0% found this document useful (0 votes)
44 views9 pages

Biogas Production From Red Macroalgae

This study analyzed biogas production from the red macroalgae Gracilaria verrucosa using anaerobic digestion with cattle manure. The average methane production was 72 L/day. Tests operating a biogas lamp and stove showed the lamp requires 1.8 L/min of gas and the stove requires 6.0 L/min. This research could be applied to utilize macroalgae biomass for biogas production.

Uploaded by

Nadjla Chaib
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
44 views9 pages

Biogas Production From Red Macroalgae

This study analyzed biogas production from the red macroalgae Gracilaria verrucosa using anaerobic digestion with cattle manure. The average methane production was 72 L/day. Tests operating a biogas lamp and stove showed the lamp requires 1.8 L/min of gas and the stove requires 6.0 L/min. This research could be applied to utilize macroalgae biomass for biogas production.

Uploaded by

Nadjla Chaib
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/306347304

Biogas Production from Red Macroalgae Gracilaria verrucosa in Batch System

Article · December 2015

CITATIONS READS

0 305

3 authors, including:

Dea Fauzia Lestari Kawaroe Mujizat


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
13 PUBLICATIONS 29 CITATIONS 43 PUBLICATIONS 60 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

GAME 2016 (Microplastic) View project

OGFICE 2016 (Biogas) View project

All content following this page was uploaded by Dea Fauzia Lestari on 21 August 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 6. No. 2 November 2015: 119-126 _____________ ISSN 2087-4871

PRODUKSI BIOGAS DARI MAKROALGA MERAH


Gracilaria verrucossa PADA SISTEM BATCH

(BIOGAS PRODUCTION FROM RED MACTOALGAE


Gracilaria verrucosa IN BATCH SYSTEM)
Dea Fauzia Lestari1,3, Mujizat Kawaroe1,4, Salundik2
1Corresponding author
1Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor
2Departemen Ilmu Produksi Ternak, Institut Pertanian Bogor
3Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)-LPPM, Institut Pertanian Bogor
4Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC)-LPPM, Institut Pertanian Bogor

E-mail: deok_bluesea@yahoo.com

ABSTRACT

Marine macroalgae become one of biomass resource to be converted into energy using anaerobic degradation. This process requires
bacteria agent contained in cattle rumen or manure. Availability of residual Gracilaria verrucosa (rejected) on fishpond macroalgae
cultivation support for biogas energy development. The aims of this research were analyzing biogas production from red macroalgae
Gracilaria verrucosa and applying the gas to biogas lamp and stove. The method in this research was batch system, used 1500 L
capacity digester with 1200 L working volume. Methane production average volume was 72 L/day during 31 days of observation.
The trials were carried out to operate lamp and stove, biogas lamp require 1.8 L/min and biogas stoves require 6.0 L/min gas
from digester. This research may be applied and developed when supported by availability of macroalgae biomass as the prime
substrate.

Keyword: biogas, macroalga, batch systems, anaerobic digestion, methane

ABSTRAK

Makroalga dari laut menjadi salah satu pilihan sumber biomassa yang dapat dikonversi menjadi energi melalui
proses degradasi anaerobik. Proses ini membutuhkan bantuan bakteri yang sangat melimpah pada rumen
ataupun feses sapi. Ketersediaan bahan baku Gracilaria verrucosa sisa (rejected) pada budidaya makroalga di tambak
menunjang bagi pengembangan energi biogas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengananlisis produksi biogas
dari makroalga merah Gracilaria verrucosa serta uji coba potensinya pada lampu dan kompor biogas. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sistem batch pada digester sebesar 1500 L dengan volume kerja digester
sebesar 1200 L. Volume rata-rata gas metana yang dihasilkan selama pengamatan adalah 72 L/hari. Uji coba
biogas makroalga dilakukan terhadap pemakaian lampu biogas memerlukan 1.8 L/menit dan kompor biogas
memerlukan 6.0 L/menit gas dari digester. Potensi dari biogas ini dapat diaplikasikan dan dikembangkan jika
ditunjang dengan keberadaan sumber biomassa makroalga sebagai substrat utama.

