0% found this document useful (0 votes)
59 views14 pages

Swot Prov Banten

This document summarizes a study on strategies for managing fixed assets in the provincial government of Banten, Indonesia. The study aims to describe Banten's fixed asset management system and identify factors affecting it. The system's performance is evaluated based on how fixed assets are presented. Strategies are formulated to improve management using SWOT and AHP methods. The priority strategies are improving asset data quality, implementing an action plan, and improving inter-agency cooperation. The strategies aim to help Banten obtain an unqualified audit opinion on its financial statements from the Audit Board.

Uploaded by

Siti Qomariyah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
59 views14 pages

Swot Prov Banten

This document summarizes a study on strategies for managing fixed assets in the provincial government of Banten, Indonesia. The study aims to describe Banten's fixed asset management system and identify factors affecting it. The system's performance is evaluated based on how fixed assets are presented. Strategies are formulated to improve management using SWOT and AHP methods. The priority strategies are improving asset data quality, implementing an action plan, and improving inter-agency cooperation. The strategies aim to help Banten obtain an unqualified audit opinion on its financial statements from the Audit Board.

Uploaded by

Siti Qomariyah
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 14

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah.

Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PEMERINTAH


PROVINSI BANTEN

Fixed Asset Management Strategies in the Government of Banten Province

Een Mulyani1, Dwi Rachmina2, Nunung Kusnadi2


1AuditorBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Email: een.mulyani@gmail.com
2 Staff Pengajar Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Email: dwirachmina@yahoo.com,
nunungkusnadi@yahoo.com

ABSTRACT

The Government of Banten Province during the years 2011-2014 has not received an Unqualified
Opinion (WTP) of The Supreme Audit Agency (BPK) in its financial statements. The opinion had been given by
BPK during the years of 2011-2012 is The Qualified Opinion (WDP). The opinion for years of 2013-2014 is
Disclaimer Opinion (TMP).The key to giving WDP and TMP, among others, for the presentation of assets are
considered not meet the principles of fairness appropriate presentation of The Government Accounting
Standards (SAP). The research objective to describe fixed asset management system. The results of the
performance of the system in the form of presentation of fixed assets. The next goal to identify internal and
external factors affecting fixed asset management system. The ultimate destination for formulating strategies to
improve management of fixed assets. The study was conducted in The Government of Banten Province,
particularly the Bureau of Equipment and Assets (BPA) under the Regional Secretary and all work units
(SKPD). Methods for assessing the performance of the presentation of fixed assets is Transformation Index.
Identification of factors that affect the management of assets and formulate a strategy used SWOT Analysis
Method. Methods of Analysis Hierarchy Process (AHP) to ge the priority of a strategy based on expert opinion.
Conclusion the study shows the priority of asset management strategy is a strategy to improve the quality of data
assets, strategy implementation Improvement Action Plan (RTP) and strategies for improving inter-agency
cooperation. The formulation of the strategy is also supported by the proposed program of each strategy. The
results of the study are expected to improve fixed asset management system and its implementation in The
Government of Banten Province.
Key words: financial statement, fixed asset, strategy

ABSTRAK
Pemerintah Provinsi Banten selama tahun 2011-2014 belum memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada laporan keuangannya. Opini yang diberikan
oleh BPK untuk tahun 2011 dan 2012 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Opini untuk tahun 2013 dan
2014 berupa Tidak Menyatakan Pendapat (TMP). Kunci dari pemberian opini WDP dan TMP antara lain
karena penyajian aset tetap dianggap belum memenuhi prinsip kewajaran penyajian sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem pengelolaan aset tetap. Hasil dari
sistem berupa kinerja penyajian aset tetap. Tujuan berikutnya mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi sistem pengelolaan aset tetap. Tujuan terakhir untuk merumuskan strategi perbaikan pengelolaan
aset tetap. Penelitian dilakukan pada Pemerintah Provinsi Banten, khususnya Biro Perlengkapan dan Aset (BPA)
di bawah Sekretaris Daerah beserta seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Metode untuk menilai
kinerja penyajian aset tetap adalah Transformasi Indek. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan aset dan merumuskan strategi digunakan Metode Analisis SWOT. Metode Analisis Hierarchy
Process (AHP) membantu pemilihan prioritas strategi berdasarkan pendapat ahli. Kesimpulan penelitian
menunjukkan prioritas strategi pengelolaan aset adalah strategi peningkatan kualitas aset data, strategi
pelaksanaan Rencana Tindak Perbaikan (RTP)/action plan dan strategi peningkatan kerjasama antar lembaga.
Perumusan strategi juga ditunjang dengan usulan kebijakan/program terhadap masing-masing strategi. Hasil dari
penelitian diharapkan dapat memperbaiki sistem pengelolaan aset tetap dan pelaksanaannya di Pemerintah
Provinsi Banten.
42 Kata Kunci: Laporan Keuangan, Aset Tetap, Strategi

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

PENDAHULUAN Tabel 1. Opini BPK RI atas Laporan


Keuangan Pemerintah Provinsi Se-
Latar Belakang
Indonesia Tahun 2011-2014
Salah satu upaya nyata untuk
Jenis Opini
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas Th
pengelolaan keuangan negara adalah WTP WDP TW TMP Total
menyampaikan laporan pertanggung 20 1 30 1 58 0 0 4 12 3 100
11 0 % 9 % % % 3 %
jawaban keuangan pemerintah yang 20 1 52 1 33 0 0 5 15 3 100
memenuhi prinsip-prinsip akuntansi dan 12 7 % 1 % % % 3 %
20 1 48 1 45 0 0 2 6 3 100
pelaporan keuangan pemerintah yang baik. 13
20
6 %
2 76
5 % % % 3 %
7 21 0 0 1 3 3 100
Laporan pertanggungjawaban keuangan 14 6 % % % % 4 %
pemerintah disusun dengan mengacu pada Sumber: Ikhtisar hasil pemeriksaan BPK
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah semester I Tahun 2015
(PSAP) yang dikeluarkan oleh Komite
Selama empat tahun berturut-turut
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
terjadi penurunan kualitas opini atas
yang telah diresmikan juga dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
(LKPD) Provinsi Banten. Berdasarkan
2010 tentang Standar Akuntansi
hasil audit BPK, Tahun 2011-2012
Pemerintah.
diperoleh opini WDP dan selama Tahun
Kualitas penyelenggaraan akuntansi
2013-2014 diperoleh opini TMP. Salah
keuangan dapat diukur melalui jenis opini
satu permasalahan yang menjadi kunci
atas laporan keuangan dari hasil audit yang
pemberian opini WDP dan TMP dari BPK
dilakukan oleh auditor eksternal, baik BPK
adalah permasalahan pada penyajian aset
maupun Akuntan Publik. Opini auditor
tetap. Penyajian aset tetap dalam LKPD
eksternal atas penyajian laporan keuangan
dianggap belum memenuhi kewajaran
secara bertingkat terdiri atas Tidak
penyajian sesuai dengan Standar Akuntansi
Memberikan Pendapat (TMP), Tidak
Pemerintah (SAP).
Wajar (TW), Wajar Dengan Pengecualian
(WDP), dan yang terbaik adalah Wajar
Perumusan Masalah
Tanpa Pengecualian (WTP). Semakin baik
opini atas suatu laporan keuangan Seperti telah diuraikan dalam
menunjukkan semakin baiknya kualitas pendahuluan, salah satu penyebab belum
penyelenggaraan pengelolaan keuangan. diperolehnya opini WTP pada LKPD
Kualitas laporan keuangan merupakan Tahun 2011-2014 adalah penyajian aset
salah satu indikator dalam mewujudkan tetap pada laporan keuangan yang belum
good government dan clean governance. dapat memenuhi prinsip kewajaran
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Semester penyajian. Permasalahan penyajian aset
I Tahun 2015 memuat perkembangan opini tetap antara lain sebagai berikut:
pada 34 LKPD tingkat provinsi Tahun 1. Pada aset Tanah terdapat permasalahan
2014 ditampilkan pada Tabel 1. antara lain tidak jelasnya lokasi/alamat
Hal yang harus menjadi perhatian Tanah berada, luas yang tidak
serius Pemerintah Provinsi Banten dari diketahui/tidak sesuai dengan dokumen
Tabel 1 di atas adalah bahwa Pemerintah pengadaan, Tanah yang belum
Provinsi Banten merupakan satu-satunya bersertifikat atau masih bersertifikat atas
pemerintah tingkat provinsi yang nama pihak lain, Tanah dengan
memperoleh opini TMP pada Tahun 2014 pencatatan ganda (double accounting)
dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. antara pemerintah provinsi dengan
kabupaten/kota, Tanah dengan
penguasaan dan pemanfaatan oleh pihak 43
lain, tidak ada pengamanan fisik atas

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

Tanah, Tanah yang belum dapat aspek fisik dan yuridis, sedangkan tahap
dijelaskan nilainya, dokumen legal audit berupa identifikasi terhadap
kepemilikan yang tidak memiliki permasalahan aset yang timbul dan upaya
kekuatan hukum, kesalahan dalam penyelesaiannya. Ke dua tahapan
pengklasifikasian aset antara aset Tanah pengelolaan aset menurut Siregar (2004)
dan Gedung/Bangunan. tersebut dalam pelaksanaannya di
2. Pada Gedung /Bangunan terdapat Pemerintah Banten tertuang dalam
permasalahan antara lain letak/lokasi Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008
dan luas Gedung/Bangunan yang tidak tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
diketahui, tidak adanya dokumen Tahapan inventarisasi dan legal audit
kepemilikan, Gedung/Bangunan yang tersebut sesuai dengan tahapan
digunakan oleh pihak lain, pencatatan penatausahaan, pemanfaatan dan
ganda dan Gedung/Bangunan yang pengamanan/pemeliharaan.
belum jelas keberadaannya namun telah Sesuai dengan permasalahan
tercatat dalam daftar aset dengan nomor pengelolaan aset yang dihadapi dalam
registrasi. tahapan seperti disebutkan di atas, maka
Pemerintah Provinsi Banten perlu solusi strategi yang akan dirumuskan
merumuskan strategi agar penyajian aset dalam penelitian ini juga merupakan solusi
tetap dalam laporan keuangan dapat atas permasalahan inventarisasi dan legal
memenuhi prinsip kewajaran penyajian. audit aset tetap.
Pertanyaan penelitian yang akan dicari
jawabannya adalah bagaimana sistem Tinjauan Pustaka
pengelolaan aset tetap di Pemerintah Homer (2014) menganalisis tingkat
Provinsi Banten? Faktor-faktor apa yang arti penting pelaksanaan kegiatan
mempengaruhi kinerja pengelolaan aset inventarisasi dan legalisasi aset tetap
tetap? Bagaimana strategi perbaikan sistem dengan melihat tingkat arti pentingnya
pengelolaan aset tetap? terhadap kinerja pemerintah daerah.
Tujuan Penelitian Hubungan yang signifikan antara regulasi
dengan kinerja pengelolaan aset telah dibahas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
Azhar et al. (2011) dalam penelitiannya
1. Mendeskripsikan sistem pengelolaan
terhadap manajemen aset pada SKPD di
aset tetap di Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kota Banda Aceh. Pekei et al.
Banten.
(2013) membahas hubungan antara kualitas
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
SDM dengan kinerja pengelolaan aset di
mempengaruhi kinerja pengelolaan aset
Kota Jayapura. Penelitian M.S. Abdelhamid
tetap.
et al. (2014) menyatakan pengelolaan aset
3. Merumuskan strategi perbaikan sistem
harus dilakukan berbeda sesuai tahapan
pengelolaan aset tetap.
kehidupan aset, yaitu perencanaan,
Ruang Lingkup Penelitian pengadaan, operasi dan pemeliharaan,
serta pembuangan.
Penelitian ini membatasi pengelolaan
aset hanya pada tahap inventarisasi dan Kerangka Pemikiran
legal audit dari lima tahapan manajemen Kerangka pemikiran diawali dengan
aset menurut Siregar (2004), yaitu; mendeskripsikan sistem pengelolaan aset
inventarisasi aset, legal audit, penilaian tetap pada Pemerintah Provinsi Banten.
aset, optimalisasi pemanfaatan aset serta Sistem pengelolaan aset tetap berpengaruh
pengawasan dan pengendalian dengan dalam capaian kinerja aset tetap, terutama
pengembangan sistem informasi dalam kewajaran penyajian AT di laporan
44 manajemen aset. Tahapan inventarisasi keuangan. Capaian kinerja penyajian aset
berupa pemenuhan aset tetap terhadap tetap dapat dilihat dari kelengkapan aspek

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

fisik, aspek yuridis dan aspek legal audit. diperingkatkan berdasar prioritas untuk
Kondisi faktor lingkungan eksternal dan diterapkan dan didahulukan
internal diteliti untuk melihat pengaruhnya pelaksanaannya dibanding strategi yang
pada pengelolaan aset tetap. Analisis lain. Simpulan dan saran atas penelitian
terhadap faktor lingkungan menjadi dasar merupakan tahapan akhir dari kerangka
perumusan strategi perbaikan sistem pemikiran ini, seperti terlihat pada Gambar
pengelolaan aset tetap. Strategi yang 1.
dirumuskan merupakan pilihan yang

LKPD Banten Tahun 2011-2014 belum mendapatkan opini WTP

Mendeskripsikan sistem pengelolaan Aset Tetap

Kelemahan dalam Implementasi Sistem Pengelolaan AT

Capaian Kinerja Pengelolaan Aset Tetap

Kelengkapan aspek fisik AT Kelengkapan aspek yuridis AT Aspek legal audit

Analisis Lingkungan Eksternal Analisis Lingkungan Internal

Perumusan Strategi Pengelolaan AT

Pelaksanaan strategi pengelolaan AT

LKPD Banten memperoleh Opini WTP

Gambar 1 Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Biro Data yang digunakan dalam


penelitian ini adalah data primer dan data
Perlengkapan dan Aset (BPA) dan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di sekunder. Data primer diperoleh dari Biro
Perlengkapan dan Aset (BPA) berupa data
Pemerintah Provinsi Banten. BPA di
aset dan peraturan daerah mau pun
bawah Sekretariat Daerah memiliki tugas
pokok membantu Asisten Daerah peraturan gubernur terkait pengelolaan
aset. Data sekunder diperoleh berupa
Administrasi Umum melaksanakan
pengelolaan kekayaan daerah. Waktu regulasi serta dokumen dari pemerintah
pusat mau pun Laporan Hasil Audit BPK
penelitian dilaksanakan selama tiga bulan
atas LKPD Pemerintah Provinsi Banten
sejak Januari sampai dengan Maret 2016.
Tahun 2011-2014.
Teknik pengumpulan data dengan cara 45
wawancara (indepth-interview) dan

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

penyebaran kuesioner kepada pihak yang strategi dengan melihat prioritas


berkaitan langsung dengan pengelolaan permasalahan menurut persepsi para ahli
aset daerah. pengelolaan aset daerah.
Variabel Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel dalam tahapan inventarisasi
Sistem Pengelolaan Aset Tetap
dianalisis untuk menilai kinerja pemerintah
daerah dalam pemenuhan aspek fisik dan Sistem Pengelolaan Aset Daerah
yuridis sebuah aset tetap. Variabel lain berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor
yang turut mengukur kinerja tersebut 17 Tahun 2008 yang merupakan turunan
adalah variabel dalam kegiatan legal audit. dari Peraturan Menteri Dalam Negeri
Masing-masing variabel tersebut adalah: Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
1. Kelengkapan aspek fisik tanah terdiri Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
dari luas, letak/alamat dan bentuk Perda tersebut antara lain mengatur tentang
penggunaan. Kelengkapan aspek yuridis kewenangan dan struktur pengelola aset
terdiri dari status tanah (hak, nomor daerah. Wewenang pengelolaan ada pada
dan tanggal sertifikat), asal-usul, harga Sekretaris Daerah dibantu oleh Kepala
dan tahun pengadaan. Biro Perlengkapan dan Aset (BPA) sebagai
2. Kelengkapan aspek fisik pembantu pengelola BMD, dan Kepala
gedung/bangunan terdiri dari kondisi, SKPD sebagai pengguna barang dengan
konstruksi (bertingkat/tidak, membawahi pengurus dan penyimpan
beton/tidak), luas lantai, letak/lokasi, barang. Namun dalam pelaksanaannya,
luas dan nomor kode tanah. Aspek masih terdapat fungsi pengelolaan yang
yuridis gedung/bangunan terdiri dari tidak dilakukan atau tidak sesuai dengan
dokumen (tanggal dan nomor), status ketentuan. Kelemahan tersebut antara lain
tanah, asal usul dan harga. berupa kurangnya koordinasi antara BPA
3. Aspek legal audit terdiri dari dengan Kepala SKPD dalam penentuan
“permasalahan yang dihadapi” dan kebutuhan akan SDM pengurus barang,
“upaya penyelesaiannya” yang telah kurangnya koordinasi antara BPA dengan
dilakukan. Inspektorat dalam tindak lanjut temuan
Variabel penelitian untuk Metode BPK, tidak adanya monitoring pelaksanaan
SWOT berupa faktor internal dan eksternal pekerjaan oleh Kepala SKPD kepada
yang mempengaruhi pengelolaan aset di stafnya, dan kurang optimalnya kegiatan
Pemerintah Provinsi Banten. pengelolaan seperti sensus BMD,
rekonsiliasi data atau sosialisasi sistem dan
Metode Pengolahan dan Analisis Data kebijakan.
Metode Transformasi Indek adalah Sistem pengelolaan aset merupakan
metode yang dipakai untuk menjawab sistem yang terus dikembangkan menjadi
tujuan pertama penelitian. Metode ini lebih baik. Beberapa kelemahan dari
menilai kinerja Pemerintah Provinsi sistem ini antara lain sistem belum
Banten dalam pemenuhan aspek fisik, memfasilitasi pola mutasi
yuridis dan legal audit pada aset tetap. pengurus/penyimpan barang berdasarkan
Tujuan kedua penelitian dijawab dengan kebutuhan kompetensi di masing-masing
Metode Analisis SWOT dengan Matrik SKPD, belum ada pola rekrutmen untuk
IFAS dan EFAS. Tujuan terakhir pengurus/penyimpan barang, belum ada
penelitian berupa perumusan strategi pola pendidikan dan pelatihan (diklat)
perbaikan pelaksanaan pengelolaan aset yang baku bagi pengurus/penyimpan
menggunakan Metode SWOT dengan barang, kurangnnya perhatian terhadap
46 Matrik Internal Eksternal dan Matrik kesejahteraan dan beban kerja pengurus
SWOT. Metode Analytical Hierarchy barang dan belum memasukkan peran
Process (AHP) juga membantu perumusan Inspektorat dalam sistem pengelolaan aset.

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Inspektorat hanya berperan secara rutin Kinerja Pengelolaan Aset Tetap


sebagai satuan pengendalian intern, yang Aset pemerintah daerah harus
pengawasannya bersifat umum kepada memenuhi ketentuan aspek fisik, yuridis
seluruh SKPD. dan legal audit (Siregar, 2004). Capaian
Sistem teknologi informasi kinerja aspek fisik, yuridis dan legal audit
pengelolaan aset menggunakan Sistem untuk tanah dan gedung/bangunan
Informasi Managemen Daerah-Barang diperoleh dengan membandingkan kondisi
Milik Daerah (SIMDA BMD). Dalam yang ada dengan kondisi ideal. Kondisi
implementasinya sering kali terkendala ideal adalah nilai maksimum yang
pada kompetensi SDM yang belum diperoleh jika suatu aset dapat memenuhi
menjalankan fungsinya, seperti tidak seluruh ketentuan dalam masing-masing
dilakukannya input data secara rutin, aspek.
kesalahan dalam proses input dan tidak Aset tanah telah cukup memenuhi
adanya validasi atas proses input oleh kriteria kelengkapan aspek fisik yang
atasan langsung. terdiri dari luas, letak/alamat dan bentuk
Suatu sistem yang telah dirancang fisik penggunaan, namun kurang
dengan sempurna, namun pelaksanaannya memenuhi kelengkapan aspek yuridis yang
tidak sesuai ketentuan, dikhawatirkan tidak terdiri status (hak, nomor dan tanggal
dapat mencapai kondisi yang diharapkan. sertifikat), asal-usul, harga dan tahun
Hal ini disebabkan kinerja merupakan hasil pengadaan. Tanah juga cukup memenuhi
dari sistem yang berlaku dan diterapkan kelengkapan aspek legal audit yaitu
dalam sebuah organisasi. rendahnya tingkat permasalahan yang
dihadapi dan telah dilakukan upaya
penyelesaiannya oleh Pemerintah Provinsi
Banten. Indek kinerja aset tanah terdapat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Indek kinerja aset tanah


Indek Pemenuhan Indek Pemenuhan Indek Pemenuhan Aspek
Aspek Fisik Aspek Yuridis Legal Audit
Tahun
Capaian Capaian Capaian
Kondisi Ideal Kondisi Ideal Kondisi Ideal
(%) (%) (%)
2011 1 038 1 284 80.84 1 745 2 568 67.95 781 856 91.24
2012 1 049 1 293 81.13 1 757 2 586 67.94 792 862 91.88
2013 1 090 1 353 80.56 1 849 2 706 68.33 798 902 88.47
2014 1 093 1 368 79.90 1 861 2 736 68.02 773 912 84.76
Sumber: SIMDA BMD 2014 (diolah)

Aset Gedung/Bangunan kurang harga. Capaian aspek legal audit cukup


memenuhi kelengkapan aspek fisik yang memuaskan artinya variable ‘permasalahan
terdiri dari kondisi, konstruksi yang dihadapi’ cukup rendah dan ‘upaya
(bertingkat/tidak, beton/tidak), luas lantai, penyelesaiannya’ telah dilakukan dengan
letak/lokasi, luas, dan nomor kode tanah baik oleh Pemerintah Provinsi Banten.
tempat berdiri. Gedung/Bangunan belum Kinerja pemenuhan aspek untuk aset tetap
memenuhi kelengkapan aspek yuridis yang Gedung/Bangunan disajikan dalam Tabel
terdiri dari kelengkapan dokumen (tanggal 3.
dan nomor), status tanah, asal usul dan 47

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

Tabel 3 Indek kinerja aset gedung/bangunan


Indek Pemenuhan Indek Pemenuhan Indek Pemenuhan
Aspek Fisik Aspek Yuridis Aspek Legal Audit
Tahun
Capaian Capaian Capaian
Kondisi Ideal Kondisi Ideal Kondisi Ideal
(%) (%) (%)
2011 3 552 5 719 62.11 2 594 4 085 63.50 1 586 1 634 97.06
2012 3 763 6 251 60.20 2 836 4 465 63.52 1 738 1 786 97.31
2013 4 141 6 965 59.45 3 152 4 975 63.36 1 923 1 990 96.63
2014 5 446 15 624 34.86 5 631 11 160 50.46 4 392 4 464 98.39
Sumber: SIMDA BMD 2014 (diolah)

Faktor Internal dan Eksternal pelaksana pengelola aset belum


Pengelolaan Aset melaksanakan tugas sebagaimana
mestinya (W2) dan belum adanya
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sistem insentif untuk pengelola aset
pengelolaan aset tetap adalah:
yang diberikan secara berkala (W3).
1. Kekuatan (Internal)
3. Peluang (Eksternal)
Kekuatan merupakan potensi yang
Peluang dalam pengelolaan aset tetap
dapat membawa kemajuan bagi sebuah
berupa adanya pendampingan
organisasi. Kekuatan utama yang
pengelolaan aset dari BPKP (O1),
dimiliki Pemerintah Daerah pada
adanya peraturan perundangan di
pengelolaan aset adalah tersedianya
tingkat pusat yang mengatur dan
Sistem Informasi Manajemen
mendukung pengelolaan aset daerah
Aset/BMD (S1), SDM di tingkat
(O2) dan banyak referensi dan pakar
pengambil kebijakan memiliki
yang berpengalaman dalam aset daerah
kompetensi di bidang aset (S2), adanya
(O3).
komitmen Pemerintah Provinsi
4. Ancaman (Eksternal)
Banten untuk penyelesaian
Ancaman dalam pengelolaan aset tetap
permasalahan aset (S3), telah dibuat
berupa aset yang diperoleh dari
target penyelesaian permasalahan aset
Provinsi Jawa Barat tidak didukung
dalam bentuk rencana tindak
data dan dokumen yang memadai (T1),
perbaikan (action plan) (S4), adanya
rekomendasi auditor eksternal (BPK)
peraturan daerah/peraturan gubernur
yang sulit dilaksanakan (T2) dan status
tentang pengelolaan aset (S5), telah
aset sebagai barang bukti di pengadilan
ditetapkannya struktur pengelola aset
(T3).
dengan peraturan daerah (S6) dan
Terhadap faktor-faktor internal dan
adanya monitoring dan evaluasi dari
eksternal dilakukan pemberian bobot dan
Inspektorat Provinsi Banten dalam
rating berdasarkan persepsi responden dari
pengelolaan aset (S7).
SKPD. Penghitungan bobot dan ratingnya
2. Kelemahan (Internal)
dilakukan sebagai alat untuk melihat
Kelemahan merupakan faktor yang
faktor-faktor mana yang paling
dapat mengancam pencapaian tujuan.
memengaruhi pengelolaan aset tetap,
Hasil identifikasi terhadap faktor
sebagai dasar untuk membuat prioritas
internal menunjukkan beberapa
strategi. Penghitungan tersebut disajikan
kelemahan pengelolaan aset adalah
dalam Internal Factors Analysis Summary
kurangnya kompetensi SDM
(IFAS) pada Tabel 4 dan External Factors
(pegawai) di tingkat pelaksanaan
Analysis Summary (EFAS) pada Tabel 5.
pengelolaan aset yang kurang
48 memadai (W1), SDM di tingkat

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Tabel 4 Perhitungan bobot dan rating pada faktor strategi internal


Rata-rata Bobot = Bobot
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL Skor ( (Rata2 Rating X
Variabel Variabel/Xsi)*Bs)/100 Rating
KEKUATAN
Tersedianya sistem informasi manajemen aset yang
1
memadai 2.83 0.11 3.40 0.38
Tersedianya SDM di tingkat pengambil kebijakan
2
memiliki kompetensi di bidang aset 2.65 0.10 3.35 0.35
Adanya komitmen Pemprov untuk penyelesaian
3
permasalahan aset 2.65 0.10 3.58 0.37
Ditetapkannya target penyelesaian permasalahan aset
4
dalam bentuk rencana tindak perbaikan (action plan) 2.60 0.10 3.33 0.34
Ditetapkannya peraturan daerah/peraturan gubernur
5
tentang pengelolaan aset 3.03 0.12 3.50 0.42
Ditetapkannya struktur pengelolaan aset dengan
6
peraturan daerah 2.93 0.11 3.40 0.39
Adanya monitoring dan evaluasi dari Inspektorat
7
Provinsi Banten dalam pengelolaan aset 2.53 0.10 3.13 0.31
Total S (Xsi) 19.20 2.55
Rata-rata Bobot = ((Rata2 Bobot
Skor Variabel/Xwi) *Bw) Rating X
Variabel /100 Rating
KELEMAHAN
Kurang memadainya kompetensi SDM di tingkat
1
pelaksanaan pengelolaan aset 2.15 0.08 3.13 0.26
Belum dilaksanakannya tugas sesuai ketentuan oleh
2
SDM di tingkat pelaksana pengelola aset 2.05 0.08 3.10 0.25
Belum ditetapkannya sistem insentif untuk pengelola
3
aset secara jelas 2.05 0.08 2.05 0.17
Total W (Xwi) 6.25 0.68
Total S dan W (Xi) 25.45
Bs =( Xsi/Xi) x 100% 75.44
Bw =( Xwi/X)i x 100% 24.56
Total Kekuatan dan Kelemahan (Matrik Internal
Eksternal) 3.23
Sumber: Kuesioner SWOT (diolah)
Tabel 4 mengambarkan kekuatan yang dimiliki dengan nilai 2,55 lebih besar dari kelemahan yang
dimiliki sebesar 0,68.

Tabel 5 Perhitungan bobot dan rating pada faktor strategi eksternal


Bobot =
Rata-rata
((Rata2 Bobot X
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL Skor
Variabel/Xoi)
Rating
Rating
Variabel
*Bo)/100
PELUANG (O)
1 Adanya pendampingan pengelolaan aset dari BPKP 2.83 0.18 3 0.62
Adanya peraturan perundangan di tingkat pusat yang
2
mengatur dan mendukung pengelolaan aset daerah 3.03 0.19 4 0.69
Tersedianya referensi dan pakar yang berpengalaman
3
dalam pengelolaan aset daerah 2.48 0.16 3 0.52
Total O (Xoi) 8.33 1.83
Bobot=
Rata-rata
((Rata2 Bobot X
Skor Rating
Variabel
Variabel/Xti) Rating 49
*Bt)/100

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

ANCAMAN (T)
Tidak memadainya data dan dokumen atas aset hibah dari
1
Provinsi Jawa Barat sebelum pemekaran 2.08 0.13 3 0.46
Adanya rekomendasi yang sulit dilaksanakan dari auditor
2
eksternal (BPK) 2.73 0.17 3 0.55
3 Adanya status aset sebagai barang bukti di pengadilan 2.58 0.16 3 0.51
Total T (Xti) 7.38 1.52
Total O dan T (Xi) 15.70
Bo =( Xoi/Xi) x 100% 53.03
Bw =( Xti/X)i x 100% 46.97
Total Peluang dan Ancaman (Matrik Internal Eksternal) 3.35

Tabel 5 diketahui bahwa peluang menyatakan pengelolaan aset


yang dimiliki dengan nilai 1,83 lebih besar dikonsentrasikan dengan cara
dari ancaman yang dimiliki sebesar 1,52. memanfaatkan kekuatan yang dimiliki atau
Nilai tersebut akan memengaruhi pun dengan memanfaatkan peluang. Hal
pemilihan strategi pengelolaan aset yang ini menandakan Provinsi Banten memiliki
akan lebih memanfaatkan peluang yang potensi faktor internal dan eksternal dapat
dimiliki dibanding dengan menghindari dipadukan untuk memperbaiki pengelolaan
faktor ancaman yang datang dari luar. aset. Matrik SWOT merupakan pertemuan
Strategi Pengelolaan Aset Tetap antara masing-masing faktor internal dan
eksternal dimana kedua faktor saling
Perumusan strategi berdasarkan berinteraksi untuk menentukan suatu
Matrik IFAS dan EFAS strategi yang terbaik. Gambaran mengenai
merekomendasikan strategi pertumbuhan perbandingan antar faktor dalam Matrik
(growth strategy) dengan konsentrasi SWOT dapat dilihat pada Tabel 6.
melalui integrasi vertikal. Strategi ini
Tabel 6 Perumusan strategi dengan Matrik SWOT
STRATEGI STRENGTHS-OPPORTUNITY (SO) STRATEGI WEAKNESSES-OPPORTUNITY (WO)
FAKTOR STRATEGI FAKTOR STRATEGI
S1,S3,S5,S6, Peningkatan kualitas data aset melalui W1,W2, Peningkatan kualitas data aset melalui
O1,O2,O3 penggunaan SIMDA Aset/BMD dengan W3, O1,O2, peningkatan kompetensi SDM pengelola
optimal, peningkatan kompetensi SDM O3 aset, sosialisasi kebijakan akuntansi dan
pengelola aset, pemberian insentif pada sistem/prosedur pengelolaan aset pada
SDM pengelola aset, sosialisasi kebijakan SDM pengelola aset, pelaksanaan
akuntansi dan sistem/prosedur pengelolaan pencatatan akuntansi sesuai ketentuan,
aset pada SDM pengelola aset, dan dan pemberian insentif pada SDM
pelaksanaan pencatatan akuntansi sesuai pengelola aset
ketentuan
S1,S2,S3,S4, Peningkatan kerjasama antar lembaga
S5,S6, S7, melalui pendampingan pengelolaan aset
O1,O2,O3 dari BPKP, kerjasama dengan BPN untuk
sertifikasi aset tanah
S6,S7,O1, O2 Pelaksanaan RTP/action plan melalui
peningkatan peran inspektorat dalam
pengamanan aset, pelaksanaan sensus dan
rekonsiliasi data aset secara rutin
Bobot X Rating = 4,39 Bobot X Rating = 2,51
STRATEGI STRENGTHS-THREATS (ST) STRATEGI WEAKNESSES-THREATS (WT)
FAKTOR STRATEGI FAKTOR STRATEGI
S3, S4, T1, Peningkatan kerjasama antar lembaga W1, W2, T1, Pelaksanaan RTP/action plan melalui
T2,T3 melaui kerjasama dengan Provinsi Jawa T2 sensus dan rekonsiliasi data aset secara
Barat atas aset hibah, kerjasama dengan rutin, dan pengawalan tindak lanjut atas
BPN untuk sertifikasi aset Tanah, temuan audit oleh Inspektorat.
koordinasi dengan BPK untuk tindak lanjut
temuan audit, dan kerjasama dengan
penegak hukum terkait status aset sebagai
brang bukti di pengadilan
50 S4, T2 Pelaksanaan RTP/action plan melalui
pengawalan pelaksanaan tindak lanjut
temuan audit oleh Inspektorat
Bobot X Rating = 4,07 Bobot X Rating = 2,20

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Berdasarkan perbandingan dalam Hierarchy Process (AHP) ditampilkan


Matrik SWOT, dapat diketahui bahwa pada Gambar 2. Metode ini akan melihat
Strategi SO (Strengths-Opportunities) persepsi ahli terhadap permasalahan,
memiliki nilai terbesar, sebagai strategi strategi penyelesaian permasalahan mau
yang paling diprioritaskan. Jenis strategi pun kendala/permasalahan lain yang masih
yang menjadi prioritas dalam Strategi SO ditemui didalamnya. Dalam sebuah bentuk
secara berurutan adalah strategi hirarki, semua tahapan tersebut dilihat
peningkatan kualitas data dengan jumlah berdasar tingkat/bobot yang paling
pertemuan faktor lima kali, sedangkan memengaruhi kinerja pengelolaan aset
strategi peningkatan kerjasama antar tetap pada Pemerintah Provinsi Banten.
lembaga dan strategi pelaksanaan action Prioritas pilihan merupakan persepsi ahli
plan masing-masing dua kali. bahwa hal tersebut lebih besar/lebih berat
Sebagai perbandingan dengan dan memerlukan penanganan yang
Metode SWOT, pemilihan prioritas mendesak dibanding dengan pilihan
strategi menggunakan Metode Analytical lainnya.

Gambar 2. Struktur Hierarki Pengelolaan Aset Tetap

Hasil pengolahan kuesioner menunjukkan yang harus diprioritaskan untuk segera


prioritas permasalahan dalam pengelolaan ditangani adalah kelengkapan aspek fisik.
aset tetap terlihat pada Tabel 7. Pada Hasil penilaian atas persepsi ahli
hirarki kedua, persepsi ahli memberi pada hirarki ketiga terlihat pada Tabel 8,
prioritas permasalahan pada pemenuhan dimana peningkatan kualitas data aset
kelengkapan aspek fisik. Prioritas kedua merupakan strategi prioritas pertama yang
pada pemenuhan kelengkapan aspek dipilih. Semua permasalahan pada hirarki
yuridis dan prioritas ketiga pada aspek kedua harus segera ditangani dnegan
legal audit. Artinya permasalahan terbesar 51

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

Tabel 7 Prioritas permasalahan aset tetap strategi peningkatan kualitas data


Permasalahan Nilai Prioritas aset. Strategi berikutnya yang dapat
Pemenuhan Kelengkapan Aspek 0,461 I dilaksanakan untuk mengatasi
Fisik permasalahan adalah pelaksanaan
Pemenuhan Kelengkapan Aspek 0,363 II RTP/action plan dan peningkatan
Yuridis kerjasama antar lembaga.
Aspek Legal Audit 0,177 III
Sumber: Kuesioner AHP (diolah)

Tabel 8 Prioritas strategi pengelolaan aset tetap


Permasalahan Upaya yang Dilakukan Nilai Prioritas
Pemenuhan Kelengkapan Peningkatan kualitas data aset 0,594 I
Aspek Fisik Pelaksanaan RTP/action plan 0,295 II
Peningkatan kerjasama antar lembaga 0,111 III
Pemenuhan Kelengkapan Peningkatan kualitas data aset 0,443 I
Aspek Yuridis Pelaksanaan RTP/action plan 0,290 II
Peningkatan kerjasama antar lembaga 0,267 III
Aspek Legal Audit Peningkatan kualitas data aset 0,594 I
Pelaksanaan RTP/action plan 0,296 II
Peningkatan kerjasama antar lembaga 0,110 III

Dengan demikian, Metode SWOT dan Metode AHP memprioritaskan strategi


pengelolaan aset tetap sesuai prioritas adalah (1) peningkatan kualitas data aset, (2)
Pelaksanaan RTP/action plan dan (3) peningkatan kerjasama antar lembaga.

Program dan Implikasi Kebijakan aspek yuridis dengan aspek legal audit,
Pembahasan mengenai tingkat dengan urutan program sebagai
permasalahan dalam pelaksanaan strategi berikut:
pada hirarki keempat Metode AHP 1.1 Peningkatan kompetensi SDM
menunjukkan permasalahan pada tahap pengelola aset
pelaksanaan strategi berdasar prioritas. 1.2 Pencatatan akuntansi
Permasalahan tersebut menjadi dasar bagi 1.3 Penggunaan SIMDA
penyusunan program pendukung strategi. 1.4 Pemberian insentif pada SDM
Tingkat/bobot permasalahan yang Pengelola
diberikan para ahli pengelolaan aset daerah 1.5 Sosialisasi sistem dan
menunjukkan bahwa program untuk prosedur/kebijakan pengelolaan
pelaksanaan strategi tersebut menjadi aset tetap
prioritas untuk dilaksanakan dibanding Pola yang berbeda pada pemenuhan
program lainnya. Masing-masing program aspek fisik terdapat pada program
tersebut sesuai dengan urutan prioritas nomor 1.4 dan 1.5 dengan urutan yang
berdasarkan bobot permasalahan dan terbalik.
strategi yang dirumuskan dapat dilihat Pola ini menunjukkan bahwa
pada Tabel 9. program pada urutan 1.1 sampai 1.3
Penyusunan program berdasarkan para ahli bersepakat merupakan
persepsi yang digali dari ahli pengelola program yang harus segera
aset daerah diperoleh pola persepsi antar dilaksanakan karena tingkat/bobot nya
masing-masing pemenuhan aspek fisik, yang cukup besar. Sedangkan
yuridis dan legal audit sebagai berikut: perbedaan pada urutan 1.4 dan 1.5
1. Strategi peningkatan kualitas data aset terlihat bahwa dalam peningkatan
52 Dalam upaya peningkatan kualitas data kualitas data pada pemenuhan aspek
aset, para ahli mempersepsikan fisik memerlukan sosialisasi sistem dan
program yang sama antara pemenuhan kebijakan/prosedur kepada SDM

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

pengelola barang dibandingkan dengan sosialisasi sistem dan


pemberian insentif. Hal ini prosedur/kebijakan pengelolaan aset
dimungkinkan permasalahan dalam sehingga belum memahami pemenuhan
peningkatan kualitas data aset terdapat aspek fisik aset.
pengelola yang belum memperoleh

Tabel 9 Prioritas program pendukung strategi pengelolaan aset


Permas alahan Strategi Program Nilai Prioritas
Pemenuhan Peningkatan Peningkatan kompetens i SDM 0,422 I
Kelengkapan kualitas data Pelaks anaan pencatatan/akuntans i 0,241 II
As pek Fis ik as et Penggunaan SIMDA As et/BMD 0,182 III
Sos ialis as i Kebijakan akuntans i dan s ys tem 0,085 IV
pengelolaan as et pada SDM pengelola
Pemberian ins entif pada SDM pengelola 0,070 V
Pelaks anaa Peningkatan peran ins pektorat dalam 0,494 I
RTP/action pengamanan as et
plan Pelaks anaan s ens us dan rekons ilias i data as et 0,360 II
Pengawalan pelaks anaan tindak lanjut temuan 0,147 III
audit oleh Ins pektorat
Peningkatan Kerjas ama dengan BPN untuk s ertfikas i tanah 0,309 I
kerjas ama Kerjas ama dengan Pemerintah Provins i Jawa 0,229 II
antar lembaga Barat untuk as et hibah
Kerjas ama dengan penegak hukum terkait 0,166 III
s tatus as et s ebagai alat bukti di pengadilan
Koordinas i dengan BPK untuk tindak lanjut 0,154 IV
temuan as et
Pendampingan pengelolaan as et dari BPKP 0,143 V
Pemenuhan Peningkatan Peningkatan kompetens i SDM 0,331 I
Kelengkapan kualitas data Pelaks anaan pencatatan/akuntans i 0,292 II
As pek Yuridis as et Penggunaan SIMDA As et/BMD 0,196 III
Pemberian ins entif pada SDM pengelola 0,103 IV
Sos ialis as i Kebijakan akuntans i dan s ys tem 0,078 V
pengelolaan as et pada SDM pengelola
Pelaks anaa Pelaks anaan s ens us dan rekons ilias i data as et 0,436 I
RTP/action Peningkatan peran ins pektorat dalam 0,369 II
plan pengamanan as et
Pengawalan pelaks anaan tindak lanjut temuan 0,195 III
audit oleh Ins pektorat
Peningkatan Kerjas ama dengan BPN untuk s ertfikas i tanah 0,336 I
kerjas ama Kerjas ama dengan Pemerintah Provins i Jawa 0,205 II
antar lembaga Barat untuk as et hibah
Kerjas ama dengan penegak hukum terkait 0,165 III
s tatus as et s ebagai alat bukti di pengadilan
Koordinas i dengan BPK untuk tindak lanjut 0,160 IV
temuan as et
Pendampingan pengelolaan as et dari BPKP 0,133 V
As pek Legal Peningkatan Peningkatan kompetens i SDM 0,382 I
Audit kualitas data Pelaks anaan pencatatan/akuntans i 0,266 II
as et Penggunaan SIMDA As et/BMD 0,180 III
Pemberian ins entif pada SDM pengelola 0,105 IV
Sos ialis as i Kebijakan akuntans i dan s ys tem 0,066 V
pengelolaan as et pada SDM pengelola
Pelaks anaa Pelaks anaan s ens us dan rekons ilias i data as et 0,435 I
RTP/action Peningkatan peran ins pektorat dalam 0,371 II
plan pengamanan as et
Pengawalan pelaks anaan tindak lanjut temuan 0,193 III
audit oleh Ins pektorat
Peningkatan Kerjas ama dengan BPN untuk s ertfikas i tanah 0,314 I
kerjas ama Kerjas ama dengan penegak hukum terkait 0,221 II
antar lembaga s tatus as et s ebagai alat bukti di pengadilan
Kerjas ama dengan Pemerintah Provins i Jawa 0,187 III
Barat untuk as et hibah
Koordinas i dengan BPK untuk tindak lanjut 0,150 IV
temuan as et
Pendampingan pengelolaan as et dari BPKP 0,127 V

2. Startegi pelaksanaan RTP/action plan aspek yuridis dengan aspek legal audit,
Dalam startegi pelaksanaan RTP/action dengan urutan program sebagai 53
plan, para ahli mempersepsikan berikut:
program yang sama antara pemenuhan

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

2.1 Pelaksanaan sensus dan rekonsiliasi Pola ini menunjukkan bahwa


data aset tingkat/bobot permasalahan pada
2.2 Peningkatan peran Inspektorat urutan 3.1, 3.4 dan 3.5, para ahli
dalam pengamanan aset bersepakat merupakan program dengan
2.3 Pengawalan pelaksanaan tindak prioritas yang sama, yaitu prioritas
lanjut temuan audit oleh program tertinggi pada 3.1 dan
Inspektorat prioritas program terrendah pada 3.4
Pola yang berbeda pada pemenuhan dan 3.5. Sedangkan perbedaan pada
aspek fisik terdapat pada program urutan 3.2 dan 3.3 terlihat bahwa dalam
nomor 2.1 dan 2.2 dengan urutan yang peningkatan kerjasama antar lembaga
terbalik. pada pemenuhan aspek legal audit
Pola ini menunjukkan bahwa lebih memprioritaskan kerjasama
pada program 2.3 para ahli bersepakat dengan aparat penegak hukum
merupakan program yang tidak dibandingkan dengan kerjasama
prioritas untuk dilaksanakan karena dengan Pemerintah Provinsi Jawa
tingkat/bobot nya yang rendah. Barat. Hal ini dimungkinkan karena
Sedangkan perbedaan pada urutan 2.1 persepsi ahli bahwa kerjasama dengan
dan 2.2 terlihat bahwa dalam strategi aparat penegak hukum merupakan
pelaksanaan RTP/action plan pada program yang lebih prioritas untuk
pemenuhan aspek fisik memerlukan ditangani dibanding dengan
peningkatan peran inspektorat dalam permasalahan kerjasama dengan
pengamanan aset dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat.
pelaksanaan sensus dan rekonsiliasi
data aset. Hal ini dimungkinkan
persepsi atas kurangnya peran SIMPULAN DAN SARAN
inspektorat dalam pengamanan aspek Simpulan
fisik aset dibanding dengan aspek Sistem pengelolaan aset tetap belum
yuridis dan legal audit. diimplementasikan secara optimal. Hal ini
3. Strategi peningkatan kerjasama antar mempengaruhi kinerja pengelolaan aset.
lembaga Indek kinerja tanah terrendah pada
Dalam strategi peningkatan kerjasama pemenuhan aspek yuridis, sedangkan pada
antar lembaga, para ahli Gedung/Bangunan indek terrendah pada
mempersepsikan program yang sama pemenuhan aspek fisik. Sedangkan
antara pemenuhan aspek fisik dengan menurut persepsi para ahli pengelolaan
aspek yuridis, dengan urutan program aset permasalahan terbesar menyangkut
sebagai berikut: aspek fisik.
3.1 Kerjasama dengan BPN untuk Faktor internal dan eksternal yang
sertifikasi aset Tanah paling berpengaruh dalam pengelolaan aset
3.2 Kerjasama dengan Pemerintah tetap secara berurutan adalah kekuatan,
Provinsi Jawa Barat atas aset hibah peluang, ancaman dan kelemahan. Namun
3.3 Kerjasama dengan aparat penegak secara umum pengelolaan aset tetap
hukum terkait status aset sebagai memiliki peluang yang sangat tinggi dan
alat bukti kekuatan yang sangat besar untuk dapat
3.4 Koordinasi dengan BPK untuk dimanfaatkan bagi perbaikan pengelolaan
tindak lanjut temuan audit aset tetap.
3.5 Pendampingan pengelolaan aset Strategi pertumbuhan merupakan
dari BPKP strategi yang sesuai untuk kondisi
Pola yang berbeda pada pemenuhan pengelolaan aset tetap. Sedangkan
54 aspek legal audit terdapat pada simpulan strategi berdasarkan Matrik
program nomor 3.2 dan 3.3 dengan SWOT dan Metode AHP secara berurutan
urutan yang terbalik. adalah (1) strategi peningkatan kualitas

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

data aset, (2) strategi pelaksanaan Pekei B, Hadiwidjojo Dj, Djumahir,


RTP/action plan dan (3) strategi Sumiati. 2014.The Effectiveness Of
peningkatan kerjasama antar lembaga. Local Aset Management (A Study
On The Government Of Jayapura).
Saran Jurnal. Malang (ID): Univesitas
Strategi pengelolaan aset tetap sesuai Brawijaya.
prioritas telah didapatkan. Hasil dari Pemerintah Republik Indonesia. 2010.
penelitian juga merekomendasikan usulan Peraturan Pemerintah Nomor 71
program untuk mendukung strategi. Saran Tahun 2010 tentang Standar
bagi pengelolaan aset tetap pada Akuntansi Pemerintah Laporan
Pemerintah Provinsi Banten adalah agar keuangan. Jakarta (ID): Sekretariat
pelaksanaan strategi dan program yang Negara.
telah direkomendasikan dijalankan sesuai Pemerintah Provinsi Banten. 2008.
dengan urutan prioritasnya. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun
Penelitian selanjutnya diharapkan 2008 tentang Pengelolaan Barang
membahas pemenuhan aspek fisik, yuridis Milik Daerah (BMD). Serang (ID):
dan legal audit pada aset tetap selain tanah Pemerintah Provinsi Banten.
dan gedung/bangunan, seperti Siregar DD. 2004. Manajemen Aset,
jalan/jaringan/jembatan. Strategi Penataan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan secara
DAFTAR PUSTAKA Nasional dalam Konteks Kepala
Azhar I, Darwanis, Abdullah S. 2011. Daerah sebagai CEO’s pada Era
Pengaruh Kualitas Aparatur Daerah, Globalisasi dan Otonomi Daerah.
Regulasi, dan Sistem Informasi Jakarta (ID): PT Gramedia.
terhadap Manajemen Aset. Jurnal.
Banda Aceh (ID): Univesitas
Syiahkuala.
[BPK] Badan Pemeriksa Keuangan. 2011-
2014. Laporan Hasil Audit BPK atas
Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi Banten Tahun 2011, 2012,
2013 dan 2014. Jakarta (ID): BPK.
Homer Y. 2014. Inventarisasi dan
Legalisasi Aset Tetap Tanah dan
Bangunan Milik Pemerintah Daerah
Provinsi Papua di Kota Jayapura
Tahun 2012. Tesis. Yogyakarta (ID):
Universitas Gajah Mada.
Kementerian Dalam Negeri. 2007.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah. Jakarta (ID):
Kementerian Dalam Negeri.
M.S. Abdelhamid, I. Beshara , M. Ghoneim.
2014. Strategic aset management:
Assessment tool for educational
building in Egypt, Housing and
Building National Research Centre 55
(HBRC). Jurnal. Kairo (EG): Cairo
University.

Een Mulyani, Dwi Rachmina, dan Nunung Kusnadi Strategi Pengelolaan Aset Tetap
Pada Pemerintah Provinsi Banten

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy