6000 14848 1 PB
6000 14848 1 PB
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
independensi, tekanan waktu, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor terhadap
kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Populasi pada penelitian ini
adalah sebanyak 13 Kantor Akuntan Publik dengan jumlah auditor 112 responden.
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 55 responden, dengan metode penentuan
sampel purposive sampling menggunakan kriteria minimal bekerja 2 tahun pada
KAP. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil
penelitian ini yaitu independensi dan pengalaman auditor berpengaruh positif
terhadap kualitas audit sedangkan tekanan waktu dan kompleksitas tugas tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan semakin banyaknya pengalaman
auditor membuat auditor tersebut menjadi semakin profesional sehingga batasan
waktu dan kompleksitas tugas tidak membuat kualitas audit menurun. Semakin
tinggi pengalaman auditor dalam kegiatan audit maka auditor mampu
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik.
1. PENDAHULUAN
Sikap independen sangat di butuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam memberikan jasa audit
yang disediakan untuk para pemakai laporan keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas audit. Putra (2012) menyatakan
bahwa sikap independensi memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Semakin tinggi auditor
mempertahankan sikap independen untuk tidak terpengaruh oleh pihak lain dalam memberi keputusan
maka akan baik kualitas audit yang di hasilkan. Namun berbeda dengan Futri dan Juliarsa (2014) yang
menemukan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Dilema keadaan sering kali
136
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
menggangu independensi auditor, karena ia dibayar oleh klien atas jasanya, sebagai penjual jasa, auditor
cenderung memenuhi keinginan klien. Persaingan antar KAP bisa jadi pemicu kurangnya independensi
auditor, sehingga auditor rentan mengikuti kemauan klien agar tidak kehilangan pendapatannya.
Dalam melakukan kegiatan audit, auditor akan menemukan adanya suatu kendala dalam
menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit yang akurat. Tekanan waktu yang dialami oleh
auditor dapat mempengaruhi penurunan kualitas audit karena auditor dituntut untuk menghasilkan
kualitas audit yang baik dengan waktu yang telah disepakati oleh antara partner dengan perusahaan
(Putra, 2012). Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam kompleksitas tugas
yang tinggi dan anggaran waktu yang terbatas, mereka di tuntut untuk menghasilkan laporan auditan
yang berkualitas. Riyandari dan Badera (2017) mendapatkan hasil bahwa tekanan waktu (time budget
pressure) berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Mereka berpendapat bahwa kondisi seorang auditor
dalam keadaan tertekan secara waktu, akan cenderung berperilaku disfungsional, misalnya auditor bisa
lebih mudah percaya dengan pemaparan dari klien serta gagal menemukan bukti terhadap isu–isu yang
relevan. Pada akhirnya semua berakibat pada rendahnya kualitas laporan auditan yang di hasilkan. Rizal
dan Liyundira (2016) berpendapat bahwa tekanan waktu dalam melaksanakan audit tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit ini mengartikan bahwa auditor dalam melakukan audit meskipun adanya
pengurangan waktu (penekanan waktu) tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas audit. Tidak
berpengaruhnya tekanan waktu terhadap kualitas audit menunjukan bahwa KAP sangat menjaga reputasi
dan untuk menghindari sanksi yang tertera pada UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik salah
satunya berupa sanksi administratif berupa pencabutan izin.
Kompleksitas tugas berkaitan erat dengan kualitas audit. Kompleksitas tugas adalah pandangan
auditor terhadap kesulitan tugas, tugas yang tidak terstruktur dan membingungkan (Ayuni dan Suprasto,
2016). Pahrun (2014) berargumen bahwa tugas yang banyak dan tidak terstruktur menjadikan seseorang
yang mengerjakannya menjadi bingung, sehingga tugas tersebut sulit untuk dikerjakan dengan benar dan
cenderung tidak tuntas. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh auditor tetapi semua orang yang
berhadapan dengan tugas semacam itu, sehingga hal ini menjadi kendala dalam usaha mendapatkan hasil
yang memuaskan. Pernyataan ini sejalan dengan Khadilah, dkk (2015) yang menyatakan bahwa
kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Semakin rendah kompleksitas yang di
lakukan maka kualitas audit akan semakin baik. Anugrah dan Akbar (2014) menyatakan bahwa
kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini dikarenakan sampel dalam
penelitian ini adalah inspektorat, yang termasuk dalam pegawai negeri sipil yang terikat dengan sumpah
jabatan. Sehingga apapun kondisinya baik kompleksitas tinggi maupun rendah, sebagai pegawai negeri
sipil mereka wajib melaksanakan tugas dengan baik dan menghasilkan audit yang berkualitas.
Pengalaman yang dimiliki auditor akan mempengaruhi kualitas auditnya, ditemukan bahwa semakin
banyak pengalaman auditor maka semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelaskan
temuan audit (Hanjani, 2014). Pengalaman auditor dapat dilihat dari jam terbang auditor tersebut dalam
melakukan audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditannya. Masing – masing auditor
memiliki pengalaman yang berbeda, maka akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi
informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan dalam memberi kesimpulan audit berupa
pemberian pendapat. Wiratama dan Budiartha (2015) mendapatkan hasil bahwa pengalaman kerja
berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang mengindikasikan semakin banyak pengalaman auditor
maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Tetapi dari hasil penelitian Ayuningtyas (2012)
menyatakan bahwa pengalaman kerja tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
Model penelitian ini dikembangkan dari penelitian Rizal dan Liyundira (2016) serta Riyandari dan
Badera (2017). Berdasarkan uraian di atas, masih terdapat inkonsistensi hasil dari penelitian sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti secara empiris apakah independensi,
tekanan waktu, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada
kantor akuntan publik di bali.
Fenomena terkait kualitas audit menjadi suatu urgensi bagi Kantor Akuntan Publik khususnya yang
berada di Bali mengingat telah terjadi kasus yang mencoreng nama salah satu KAP di Bali. Pada tahun
2005 telah terjadi suatu kasus yang berakibat pada pembekuan izin oleh Menteri Keuangan (Menkeu)
kepada Akuntan Publik (AP) Drs. Ketut Gunarsa, Pemimpin Rekan dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
137
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
K.Gunarsa dan I.B Djagera selama enam bulan. Pembekuan izin ini tertuang dalam keputusan Nomor
325/KM.1/2007 yang mulai berlaku sejak tanggal 23 Mei 2007. Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut
sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003. Sanksi pembekuan izin ini
dikarenakan AP tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
ketika melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan salah satu kliennya yaitu Balihai Resort and
Spa untuk tahun buku 2004. Selama AP tersebut menerima sanksi atas pembekuan izin, AP dilarang
memberikan jasa atestasi termasuk audit umum, review, audit kinerja, serta audit khusus. Selain itu AP
juga dilarang menjadi Pemimpin rekan ataupun pemimpin cabang KAP, tetapi harus tetap memiliki
tanggungjawab atas jasa – jasa yang telah diberikan, dan juga wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti
Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Berkaca dari fenomena tersebut maka akan berdampak sangat
luas tidak hanya berdampak pada KAP yang kehilangan kepercayaan publik, tetapi juga dirasakan oleh
pihak perusahaan yang akan kehilangan kepercayaan pelanggannya serta masyarakat yang menilai bahwa
kualitas audit yang dihasilkan tidak baik.
Independensi
Independensi menurut standar umum SA seksi 220 dalam SPAP standar ini mengharuskan auditor
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, oleh karena itu ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya.
Tekanan Waktu
Tekanan waktu (time pressure) adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari
tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
(Maulina dkk. 2010).
Kompleksitas Tugas
Indrasti (2013) mengatakan kompleksitas tugas sebagai tugas yang tidak terstruktur,
membingungkan, dan sulit. Auditor selalu dihadapkan dengan tugas – tugas yang banyak, berbeda –
berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kompleksitas tugas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan
oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang
dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Susmiyanti dan Rahmawati, 2016).
Pengalaman Auditor
Pengalaman kerja sangatlah diperlukan dalam rangka kewajiban seseorang auditor terhadap tugasnya
untuk memenuhi standar umum audit. Pengetahuan seorang auditor itu dimulai dengan pendidikan
formal, yang diperluas melalui pengalaman – pengalaman yang selanjutnya di lakukan dalam bentuk
praktik. Sudiyani dan Arie (2018) serta Hanjani (2014) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah
pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert). Semakin berpengalaman seorang auditor maka semakin
mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas – tugas yang semakin kompleks, termasuk
dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern.
138
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
Kualitas Audit
Menurut Anggarini (2018) kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan
standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan
klien. Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa audit yang
dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.
Pengembangan Hipotesis
Independensi Berpengaruh Positif Terhadap Kualitas Audit
Penelitian Bustami (2013) mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendukung kualitas audit
adalah independensi dalam diri auditor. Jika auditor tidak independen maka tidak ada perbedaan antara
laporan keuangan auditan dengan laporan keuangan yang belum diaudit. Maka dari itu, demi menjaga
kualitas auditnya auditor harus menghindari berbagai hal yang dapat mendeskreditkan profesinya.
Penelitian Wiratama dan Budiartha (2015) audit akan efektif jika auditor diberikan kepercayaan untuk
bersikap independen dalam mengungkapkan kecurangan pada laporan keuangan yang disajikan
manajemen. Penelitian Shintya ddk (2016) auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap
independen. Berdasarkan pernyataan penelitian terdahulu, maka dapat dibangun hipotesis yaitu :
H1: Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
139
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
3. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Bali yang
terdaftar pada Directory IAPI tahun 2019 dengan jumlah populasi sebanyak 112 auditor. Pengambilan
sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan kriteria yang dijadikan dasar pemilihan
anggota sampel dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada KAP di Bali yang tergabung
dan tercatat di Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan jumlah populasi sebanyak 112 orang dan
seluruh auditor yang bekerja minimal 2 tahun karena auditor tersebut sudah memiliki pemahaman yang
baik tentang audit.
140
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
Pernyataan yang menjadi indikator variabel kualitas audit diambil dari kuesioner muhshyi (2013) yaitu,
tanggungjawab dan profesionalisme. kode etik, pelatihan, promosi, dan struktur gaji, turnover auditor,
penerapan teknik – teknik audit, perolehan bukti kompeten, supervisi, standar kertas kerja pemeriksaan,
audit field sesuai spap dan sistem pengendalian mutu, kertas kerja pemeriksaan mendukung laporan audit,
dan komunikasi dengan klien.
141
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi
X1 50 26 35 29,86 2,49088
X2 50 16 26 20,84 2,90222
X3 50 19 27 23,52 1,72898
X4 50 20 30 23,66 2,20953
N 50 52 75 62,44 3,98466
Independensi (X1) memperoleh nilai rata – rata sebesar 29,8600, hal ini berarti jika jumlah skor
jawaban responden lebih besar dari 29,8600 maka termasuk pada responden yang memiliki independensi
yang tinggi, sedangkan jika jumlah skor jawaban lebih kecil dari 29,8600 maka termasuk responden yang
memiliki independensi yang rendah. Standar deviasi sebesar 2,49088, ini berarti terjadi perbedaan nilai
independensi yang diteliti terhadap nilai rata – ratanya sebesar 2,49088. Tekanan waktu (X2) memperoleh
nilai rata – rata sebesar 20,8400, hal ini berarti jika jumlah skor jawaban responden lebih besar dari 20,8400
maka termasuk pada responden yang memiliki tekanan waktu yang tinggi, sedangkan jika jumlah skor
jawaban lebih kecil dari 20,8400 maka termasuk responden yang memiliki tekanan waktu yang rendah.
Standar deviasi sebesar 2,90222, ini berarti terjadi perbedaan nilai tekanan waktu yang diteliti terhadap
nilai rata – ratanya sebesar 2,90222. Kompleksitas tugas (X3) memperoleh nilai rata – rata sebesar 23,5200,
hal ini berarti jika jumlah skor jawaban responden lebih besar dari 23,5200 maka termasuk pada responden
yang memiliki kompleksitas tugas yang tinggi, sedangkan jika jumlah skor jawaban lebih kecil dari 23,5200
maka termasuk responden yang memiliki kompleksitas tugas yang rendah. Standar deviasi sebesar
1,72898, ini berarti terjadi perbedaan nilai kompleksitas tugas yang diteliti terhadap nilai rata – ratanya
sebesar 1,72898. Pengalaman auditor (X4) memperoleh nilai rata – rata sebesar 23,6600, hal ini berarti jika
jumlah skor jawaban responden lebih besar dari 23,6600 maka termasuk pada responden yang memiliki
pengalaman auditor yang tinggi, sedangkan jika jumlah skor jawaban lebih kecil dari 23,6600 maka
termasuk responden yang memiliki pengalaman auditor yang rendah. Standar deviasi sebesar 2,20953, ini
berarti terjadi perbedaan nilai pengalaman auditor yang diteliti terhadap nilai rata – ratanya sebesar
2,20953. Kualitas audit (Y) memperoleh nilai rata – rata sebesar 62,4000, hal ini berarti jika jumlah skor
jawaban responden lebih besar dari 62,4000 maka termasuk pada responden yang memiliki kualitas audit
yang tinggi, sedangkan jika jumlah skor jawaban lebih kecil dari 62,4000 maka termasuk responden yang
memiliki kualitas audit yang rendah. Standar deviasi sebesar 3,98466, ini berarti terjadi perbedaan nilai
kualitas audit yang diteliti terhadap nilai rata – ratanya sebesar 3,98466.
Berdasarkan hasil uji validitas (dapat dilihat pada lampiran) bahwa seluruh variabel memiliki nilai
koefisien korelasi dengan skor total seluruh item pernyataan lebih besar dari 0,3. Hal ini menunjukan
bahwa butir – butir pernyataan dalam instrument penelitian tersebut valid.
142
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
Berdasarkan hasil uji reliabilitas data dengan melihat nilai cronbach’s alpha menunjukan bahwa
seluruh instrument penelitian memiliki koefisien cronbach’s alpha lebih dari 0,7. Hal ini dapat dikatakan
bahwa semua instrument reliabel sehingga dapat digunakan untuk melakukan penelitian.
Hasil uji normalitas berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,624 lebih
besar dari 0,05. Hal ini berarti model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji
multikolinearitas berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil uji multikolinearitas menunjukan
masing-masing variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10.
Berdasarkan nilai tolerance dan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. Hasil uji
heteroskesdatisitas berdasarkan tabel 4.3 diketahui nilai signifikansi masing-masing variabel bebas lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari gejala
heteroskedastisitas.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dibentuk suatu model persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 29,361 + 0,648X1 + 0,026X2 - 0,147X3 + 0,703X4+…………….………(1)
Nilai koefisien regresi independensi (X1) sebesar 0,648 dengan nilai signifikansi 0,003 memiliki arti
bahwa ketika variabel independensi meningkat satu satuan maka nilai kualitas audit akan meningkat
sebesar 0,648. Nilai koefisien regresi tekanan waktu (X2) sebesar 0,026 dengan nilai signifikansi 0,905
memiliki arti bahwa tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Nilai koefisien regresi
kompleksitas tugas (X3) sebesar -0,147 dengan nilai signifikansi 0,683 memiliki arti bahwa tekanan waktu
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Nilai koefisien regresi pengalaman auditor (X4) sebesar 0,703
dengan nilai signifikansi 0,006 memiliki arti bahwa ketika variabel pengalaman auditor meningkat satu
satuan maka nilai kualitas audit akan meningkat sebesar 0,703 dengan asumsi variabel lain konstan.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai dari adjusted R2 adalah 0,240 atau 24%, hal ini berarti
sebesar 24% variasi kualitas audit dipengaruhi oleh model yang dibentuk oleh independensi (X 1), tekanan
waktu (X2), kompleksitas tugas (X3), pengalaman auditor (X4), sedangkan sisanya 76% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
143
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
Berdasrkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil uji kelayakan model menunjukkan bahwa nilai F hitung
yang diperoleh adalah sebesar 4,869 dengan signifikansi 0,002 (a ≤ 0,05) maka model regresi yang
digunakan sudah tepat, yang berarti variabel independensi, tekanan waktu, kompleksitas tugas, dan
pengalaman auditor berpengaruh secara bersama – sama (simultan) terhadap kualitas audit pada Kantor
Akuntan Publik di Bali.
Pengujian hipotesis pertama independensi memiliki nilai t sebesar 3,133 dan nilai signifikan 0,003 ≤
0,05, maka H1 diterima. Oleh karena itu, H1 yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positif
terhadap kualitas audit diterima. Jika seorang auditor bersikap independen, maka akan memberikan
penilaian yang sesuai dengan fakta terhadap laporan keuangan yang telah diperiksa, tanpa adanya beban
dari pihak manapun, serta auditor berpedoman pada spap untuk bersikap independen karena laporan
auditan tersebut di pertanggungjawabkan oleh auditor kepada pihak luas maka penilaiannya dapat
menggambarkan kondisi yang sebenarnya dari perusahaan yang telah diperiksa. Dengan demikian,
jaminan atas keandalan laporan auditan yang diterbitkan oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua
pihak yang berkepentingan. Jadi kesimpulannya adalah semakin tinggi independensi seorang auditor
maka kualitas audit yang dihasilkan semakin baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Shintya,
dkk (2016), Wiratama dan Budiartha (2015), Bustami (2013) yang menunjukkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas audit adalah independensi yang mengatakan bahwa independensi
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Pengujian hipotesis kedua tekanan waktu memiliki nilai t sebesar 0,120 dan nilai signifikan 0,905 >
0,05, maka H2 ditolak. Oleh karena itu, H2 yang menyatakan bahwa tekanan waktu berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit di tolak. Tidak berpengaruhnya tekanan waktu terhadap kualitas audit yaitu
berdasarkan 50 sampel, sebanyak 30 responden atau 60% responden memiliki pengalaman tiga tahun ke
atas dan dianggap sudah memiliki pengalaman yang banyak, pengetahuan yang luas, serta sudah
kompeten di bidang audit sehingga sudah mengetahui akun – akun mana yang dianggap lebih materialitas
pada saat pemeriksaan audit dikarenakan auditor sudah mengetahui celah – celah terjadinya salah saji dan
sudah memahami teknik sampling dengan baik sehingga tidak memerlukan waktu yang banyak dalam
melakukan audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rizal dan Liyundira (2016) yang menyatakan bahwa
tekanan waktu dalam melaksanakan audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit ini mengartikan
bahwa auditor dalam melakukan audit meskipun adanya pengurangan waktu (penekanan waktu) tidak
ada pengaruhnya terhadap kualitas audit. Tidak berpengaruhnya tekanan waktu terhadap kualitas audit
menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) sangat menjaga reputasi atau nama perusahaan dan
juga menjaga akan adanya sanksi yang tertera pada UU No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
Pengujian hipotesis ketiga kompleksitas tugas memiliki nilai t sebesar -0,411 dan nilai signifikan 0,683
> 0,05, maka H3 ditolak. Oleh karena itu, H3 yang menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh
negatif terhadap kualitas audit di tolak. Tidak berpengaruhnya kompleksita tugas terhadap kualitas audit
disebabkan karena auditor yang lebih dari 2 tahun mempunyai pengalaman lebih banyak dan sudah
terbiasa dengan kompleksitas tugas yang di alami. Serta adanya kontrak kerja yang mengharuskan auditor
bersikap profesional dalam bekerja melakukan proses audit sehingga apapun kondisinya baik
kompleksitas tinggi maupun rendah, auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas agar mampu di
pertanggungjawabkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Anugrah dan Akbar (2014) menyatakan bahwa
kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Mereka berpendapat bahwa auditor dalam
kondisi kompleksitas tugas tinggi maupun rendah tetap melaksanakan tugas dengan baik dan
menghasilkan audit yang berkualitas.
Pengujian hipotesis keempat pengalaman auditor memiliki nilai t sebesar 2,900 dan nilai signifikan
0,006 ≤ 0,05, maka H4 diterima. Oleh karena itu, H4 yang menyatakan bahwa pengalaman auditor
berpengaruh positif terhadap kualitas audit di terima. Responden dalam penelitian ini memiliki
pengalaman kerja yang tinggi sehingga memiliki keunggulan dalam pelaksanaan audit, yang membuat
seorang auditor dapat dengan cepat menemukan kesalahan – kesalahan yang dilakukan oleh auditee.
Auditor yang memiliki pengalaman lebih akan menjalankan tugas dan tanggungjawab pekerjaannya sesuai
dengan prosedur audit, tidak melanggar etika audit dengan mengutamakan kepentingan umum, serta
auditor dapat melaksanakan tugas audit yang memiliki kompleksitas tugas beragam. Jadi kesimpulannya
adalah semakin tinggi pengalaman auditor maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Hasil
144
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
penelitian ini sejalan dengan penelitian Khadilah, dkk (2015), Wiratama dan Budiartha (2015), Hanjani
(2014), dan Putra (2012) menunjukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah
pengalaman audit yang mengatakan pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Menurut wiratama dan budiartha auditor yang berpengalaman cenderung lebih ahli dan memiliki
pemahaman yang lebih baik dalam pemeriksaan laporan keuangan. Pelatihan seorang auditor juga
mencakup kesadaran untuk terus menerus mengikuti perkembangan dalam bisnis dan profesinya guna
meningkatkan kualitas auditnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta : Selemba
Empat.
Anggarini, Kadek Mega (2018). Pengaruh Audit Fee, Audit Tenure, Pengalaman Kerja Auditor dan Etika
Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Universitas MahaSaraswati
Denpasar.
Anugerah, R., & Akbar, S. H. 2014. Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional
terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi (Media Riset Akuntansi & Keuangan), 2(2), 139-148.
Bustami, A. 2013. Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta). Skripsi. Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Financial Accounting Standards Board (FASB). 1980. Statement of Financial Accounting Concepts No. 2 :
Qualitative Characteristics of Accounting Information. Stamford. Connecticut.
Hanjani, A. 2014. Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, Dan Motivasi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor KAP Di Semarang) Skripsi. Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Indrasti, A. W. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Kompleksitas Tugas, Objektivitas Dan Integritas
Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit. Jurnal Ekonomika dan Manajemen, 2 (1).
Khadilah, R.R., Purnamasari, P., & Gunawan, H. 2016. Pengaruh Time Budget Pressure, Pengalaman
Auditor, Etika Auditor, dan Kompleksitas Audit Terhadap Kualitas Audit. Prosiding Penelitian SPeSIA.
Universitas Islam Bandung.
Maulina, Mutia, Ratna Anggraini, dan Choirul Anwar. 2010. Pengaruh Tekanan Waktu dan Tindakan
Supervisi terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. SNA XIII. Purwokerto.
145
Pratiwi, Suryandari, dan Susandya InFestasi Vol.15 No.2 Desember 2019
Putra, N. 2012. Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta .
Rizal, N. 2016. Pengaruh Tekanan Waktu Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit. Wiga: Jurnal
Penelitian Ilmu Ekonomi, 6(1), 45-52.
Rustiarini, N. W., Suryandari, N. N. A., & Nova, I. K. S. (2016). Red Flags and Fraud Prevention On Rural
Banks. Buletin Ekonomi dan Perbankan, 19(2), 177-206.
Schiff, M. & Lewin, A., 1974, Behavioral Aspects of Accounting, Englewood Cliffs, N.J.: Prentice – Hall
Shintya, A., Nuryatno, M., & Oktaviani, A. A. 2016. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Tekanan
Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit. In Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan (pp. 1-1).
Standar Profesional Akuntan Publik 2013. Standar Audit (SA) 200. Jakarta : Selemba Empat.
Sudiyani, N. N., & Arie, A. A. P. G. B. (2018). Fungsi Sistem Pengendalian Intern Dalam Mencegah Kredit
Macet Pada Lembaga Perkreditan Desa (Studi Kasus Pada Lpd Pakraman Bitera Kabupaten Gianyar).
Jurnal Riset Akuntansi (JUARA), 8(2), 112-116.
Susmiyanti, S., & Rahmawati, D. 2016. Pengaruh Fee Audit, Time Budget Pressure, Dan Kompleksitas
Tugas Terhadap Kualitas Audit Dengan Pengalaman Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Yogyakarta). Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi, 4(7).
Wiratama, W. J., & Budiartha, K. 2015. Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due Professional Care
dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi, 91-106.
146