Kata kunci: biogas, makroalga, sistem batch, anaerobik, metana

I. PENDAHULUAN Hasil produksi makroalga per


satuan luas secara signifikan lebih tinggi
1.1. Latar Belakang daripada biomassa terestrial karena
Produksi makroalga dalam skala memiliki tingkat fiksasi karbon dioksida
besar untuk pembuatan biofuel telah yang lebih tinggi dibandingkan dengan
dilakukan pada akhir tahun 1960-an biomassa terestrial dan berpotensi untuk
(Hughes et al. 2012). Makroalga memiliki merestorasi karbon yang lebih besar.
banyak keuntungan dalam aplikasi energi Kandungan hemiselulosa dan lignin
terbarukan karena memiliki efisiensi makroalga lebih rendah daripada
konversi cahaya matahari yang relatif kandungan yang dimiliki sebagian besar
tinggi sehingga dengan cepat dapat tanaman darat (John et al. 2011) sehingga
mensintesis biomassa melalui asimilasi lebih mudah untuk dipolimerisasi
karbon dioksida dan nutrisi anorganik daripada biomassa yang mengandung
(Aresta et al. 2005, Subadhra dan Edward lignoselulosa tinggi (Wargacki et al. 2012).
2011).
Salah satu metode yang digunakan biomassa setelah dilakukan pengeringan
untuk mengonversi makroalga menjadi dengan sinar matahari sampai kadar
energi adalah degradasi anaerobik dengan airnya berkurang 40-50%. Data sekunder
sistem batch. Sistem batch merupakan yang diperoleh terdiri dari 17 bulan masa
fermentasi dengan cara memasukan panen yaitu Januari 2014-Mei 2015.
media dan inokulum secara bersamaan ke Informasi tambahan mengenai potensi
dalam biodigester. Pada saat ini proses makroalga di Desa Tanara dilakukan
reaksi penguraian berlangsung kemudian wawancara.
terjadi perubahan kondisi substrat yang
padat menjadi biogas. Selain itu, kondisi 2.2. Pemasangan Alat
fisik substrat menjadi lebih cair akibat Alat yang disiapkan berupa bak
adanya aktivitas mikroba. Mikroba yang penampungan dan tangki digester (fix
berasal dari rumen seperti bakteri, dome digester) yang terbuat dari bahan
protozoa, fungi, dan bakteriofag bertindak fiber kemudian disambungkan pada
sebagai pengurai bahan organik penghasil instalasi kompor dan lampu pijar. Bak
gas (Beauchemin et al. 2008). Kotoran pertama berfungsi sebagai penampungan
sapi diketahui memiliki tingkat biode- bahan organik yaitu substrat, sebelum
gradabilitas anaerobik yang baik karena masuk ke dalam tangki digester (input).
mengandung bakteri pendegradasi Bak kedua berfungsi sebagai bak
sehingga dapat digunakan sebagai penampung akhir sisa degradasi anaero-
inokulum (Sunarso et al. 2010). Bakteri bik (output). Kapasitas dari tangki digester
memerlukan aklimatisasi agar dapat adalah 1.5 ton setara dengan 1500 L.
beradaptasi pada substrat yang berbeda. Untuk mengurangi kandungan gas
hidrogen sulfida pada biogas yang dihasil-
1.2. Tujuan kan dilakukan pemasangan H2S scrubber
Tujuan dari penelitian ini adalah agar menyaring gas tersebut. Flow meter
untuk menganalisis produksi biogas yang dipasang untuk mengetahui volume
dihasilkan dari proses degradasi biogas yang dihasilkan sebelum gas
anaerobik makroalga merah Gracilaria melewati filter.
verrucosa dengan bantuan bakteri dari
kotoran sapi. Selain itu, melihat potensi 2.3. Persiapan dan Aklimatisasi
biogas yang dihasilkan pada uji coba alat Substrat
berupa lampu dan kompor biogas. Tahap pertama adalah pencucian
substrat Gracilaria verucosa (rejected)
yang diambil dari tambak sampai bersih
II. METODELOGI dari kotoran dan pasir. Setelah itu
makroalga dikeringkan untuk me-
2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ngurangi kadar garam dalam biomassa-
Penelitian ini dilaksanakan pada nya (Bruhn et al. 2010). Makroalga
Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015 disiapkan untuk dicampur dengan
di tambak budidaya Desa Tanara, Serang, kotoran sapi namun sebelumnya
Banten dan Laboratorium Surfactant and direndam terlebih dahulu dalam air
Bioenergy Research Centre (SBRC) - selama 2 jam untuk mengembalikan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian bentuk awalnya.
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Tahap kedua adalah pembuatan
Studi lokasi dilakukan untuk mengetahui inokulum yang berasal dari campuran
keadaan lapang dan kesesuaian tempat kotoran sapi, makroalga, dan air. Air
yang membutuhkan aplikasi biogas. digunakan sebanyak 800 L dan kotoran
Selain itu, studi ini bertujuan untuk sapi yang baru diambil dari kandang
memastikan ketersedia-an bahan baku sebanyak 100 L. Sumber air campuran
(makroalga) dan kualitas lingkungan. substrat berasal dari sunagn di sekitar
Data mengenai produksi kering (dry tambak makrolaga. Kondisi salinitasnya
product) dan basah (wet product) diperoleh dipengaruhi oleh musim dan
dari data jurnal panen bulanan salah satu pencampuran dengan air laut karena
gudang pengumpul Gracilaria verrucosa letaknya yang sangat berdekatan dengan
yang ada di Desa Tanara. Wet product laut. Ulangan pertama (R1) dilakukan
merupakan biomassa makroalga sebelum saat intensitas curah hujan rendah di
dilakukan pengeringan saat pemanenen, mana tingkat penguapan, salinitas, dan
sedangkan dry product merupakan pH pun menjadi tinggi sedangkan ulangan
ISSN 2087-4871

kedua (R2) dilakukan selama intensitas yang kecil dari kontaminasi luar karena
curah hujan tinggi, banyak masukan air pemasukan substrat yang tidak
tawar masuk melalui mulut sungai dilakukan setiap hari. Namun beberapa
sehingga salinitas dan pH lebih rendah. kekurangan yang ada yaitu produksi gas
Kotoran sapi diaklimatisasi dengan yang menurun seiring berjalannya waktu
penambahan substrat makroalga yang karena ketersediaan substrat dan
bertujuan untuk membuat bakteri kemampuan bakteri dalam menguraikan
pendegradasi dapat beradaptasi dengan substrat karena kejenuhan yang terjadi
substrat yang baru hingga inokulum siap dalam digester.
untuk digunakan. Substrat makroalga
memiliki perbedaan karakter dan kondisi 2.5. Uji Coba Biogas
dibandingkan dengan rumput yang Uji coba gas dilakukan dengan
menjadi makanan sapi. Substrat melewatkan biogas pada instalasi selang
sebanyak 2% (24 L) ditambahkan setiap 4 yang diatur menggunakan kran. Selang
hari ke dalam digester sampai dengan pH gas disambungkan pada kompor dan
stabil atau keluar gas dari dalam digester. lampu khusus biogas. Konversi dilihat
dari jumlah total biogas yang diperlukan
2.4. Degradasi Anaerobik untuk menyalakan kompor dan lampu
Setelah proses aklimatisasi selesai, biogas selama 1 menit penggunaan.
makroalga (300 L) dimasukan sekaligus
ke dalam digester. Observasi dilakukan
sebanyak dua kali pengulangan dengan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
komposisi dan perlakuan yang sama (R1
dan R2). Waktu pengamatan setelah 3.1. Potensi Makroalga
aklimatisasi dilakukan selama 31 untuk Gambar 2 menunjukan produksi
masing-masing ulangan. Temperatur dan bulanan makroalga Gracilaria verrucosa di
pH tidak dikontrol tetapi disesuaikan Desa Tanara, Serang pada lahan tambak
dengan keadaan lingkungan aslinya. ±120 Ha yang dipanen secara selang
Produksi gas harian dan kumulatif diukur seling. Setelah pemanenan makroalga
menggunakan flow meter yang diukur dikeringkan dan mencapai bobot rata-rata
setiap hari. sebesar 56.64% dari biomassa awalnya.
Nilai produksi biomassa makroalga paling
Sistem batch digunakan dalam proses tinggi yaitu pada bulan September 2014
pemasukan substrat yaitu dengan sebesar 64.5 ton (basah) dan 37.5 ton
menginput seluruh substrat di awal. (kering), sedangkan produksi paling
Sistem ini merupakan sistem tertutup dan rendah yaitu pada bulan Desember 2014
tidak perlu ditambahkan pupuk N, P, dan sebesar 5.8 ton (basah) dan 3.72 (kering).
K untuk menambah kesuburan.
Kelebihan dari sistem ini adalah resiko

Gambar 1. Instalasi digester


Gambar 2. Produksi makroalga bulanan di tambak Desa Tanara, Serang

Pada bulan November 2014 sampai makroalga yang dipanen mengalami


dengan Februari 2015 intensitas hujan di bleaching atau pemutihan serta proses
daerah Serang sering terjadi dan pengeringan yang kurang sempurna.
berpengaruh pada produksi makroalga. Selain itu, potongan kecil (remah-remah)
Jumlah produksi relatif berkurang seiring makroalga di gudang bisa mencapai 50 kg
dengan penurunan kuantitas pemanenan jika dikumpulkan dalam 1 bulan.
dan proses pengeringan yang kurang
efektif karena intensitas cahaya matahari 3.2. Nilai pH Aklimatisasi dan Produksi
yang lebih rendah. Hal ini terjadi pula Substrat memerlukan pretreatment
pada Januari dan Februari 2014. Berbeda untuk meningkatkan produksi metana
halnya pada Juni dan Juli 2014, jumlah dalam proses degradasi anaerobik.
produksi menurun disebabkan oleh Pretreatment bertujuan untuk memecah
terhambatnya pertumbuhan makroalga struktur organik kompleks menjadi
akibat kualitas air tambak yang buruk. molekul sederhana yang agar mudah
Petani melakukan perlakuan khusus terdegradasi oleh mikroba. Proses
pada pada air tambak yakni dengan degradasi anaerobik sangat dipengaruhi
menyaring dan melewatkan air terlebih oleh faktor lingkungan. Faktor pengendali
dahulu pada petak yang disediakan agar utama meliputi suhu, pH, dan senyawa
air bisa digunakan untuk budidaya. beracun (de Mez et al. 2003).
Proses sortir telah dilakukan untuk Keasaman merupakan parameter
membedakan kualitas hasil panen dilihat penting yang memengaruhi pertumbuhan
dari warna dan ukuran thalus. Makroalga mikroba selama fermentasi. Kondisi pH
tersebut biasanya dibiarkan membusuk pada digester harus dijaga dalam kisaran
karena harganya yang rendah. Hal ini yang diinginkan dari 6.8-7.2 atau pH
memunculkan peluang adanya netral dengan masukan substrat yang
pemanfaatan barang sisa tersebut agar optimum (Yadvika et al. 2004). Dalam
lebih termanfaatkan. Salah satunya penelitian ini nilai pH lebih dari 7 karena
adalah untuk pembuatan energi yang bahan substrat merupakan campuran
berbahan baku biomassa yaitu biogas. kotoran sapi dan makroalga sisa (rejected)
Jumlah rejected makroalga ini belum dari tambak yang memiliki salinitas,
diketahui secara terperinci karena belum sehingga pH air lebih dari 7. Selain itu, air
ada data yang mencatat totalnya. Namun peralut berasal dari muara sungai
dengan adanya penelitian mengenai dipengaruhi oleh pasang surut. Gambar 3
potensi biogas ini diharapkan ada menunjukkan nilai pH selama proses
aktivitas pengumpulan sisa biomassa aklimatisasi.
sekaligus pencatatan agar diketahui Selama proses aklimatisasi rentang
potensi dari bahan biomassa makroalga pH rata-rata berkisar antara 7.4-8.3. Nilai
yang tersedia sebagai bahan baku ini berfluktuasi karena dilakukan
pembuatan energi biogas. penambahan makroalga setiap 4 hari
Kemungkinan ketersediaan bahan sebanyak 2% dari kapasitas digester
baku rejected paling banyak terdapat (1200 L). Kecenderungan nilai pH naik
pada musim penghujan dimana setelah penambahan substrat makroalga.
ISSN 2087-4871

Proses loading makroalga (2%) berhenti degradasi anaerobik. Nilai pH relatif


ketika digester menghasilkan gas dan menurun pada akhir pengamatan
atau nilai pH stabil. disebabkan oleh bakteri asidogenesis
Produksi biogas dan efisiensi yang memproduksi asam asetat,
degradasi susbstrat lebih tinggi pada nilai hidrogen, karbon dioksida, dan Volatile
pH 7 dibandingkan dengan nilai pH Fatty Acid (VFA) yang tidak semua diubah
lainnya (Ghaly et al. 2000, Mahajoeno et menjadi biogas tetapi beberapa menjadi
al. 2008, Sivakumar et al. 2012, Budiyono bagian atau komponen penghambat
et al. 2013, Astuti et al. 2013). Selain itu, (Leggett et al. 2005).
penurunan nilai COD juga sangat efisien
pada nilai pH yang netral. Gambar 4 3.3. Produksi Biogas
menunjukkan nilai pH selama produksi Gambar 5 menunjukkan produksi
biogas. biogas harian dari substrat makroalga
Gambar 4 menunjukkan pH rata- dalam digester. Setelah aklimatisasi,
rata selama 31 hari pengamatan dari dua bakteri beradaptasi dengan substrat yang
kali pengulangan (R1 dan R2). Salinitas baru sehingga menghasilkan biogas.
ditentukan oleh kegiatan pertukaran Percobaan 1 (R1) menghasilkan produksi
kation (K+, Na+, Mg2+, dan Ca2+) yang gas tertinggi adalah 135 L/hari di hari ke-
terjadi pada air. Pada R1 nilai pH berkisar 14 dan produksi gas terendah adalah 24
antara 7.7-8.4 sedangkan pada R2 L/hari di hari ke-29. Percobaan 2 (R2)
berkisar antara 7.2-8.2. Beberapa studi menghasilkan produksi gas tertinggi
yang dilakukan penelitian biogas sebanyak 138 L/hari di hari ke-13 dan
menggunakan makroalga juga produksi gas terendah sebanyak 15
menjelaskan bahwa nilai pH selama L/hari di hari ke-30. Rata-rata produksi
proses degradasi anaerobik adalah lebih harian biogas adalah 72 L/hari. Gambar 5
dari 7 (Briand dan Morand 1997, Nkemka menunjukan produksi harian biogas.
et al. 2014). Fluktuasi nilai pH adalah
implikasi dari proses kimia selama proses

Gambar 3. Nilai pH saat aklimatisasi

Gambar 4. Nilai pH saat produksi biogas


Gambar 5. Produksi harian biogas

Gambar 6. Produksi kumulatif biogas

Aktivitas degradasi paling tinngi bisa diaplikasikan dalam kehidupan


terjadi pada 10-19 hari pertama, berbeda sehari-hari, namun perlu dilakukan
sengan kulit nanas dan singkong, upaya optimalisasi salah satunya dengan
keduanya menghasilkan gas tertinngi menambahkan kepekatan dan jumlah
pada 5-10 hari pertama disebabkan biomassa dari substrat makroalga yang
penyusun biomassanya terdiri dari gula digunakan agar jumlah gas yang
dan pati yang lebih mudah terdegradasi diproduksi meningkat sesuai dengan
(Paepatung et al. 2009). Makroalga kebutuhan. Nyala api biogas warnanya
memiliki polosakarida berupa selulosa biru seperti gas elpiji jika kandungan
yang hanya bisa dicerna oleh enzim metannya tinggi. Namun lama-kelamaan
selulase. Salah satu faktor yang dapat warnanya akan menjadi kemerahan
menghambat produktivitas degradasi seiring berkurangnya kandungan metan
anaerobik adalah logam berat, makroalga dan tingginya karbon dioksida.
laut mengandung logam berat lebih tinggi Pemakaian biogas untuk menyalakan
dari makroaalgae air tawar (Machado et al. kompor lebih banyak dibandingkan
2014). Produksi kumulatif dari biogas R2 dengan lampu. Gas dapat diaplikasikan
lebih tinggi dari R1. Total produksi biogas langsung melalui pipa yang terhubung
pada R2 adalah 2,429 L dan R1 adalah pada alat kompor, lampu, ataupun
2,173 L selama 31 hari pengamatan. Total ditampung pada wadah khusus biogas
produksi gas dalam degradasi anaerobik seperti kantong plastik tebal ataupun
tergantung pada substrat dan proses tabung. Karakteristik biogas ini salah
dalam digester seperti pH dan suhu. satunya memiliki tekanan yang rendah
sehingga perlu pemampatan agar dapat
3.4. Potensi Biogas disimpan pada wadah yang lebih kecil
Produksi biogas diujicobakan untuk volumenya seperti tabung. Berikut ini
pemanfaatan lampu dan kompor biogas adalah tabel yang menunjukkan waktu
agar bisa mengetahui jumlah gas yang dan jumlah biogas yang diperlukan.
digunakan dalam aplikasi alat rumah
tangga. Pemanfatan secara berkelanjutan
ISSN 2087-4871

Tabel 1. Uji coba konversi gas menjadi energi


Alat uji Waktu (menit) Volume biogas (L)
Lampu 1 1.8
Kompor 1 6.0

IV. KESIMPULAN abatement: a review. Anim Prod Sci.


48:21–27.
Makroalga bisa digunakan sebagai
bahan baku pembuatan energi biogas Briand X and Morand P. 1997. Anaerobic
dengan bantuan bakteri yang berasal dari digestion of Ulva sp. 1. Relationship
kotoran atau rumen sapi melalui proses between Ulva composition and
degradasi anaerobik. Kondisi lingkungan methanisation. Appl Phycol. 9:511–
sangat berpengaruh terhadap proses 524.
degradasi tersebut diantaranya substrat
dan parameter fisik seperti salinitas dan Bruhn A, Dahl J, Nielsen HB, Nikolaisen
pH. Aklimatisasi diutuhkan untuk L, Rasmussen MB, Markager S,
mengadaptasikan bakteri terhadap Olesen B, Arias C, Jensen PD. 2010.
substrat makroalga. Kisaran pH selama Bioenergy potential of Ulva lactuca:
selama aklimatisasi dan produksi biogas biomass yield, methane production
melebihi nilai pH nertal dikerenakan and combustion. Biores Technol.
pengaruh bahan baku yang berasal dari 102:2595–2604.
lingkungan bersalinitas tinggi. Volume
total produksi rata-rata selama Budiyono, Syaichurrozi I, Sumardiono S.
pengamatan adalah 2305.5 L dengan 2013. Biogas production from
rata-rata produksi harian sebanyak 72 bioethanol waste: the effect of pH
L/hari. and urea addition to biogas
production rate. Waste Tech. 1(1):1-
5.
UCAPAN TERIMA KASIH
de Mez TZD, Stams AJM, Reith JH,
Ucapan terima kasih ditujukan Zeeman G. 2003. Methane
kepada LPDP yang telah memberikan production by anaerobic digestion of
dana penelitian hibah dan Surfactant and wastewater and solid wastes. In:
Bioenergy Research Center (SBRC) IPB Reith, J.H., R.H. Wijffels and H.
yang menjadi institusi penyalur dana Barten (eds.). Biomethane and
hibah sekaligus wadah kegiatan Biohydrogen Status Add
penelitian yang berbasis energi Perspectives of Biological Methane
terbarukan serta ramah lingkungan. and Hydrogen Production.
Wageningen: Dutch Biological
Hydrogen Foundation.
DAFTAT PUSTAKA
Ghaly AE, Ramkumar DR, Sadaka SS,
Aresta M, Dibendetto A, Berberio G. 2005. Rochon JD. 2000. Effect of reseeding
Utilization of macroalgae for and pH control on the performance
enhanced CO₂ fixation and biofuels of a two-stage mesophilic anaerobic
production: development of a digester operating on acid cheese
computing software for LCA study. whey. Can Agri Engin. 42(4):173-
Fuel Process Tech. 86:1679-1693. 183.

Astuti N, Soeprobowati TR, Budiyono. Hughes AD, Kelly MS, Black KD, Stanley
2013. Observation of temperature MS. 2012. Biogas from macroalgae:
and pH during biogas production is it time to revisit the idea? Biotech
from water hyacinth and cow for Biofuels. 5(86):1-7.
manure. Waste Tech. 1(1):22-25.
John RP, Anisha GS, Nampoothiri KM,
Beauchemin K, Kreuzer M, O’Mara F, Pandey A. 2011. Micro and
McAllister T. 2008. Nutritional macroalgal biomass: a renewable
management for enteric methane
source for bioethanol. Biores Tech. agricultural wastes. Asia Ener Envi.
102:186-193. 10(01):19-27.
Sivakumar P, Bhagiyalakshmi M,
Leggett J, Graves RE, Lanyon LE. 2005. Anbarasu K. 2012. Anaerobic
Anaerobic digestion: biogas treatment of spoiled milk from milk
production and odor reduction from processing industry for energy
manure. College of Agricultural recovery: A laboratory to pilot scale
Science, Amerika. study. Fuel. 96:482–486.
http://server .age.psu.edu. (April
2015). Subhadra B, Edwards M. 2010. An
integrated renewable energy park
Machado L, Magnusson M, Paul NA, Rde approach for algal biofuel
Nys, Tomkins N. 2014. Effects of production in United States. Energy
marine and freshwater macroalgae Policy. 38:4897–4902.
on in vitro total gas and methane
production. Plos One. 9(1):e85289. Sunarso, Johari S, Widiasa IN, Budiyono.
doi:10.1371/journal.pone.0085289. 2010. The effect of feed to inoculums
ratio on biogas production rate from
Mahajoeno E, Lay BW, Sutjahjo SH, cattle manure using rumen fluid as
Siswanto. 2008. The possibility of inoculums. Sci and Engin. 1:41-45.
palm oil milleffluent for biogas
production. Biodiversitas. 9(1):48- Wargacki AJ, Leonard E, Win MN,
52. Regitsky DD. 2012. An engineered
microbial platform for direct biofuel
Nkemka VN, Rivera JA, Murto M. 2014. production from brown macroalgae.
Two-stage dry anaerobic digestion of Science. 335:308–313.
beach cast seaweed and its
codigestion with cow manure. Waste Yadvika, Santosh, Sreekrishnan TR, Kohli
Manag. doi:10.1155/2014/325341. S, Rana V. 2004. Enhancement of
biogas production from solid
Paepatung N, Nopharatana A, Songkasiri substrates using different
W. 2009. Bio-methane potential of techniques-a review. Biores Techno.
biological solid materials and doi:10.1016/j.biortech.2004.02.010
.

View publication stats

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy