0% found this document useful (0 votes)
67 views54 pages

Proposal Penelitian

Pengaruh cuka sari apel (apple cider vinegar) terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan

Uploaded by

alalamsyah648
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
67 views54 pages

Proposal Penelitian

Pengaruh cuka sari apel (apple cider vinegar) terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan

Uploaded by

alalamsyah648
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 54

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KONSUMSI CUKA SARI APEL (APPLE CIDER VINEGAR)


TERHADAP PENURUNAN GEJALA GASTROESOPHAGEAL REFLUX
DISEASE (GERD) PADA MAHASISWA KESEHATAN

HARTINUS ALIF ALAMSYAH


213210075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2024
PENGARUH KONSUMSI CUKA SARI APEL (APPLE CIDER VINEGAR)
TERHADAP PENURUNAN GEJALA GASTROESOPHAGEAL REFLUX
DISEASE (GERD) PADA MAHASISWA KESEHATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang

HARTINUS ALIF ALAMSYAH


213210075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2024
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kronis yang dikenal sebagai penyakit

Gastroesofageal Reflux Disease (GERD) disebabkan oleh refluks asam

lambung kembali ke kerongkongan, sehingga mengiritasi lapisan

kerongkongan. Mahasiswa kesehatan sering menderita penyakit ini

karena mereka sering memiliki kehidupan yang tidak sehat seperti pola

makan yang tidak teratur dan banyak mengonsumsi makanan cepat

saji. Selain itu, GERD juga bisa disebabkan oleh stres terkait sekolah

dan pola tidur yang tidak normal. Berdasarkan data dari studi terbaru,

prevalensi GERD pada populasi umum di Indonesia terus meningkat,

termasuk di kalangan mahasiswa (Indrayani, L. & Putra, A. A. 2019).

Hal ini sangat memprihatinkan karena banyak mahasiswa,

khususnya mahasiswa kesehatan, menderita penyakit

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Hal ini berkaitan dengan

gaya hidup yang tidak menentu, pemicu stres, kebiasaan makan yang

tidak tepat, dan tekanan akademis yang dihadapi mahasiswa.

Berdasarkan penelitian Kariri et al (2020), menunjukkan bahwa GERD

mempengaruhi 10% hingga 20% individu di negara barat, dengan

prevalensi yang relatif lebih rendah 5% pada orang Asia. Adapun di

India menunjukkan prevalensi GERD sebesar 7,6%-18,7%. Prevalensi

GERD di Amerika Serikat 15%, Inggris 21%, Australia 10,4%, China


7,28%, Jepang 6,60%, Malaysia 38,8%,Singapura 1,6% dan Menurut

Bethania, et al (2022). Di Indonesia sebanyak 27,4%. Meskipun

temuan beberapa penelitian tidak konsisten, prevalensi GERD di jawa

timur umumnya berkisar antara 10%-35% (Dinkes Jatim, 2022).

Mahasiswa kesehatan sering kali terkena penyakit

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) akibat pola makan yang

buruk dan gaya hidup yang tidak teratur. Mahasiswa yang sibuk sering

melewatkan waktu makan atau memesan makanan cepat saji yang

berminyak dan tinggi lemak, yang merupakan dua penyebab utama

GERD. Selain itu, mengonsumsi makanan pedas dan rutin minum kopi

memperparah produksi asam lambung yang berlebihan. Sfingter

esofagus bagian bawah dapat melemah akibat kebiasaan tidur yang

tidak teratur dan tingginya tingkat stres yang disebabkan oleh tekanan

skolastik, yang dapat menyebabkan rasa terbakar atau nyeri saat asam

lambung naik kekerongkongan. Mahasiswa sering kali mengabaikan

tanda-tanda awal GERD, yang jika tidak ditangani, dapat

memperburuk masalah kesehatan yang lebih serius (Ida Royani, et al.

2024).

Obat alami yang populer untuk sejumlah penyakit, termasuk

masalah pencernaan seperti GERD, adalah cuka sari apel. Cuka sari

apel sendiri banyak mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat

bagi kesehatan, salah satunya yaitu asam asetat, yang dikatakan dapat

membantu mengatur pH lambung dan meningkatkan sistem


pencernaan. Dengan meningkatkan keasaman lambung dan mencegah

asam lambung naik ke kerongkongan, menurut beberapa penelitian

cuka sari apel mungkin dapat mengurangi gejala naiknya asam

lambung (Dwijayanti, R., et al. 2020). Sebuah studi klinis

menunjukkan bahwa mengonsumsi cuka sari apel secara teratur dapat

membantu mengurangi gejala GERD ringan hingga sedang, terutama

bila dipadukan dengan modifikasi gaya hidup sehat lainnya seperti

menghindari makanan pemicu dan menjalankan pola makan teratur

(Purnomo, B. H., & Wulandari, F. 2023).

Mahasiswa kesehatan mungkin lebih mudah menerima pilihan

pengobatan alami seperti cuka sari apel karena mereka sering memiliki

akses terhadap materi yang berhubungan dengan kesehatan. Penting

untuk mengamati respons mereka terhadap pengobatan ini dan

menentukan apakah pengobatan ini secara signifikan mengurangi

gejala GERD pada demografi tertentu. Penelitian ini penting karena

menawarkan dukungan empiris terhadap kemanjuran cuka sari apel

sebagai pengobatan tambahan atau alternatif untuk GERD (Mohamed

Baklola, et al. 2023).

Penelitian ini diperkirakan akan memberikan dampak besar

karena meningkatnya kejadian GERD dan kurangnya pengetahuan

tentang terapi alternatif. Jika terbukti bermanfaat, cuka sari apel dapat

memberikan pengobatan yang lebih murah dan nyaman bagi

mahasiswa.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul pengaruh konsumsi cuka sari apel (apple

cider vinegar) terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh konsumsi cuka sari apel (apple cider vinegar)

terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

pada mahasiswa kesehatan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis pengaruh konsumsi cuka sari apel (apple cider

vinegar) terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan sebelum diberikan

konsumsi cuka sari apel (apple cider vinegar).

2. Mengidentifikasi penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan sesudah diberikan

konsumsi cuka sari apel (apple cider vinegar).


3. Menganalisis pengaruh konsumsi cuka sari apel (apple cider

vinegar) terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan.

4. Menganalisis perbedaan kelompok kontrol dan kelompok

intervensi pada pengaruh konsumsi cuka sari apel (apple cider

vinegar) terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

manfaat penggunaan cuka sari apel untuk mengurangi gejala

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) secara alami atau non-

farmakologis, khususnya pada mahasiswa kesehatan.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan

tentang penatalaksanaan GERD non-farmakologis yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi tenaga kesehatan

Memberikan pemikiran kepada pasien tentang pengobatan

secara alami, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok

berisiko tinggi seperti mahasiswa kesehatan.


3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi panduan dan acuan bagi penelitian

selanjutnya mengenai penatalaksanaan GERD non-

farmakologis.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

2.1.1 Definisi

Penyakit kronis yang dikenal sebagai penyakit refluks

gastroesofageal (GERD) ditandai dengan naiknya asam lambung

atau isi lambung lainnya ke kerongkongan, sehingga mengiritasi

lapisan kerongkongan. Banyak gejala, termasuk dispepsia, nyeri

dada, regurgitasi, dan mulas, mungkin disebabkan oleh penyakit ini.

Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh konsensus Montreal,

penyakit refluks gastroesofagus (GERD) ditandai dengan aliran balik

isi lambung ke kerongkongan, sehingga menimbulkan gejala atau

masalah yang berdampak negatif pada kualitas hidup pasien (Faris

Rizki Ardhan, et al. 2022).

Kondisi pencernaan yang dikenal sebagai penyakit

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang ditandai dengan

refluks, atau naiknya isi lambung kembali ke kerongkongan. Gejala

penyakit ini antara lain rasa terbakar di dada, regurgitasi asam, dan

mulas. Ketika katup sfingter esofagus bagian bawah (LES) tidak

berfungsi, asam lambung dapat naik ke kerongkongan dan

menyebabkan penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).

Ke kambuhan GERD juga dapat disebabkan oleh pola makan yang


tidak normal, yang tidak teratur, jumlah porsi, frekuensi, atau variasi.

Misalnya, mengonsumsi makanan panas, pedas, atau asam terlalu

sering dapat menyebabkan masalah perut dan peningkatan produksi

asam lambung (Aura Khansa Z.P, et al. 2023).

2.1.2 Tanda dan Gejala

Sakit maag dan regurgitasi adalah indikasi dan gejala umum

GERD. Regurgitasi adalah jenis refluks yang bermanifestasi sebagai

sensasi pahit dan asam di lidah dan terjadi segera setelah makan.

Sakit maag merupakan sensasi terbakar yang dapat menimbulkan

rasa nyeri dan tidak nyaman pada daerah epigastrium. Sakit maag,

sederhananya, biasa digambarkan sebagai rasa terbakar di dada yang

berasal dari ulu hati. Kedua Biasanya gejala ini menyerang tepat

setelah makan atau saat anda sedang berbaring. Kembung, mual, rasa

kenyang yang cepat, bersendawa, hipersalivasi, disfagia, dan

Odynophagia adalah tanda dan gejala GERD lainnya. Disfagia

biasanya disebabkan oleh striktur esofagus atau kanker Barrett.

Odysophagia, di sisi lain, atau rasa sakit saat menelan biasanya

disebabkan oleh ulserasi yang parah (Chen, Y, et al, 2023).

2.1.3 Etiologi
Refluks gastroesofageal berkembang sebagai akibat dari

beberapa kelainan fisiologis dan anatomi yang mempengaruhi

mekanisme antirefluks di lambung dan esofagus. Penyebab

patofisiologinya antara lain penurunan tonus Sfingter Esofagus


Bawah (LES), relaksasi sementara, dan penurunan resistensi mukosa

lambung terhadap bahan kimia agresif lainnya seperti tripin, pepsin,

dan empedu, serta faktor pengosongan lambung. Salah satu

penyebab utama penyakit refluks gastroesofageal (GERD) adalah

paparan asam lambung yang berkepanjangan, yang dapat

menyebabkan kematian sel, kerusakan mukosa, dan nekrosis. Empat

elemen utama yang menentukan kemungkinan penyakit refluks

gastroesofageal (GERD): penghalang anti-refluks, isi lambung,

proses pengosongan lambung dan pembersihan esofagus, dan (Aura

Khansa Z.P, et al. 2023).

Menurut Muhlis, 2020 mengatakan bahwa ada beberapa

faktor resiko yang menyebabkan terjadinya Gastroesophageal

Reflux Disease (GERD) yaitu sebagai berikut :

1. Berkurangnya tonus Sfingter Esofagus Bawah (LES).

2. Mengurangi pembuangan asam dari lumen esofagus.

3. Penurunan resistensi epitel esofagus.

4. Bahan refluks dinding esofagus memiliki pH kurang dari 2,

bersama dengan pepsin, garam empedu, dan HCL.

5. Kelainan pada lambung.

6. Pola makan yang tidak baik seperti makanan coklat, makanan

pedas, berlemak, asam, banyak garam, minuman berkarbonasi

dan berkafein, alkohol, merokok.


7. Obat-obatan yang mengganggu fungsi sfingter esofagus bagian

bawah, seperti progesteron, nitrat, penghambat saluran kalsium,

dan beberapa obat antikolinergik.

2.1.4 Epidemiologi GERD

Menurut penelitian, GERD menjadi lebih umum terjadi,

terutama pada pelajar yang menjalani gaya hidup tidak sehat

termasuk mengonsumsi makanan cepat saji dan makan tidak teratur.

Penelitian dari Asia Tenggara menunjukkan bahwa 15–25% populasi

umum menderita GERD (Lee & Kim, 2020). Stresor akademik dan

kebiasaan makan yang tidak seimbang berdampak pada prevalensi di

kalangan mahasiswa kesehatan (Huang, et al., 2021).

2.1.5 Patofisiologi
Gangguan yang dikenal sebagai penyakit refluks

gastroesofageal, atau disingkat GERD, disebabkan oleh refluks isi

lambung kembali ke kerongkongan. Karena rasa sakit yang timbul

saat keluarnya cairan asam, sering disebut dengan sakit maag.

Biasanya terbatas pada lambung, mencapai kerongkongan dan

mengiritasi atau membakar jaringan di sana. Penyebab utama

penyakit refluks gastroesofageal adalah peningkatan tekanan di

lambung dari esofagus atau melemahnya tonus sfingter esofagus,

yang biasanya terjadi setelah makan. Asam dari lambung masuk ke

kerongkongan melalui dua jalur ini. Sfingter esofagus, yang

merupakan wilayah dengan tonus otot yang meningkat dan bukan


sfingter sebenarnya, berkontraksi dalam keadaan normal, mencegah

isi lambung memasuki esofagus. Normalnya, sfingter ini hanya

terbuka sebagai respons terhadap bolus makanan yang dialirkan ke

tenggorokan melalui gelombang peristaltik. Hal ini menyebabkan

otot polos sfingter mengendur, memungkinkan makanan melewati

dan masuk ke lambung. Karena banyaknya organ di dalam rongga

perut, tekanan di dalam perut lebih tinggi daripada tekanan di dalam

rongga dada, oleh karena itu sfingter esofagus harus tetap tertutup

selama periode ini. Akibatnya, isi lambung cenderung terdorong naik

ke kerongkongan. Akan Tetapi sfingter tidak dapat menutup lambung

jika lemah atau tidak efektif. Tekanan yang tinggi akan

menyebabkan terjadinya refluks. Ada situasi ketika refluks dapat

terjadi meskipun tonus sfingter normal karena gradien tekanan yang

sangat tinggi melintasi sfingter. Berikan tekanan Sfingter esofagus

didorong ke dalam rongga dada oleh perut yang ditinggikan.

Akibatnya, perbedaan tekanan antara rongga perut dan

kerongkongan meningkat. Refluks Tempat juga bisa disebabkan oleh

posisi berbaring, terutama setelah makan. Isi refluks kerongkongan

menjadi iritasi pada lambung karena kandungan asamnya yang

tinggi. Meskipun ada sel-sel di kerongkongan yang menghasilkan

lendir, sel-sel tersebut dibandingkan dengan sel-sel lambung,

jumlahnya lebih sedikit dan kurang aktif (Muhlis, 2020).


2.1.6 Pemeriksaan penunjang
Menurut Herdiana, 2023 mengatakan bahwa ada 3

pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Endoskopi

Endoskopi saluran pencernaan bagian atas, yang

mengidentifikasi pecahnya mukosa di esofagus (refluks

esofagitis). Penyakit refluks non-erosif (NERD) adalah istilah

untuk suatu kondisi di mana endoskopi saluran cerna bagian atas

tidak menunjukkan adanya kerusakan mukosa pada pasien yang

menunjukkan gejala GERD klasik.

2. Esofagografi dengan barium

Pemeriksaan ini, terutama pada esofagitis ringan, kurang sensitif

dibandingkan endoskopi dan sering kali tidak menunjukkan

kelainan. Pada pencitraan radiologis penyakit yang lebih parah

mungkin menunjukkan ulkus, penyempitan lumen, penebalan

dinding, dan lipatan mukosa.

3. Monitoring pH 24 jam

Episode penyakit refluks esofagus menyebabkan esofagus bagian

distal menjadi asam. Mikroelektroda pH dimasukkan ke bagian

distal esofagus memungkinkan pemantauan dan pencatatan

kejadian ini. Refluks lambung dapat dikonfirmasi atau disangkal

dengan mengukur pH esofagus distal. Jika pH kurang dari 4 dan


LES berada 5 cm di atas permukaan, hal ini dianggap sebagai

tanda refluks gastroesofageal.

2.1.7 Penatalaksanaan

Sejumlah penyelidikan telah menunjukkan bahwa terdapat

reaksi untuk memperbaiki lesi organik (esofagitis) sebagai respons

terhadap perbaikan gejala. Hal ini tampaknya lebih bermanfaat bagi

pasien dan merupakan cara yang sangat baik untuk menangani gejala

GERD. Obat-obatan berikut tersedia untuk digunakan dalam terapi

medis untuk GERD :

1. Antasid. Meskipun gejala GERD dapat dihilangkan secara efektif

dan aman dengan obat golongan ini, lesi esofagitis tidak dapat

disembuhkan. Obat ini dapat meningkatkan tekanan penurun

sfingter esofagus selain bertindak sebagai penyangga terhadap

asam klorida. Kelompok obat ini memiliki beberapa kelemahan,

termasuk rasa yang kurang enak, potensi menyebabkan diare

(terutama dengan produk yang mengandung magnesium) dan

sembelit (terutama dengan antasida yang mengandung

aluminium), dan penggunaan yang sangat terbatas pada pasien

dengan gangguan fungsi ginjal.

2. Antagonis reseptor H2. Cimetidine, ranitidine, famotidine, dan

nizatidine termasuk obat-obatan di kelas ini. Memberikan obat-

obatan golongan ini dengan dosis dua kali lebih tinggi dari
jumlah terapi maag dapat secara efektif mengobati penyakit

refluks gastroesofagus dengan menekan sekresi asam. Kolektif

Hanya kasus esofagitis ringan hingga berat yang berhasil diobati

dengan obat ini tanpa efek samping.

3. Obat prokinetik. Karena GERD lebih cenderung merupakan

gangguan motilitas, obat ini secara teori paling cocok untuk

mengatasi kondisi tersebut. Namun kenyataannya, pengobatan

GERD sangat bergantung pada pengurangan sekresi asam.

4. Metoklopramid. Obat ini berfungsi dengan memblokir reseptor

dopamin. Obat ini tidak terlalu membantu dalam meredakan

gejala, dan tidak membantu menyembuhkan lesi esofagus kecuali

jika digunakan bersamaan dengan penghambat pompa proton

atau antagonis reseptor H2. Hal ini dapat berdampak pada sistem

saraf pusat, seperti mengantuk, pusing, agitasi, gemetar, dan

diskinesia, karena melintasi sawar darah otak.

5. Domperidone. Sebagai antagonis reseptor dopamin yang tidak

melewati sawar darah otak, golongan obat ini memiliki efek

samping yang lebih sedikit dibandingkan metoklopramid.

Meskipun laporan mengenai kemanjuran obat golongan ini

dalam menyembuhkan lesi esofagus dan mengurangi gejala

hanya sedikit, obat ini diketahui dapat mempercepat

pengosongan lambung dan meningkatkan tonus LES.


6. Cisapride. Obat ini meningkatkan tekanan tonus LES dan

mempercepat pengosongan lambung karena merupakan

antagonis reseptor 5 HT4. Obat ini bekerja lebih baik daripada

domperidone dalam menyembuhkan lesi esofagus dan

menghilangkan rasa tidak nyaman.

7. Sukralfat (Aluminium hidroksida ditambah sukrosa oktasulfat).

Berbeda dengan antasida dan penekan sekresi asam, obat ini

tidak langsung menetralkan asam lambung. Obat ini berfungsi

dengan memperkuat pertahanan mukosa esofagus terhadap asam

klorida (HCl) dan mengikat pepsin serta garam empedu.

Mengingat kelompok obat ini bekerja secara topikal (melalui

sitoproteksi), obat ini cukup aman.

8. Inhibitor pompa proton (PPI). Untuk pengobatan GERD,

kelompok obat ini adalah pilihan yang lebih disukai. Golongan

obat ini secara langsung mempengaruhi pompa proton sel

parietal melalui kerja enzim H, K ATP-ase, yang dianggap

sebagai langkah terakhir dalam produksi asam lambung.

Bahkan dalam kasus esofagitis erosif yang parah dan dalam

kasus di mana pasien tidak responsif terhadap kelompok antagonis

reseptor H2, obat-obatan ini sangat membantu dalam

menyembuhkan gejala dan memperbaiki lesi esofagus. Biasanya,

pengobatan pertama berlangsung enam sampai delapan minggu.

Kemudian, tergantung pada tingkat keparahan esofagitis, baik terapi


sesuai permintaan atau dosis pemeliharaan (maintenance terapi)

selama empat bulan (Muhlis, 2020).

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi dari GERD terdiri atas komplikasi esofagus dan

ekstra esofagus. Komplikasi di esofagus yang dapat ditemukan

berupa perdarahan, striktur, perforasi, Barret’s esophagus (BE), dan

kanker esofagus. Sedangkan, komplikasi di luar esofagus meliputi

sakit tenggorokan, tonsilofaringitis, sinusitis, laringitis, karies dentis,

pneumonia, dan asma bronkial.

2.2 Konsep Cuka Sari Apel

2.2.1 Definisi apel

Apel termasuk dalam famili tanaman buah pomaceous

Rosaceae, khususnya spesies Malus domestica. Meski Indonesia

bukan di wilayah sub tropis, Namun Indonesia telah menghasilkan

tanaman apel di beberapa daerah yang ketinggiannya lebih dari 900

meter di atas permukaan laut. Salah satu wilayah perkebunan apel

terbesar di Indonesia terdapat di wilayah Jawa Timur yang meliputi

wilayah Malang dan Batu. Warna kulit buah apel bermacam-macam,

antara lain merah marun, merah kekuningan, hijau, hijau

kekuningan, dan hijau kemerahan. Buah apel hijau ada berbagai

macam jenisnya, seperti apel manalagi hijau dan manalagi. Apel

manalagi memiliki rasa nikmat dan bau yang harum. Buah apel
manalagi mempunyai bentuk bulat dan kulit buahnya berwarna

kuning kehijauan, namun jika dibiarkan tetap hijau. Buah apel

manalagi memiliki berat masing-masing antara 75 hingga 100 gram

dan memiliki diameter 5 hingga 7 cm. Apel dari manalagi rata-rata

keluaran per pohonnya dapat dipetik sekitar 114 hari setelah

bunganya mekar dan beratnya sekitar 75 kilogram per musim (Isfi

Hanifatul U, 2023).

Gambar 2.1 Gambar buah apel


(https://www.istockphoto.com/id/foto-foto/apel)
Allah menciptakan apel dengan berbagai macam rasa,

bentuk, dan aroma. Bisa juga dimakan langsung atau dimasak

terlebih dahulu. Selain itu, pohon apel memiliki bentuk seperti

pohon berkayu. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-Anam (6): 141:

۞ ‫َوُهَواَّلِذْٓي َاْنَشَاَجّٰنٍت َّمْعُرْوٰشٍت َّوَغْيَر َمْعُرْوٰشٍت َّوالَّنْخَل َوالَّزْرَع ُمْخَتِلًفاُاُكُلٗهَوالَّزْيُتْوَنَوالُّرَّماَن‬

‫ٖۖهٖۖه َواَل ُتْسِرُفْوۗاۗاِاَّنٗه اَل ُيِحُّب‬


‫ٍۗه ٖٓه ُكُلْواِمْنَثَمِرٖٓه ِاَذٓاَاْثَمَر َوٰاُتْواَحَّقٗهَيْوَمَحَصاِد‬
‫ُمَتَشاِبًهاَّوَغْيَرُمَتَشاِب ٍۗه‬

‫اْلُمْسِرِفْيَۙن َۙن‬

Artinya :” Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang

berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman


yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa

(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari

buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan

tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan

kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Menurut Shihab dalam Isfi Hanifatul U, (2023) Q.S. al-Anam

(6): 141 adalah menggambarkan betapa besar nikmat yang diberikan

oleh Allah, salah satu adalah buah zaitun. Terdapat persamaan dan

perbedaan antara buah zaitun dan buah delima. Aspek yang

diperhatikan oleh Shihab dalam ayat ini meliputi bentuk, warna dan

rasa. Dan Allah juga menciptakan buah-buahan yang menyerupai

zaitun dan delima seperti bentuk dan warna, tetapi tidak sama dalam

hal rasa. Salah satu buah yang menyerupai zaitun dan delima adalah

buah apel. Buah apel dapat dimakan dan dimanfaatkan menjadi

beberapa produk olahan.

2.2.2 Kandungan nutrisi buah apel

Buah apel merupakan buah yang sangat populer di Indonesia

terutama di daerah Jawa Timur, tepatnya di Malang. Buah apel

sendiri mengandung bayak nutrisi yang bagus bagi kesehatan apabila

dikonsumsi setiap hari. Menurut Gramedia, 2023 kandungan nutrisi

yang terdapat pada buah apel adalah sebagai berikut :


Tabel 2.1 Kandungan nutrisi buah apel (Gramedia, 2023).
No Kandungan nutrisi Jumlah
1 Kalori 94,6 kckal
2 Air 156 gram
3 Natrium 1 mg
4 Karbohidrat 25,1 gram
5 Kalsium 6 mg
6 Gula 18,9 gram
7 Fosfor 20 mg
8 Magnesium 9,1 mg
9 VitaminC 8,37 mg
10 Kalium 195 mg
11 Beta karoten 49,1 mcg
12 Vitamin B6 dan Asam folat 5,46 mg

2.2.3 Definisi cuka sari apel

Sejak zaman kuno, orang-orang dari berbagai budaya telah

memanfaatkan cuka sari apel sebagai bahan alami dalam makanan

dan obat-obatan. Cuka sari apel terkenal dengan banyak manfaat

kesehatan dan kualitas terapeutiknya. Cuka sari apel sedang menjadi

topik hangat saat ini karena dapat digunakan untuk tujuan kosmetik

dan kondisi medis. Cuka sari apel dibuat dengan memfermentasi jus

apel dengan bantuan bakteri dan ragi. Melalui proses ini, kandungan

gula diubah menjadi alkohol, yang selanjutnya menjadi asam asetat.

Ada banyak manfaat kesehatan dari kandungan asam asetat ini

(Tresno Saras, 2023).

Cuka apel merupakan cairan fermentasi buah apel yang

difermentasikan oleh khamir dan bakteri asam asetat. Cuka apel


diolah dengan mengekstrak sari apel dan bertindak sebagai substrat

ketika proses fermentasi berlangsung. Sari buah apel akan diolah

oleh ragi menjadi alkohol dan alkohol akan diolah kembali oleh

bakteri menjadi cuka. Cuka apel mengandung senyawa fenolik yang

dapat bertindak sebagai antioksidan. Cuka apel mengandung asam

asetat yang membantu membunuh bakteri dan jamur yang bersarang

di saluran pencernaan. Selain itu, cuka apel juga mengandung pektin

yang merupakan jenis serat baik yang larut dalam air sehingga dapat

membantu penyerapan air, lemak, racun, dan kolesterol dari saluran

pencernaan dan membuang sisa makanan yang tidak diperlukan oleh

tubuh (Hilda Anggraini, 2022).

Gambar 2.2 Gambar cuka sari apel (healthychoice, 2023)

Cuka sari apel dibuat dengan memfermentasi jus apel dengan

bantuan bakteri menguntungkan dan ragi, yang pertama-tama

mengubah gula menjadi alkohol dan kemudian menghasilkan asam

asetat dan zat bioaktif lainnya (Kemenkes, 2024).


2.2.4 Kandungan nutrisi cuka sari apel

Cuka sari apel (Apple cider vinegar ) mengandung berbagai

senyawa yang bermanfaat, diantaranya : Asam asetat, Vitamin dan

Mineral, Asam Malat, Polifenol, Probiotik.

Tabel 2.2 Kandungan nutrisi cuka sari apel per 100 gram (USDA,
2019)
No Kandungan nutrisi Jumlah
1 Kalori 21 kcal
2 Natrium 5 mg
3 Kalium 73 mg
4 Karbohidrat 0,9 gram
5 Gula 0,4 gram
6 Zat besi 0,2 gram
7 Magnesium 5 mg
8 Kalsium 7 mg
9 Air 93,8 gram

2.2.5 Manfaat cuka sari apel

Menurut Biofarma, 2024 bahwasanya cuka sari apel memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan. Berikut ini beberapa diantaranya :

1. Mengatur kadar gula dalam darah.

2. Membantu menurunkan berat badan.

3. Membunuh kuman pada makanan.

4. Membantu menurunkan tekanan dalam.

5. Memberikan perlindungan pada sel tubuh.

6. Menyeimbangkan pH lambung dan mengurangi gejala GERD.

7. Meningkatkan kesehatan kulit .

8. Mencerahkan gigi.
2.2.6 Cara pembuatan cuka sari apel

Proses pembuatan cuka apel dimulai dengan

pemfermentasian sari apel. Apel segar dihancurkan atau diperas

untuk menghasilkan sari apel yang kemudian dibiarkan terkena

udara. Proses ini memungkinkan alami beragam mikroorganisme

yang terkandung di udara, termasuk bakteri asetobakter, untuk

mengubah gula dalam sari apel menjadi asam asetat melalui

fermentasi. Alkohol. Inilah yang memberikan rasa asam pada cuka

apel. Setelah fermentasi alkohol, proses berlanjut dengan

membiarkan sari apel dalam kondisi terbuka agar asam asetatnya

teroksidasi menjadi asam asetat yang lebih. Murni. Inilah yang

memberikan cuka apel warna kemasan dan aroma khasnya. Proses

ini membutuhkan waktu yang bervariasi tergantung pada suhu,

kelembapan, dan konsentrasi sari apel yang digunakan. Setelah

proses fermentasi selesai, cuka apel kemudian disaring untuk

menghilangkan sedimen dan dibiarkan matang untuk mencapai

tingkat keasaman yang diinginkan. Beberapa produsen memilih

untuk memasukkan “ibu cuka” atau cuka apel yang telah matang

sebelumnya ke dalam cuka apel yang baru untuk mempercepat

proses fermentasi dan memberikan kualitas yang konsisten (Tresno

saras, 2023).

Selain itu cara pembuatan cuka sari apel bisa dilakukan

dirumah juga. Sebelum mulai membuat, pastikan untuk selalu


menjaga kebersihan wadah dan bahan selama proses pembuatan

cuka sari apel. Cuci bersih seluruh bahan dan peralatan yang akan

digunakan. Siapkan bahan-bahan berikut ini untuk membuat cuka

sari apel dirumah :

1. 2 cangkir potongan apel (bias menggunakan seluruh bagian

buah).

2. 1 sendok makan madu atau gula.

3. 3 gelas air putih.

Cara membuat :

1. Masukan potongan apel, madu atau gula, air kedalam toples

kaca.

2. Aduk hingga madu atau gula larut.

3. Tutup toples dengan kain bersih, rapatkan dengan karet atau tali.

4. Letakkan ditempat gelap.

5. Sesekali aduklah rendaman apel secara teratur.

6. Setelah 3-4 minggu, buang potongan apel.

7. Simpan kembali air rendamannya hingga 3-4 minggu.

8. Cuka apel buatan sendiri siap digunakan.

Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui dalam cara membuat

cuka sari apel sendiri dirumah yaitu :

1. Menambahkan 1/4 gelas cuka sari apel yang sudah jadi akan

membantu proses pembuatan cuka lebih cepat.


2. Menggunakan gula lebih cepat dibandingkan madu.

3. Pastikan apel terendan sepenuhnya kedalam air. Jika ada bagian

yang tidak terendam, dikhawatirkan bias ditumbuhi jamur

(Healthy choice, 2022).

2.2.7 Kualitas cuka sari apel

Kualitas cuka apel yang baik dapat ditentukan oleh beberapa

faktor yang penting. Berikut adalah beberapa. Indikator kualitas cuka

apel yang perlu diperhatikan :

1. Bahan Baku Berkualitas Tinggi: Cuka apel terbaik. Dibuat dari

apel yang segar, matang, dan bebas dari bahan tambahan atau

pengawet. Pilihlah cuka apel yang terbuat dari apel organik yang

tidak terpapar pestisida atau bahan kimia lainnya. Bahan baku

yang berkualitas tinggi akan memberikan cuka apel yang lebih

alami dan kaya akan nutrisi.

2. Kadar Asam Asetat yang Optimal: Asam asetat adalah komponen

utama dalam cuka apel yang memberikan rasa asam dan manfaat

kesehatan. Kualitas cuka apel yang baik ditandai dengan kadar

asam asetat yang seimbang. Kadar asam asetat yang tinggi

menunjukkan kualitas yang baik, tetapi kadar yang terlalu tinggi

juga dapat menyebabkan rasa yang terlalu asam dan tidak enak.

3. Proses Fermentasi yang Baik: Proses fermentasi yang baik

merupakan kunci dalam menghasilkan cuka apel berkualitas.


Fermentasi yang tepat dan terkendali akan menghasilkan cuka

apel yang kaya akan enzim, vitamin, dan mineral. Proses

fermentasi yang lama dan alami akan membantu memperkaya

profil nutrisi cuka apel.

4. Kejernihan dan Warna: Cuka apel berkualitas baik memiliki

kejernihan yang baik dan warna yang cerah. Hindari cuka apel

yang keruh atau memiliki endapan yang berlebihan, karena hal

ini dapat menunjukkan adanya. Bahan tambahan atau kualitas

yang rendah.

5. Aroma yang Khas: Cuka apel yang berkualitas baik memiliki

aroma khas yang segar dan menyegarkan. Hindari cuka apel

yang memiliki aroma yang tidak alami atau terlalu tajam.

6. Sertifikasi dan Label: Pilihlah cuka apel yang memiliki

sertifikasi organik atau sertifikasi kualitas lainnya. Sertifikasi ini

menjamin bahwa cuka apel diproduksi dengan standar yang

tinggi dan tidak mengandung bahan. Tambahan yang merugikan.

Dengan memilih cuka apel yang berkualitas tinggi akan.

Mengoptimalkan manfaat yang diberikan oleh cuka apel untuk

kesehatan dan kecantikan pada diri kita (Tresno Saras, 2023).


2.3 Konsep Mahasiswa

2.3.1 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa adalah suatu individu yang sedang menuntut ilmu

di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Mahasiswa sendiri

dinilai memiliki tingkat intelektual yang tinggi, kecerdasan dalam

berfikir dan bertindak dengan cepat. Berfikir kritis dan kreatif

merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap pengembangan yang

usianya sekitar 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat dikategorikan

pada masa remaja akhir sampai dewasa awal. Dalam

perkembangannya, mahasiswa mengalami tahapan tertentu yang

disebut sebagai tahapan perkembangan dan setiap tahapan

perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi

oleh setiap mahasiswa agar tidak menghambat pada tahap

perkembangan selanjutnya. Tuntutan dan tugas perkembangan

mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang

terjadi pada beberapa aspek fungsional individu yaitu fisik,

psikologis dan sosial. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan

semakin banyak dan berat tanggung jawab yang perlu dilaksanakan

(Wenny Hulukati, et al. 2018).


2.3.2 Mahasiswa kesehatan

Mahasiswa kesehatan adalah individu yang sedang

menempuh pendidikan di institusi pendidikan tinggi yang

berhubungan dengan bidang kesehatan seperti : kedokteran,

keperawatan, farmasi, kesehatan masyarakat, fisioterapi, dan profesi

lainnya yang berhubungan layanan kesehatan. Mereka dilatih untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kopetensi yang

diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, baik dalam hal pencegahan, diagnosis, perawatan,

maupun rehabilitasi. Sebagai mahasiswa kesehatan mereka juga

diajarkan tentang prinsip etika kedokteran dan kesehatan serta

dilibatkan dalam praktik klinis untuk mengembangkan kemampuan

praktik yang sesuai dengan standar profesional (Reny Ayu D, et al.

2020). Menurut PDDikti, 2023 total lulusan mahasiswa kesehatan

berkisar sekitar 4.804.051 dengan persentase kelulusan 68,90%.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka konseptual

Faktor yang mempengaruhi


GERD :
1. Gaya hidup
2. Pola makan
3. Stres
4. Pola tidur
5. Penyakit penyerta Konsumsi cuka sari apel

Gerd adalah penyakit kronis


yang ditandai dengan Penurunan gejala GERD
naiknya asam lambung atau
isi lambung lainnya ke
kerongkongan.

Meningkat

Tetap

Menurun

Keterangan :

Variabel yang diteliti :

Variabel tidak diteliti :

Mempengaruhi :

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh konsumsi cuka sari apel


terhadap penurunan gejala GERD pada mahasiswa
kesehatan.
Diagram diatas menggambarkan pengaruh konsumsi cuka sari apel

(apple cider vinegar) terhadap penurunan gejala gastroesophageal

reflux disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan. Pengobatan gerd

dibagi menjadi 2 kategori yaitu farmakologi dan non-farmakologi.

Cuka sari apel sendiri termasuk dalam pengobatan non-farmakologi

yang diteliti dalam konteks ini. GERD sendiri dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang tidak diteliti seperti gaya hidup, pola makan,

stres, pola tidur, penyakit penyerta. Faktor penelitian ini adalah pada

potensi konsumsi cuka sari apel dalam menurunkan gejala gerd pada

mahasiswa kesehatan, yang dapat menghasilkan tiga kemungkinan

gejala menurun, tetap, meningkat.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu dugaan sementara yang merupakan konstru

penelitian terhadap masalah penelitian.

1. H0 : Tidak ada pengaruh cuka sari apel terhadap penurunan gejala

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa

kesehatan.

2. H1 : Ada pengaruh konsumsi cuka sari apel terhadap penurunan

gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa

kesehatan.
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

untuk menganalisis pengaruh cuka sari apel (apple cider vinegar)

terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

pada mahasiswa kesehatan.

4.2 Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi-eksperimen

dengan rancangan pretest-posttest control two group design. Desain ini

melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan

intervensi berupa konsumsi cuka sari apel dan kelompok kontrol yang

tidak diberikan intervensi. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah

intervensi untuk mengevaluasi perubahan gejala GERD.

Tabel 4.1 Design control group pre-test post-test

Pre-test Perlakuan Post-test


01 x 01
02 x 02

Keterangan :

X : pemberian perlakuan

01 : kelompok eksperimen

02 : kelompok kontrol
4.3 Waktu dan tempat penelitian

4.3.1 Waktu penelitian

Penelitian dimulai dari perencanaan penyusunan proposal sampai

dengan penyusunan laporan akhir dimulai bulan Agustus hingga

Januari 2024.

4.3.2 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Institut Teknologi Sains dan Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang. Hal dikarenakan mahasiswa di

ITSKes ICME Jombang memiliki potensi mengalami

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang disebabkan oleh

padatnya aktivitas mereka sehingga pola makan, pola tidur, dan

tekanan akademis yang tidak dapat diatasinya.

4.4 Populasi, sampel, dan sampling

4.4.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini sebanyak 44 mahasiswa kesehatan yang

mengalami gejala GERD.

4.4.2 Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan teknik random sampling dan

ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yaitu karakteristik

umum subyek penelitian dari suatu populasi yang akan diteliti.


Kriteria inklusi :

1. Mahasiswa kesehatan yang mengalami GERD.

2. Bersedia mengikuti penelitian selama jangka waktu yang

ditentukan.

3. Tidak sedang mengonsumsi obat GERD lainnya.

4. Berusia 18-24 tahun.

Kriteria ekslusi

1. Mahasiswa yang memiliki penyakit penyerta.

2. Mahasiswa yang sedang dalam pengobatan GERD.

Jumlah sampel dihitung menggunakan perhitungan sampel kuasi-

eksperimen, dengan rumus slovin 5% dan mendapatkan sampel

sebesar 40 mahasiswa kesehatan.

n = N/ 1+Nxe2

4.4.3 Teknik sampling

Metode pengambilan sampling adalah random sampling dimana

sampling diambil sesuai tujuan penelitian. Indikator yang digunakan

adalah dengan kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan sebanyak 40

mahasiswa yang memenuhi kriteria tersebut, berdasarkan

perhitungan besar sampel tersebut maka 40 mahasiswa akan

dijadikan sampel pada penelitian ini.


4.6 Identifikasi variabel

4.6.1 Variabel independen : Konsumsi cuka sari apel

4.6.2 Variabel dependen : Penurunan gejala Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD) diukur menggunakan GERD-Q Questinnaire.

4.7 Definisi operasional

Tabel 4.2 Definisi operasional penelitian pengaruh konsumsi cuka sari


apel terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux
Disease (GERD) pada mahasiswa kesehatan.

Variabel Definisi Parameter Alat Skal Skor


operasional ukur a
data
Variabel Cuka apel 1. Jumlah : Sendok - -
indepen merupakan masing- makan,
den cairan masing 3 logboo
konsums fermentasi sendok k
i cuka buah apel makan
sari apel yang dilarutka
difermentas n dengan
ikan oleh air / hari
khamir dan 2. Lama :
bakteri 7-14 hari
asam asetat 3. Bahan :
cuka sari
apel siap
minum
Variabel Kondisi Frekuensi Kuesio Ordi Skor
depende pencernaan dan ner nal GERD :
n yang intensitas GERD- 0 tidak
penurun dikenal gejala Q ada
an gejala sebagai GERD Questio gejala, 1
GERD penyakit sepert : nnaire gejala
Gastroesop 1. Nyeri ulu ringan, 2
hageal hati gejala
Reflux 2. Regurgit sedang, 3
Disease asi asam gejala
(GERD) 3. Rasa berat
yang terbakar
ditandai di
dengan tenggoro
refluks, kan
atau
naiknya isi
lambung
kembali ke
kerongkon
gan

4.8 Teknik pengumpulan dan analisis data

4.8.1 Alat dan bahan

1. Bahan yang digunakan yaitu cuka sari apel siap pakai dan air.

2. Alat yang digunakan yaitu sendok makan, gelas plastik, alat tulis,

kuesioner gejala GERD, stopwatch.

4.8.2 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah GERD-Q

Questionnaire, yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya,

digunakan untuk mengukur gejala GERD sebelum dan sesudah

intervensi.

4.8.3 Prosedur pengambilan data

1. Penelitian ini diawali dengan mengurus surat perijinan penelitian

kepada ITSKes ICME Jombang.

2. Mengajukan surat izin kepada pihak kampus.

3. Setelah itu pengumpulan responden dan menjelaskan tentang

penelitian yang akan di laksanakan, pengisian inform consent.


4. Mengobservasi kembali responden sebelum dan sesudah

melakukan terapi konsumsi cuka sari apel selama 14 hari setiap

pagi hari.

5. Setelah dievaluasi semua sampel selama 14 hari kemudian data

ditabulasi untuk mencari pengaruh konsumsi cuka sari apel

terhadap penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease

(GERD) pada mahasiswa kesehatan.

6. Dalam penelitian ini dana bersumber pada peneliti.

4.8.4 Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisa data sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal

mengenai karakteristik populasi penelitian dan gejala GERD

yang dialami responden. Data penelitian ini diperoleh dengan

cara membagikan kuesioner pre-test dan post-test pada

mahasiswa kesehatan.

2. Analisis Bivariat

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t-test

berpasangan untuk membandingkan rata-rata gejala GERD

sebelum dan setelah intervensi pada kelompok eksperimen. Uji t-

test independen digunakan untuk membandingkan penurunan

gejala GERD antara kelompok eksperimen dan kelompok


kontrol. Uji hipotesis untuk menentukan ada pengaruh yang

signifikan antara konsumsi cuka sari apel dan penurunan gejala

GERD. Uji nomalitas Kolmoggrov-Smirnov untuk menentukan

apakah data distribusi geala GERD sebelum dan sesudah

intervensi. Analisis data dilakukan menggunakan software

statistik seperti SPSS.

4.8.5 Pengelolaan data

Dalam menganalisis data penelitian akan mengalisis data dengan

menggunakan cara :

1. Editing merupakan cara untuk memeriksa kembali dan hasil

survey yang telah dilakukan, meliputi :

a. Mengecek kembali nama dan kelengkapan identitas

responden untuk menghindari kualitas atau kekurangan data

b. Mengecek kembali kelengkapan instrumen.

2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

a. Data responden

1) Kode responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3

2) Jenis kelamin

Laki-laki =1
Perempuan =2

3) Kode umur

Usia 18-24 =1

4) Pendidikan

Perguruan tinggi =1

5) Pola makan

Baik =1

Buruk =2

3. Scoring , setelah data penelitian terkumpul peneliti memasukkan

data yang telah terkumpul ke Microsoft exel.

a. Variabel skor GERD

Skor <7 gerd rendah = kode 1

Skor 8-10 gerd sedang = kode 2

Skor >11 gerd tinggi = kode 3

4. Tabulating, sebelumnya peneliti mempertimbangkan beberapa

elemen penting untuk dikategorikan dalam tabel seperti variabel

yang diukur, kelompok responden dan hasil analisis

4.9 Etika penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Komite Etik

Penelitian Kesehatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan Insan

Cendekia Medika Jombang. Semua responden yang berpartisipasi

diberikan penjelasan tentang tujuan, prosedur, manfaat, serta risiko

penelitian. Kerahasiaan dan anonimitas data responden dijamin selama


proses penelitian. Selain itu selama penelitian, peneliti menjunjung

tinggi hal dan etika kepada responden dengan cara sebagai berikut :

1. Ethical Clerance

Persetujuan yang diberikan oleh komite etik penelitian untuk

melindungi hak, keselamatan, kesejahteraan partisipan penelitian

serta memastikan bahwa penelitian ini dilakukan sesuai dengan

peraturan berlaku.

2. Lembar persetujuan menjadi responden (inform consent)

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, setelah

responden mengerti maksud dan tujuan peneliti, responden

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

3. Tanpa nama (anonimity)

Di dalam surat pengantar penelitian dijelaskan bahwa nama

responden dan subyek penelitian tidak harus dicantumkan. Peneliti

akan memberikan kode pada tiap lembar jawaban yang diisi oleh

responden.

4. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan yang diberikan kepada responden oleh peneliti

dijamin kerahasiaannya
Lampiran 1. Inform consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

INFORMED CONSENT

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya yang bertanda


tangan dibawah ini:

Nama (Inisial) :.........................................................

Umur :..........................................................

Jenis kelamin :..........................................................

Menyatakan (bersedia/tidak bersedia) menjadi responden dalam


penelitian yang dilakukan oleh saudara Hartinus Alif Alamsyah,
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan ITSKes ICMe
Jombang yang berjudul “Pengaruh konsumsi cuka sari apel terhadap
penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada
mahasiswa kesehatan”.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya


tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jombang, .....................................................2024

Responden
(.........................................................)

Kuesioner GERD-Q Questionnaire

Instruksi :

Isi kuesioner ini berdasarkan kondisi anda selama 7 hari terakhir. Untuk
setiap pertanyaan, pilihlah satu jawaban yang paling sesuai dengan
pengalaman anda.

1. Seberapa sering anda mengalami rasa nyeri terbakar di dada


(heartburn) selama 7 hari terakhir ?
a. Tidak pernah (0)
b. 1 hari (1)
c. 2-3 hari (2)
d. 4-7 hari (3)
2. Seberapa sering anda mengalami regurgitasi asam lambung
(kembalinya makanan atau cairan ke kerongkongan) selama 7 hari
terakhir ?
a. Tidak pernah (0)
b. 1 hari (1)
c. 2-3 hari (2)
d. 4-7 hari (3)
3. Seberapa sering anda merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman di
bagian atas perut selama 7 hari terakhir ?
a. Tidak pernah (0)
b. 1 hari (1)
c. 2-3 hari (2)
d. 4-7 hari (3)
4. Seberapa sering anda merasa mual atau ingin muntah selama 7 hari
terakhir ?
a. Tidak pernah (0)
b. 1 hari (1)
c. 2-3 hari (2)
d. 4-7 hari (3)
5. Seberapa sering tidur anda terganggu karena gejala GERD (seperti
heartburn atau regurgitasi) selama 7 hari terakhir ?
a. Tidak pernah (0)
b. 1 hari (1)
c. 2-3 hari (2)
d. 4-7 hari (3)
6. Seberapa sering anda harus mengonsumsi obat antasida atau
penghambat asam untuk meredakan gejala selama 7 hari terakhir ?
a. Tidak pernah (0)
b. 1 hari (1)
c. 2-3 hari (2)
d. 4-7 hari (3)

Interpretasi Skor :

- Skor ≤7: Kemungkinan GERD rendah.

- Skor 8-10: Kemungkinan GERD sedang.

- Skor ≥11: Kemungkinan GERD tinggi.


Lampiran 2. Lembar tabulasi responden GERD kelompok intervensi

Responden Usia Jenis Pendidikan Pola


kelamin makan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Lampiran 3. Lembar tabulasi responden GERD kelompok kontrol

Responden Usia Jenis Pendidikan Pola


kelamin makan
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Lampiran 4. Lembar observasi data khusus responden GERD kelompok
intervensi
LEMBAR OBSERVASI GASTROESOPHAGEAL REFLUX
DISAESE (GERD)
KELOMPOK INTERVENSI
Responden Pre test Post test
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Lampiran 5. Lembar observasi data khusus responden GERD kelompok
kontrol
LEMBAR OBSERVASI GASTROESOPHAGEAL REFLUX
DISAESE (GERD)
KELOMPOK KONTROL
Responden Pre test Post test
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
Lampiran 6. Lembar data umum penelitian

DATA UMUM PENELITIAN

a. Data umum

1. Usia

Usia 18-24 tahun

2. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

3. Pendidikan

Perguruan tinggi

4. Pola makan

Baik

Buruk

b. Data khusus

1. Skor GERD sebelum perlakuan

Skor ≤7: Kemungkinan GERD rendah.

Skor 8-10: Kemungkinan GERD sedang.

Skor ≥11: Kemungkinan GERD tinggi.

2. Skor GERD sesudah perlakuan

Skor ≤7: Kemungkinan GERD rendah.

Skor 8-10: Kemungkinan GERD sedang.

Skor ≥11: Kemungkinan GERD tinggi.


Lampiran 7. SOP pembuatan cuka sari apel
SOP PEMBUATAN CUKA SARI APEL
Cuka sari apel Cuka sari apel merupakan cairan
fermentasi buah apel yang
difermentasikan oleh khamir dan
bakteri asam asetat.
Manfaat cuka sari apel 1. Membunuh kuman pada
makanan
2. Menyeimbangkan pH lambung
dan mengurangi gejala GERD
3. Meningkatkan kesehatan kulit
4. Mengatur kadar gula darah
Alat dan bahan Alat :
1. Sendok makan
2. Gelas
3. Pisau
4. Toples kaca
5. Kain bersih
6. Karet / tali
Bahan :
1. Apel
2. Air mineral
3. Madu atau gula
Prosedur pembuatan 1. Cuci buah apel dengan air
mengalir hingga bersih.
2. Potong apel menjadi beberapa
bagian kecil
3. Masukkan potongan apel, madu
atau gula, air kedalam toples
kaca.
4. Aduk hingga madu atau gula
larut.
5. Tutup toples dengan main
bersih, rapatkan menggunakan
karet atau tali.
6. Letakkan ditempat gelap.
7. Sesekali aduklah rendaman apel
secara teratur.
8. Setelah 3-4 Minggu buang
potongan apel.
9. Simpan kembali air
rendamannya hingga 3-4
Minggu.
10. Setelah 3-4 Minggu berlalu,
cuka apel buatan sendiri siap
dihidangkan dan digunakan.
Lampiran 9. Lembar penjelasan penelitian
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HARTINUS ALIF ALAMSYAH

NIM : 213210075

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Saya saat ini sedang melakukan penelitian dengan judul:

“Pengaruh konsumsi cuka sari apel (Apple cider vinegar) terhadap

penurunan gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada

mahasiswa kesehatan. Berikut ini adalah penjelasan tentang penelitian

yang dilakukan terkait dengan keikutsertaan penderita GERD sebagai

responden dalam penelitian ini:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh konsumsi

cuka sari apel (Apple cider vinegar) terhadap penurunan gejala

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa

kesehatan.

2. Responden penelitian diminta untuk mengisi lembar data umum

dan informed consent.

3. Apabila selama penelitian responden merasa tidak nyaman,

responden mempunyai hak untuk mengatakannya kepada peneliti.


4. Responden akan diberikan makanan.

5. Keikutsertaan responden pada penelitian ini bukanlah suatu

paksaan melainkan atas dasar suka rela, oleh karena itu responden

berhak untuk melanjutkan atau menghentikan keikutsertaannya

karena alasan tertentu dan telah dikomunikasikan dengan peneliti

terlebih dahulu.

6. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama.

Data hanya disajikan dalam bentuk kode-kode dalam forum ilmiah

dan tim ilmiah khususnya ITSKes ICMe Jombang.

7. Apabila ada yang perlu ditanyakan atau didiskusikan selama

penelitian responden bisa menghubungi peneliti via telepon/chat

melalui WhatsApp di nomor yang sudah tercantum.

8. Apabila para mahasiswa bersedia menjadi responden, silahkan

menandatangani pada lembar persetujuan yang telah disediakan.

Atas perhatiannya dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Jombang, ...................................2024

Peneliti

(HARTINUS ALIF ALAMSYAH)


Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

LAMPIRAN
No Kegiatan Tabel
Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pendaftaran
skripsi
2 Bimbingan
proposal
3 Pendaftaran
ujian
proposal
4 Ujian
proposal
5 Revisi
proposal
6 Uji etik
7 Pengambilan
dan
pengelolaan
data
8 Bimbingan
hasil
9 Pendaftaran
ujian siding
10 Ujian sidang
11 Revisi skripsi
12 Penggandaan
, plagscan,
dan
pengumpulan
skripsi
JADWAL KEGIATAN

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy