
bagan warna daun (BWD), lembar kuisioner dan alat perekam.
Penelitian dilakukan dengan metode survey di kebun-kebun masyarakat dan
disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok dengan rancangan perlakuan
adalah ekologi lahan penelitian yaitu daerah dataran rendah pasang surut, dataran
rendah, dateran sedang dan dataran inggi. Setiap ekologi lahan diambil tiga petani
sampel secara sengaja yang dijadikan blok seperti yang ditunjuk pada bagan berikut :
Perlakuan Blok
Desa Ramin;
Dataran Sampel 1
Rendah Sampel 2
Sampel 3
Desa Wanareja;
Dataran Sampel 1
Altitude Sedang Sampel 2
Lahan Sampel 3
Desa Seberang;
Dataran Sampel 1
Tinggi Sampel 2
Sampel 3
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
dengan cara mengukur lingkar buah yang sudah matang dengan mengunakan alat
pengukur meteran; d) Jumlah Buah Setiap Tandan dengan cara menghitung rata-rata
jumlah buah dalam satu tahun disetiap pohon dengan cara menghitung manual diatas
pohon kelapa; e) Jumlah Tandan Buah Setiap Pohon ditentukan dengan cara
menghitung jumlah tandan seiringan dengan penghitungan jumlah buah kelapa; f) Berat
Buah Dengan Sabut dakukan dengan cara memetik buah yang sudah matang kemudian
buah dibersihkan dari tangkai buah dan kelopak buah kemudian buah ditimbang
mengunakan timbangan digital yang sudah disetandarkan dengaan berat uji; g) Berat
Buah Tidak Dengan Sabut dilakukan dengan cara mengupas sabut buah kelapa dari
tempurung buah kelapa hingga bersih selanjutnya buah di timbang dengan mengunakan
timbangan; h) Ketebalan Daun dengan cara mengukur tebalnya daun menggunakan alat
pengukur ketebalan daun (Dial Thicness); i) Warna Daun diukur dengan cara
mencocokkan warna daun dengan warna pada bagan warna daun (BWD) dan j)
Serangan Hama dan Penyakit maka dilakukan pengamatan secara visual di lapangan
terhadap fisik tanaman. 2) Umur Mulai Produksi dilakukan wawancara terhadap petani
Kelapa; dan 3) Estimasi Potensi Produksi dilakukan dengan cara menghitung hasil
perkalian dari berat kelapa, jumlah buah setiap tandan, jumlah tandan dalam satu tahun
dan jumlah tanaman dalam luasan tertentu. . Keterangan : EP : nilai
estimasi produksi; BK : berat buah kelapa; JB : rata-rata jumlah buah setiap tandan dan
JT : rata-rata jumlah tandan setiap pohon; 4) Kemasaman Tanah dilakukan pengecekan
denga menggunakan pH meter dan 5) Suhu Harian, dilakukan pengukuran suhu pada
pagi, siang dan sore mengunakan termometer suhu.
Data-data yang diperoleh dianalisis statistika dengan metode deskriptif dan
inferensi. Metode deskripsi dalam bentuk tabulasi dan inferensi dilakukan dengan uji
anova dan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan dengan ketelitian 95%.
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
Tabel ini menunjukkan titik koordinat tiap-tiap petak sampel tanaman Kelapa
Dalam di masing-masing ekologi lahan. Jarak antar lokasi dapat diukur berdasarkan
perbedaan titik koordinat pada garis lintang Selatan (S) dan lintang Timur (E).
Pengukuran jarak antar lokasi dapat mengunakan titik koordinat lintang timur saja
maupun mengunakan titik lintang selatan saja, dimana setiap detik pada titik koordinat
berjarak 30 m. Seperti pada blok satu, terdapat 3 petak sampel yaitu P1 S = 01 09’
13,09’’, P2 S = 01 09’ 29,79’’ dan P3 S = 01 09’ 39,79’’ dimana P1 ke P2 berjarak 16
detik atau 480 m dan jarak dari P2 ke P3 berjarak 10 detik atau 300 m.
Tanaman Kelapa Dalam memiliki syarat tumbuh dengan toleransi yang relatif
luas tetapi berkembang optimal pada kondisi tanah yang memiliki fraksi tana h
yang banyak dan dalam, serta pH antara 5,5 sampai dengan 8 (Abdurachman dan
Mulyani,
2003). Jenis tanah yang terbagi di beberapa daerah Provinsi Jambi menyebabkan
tingkat kemasaman yang berbeda. Hal ini terbukti berdasarkan hasil pengamatan tingkat
kemasaman tanah terdapat perbedaan di daerah pasang surut, dataran rendah, dataran
sedang dan dataran tinggi, dimana di dataran rendah memiiki pH yang tinggi dan
kemasaman tanah yang rendah atau mendekati netral. Kemasaman tanah yang tinggi
dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena terjadinya fiksasi unsur P dan
peningkatan unsur Al dan Mn. Data peubah fisik tanaman disajikan pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Peubah pH tanah, lingkar batang dan panjang pelepah tanaman Kelapa Dalam
pada berbagai ekologi lahan
Peubah
No. Ekologi
pH Tanah Lingkar Bata ng (cm) Panjang Pelepah (m)
1. Pasang Surut 3,56 a 81,33 a 5,85 a
2. Dataran Rendah 4,20 b 87,26 a 5,83 a
3. Dataran Sedang 5,20 c 99,63 b 6,05 b
4. Dataran Tinggi 6,13 d 101,43 b 5,74 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji jarak berganda Duncan dengan ketelitian 95%.
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
3
35
2
30
2
2
2
2
2
25
2
20
15
10
5
0
Pasang Surut Dataran Rendah Dataran Sedang Dataran Tinggi
Ekologi Lahan
Gambar 2. Rata-rata suhu harian di daerah pasang surut, dataran rendah, dataran sedang
dan dataran tinggi
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
bersuhu rendah di dataran tinggi dan kurang aktif pada daerah kering dan panas, karena
ulat banyak memakan dedaunan sebagai energi untuk metamorfosis menjadi kupu-kupu.
Di daerah yang sejuk dan dingin membuat ulat aktif mencerna daun. Apabila berada di
daerah kering dan panas, ulat tidak banyak beraktivitas karena membutuhkan banyak
energi sehingga aktifitas tubuh berkurang pada suhu tubuh yang tinggi.
Menurut Getunelnd (2011), bahwa ekologi juga berdampak terhadap intensitas
cahaya, dimana pada langit dataran tinggi banyak terdapat awan yang akan mengurangi
intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Pengaruh cahaya bukan hanya
bergantung kepada intensitas cahaya saja, namun ada faktor lain yang terdapat pada
cahaya, yaitu berkaitan dengan panjang gelombangnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan warna daun Kelapa Dalam di dataran tinggi
berwarna hijau gelap. Penyinaran yang berkurang karena kabut dan terlindungi awan di
dataran tinggi menyebabkan daun tanaman akan menebal dan berwarna hijau gelap,
sedangkan di daerah dataran rendah penyinaran yang panjang menjadikan daun lebih
lebar, warnanya hijau terang, ketebalan daun lebih tipis yang berfungsi mempercepat
proses transpirasi.
Ketebalan daun, warna daun, panjang pelepah, lingkar buah dan berat buah
tanaman Kelapa Dalam berbeda-beda dimasing-masing ketinggian. Lamanya
penyinaran dan intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kelapa di
dataran
sedang dan dataran rendah menyebabkan tanaman aktif berfotosintesis. Tanaman
kelapa di dataran tinggi mendapatkan lama penyinaran matahari yang lebih sedikit
dibanding dataran rendah dan dataran sedang sehingga klorofil di dalam daun tanaman
kelapa di dataran tinggi tidak aktif berfotosintesis sehingga warna daun tanaman kelapa
di dataran tinggi lebih gelap dibanding daerah lain (Gambar 3).
Selain penyinaran matahari dan intensitas cahaya yang lebih rendah, di dataran
tinggi memiliki suhu lebih rendah dibanding daerah lain. Suhu yang rendah dan cahaya
matahari yang sedikit menyebabkan terbentuknya jaringan mesofil daun pada daun
tanaman kelapa di dataran tinggi sehingga daun tanaman kelapa di dataran tinggi lebih
tebal dibanding daun tanaman kelapa di daerah lain.
6
4.95
d
4.37
3.96
5
b
4
3
2
1
0
Pasang Surut Dataran Rendah Dataran Sedang Dataran
Tinggi
Ekologi Lahan
Gambar 3. Ketebalan daun dan warna daun tanaman Kelapa Dalam pada berbagai
ekologi lahan
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
Fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman kelapa di dataran
sedang lebih banyak dihasilkan dibanding tanaman kelapa di dataran tinggi karena
tersedianya cahaya dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman di dataran sedang lebih optimum. Pertumbuhan panjang pelepah
daun dan jumlah buah dalam setiap tandan dipengaruhi oleh banyaknya fotosintat yang
dihasilkan. Tanaman yang dapat menghasilkan fotosintat yang banyak maka
pertumbuhan tanaman dan perkembangan sel reproduksinya akan baik dan apabila
fotosintat yang dihasilkan tanaman rendah maka pertumbuhan dan reproduksi tanaman
akan terhambat.
Rendahnya aktivitas fotosintesis tanaman kelapa di dataran tinggi menyebabkan
rendahnya fotosintat dan energi untuk perkembangan buah kelapa. Perkembagan buah
yang lambat menyebabkan lingkar buah dan berat buah dengan sabut tanaman kelapa di
dataran tinggi lebih kecil dan lebih ringan daripada buah kelapa di daerah datran rendah
dan dataran sedang (Tabel 4). Meskipun pekembangan buah tanaman kelapa di dataran
tinggi lebih lambat, namun berat biji atau berat buah tidak dengan sabut buah kelapa di
dataran tinggi berbeda tidak nyata dengan berat biji atau buah tidak dengan sabut di
daerah lain karena cadangan makanan tanaman kelapa didataran tinggi banyak disimpan
didalam biji sehingga meskipun kecil tapi memiliki masa yang berat.
Tabel 4. Peubah lingkar buah, jumlah buah setiap tandan, berat buah dengan sabut dan
berat buah tanpa sabut tanaman Kelapa Dalam pada berbagai ekologi lahan
Peubah
No. Ekologi Jumlah Buah Berat Buah Berat Buah
Lingkar
setiap dengan Sabut tanpa Sabut
Buah (cm) Tandan (buah) (kg) (kg)
1. Pasang Surut 61,63 c 4,83 a 1,73 b 1,01 b
2. Dataran Rendah 59,00 b 6,40 b 1,80 b 1,07 b
3. Dataran Sedang 63,03 c 8,53 c 1,73 b 0,97 b
4. Dataran Tinggi 55,53 a 4,36 a 1,45 a 1,45 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji jarak berganda Duncan dengan ketelitian 95%.
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
Umur Mulai Berproduksi (th)
18.36
20
13.6
12.33
15
9.66
d
11
c
6.66
10
0
Pasang Surut
Dataran Rendah Dataran Sedang Dataran Tinggi
Ekologi Lahan
Gambar 3. Umur mulai berproduksi dan potensi produksi tanaman Kelapa Dalam pada
berbagai ekologi lahan
Data rill produksi Provinsi Jambi berbeda dengan data estimasi produksi dalam
penelitian ini. Perbedaan hasil produksi ini dikarenakan pengambilan data secara
estimasi hanya mengunakan data pada saat penelitian saja dan tidak
mempertimbangkan pengaruh suhu, cuaca dan musim terhadap produksi dan
pertumbuhan tanaman di setiap tahun. Berbeda dengan data dari data Biro Pusat
Statistika yang mengunakan data rill berdasarkan produksi tanaman selama satu tahun,
sehingga data rill dari Dinas Perkebunan berbeda dengan data estimasi pada penelitian
ini.
KESIMPULAN
Dari tujuan penulisan dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan bahwa ekologi lahan berpengaruh nyata terhadap potensi produksi
dan karakteristik fisik tanaman Kelapa Dalam. Tanaman Kelapa Dalam dapat tumbuh,
berkembang dan berproduksi dengan baik di daerah dataran sedang dengan ketinggian
100-500 m dpl.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Mulyani. 2003. Kesesuaian lahan tanaman kelapa. (online),
(http://www.anakagronomy.com/2013/04/analisis-kesesuaian-lahan-untuk-
anaman.html. Diakses pada tanggal 20 November 2014).
Bappeda Provinsi Jambi. 2010. Gambaran Umum Kondisi Daerah. Jambi.
Biro Pusat Statistik. 2013. Geografis Daerah di Provinsi Jambi. Jambi
Biro Pusat Statistik. 2015. Jambi Dalam Angka 2014. BPS Provinsi Jambi. Jambi
Dinas Perkebunan. 2013. Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis
Tanaman. Jambi.
Gtuneland. 2011. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan. (online).
(http://Gtuneland.Wondpress.com. Diakses pada tanggal 10 desember 2015).
Pambudi, D.T. dan B. Hermawan. 2010. Hubungan antara beberapa karakteristik fisik
lahan dan produksi Kelapa Sawit. Akta Agosia. Vol. 13 No. 1 Hal. 35-39.
Faperta Univ. Bengkulu.
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman
Jurnal Media Pertanian Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 Hal. 45 – 54
Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu
Agronomi
Prasetyo, E. 2013. karakteristik fisik tanaman dan mutu lateks dari tanaman karet yang
dibudidayakan pada agroekologi lahan yang berbada. Sekripsi. Faperta
Unbari.tdk dipublikasikan.
Tasri, E. S. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Bung Hatta.
Padang.
Wiedenhoeft, A. C. 2006. Plant Nutrition. Chelsea House. USA. 144 p
Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Halaman