KTI A.N Andrea Marshanda
KTI A.N Andrea Marshanda
ANDREA MARSHANDA
193110125
ANDREA MARSHANDA
193110125
i
ii
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan Judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman
Nyaman Nyeri pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang”.
i
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Keperawatan yang telah
memberikan pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
8. Teristimewa Mama tercinta yang telah memberi banyak do’a serta
semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan
tanggapan, kritik, dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
mencapai kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Andrea Marshanda
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua
sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.
NIM : 193110125
Tanda Tangan :
Poltekkes Kemenkes
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PADANG PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
ABSTRAK
Hasil penelitian pasien mengeluh nyeri karena fraktur, nyeri terasa ngilu dan
berdenyut-denyut, nyeri terasa di tungkai kanan bawah, skala nyeri 5, durasi nyeri
5 menit, nyeri hilang timbul, rentang gerak terbatas. Diagnosis keperawatan:
Nyeri Akut dan Gangguan Mobilitas Fisik. Intervensi terkait masalah nyeri yang
dilakukan berupa manajemen nyeri, teknik napas dalam, dan pemberian terapi
murottal Al-Qur’an dengan frekuensi pemberian 3x sehari, durasi 30 menit,
dengan melalui audio pada Aplikasi Al-Qur’an Digital. Hasil evaluasi hari ke
lima, pasien sudah dapat mengatasi nyeri dengan skala 2 dan intervensi
dilanjutkan secara mandiri.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINAL..........................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................5
v
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................34
A. Desain Penelitian............................................................................................34
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................34
C. Populasi dan Sampel......................................................................................34
D. Instrumen Pengumpulan Data......................................................................35
E. Jenis-jenis Data...............................................................................................36
F. Cara Pengumpulan Data................................................................................37
G. Analisis Data...................................................................................................38
BAB V PENUTUP................................................................................................64
A. Kesimpulan.....................................................................................................64
B. Saran................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
i
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Numerik........................................................16
Gambar 2.2 Skala Wajah atau Wong-Baker Face Rating Scale...........................16
Gambar Hasil Pemeriksaan Radiologi: Fraktur Tibia..............................(Lampiran)
x
DAFTAR
x
DAFTAR RIWAYAT
Riwayat Pendidikan
x
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur penting yang dibutuhkan oleh
manusia guna mempertahankan keseimbangan antara fisiologis dan psikologis,
dimana bertujuan untuk mempertahankan status kesehatan dan untuk
keberlangsungan hidup manusia. (Kasiati & Rosmalawati, 2016). Menurut
Abraham Maslow, ada lima macam kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Susanto & Fitriana, 2017).
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis. Dampak dari gangguan rasa
nyaman nyeri jika tidak ditangani segera dapat menimbulkan gangguan fisiologi
seperti syok, perubahan pada bagian tubuh yang cedera, risiko terjadinya infeksi,
risiko perdarahan, gangguan integritas kulit, merasa cemas akibat dari rasa nyeri
yang dirasakan, hingga kematian. (Septiani, 2015).
Nyeri merupakan suatu sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual. Nyeri dapat dikatakan bersifat individual karena respon seorang
individu terhadap sensasi nyeri sudah pasti berbeda-beda dan tidak bisa
disamakan dengan orang lain. Nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis. (Sutanto & Fitriana, 2017).
Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemukan pada pasien
fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma,
tekanan, maupun karena adanya kelainan patologis. Akibat dari terputusnya
kontinuitas tulang, maka akan memicu timbulnya rasa nyeri. (Pelawi & Purba,
2019).
Besarnya angka kejadian nyeri yang berkaitan dengan fraktur, umumnya dipicu
oleh kecelakaan lalu lintas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2018, terjadi kasus kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 1,25 juta orang di
dunia dan korban terluka hingga 50 juta orang.
1 Poltekkes Kemenkes
2
Berdasarkan hasil data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018,
angka terjadinya cedera di jalan raya kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia
terjadi sebanyak 2,2% dengan kejadian kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat
berjumlah 2,5%.
Perawat berperan penting dalam mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien fraktur,
diawali dengan pengkajian pada masalah nyeri menggunakan metode PQRST.
P=Provoking yaitu faktor pemicu nyeri pada pasien fraktur, biasanya karena
adanya trauma pada jaringan tubuh; Q=Quality yaitu kualitas nyeri, misal nyeri
seperti ditusuk-tusuk; R=Region yaitu lokasi nyeri, misal di paha kiri; S=Severity
yaitu skala nyeri yang dirasakan apakah ringan, sedang, atau berat; dan T=Time
yaitu frekuensi nyeri yang dirasakan, hilang timbul atau bertambah saat
beraktivitas. Perawat juga berperan dalam menegakkan diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), diagnosa utama yang mungkin muncul adalah nyeri akut, lalu diikuti
dengan gangguan mobilitas fisik. (SDKI PPNI, 2017).
Perencanaan keperawatan untuk mengatasi nyeri pada pasien fraktur yaitu dengan
tindakan penatalaksanaan nyeri. Tindakan penatalaksanaan nyeri terbagi dua,
yaitu terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. Penatalaksanaan secara
non-farmakologis bisa dilakukan dengan teknik distraksi seperti terapi murottal
Al-Qur’an, dan teknik relaksasi napas dalam. Sedangkan untuk terapi
farmakologis, perawat bisa berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik sesuai dengan terapi pengobatan. Evaluasi keperawatan terhadap
masalah nyeri, setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan keluhan nyeri
menurun, pasien mampu kembali beraktivitas seperti sediakala, serta tidak ada
lagi perasaan cemas terhadap rasa nyeri dan rasa sakit yang dirasakan oleh klien.
(Saputra, 2013).
Terapi murottal Al-Qur’an merupakan salah satu jenis audio yang dapat diberikan
kepada pasien dengan fraktur. Terapi murottal Al-Qur’an merupakan rekaman
suara Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh seorang Qori atau Qori’ah, yang
dipercaya dapat menenangkan fisik dan psikis melalui aspek spiritual sehingga
dapat menurunkan intensitas nyeri fraktur (Diana, 2016). Terapi murottal Al-
Poltekkes Kemenkes
3
Qur’an telah terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah getaran suara
menjadi gelombang yang diterima tubuh, dan mengurangi reseptor rasa sakit.
Selain itu, terapi murottal Al-Qur’an juga dapat memperbaiki sistem dalam tubuh
sehingga dapat menurunkan dampak dari nyeri seperti tekanan darah membaik,
frekuensi napas membaik, serta memperbaiki irama detak jantung, denyut nadi,
dan aktivitas gelombang otak. (Rilla, dkk., 2014).
Data yang diperoleh dari rekam medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang, pada
tahun 2018 telah terjadi kasus fraktur sebanyak 342 kasus. Pada tahun 2019,
tercatat kasus fraktur sebanyak 405 kasus. Kemudian pada tahun 2020, didapatkan
kasus fraktur sebanyak 288 kasus.
Hasil survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Desember 2021 di
ruangan Trauma Center RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui wawancara dengan
perawat yang sedang bertugas di ruangan, didapatkan hasil bahwa rata-rata pasien
penderita fraktur memiliki keluhan utama nyeri. Penatalaksanaan yang telah
dilakukan oleh perawat di ruangan berupa terapi non-farmakologis yaitu teknik
relaksasi napas dalam, sedangkan terapi farmakologis yaitu kolaborasi pemberian
analgesik. Diagnosis keperawatan yang muncul berupa nyeri akut, gangguan
mobilisasi fisik, resiko infeksi, dan ansietas. Di dalam ruangan, ada 3 orang pasien
fraktur yang sedang dirawat, dan semua pasien mengeluhkan nyeri dengan
rentang skala 4-6 (nyeri sedang).
Poltekkes Kemenkes
4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien
fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di
Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian gangguan rasa aman nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2022.
b. Mendeskripsikan diagnosa gangguan rasa aman nyaman nyeri pada
pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2022.
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan gangguan rasa aman nyaman nyeri
pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2022.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan gangguan rasa aman nyaman
nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2022.
e. Mendeskripsikan hasil evaluasi gangguan rasa aman nyaman nyeri pada
pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2022.
Poltekkes Kemenkes
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi perawat di RSUP Dr. M. Djamil
Padang khususnya di Ruangan Trauma Center dalam penggunaan teknik
murottal Al-Qur’an dan juga sebagai pendorong dalam meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dalam penerapan asuhan keperawatan gangguan rasa
aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M. Djamil Padang.
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes RI Padang
Hasil penelitian dapat menjadi referensi perpustakaan Poltekkes Kemenkes RI
Padang dalam mengembangkan mata kuliah.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma
Center RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti
selanjutnya untuk meningkatkan penerapan asuhan keperawatan gangguan
rasa aman nyaman nyeri pada pasien fraktur di Ruangan Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6 Poltekkes Kemenkes
7
2. Etiologi Nyeri
Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya :
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena tindakan
pembedahan akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi
secara langsung pada reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misal karena edema akibat dari
penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, yang dapat menekan reseptor nyeri.
d. Iskemia jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteri
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat penumpukan
asam laktat.
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik (Hidayat, 2014).
Poltekkes Kemenkes
8
3. Klasifikasi Nyeri
Menurut Hidayat (2014), klasifikasi nyeri secara umum dibagi
menjadi dua yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri
yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang dan tidak
melebihi 6 bulan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan
yang biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama yaitu lebih dari
6 bulan dan yang termasuk kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
Menurut Susanto (2017), Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa hal:
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukan
tubuh, misalnya pada kulit atau mukosa.
Poltekkes Kemenkes
9
Poltekkes Kemenkes
1
Tabel 2.1
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
1) Terlokalisir 1) Menyebar
2) Sifatnya tajam seperti 2) Sifatnya tumpul, ngilu
ditusuk-tusuk, disayat, atau 3) Respon saraf parasimpatis
dicubit 4) Penampilan depresi
3) Respon saraf simpatis 5) Pola serangan tidak jelas
4) Penampilan gelisah dan
cemas
5) Pola serangannya jelas
4. Stimulus Nyeri
Beberapa jenis stimulus nyeri menurut Saputra (2013) diantaranya:
a. Trauma atau gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena
tindakan pembedahan akibat terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secara langsung pada reseptor.
b. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri.
c. Iskemia jaringan
d. Spasme otot
Tabel 2.2
Stimulus yang Menghasilkan Sensasi Nyeri
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
1
4) Pucat
5) Lembab dan berkeringat
6) Dilatasi pupil
b. Respon perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh
yang khas dan ekspresi wajah ang mengidikasikan nyeri dapat
ditunjukan oleh pasien sebagai respons perilaku terhadap nyeri.
Dampak yang dapat ditimbulkan berupa:
1) Menggigit bibir
2) Gelisah
3) Mobilisasi
4) Meringis
5) Menyeringitkan dahi
6) Mengalami ketegangan otot
7) Ekspresi wajah mengatupkan geraham, apasia, dan
disorientasi
8) Adanya gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri. (Wahyudi Dan Wahid, 2016).
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
1
e. Perhatian
Bagaimana seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
respons nyeri yang menurun.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri dan nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.
g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan
persepsi nyeri.
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya
namun tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
i. Gaya koping
Individu yang memiliki fokus kendali internal mempersepsikan
diri mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan
lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri.
Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal
mempersepsikan faktor lain di dalam linkungan mereka seperti
perawat sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil
akhir suatu peristiwa.
j. Dukungan keluarga atau sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap
mereka terhadap pasien mempengaruhi respons nyeri. Pasien
dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlidungan
walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang
dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
1
Gambar 2.1
Skala Intensitas Nyeri Numerik
Sumber : http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/
Gambar 2.2
Skala Wajah atau Wong-Baker Faces Rating Scale
Sumber : wongbakerfaces.org
9. Penatalaksanaan Nyeri
a. Farmakologi
Obat analgesik berfungsi untuk mengganggu atau menghalangi
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi terhadap
nyeri. Obat analgesik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
analgesik golongan natkotika dan analgesik bukan golongan
narkotika.
1) Analgesik golongan narkotika
Analgesik golongan narkotika berfungsi untuk
menurunkan tekanan darah dan menimbulkan dan depresi
pada fungsi vital, misalnya repirasi. Contohnya adalah
morphin sulfat, codein sulfat, hydromorphone hydrocloride,
Poltekkes Kemenkes
1
b. Non-farmakologi
1) Metode pengalihan perhatian, misalnya dengan
mendengarkan musik, mendengarkan lantunan ayat suci Al-
Qur’an (Terapi Murattal Al-Qur’an), menonton televisi,
membaca buku, dan lainnya.
2) Metode relaksasi, misalnya dengan menganjurkan pasien
untuk menarik nafas dalam, lalu menghembuskan nafas
secara perlahan, serta melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut, dan punggung. Ulangi hal ini beberapa kali sampai
tubuh terasa nyaman, tenang, dan rileks.
3) Menstimulasi kulit, misanya dengan aplikasi panas atau
dingin, menggosok daerah nyeri dengan lembut, serta
menggosok punggung.
Poltekkes Kemenkes
1
2. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak dan kontraksi otot ekstrem. Biasanya
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang. Fraktur juga berhubungan olahraga,
kecelakaan, pekerjaan atau luka yang disebabkan kecelakaan
kendaraan bermotor, pada orangtua terjadi peningkatan insiden
osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada
menopause (Lukman dan Nuha Ningsih, 2009).
Menurut Abdul Wahid (2013) penyebab dari fraktur diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung pada tulang ditempat yang jauh dari
tepat terjadinya kekerasan. Pada bagian yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
Poltekkes Kemenkes
1
3. Klasifikasi
Menurut Hardisman (2014) fraktur dapat diklasifikasikan
berdasarkan berbagai macam kriteria:
a. Berdasarkan luasnya fraktur
1) Fraktur komplet (patah total)
Tulang yang fraktur terbagi menjadi dua fragmen atau lebih.
2) Fraktur inkomplet (patah sebagian)
Tulang yang fraktur terpisah secara tidak lengkap dan
periosterum menyatu.
b. Berdasarkan ada tidaknya hubungan patahan tulang dengan
dunia luar
1) Fraktur terbuka
Fraktur yang disertai dengan kerusakan kulit diatasnya,
hingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung
dengan dengan dunia luar. Tulang yang patah bisa
menonjol keluar kulit, tertarik kembali kedalam atau tetap
berada dibawah kulit. Kontak dengan lingkungan luar
memungkinkan kuman dari luar dapat masuk sampai ke
tulang yang patah.
2) Fraktur tertutup
Fraktur tanpa disertai dengan kerusakan kulit diatasnya
sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Abdul Wahid (2013) tanda dan gejala dari fraktur adalah :
a. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan
atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
c. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien dengan
fraktur adalah rasa nyeri.
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
5) Data psikologis
Meliputi: pasien cenderung akan mengalami stress, takut,
depresi, gelisah, dan putus asa.
6) Data sosial
Meliputi: pasien cenderung akan mengalami hambatan
dalam pergaulan, keluarga, dan pekerjaan.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Meliputi:
a) Nadi meningkat
b) Pernapasan meningkat
c) Tekanan darah meningkat. (Atoilah, E.M. & Engkus,
2013).
2) Kepala
Meliputi: kepala tampak simetris, tidak ada pembengkakan.
3) Wajah
Meliputi: pasien cenderung tampak gelisah, cemas,
meringis, dan menahan sakit.
4) Mata
Meliputi: akan terjadi dilatasi pupil pada nyeri akut dan
kontriksi pupil pada nyeri kronis.
5) Telinga
Meliputi: telinga tampak simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan.
6) Hidung
Meliputi: hidung tampak simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan.
7) Mulut
Meliputi: mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat.
8) Leher
Meliputi: leher tampak simetris, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid.
Poltekkes Kemenkes
2
9) Thoraks
a) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
bentuk simetris kiri dan kanan.
b) Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama.
c) Perkusi : suara sonor di kedua apeks paru.
d) Auskultasi : suara napas normal, tidak ada suara napas
tambahan.
10) Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak tampak.
b) Palpasi : ictus cordis teraba di RIC V mid clavikula
sinistra.
c) Perkusi : batas jantung di RIC III kanan-kiri dan RIC V
mid clavikula sinistra.
d) Auskultasi : bunyi jantung normal.
11) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk abdomen datar dan simetris.
b) Palpasi : hepar tidak teraba.
c) Perkusi : suara timpani.
d) Auskultasi : bising usus ada.
12) Ekstremitas
Pada pasien yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan
warna lokal pada kulit yang fraktur, pembengkakan lokal
dan kemerahan pada sendi maupun area fraktur,
immobilisasi ekstremitas, edema, dan nyeri tekan pada area
fraktur.
i. Program pengobatan
1) Terapi antibiotik
Sebagai pengobatan saat operasi, sebagai profilaksis.
Bertujuan untuk menghindari adanya kontaminasi bakteri
yang dapat menginfeksi dan menimbulkan ilo, diantaranya:
ceftriaxone, sefazolin, sefalosforin, sefotaksim, amoksilin.
Poltekkes Kemenkes
2
2) Obat analgesik
Sebagai pengobatan pereda nyeri untuk menghilangkan rasa
sakit akibat radang sendi, operasi, dan nyeri otot.
Diantaranya analgesik non-opioid seperti natrium
metamizol, ketorolac, tramadol drip, parasetamol dan
antrain. Analgesik opioid: codein, tramadol, morfin,
metadon, fentanil.
3) Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi atau terapi komplementer yang
diantaranya adalah bimbingan antisipasi, terapi es/panas,
distraksi, relaksasi, tens, imajinasi terbimbing, akupuntur,
hipnosis, umpan balik biologis, masase juga efektif sebagai
tambahan metode kontrol nyeri.
4) Traksi
Berupa tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk mengatasi kerusakan atau gangguan pada tulang dan
otot yang mengalami fraktur, dislokasi atau spasme otot
dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan. (Sulistiani et al., 2018).
j. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
Pada pasien yang mengalami nyeri tidak ditemukan hasil
radiologi, namun pada pasien yang mengalami fraktur
pemeriksaan radiologi dilakukan untuk mengetahui adaanya
jaringan-jaringan ikat, tulang yang mengalami kerusakan.
2) Pemeriksaan laboratorium
Pada pasien yang mengalami nyeri tidak ditemukan hasil
laboratorium, namun pada pasien frakur perlu dipantau hasil
labor antaranya adalah kalsium serum, fostor, kretinin, laktat
dehidrogenase (LDH-5), leukosit dan aspartat amino
trasferase (AST) akan meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
Poltekkes Kemenkes
2
3) Pemeriksaan lain
Menurut Fadila (2012) dalam Ghazy (2018) pada pasien
fraktur perlu dipantau: pemeriksaan mikroorganisme kultur
dan test sensitivitas untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab infeksi.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah langkah berikutnya yang dilakukan oleh perawat
setelah diagnosa ditegakkan. Pada langkah ini, perawat menetapkan
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi klien dan
merencanakan intervensi keperawatan. (Sulistiyo, 2013).
Tabel 2.3
Perencanaan Keperawatan
Diagnosis Perencanaan Keperawatan
No. Keperawatan
(SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan (L.08066) (I.08238)
dengan Agen Definisi : Definisi :
Pencedera Fisik Pengalaman Mengidentifikasi dan
(D.0077). sensorik atau mengolah pengalaman
(SDKI PPNI, 2017. emosional yang sensorik atau emosional
Halaman 172). berkaitan dengan yang berkaitan dengan
Definisi : kerusakan kerusakan jaringan atau
Pengalaman jaringan aktual fungsional dengan konsep
sensorik atau atau fungsional mendadak atau lambat dan
emosional yang dengan onset berintensitas tinggi
berkaitan dengan mendadak atau hingga berat dan konstan.
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
3
5. Dampingi selama
membaca Al-Qur’an
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan manfaat terapi.
2. Anjurkan memusatkan
perhatian dan pikiran
pada lantunan Al-
Qur’an.
Poltekkes Kemenkes
3
Sumber : (Tim POKJA SDKI PPNI, 2017), Tim POKJA SLKI PPNI,
2019), Tim POKJA SDKI PPNI, 2018).
Poltekkes Kemenkes
3
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi dari perencanaan tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan keperawatan. (Budiono &
Sumirah) dalam (Selfiana, 2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk menilai respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dan untuk menilai kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2006 dalam Sulistiyo,
2013).
Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu sebuah
desain penelitian yang dilakukan dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang terjadi secara sistematis dan akurat, melalui
pendekatan studi kasus (Nursalam, 2011). Penelitian ini menggambarkan
bagaimana Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman Nyeri
pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3 Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
3
E. Jenis-jenis Data
1. Data primer
Pada penelitian ini data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan
pasien, hasil wawancara dengan keluarga, pengukuran, dan pemeriksaan
fisik berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan dasar.
2. Data sekunder
Pada penelitian ini data sekunder didapatkan dari rekam medik, data
penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik),
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak
dipublikasikan (status pasien).
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
3
G. Analisis Data
Dalam penelitian studi kasus ini, sesudah peneliti mengumpulkan data maka
data tersebut dianalisa dengan cara analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan suatu usaha pengumpulan data dan menyusun data. Setelah data
tersusun langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggambarkan
dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam,
2011).
Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada satu orang pasien fraktur dengan gangguan rasa aman
nyaman nyeri. Data hasil yang didapat melalui tahapan asuhan keperawatan
(pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan
keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan) akan dinarasikan dan dibandingkan dengan konsep
asuhan keperawatan teoritis gangguan rasa aman nyaman nyeri pada pasien
fraktur. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan kesesuaian antara
teori yang ada dengan kondisi pasien.
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
B. Deskripsi Kasus
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Maret – 06 Maret 2022 pada satu
orang pasien yaitu Tn. M dengan diagnosa fraktur tibia (D) 1/3 tengah
komunitif tertutup + fraktur fibula (D) 1/3 distal tertutup di Ruangan Trauma
Center RSUP Dr. M. Djamil Padang. Asuhan keperawatan dimulai dari tahap
pengkajian, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi
keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi,
pengukuran, wawancara, dan dokumentasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dimulai pada tanggal 02 Maret 2022 pukul
10.00 WIB kepada Tn. M (Laki-laki) berumur 29 tahun, seorang pegawai
swasta, pendidikan S1, agama Islam, alamat Dadok Tunggul Hitam Koto
Tangah. Diagnosa medik fraktur tibia (D) 1/3 tengah komunitif tertutup +
fraktur fibula (D) 1/3 distal tertutup. Selama dirawat penanggung jawab
pasien adalah Tn. A, ayah kandung dari pasien yang merupakan seorang
buruh.
3 Poltekkes Kemenkes
4
Pasien datang melalui IGD RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 01
Maret 2022 jam 17.55 WIB rujukan dari Puskesmas Agam akibat
kecelakaan sepeda motor. Pasien mengalami fraktur pada tungkai kanan
serta terdapat luka terbuka di tungkai kanan bawah, dan luka robek di
kaki kanan. Pasien mengeluhkan nyeri pada area fraktur nya.
Poltekkes Kemenkes
4
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data pada tanggal 02 Maret 2022, ditemukan
masalah keperawatan sebagai berikut:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
(Trauma)
Diagnosa keperawatan pertama ini diangkat dan diperkuat
berdasarkan gejala dan tanda mayor: pasien mengeluhkan nyeri di
daerah fraktur pada tungkai kanan bawahnya, nyeri terasa ngilu dan
berdenyut-denyut. Pasien tampak meringis menahan rasa sakit,
pasien tampak sangat berhati-hati dengan area frakturnya, pasien
tampak gelisah, terjadi peningkatan denyut nadi ketika nyeri
menyerang, namun pada pasien tidak terjadi kesulitan tidur karena
nyeri tidak terjadi secara terus menerus (nyeri hilang timbul).
Adapun gejala dan tanda minor yaitu keluarga pasien mengatakan
ketika baru masuk rumah sakit dan belum diberi obat antinyeri,
tekanan darah pasien sempat meningkat, yaitu 140/90 mmHg, tidak
ada perubahan pola napas, tidak ada perubahan nafsu makan, tidak
ada gangguan proses berpikir.
Poltekkes Kemenkes
4
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun pada tanggal 02 Maret 2022. Rencana
asuhan keperawatan yang akan dilakukan berpedoman pada Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sesuai dengan tugas dan fungsi
perawat dengan empat tindakan keperawatan meliputi observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi serta mengacu pada Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Adapun intervensi yang akan dilakukan
yaitu:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
(Trauma)
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan yaitu Tingkat
Nyeri menurun dengan kriteria hasil: keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun.
Intervensi berdasarkan SIKI yaitu Manajemen Nyeri yaitu
Observasi: identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan intensitas nyeri; identifikasi skala nyeri; identifikasi
skala nyeri non verbal; identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri. Terapeutik: berikan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri; kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri. Edukasi: jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri;
jelaskan strategi meredakan nyeri; anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri; ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri. Kolaborasi: kolaborasi pemberian analgetik.
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dengan empat tindakan keperawatan yaitu observasi,
terapeutik, edukasi, dan kolaborasi. Implementasi dilakukan selama 5
hari dari tanggal 02-06 Maret 2022 yaitu :
a. Rabu, 02 Maret 2022
Implementasi yang dilakukan diantaranya:
Diagnosa 1:
Manajemen Nyeri: Observasi: mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh pasien dengan menggunakan metode PQRST,
lalu didapatkan hasil P (Provoking atau faktor pemicu nyeri)
nyeri akibat trauma fraktur; Q (Quality atau kualitas nyeri) nyeri
terasa ngilu dan berdenyut-denyut; R (Region atau lokasi nyeri)
di tungkai kanan bawah; S (Severity atau skala nyeri) skala nyeri
5; dan T (Time atau frekuensi nyeri yang dirasakan) nyeri hilang
timbul. Mengidentifikasi dan memantau apa saja faktor yang
memperberat nyeri yang dirasakan pasien, pasien mengatakan
keadaan lingkungan di ruangan yang bising dapat menambah
rasa nyerinya; serta mengidentifikasi respon nyeri non verbal
pasien yaitu terjadi peningkatan tekanan darah 135/85 mmHg,
terjadi peningkatan denyut nadi yang semula 76 x/menit menjadi
111 x/menit. Memantau frekuensi nyeri terjadi perharinya,
didapatkan rata-rata nyeri 3x dirasakan yaitu saat sebelum
diberikannya obat antinyeri oleh perawat ruangan. Obat yang
diberikan untuk mengatasi nyeri adalah ketorolac. Edukasi:
mengajarkan teknik non-farmakologis terapi relaksasi napas
dalam untuk mengurangi rasa nyeri, dengan cara meminta klien
untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi. Lalu minta klien
untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung
pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
4
Diagnosa 2:
Dukungan Mobilisasi: Observasi: memonitor kondisi pasien
selama dilakukan mobilisasi, didapatkan pasien tampak lemas
dan tidak bertenaga. Terapeutik: menganjurkan dan membantu
pasien untuk menggerakkan kedua tangan dan kaki kiri (bagian
yang tidak mengalami fraktur), tampak pasien mampu
mengikuti instruksi meskipun gerakan tampak lemah dan tidak
bertenaga.
Dukungan Perawatan Diri: Edukasi: menganjurkan dan
menjelaskan pentingnya makan agar memperoleh nutrisi yang
adekuat guna mempercepat proses penyembuhan tulang yang
mengalami fraktur, tampak pasien tidak mampu mneghabiskan
satu piring makanan yang sudah disediakan pihak rumah sakit,
pasien terlihat lebih banyak minum air dan susu dengan cara
dibantu oleh keluarga atau oleh perawat.
Poltekkes Kemenkes
4
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
5
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan kepada pasien, maka
dilakukan evaluasi keperawatan dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Diagnosa 1:
S: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang jauh lebih baik sejak
kemarin hingga hari ini karena sudah diberikan terapi murottal al-
qur’an dan juga teknik relaksasi napas dalam; nyeri hilang timbul.
Pasien mengatakan nyeri timbul tidak bisa diprediksi, rata-rata nyeri
timbul 2x-3x perhari. O: skala nyeri 3, setelah diberikan terapi
murottal al-qur’an Surat Ar-rahman selama 30 menit dan diiringi
dengan teknik relaksasi napas dalam, nyeri menurun menjadi skala 2;
pasien tampak tenang dan rileks. A: nyeri sudah teratasi sebagian
ditandai dengan penurunan skala nyeri menjadi skala 2 (ringan). P:
intervensi manajemen nyeri, terapi murottal al-qur’an, dan teknik
relaksasi napas dalam dilanjutkan di rumah pasien.
Diagnosa 2:
S: pasien mengatakan sudah mulai bisa menggerakkan badannya
sedikit demi sedikit, dan juga pasien mengatakan bahwa tubuhnya
sudah mulai fit dan sedikit bertenaga. O: pasien tampak sudah mampu
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, pasien tampak
sudah bisa menggerakkan badannya. A: gangguan mobilisasi teratasi
ditandai dengan pasien sudah mampu melakukan aktivitas perawatan
diri secara mandiri, pasien tampak sudah bisa menggerakkan
badannya. P: intervensi dukungan mobilisasi dihentikan.
Poltekkes Kemenkes
5
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan rasa aman nyaman
nyeri pada pasien fraktur. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,
merumuskan diagnosis keperawatan, melakukan intervensi keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pengkajian, pasien datang melalui IGD RSUP Dr.M.Djamil
Padang pada tanggal 01 Maret 2022 jam 17.55 WIB dengan keluhan
fraktur tibia (D) 1/3 tengah komunitif tertutup + fraktur fibula (D)
1/3 distal tertutup. Ditemukan pasien mengeluh nyeri akibat fraktur
pada tungkai kanan bawahnya, nyeri terasa ngilu dan berdenyut-
denyut, nyeri pada tungkai kanan bawah, skala nyeri 5, nyeri hilang
timbul, durasi nyeri berlangsung sekitar 5 menit. Saat ini seluruh
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
Poltekkes Kemenkes
5
b. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil pada ekstremitas atas CRT
<2 detik, tidak ada edema, kekuatan otot kanan dan kiri 4:4. Pada
ekstremitas bawah terdapat fraktur pada tibia tertutup bagian kanan,
kekuatan otot kanan dan kiri 1:4, CRT <2 detik, adanya luka robek,
terpasang gips pada kaki kanan, adanya keterbatasan gerak sendi.
Tekanan Darah 130/81 mmHg, Suhu 37,1oC, Nadi 76 x/menit,
Pernapasan 21 x/menit.
Poltekkes Kemenkes
5
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan dua
diagnosa pada kasus Tn.M yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan integritas struktur tulang.
a. Diagnosis Keperawatan 1: Nyeri Akut berhubungan dengan
Agen Pencedera Fisik (Trauma)
Menurut SDKI (2017), nyeri akut merupakan pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlansung kurang dari 3
bulan. Gejala dan tanda mayor berupa: pasien mengeluhkan nyeri
di daerah fraktur pada tungkai kanan bawahnya, pasien mengatakan
nyeri akan bertambah parah apabila area fraktur disentuh atau bila
terjadi guncangan pada tempat tidurnya, nyeri terasa ngilu dan
berdenyut-denyut. Pasien tampak meringis menahan rasa sakit,
pasien tampak gelisah, namun tidak terjadi kesulitan tidur karena
nyeri tidak terjadi secara terus menerus (nyeri hilang timbul).
Adapun gejala dan tanda minor yaitu keluarga pasien mengatakan
ketika baru masuk rumah sakit dan belum diberi obat antinyeri,
tekanan darah pasien sempat meningkat, yaitu 140/90 mmHg, tidak
ada perubahan pola napas, tidak ada perubahan nafsu makan, tidak
ada gangguan proses berpikir. Saat ini seluruh aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat.
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
5
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan
atau mengurangi masalah kesehatan pasien. Dalam menentukan tahap
perencanaan, perawat membutuhkan berbagai pengetahuan dan
keterampilan seperti tentang kekuatan dan kelemahan pasien; nilai dan
kepercayaan pasien; batasan praktek keperawatan; peran dari tenaga
kesehatan lainnya; kemampuan dalam memecahkan masalah; mengambil
keputusan; menulis tujuan; memilih dan membuat strategi keperawatan
yang aman dalam memenuhi tujuan; serta kemampuan dalam
melaksanakan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Kegiatan
perencanaan ini meliputi mengidentifikasi prioritas masalah,
merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan (Hidayat, 2009).
Poltekkes Kemenkes
5
a. Diagnosis 1
Pada diagnosis pertama nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (Trauma) diharapkan tingkat nyeri berkurang dan
kontrol nyeri meningkat. Intervensi untuk diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (Trauma) pertama adalah
Manajemen Nyeri, dengan tindakan keperawatan: lakukan
pengkajian nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus; ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri; gunakan
pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah berat; dukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
Poltekkes Kemenkes
5
b. Diagnosis 2
Pada diagnosis kedua Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas struktur tulang diharapkan mobilisasi
fisik meningkat. Kedua, koordinasi pergerakan meningkat. Rencana
intervensi yang akan dilakukan yaitu pertama, dukungan mobilisasi
dengan tindakan keperawatan: identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Poltekkes Kemenkes
5
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari dari tanggal 02-06
Maret 2022 yaitu:
a. Diagnosa 1
Implementasi yang dilakukan pada Tn.M terkait dengan masalah
nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik adalah
Observasi: mengidentifikasi nyeri yang dirasakan oleh pasien
(lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan
skala); mengidentifikasi faktor yang memperberat hingga
meringankan nyeri; serta mengidentifikasi respon nyeri non verbal
pasien; memonitor perubahan nyeri yang dirasakan oleh pasien
setelah diberikan terapi murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman; dan
memonitor tanda-tanda vital. Terapeutik: melakukan kontrol
lingkungan yang memperberat nyeri; memberikan terapi murottal Al-
Poltekkes Kemenkes
6
Hal ini juga didukung oleh penelitian (Insani & Rokhanawati, 2014)
yang menyatakan bahwa saat seseorang mendengarkan murotal ia
merasa tenang karena hormon endorfin yang dikeluarkan akan
ditangkap oleh reseptor di dalam sistem limbik dan hipotalamus.
Hormon endorfin ini akan meningkat sehingga dapat menurunkan
nyeri, memperbaiki nafsu makan, meningkatkan daya ingat.
Poltekkes Kemenkes
6
b. Diagnosa 2
Implementasi yang dilakukan pada Tn.M terkait dengan masalah
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang adalah Observasi: mengidentifikasi adanya nyeri,
keluhan fisik, dan toleransi fisik dalam melakukan pergerakan;
memonitor kondisi umum pasien selama melakukan mobilisasi dini;
mengidentifikasi kemampuan aktivitas perawatan diri pasien secara
mandiri. Terapeutik: membantu pasien melakukan mobilisasi dini
dengan menggerakkan kedua tangan dan kaki kiri yang tidak fraktur
dan berganti posisi. Edukasi: menganjurkan pasien untuk melakukan
mobilisasi dini dengan menggerakan kedua tangan dan kaki kiri yang
tidak fraktur; menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan; menganjurkan dan menjelaskan
pentingnya perawatan diri: makan agar memperoleh nutrisi yang
adekuat untuk proses penyembuhan tulang; melibatkan keluarga
untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan mobilisasi.
Poltekkes Kemenkes
6
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan
yang membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
kriteria hasil yang sudah ditetapkan seta menilai apakah masalah
keperawatan yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya yang mengacu pada Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI). Evaluasi keperawatan dilakukan untuk
melihat keefektifan intervensi yang sudah dilakukan dengan metode
SOAP (SLKI, 2018).
a. Diagnosa 1
Hasil evaluasi keperawatan pada pertemuan ke lima dengan
diagnosis pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik yaitu: evaluasi subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang
setelah diberikan terapi murottal Al-Quran Surat Ar-Rahman dan
diiringi dengan teknik relaksasi napas dalam, nyeri terasa hilang
timbul. Evaluasi objektif: skala nyeri 2 setelah pemberian teknik
nonfarmakologi, wajah pasien tampak tenang, pasien tampak fokus
dan rileks mendengarkan lanturan ayat suci Al-Qur’an, pasien
tampak menarik napas dalam saat mengalami nyeri. Hasil ini
menunjukan pemecahan masalah nyeri pada Tn.M berjalan dengan
baik, tetapi pasien masih merasakan nyeri dengan skala 2 maka
intervensi terapi murottal Al-Qur’an bisa dilanjutkan dirumah.
Poltekkes Kemenkes
6
ini merupakan salah satu yang dapat mengatasi rasa nyeri yang
dialami oleh pasien, terutama pada pasien fraktur.
b. Diagnosa 2
Hasil evaluasi keperawatan pada pertemuan ke lima dengan
diagnosis keperawatan kedua Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan integritas struktur yaitu evaluasi
subjektif berupa pasien mengatakan sudah bisa menggerakkan kaki
yang fraktur sedikit demi sedikit, pasien mengatakan tubuhnya
lebih bertenaga. Evaluasi objektif berupa pasien tampak sudah
mampu merawat diri secara mandiri, pasien tampak bisa
menggerakan bagian kaki yang fraktur secara perlahan dan hati-
hati.
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman
Nyaman Nyeri pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr.
M.Djamil Padang pada tahun 2022, peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian pasien mengalami nyeri terasa di daerah fraktur pada
tungkai kanan bawah, dengan skala nyeri 5, terasa ngilu dan berdenyut-
denyut, durasi nyeri berlangsung selama 5 menit. Pasien mengatakan
nyeri akan bertambah parah apabila area fraktur disentuh atau bila terjadi
guncangan pada tempat tidurnya, saat ini seluruh aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas struktur tulang.
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh peneliti kepada pasien
adalah melakukan terapi murottal al-qur’an (Q.S Ar-rahman)
menggunakan audio, memberikan dukungan mobilisasi, dan dukungan
perawatan diri.
4. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 02-06 Maret 2022
dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya terkait
dengan masalah nyeri yang dialami oleh pasien, dengan menerapkan
terapi murottal al-qur’an (Q.S Ar-rahman).
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP.
Evaluasi dilakukan pada masing-masing masalah keperawatan yang
dialami Tn.M. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik teratasi sebagian, karena pasien masih mengalami nyeri dengan
skala 2 namun pasien sudah bisa mengontrol rasa nyeri secara mandiri
dengan menerapkan terapi murottal al-qur’an (Q.S Ar-rahman).
6 Poltekkes Kemenkes
65
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M.Djamil Padang
Disarankan kepada perawat melalui Direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang
di Ruangan Trauma Center untuk menggunakan Terapi Murottal Al-
Qur’an sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi nyeri pada pasien
fraktur.
2. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Disarankan kepada mahasiswa keperawatan untuk menggunakan hasil
dari penelitian ini yaitu pemberian Terapi Murottal Al-Qur’an untuk
mengatasi rasa nyeri.
3. Peneliti Selanjutnya
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut
mengenai efektivitas Terapi Murottal Al-Qur’an untuk mengurangi rasa
nyeri yang dialami oleh pasien.
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA
Aini, L., & Reskita, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Penurunan Nyeri pada Pasein Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2),
262-266.
Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Anggraeni & Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika.
Aniza, M. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri pada
Pasien Kanker Payudara di Ruang Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2019.
Atoilah, E.M & Engkus, K. (2013). Askep pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia.
Budiono, & Sumirah. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Medika.
Ghazy, F. H. Al. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Hadirman, & Shigemi. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klarifikasi
2015-2017 Edisi 10. Egg.
Hariyanto, A., & Rini. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1 Dengan
Diagnosis Nanda Internasional. Ar-Ruzz Media.
Heru. (2008). Ruqiah Syar’I Berlandaskan kearifan lokal.
Hidayat, A. A. A. & Musrifatul. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2 Buku 1. Salemba Medika.
Hidayat, A. A. A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika.
Insani, T. H., & Rokhanawati, D. (2014). Pengaruh Alunan Asmaul Husna
Terhadap Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Siswi Madrasah
Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014.
digilib.unisayogya.ac.id.
Kartika, I. (2017). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan Dan Pengolahan
Data Statistik. Trans Info Media.
Kasiati, N., & Rosmalawati, N. Wayan Dwi. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 Buku 1. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia: Pusdik SDM Kesehatan.
Lukman & Ningsih. (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Selemba Medika.
Maharani, Nadya. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Pada Pasien Fraktur di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil
Padang.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Salemba Medika.
6 Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Syah, B. Yan, Budi, D., & Khodijah. (2018). Pengaruh Murottal AL-Qur’an
terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post ORIF Ekstremitas di RSUD
Soesilo Slawi Kabupaten Tegal. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan
Orthopedi), 2(2), 26-30.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. DPP PPNI.
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI.
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Wahyuni, S. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada
Pasien Fraktur Di Ruang Nuri Rs Tk. Iii Dr. Reksodiwiryo Padang.
Wijaya, Andra Wijaya, & Yessie. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Nuha Medika.
Wulandini, P., Roza, A., & Safitri, S. R. (2018). Efektifitas Terapi Asmaul Husna
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Rsud Provinsi
Riau. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(2), 375-
382.
Poltekkes Kemenkes
LAMPIRAN
Lampiran 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300 PADANG 25146
2. Identifikasi Penanggung
jawab Nama : Tn. A
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Dadok Tunggul Hitam Koto Tangah
Hubungan : Ayah Kandung
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama Masuk : Pasien datang ke RSUP Dr. M.Djamil Padang
melalui IGD pada tanggal 01 Maret 2022
pukul 17.55 WIB rujukan dari Puskesmas
Agam. Pasien masuk rumah sakit karena
kecelakaan sepeda motor yang dikendarai
oleh pasien sendiri. Pasien mengalami fraktur
tibia pada tungkai kanan serta terdapat luka
terbuka di tungkai kanan bawah, dan luka
robek di kaki kanan. Pasien mengeluhkan
nyeri pada area fraktur dan nyeri pada
lukanya.
c. Riwayat Kesehatan
Keluarga
: Keluarga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit serupa
seperti yang diderita oleh pasien. Tidak ada
riwayat keluarga yang mengalami kanker
tulang.
5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat : Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan lauk pauk, sayur,
dan buah. Pasien menghabiskan porsi makanannya.
Sakit : Pasien mendapat diit berupa nasi lunak, habis setengah porsi
saja.
b. Minum
Sehat : Pasien mengatakan ia minum air mineral ± 6-7 gelas per hari.
Sakit : Pasien mengatakan hanya sedikit minum air yaitu sekitar 4-5
gelas per hari.
c. Tidur
Sehat : Pasien mengatakan tertidur ± 8 jam per hari.
Sakit : Pasien mengatakan tidur kurang dari 6 jam per hari.
d. Mandi
Sehat : Pasien mengatakan mandi 2x sehari.
Sakit : Pasien mengatakan mandi 1x sehari ketika pagi hari dan
hanya di lap di tempat tidur dengan dibantu oleh perawat
dan keluarga pasien.
e. Eliminasi
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : KU sedang, kesadaran kompos mentis kooperatif,
GCS 15.
- TB / BB : 165 cm / 71 Kg
- Tekanan Darah : 130/81 mmHg
- Suhu : 37,1oC
- Nadi : 76 x/menit
- Pernapasan : 21 x/menit
- Rambut : Rambut berwarna hitam, rambut tampak bersih,
rambut tidak mudah rontok, dan kulit
kepala tampak bersih.
- Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran
baik, tidak ada pembengkakan.
- Mata : Penglihatan kiri dan kanan baik, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
- Hidung : Hidung simetris, tampak bersih, tidak ada
pembengkakan, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
- Mulut : Mukosa bibir lembab.
- Leher : Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid.
- Toraks : I = Simetris kiri dan kanan
P = Fremitus kiri dan
kanan P = Sonor di kedua
paru
A = Vesikular kiri dan kanan
7. Data Psikologis
Status Emosional : Pasien mampu mengontrol emosinya dengan
baik, mampu berkomunikasi secara terbuka,
dan tampak tenang saat dilakukan
pengkajian keperawatan.
Nilai Rujukan
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Pria Wanita
01 Maret HEMATOLOGI
2022 Hemoglobin 13.8 g/dL 14-18 12-16
Leukosit 16.72 103/mm3 5.000-10.000 5.000-10.000
Trombosit 405 103/mm3 150-400 150-400
Hematokrit 40 % 40-48 37-43
Eritrosit 4.83 106/µL 4,5-5,5 4,0-4,5
HEMOSTATIS
APTT 24.3 detik 29,7 39,5
PT 10.3 detik 9,4 12,8
KIMIA KLINIK
Total Protein 7.5 g/dL 6.6-8.7 6.6-8.7
Albumin 4.4 g/dL 3.8-5.0 3.8-5.0
Globulin 3.1 g/dL 1.3-2.7 1.3-2.7
SGOT 46 U/L <38 <32
SGPT 85 U/L <41 <41
Ureum Darah 17 mg/dL 10-50 10-50
Kreatinin Darah 1.0 mg/dL 0,5-1,5 0,5-1,5
Gula Darah Sewaktu 126 mg/dL 50-200 50-200
ELEKTROLIT
Natrium 140 mmol/L 135-153 135-153
Kalium 4.6 mmol/L 35-51 35-51
Klorida 107 mmol/L 98-109 98-109
1. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
2. Ranitidin 2 x 50 mg IV
3. Ketorolac 3 x 30 mg IV
NAMA : Tn. M
PASIEN NO. :
Tanggal Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan
Muncul Teratasi
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
1. 01 Maret 2022 06 Maret 2022
Pencedera Fisik (Trauma)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
Terapi Murottal Al-Qur’an
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi aspek yang akan
difokuskan dalam terapi
(mis. relaksasi pengurangan
nyeri).
2. Identifikasi jenis terapi yang
digunakan ber-dasarkan keadaan
dan kemampuan pasien dalam
mendengarkan atau membaca
Al-Qur’an.
3. Identifikasi media
yang digunakan.
4. Identifikasi lama dan durasi
pemberian sesuai dengan
kondisi pasien.
5. Monitor perubahan
yang difokuskan.
Terapeutik
1. Posisikan dalam posisi
dan lingkungan yang
nyaman.
2. Batasi rangsangan eksternal
selama terapi dilakukan
(mis. suara, pengunjung,
panggilan telepon).
3. Yakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien.
4. Putar rekaman yang telah
ditetapkan (Surat Ar-
Rahman).
5. Dampingi selama membaca Al-
Qur’an, jika perlu.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
manfaat terapi.
2. Anjurkan memusatkan
perhatian dan pikiran pada
lantunan ayat suci Al-Qur’an.
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Mobilitas intervensi Tindakan :
Fisik keperawatan Observasi
berhubungan 1. Identifikasi adanya nyeri
diharapkan Mobilitas
dengan atau keluhan fisik lainnya.
Kerusakan Fisik meningkat,
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi
Integritas fisik melakukan
Struktur 1. Pergerakan
pergerakan.
Tulang ekstremitas
3. Monitor frekuensi jantung dan
meningkat.
tekanan darah sebelum memulai
2. Kekuatan otot
mobilisasi.
meningkat.
4. Monitor kondisi umum
3. Rentang gerak
selama melakukan mobilisasi.
(ROM)
meningkat. Terapeutik
4. Nyeri menurun. 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
5. Kecemasan dengan alat bantu (mis.
menurun. pagar tempat tidur).
6. Gerakan terbatas 2. Fasilitasi melakukan
menurun. pergerakan, jika perlu.
7. Kelemahan 3. Libatkan keluarga untuk
fisik menurun. membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Setelah dilakukan Edukasi
intervensi 1. Jelaskan tujuan dan
keperawatan prosedur mobilisasi.
diharapkan 2. Anjurkan melakukan mobilisasi
Koordinasi dini.
Pergerakan 3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
meningkat, dengan
dilakukan (mis. duduk di
kriteria hasil: tempat tidur).
1. Kekuatan otot.
meningkat
2. Kontrol gerakan
meningkat. Dukungan Perawatan
3. Keseimbangan
Diri Tindakan :
gerakan
meningkat. Observasi
1. Identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri sesuai
dengan usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan.
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
terapeutik (misal suasana
hangat, rileks, privasi).
2. Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri.
3. Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri.
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi
Hari/ Diagnosa Implementasi
Keperawatan
Tanggal Keperawatan Keperawatan
(SOAP)
Rabu/02 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien
Maret berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, berkurang setelah
Pencedera intensitas dan skala dari mencoba menarik
Fisik nyeri yang dirasakan napas dalam, nyeri
(Trauma) pasien. terasa ngilu dan
Respon: pasien berdenyut-denyut,
mengatakan nyeri pada skala nyeri 4, nyeri
tungkai kanan hilang timbul,
bawahnya akibat dengan durasi
fraktur, nyeri terasa sekitar 5 menit.
ngilu dan berdenyut-
denyut, skala nyeri 5, O: Skala nyeri 5,
durasi nyeri setelah diajarkan
berlangsung sekitar 5 teknik napas dalam
menit, nyeri hilang turun menjadi skala
timbul. nyeri 4, pasien
2. Mengidentifikasi tampak meringis
skala nyeri dan tampak berhati-
Respon: skala nyeri hati saat menyentuh
yang dirasakan bagian fraktur,
pasien skala nyeri 5. wajah pasien
3. Mengidentifikasi tampak tegang,
respon nyeri non pasien tampak fokus
verbal Respon: terjadi pada diri sendiri.
peningkatan denyut
nadi (N : 76 x/menit A: Masalah belum
meningkat menjadi 111 teratasi, dengan
x/menit) dan kriteria hasil:
peningkatan tekanan a. Keluhan nyeri
darah (TD : 140/90 masih ada
mmHg). b. Meringis masih
4. Mengidentifikasi ada
faktor yang c. Sikap protektif
memperberat hingga masih ada.
meringankan nyeri,
dan respon nyeri non P: Intervensi
verbal pasien. Respon: dilanjutkan.
pasien mengeluh nyeri a. Terapi relaksasi
bertambah kuat ketika napas dalam
suasana di ruangan
bising, pasien bisa
merasa rileks apabila
suasana di ruangan
hening. Pasien
tampak meringis.
5. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam,
dengan cara
menjelaskan kepada
pasien tentang
manfaat teknik
relaksasi napas dalam
dan juga bagaimana
tata cara melakukan
teknik relaksasi napas
dalam. Respon: nyeri
pasien berkurang dari
skala 5 menjadi skala
4
6. Memonitor berapa
kali nyeri yang timbul
dalam sehari.
Respon: Pasien
mengatakan bahwa
nyeri timbul apabila
perawat ruangan belum
memberikan obat
antinyeri, pasien
mengatakan sejak pagi
nyeri timbul 1x.
7. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
8. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Terjadi
peningkatan frekuensi
nadi pada saat terjadi
serangan nyeri pada
pasien, yaitu awalnya
76x/menit meningkat
menjadi 111x/menit.
Rabu/02 Gangguan 1. Mengidentifikasi S: Pasien
Maret Mobilitas adanya nyeri, keluhan mengatakan
2022 Fisik fisik, dan toleransi badannya terasa
berhubungan fisik dalam melakukan lemas tidak
dengan pergerakan. bertenaga, pasien
Kerusakan Respon: Pasien merasa lemah saat
Integritas mengatakan nyeri di menggerakkan kaki
Struktur daerah fraktur apabila dan tangannya yang
Tulang digerakkan, pasien tidak fraktur. Pasien
mengatakan belum mengatakan belum
bisa duduk dan hanya mampu berganti
bisa berbaring di posisi dan hanya
tempat tidur saja, bisa berbaring di
semua aktivitas tempat tidur saja.
dilakukan di atas
tempat tidur. O: Pasien tampak
2. Mengidentifikasi berhati-hati saat
kemampuan aktivitas menggerakkan kaki
perawatan diri pasien dan tangannya,
secara mandiri. wajah pasien
Respon: Pasien tampak tegang,
tampak belum mampu pasien tampak
melakukan perawatan belum mampu
diri mandi, makan, merawat diri secara
berpakaian, berhias mandiri
secara mandiri,
perawatan diri pasien A: Masalah belum
dibantu oleh keluarga teratasi, dengan
dan perawat. kriteria hasil:
a. Pergerakan
ekstremitas
masih terbatas
b. Kelemahan
fisik masih ada
c. Nyeri masih
ada
d. Pasien belum
mampu
melakukan
aktivitas secara
mandiri
P: Intervensi
dilanjutkan
a. Mobilisasi dini
dan berganti
posisi
Kamis/03 Nyeri Akut 1. Mengidentifikasi lokasi, S: Pasien
Maret berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan nyeri
2022 dengan Agen frekuensi, kualitas, sudah berkurang
Pencedera intensitas dan skala dari setelah melakukan
Fisik nyeri yang dirasakan teknik relaksasi
(Trauma) pasien. napas dalam, nyeri
Respon: Pasien terasa ngilu dan
mengatakan nyeri pada berdenyut-denyut,
tungkai kanan skala nyeri 4, durasi
bawahnya akibat nyeri berlangsung
fraktur, nyeri terasa sekitar 5 menit,
ngilu dan berdenyut- nyeri hilang timbul.
denyut, skala nyeri 5,
durasi nyeri O: Skala nyeri 5
berlangsung sekitar 5 mengalami
menit, nyeri hilang penurunan menjadi
timbul. skala 4 setelah
2. Melakukan kontrol melakukan teknik
lingkungan yang relaksasi napas
memperberat rasa dalam, wajah pasien
nyeri yang dirasakan tampak gelisah dan
pasien. Respon: Pasien tegang, pasien
mengeluh suasana tampak risih karena
ruangan yang bising suasana bising.
membuat nyeri pada
daerah fraktur terasa A: Masalah belum
bertambah kuat. teratasi, dengan
3. Menganjurkan teknik kriteria hasil:
relaksasi napas dalam a. Keluhan nyeri
untuk mengurangi nyeri masih ada
dan mengajurkan b. Meringis masih
memonitor nyeri secara ada
mandiri. c. Sikap protektif
Respon: Pasien masih ada.
mengatakan nyeri sudah
berkurang saat P: Intervensi
dilakukannya teknik dilanjutkan
relaksasi napas dalam, a. Teknik
dengan skala 4. relaksasi napas
4. Menjelaskan dalam
pentingnya dan b. Terapi murattal
memfasilitasi Al-Qur’an
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
Respon: Pasien
mengeluh terkadang ia
terbangun karena
nyeri tiba-tiba datang.
5. Menganjurkan pasien
untuk sering
mengulangi teknik
relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan.
Respon: Pasien
menerima arahan dan
menerapkan teknik
relaksasi napas dalam.
6. Memonitor berapa
kali nyeri yang timbul
dalam sehari.
Respon: Pasien
mengatakan bahwa
nyeri 2x sejak pagi
hari.
9. Memantau obat
antinyeri yang
digunakan.
Respon: Obat antinyeri
yang digunakan adalah
Ketorolac.
10. Mengukur nadi saat
terjadi serangan nyeri
Respon: Frekuensi
nadi 90x/menit.
Kamis/03 Gangguan 1. Membantu pasien S: Pasien mengeluh
Maret Mobilitas melakukan mobilisasi badannya tidak
2022 Fisik dini dengan bertenaga, pasien
berhubungan menggerakan kedua mengatakan tidak
dengan tangan dan kaki kiri bertenaga
Kerusakan yang tidak fraktur menggerakkan kaki
Integritas Respon: Pasien dan tangannya yang
Struktur mengikuti instruksi tidak fraktur.
Tulang dan juga dibantu oleh
keluarga untuk O: Pasien tampak
menggerakkan susah menggerak-
badannya, pasien kan badannya.
tampak merintih saat
berganti posisi. A: Masalah belum
2. Melibatkan keluarga teratasi, dengan
untuk membantu pasien kriteria hasil:
dalam meningkatkan a. Pasien belum
pergerakan mampu
Respon: Keluarga melakukan
mengikuti instruksi aktivtas secara
yang diberikan mandiri.
oleh perawat.
P: Intervensi
dilanjutkan
a. Mobilisasi dini
dan berganti
posisi.
P: Intervensi
dilanjutkan
a. Mobilisasi dan
berganti posisi