0% found this document useful (0 votes)
31 views123 pages

KTI A.N Andrea Marshanda

Tatalaksana fraktur

Uploaded by

Chandra Dewi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
31 views123 pages

KTI A.N Andrea Marshanda

Tatalaksana fraktur

Uploaded by

Chandra Dewi
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 123

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN


NYAMAN NYERI PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ANDREA MARSHANDA
193110125

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN


NYAMAN NYERI PADA PASIEN FRAKTUR
DI RUANGAN TRAUMA CENTER RSUP
Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan

ANDREA MARSHANDA
193110125

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022

i
ii
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan Judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman
Nyaman Nyeri pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi


salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
Dalam kesempatan ini peneliti menghaturkan rasa hormat dan
terimakasih atas bantuan dan bimbingan dari Ibu Ns. Idrawati Bahar,
S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I, kepada Ibu Ns. Yessi Fadriyanti,
S.Kep, M.Kep selaku pembimbing II, kepada Ibu Hj. Efitra, S.Kp, M.Kes
selaku penguji I, dan kepada Ibu Wiwi Sartika, DCN, M.Biomed selaku
penguji II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti
juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM. M.Si selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Padang.
2. Bapak Dr. dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp.BA(K), MARS selaku
Pimpinan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreini, M.Kep, Sp.KMB selaku Ketua
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi D-
III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
5. Ibu Ns. Hermayenti, S.Kep, selaku Kepala Ruangan serta Perawat
Ruangan Trauma Center RSUP Dr.M.Djamil Padang yang telah
mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Ibu Hj. Ns. Murniati Muchtar, SKM., S.Kep., M.Biomed selaku
Pembimbing Akademik yang selalu memotivasi peneliti selama
perkuliahan dan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

i
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Keperawatan yang telah
memberikan pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
8. Teristimewa Mama tercinta yang telah memberi banyak do’a serta
semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
tanggapan, kritik, dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
mencapai kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Padang, Juni 2022

Andrea Marshanda

v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua
sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Nama : Andrea Marshanda

NIM : 193110125

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 Mei 2022

Poltekkes Kemenkes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PADANG PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2022


Andrea Marshanda

Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri pada Pasien


Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang

Isi : xiii + 68 halaman + 9 tabel + 3 gambar + 13 lampiran

ABSTRAK

Nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan subjektif terkait stimulus, seperti trauma


akibat fraktur. Berdasarkan data dari rekam medik RSUP Dr.M.Djamil Padang
rata-rata pasien fraktur dalam 3 bulan terakhir sebanyak 53 orang. Semua pasien
fraktur memiliki keluhan utama nyeri yang apabila tidak ditangani segera akan
menimbulkan gangguan rasa aman nyaman nyeri. Untuk mengatasinya, perawat
di ruangan sudah menerapkan terapi relaksasi napas dalam. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan


pendekatan studi kasus. Tempat penelitian di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang, dilakukan pada bulan Desember 2021 hingga Juni 2022.
Populasi penelitian 4 orang pasien fraktur yang mengalami nyeri. Sampel
penelitian diambil 1 orang menggunakan teknik simple random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik,
pengukuran, dan studi dokumentasi. Analisa yang dilakukan dengan
membandingkan antara teori dengan kondisi pasien saat penelitian.

Hasil penelitian pasien mengeluh nyeri karena fraktur, nyeri terasa ngilu dan
berdenyut-denyut, nyeri terasa di tungkai kanan bawah, skala nyeri 5, durasi nyeri
5 menit, nyeri hilang timbul, rentang gerak terbatas. Diagnosis keperawatan:
Nyeri Akut dan Gangguan Mobilitas Fisik. Intervensi terkait masalah nyeri yang
dilakukan berupa manajemen nyeri, teknik napas dalam, dan pemberian terapi
murottal Al-Qur’an dengan frekuensi pemberian 3x sehari, durasi 30 menit,
dengan melalui audio pada Aplikasi Al-Qur’an Digital. Hasil evaluasi hari ke
lima, pasien sudah dapat mengatasi nyeri dengan skala 2 dan intervensi
dilanjutkan secara mandiri.

Disarankan melalui Direktur RSUP. Dr.M.Djamil Padang kepada perawat di


Ruangan Trauma Center untuk menggunakan Terapi Murottal Al-Qur’an sebagai
salah satu alternatif dalam mengatasi nyeri pada pasien fraktur.

Kata Kunci : Nyeri, Fraktur, Asuhan Keperawatan.


Daftar Pustaka : 43 (2006-2021)

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL..........................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6


A. Konsep Dasar Nyeri..........................................................................................6
1. Pengertian Nyeri..........................................................................................6
2. Etiologi Nyeri..............................................................................................7
3. Klasifikasi Nyeri..........................................................................................8
4. Stimulus Nyeri...........................................................................................10
5. Respon Tubuh terhadap Nyeri...................................................................11
6. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri............................................................13
7. Dampak yang Timbul Akibat Nyeri..........................................................15
8. Pengukuran Skala Nyeri............................................................................15
9. Penatalaksanaan Nyeri...............................................................................16

B. Konsep Nyeri pada Fraktur............................................................................18


1. Pengertian Fraktur.....................................................................................18
2. Etiologi Fraktur..........................................................................................18
3. Klasifikasi Fraktur.....................................................................................19
4. Manifestasi Klinis......................................................................................19
5. Patofisiologi Nyeri Fraktur........................................................................21
6. Terapi Murottal Al-Qur’an........................................................................22

C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri pada


Pasien Fraktur......................................................................................................23
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................23
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul.......................................28
3. Perencanaan Keperawatan.........................................................................28
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................33
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................33

v
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................34
A. Desain Penelitian............................................................................................34
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................34
C. Populasi dan Sampel......................................................................................34
D. Instrumen Pengumpulan Data......................................................................35
E. Jenis-jenis Data...............................................................................................36
F. Cara Pengumpulan Data................................................................................37
G. Analisis Data...................................................................................................38

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN......................................39


A. Deskripsi Lokasi Penelitian...........................................................................39
B. Deskripsi Kasus..............................................................................................39
1. Pengkajian.................................................................................................39
2. Diagnosis Keperawatan.............................................................................41
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................42
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................44
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................51
C. Pembahasan Kasus.........................................................................................52
1. Pengkajian.................................................................................................52
2. Diagnosis Keperawatan.............................................................................54
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................56
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................59
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................62

BAB V PENUTUP................................................................................................64
A. Kesimpulan.....................................................................................................64
B. Saran................................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis....................................10


Tabel 2.2 Tabel Stimulus Yang Menghasilkan Sensasi Nyeri...............................10
Tabel 2.3 Tabel Perencanaan Keperawatan...........................................................28
Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium...................................................(Lampiran)
Tabel Program Terapi Dokter.................................................................(Lampiran)
Tabel Analisa Data..................................................................................(Lampiran)
Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan......................................................(Lampiran)
Tabel Perencanaan Keperawatan............................................................(Lampiran)
Tabel Implementasi dan Evaluasi Keperawatan......................................(Lampiran)

x
DAFTAR
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik........................................................16
Gambar 2.2 Skala Wajah atau Wong-Baker Face Rating Scale...........................16
Gambar Hasil Pemeriksaan Radiologi: Fraktur Tibia..............................(Lampiran)

x
DAFTAR

Lampiran 1 Format Pengkajian Penelitian


Lampiran 2 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing I
Lampiran 3 Lembar Konsultasi KTI Pembimbing II
Lampiran 4 Surat Izin Survei Data Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Padang
Lampiran 5 Surat Izin Survei Data Penelitian dari Instalasi Rekam Medis
RSUP Dr.M.Djamil Padang
Lampiran 6 Surat Izin Survei Data Penelitian dari Ka IRNA Bedah
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Padang Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr.M.Djamil Padang
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Ka IRNA Bedah (Trauma Center)
Lampiran 10 Informed Consent
Lampiran 11 Daftar Hadir Penelitian
Lampiran 12 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSUP Dr.M.Djamil Padang
Lampiran 13 Ganchart Kegiatan Penelitian

x
DAFTAR RIWAYAT

Nama : Andrea Marshanda


Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 06 April 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jalan Parak Karakah No.18
Nama Orangtua
Ayah : Isman
Ibu : Muharniwati

Riwayat Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1. SD SDN 35 Parak Karakah 2007-2013


2. SMP SMPN 8 Padang 2013-2016
3. SMA SMA Adabiah 2 Padang 2016-2019
4. D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang 2019-2022

x
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur penting yang dibutuhkan oleh
manusia guna mempertahankan keseimbangan antara fisiologis dan psikologis,
dimana bertujuan untuk mempertahankan status kesehatan dan untuk
keberlangsungan hidup manusia. (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Menurut
Abraham Maslow, ada lima macam kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Susanto & Fitriana, 2017).

Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis. Dampak dari gangguan rasa
nyaman nyeri jika tidak ditangani segera dapat menimbulkan gangguan fisiologi
seperti syok, perubahan pada bagian tubuh yang cedera, risiko terjadinya infeksi,
risiko perdarahan, gangguan integritas kulit, merasa cemas akibat dari rasa nyeri
yang dirasakan, hingga kematian. (Septiani, 2015).

Nyeri merupakan suatu sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Nyeri dapat dikatakan bersifat individual karena respon seorang
individu terhadap sensasi nyeri sudah pasti berbeda-beda dan tidak bisa
disamakan dengan orang lain. Nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis. (Sutanto & Fitriana, 2017).

Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemukan pada pasien
fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma,
tekanan, maupun karena adanya kelainan patologis. Akibat dari terputusnya
kontinuitas tulang, maka akan memicu timbulnya rasa nyeri. (Pelawi & Purba,
2019).

Besarnya angka kejadian nyeri yang berkaitan dengan fraktur, umumnya dipicu
oleh kecelakaan lalu lintas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2018, terjadi kasus kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 1,25 juta orang di
dunia dan korban terluka hingga 50 juta orang.

1 Poltekkes Kemenkes
2

Berdasarkan hasil data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018,
angka terjadinya cedera di jalan raya kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia
terjadi sebanyak 2,2% dengan kejadian kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat
berjumlah 2,5%.

Perawat berperan penting dalam mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien fraktur,
diawali dengan pengkajian pada masalah nyeri menggunakan metode PQRST.
P=Provoking yaitu faktor pemicu nyeri pada pasien fraktur, biasanya karena
adanya trauma pada jaringan tubuh; Q=Quality yaitu kualitas nyeri, misal nyeri
seperti ditusuk-tusuk; R=Region yaitu lokasi nyeri, misal di paha kiri; S=Severity
yaitu skala nyeri yang dirasakan apakah ringan, sedang, atau berat; dan T=Time
yaitu frekuensi nyeri yang dirasakan, hilang timbul atau bertambah saat
beraktivitas. Perawat juga berperan dalam menegakkan diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), diagnosa utama yang mungkin muncul adalah nyeri akut, lalu diikuti
dengan gangguan mobilitas fisik. (SDKI PPNI, 2017).

Perencanaan keperawatan untuk mengatasi nyeri pada pasien fraktur yaitu dengan
tindakan penatalaksanaan nyeri. Tindakan penatalaksanaan nyeri terbagi dua,
yaitu terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. Penatalaksanaan secara
non-farmakologis bisa dilakukan dengan teknik distraksi seperti terapi murottal
Al-Qur’an, dan teknik relaksasi napas dalam. Sedangkan untuk terapi
farmakologis, perawat bisa berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik sesuai dengan terapi pengobatan. Evaluasi keperawatan terhadap
masalah nyeri, setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan keluhan nyeri
menurun, pasien mampu kembali beraktivitas seperti sediakala, serta tidak ada
lagi perasaan cemas terhadap rasa nyeri dan rasa sakit yang dirasakan oleh klien.
(Saputra, 2013).

Terapi murottal Al-Qur’an merupakan salah satu jenis audio yang dapat diberikan
kepada pasien dengan fraktur. Terapi murottal Al-Qur’an merupakan rekaman
suara Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh seorang Qori atau Qori’ah, yang
dipercaya dapat menenangkan fisik dan psikis melalui aspek spiritual sehingga
dapat menurunkan intensitas nyeri fraktur (Diana, 2016). Terapi murottal Al-

Poltekkes Kemenkes
3

Qur’an telah terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah getaran suara
menjadi gelombang yang diterima tubuh, dan mengurangi reseptor rasa sakit.
Selain itu, terapi murottal Al-Qur’an juga dapat memperbaiki sistem dalam tubuh
sehingga dapat menurunkan dampak dari nyeri seperti tekanan darah membaik,
frekuensi napas membaik, serta memperbaiki irama detak jantung, denyut nadi,
dan aktivitas gelombang otak. (Rilla, dkk., 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Susi, dkk., 2019) di RS PKU


Muhammadiyah Karanganyar, terdapat 8 orang pasien yang mengalami fraktur,
dari hasil penelitian tersebut didapatkan data bahwa terjadi penurunan skala nyeri
yang dialami oleh pasien fraktur setelah diberikan terapi murottal Al-Qur’an yang
awalnya berada di skala 6 (nyeri sedang) menjadi skala 3 (nyeri ringan).

Data yang diperoleh dari rekam medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang, pada
tahun 2018 telah terjadi kasus fraktur sebanyak 342 kasus. Pada tahun 2019,
tercatat kasus fraktur sebanyak 405 kasus. Kemudian pada tahun 2020, didapatkan
kasus fraktur sebanyak 288 kasus.

Hasil survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Desember 2021 di
ruangan Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui wawancara dengan
perawat yang sedang bertugas di ruangan, didapatkan hasil bahwa rata-rata pasien
penderita fraktur memiliki keluhan utama nyeri. Penatalaksanaan yang telah
dilakukan oleh perawat di ruangan berupa terapi non-farmakologis yaitu teknik
relaksasi napas dalam, sedangkan terapi farmakologis yaitu kolaborasi pemberian
analgesik. Diagnosis keperawatan yang muncul berupa nyeri akut, gangguan
mobilisasi fisik, resiko infeksi, dan ansietas. Di dalam ruangan, ada 3 orang pasien
fraktur yang sedang dirawat, dan semua pasien mengeluhkan nyeri dengan
rentang skala 4-6 (nyeri sedang).

Berdasarkan fenomena dan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian studi


kasus dengan memberikan asuhan keperawatan gangguan rasa aman dan nyaman
nyeri pada pasien fraktur di ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tahun 2022.

Poltekkes Kemenkes
4

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien
fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di
Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian gangguan rasa aman nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2022.
b. Mendeskripsikan diagnosa gangguan rasa aman nyaman nyeri pada
pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2022.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2022.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan gangguan rasa aman nyaman
nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2022.
e. Mendeskripsikan hasil evaluasi gangguan rasa aman nyaman nyeri pada
pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2022.

Poltekkes Kemenkes
5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi perawat di RSUP Dr. M. Djamil
Padang khususnya di Ruangan Trauma Center dalam penggunaan teknik
murottal Al-Qur’an dan juga sebagai pendorong dalam meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dalam penerapan asuhan keperawatan gangguan rasa
aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes RI Padang
Hasil penelitian dapat menjadi referensi perpustakaan Poltekkes Kemenkes RI
Padang dalam mengembangkan mata kuliah.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma
Center RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti
selanjutnya untuk meningkatkan penerapan asuhan keperawatan gangguan
rasa aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nyeri


1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman tidak menyenangkan yang dirasakan oleh
seseorang, baik secara sensori maupun secara emosional yang
berhubungan dengan risiko kerusakan jaringan tubuh (Tournaire &
Theau-Yonneau, 2007 dalam judha dkk, 2012). Menurut Sternbach,
nyeri diartikan sebagai sesuatu yang sangat abstrak, dimana nyeri
mencakup: personality, artinya sensasi terhadap nyeri yang dirasakan
oleh seseorang bersifat pribadi (subjektif) dimana antara satu
individu dengan individu lainnya mengalami sensasi yang berbeda;
adanya stimulus yang merugikan sebagai peringatan terhadap
kerusakan jaringan; dan pola respon dari individu terhadap nyeri
sebagai alat proteksi untuk melindungi dirinya dari kerugian yang
ditimbulkan oleh nyeri.

Nyeri merupakan suatu perasaan atau sensasi tidak menyenangkan,


rumit, unik, universal, dan bersifat individual. Nyeri dapat dikatakan
bersifat individual karena respon seorang individu terhadap sensasi
nyeri sudah pasti berbeda-beda dan tidak bisa disamakan dengan
orang lain, baik dilihat dari segi skala nyeri ataupun tingkat nyeri
yang dirasakan. (Sutanto & Fitriana, 2017).

Menurut Setiadi (2020) Nyeri bersifat subjektif karena intensitas dan


respon pada tiap individu berbeda. Perambatan nyeri dan persepsi
individu masih belum sepenuhnya bisa dimengerti. Tinggi rendahnya
derajat nyeri dapat dipengaruhi oleh sistem analgetik di dalam tubuh
dan juga dipengaruhi oleh transmisi sistem saraf serta interpretasi
stimulus.

6 Poltekkes Kemenkes
7

2. Etiologi Nyeri
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya :
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena tindakan
pembedahan akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi
secara langsung pada reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misal karena edema akibat dari
penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, yang dapat menekan reseptor nyeri.
d. Iskemia jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteri
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat penumpukan
asam laktat.
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik (Hidayat, 2014).

Menurut Atoilah dan Engkus (2013), ada beberapa faktor yang


memicu terjadinya nyeri diantaranya :
a. Penyebab nyeri secara fisik
1) Trauma
a) Trauma Mekanik
Trauma mekanik akan menimbulkan nyeri karena ujung-
ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan,
gesekan ataupun luka.
b) Trauma Termis
Trauma termis menimbulkan nyeri karena ujung saraf
reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.
c) Trauma Kimiawi
Trauma kimiawi terjadi karena sentuhan zat asam atau
basa yang kuat.
d) Trauma elektrik
Trauma elektrik dapat memicu nyeri karena dipengaruhi
oleh aliran listrik yang kuat lalu mengenai reseptor nyeri.
2) Neoplasma
a) Neoplasma jinak
Neoplasma jinak akan menyebabkan penekanan pada

Poltekkes Kemenkes
8

ujung saraf reseptor nyeri.


b) Neoplasma ganas
Neoplasma ganas akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri akibat tarikan,
jepitan atau metastase dari kanker. Peradangan seperti
abses, pleuritis akan mengakibatkan kerusakan saraf
reseptor nyeri akibat adanya peradangan atau akibat
penekanan dari pembengkakan jaringan.
3) Nyeri peradangan
Nyeri peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf
reseptor nyeri yang mengakibatkan adanya peradangan atau
penekanan dari pembengkakan dari jaringan.

b. Penyebab nyeri secara psikologis


Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat
dari trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri
dalam faktor ini disebut Psychologic Pain.

3. Klasifikasi Nyeri
Menurut Hidayat (2014), klasifikasi nyeri secara umum dibagi
menjadi dua yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri
yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang dan tidak
melebihi 6 bulan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan
yang biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama yaitu lebih dari
6 bulan dan yang termasuk kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
Menurut Susanto (2017), Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa hal:
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukan
tubuh, misalnya pada kulit atau mukosa.

Poltekkes Kemenkes
9

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh


yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan penyakit
organ atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke
bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal
nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi akibat rangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, hipotalamus,
dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya


1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi
dan sangat kuat. Nyeri ini biasanya menetap selama 10-15
menit, lalu menghilang. kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya


1) Nyeri ringan : nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang : nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat : nyeri dengan intensitas tinggi.

d. Nyeri berdasarkan lamanya waktu penyerangan


1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan serta sumber dan daerah
nyeri dapat diketahui dengan jelas.
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri ini memiliki pola yang beragam dan bisa
berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
lamanya. (Aniza, 2019).

Poltekkes Kemenkes
1

Tabel 2.1
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Nyeri Akut Nyeri Kronis

1) Terlokalisir 1) Menyebar
2) Sifatnya tajam seperti 2) Sifatnya tumpul, ngilu
ditusuk-tusuk, disayat, atau 3) Respon saraf parasimpatis
dicubit 4) Penampilan depresi
3) Respon saraf simpatis 5) Pola serangan tidak jelas
4) Penampilan gelisah dan
cemas
5) Pola serangannya jelas

Sumber : Atoilah, E.M. & Engkus (2013)

4. Stimulus Nyeri
Beberapa jenis stimulus nyeri menurut Saputra (2013) diantaranya:
a. Trauma atau gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena
tindakan pembedahan akibat terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secara langsung pada reseptor.
b. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri.
c. Iskemia jaringan
d. Spasme otot
Tabel 2.2
Stimulus yang Menghasilkan Sensasi Nyeri

No. Stimulus Tipe Rangsangan Dasar Fisiologis


1. Mekanis a. Trauma a. Kerusakan jaringan akan
jaringan tubuh mengiritasi
(pembedahan) b. Penekanan langsung
b. Perubahan pada reseptor nyeri serta
dalam jaringan, adanya pelepasan
misalnya edema bradikinin, serotonin,
c. Sumbatan pada yang akan merangsang
saluran tubuh reseptor nyeri
d. Kejang otot c. Distensi lumen saluran
e. Tumor d. Rangsangan pada
reseptor
e. Penekanan pada reseptor
nyeri iritasi pada
ujung saraf

Poltekkes Kemenkes
1

2. Termis Panas atau Kerusakan pada jaringan


dingin yang merangsang thermosensitif
berlebihan, reseptor nyeri
misalnya seperti
luka bakar
3. Kimia a. Iskemia a. Menumpuknya asam
jaringan, laktat merangsang
misalnya khemosensitif reseptor
sumbatan pada nyeri
arteri koronaria b. Sekunder dari
b. Kejang otot rangsangan mekanis
menyebabkan
iskemia jaringan

Sumber : Atoilah, E.M. & Engkus (2013)

5. Respon Tubuh Terhadap Nyeri


a. Respon fisiologis
Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke
batang otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi ter-
stimulus sebagai bagian dari respon stress. Stimulus pada
cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respons
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus secara
tipikal akan melibatkan organ-organ viseral, sistem saraf
parasimpatik menghasilkan suatu aksi. Respons fisisologis
terhadap nyeri sangat membahayakan individu. Kecuali pada
kasus-kasus nyeri berat menyebabkan individu mengalami syok,
kebanyakan individu mencapai tingkat adaptasi, yaitu tanda-
tanda fisik kembali normal. Dengan demikian klien yang
mengalami nyeri tidak akan selalu memperlihatkan tanda-tanda
fisik (Wahyudi dan Wahid, 2016).

Pada nyeri akut, respon yang akan timbul segera dan


merangsang aktivitas saraf simpatis dan manifestasinya berupa:
1) Peningkatan denyut nadi
2) Peningkatan pernapasan
3) Peningkatan tekanan darah

Poltekkes Kemenkes
1

4) Pucat
5) Lembab dan berkeringat
6) Dilatasi pupil

Pada nyeri kronis akan merangsang aktivitas saraf parasimpatis


dengan manifestasi sebagai berikut :
1) Penurunan tekanan darah
2) Penurunan denyut nadi
3) Kontriksi pupil
4) Kulit kering
5) Panas

b. Respon perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh
yang khas dan ekspresi wajah ang mengidikasikan nyeri dapat
ditunjukan oleh pasien sebagai respons perilaku terhadap nyeri.
Dampak yang dapat ditimbulkan berupa:
1) Menggigit bibir
2) Gelisah
3) Mobilisasi
4) Meringis
5) Menyeringitkan dahi
6) Mengalami ketegangan otot
7) Ekspresi wajah mengatupkan geraham, apasia, dan
disorientasi
8) Adanya gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri. (Wahyudi Dan Wahid, 2016).

c. Respon pada aktivitas sehari-hari


Pasien mengalami nyeri setiap hari, kurang mampu
berpartisipasi dalam aktivitas rutin seperti mengalami kesulitan
dalam melakukan hygiene normal, dan dapat menganggu
akivitas sosial dan hubungan seksual. (Selfiana, 2018).

Poltekkes Kemenkes
1

6. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Menurut Wahyudi dan Wahid, 2016 faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri sebagai berikut:
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai
kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat
yang menyebakan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan
secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan
nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko
tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasakan
nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin
misalnya menganggap bahwa seseorang anak laki-laki harus
berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan
boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum,
pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons
terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk
melatih perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya
menentukan perilaku psikologi seseorang. Dengan demikian hal
ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologi opial endogen
sehingga terjadilah persepsi nyeri.
d. Makna nyeri
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri
tersebut member kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman,
dan tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Poltekkes Kemenkes
1

e. Perhatian
Bagaimana seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
respons nyeri yang menurun.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri dan nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.
g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan
persepsi nyeri.
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya
namun tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
i. Gaya koping
Individu yang memiliki fokus kendali internal mempersepsikan
diri mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan
lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri.
Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal
mempersepsikan faktor lain di dalam linkungan mereka seperti
perawat sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil
akhir suatu peristiwa.
j. Dukungan keluarga atau sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap
mereka terhadap pasien mempengaruhi respons nyeri. Pasien
dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlidungan
walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang
dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

Poltekkes Kemenkes
1

7. Dampak yang Timbul Akibat Nyeri


Menurut Potter & Perry, 2010 dalam (Aniza, 2019) ada beberapa
dampak dan akibat nyeri, diantaranya:
a. Gangguan fisik
1) Syok akibat rasa sakit yang berlebihan, ditandai dengan
nadi cepat dan lemah, tekanan datah menurun, berkeringat,
dan wajah tampak pucat.
2) Nafsu makan menurun.
3) Perasaan tidak nyaman.
b. Gangguan psikologis
1) Cemas, takut dan gelisah.
2) Insomnia dan putus asa.
3) Depresi.
c. Gangguan sosial
1) Hambatan dalam pergaulan, perpecahan dalam keluarga.
2) Hambatan dalam bekerja.

8. Pengukuran Skala Nyeri


a. Skala Intensitas Nyeri Numerik menurut Hayward
Pengukuran intensitas nyeri menggunakan skala nyeri Hayward
ini dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah
satu bilangan dari rentang 0-10 (nol sampai sepuluh) yang
menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang
dirasakan. Skala nyeri menurut Hayward dapat dilakukan
dengan kriteria sebagai berikut:
0 = Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan
4-6 = Nyeri sedang
7-9 = Sangat nyeri (tetapi masih bisa dikendalikan
dengan kegiatan aktivitas yang biasa dilakukan)
10 = Sangat nyeri hingga tidak dapat dikendalikan

Poltekkes Kemenkes
1

Gambar 2.1
Skala Intensitas Nyeri Numerik

Sumber : http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/

b. Skala Wajah atau Wong-Baker Faces Rating Scale


Pengukuran Pengukuran intensitas nyeri menggunakan skala
wajah ini dilakukan dengan cara memerhatikan mimik wajah
pasien pada saat nyeri tersebut menyerang. Cara ini diterapkan
pada pasien yang tidak dapat menyatakan intensitas nyerinya
dengan skala angka, contohnya pada anak-anak dan lansia.

Gambar 2.2
Skala Wajah atau Wong-Baker Faces Rating Scale

Sumber : wongbakerfaces.org

9. Penatalaksanaan Nyeri
a. Farmakologi
Obat analgesik berfungsi untuk mengganggu atau menghalangi
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi terhadap
nyeri. Obat analgesik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
analgesik golongan natkotika dan analgesik bukan golongan
narkotika.
1) Analgesik golongan narkotika
Analgesik golongan narkotika berfungsi untuk
menurunkan tekanan darah dan menimbulkan dan depresi
pada fungsi vital, misalnya repirasi. Contohnya adalah
morphin sulfat, codein sulfat, hydromorphone hydrocloride,

Poltekkes Kemenkes
1

meperidine hydrocloride, methadone, dan pentazocine.

2) Analgesik golongan bukan narkotika


a) Aspirin (Asetysalicylic acid)
Aspirin digunakan untuk menghilangkan rangsangan
pada sentral dan perifer serta kemungkinan meng-
hambat sintesis prostaglandin. Obat ini berkhasiat
setelah 15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-
2 jam.
b) Asetaminofen
Asetaminofen memiliki efek yang sama seperti aspirin.
Akan tetapi, asetaminofen tidak menimbulkan
perubahan kadar protrimbin.
c) Non-Steroid Anti Inflamantory Drug (NSAID)
NSAID dapat menghambat prostaglandin dan dalam
dosis rendah dapat berperan sebgai analgesik. Contoh
obat jenis ini adalah ibuprofen, menafenamic acid,
fenaprofen, dan zomepirac.

b. Non-farmakologi
1) Metode pengalihan perhatian, misalnya dengan
mendengarkan musik, mendengarkan lantunan ayat suci Al-
Qur’an (Terapi Murattal Al-Qur’an), menonton televisi,
membaca buku, dan lainnya.
2) Metode relaksasi, misalnya dengan menganjurkan pasien
untuk menarik nafas dalam, lalu menghembuskan nafas
secara perlahan, serta melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut, dan punggung. Ulangi hal ini beberapa kali sampai
tubuh terasa nyaman, tenang, dan rileks.
3) Menstimulasi kulit, misanya dengan aplikasi panas atau
dingin, menggosok daerah nyeri dengan lembut, serta
menggosok punggung.

Poltekkes Kemenkes
1

B. Konsep Nyeri Fraktur


1. Pengertian
Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik
trauma langsung ataupun tidak langsung (Manurung, Nixson 2018).
Fraktur merupakan gangguan komplet atau tak komplet pada
kontinuitas struktur tulang yang disebabkan karena hantaman
langsung, kekuatan yang meremukkan, gerakan memuntir yang
mendadak, dan karena kontraksi otot yang ekstsrem (Brunner &
Suddarth, 2016).

2. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak dan kontraksi otot ekstrem. Biasanya
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang. Fraktur juga berhubungan olahraga,
kecelakaan, pekerjaan atau luka yang disebabkan kecelakaan
kendaraan bermotor, pada orangtua terjadi peningkatan insiden
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada
menopause (Lukman dan Nuha Ningsih, 2009).
Menurut Abdul Wahid (2013) penyebab dari fraktur diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung pada tulang ditempat yang jauh dari
tepat terjadinya kekerasan. Pada bagian yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.

Poltekkes Kemenkes
1

c. Kekerasan akibat tarikan otot


Pada tulang tarikan otot biasanya jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran. Penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinais dari ketiganya dan penarikan.

3. Klasifikasi
Menurut Hardisman (2014) fraktur dapat diklasifikasikan
berdasarkan berbagai macam kriteria:
a. Berdasarkan luasnya fraktur
1) Fraktur komplet (patah total)
Tulang yang fraktur terbagi menjadi dua fragmen atau lebih.
2) Fraktur inkomplet (patah sebagian)
Tulang yang fraktur terpisah secara tidak lengkap dan
periosterum menyatu.
b. Berdasarkan ada tidaknya hubungan patahan tulang dengan
dunia luar
1) Fraktur terbuka
Fraktur yang disertai dengan kerusakan kulit diatasnya,
hingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung
dengan dengan dunia luar. Tulang yang patah bisa
menonjol keluar kulit, tertarik kembali kedalam atau tetap
berada dibawah kulit. Kontak dengan lingkungan luar
memungkinkan kuman dari luar dapat masuk sampai ke
tulang yang patah.
2) Fraktur tertutup
Fraktur tanpa disertai dengan kerusakan kulit diatasnya
sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Abdul Wahid (2013) tanda dan gejala dari fraktur adalah :
a. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan
atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen

Poltekkes Kemenkes
2

tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan


bentuk normalnya.
b. Edema atau bengkak
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan setosa yang
terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan
sekitar.
c. Echimosis atau memar
Perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
d. Spasme otot
Kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
e. Nyeri
Nyeri merupakan respon subjektif terhadap stressor fisik dan
psikologis. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma
dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang
atau kerusakan jaringan sekitar.
f. Hilangnya sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena
edema.
g. Krepitasi
Rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian tulang
digerakkan.
h. Pergerakan abnormal
Pergerakan yang terjadi pada bagian yang dalam kodisi
normalnya tidak terjadi pergeseran.
i. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau
spasme otot, paralisis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

Poltekkes Kemenkes
2

5. Patofisiologi Nyeri Fraktur


Tulang bersifat rapuh namun mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan, tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang yang disebut fraktur (Abdul Wahid, 2013).

Akibat rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang tersebut


sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri. Cara nyeri merambat dan
dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti.
Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan oleh derajat nyeri tersebut
mengganggu dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan transmisi
sistem saraf seta interpretasi stimulus.

Nyeri yang dirasakan menimbulkan respon yang berbeda disetiap


individu berdasarkan arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, serta
reaksi terhadap nyeri. Nyeri pada pasien dapat berupa nyeri akut dan
nyeri kronis. Dampak yang ditimbulkan oleh nyeri pada fraktur
berupa ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan pada area
yang mengalami fraktur karena nyeri yang dirasakan bertambah
apabila bagian fraktur digerakkan sehingga menyebabkan
terganggunya mobilitas pada penderita fraktur.

Gangguan mobilitas yang dialami pasien fraktur berpengaruh


terhadap ketidakmampuan pasien menggerakkan ekstremitas dan
keterbatasan rentang pergerakan sendi yang disebabkan oleh nyeri
persendian. Imobilitas yang terjadi pada pasien fraktur
mempengaruhi kemampuan klien dalam pemenuhan sehari-hari
seperti perawatan diri secara mandiri (Hariyanto & Rini, 2015).

Poltekkes Kemenkes
2

6. Terapi Murottal Al-Qur’an


Terapi murottal Al-Qur’an adalah rekaman suara Al-Qur'an yang
dilagukan oleh seorang Qori' (pembaca Al-Qur'an) yang bertujuan
untuk menurunkan hormon-hormon stess, meningkatkan perasaan
rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri, takut, cemas dan
tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga dapat menurunkan
tekanan darah dan denyut nadi yang meningkat (Saadulloh, 2006).

Untuk surat yang akan diterapkan pada rencana tindakan


keperawatan adalah Surat Ar-Rahman, dengan menggunakan audio
pada aplikasi Al-Qur’an Digital, dengan durasi kurang lebih 15-30
menit, diterapkan kurang lebih 3x sehari ketika serangan nyeri mulai
dirasakan oleh pasien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Susi, dkk., 2019) di RS


PKU Muhammadiyah Karanganyar, terdapat 8 orang pasien yang
mengalami fraktur, dari hasil penelitian tersebut didapatkan data
bahwa terjadi penurunan skala nyeri yang dialami oleh pasien fraktur
setelah diberikan terapi murottal Al-Qur’an yang awalnya berada di
skala 6 (nyeri sedang) menjadi skala 3 (nyeri ringan). Berikut
langkah-langkah tindakan dalam melakukan terapi murottal Al-
Qur’an:
a. Mengucapkan salam terapeutik pada klien.
b. Mempersiapkan klien berbaring di atas tempat tidur dengan
menjaga privasi klien.
c. Mencuci tangan.
d. Menghubungkan earphone dengan MP3 di Handphone yang
berisikan rekaman murottal Al-Qur’an (Surat Ar-Rahman).
e. Letakkan earphone di kedua telinga klien.
f. Setelah selesai, rapikan klien dan bereskan alat-alat yang telah
digunakan.
g. Mencuci tangan kembali

Poltekkes Kemenkes
2

C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Nyaman Nyeri


pada Pasien Fraktur
Pemberian asuhan keperawatan menggunakan metode proses
keperawatan yang pelaksanaannya dibagi dalam lima tahapan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.

b. Identitas penanggung jawab


Meliputi: data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa
dihubungi selama menjalani masa rawatan di rumah yaitu nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.(Atoilah, E.M. & Engkus, 2013).

c. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien dengan
fraktur adalah rasa nyeri.

d. Riwayat kesehatan sekarang


Meliputi: Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
menggunakan teknik PQRST:
1) Provoking Incident yaitu, nyeri biasanya dirasakan apabila
bagian fraktur yang dimobilisasi.
2) Quality of Pain yaitu, nyeri bisa dirasakan tajam, menusuk,
nyeri seperti terbakar. Nyeri dalam bisa dirasakan tajam,
tumpul, dan nyeri terus menerus.
3) Region atau radiation relief yaitu, nyeri bisa reda apabila
posisi fraktur tetap diam dan tidak digerakkan, rasa nyeri
menjalar atau menyebar, rasa nyeri terjadi pada area fraktur.
4) Severity (Scale) of Pain yaitu, nyeri bisa dirasakan ringan,
sedang hingga berat. Nyeri bisa diukur berdasarkan skala

Poltekkes Kemenkes
2

nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit


mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time yaitu, nyeri dapat berlangsung terus menerus,
berangsur atau tiba-tiba. (Wijaya & Yessie, 2013).

e. Riwayat kesehatan dahulu


Meliputi: Pengalaman nyeri sebelumnya, tidak selalu memiliki
arti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengaan lebih
mudah pada masa yang akan datang. Bila individu sejak lama
sering mengalami nyeri dan tidak sembuh atau menderita nyeri
berat maka ansietas atau takut akan dapat muncul. (Potter &
Perry, 2012).

f. Riwayat kesehatan keluarga


Meliputi: Pada pasien nyeri tidak ada data yang berkaitan
dengan kesehatan keluarga, namun pada pasien fraktur
diperlukan data keluarga diantaranya adalah apakah ada atau
tidaknya keluarga yang mengalami penyakit kanker tulang.
(Hidayat & Musrifatul, 2014).

g. Pola aktivitas sehari-hari


1) Pola nutrisi
Meliputi: pasien akan cenderung mengalami penurunan
nafsu makan.
2) Pola eliminasi
Meliputi: Frekuensi BAK 4-5 x/hari, BAB 1 x/hari.
3) Pola istirahat dan tidur
Meliputi: pasien mengalami kesulitan istirahat dan tidur
akibat nyeri yang dialami.
4) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi: Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian
yang terkena fraktur (ada kemungkinan akan mengalami hal
tersebut segera, akibat langsung dari fraktur atau akibat
sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri).

Poltekkes Kemenkes
2

5) Data psikologis
Meliputi: pasien cenderung akan mengalami stress, takut,
depresi, gelisah, dan putus asa.
6) Data sosial
Meliputi: pasien cenderung akan mengalami hambatan
dalam pergaulan, keluarga, dan pekerjaan.

h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Meliputi:
a) Nadi meningkat
b) Pernapasan meningkat
c) Tekanan darah meningkat. (Atoilah, E.M. & Engkus,
2013).
2) Kepala
Meliputi: kepala tampak simetris, tidak ada pembengkakan.
3) Wajah
Meliputi: pasien cenderung tampak gelisah, cemas,
meringis, dan menahan sakit.
4) Mata
Meliputi: akan terjadi dilatasi pupil pada nyeri akut dan
kontriksi pupil pada nyeri kronis.
5) Telinga
Meliputi: telinga tampak simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan.
6) Hidung
Meliputi: hidung tampak simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan.
7) Mulut
Meliputi: mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat.
8) Leher
Meliputi: leher tampak simetris, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid.

Poltekkes Kemenkes
2

9) Thoraks
a) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
bentuk simetris kiri dan kanan.
b) Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama.
c) Perkusi : suara sonor di kedua apeks paru.
d) Auskultasi : suara napas normal, tidak ada suara napas
tambahan.
10) Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak tampak.
b) Palpasi : ictus cordis teraba di RIC V mid clavikula
sinistra.
c) Perkusi : batas jantung di RIC III kanan-kiri dan RIC V
mid clavikula sinistra.
d) Auskultasi : bunyi jantung normal.
11) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk abdomen datar dan simetris.
b) Palpasi : hepar tidak teraba.
c) Perkusi : suara timpani.
d) Auskultasi : bising usus ada.
12) Ekstremitas
Pada pasien yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan
warna lokal pada kulit yang fraktur, pembengkakan lokal
dan kemerahan pada sendi maupun area fraktur,
immobilisasi ekstremitas, edema, dan nyeri tekan pada area
fraktur.

i. Program pengobatan
1) Terapi antibiotik
Sebagai pengobatan saat operasi, sebagai profilaksis.
Bertujuan untuk menghindari adanya kontaminasi bakteri
yang dapat menginfeksi dan menimbulkan ilo, diantaranya:
ceftriaxone, sefazolin, sefalosforin, sefotaksim, amoksilin.

Poltekkes Kemenkes
2

2) Obat analgesik
Sebagai pengobatan pereda nyeri untuk menghilangkan rasa
sakit akibat radang sendi, operasi, dan nyeri otot.
Diantaranya analgesik non-opioid seperti natrium
metamizol, ketorolac, tramadol drip, parasetamol dan
antrain. Analgesik opioid: codein, tramadol, morfin,
metadon, fentanil.
3) Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi atau terapi komplementer yang
diantaranya adalah bimbingan antisipasi, terapi es/panas,
distraksi, relaksasi, tens, imajinasi terbimbing, akupuntur,
hipnosis, umpan balik biologis, masase juga efektif sebagai
tambahan metode kontrol nyeri.
4) Traksi
Berupa tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk mengatasi kerusakan atau gangguan pada tulang dan
otot yang mengalami fraktur, dislokasi atau spasme otot
dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan. (Sulistiani et al., 2018).

j. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
Pada pasien yang mengalami nyeri tidak ditemukan hasil
radiologi, namun pada pasien yang mengalami fraktur
pemeriksaan radiologi dilakukan untuk mengetahui adaanya
jaringan-jaringan ikat, tulang yang mengalami kerusakan.
2) Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien yang mengalami nyeri tidak ditemukan hasil
laboratorium, namun pada pasien frakur perlu dipantau hasil
labor antaranya adalah kalsium serum, fostor, kretinin, laktat
dehidrogenase (LDH-5), leukosit dan aspartat amino
trasferase (AST) akan meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.

Poltekkes Kemenkes
2

3) Pemeriksaan lain
Menurut Fadila (2012) dalam Ghazy (2018) pada pasien
fraktur perlu dipantau: pemeriksaan mikroorganisme kultur
dan test sensitivitas untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab infeksi.

2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul


Berdasarkan pengkajian di atas, masalah keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien gangguan rasa aman nyaman nyeri fraktur
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
(Trauma).
b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan
Integritas Struktur Tulang.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah langkah berikutnya yang dilakukan oleh perawat
setelah diagnosa ditegakkan. Pada langkah ini, perawat menetapkan
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi klien dan
merencanakan intervensi keperawatan. (Sulistiyo, 2013).

Tabel 2.3
Perencanaan Keperawatan
Diagnosis Perencanaan Keperawatan
No. Keperawatan
(SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan (L.08066) (I.08238)
dengan Agen Definisi : Definisi :
Pencedera Fisik Pengalaman Mengidentifikasi dan
(D.0077). sensorik atau mengolah pengalaman
(SDKI PPNI, 2017. emosional yang sensorik atau emosional
Halaman 172). berkaitan dengan yang berkaitan dengan
Definisi : kerusakan kerusakan jaringan atau
Pengalaman jaringan aktual fungsional dengan konsep
sensorik atau atau fungsional mendadak atau lambat dan
emosional yang dengan onset berintensitas tinggi
berkaitan dengan mendadak atau hingga berat dan konstan.

Poltekkes Kemenkes
2

kerusakan jaringan lambat dan Tindakan :


aktual atau berintensitas Observasi
fungsional, dengan ringan hingga 1. Identifikasi lokasi,
onset mendadak berat dan karakteristik, durasi,
atau lambat dan konstan. frekuensi, kualitas, dan
berintensitas ringan Ekspektasi : intensitas nyeri.
hingga berat yang Menurun. 2. Identifikasi skala nyeri.
berlangsung kurang Kriteria Hasil : 3. Identifikasi respon
dari tiga bulan. 1. Keluhan nyeri non verbal.
Gejala dan Tanda nyeri 4. Identifikasi faktor
Mayor menurun. yang memperberat dan
1. Subjektif 2. Meringis memperingan nyeri.
a. Mengeluh menurun.
nyeri. 3. Sikap Terapeutik
2. Objektif protektif 1. Berikan teknik non-
a. Tampak menurun. farmakologis untuk
meringis. 4. Gelisah mengurangi rasa nyeri.
b. Bersikap menurun. 2. Kontrol lingkungan
protektif yang memperberat rasa
(mis. nyeri.
waspada, Edukasi
posisi 1. Jelaskan penyebab
meng- periode dan
hindari pemicu nyeri.
nyeri). 2. Jelaskan strategi
c. Gelisah. meredakan nyeri.
d. Frekuensi 3. Anjurkan memonitor
nadi nyeri secara mandiri.
meningkat 4. Ajarkan teknik non-
e. Sulit tidur. farmakologis untuk
mengurangi rasa
Gejala dan Tanda nyeri.
Minor :
1. Subjektif Kolaborasi :
Tidak tersedia. 1. Kolaborasi pemberian
2. Objektif analgetik, jika perlu.
a. Tekanan
darah
meningkat
b. Pola napas
berubah.
c. Nafsu
makan
berubah.
d. Proses
berpikir
terganggu.

Poltekkes Kemenkes
3

Terapi Murottal (I.08249)


Definisi :
Menggunakan media Al-
Qur’an (baik dengan
mendengarkan atau
membaca) untuk membantu
meningkat-kan perubahan
yang spesifik dalam tubuh
baik secara fisiologis
maupun psikologis.
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi aspek yang
akan difokuskan dalam
terapi (mis. relaksasi
pengurangan nyeri).
2. Identifikasi jenis terapi
yang digunakan ber-
dasarkan keadaan dan
kemampuan pasien
dalam mendengarkan
atau membaca Al-
Qur’an.
3. Identifikasi media
yang digunakan.
4. Identifikasi lama dan
durasi pemberian
sesuai dengan kondisi
pasien.
5. Monitor perubahan
yang difokuskan.
Terapeutik
1. Posisikan dalam posisi
dan lingkungan yang
nyaman.
2. Batasi rangsangan
eksternal selama terapi
dilakukan (mis. suara,
pengunjung, panggilan
telepon).
3. Yakinkan volume
yang digunakan sesuai
dengan keinginan
pasien.
4. Putar rekaman yang
telah ditetapkan (Surat
Ar-Rahman).

Poltekkes Kemenkes
3

5. Dampingi selama
membaca Al-Qur’an
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan manfaat terapi.
2. Anjurkan memusatkan
perhatian dan pikiran
pada lantunan Al-
Qur’an.

2. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi


Mobilitas Fisik (L.05042) (I.05173)
berhubungan Definisi : Definisi :
dengan Kemampuan Memfasilitasi pasien untuk
Kerusakan dalam gerakan menignkatkan aktivitas
Integritas fisik satu atau pergerakan fisik.
Struktur Tulang lebih ekstremitas Tindakan :
(D.0064). secara mandiri. Observasi
(SDKI PPNI, 2017. Ekspektasi : 1. Identifikasi adanya
Halaman 124) Meningkat. nyeri atau keluhan
fisik
Definisi : Kriteria Hasil : lainnya.
Keterbatasan dalam 1. Pergerakan 2. Identifikasi toleransi
gerakan fisik dari ekstremitas fisik melakukan
satu atau lebih meningkat. pergerakan.
ekstremitas secara 2. Kekuatan 3. Monitor frekuensi
mandiri. otot jantung dan tekanan
Gejala dan Tanda meningkat. darah sebelum
Mayor : 3. Rentang memulai mobilisasi.
1. Subjektif gerak 4. Monitor kondisi umum
a. Mengeluh meningkat. selama melakukan
sulit meng- 4. Nyeri mobilisasi.
gerakan menurun.
ekstremitas 5. Kecemasan Terapeutik
2. Objektif menurun. 1. Fasilitasi aktivitas
a. Kekuatan 6. Gerakan mobilisasi dengan
otot terbatas alat bantu (mis. pagar
menurun. menurun. tempat tidur).
b. Rentang 7. Kelemahan 2. Fasilitasi melakukan
gerak fisik pergerakan, jika perlu.
(ROM) menurun. 3. Libatkan keluarga
menurun. untuk membantu
pasien dalam me-
ningkatkan pergerakan.

Poltekkes Kemenkes
3

Gejala dan Tanda Koordinasi Edukasi


Minor : Pergerakan 1. Jelaskan tujuan dan
1. Subjektif (L.05041) prosedur mobilisasi.
a. Nyeri saat Definisi : 2. Anjurkan melakukan
bergerak. Kemampuan otot mobilisasi dini.
b. Enggan untuk bekerja 3. Ajarkan mobilisasi
melakukan sama dengan sederhana yang harus
pergerak- gerakan tubuh dilakukan (mis. duduk
kan. yang sesuai dan di tempat tidur).
c. Merasa terarah.
cemas saat Ekspektasi : Dukungan Perawatan Diri
bergerak. Meningkat. (I.11348)
Kriteria Hasil : Definisi :
2. Objektif 1. Kekuatan Menmfasilitasi pemenuhan
a. Sendi otot. kebutuhan perawatan diri.
kaku. meningkat Tindakan :
b. Gerakan 2. Kontrol Observasi
tidak ter- gerakan 1. Identifikasi kebiasaan
koordinasi meningkat. aktivitas perawatan diri
c. Gerakan 3. Keseimbang- sesuai dengan usia
terbatas. an gerakan 2. Monitor tingkat
d. Fisik meningkat. kemandirian
lemah. 4. Gerakan ke 3. Identifikasi kebutuhan
arah yang alat bantu kebersihan
diinginkan diri, berpakaian,
meningkat. berhias, dan makan.
5. Tegangan Terapeutik
otot 1. Sediakan lingkungan
menurun. terapeutik (misal
6. Kram otot suasana hangat, rileks,
menurun. privasi).
2. Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri.
3. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri.
Edukasi
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan.

Sumber : (Tim POKJA SDKI PPNI, 2017), Tim POKJA SLKI PPNI,
2019), Tim POKJA SDKI PPNI, 2018).

Poltekkes Kemenkes
3

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi dari perencanaan tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan keperawatan. (Budiono &
Sumirah) dalam (Selfiana, 2018).

Terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi


rasa nyeri, diantaranya difokuskan pada 1) upaya perawatan dalam
meningkatkan kenyamanan, 2) upaya pemberian informasi yang
akurat, 3) upaya mempertahankan kesejahteraan, 4) upaya tindakan
meredakan nyeri dengan teknik non-farmakologis, dan 5) pemberian
terapi farmakologis (Sulistiyo, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk menilai respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dan untuk menilai kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2006 dalam Sulistiyo,
2013).

Evaluasi keperawatan pada masalah nyeri dapat dinilai dari


kemampuan pasien dalam merespon serangan nyeri, menurunnya
intensitas nyeri, hilangnya rasa nyeri, respon fisiologis yang baik,
dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa ada
keluhan nyeri (Saputra, 2013).

Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu sebuah
desain penelitian yang dilakukan dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang terjadi secara sistematis dan akurat, melalui
pendekatan studi kasus (Nursalam, 2011). Penelitian ini menggambarkan
bagaimana Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman Nyeri
pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2022. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2021 s.d Juni
2022. Survei awal dilakukan pada tanggal 29 Desember 2021. Waktu
pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 01 Maret – 06 Maret
2022.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami fraktur
yang berada di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.M.Djamil Padang.
Jumlah rata-rata populasi pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP
Dr.M.Djamil Padang dalam tiga bulan terakhir sebanyak 53 orang. Jumlah
populasi pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.M.Djamil
Padang pada saat melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 01 Maret
2022 sebanyak 4 (empat) orang pasien.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik sampling adalah suatu teknik
dalam proses penyeleksian porsi dari populasi untuk mewakili populasi
sesuai dengan subjek penelitian (Kartika, 2017). Sampel penelitian ini
adalah satu orang pasien fraktur yang mengalami nyeri di Ruangan Trauma
Center RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

3 Poltekkes Kemenkes
3

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:


a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu:
1) Pasien yang bersedia menjadi responden.
2) Pasien yang kooperatif.
3) Pasien yang mengalami fraktur dengan skala nyeri ≥ skala nyeri 4
4) Pasien yang beragama islam.
5) Pasien yang tidak mampu mengatasi nyeri secara mandiri.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eklusi penelitian ini yaitu:
1) Pasien fraktur dengan gangguan rasa nyaman nyeri yang
mengalami penurunan kesadaran.
2) Pasien yang pulang, meninggal dunia, atau pindah ruangan
sebelum dirawat oleh peneliti.
3) Pasien yang beragama non muslim.
4) Pasien dengan hari rawatan kurang dari 5 hari.

Ketika peneliti datang untuk melakukan penelitian, ada empat orang


pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Selanjutnya pemilihan
sampel dipilih menggunakan teknik simple random sampling yang
dilakukan dengan cara undian (menuliskan nama pasien didalam
kertas yang akan digulung dan dipilih secara acak) sehingga
didapatkan satu orang pasien yang akan dijadikan sampel.

D. Instrumen dan Alat Pengumpulan Data


Instrumen penggunaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, penegakan diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Untuk mengukur skala nyeri pasien, peneliti menggunakan skala
intensitas nyeri numerik menurut Hayward, dan juga skala wajah atau Wong
Baker Faces Rating Scale. Untuk menilai kekuatan otot, peneliti menggunakan
format pemeriksaan kekuatan otot.

Poltekkes Kemenkes
3

Pemeriksaan fisik menggunakan alat berupa tensimeter, stetoskop, termometer,


penlight dan studi dokumentasi.
Proses keperawatan meliputi:
1. Format pengkajian keperawatan dasar: identitas pasien dan penanggung
jawab, diagnosa, waktu masuk, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data sosial ekonomi, data spiritual,
pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.
2. Format analisa data: nama pasien, nomor rekam medik, data, masalah, dan
penyebab (etiologi).
3. Format diagnosis keperawatan: nama pasien, nomor rekam medik,
diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya dan dipecahkannya
masalah.
4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi SIKI dan SLKI.
5. Format implementasi dan evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien,
nomor rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan paraf peneliti.

E. Jenis-jenis Data
1. Data primer
Pada penelitian ini data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan
pasien, hasil wawancara dengan keluarga, pengukuran, dan pemeriksaan
fisik berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan dasar.
2. Data sekunder
Pada penelitian ini data sekunder didapatkan dari rekam medik, data
penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik),
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan (status pasien).

Poltekkes Kemenkes
3

F. Cara Pengumpulan Data


Pada penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan multisumber bukti.
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pengukuran, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. (Saryono, 2013).
1. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab langsung antara
pewawancara dengan responden. Anamnesa yang dilakukan terkait nyeri
yaitu apa pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan
waktu terjadinya nyeri.
Pada penelitian ini, langkah dan cara peneliti mengumpulkan data kepada
pasien yaitu peneliti memperkenalkan diri dengan baik, menjelaskan asal
institusi, menjelaskan maksud dan tujuan melakukan penelitian. Setelah
selesai menjelaskan semuanya, peneliti meminta persetujuan kepada pasien
dan keluarga terkait kesediaanya untuk dijadikan responden atau tidak.
Pada saat itu pasien dan keluarga setuju untuk dijadikan responden
penelitian kemudian bersedia mengisi dan menandatangani lembar
persetujuan (inform consent) yang diberikan peneliti. Setelah pasien dan
keluarga setuju untuk dijadikan responden, peneliti meminta ijin dan waktu
kepada pasien untuk dilakukannya pengkajian terhadap pasien, dan
melakukan intervensi terapi murattal Al-Qur’an (Surat Ar-Rahman) untuk
mengurangi dan mengatasi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metode
mengukur dengan menggunakan alat ukur skala nyeri pasien dengan
menggunakan skala intensitas nyeri numerik menurut Hayward dengan
rentang angka dari 0-10, dan juga menggunakan skala wajah (Wong Baker
Faces Rating Scale). Untuk menilai kekuatan otot, peneliti menggunakan
format pemeriksaan kekuatan otot.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara langsung secara head to toe dengan
cara inspeksi (melihat kondisi seperti keadaan umum pasien), palpasi

Poltekkes Kemenkes
3

(menggunakan indra peraba), perkusi (cara mengetuk bagian permukaan


tubuh), dan auskultasi (mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh).
4. Studi Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk data
sekunder misalnya, rekam medik, laporan bulanan, laporan tahunan,
catatan pasien, surat keterangan, arsip foto, hasil rapat, jurnal kegiatan.

G. Analisis Data
Dalam penelitian studi kasus ini, sesudah peneliti mengumpulkan data maka
data tersebut dianalisa dengan cara analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan suatu usaha pengumpulan data dan menyusun data. Setelah data
tersusun langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan
dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam,
2011).

Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada satu orang pasien fraktur dengan gangguan rasa aman
nyaman nyeri. Data hasil yang didapat melalui tahapan asuhan keperawatan
(pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan
keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan) akan dinarasikan dan dibandingkan dengan konsep
asuhan keperawatan teoritis gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien
fraktur. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kesesuaian antara
teori yang ada dengan kondisi pasien.

Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Tempat penelitian berada di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang merupakan
rumah sakit kelas A Pendidikan dan dinyatakan Lulus Akreditasi Paripurna
pada tahun 2018 serta Akreditasi Internasional pada tahun 2019 oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Internasional.

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil


Padang. Ruangan Trauma Center terbagi menjadi lima ruangan yaitu ruangan
1, ruangan 2, ruangan 3, ruangan 4, dan ruangan 5. Penelitian ini dilakukan di
ruangan 4. Ruangan Trauma Center dipimpin oleh seorang kepala ruangan
(karu) dibantu oleh ketua tim (katim) dan beberapa perawat pelaksana yang
dibagi menjadi tiga shift yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam. Selain
perawat ruangan, ada juga mahasiswa/i praktik lapangan dari berbagai institusi
pendidikan untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.

B. Deskripsi Kasus
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Maret – 06 Maret 2022 pada satu
orang pasien yaitu Tn. M dengan diagnosa fraktur tibia (D) 1/3 tengah
komunitif tertutup + fraktur fibula (D) 1/3 distal tertutup di Ruangan Trauma
Center RSUP Dr. M. Djamil Padang. Asuhan keperawatan dimulai dari tahap
pengkajian, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi
keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi,
pengukuran, wawancara, dan dokumentasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 02 Maret 2022 pukul
10.00 WIB kepada Tn. M (Laki-laki) berumur 29 tahun, seorang pegawai
swasta, pendidikan S1, agama Islam, alamat Dadok Tunggul Hitam Koto
Tangah. Diagnosa medik fraktur tibia (D) 1/3 tengah komunitif tertutup +
fraktur fibula (D) 1/3 distal tertutup. Selama dirawat penanggung jawab
pasien adalah Tn. A, ayah kandung dari pasien yang merupakan seorang
buruh.

3 Poltekkes Kemenkes
4

Pasien datang melalui IGD RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 01
Maret 2022 jam 17.55 WIB rujukan dari Puskesmas Agam akibat
kecelakaan sepeda motor. Pasien mengalami fraktur pada tungkai kanan
serta terdapat luka terbuka di tungkai kanan bawah, dan luka robek di
kaki kanan. Pasien mengeluhkan nyeri pada area fraktur nya.

Saat dilakukan pengkajian tanggal 02 Maret 2022 jam 10.00 WIB di


Ruangan Trauma Center RSUP Dr.M.Djamil Padang, pasien mengeluh
nyeri akibat fraktur, nyeri terasa ngilu dan berdenyut-denyut, nyeri pada
tungkai kanan bawah, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, durasi nyeri
berlangsung sekitar 5 menit. Pasien mengatakan nyeri akan bertambah
parah apabila area fraktur disentuh atau bila terjadi guncangan pada
tempat tidurnya. Pasien juga mengatakan terkadang ia terbangun dari
tidurnya saat nyeri tiba-tiba terasa atau jika belum diberi obat antinyeri.
Pasien tampak meringis menahan rasa sakit. Adapun tanda dan gejala
minor berupa durasi nyeri berlangsung selama 5 menit, dengan skala
nyeri 5. Keluarga pasien mengatakan ketika baru masuk rumah sakit dan
belum diberi obat antinyeri, tekanan darah pasien sempat meningkat. Saat
ini seluruh aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil KU sedang, kesadaran kompos


mentis kooperatif, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada pernapasan cuping hidung, mukosa bibir lembab, Tekanan Darah
130/81 mmHg, Suhu 37,1oC, Nadi 76 x/menit, Pernapasan 21 x/menit.
Pada ekstremitas atas CRT <2 detik, tidak ada edema, kekuatan otot
kanan dan kiri 4:4. Pada ekstremitas bawah terdapat fraktur pada tibia
tertutup bagian kanan, kekuatan otot kanan dan kiri 1:4, CRT <2 detik,
terpasang gips pada kaki kanan, adanya keterbatasan gerak sendi.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 01 Maret 2022 didapatkan


hasil : Hemoglobin 13.8 g/dL; Leukosit 16.72 10 3/mm3; Trombosit 405
103/mm3; Hematokrit 40%; Eritrosit 4.83 106/µL.

Poltekkes Kemenkes
4

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data pada tanggal 02 Maret 2022, ditemukan
masalah keperawatan sebagai berikut:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
(Trauma)
Diagnosa keperawatan pertama ini diangkat dan diperkuat
berdasarkan gejala dan tanda mayor: pasien mengeluhkan nyeri di
daerah fraktur pada tungkai kanan bawahnya, nyeri terasa ngilu dan
berdenyut-denyut. Pasien tampak meringis menahan rasa sakit,
pasien tampak sangat berhati-hati dengan area frakturnya, pasien
tampak gelisah, terjadi peningkatan denyut nadi ketika nyeri
menyerang, namun pada pasien tidak terjadi kesulitan tidur karena
nyeri tidak terjadi secara terus menerus (nyeri hilang timbul).
Adapun gejala dan tanda minor yaitu keluarga pasien mengatakan
ketika baru masuk rumah sakit dan belum diberi obat antinyeri,
tekanan darah pasien sempat meningkat, yaitu 140/90 mmHg, tidak
ada perubahan pola napas, tidak ada perubahan nafsu makan, tidak
ada gangguan proses berpikir.

b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan


Integritas Struktur Tulang
Diagnosa keperawatan kedua ini diangkat dan diperkuat
berdasarkan gejala dan tanda mayor: pasien mengatakan sulit
menggerakkan kedua kakinya. Didapatkan kekuatan otot menurun
ekstremitas atas 4:4 dan ekstremitas bawah 1:4. Gejala dan tanda
minor yaitu pasien mengatakan bagian fraktur terasa nyeri apabila
disentuh, digerakkan ataupun apabila terjadi guncangan pada tempat
tidurnya. Pasien takut untuk bergerak, terjadi kaku sendi. Gerakan
tampak lambat dan sangat hati-hati.

Poltekkes Kemenkes
4

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun pada tanggal 02 Maret 2022. Rencana
asuhan keperawatan yang akan dilakukan berpedoman pada Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sesuai dengan tugas dan fungsi
perawat dengan empat tindakan keperawatan meliputi observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi serta mengacu pada Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Adapun intervensi yang akan dilakukan
yaitu:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
(Trauma)
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan yaitu Tingkat
Nyeri menurun dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun.
Intervensi berdasarkan SIKI yaitu Manajemen Nyeri yaitu
Observasi: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri; identifikasi skala nyeri; identifikasi
skala nyeri non verbal; identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. Terapeutik: berikan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri; kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri. Edukasi: jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri;
jelaskan strategi meredakan nyeri; anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri; ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri. Kolaborasi: kolaborasi pemberian analgetik.

Intervensi Terapi Murottal Al-Qur’an (Q.S Ar-rahman) yaitu


Observasi: identifikasi aspek yang akan difokuskan dalam terapi
misal relaksasi pengurangan nyeri; identifikasi jenis terapi yang
digunakan berdasarkan keadaan dan kemampuan pasien dalam
mendengarkan atau membaca Al-Qur’an; identifikasi media yang
digunakan; identifikasi lama dan durasi pemberian terapi sesuai
dengan kondisi pasien; monitor perubahan yang difokuskan.
Terapeutik: posisikan pasien dalam posisi dan lingkungan yang
nyaman; batasi rangsangan eksternal selama terapi dilakukan misal

Poltekkes Kemenkes
4

suara, pengunjung, panggilan telepon; yakinkan volume yang


digunakan sesuai dengan keinginan pasien; putar rekaman yang
telah ditetapkan. Edukasi: jelaskan tujuan dan manfaat terapi;
anjurkan memusatkan perhatian dan pikiran pada lantunan ayat suci
Al-Qur’an.

b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan


Integritas Struktur Tulang
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan yaitu Mobilitas
Fisik meningkat dengan kriteria hasil: pergerakan ekstremitas
meningkat, gerakan terbatas menurun, kekuatan otot meningkat.
Koordinasi Pergerakan meningkat dengan kriteria hasil: kontrol
gerak meningkat.

Intervensi Dukungan Mobilisasi yaitu Observasi: identifikasi


adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya; identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan; monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi; monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi. Terapeutik: fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu misal pagar tempat tidur; fasilitasi melakukan
pergerakan; libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan. Edukasi: jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi; anjurkan melakukan mobilisasi dini; ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan misal duduk di tempat tidur.

Intervensi Dukungan Perawatan Diri yaitu Observasi: identifikasi


kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai dengan usia; monitor
tingkat kemandirian; identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri, berpakaian, berhias, dan makan. Terapeutik: sediakan
lingkungan yang terapeutik misal suasana hangat, rileks, dan
privasi; dampingi dalam melakukan perawatan diri hingga mandiri;
fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak dapat melakukan perawatan
diri. Edukasi: anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan.

Poltekkes Kemenkes
4

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dengan empat tindakan keperawatan yaitu observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Implementasi dilakukan selama 5
hari dari tanggal 02-06 Maret 2022 yaitu :
a. Rabu, 02 Maret 2022
Implementasi yang dilakukan diantaranya:
Diagnosa 1:
Manajemen Nyeri: Observasi: mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh pasien dengan menggunakan metode PQRST,
lalu didapatkan hasil P (Provoking atau faktor pemicu nyeri)
nyeri akibat trauma fraktur; Q (Quality atau kualitas nyeri) nyeri
terasa ngilu dan berdenyut-denyut; R (Region atau lokasi nyeri)
di tungkai kanan bawah; S (Severity atau skala nyeri) skala nyeri
5; dan T (Time atau frekuensi nyeri yang dirasakan) nyeri hilang
timbul. Mengidentifikasi dan memantau apa saja faktor yang
memperberat nyeri yang dirasakan pasien, pasien mengatakan
keadaan lingkungan di ruangan yang bising dapat menambah
rasa nyerinya; serta mengidentifikasi respon nyeri non verbal
pasien yaitu terjadi peningkatan tekanan darah 135/85 mmHg,
terjadi peningkatan denyut nadi yang semula 76 x/menit menjadi
111 x/menit. Memantau frekuensi nyeri terjadi perharinya,
didapatkan rata-rata nyeri 3x dirasakan yaitu saat sebelum
diberikannya obat antinyeri oleh perawat ruangan. Obat yang
diberikan untuk mengatasi nyeri adalah ketorolac. Edukasi:
mengajarkan teknik non-farmakologis terapi relaksasi napas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri, dengan cara meminta klien
untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi. Lalu minta klien
untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung
pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik

Poltekkes Kemenkes
4

napas dengan cepat, lalu napas kuat melalui hidung. Meminta


klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup
dan ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk
suara hembusan tanpa mengembungkan pipi, teknik pursed lip
breathing ini menyebabkan resistensi pada pengeluaran udara
paru, meningkatkan tekanan di bronkus (jalan napas utama) dan
meminimalkan kolapsnya jalan napas yang sempit. Meminta
klien untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen
ketika ekspirasi. Hitung sampai 7 selama ekspirasi.
Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan
meningkatkannya secara bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat
dilakukan dalam posisi tegap, berdiri, dan berjalan.
Diagnosa 2:
Dukungan Mobilisasi: Observasi: mengidentifikasi nyeri,
keluhan fisik, dan toleransi fisik dalam melakukan pergerakan,
didapatkan hasil pasien mengeluh nyeri di daerah fraktur apabila
digerakkan, pasien mengatakan belum bisa duduk dan hanya
bisa berbaring di tempat tidur saja, semua aktivitas dilakukan di
atas tempat tidur.
Dukungan Perawatan Diri: Observasi: mengidentifikasi
kemampuan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri,
didapatkan hasil pasien tampak belum mampu melakukan
perawatan diri mandi, makan, berpakaian, berhias secara
mandiri, perawatan diri pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat.

b. Kamis, 03 Maret 2022


Implementasi yang dilakukan diantaranya:
Diagnosa 1:
Manajemen Nyeri: Observasi: mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan pasien, didapatkan hasil Pasien mengatakan nyeri
pada tungkai kanan bawahnya akibat fraktur, nyeri terasa ngilu
dan berdenyut-denyut, skala nyeri 5, durasi nyeri berlangsung

Poltekkes Kemenkes
4

sekitar 5 menit, nyeri hilang timbul. Mengidentifikasi respon


nyeri non verbal pasien yaitu apakah terjadi peningkatan
tekanan darah, terjadi peningkatan denyut nadi. Terapeutik:
melakukan kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien, didapatkan pasien mengeluh
suasana ruangan yang bising membuat nyeri pada daerah fraktur
terasa bertambah kuat; memantau frekuensi nyeri terjadi
perharinya, didapatkan rata-rata nyeri 3x dirasakan yaitu saat
sebelum diberikannya obat antinyeri oleh perawat ruangan. Obat
yang diberikan untuk mengatasi nyeri adalah ketorolac.
Edukasi: menganjurkan pasien untuk mengulangi kembali
teknik napas dalam yang sudah diajarkan untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan, pasien tampak mengikuti arahan yang
dijelaskan oleh perawat.
Diagnosa 2:
Dukungan Mobilisasi: Terapeutik: membantu pasien
melakukan mobilisasi dini dengan menggerakkan kedua tangan
dan kaki kiri (bagian yang tidak mengalami fraktur), serta
melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan mobilisasi. Terlihat pasien mengikuti instruksi
dan juga dibantu oleh keluarga untuk menggerakkan badannya,
pasien tampak merintih saat berganti posisi.

c. Jumat, 04 Maret 2022


Implementasi yang dilakukan diantaranya:
Diagnosa 1:
Manajemen Nyeri: Observasi: mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh pasien didapatkan hasil Pasien mengatakan nyeri
pada tungkai kanan bawahnya akibat fraktur, nyeri terasa ngilu
dan berdenyut-denyut, skala nyeri 4, durasi nyeri berlangsung
sekitar 5 menit, nyeri hilang timbul. Terapeutik: melakukan
kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, didapatkan
pasien mengeluh suasana ruangan yang bising membuat nyeri

Poltekkes Kemenkes
4

pada daerah fraktur terasa bertambah kuat; memposisikan pasien


dalam posisi yang nyaman; dan menganjurkan pasien untuk
rileks. Memantau frekuensi nyeri terjadi perharinya, didapatkan
rata-rata nyeri 3x dirasakan yaitu saat sebelum diberikannya
obat antinyeri oleh perawat ruangan. Obat yang diberikan untuk
mengatasi nyeri adalah ketorolac. Edukasi: menganjurkan
pasien untuk mengulangi kembali teknik napas dalam yang
sudah diajarkan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan,
pasien tampak mengikuti arahan yang dijelaskan oleh perawat.
Terapi Murottal Al-Qur’an: Observasi: mengidentifikasi
aspek yang akan difokuskan dalam terapi, yaitu mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien; mengidentifikasi jenis terapi yang
digunakan berdasarkan keadaan dan kemampuan pasien dalam
mendengar atau membaca Al-Qur’an, diputuskan jenis terapi
yang digunakan adalah terapi audio; identifikasi media yang
digunakan yaitu Aplikasi Al-Qur’an Digital; identifikasi lama
durasi pemberian terapi sesuai dengan kondisi pasien,
diputuskan untuk memberikan terapi selama 15-30 menit;
memonitor perubahan nyeri yang dirasakan oleh pasien setelah
diberikan Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman selama
15-30 menit melalui audio yang didengarkan kepada pasien,
didapatkan hasil nyeri pasien menurun dan pasien tampak rileks.
Terapeutik: memberikan terapi murottal Al-Qur’an Surat Ar-
Rahman dengan menggunakan audio pada Aplikasi Al-Qur’an
Digital dengan durasi 15-30 menit, menganjurkan melakukan
terapi murattal Al-Qur’an sebanyak 3x-4x sehari yaitu pada pagi
hari, pada sore hari sebelum maghrib atau pada saat nyeri
menyerang; untuk membantu dalam penurunan rasa nyeri;
menganjurkan kepada pasien dan keluarga pasien untuk
mengulangi terapi apabila nyeri kembali dirasakan.

Poltekkes Kemenkes
4

Diagnosa 2:
Dukungan Mobilisasi: Observasi: memonitor kondisi pasien
selama dilakukan mobilisasi, didapatkan pasien tampak lemas
dan tidak bertenaga. Terapeutik: menganjurkan dan membantu
pasien untuk menggerakkan kedua tangan dan kaki kiri (bagian
yang tidak mengalami fraktur), tampak pasien mampu
mengikuti instruksi meskipun gerakan tampak lemah dan tidak
bertenaga.
Dukungan Perawatan Diri: Edukasi: menganjurkan dan
menjelaskan pentingnya makan agar memperoleh nutrisi yang
adekuat guna mempercepat proses penyembuhan tulang yang
mengalami fraktur, tampak pasien tidak mampu mneghabiskan
satu piring makanan yang sudah disediakan pihak rumah sakit,
pasien terlihat lebih banyak minum air dan susu dengan cara
dibantu oleh keluarga atau oleh perawat.

d. Sabtu, 05 Maret 2022


Implementasi yang dilakukan diantaranya:
Diagnosa 1:
Manajemen Nyeri: Observasi: mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh pasien didapatkan hasil pasien mengatakan nyeri
pada tungkai kanan bawahnya akibat fraktur, nyeri terasa ngilu
dan berdenyut-denyut, skala nyeri 3, durasi nyeri berlangsung
sekitar 5 menit, nyeri hilang timbul; Memantau frekuensi nyeri
terjadi perharinya, didapatkan rata-rata nyeri 3x dirasakan yaitu
saat sebelum diberikannya obat antinyeri oleh perawat ruangan.
Obat yang diberikan untuk mengatasi nyeri adalah ketorolac.
Edukasi: menganjurkan pasien untuk banyak istirahat dan tidur
untuk membantu dalam penurunan nyeri, pasien tampak tidur
siang selama kurang lebih 2 jam.

Poltekkes Kemenkes
4

Terapi Murottal Al-Qur’an: Observasi: memonitor


perubahan nyeri yang dirasakan oleh pasien setelah diberikan
Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman selama 15-30
menit melalui audio yang didengarkan kepada pasien,
didapatkan hasil pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 4
ke skala 3, nyeri hilang timbul, nyeri terasa di daerah fraktur.
Terapeutik: memberikan terapi murottal Al-Qur’an Surat Ar-
Rahman dengan menggunakan audio pada Aplikasi Al-Qur’an
Digital dengan durasi 15-30 menit, untuk membantu dalam
penurunan rasa nyeri; pasien tampak tenang saat mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Qur’an Surat Ar-Rahman melalui audio;
menganjurkan melakukan terapi murattal Al-Qur’an sebanyak
3x-4x sehari yaitu pada pagi hari, pada sore hari sebelum
maghrib atau pada saat nyeri menyerang. Edukasi:
mengingatkan kembali tentang teknik napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, pasien mengikuti arahan
dari perawat.
Diagnosa 2:
Dukungan Mobilisasi: Observasi: memonitor kondisi pasien
selama dilakukan mobilisasi, Pasien tampak meringis sesekali
saat mencoba bergerak. Terapeutik: membantu pasien untuk
menggerakkan kedua tangan dan kaki kiri (bagian yang tidak
mengalami fraktur), pasien tampak bisa mengerakan kedua
tangannya dan kaki kirinya yang tidak fraktur, pasien mulai
mencoba meng-gerakkan ujung-ujung jari dan telapak kaki
kanan daerah fraktur secara perlahan.

e. Minggu, 06 Maret 2022


Implementasi yang dilakukan diantaranya:
Diagnosa 1:
Manajemen Nyeri: Observasi: mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh pasien, pasien mengatakan nyeri pada tungkai
kanan bawahnya akibat fraktur, nyeri terasa ngilu dan

Poltekkes Kemenkes
5

berdenyut-denyut, skala nyeri 2, durasi nyeri berlangsung sekitar


5 menit, nyeri hilang timbul; Memantau frekuensi nyeri terjadi
perharinya, didapatkan rata-rata nyeri 3x dirasakan yaitu saat
sebelum diberikannya obat antinyeri oleh perawat ruangan. Obat
yang diberikan untuk mengatasi nyeri adalah ketorolac.
Terapi Murottal Al-Qur’an: Observasi: memonitor
perubahan nyeri yang dirasakan oleh pasien setelah diberikan
Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman selama 15-30
menit melalui audio yang didengarkan kepada pasien,
didapatkan hasil pasien tampak tenang saat mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Qur’an, pasien mengatakan nyeri
berkurang dari skala 3 ke skala 2, nyeri hilang timbul, nyeri
terasa di daerah fraktur. Terapeutik: memberikan terapi
murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dengan menggunakan
audio pada Aplikasi Al-Qur’an Digital dengan durasi 15-30
menit, untuk membantu dalam penurunan rasa nyeri; pasien
tampak tenang saat mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an
Surat Ar-Rahman melalui audio; menganjurkan melakukan
terapi murattal Al-Qur’an sebanyak 3x-4x sehari yaitu pada pagi
hari, pada sore hari sebelum maghrib atau pada saat nyeri
menyerang. Edukasi: mengingatkan kembali tentang teknik
napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan,
pasien mengikuti arahan dari perawat.
Diagnosa 2:
Dukungan Mobilisasi: Edukasi: mengingatkan pasien untuk
melakukan mobilisasi dengan menggerakkan kedua tangan dan
kaki kiri (bagian yang tidak mengalami fraktur), pasien bergerak
secara perlahan-lahan dan hati-hati.
Dukungan Perawatan Diri: Edukasi: menganjurkan
melakukan perawatan diri mandi, makan, dan minum secara
konsisten sesuai dengan kemampuan, pasien sudah bisa
melakukan perawatan diri secara mandiri.

Poltekkes Kemenkes
5

5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan kepada pasien, maka
dilakukan evaluasi keperawatan dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Diagnosa 1:
S: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang jauh lebih baik sejak
kemarin hingga hari ini karena sudah diberikan terapi murottal al-
qur’an dan juga teknik relaksasi napas dalam; nyeri hilang timbul.
Pasien mengatakan nyeri timbul tidak bisa diprediksi, rata-rata nyeri
timbul 2x-3x perhari. O: skala nyeri 3, setelah diberikan terapi
murottal al-qur’an Surat Ar-rahman selama 30 menit dan diiringi
dengan teknik relaksasi napas dalam, nyeri menurun menjadi skala 2;
pasien tampak tenang dan rileks. A: nyeri sudah teratasi sebagian
ditandai dengan penurunan skala nyeri menjadi skala 2 (ringan). P:
intervensi manajemen nyeri, terapi murottal al-qur’an, dan teknik
relaksasi napas dalam dilanjutkan di rumah pasien.
Diagnosa 2:
S: pasien mengatakan sudah mulai bisa menggerakkan badannya
sedikit demi sedikit, dan juga pasien mengatakan bahwa tubuhnya
sudah mulai fit dan sedikit bertenaga. O: pasien tampak sudah mampu
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, pasien tampak
sudah bisa menggerakkan badannya. A: gangguan mobilisasi teratasi
ditandai dengan pasien sudah mampu melakukan aktivitas perawatan
diri secara mandiri, pasien tampak sudah bisa menggerakkan
badannya. P: intervensi dukungan mobilisasi dihentikan.

Poltekkes Kemenkes
5

C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan rasa aman nyaman
nyeri pada pasien fraktur. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,
merumuskan diagnosis keperawatan, melakukan intervensi keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian, pasien datang melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil
Padang pada tanggal 01 Maret 2022 jam 17.55 WIB dengan keluhan
fraktur tibia (D) 1/3 tengah komunitif tertutup + fraktur fibula (D)
1/3 distal tertutup. Ditemukan pasien mengeluh nyeri akibat fraktur
pada tungkai kanan bawahnya, nyeri terasa ngilu dan berdenyut-
denyut, nyeri pada tungkai kanan bawah, skala nyeri 5, nyeri hilang
timbul, durasi nyeri berlangsung sekitar 5 menit. Saat ini seluruh
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan, sesuai dengan teori


yang dikemukakan oleh (Permana & Nurchayati, 2015) yaitu
mengenai dampak yang ditimbulkan oleh trauma pada fraktur salah
satunya adalah timbulnya rasa nyeri dan terbatasnya aktivitas, karena
rasa nyeri akibat tergeseknya saraf motorik dan sensorik pada luka
fraktur. Hal ini membuktikan bahwa adanya kaitan erat antara
keterbatasan mobilisasi dan rasa nyeri dengan kejadian fraktur yang
dialami oleh pasien.

Hasil pengkajian yang didapat juga sejalan dengan penelitian yang


dilakukan oleh Priliana (2014) mengenai dampak lain yang
ditimbulkan oleh nyeri berupa ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan pada area fraktur yang menyebabkan mobilisasi
terganggu. Dari hasil data pengkajian, pasien tidak bisa
menggerakkan kaki kanan yang fraktur seperti biasa karena nyeri
yang dirasakan.

Poltekkes Kemenkes
5

Hasil penelitian yang didapatkan juga berkaitan dengan hasil


penelitian dari Djamal, dkk tahun 2015 di RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado didapatkan data bahwa pada pasien fraktur biasanya
mengalami nyeri, dari nyeri ringan, nyeri sedang, hingga nyeri berat.

b. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil pada ekstremitas atas CRT
<2 detik, tidak ada edema, kekuatan otot kanan dan kiri 4:4. Pada
ekstremitas bawah terdapat fraktur pada tibia tertutup bagian kanan,
kekuatan otot kanan dan kiri 1:4, CRT <2 detik, adanya luka robek,
terpasang gips pada kaki kanan, adanya keterbatasan gerak sendi.
Tekanan Darah 130/81 mmHg, Suhu 37,1oC, Nadi 76 x/menit,
Pernapasan 21 x/menit.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan, terdapat


keterkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Atoilah E.M &
Engkus (2013) bahwasanya respon fisiologi terhadap nyeri
tergantung dari kekuatan dan durasi nyeri, misalnya pada nyeri akut,
respon akan timbul segera dan merangsang aktivitas saraf simpatik
dengan manifestasi berupa: peningkatan denyut nadi, peningkatan
pernapasan, tampak pucat, dan lainnya. Pemeriksaan fisik pada
ekstremitas pasien fraktur didapatkan adanya keterbatasan gerak
sendi, dan terasa nyeri saat digerakkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Djamal, dkk (2015) di


RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado didapatkan hasil pemeriksaan
pasien tidak bisa menggerakkan bagian yang fraktur karena adanya
keterbatasan gerak akibat nyeri.

Poltekkes Kemenkes
5

2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan dua
diagnosa pada kasus Tn.M yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan integritas struktur tulang.
a. Diagnosis Keperawatan 1: Nyeri Akut berhubungan dengan
Agen Pencedera Fisik (Trauma)
Menurut SDKI (2017), nyeri akut merupakan pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlansung kurang dari 3
bulan. Gejala dan tanda mayor berupa: pasien mengeluhkan nyeri
di daerah fraktur pada tungkai kanan bawahnya, pasien mengatakan
nyeri akan bertambah parah apabila area fraktur disentuh atau bila
terjadi guncangan pada tempat tidurnya, nyeri terasa ngilu dan
berdenyut-denyut. Pasien tampak meringis menahan rasa sakit,
pasien tampak gelisah, namun tidak terjadi kesulitan tidur karena
nyeri tidak terjadi secara terus menerus (nyeri hilang timbul).
Adapun gejala dan tanda minor yaitu keluarga pasien mengatakan
ketika baru masuk rumah sakit dan belum diberi obat antinyeri,
tekanan darah pasien sempat meningkat, yaitu 140/90 mmHg, tidak
ada perubahan pola napas, tidak ada perubahan nafsu makan, tidak
ada gangguan proses berpikir. Saat ini seluruh aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat.

Berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan dari diagnosis Nyeri


Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2019) yaitu data
subjektif pasien mengatakan nyeri terasa di daerah fraktur, nyeri
bertambah kuat saat daerah fraktur digerakkan, sikap tubuh tampak
melindungi daerah nyeri, sedangkan untuk data objektif didapatkan
pengukuran nadi dan pernapasan yang meningkat. Faktor yang
berhubungan dengan nyeri akut yaitu agen pencedera fisiologis

Poltekkes Kemenkes
5

(inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (terbakar,


bahan kimia iritan), dan agen pencedera fisik (abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan). Etiologi yang tepat untuk ditegakan pada
pasien adalah agen pencedera fisik (trauma) karena nyeri terjadi
pada area fraktur yang mengalami trauma akibat cedera fisik
(Hadirman & Shigemi, 2015).

Berdasarkan hal diatas, peneliti mengangkat diagnosa keperawatan


utama pada pasien adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik karen berdasarkan teori Atoilah, E.M & Engkus,
2013 apabila nyeri tidak segera diatasi maka akan mengakibatkan
peningkatan denyut nadi, peningkatan tekanan darah, pucat,
berkeringat, pernapasan meningkat tidak teratur, disertai dengan
kelemahan. Bila terus berlanjut maka dapat mengganggu kebutuhan
rasa aman dan nyaman (Potter & Perry, 2012).

b. Diagnosis Keperawatan 2: Gangguan Mobilitas Fisik


berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur Tulang
Menurut SDKI (2017), Gangguan Mobilitas Fisik merupakan
keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri. Gejala dan tanda mayor yang ditemukan berupa
pasien mengatakan sulit menggerakkan kedua kakinya. Sedangkan
gejala dan tanda minor yang ditemukan yaitu pasien mengatakan
bagian fraktur terasa nyeri apabila disentuh, digerakkan ataupun
apabila terjadi guncangan pada tempat tidurnya. Gerakan tampak
lambat dan sangat hati-hati.

Berdasarkan data yang didapatkan, terdapat kesinambungan dengan


teori yang dikemukakan oleh (Hadirman & Shigemi, 2015) bahwa
adanya keterkaitan mengenai batasan karakteristik gangguan
mobilitas fisik dengan hasil yang didapatkan oleh peneliti yaitu
kesulitan membalik posisi, gerakan lambat, gangguan sikap

Poltekkes Kemenkes
5

berjalan, keterbatasan rentang gerak, ketidaknyamanan, dan tremor


akibat bergerak.

Hasil pengkajian yang didapat juga sejalan dengan penelitian yang


dilakukan oleh Priliana (2014) mengenai dampak lain yang
ditimbulkan oleh nyeri berupa ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan pada area fraktur yang menyebabkan mobilisasi
terganggu. Dari hasil data pengkajian, pasien tidak bisa
menggerakkan kaki kanan yang fraktur seperti biasa karena nyeri
yang dirasakan.

Tanda dan gejala yang didapatkan juga berkaitan dengan penelitian


yang dilakukan (Ghazy, 2018) yaitu data subjektif mengeluh badan
lemas dan letih, sedangkan data objektif rentang gerak pasien
tampak terbatas, sulit mengganti posisi, gerakat tampak lambat.
Oleh karena itu peneliti mengangkat diagnosis gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan
atau mengurangi masalah kesehatan pasien. Dalam menentukan tahap
perencanaan, perawat membutuhkan berbagai pengetahuan dan
keterampilan seperti tentang kekuatan dan kelemahan pasien; nilai dan
kepercayaan pasien; batasan praktek keperawatan; peran dari tenaga
kesehatan lainnya; kemampuan dalam memecahkan masalah; mengambil
keputusan; menulis tujuan; memilih dan membuat strategi keperawatan
yang aman dalam memenuhi tujuan; serta kemampuan dalam
melaksanakan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Kegiatan
perencanaan ini meliputi mengidentifikasi prioritas masalah,
merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan (Hidayat, 2009).

Poltekkes Kemenkes
5

a. Diagnosis 1
Pada diagnosis pertama nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (Trauma) diharapkan tingkat nyeri berkurang dan
kontrol nyeri meningkat. Intervensi untuk diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (Trauma) pertama adalah
Manajemen Nyeri, dengan tindakan keperawatan: lakukan
pengkajian nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus; ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri; gunakan
pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah berat; dukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.

Kedua, Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman, dengan


tindakan keperawatan yaitu ajarkan teknik non-farmakologis (terapi
murottal al-Qur’an dan tarik nafas dalam); monitor ketegangan otot,
tekanan darah, nadi, dan status pernafasan dengan tepat. Untuk terapi
relaksasi napas dalam tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
mengajarkan pasien untuk rileks; tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien; dorong klien untuk mengulang praktik teknik
relaksasi (Gloria, dkk, 2016).

Terapi murottal Al-Qur’an merupakan salah satu jenis audio yang


dapat diberikan kepada pasien dengan fraktur. Terapi murottal Al-
Qur’an merupakan rekaman suara Al-Qur’an yang dikumandangkan
oleh seorang Qori atau Qori’ah, yang dipercaya dapat menenangkan
fisik dan psikis melalui aspek spiritual sehingga dapat menurunkan
intensitas nyeri fraktur (Diana, 2016). Terapi murottal Al-Qur’an
telah terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah getaran
suara menjadi gelombang yang diterima tubuh, dan mengurangi
reseptor rasa sakit. Selain itu, terapi murottal Al-Qur’an juga dapat
memperbaiki sistem dalam tubuh sehingga dapat menurunkan
dampak dari nyeri seperti tekanan darah membaik, frekuensi napas
membaik, serta memperbaiki irama detak jantung, denyut nadi, dan

Poltekkes Kemenkes
5

aktivitas gelombang otak. (Rilla, dkk., 2014).

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, terdapat kesinambungan


dengan teori yang dikemukakan oleh Ramadhani (2007) dimana
disebutkan bahwa efek dari terapi murottal al-qur’an sama efeknya
dengan terapi musik. Al-Quran memberikan efek kesehatan dan
ketenangan jiwa. Pasien yang merasakan nyeri membutuhkan
support dan sugesti untuk meredakan rasa nyerinya, salah satunya
dengan mendekatkan diri dan bertawakkal kepada Tuhan YME.

Hasil yang didapatkan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan


oleh (Susi, dkk., 2019) di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar,
terdapat 8 orang pasien yang mengalami fraktur, dari hasil penelitian
tersebut didapatkan bahwa terjadi penurunan skala nyeri yang
dialami oleh pasien fraktur setelah diberikan terapi murottal Al-
Qur’an yang awalnya berada di skala 6 (nyeri sedang) menjadi skala
3 (nyeri ringan). Hal ini membuktikan bagaimana keefektifan terapi
murottal Al-Qur’an untuk membantu mengurangi rasa nyeri yang
dialami oleh pasien terutama pada pasien fraktur.

Oleh karena itu, disarankan kepada perawat melalui direktur RSUP


Dr. M. Djamil Padang untuk menerapkan terapi murottal Al-Qur’an
Surat Ar-Rahman guna membantu pasien mengalihkan rasa nyeri dan
meningkatkan totalitas kepasrahan kepada Allah swt sehingga pasien
dapat menghadapi dan mengkontrol nyeri akibat fraktur yang
dirasakannya dengan rileks dan tenang.

b. Diagnosis 2
Pada diagnosis kedua Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas struktur tulang diharapkan mobilisasi
fisik meningkat. Kedua, koordinasi pergerakan meningkat. Rencana
intervensi yang akan dilakukan yaitu pertama, dukungan mobilisasi
dengan tindakan keperawatan: identifikasi adanya nyeri atau keluhan

Poltekkes Kemenkes
5

fisik, toleransi fisik dalam melakukan pergerakan; monitor frekuensi


tekanan darah dan kondisi umum sebelum memulai mobilisasi;
anjurkan melakukan mobilisasi dini; ajarkan mobilisasi sederhana;
fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu misal pagar tempat
tidur; libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan edukasi. Kedua, terapi dukungan perawatan diri dengan
tindakan keperawatan: monitor tingkat kemadiriaan; identifikasi
kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, behias, dan makan;
menjelaskan pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan tulang;
sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. suasana hangat, rileks,
privasi); anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan. (SIKI, 2018).

Intervensi yang dilakukan sejalan dengan intervensi pada penelitian


(Ghazy, 2018) yaitu menganjurkan pasien untuk menggerakkan kaki
yang tidak fraktur, menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
untuk proses penyembuhan tulang, dan menciptakan lingkungan
yang nyaman.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari dari tanggal 02-06
Maret 2022 yaitu:
a. Diagnosa 1
Implementasi yang dilakukan pada Tn.M terkait dengan masalah
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah
Observasi: mengidentifikasi nyeri yang dirasakan oleh pasien
(lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan
skala); mengidentifikasi faktor yang memperberat hingga
meringankan nyeri; serta mengidentifikasi respon nyeri non verbal
pasien; memonitor perubahan nyeri yang dirasakan oleh pasien
setelah diberikan terapi murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman; dan
memonitor tanda-tanda vital. Terapeutik: melakukan kontrol
lingkungan yang memperberat nyeri; memberikan terapi murottal Al-

Poltekkes Kemenkes
6

Qur’an Surat Ar-Rahman. Edukasi: menganjurkan pasien untuk


rileks dan mengambil posisi yang nyaman; mengajarkan teknik non-
farmakologis terapi relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa
nyeri; menganjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi napas
dalam yang sudah diajarkan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan;
menjelaskan pentingnya istirahat dan tidur yang adekuat guna
membantu proses penyembuhan dan membantu meredakan nyeri.
Kolaborasi: memberikan analgetik.

Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan, terdapat


kesinambungan dengan teori yang dikemukakan oleh (Widayarti,
2011) tentang terapi murottal Al-Qur’an yang memiliki peran positif
bagi pendengar. Disamping itu, (Heru, 2008) juga mengungkapkan
bahwa dengan mendengarkan suara yang menenangkan dapat
mengaktifkan hormon endofrin alami sehingga dapat menurunkan
hormon-hormon stress, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan dan
dapat meningkatkan perasaan rileks.

Hal ini juga didukung oleh penelitian (Insani & Rokhanawati, 2014)
yang menyatakan bahwa saat seseorang mendengarkan murotal ia
merasa tenang karena hormon endorfin yang dikeluarkan akan
ditangkap oleh reseptor di dalam sistem limbik dan hipotalamus.
Hormon endorfin ini akan meningkat sehingga dapat menurunkan
nyeri, memperbaiki nafsu makan, meningkatkan daya ingat.

Saat penelitian, pemberian Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Ar-


Rahman pada pasien mengalami sedikit kendala terkait situasi dan
kondisi lingkungan ruangan yang sedikit bising sehingga
mempengaruhi konsentrasi pasien dalam mendengarkan lantunan
ayat suci Al-Qur’an.

Poltekkes Kemenkes
6

Maka disarankan melalui Direktur Rumah Sakit kepada perawat di


ruangan untuk menerapkan terapi murottal Al-Qur’an kepada pasien
dengan cara mengontrol suasana di ruangan agar tetap tenang, demi
tercapainya efektifitas dari terapi murottal Al-Qur’an untuk
membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien terutama
pada pasien fraktur.

b. Diagnosa 2
Implementasi yang dilakukan pada Tn.M terkait dengan masalah
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang adalah Observasi: mengidentifikasi adanya nyeri,
keluhan fisik, dan toleransi fisik dalam melakukan pergerakan;
memonitor kondisi umum pasien selama melakukan mobilisasi dini;
mengidentifikasi kemampuan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri. Terapeutik: membantu pasien melakukan mobilisasi dini
dengan menggerakkan kedua tangan dan kaki kiri yang tidak fraktur
dan berganti posisi. Edukasi: menganjurkan pasien untuk melakukan
mobilisasi dini dengan menggerakan kedua tangan dan kaki kiri yang
tidak fraktur; menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan; menganjurkan dan menjelaskan
pentingnya perawatan diri: makan agar memperoleh nutrisi yang
adekuat untuk proses penyembuhan tulang; melibatkan keluarga
untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan mobilisasi.

Implementasi yang telah dilakukan berkaitan dengan teori yang


disebutkan oleh (Lestari, 2014) bahwa penatalaksanaan mobilisasi
dini atau pergerakan yang dilakukan sesegera mungkin akan
berpengaruh pada proses penyembuhan dan lamanya hari rawatan.

Menurut analisis peneliti, terdapat kesinambungan antara teori dan


penelitian dengan data yang sudah didapatkan mengenai anjuran
untuk melakukan mobilisasi dini pada pasien fraktur dikarenakan
adanya kerusakan integritas tulang dimana hal tersebut menghambat
pergerakkan pasien.

Poltekkes Kemenkes
6

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan
yang membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan seta menilai apakah masalah
keperawatan yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya yang mengacu pada Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Evaluasi keperawatan dilakukan untuk
melihat keefektifan intervensi yang sudah dilakukan dengan metode
SOAP (SLKI, 2018).
a. Diagnosa 1
Hasil evaluasi keperawatan pada pertemuan ke lima dengan
diagnosis pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik yaitu: evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang
setelah diberikan terapi murottal Al-Quran Surat Ar-Rahman dan
diiringi dengan teknik relaksasi napas dalam, nyeri terasa hilang
timbul. Evaluasi objektif: skala nyeri 2 setelah pemberian teknik
nonfarmakologi, wajah pasien tampak tenang, pasien tampak fokus
dan rileks mendengarkan lanturan ayat suci Al-Qur’an, pasien
tampak menarik napas dalam saat mengalami nyeri. Hasil ini
menunjukan pemecahan masalah nyeri pada Tn.M berjalan dengan
baik, tetapi pasien masih merasakan nyeri dengan skala 2 maka
intervensi terapi murottal Al-Qur’an bisa dilanjutkan dirumah.

Evaluasi tersebut berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan


oleh (Syah et al., 2018), yang mana didapatkan hasil evaluasi
subjektif rata-rata pasien mengatakan nyeri menurun setelah
dilakukan terapi murottal pada 10 orang pasien yang mengalami
nyeri dengan rata-rata awal skala 6 menjadi skala 3 hingga 2.
Evaluasi objektif pasien tampak rileks, tanda-tanda vital normal.

Oleh karena itu, disarankan melalui Direktur Rumah Sakit kepada


perawat untuk menerapkan terapi murottal Al-Qur’an karena terapi

Poltekkes Kemenkes
6

ini merupakan salah satu yang dapat mengatasi rasa nyeri yang
dialami oleh pasien, terutama pada pasien fraktur.

b. Diagnosa 2
Hasil evaluasi keperawatan pada pertemuan ke lima dengan
diagnosis keperawatan kedua Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan integritas struktur yaitu evaluasi
subjektif berupa pasien mengatakan sudah bisa menggerakkan kaki
yang fraktur sedikit demi sedikit, pasien mengatakan tubuhnya
lebih bertenaga. Evaluasi objektif berupa pasien tampak sudah
mampu merawat diri secara mandiri, pasien tampak bisa
menggerakan bagian kaki yang fraktur secara perlahan dan hati-
hati.

Hasil evaluasi ini menunjukan pemecahan masalah gangguan


mobilitas fisik pada Tn.M berjalan dengan baik dan intervensi
sudah bisa dihentikan. Evaluasi tersebut berkaitan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuni, 2019) dimana
didapatkan hasil evaluasi subjektif berupa pasien mengatakan
sudah bisa menggerakkan kaki yang fraktur sedikit demi sedikit,
badan terasa kuat. Evaluasi objektif berupa pasien tampak bisa
menggerakkan kaki yang fraktur, wajah tidak tegang.

Oleh karena itu, disarankan melalui Direktur Rumah Sakit kepada


perawat untuk menerapkan intervensi mobilisasi dini untuk
membantu dalam mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik yang
dialami oleh pasien, terutama pada pasien fraktur.

Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman
Nyaman Nyeri pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada tahun 2022, peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian pasien mengalami nyeri terasa di daerah fraktur pada
tungkai kanan bawah, dengan skala nyeri 5, terasa ngilu dan berdenyut-
denyut, durasi nyeri berlangsung selama 5 menit. Pasien mengatakan
nyeri akan bertambah parah apabila area fraktur disentuh atau bila terjadi
guncangan pada tempat tidurnya, saat ini seluruh aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas struktur tulang.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh peneliti kepada pasien
adalah melakukan terapi murottal al-qur’an (Q.S Ar-rahman)
menggunakan audio, memberikan dukungan mobilisasi, dan dukungan
perawatan diri.
4. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 02-06 Maret 2022
dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya terkait
dengan masalah nyeri yang dialami oleh pasien, dengan menerapkan
terapi murottal al-qur’an (Q.S Ar-rahman).
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP.
Evaluasi dilakukan pada masing-masing masalah keperawatan yang
dialami Tn.M. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik teratasi sebagian, karena pasien masih mengalami nyeri dengan
skala 2 namun pasien sudah bisa mengontrol rasa nyeri secara mandiri
dengan menerapkan terapi murottal al-qur’an (Q.S Ar-rahman).

6 Poltekkes Kemenkes
65

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M.Djamil Padang
Disarankan kepada perawat melalui Direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang
di Ruangan Trauma Center untuk menggunakan Terapi Murottal Al-
Qur’an sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi nyeri pada pasien
fraktur.
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Disarankan kepada mahasiswa keperawatan untuk menggunakan hasil
dari penelitian ini yaitu pemberian Terapi Murottal Al-Qur’an untuk
mengatasi rasa nyeri.
3. Peneliti Selanjutnya
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut
mengenai efektivitas Terapi Murottal Al-Qur’an untuk mengurangi rasa
nyeri yang dialami oleh pasien.

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA

Aini, L., & Reskita, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Penurunan Nyeri pada Pasein Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2),
262-266.
Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Anggraeni & Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.
Aniza, M. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri pada
Pasien Kanker Payudara di Ruang Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2019.
Atoilah, E.M & Engkus, K. (2013). Askep pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia.
Budiono, & Sumirah. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.
Ghazy, F. H. Al. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Hadirman, & Shigemi. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klarifikasi
2015-2017 Edisi 10. Egg.
Hariyanto, A., & Rini. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1 Dengan
Diagnosis Nanda Internasional. Ar-Ruzz Media.
Heru. (2008). Ruqiah Syar’I Berlandaskan kearifan lokal.
Hidayat, A. A. A. & Musrifatul. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2 Buku 1. Salemba Medika.
Hidayat, A. A. A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika.
Insani, T. H., & Rokhanawati, D. (2014). Pengaruh Alunan Asmaul Husna
Terhadap Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Siswi Madrasah
Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014.
digilib.unisayogya.ac.id.
Kartika, I. (2017). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan Dan Pengolahan
Data Statistik. Trans Info Media.
Kasiati, N., & Rosmalawati, N. Wayan Dwi. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku 1. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia: Pusdik SDM Kesehatan.
Lukman & Ningsih. (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Selemba Medika.
Maharani, Nadya. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil
Padang.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Salemba Medika.

6 Poltekkes Kemenkes
6

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba Medika.
Nurul Ardiastuti, A., & Irdianty, M. S. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien
Fraktur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Dan Nyaman : Nyeri.
Permana, O., & Nurchayati, S. (2015). Pengaruh Range Of Motion (ROM)
terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas
Bawah (Doctoral dissertation, Riau University).
Potter, & Perry. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume 2.
EGC.
Priliana, W. K., & Kardiyudiani, N. K. (2014). Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post OP
Fraktur Femur. Jurnal Keperawatan Notokusumo, 2(1), 12-17.
Puspitasari, D. T. (2016). PENURUNAN DYSMENORRHEA DENGAN TERAPI
MURROTAL AR RAHMAAN PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN S1 STIKES HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
(Doctoral dissertation). Universitas Harapan Bangsa.
Rachmawati, I. N. (2008). Analisis Teori Nyeri: Keseimbangan Antara Analgesik
Dan Efek Samping. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12(2), 129-136.
Ramadhani, E. Z. (2007). Super Health: Gaya Hidup Sehat Rasulullah. Pro-U
Media.
Rilla, E. V., Ropi, H., & Sriati, A. (2014). Terapi murottal efektif menurunkan
tingkat nyeri dibanding terapi musik pada pasien pascabedah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 17(2), 74-80.
RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan RI.
Saadulloh. (2006). Sembilan Cara Tepat Menghafal Al-Qur’an. Jakarta:
Gumalasari.
Saputra, L. (2013). Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Nuha Medika.
Selfiana, F. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada
Pasien Kanker Payudara Di Ruang Bedah Wanita Rsup Dr. M. Djamil
Padang.
Sulistiani, N. D., Ardana, M., & Fadraersada, J. (2018). Studi Penggunaan
Analgesik Dan Antibiotik Pada Pasien Fraktur. Laboratorium Penelitian
Dan Pengembangan Kefarmasian.
Susanti, S., & Widyastuti, Y. (2019). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Untuk
Menurunkan Nyeri Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah Hari Ke
1. IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 6(2).
Susanto, A.V & Yuni, F. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Pustaka Baru Press.

Poltekkes Kemenkes
6

Syah, B. Yan, Budi, D., & Khodijah. (2018). Pengaruh Murottal AL-Qur’an
terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post ORIF Ekstremitas di RSUD
Soesilo Slawi Kabupaten Tegal. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan
Orthopedi), 2(2), 26-30.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. DPP PPNI.
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI.
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Wahyuni, S. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada
Pasien Fraktur Di Ruang Nuri Rs Tk. Iii Dr. Reksodiwiryo Padang.
Wijaya, Andra Wijaya, & Yessie. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Nuha Medika.
Wulandini, P., Roza, A., & Safitri, S. R. (2018). Efektifitas Terapi Asmaul Husna
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Rsud Provinsi
Riau. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(2), 375-
382.

Poltekkes Kemenkes
LAMPIRAN
Lampiran 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300 PADANG 25146

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN


DASAR

NAMA MAHASISWA : ANDREA


MARSHANDA NIM : 193110125
RUANGAN PRAKTIK : TRAUMA CENTER

A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA


1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 29 Th, 11 bln, 26 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Strata 1 (S1)
Alamat : Dadok Tunggul Hitam Koto Tangah

2. Identifikasi Penanggung
jawab Nama : Tn. A
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Dadok Tunggul Hitam Koto Tangah
Hubungan : Ayah Kandung

3. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu


Masuk Tanggal Masuk : 01 Maret 2022
No. Medical Record : 01.13.15.73
Ruang Rawat : Trauma Center
Diagnosa Medik : Fraktur tibia (D) 1/3 tengah komunitif
tertutup + fraktur fibula (D) 1/3 distal
tertutup.
Yang mengirim/merujuk : Rujukan Puskesmas Agam
Alasan Masuk : Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
saat sedang mengendarai sepeda
motornya, tiba-tiba pasien bertabrakan
dengan mobil dari arah depan dan
mengenai tungkai bagian kanan, yang
menyebabkan fraktur pada tungkai kanan
serta terdapat luka terbuka di tungkai
kanan bawah, dan luka robek di kaki
kanan.

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama Masuk : Pasien datang ke RSUP Dr. M.Djamil Padang
melalui IGD pada tanggal 01 Maret 2022
pukul 17.55 WIB rujukan dari Puskesmas
Agam. Pasien masuk rumah sakit karena
kecelakaan sepeda motor yang dikendarai
oleh pasien sendiri. Pasien mengalami fraktur
tibia pada tungkai kanan serta terdapat luka
terbuka di tungkai kanan bawah, dan luka
robek di kaki kanan. Pasien mengeluhkan
nyeri pada area fraktur dan nyeri pada
lukanya.

- Keluhan Saat Ini


(Waktu Pengkajian) : Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02
Maret 2022 pukul 10.00 WIB di Ruangan
Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang,
pasien mengeluh nyeri dengan skala 5, terasa
ngilu dan berdenyut-denyut, nyeri terasa di
daerah tungkai kanan yang mengalami
fraktur, nyeri terasa dengan durasi 5 menit,
nyeri hilang timbul.
b. Riwayat Kesehatan
Yang Lalu
Pasien mengatakan sebelumnya ia tidak
:
pernah dirawat di rumah sakit. Pasien
mengatakan tidak ada riwayat patah tulang
sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit
hipertensi, tidak ada riwayat penyakit DM,
tidak ada riwayat penyakit jantung, dan tidak
ada riwayat penyakit genetik lainnya.

c. Riwayat Kesehatan
Keluarga
: Keluarga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit serupa
seperti yang diderita oleh pasien. Tidak ada
riwayat keluarga yang mengalami kanker
tulang.

5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat : Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan lauk pauk, sayur,
dan buah. Pasien menghabiskan porsi makanannya.
Sakit : Pasien mendapat diit berupa nasi lunak, habis setengah porsi
saja.
b. Minum
Sehat : Pasien mengatakan ia minum air mineral ± 6-7 gelas per hari.
Sakit : Pasien mengatakan hanya sedikit minum air yaitu sekitar 4-5
gelas per hari.
c. Tidur
Sehat : Pasien mengatakan tertidur ± 8 jam per hari.
Sakit : Pasien mengatakan tidur kurang dari 6 jam per hari.
d. Mandi
Sehat : Pasien mengatakan mandi 2x sehari.
Sakit : Pasien mengatakan mandi 1x sehari ketika pagi hari dan
hanya di lap di tempat tidur dengan dibantu oleh perawat
dan keluarga pasien.
e. Eliminasi

Sehat : Pasien mengatakan BAK ± 4x per hari lancar,


berwarna kekuningan, dan BAB 1x sehari berwarna
kuning kecoklatan, konsistensi lunak dan berbau khas
feses.
Sakit : Pasien terpasang kateter dengan jumlah urine sebanyak 1000
cc pada urine bag. Pasien mengatakan belum ada BAB sejak
masuk rumah sakit.
f. Aktifitas pasien
Sehat : Pasien mengatakan sehari-hari dapat beraktivitas secara
mandiri.
Sakit : Pasien hanya terbaring di tempat tidur selama dirawat di
rumah sakit. Aktivitas dibantu oleh keluarga dan juga dibantu
oleh perawat.

6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : KU sedang, kesadaran kompos mentis kooperatif,
GCS 15.
- TB / BB : 165 cm / 71 Kg
- Tekanan Darah : 130/81 mmHg
- Suhu : 37,1oC
- Nadi : 76 x/menit
- Pernapasan : 21 x/menit
- Rambut : Rambut berwarna hitam, rambut tampak bersih,
rambut tidak mudah rontok, dan kulit
kepala tampak bersih.
- Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran
baik, tidak ada pembengkakan.
- Mata : Penglihatan kiri dan kanan baik, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
- Hidung : Hidung simetris, tampak bersih, tidak ada
pembengkakan, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
- Mulut : Mukosa bibir lembab.
- Leher : Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid.
- Toraks : I = Simetris kiri dan kanan
P = Fremitus kiri dan
kanan P = Sonor di kedua
paru
A = Vesikular kiri dan kanan

- Abdomen : I = Simetris kiri dan kanan


P = Hepar tidak teraba
P = Bunyi Tympani
A = Bising usus 8x/menit

- Kulit : Turgor kulit baik.


- Ekstremitas : Atas = CRT <2 detik, tidak ada edema,
kekuatan otot kanan dan kiri 4:4.
Bawah = Kaki kanan terpasang gips, fraktur
tibia (D) 1/3 tengah komunitif
tertutup + fraktur fibula (D) 1/3 distal
tertutup, kekuatan otot kanan dan
kiri 1:4, adanya keterbatasan gerak
sendi.

7. Data Psikologis
Status Emosional : Pasien mampu mengontrol emosinya dengan
baik, mampu berkomunikasi secara terbuka,
dan tampak tenang saat dilakukan
pengkajian keperawatan.

Kecemasan : Pasien sedikit cemas akan kesembuhannya


dan takut tidak bisa bekerja seperti
biasanya.

Pola Koping : Koping pasien baik, pasien percaya pasti


Allah SWT memberinya kesembuhan.
Gaya Komunikasi : Pasien mampu berkomunikasi secara jelas
dan terbuka kepada perawat dan petugas
kesehatan lainnya.

Konsep Diri : Pasien sedikit cemas dengan kondisinya saat


ini.

8. Data Ekonomi Sosial : Pasien merupakan seorang pegawai swasta,


Tinggal bersama istri dan anaknya.
Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh
pasien dan dibantu oleh istri pasien.

9. Data Spiritual : Pasien beragama islam dan selalu beribadah 5


waktu, berdoa, dan berdzikir kepada
Allah SWT.

10. Lingkungan Tempat Tinggal


Tempat pembuangan kotoran : Keluarga mengatakan pembuangan
kotoran menuju septic tank.

Tempat pembuangan sampah : Keluarga mengatakan pembuangan


sampah ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) yang tersedia di
sekitar rumah pasien.

Pekarangan : Keluarga mengatakan pekarangan


rumah bersih dan cukup luas.

Sumber air minum : Keluarga mengatakan sumber air


Minum berasal dari air galon.

Pembuangan air limbah : Keluarga mengatakan


pembuangan air limbah
menuju sungai/kali.
11. Pemeriksaan Laboratorium / Pemeriksaan Penunjang

Nilai Rujukan
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Pria Wanita
01 Maret HEMATOLOGI
2022 Hemoglobin 13.8 g/dL 14-18 12-16
Leukosit 16.72 103/mm3 5.000-10.000 5.000-10.000
Trombosit 405 103/mm3 150-400 150-400
Hematokrit 40 % 40-48 37-43
Eritrosit 4.83 106/µL 4,5-5,5 4,0-4,5

HEMOSTATIS
APTT 24.3 detik 29,7 39,5
PT 10.3 detik 9,4 12,8

KIMIA KLINIK
Total Protein 7.5 g/dL 6.6-8.7 6.6-8.7
Albumin 4.4 g/dL 3.8-5.0 3.8-5.0
Globulin 3.1 g/dL 1.3-2.7 1.3-2.7
SGOT 46 U/L <38 <32
SGPT 85 U/L <41 <41
Ureum Darah 17 mg/dL 10-50 10-50
Kreatinin Darah 1.0 mg/dL 0,5-1,5 0,5-1,5
Gula Darah Sewaktu 126 mg/dL 50-200 50-200

ELEKTROLIT
Natrium 140 mmol/L 135-153 135-153
Kalium 4.6 mmol/L 35-51 35-51
Klorida 107 mmol/L 98-109 98-109

Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium


a. Pemeriksaaa Diagnostik :
- Pemeriksaan Radiologi : Fraktur Tibia.

12. Program Terapi Dokter

No. Nama Obat Dosis Cara

1. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
2. Ranitidin 2 x 50 mg IV
3. Ketorolac 3 x 30 mg IV

Tabel Program Terapi Dokter


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. M


NO. MR : 01.13.15.73

NO. DATA PENYEBAB MASALAH


1. Data Subjektif: Agen Nyeri Akut
1. Pasien mengeluh nyeri dengan Pencedera
skala nyeri 5 Fisik
2. Pasien mengatakan nyeri terasa (Trauma)
ngilu dan berdenyut-denyut
3. Pasien mengatakan nyeri terasa di
daerah tungkai kanan bawah
4. Pasien mengatakan nyeri terasa dengan
durasi 5 menit
5. Pasien mengatakan nyeri akan
bertambah parah apabila area
fraktur disentuh atau bila terjadi
guncangan pada tempat tidurnya
Data Objektif:
1. Pasien tampak meringis menahan sakit
2. Pasien tampak sangat berhati-hati
saat bagian fraktur disentuh
3. Pasien tampak mengekspresikan
seberapa kuat rasa sakit yang ia
rasakan, yaitu terlihat pasien menutup
dengan rapat kedua matanya, dan
mengepalkan kedua tangannya
2. Data Subjektif: Kerusakan Gangguan
1. Pasien mengatakan belum bisa duduk Integritas Mobilitas Fisik
dan hanya bisa berbaring saja Struktur
Tulang
Data Objektif:
1. Pasien tampak kesulitan untuk berganti
posisi
2. Pasien tampak sangat berhati-hati
dalam menggerakkan badannya
3. Pasien tampak kesulitan untuk
miring kiri ataupun miring kanan
4. Rentang gerak pasien tampak terbatas
DAFTAR DIAGNOSA

NAMA : Tn. M
PASIEN NO. :

Tanggal Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan
Muncul Teratasi
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
1. 01 Maret 2022 06 Maret 2022
Pencedera Fisik (Trauma)

Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan


2. dengan Kerusakan Integritas Struktur 01 Maret 2022 06 Maret 2022
Tulang
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
NAMA
PASIEN NO. : Tn. M

Diagnosis Perencanaan Keperawatan


No. Keperawatan
(SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan intervensi Tindakan :
dengan Agen keperawatan Observasi
Pencedera 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan Tingkat
Fisik karakteristik, durasi, frekuensi,
(Trauma) Nyeri menurun,
dengan kriteria hasil: kualitas, dan intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
1. Keluhan nyeri
menurun. 3. Identifikasi respon nyeri
2. Meringis non verbal.
menurun. 4. Identifikasi faktor yang
3. Sikap protektif memperberat dan memperingan
menurun. nyeri.
4. Gelisah Terapeutik
menurun. 1. Berikan teknik non-
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
4. Ajarkan teknik non-
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
Terapi Murottal Al-Qur’an
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi aspek yang akan
difokuskan dalam terapi
(mis. relaksasi pengurangan
nyeri).
2. Identifikasi jenis terapi yang
digunakan ber-dasarkan keadaan
dan kemampuan pasien dalam
mendengarkan atau membaca
Al-Qur’an.
3. Identifikasi media
yang digunakan.
4. Identifikasi lama dan durasi
pemberian sesuai dengan
kondisi pasien.
5. Monitor perubahan
yang difokuskan.
Terapeutik
1. Posisikan dalam posisi
dan lingkungan yang
nyaman.
2. Batasi rangsangan eksternal
selama terapi dilakukan
(mis. suara, pengunjung,
panggilan telepon).
3. Yakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien.
4. Putar rekaman yang telah
ditetapkan (Surat Ar-
Rahman).
5. Dampingi selama membaca Al-
Qur’an, jika perlu.

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
manfaat terapi.
2. Anjurkan memusatkan
perhatian dan pikiran pada
lantunan ayat suci Al-Qur’an.
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Mobilitas intervensi Tindakan :
Fisik keperawatan Observasi
berhubungan 1. Identifikasi adanya nyeri
diharapkan Mobilitas
dengan atau keluhan fisik lainnya.
Kerusakan Fisik meningkat,
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi
Integritas fisik melakukan
Struktur 1. Pergerakan
pergerakan.
Tulang ekstremitas
3. Monitor frekuensi jantung dan
meningkat.
tekanan darah sebelum memulai
2. Kekuatan otot
mobilisasi.
meningkat.
4. Monitor kondisi umum
3. Rentang gerak
selama melakukan mobilisasi.
(ROM)
meningkat. Terapeutik
4. Nyeri menurun. 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
5. Kecemasan dengan alat bantu (mis.
menurun. pagar tempat tidur).
6. Gerakan terbatas 2. Fasilitasi melakukan
menurun. pergerakan, jika perlu.
7. Kelemahan 3. Libatkan keluarga untuk
fisik menurun. membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Setelah dilakukan Edukasi
intervensi 1. Jelaskan tujuan dan
keperawatan prosedur mobilisasi.
diharapkan 2. Anjurkan melakukan mobilisasi
Koordinasi dini.
Pergerakan 3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
meningkat, dengan
dilakukan (mis. duduk di
kriteria hasil: tempat tidur).
1. Kekuatan otot.
meningkat
2. Kontrol gerakan
meningkat. Dukungan Perawatan
3. Keseimbangan
Diri Tindakan :
gerakan
meningkat. Observasi
1. Identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri sesuai
dengan usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan.
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
terapeutik (misal suasana
hangat, rileks, privasi).
2. Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri.
3. Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri.

Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. M


NO. MR : 01.13.15.73

Evaluasi
Hari/ Diagnosa Implementasi
Keperawatan
Tanggal Keperawatan Keperawatan
(SOAP)
Rabu/02 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien
Maret berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, berkurang setelah
Pencedera intensitas dan skala dari mencoba menarik
Fisik nyeri yang dirasakan napas dalam, nyeri
(Trauma) pasien. terasa ngilu dan
Respon: pasien berdenyut-denyut,
mengatakan nyeri pada skala nyeri 4, nyeri
tungkai kanan hilang timbul,
bawahnya akibat dengan durasi
fraktur, nyeri terasa sekitar 5 menit.
ngilu dan berdenyut-
denyut, skala nyeri 5, O: Skala nyeri 5,
durasi nyeri setelah diajarkan
berlangsung sekitar 5 teknik napas dalam
menit, nyeri hilang turun menjadi skala
timbul. nyeri 4, pasien
2. Mengidentifikasi tampak meringis
skala nyeri dan tampak berhati-
Respon: skala nyeri hati saat menyentuh
yang dirasakan bagian fraktur,
pasien skala nyeri 5. wajah pasien
3. Mengidentifikasi tampak tegang,
respon nyeri non pasien tampak fokus
verbal Respon: terjadi pada diri sendiri.
peningkatan denyut
nadi (N : 76 x/menit A: Masalah belum
meningkat menjadi 111 teratasi, dengan
x/menit) dan kriteria hasil:
peningkatan tekanan a. Keluhan nyeri
darah (TD : 140/90 masih ada
mmHg). b. Meringis masih
4. Mengidentifikasi ada
faktor yang c. Sikap protektif
memperberat hingga masih ada.
meringankan nyeri,
dan respon nyeri non P: Intervensi
verbal pasien. Respon: dilanjutkan.
pasien mengeluh nyeri a. Terapi relaksasi
bertambah kuat ketika napas dalam
suasana di ruangan
bising, pasien bisa
merasa rileks apabila
suasana di ruangan
hening. Pasien
tampak meringis.
5. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam,
dengan cara
menjelaskan kepada
pasien tentang
manfaat teknik
relaksasi napas dalam
dan juga bagaimana
tata cara melakukan
teknik relaksasi napas
dalam. Respon: nyeri
pasien berkurang dari
skala 5 menjadi skala
4
6. Memonitor berapa
kali nyeri yang timbul
dalam sehari.
Respon: Pasien
mengatakan bahwa
nyeri timbul apabila
perawat ruangan belum
memberikan obat
antinyeri, pasien
mengatakan sejak pagi
nyeri timbul 1x.
7. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
8. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Terjadi
peningkatan frekuensi
nadi pada saat terjadi
serangan nyeri pada
pasien, yaitu awalnya
76x/menit meningkat
menjadi 111x/menit.
Rabu/02 Gangguan 1. Mengidentifikasi S: Pasien
Maret Mobilitas adanya nyeri, keluhan mengatakan
2022 Fisik fisik, dan toleransi badannya terasa
berhubungan fisik dalam melakukan lemas tidak
dengan pergerakan. bertenaga, pasien
Kerusakan Respon: Pasien merasa lemah saat
Integritas mengatakan nyeri di menggerakkan kaki
Struktur daerah fraktur apabila dan tangannya yang
Tulang digerakkan, pasien tidak fraktur. Pasien
mengatakan belum mengatakan belum
bisa duduk dan hanya mampu berganti
bisa berbaring di posisi dan hanya
tempat tidur saja, bisa berbaring di
semua aktivitas tempat tidur saja.
dilakukan di atas
tempat tidur. O: Pasien tampak
2. Mengidentifikasi berhati-hati saat
kemampuan aktivitas menggerakkan kaki
perawatan diri pasien dan tangannya,
secara mandiri. wajah pasien
Respon: Pasien tampak tegang,
tampak belum mampu pasien tampak
melakukan perawatan belum mampu
diri mandi, makan, merawat diri secara
berpakaian, berhias mandiri
secara mandiri,
perawatan diri pasien A: Masalah belum
dibantu oleh keluarga teratasi, dengan
dan perawat. kriteria hasil:
a. Pergerakan
ekstremitas
masih terbatas
b. Kelemahan
fisik masih ada
c. Nyeri masih
ada
d. Pasien belum
mampu
melakukan
aktivitas secara
mandiri

P: Intervensi
dilanjutkan
a. Mobilisasi dini
dan berganti
posisi
Kamis/03 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien
Maret berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, sudah berkurang
Pencedera intensitas dan skala dari setelah melakukan
Fisik nyeri yang dirasakan teknik relaksasi
(Trauma) pasien. napas dalam, nyeri
Respon: Pasien terasa ngilu dan
mengatakan nyeri pada berdenyut-denyut,
tungkai kanan skala nyeri 4, durasi
bawahnya akibat nyeri berlangsung
fraktur, nyeri terasa sekitar 5 menit,
ngilu dan berdenyut- nyeri hilang timbul.
denyut, skala nyeri 5,
durasi nyeri O: Skala nyeri 5
berlangsung sekitar 5 mengalami
menit, nyeri hilang penurunan menjadi
timbul. skala 4 setelah
2. Melakukan kontrol melakukan teknik
lingkungan yang relaksasi napas
memperberat rasa dalam, wajah pasien
nyeri yang dirasakan tampak gelisah dan
pasien. Respon: Pasien tegang, pasien
mengeluh suasana tampak risih karena
ruangan yang bising suasana bising.
membuat nyeri pada
daerah fraktur terasa A: Masalah belum
bertambah kuat. teratasi, dengan
3. Menganjurkan teknik kriteria hasil:
relaksasi napas dalam a. Keluhan nyeri
untuk mengurangi nyeri masih ada
dan mengajurkan b. Meringis masih
memonitor nyeri secara ada
mandiri. c. Sikap protektif
Respon: Pasien masih ada.
mengatakan nyeri sudah
berkurang saat P: Intervensi
dilakukannya teknik dilanjutkan
relaksasi napas dalam, a. Teknik
dengan skala 4. relaksasi napas
4. Menjelaskan dalam
pentingnya dan b. Terapi murattal
memfasilitasi Al-Qur’an
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
Respon: Pasien
mengeluh terkadang ia
terbangun karena
nyeri tiba-tiba datang.
5. Menganjurkan pasien
untuk sering
mengulangi teknik
relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan.
Respon: Pasien
menerima arahan dan
menerapkan teknik
relaksasi napas dalam.
6. Memonitor berapa
kali nyeri yang timbul
dalam sehari.
Respon: Pasien
mengatakan bahwa
nyeri 2x sejak pagi
hari.
9. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
10. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Frekuensi
nadi 90x/menit.
Kamis/03 Gangguan 1. Membantu pasien S: Pasien mengeluh
Maret Mobilitas melakukan mobilisasi badannya tidak
2022 Fisik dini dengan bertenaga, pasien
berhubungan menggerakan kedua mengatakan tidak
dengan tangan dan kaki kiri bertenaga
Kerusakan yang tidak fraktur menggerakkan kaki
Integritas Respon: Pasien dan tangannya yang
Struktur mengikuti instruksi tidak fraktur.
Tulang dan juga dibantu oleh
keluarga untuk O: Pasien tampak
menggerakkan susah menggerak-
badannya, pasien kan badannya.
tampak merintih saat
berganti posisi. A: Masalah belum
2. Melibatkan keluarga teratasi, dengan
untuk membantu pasien kriteria hasil:
dalam meningkatkan a. Pasien belum
pergerakan mampu
Respon: Keluarga melakukan
mengikuti instruksi aktivtas secara
yang diberikan mandiri.
oleh perawat.
P: Intervensi
dilanjutkan
a. Mobilisasi dini
dan berganti
posisi.

Jumat/04 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien


Maret berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, berkurang setelah
Pencedera intensitas dan skala dari mendengar lantunan
Fisik nyeri yang dirasakan ayat suci Al-Qu’an
(Trauma) pasien. dan diiringi dengan
Respon: Pasien melakukan teknik
mengatakan nyeri skala relaksasi napas
4, nyeri terasa ngilu dan dalam, pasien
berdenyut-denyut, mengatakan sudah
durasi nyeri bisa mengontrol
berlangsung sekitar 5 rasa nyerinya
menit, nyeri hilang sendiri.
timbul.
2. Melakukan kontrol O: Skala nyeri 4,
lingkungan yang setelah diberi terapi
memperberat rasa murottal Al-Qur’an
nyeri. Respon: Pasien Surat Ar-Rahman
merintih kesakitan saat selama 30 menit,
nyeri tiba-tiba datang skala nyeri turun
3. Menganjurkan pasien menjadi skala 3.
untuk mengulangi Pasien tampak
teknik relaksasi tampak tenang dan
napas dalam yang rileks saat
telah dipelajari untuk mendengar lantunan
mengatasi nyeri yang ayat suci Al-Qur’an.
dirasakan.
Respon: Pasien A: Masalah belum
mengikuti instruksi dan teratasi, dengan
menerapkan teknik kriteria hasil:
relaksasi napas dalam a. Keluhan nyeri
yang telah diajarkan. masih ada
4. Posisikan dalam posisi b. Meringis masih
dan lingkungan yang ada
nyaman dan meng-
anjurkan pasien untuk
rileks.
Respon: Pasien
mengikuti instruksi
yang diberikan oleh P: Intervensi
perawat. dilanjutkan
5. Memberikan terapi a. Teknik
murattal Al-Qur’an relaksasi napas
Surat Ar-Rahman dalam
melalui audio pada b. Terapi murattal
Aplikasi Al-Qur’an Al-Qur’an
Digital selama 15-30
menit untuk
mengurangi nyeri
yang dirasakan.
Respon: Pasien tampak
rileks saat
mendengarkan lantunan
ayat suci Al-Qur’an.
6. Monitor perubahan
nyeri yang dirasakan
setelah terapi murattal
Al-Qur’an diberikan.
Respon : Nyeri pasien
berkurang dari skala 4
menjadi skala 3.
7. Memonitor berapa
kali frekuensi
pemberian terapi
murattal Al- Qur’an.
Respon: Dianjurkan
untuk melakukan terapi
terapi murattal Al-
Qur’an sebanyak 3-4x
sehari, khususnya pada
waktu sore hari
sebelum adzan
maghrib.
8. Memonitor berapa
kali nyeri yang timbul
dalam sehari.
Respon: Pasien
mengatakan bahwa
nyeri 1x sejak pagi
hari.
9. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
10. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Frekuensi nadi
90x/menit.

Jumat/04 Gangguan 1. Menganjurkan dan S: Pasien


Maret Mobilitas membantu pasien untuk mengatakan ia sulit
2022 Fisik menggerakan kedua untuk
berhubungan tangan dan kaki kiri menggerakkan
dengan yang tidak fraktur. kedua tangannya
Kerusakan Respon: Pasien dan kaki yang tidak
Integritas mampu mengikuti fraktur, pasien
Struktur instruksi meskipun mengatakan bahwa
Tulang gerakan tampak lemah ia merasa lemas dan
dan tidak bertenaga. tidak bertenaga.
2. Menganjurkan dan
menjelaskan O: Pasien tampak
pentingnya perawatan lemas dan tidak
diri: makan agar berdaya, pasien
memperoleh nutrisi tampak merintih
yang adekuat untuk saat mencoba untuk
proses penyembuhan menggerakkan
tulang. Respon: Pasien kedua tangan dan
tidak mampu kakinya.
mneghabiskan satu
piring makanan yang A: Masalah belum
sudah disediakan pihak teratasi, dengan
rumah sakit, pasien kriteria hasil:
terlihat lebih banyak a. Pasien belum
minum air dan susu mampu
dengan cara dibantu melakukan
oleh keluarga atau oleh aktivitas secara
perawat. mandiri.
3. Memonitor kondisi
pasien selama P: Intervensi
melakukan mobilisasi. dilanjutkan
Respon: Pasien a. Mobilisasi dini
tampak lemas dan dan berganti
tidak bertenaga. posisi.

Sabtu/05 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien mengata-


Maret berhubungan karakteristik, durasi, kan nyeri berkurang
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, setelah diberikan
Pencedera intensitas dan skala dari terapi murottal Al-
Fisik nyeri yang dirasakan Qur’an Surat Ar-
(Trauma) pasien. Rahman selama 30
Respon: Pasien menit dan diiringi
mengatakan nyeri dengan melakukan
skala
4, nyeri terasa ngilu dan teknik relaksasi
berdenyut-denyut, napas dalam, pasien
durasi nyeri mengatakan sudah
berlangsung sekitar 5 lebih tenang dan
menit, nyeri hilang rasa nyeri sudah
timbul. sedikit terkontrol.
2. Memberikan terapi
murattal Al-Qur’an O: Skala nyeri 4
Surat Ar-Rahman setelah diberi terapi
melalui audio pada murottal Al-Qur’an
Aplikasi Al-Qur’an Surat Ar-Rahman
Digital selama 15-30 selama 30 menit dan
menit untuk diiringi dengan
mengurangi nyeri melakukan teknik
yang dirasakan. relaksasi napas
Respon: Pasien tampak dalam skala nyeri
rileks saat mengalami
mendengarkan lantunan penurunan menjadi
ayat suci Al-Qur’an. skala 3, pasien
3. Monitor perubahan tampak menarik
nyeri yang dirasakan napas dalam, pasien
setelah terapi murattal tampak rileks dan
Al-Qur’an diberikan. fokus mendengar-
Respon : Nyeri pasien kan saat terapi
berkurang dari skala 4 murottal dilakukan.
menjadi skala 3.
4. Memonitor berapa A: Masalah mulai
kali frekuensi teratasi, dengan
pemberian terapi kriteria hasil:
murattal Al- Qur’an. a. Skala nyeri
Respon: Dianjurkan sudah
untuk melakukan terapi berkurang
terapi murattal Al- dengan skala
Qur’an sebanyak 3-4x nyeri 3.
sehari, khususnya pada
waktu sore hari P: Intervensi
sebelum adzan dilanjutkan
maghrib. a. Teknik
5. Memonitor berapa relaksasi napas
kali nyeri yang timbul dalam
dalam sehari. b. Terapi murattal
Respon: Pasien Al-Qur’an
mengatakan bahwa
nyeri 1x sejak pagi
hari.
6. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
7. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Frekuensi
nadi 88x/menit.
8. Mengingatkan teknik
relaksasi napas
dalam untuk
mengurangi nyeri.
Respon: Pasien
tampak melakukan
teknik relaksasi napas
dalam.
9. Menganjurkan pasien
untuk banyak
istirahat/tidur untuk
membantu penurunan
nyeri.
Respon: Pasien tidur
siang selama kurang
lebih 3 jam.

Sabtu/05 Gangguan 1. Menyarankan dan S: Pasien


Maret Mobilitas membantu pasien mengatakan masih
2022 Fisik melakukan mobilisasi susah meng-
berhubungan dengan menggerakan gerakkan kakinya
dengan kedua tangan dan kaki yang fraktur.
Kerusakan kiri yang tidak fraktur.
Integritas Respon: Pasien O: Pasien tampak
Struktur tampak bisa meringis saat
Tulang mengerakan kedua mencoba meng-
tangannya dan kaki gerakan bagian kaki
kirinya yang tidak daerah fraktur,
fraktur, pasien mulai pasien terlihat mulai
mencoba meng- mampu meng-
gerakkan ujung-ujung habiskan makanan-
jari dan telapak kaki nya, pasien terlihat
kanan daerah fraktur mulai meng-
secara perlahan. konsumsi buahan
seperti jeruk, pisang
dengan lahap dan
mampu melakukan-
nya secara mandiri.
2. Memonitor kondisi A: Masalah mulai
pasien selama me- teratasi, dengan
lakukan mobilisasi. kriteria hasil:
Respon: Pasien a. Pasien mulai
tampak meringis mampu
sesekali saat melakukan
mencoba bergerak. aktivitas
perawatan diri:
makan dan
minum secara
mandiri.

P: Intervensi
dilanjutkan
a. Mobilisasi dan
berganti posisi

Minggu/ Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien


06 Maret berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, sudah sangat
Pencedera intensitas dan skala dari berkurang sejak
Fisik nyeri yang dirasakan kemarin hingga hari
(Trauma) pasien. ini setelah diberi
Respon: Pasien terapi murottal Al-
mengatakan nyeri Qur’an dan teknik
skala 3, nyeri nyeri relaksasi napas
terasa ngilu dan dalam, nyeri terasa
berdenyut- denyut, hilang timbul.
durasi nyeri
berlangsung sekitar 5 O: Skala nyeri 3
menit, nyeri hilang setelah diberi terapi
timbul. murottal Al-Qur’an
2. Memberikan terapi Surat Ar-Rahman
murattal Al-Qur’an selama 30 menit
Surat Ar-Rahman dengan diiringi
melalui audio pada dengan melakukan
Aplikasi Al-Qur’an teknik relaksasi
Digital selama 15-30 napas dalam skala
menit untuk nyeri turun menjadi
mengurangi nyeri skala 2, wajah
yang dirasakan. pasien tampak
Respon: Pasien tampak tenang, pasien
rileks saat tampak fokus dan
mendengarkan lantunan rileks mendengar-
ayat suci Al-Qur’an. kan lanturan ayat
suci Al-Qur’an,
pasien tampak
menarik napas
3. Monitor perubahan dalam saat
nyeri yang dirasakan mengalami nyeri,
setelah terapi murattal
Al-Qur’an diberikan. A: Masalah sudah
Respon : Nyeri pasien teratasi sebagian,
berkurang dari skala 3 dengan kriteria
menjadi skala 2. hasil:
4. Memonitor berapa a. Penurunan
kali frekuensi skala nyeri
pemberian terapi menjadi 2
murattal Al- Qur’an. b. Pasien sudah
Respon: Dianjurkan mampu
untuk melakukan terapi mengatasi nyeri
terapi murattal Al- secara mandiri.
Qur’an sebanyak 3-4x
sehari, khususnya pada P: Intervensi
waktu sore hari dilanjutkan secara
sebelum adzan mandiri di rumah.
maghrib.
5. Memonitor berapa
kali nyeri yang timbul
dalam sehari.
Respon: Pasien
mengatakan bahwa
nyeri 1x sejak pagi
hari.
6. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
7. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Frekuensi
nadi 85x/menit.
8. Mengingatkan teknik
relaksasi napas
dalam untuk
mengurangi nyeri.
Respon: Pasien
tampak melakukan
teknik relaksasi napas
dalam.
9. Menganjurkan pasien
untuk banyak
istirahat/tidur untuk
membantu penurunan
nyeri.
Respon: Pasien tidur
siang selama kurang
lebih 4 jam.

Minggu/ Gangguan 1. Mengingatkan pasien S: Pasien


06 Maret Mobilitas untuk melakukan mengatakan sudah
2022 Fisik mobilisasi dengan bisa menggeserkan
berhubungan menggerakan kedua kaki yang fraktur
dengan tangan, kaki kiri, kaki sedikit demi sedikit,
Kerusakan kanan yang fraktur pasien mengatakan
Integritas secara perlahan dan tubuhnya sudah
Struktur mengganti posisi. lebih bertenaga.
Tulang Respon: Pasien
bergerak secara O: Pasien tampak
perlahan dan hati- sudah mampu
hati. merawat diri secara
2. Menganjurkan mandiri seperti
melakukan perawatan membersihkan diri
diri secara konsisten (melap-lap tubuh
sesuai kemampuan bagian atas), pasien
Respon: pasien sudah tampak bisa meng-
bisa melakukan gerakan bagian kaki
perawatan diri secara yang fraktur secara
mandiri dan dibantu perlahan dan hati-
keluarga juga perawat. hati.
A: Masalah
teratasi, dengan
kriteria hasil:
a. Pasien dapat
melakukan
aktivitas
perawatan
secara mandiri
b. Pasien sudah
bisa
menggerakkan
kaki yang
fraktur secara
perlahan.
P: Intervensi
dihentikan.
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy