0% found this document useful (0 votes)
42 views30 pages

Pendidikan Anti Korupsi

Buku 'Pendidikan Anti Korupsi' ditulis untuk membantu mahasiswa memahami berbagai aspek terkait antikorupsi, termasuk definisi, tujuan, manfaat, dan dampak korupsi. Selain itu, buku ini membahas upaya pemberantasan korupsi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip antikorupsi, serta kerjasama internasional dalam pencegahan korupsi. Penulis mengharapkan masukan dari pembaca untuk perbaikan di masa mendatang.

Uploaded by

wita wulandari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
42 views30 pages

Pendidikan Anti Korupsi

Buku 'Pendidikan Anti Korupsi' ditulis untuk membantu mahasiswa memahami berbagai aspek terkait antikorupsi, termasuk definisi, tujuan, manfaat, dan dampak korupsi. Selain itu, buku ini membahas upaya pemberantasan korupsi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip antikorupsi, serta kerjasama internasional dalam pencegahan korupsi. Penulis mengharapkan masukan dari pembaca untuk perbaikan di masa mendatang.

Uploaded by

wita wulandari
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 30

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Penulis:
Monalisa Siahaan, Rince Marpaung, Hotmaida Simanjuntak

Desain Cover:
Septian Maulana

Sumber Ilustrasi:
www.freepik.com

Tata Letak:
Handarini Rohana

Editor:
Aas Masruroh

ISBN:
978-623-500-162-3

Cetakan Pertama:
Mei, 2024

Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang


by Penerbit Widina Media Utama

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT:
WIDINA MEDIA UTAMA
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat

Anggota IKAPI No. 360/JBA/2020


Website: www.penerbitwidina.com
Instagram: @penerbitwidina
Telepon (022) 87355370
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan selalu kepada Allah atas berkat
yang sudah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan buku yang berjudul
“Pendidikan Anti korupsi” dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan buku ini
tidak lain adalah untuk membantu para mahasiswa dalam memahami konsep
pengertian, tujuan, dan manfaat antikorupsi, model pembelajaran antikorupsi,
faktor penyebab korupsi, dampak masif korupsi, nilai-nilai antikorupsi dan
prinsip-prinsip antikorupsi, upaya pemberantasan korupsi, gerakan-gerakan,
kerja sama dan beberapa instrumen internasional pencegahan korupsi,
gerakan dan kerja sama internasional pencegahan korupsi, instrumen
internasional pencegahan korupsi, pencegahan korupsi: belajar dari negara
lain, arti penting ratifikasi konvensi antikorupsi bagi Indonesia, tindak pidana
korupsi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan peran dan
keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi. Buku ini juga akan
memberikan informasi secara lengkap mengenai pendidikan budaya
antikorupsi dari berbagai penulis atau peneliti yang namanya sudah terkenal
di mana-mana. Kami sadar bahwa penulisan buku ini bukan merupakan buah
hasil kerja keras kami sendiri. Ada banyak pihak yang sudah berjasa dalam
membantu kami dalam menyelesaikan buku ini, seperti pembuatan sampul,
editing, dan lain-lain. Maka dari itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan wawasan dan
bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika menulis Buku Ajar PBAK.
Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih belum bisa dikatakan
sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para
pembaca agar ke depannya kami bisa lebih baik lagi dalam menulis sebuah
buku.

Medan, Mei 2024

PENULIS

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ····················································································· iii


DAFTAR ISI ································································································· iv
BAB 1 KONSEP PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ················································· 1
A. Tujuan Pembelajaran ············································································· 1
B. Pengertian Pendidikan Anti Korupsi ······················································ 1
C. Tujuan Pendidikan Anti Korupsi ····························································· 6
D. Manfaat Pendidikan Anti Korupsi ·························································· 8
E. Rangkuman Materi ················································································ 8
BAB 2 PENGERTIAN ANTIKORUPSI ····························································· 13
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 13
B. Definisi Korupsi ···················································································· 13
C. Bentuk-bentuk Korupsi ········································································ 15
D. Sejarah Korupsi ···················································································· 19
E. Rangkuman Materi ·············································································· 24
BAB 3 FAKTOR PENYEBAB KORUPSI ··························································· 27
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 27
B. Teori Penyebab Korupsi ······································································· 27
C. Penyebab Korupsi ················································································ 28
D. Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi ································ 29
E. Aspek Terjadinya Korupsi ···································································· 32
F. Rangkuman Materi ··············································································· 34
BAB 4 DAMPAK MASIF KORUPSI ································································ 37
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 37
B. Dampak Masif Korupsi ········································································· 37
C. Rangkuman Materi ·············································································· 55
BAB 5 NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI ······ 59
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 59
B. Nilai-nilai Anti Korupsi ·········································································· 59
C. Prinsip-prinsip Antikorupsi ·································································· 62
D. Rangkuman Materi ·············································································· 64
BAB 6 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI ················································· 67
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 67
B. Jenis-jenis Korupsi ··············································································· 67
C. Upaya Pemberantasan Korupsi ··························································· 67
D. Strategi Pemberantasan Korupsi ························································· 68
E. Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi ········································ 73

iv
F. Rangkuman Materi ·············································································· 74
BAB 7 GERAKAN, KERJASAMA, DAN INSTRUMEN
INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI ········································· 77
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 77
B. Materi ·································································································· 77
BAB 8 GERAKAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL
DALAM PENCEGAHAN KORUPSI ······················································· 79
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 79
B. Gerakan Organisasi Internasional ························································ 80
C. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi ···································· 89
D. Pencegahan Korupsi: Belajar dari Negara Lain ···································· 93
E. Arti penting Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi bagi Indonesia ·············· 97
F. Rangkuman Materi ············································································· 101
BAB 9 INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI ···················· 105
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 105
B. Korupsi ······························································································· 106
C. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi ··································· 109
D. Rangkuman Materi ············································································· 116
BAB 10 PENCEGAHAN KORUPSI: BELAJAR DARI NEGARA LAIN ·················· 119
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 119
B. Lembaga Swadaya Masyarakat Anti Korupsi Internasional ··············· 119
C. Badan Antikorupsi ············································································· 120
D. Rangkuman Materi ············································································ 124
BAB 11 ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI
ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA ·················································· 129
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 129
B. Pengertian Ratifikasi ·········································································· 129
C. Latar Belakang Terbentuknya UNCAC ················································ 130
D. Arti Penting Konvensi bagi Indonesia ················································ 135
E. Rangkuman Materi ············································································ 139
BAB 12 TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ····································· 143
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 143
B. Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundangan-undangan ··· 144
C. Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi ············································ 145
D. Delik Korupsi dalam KUHP ································································· 146
E. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor
PRT/PEPERPU/013/1950 ··································································· 146

v
F. Undang-undang No. 24 (PRP) Tahun 1960 Tentang
Tindak Pidana Korupsi ······································································ 147
G. Undang-undang No. 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidan Korupsi ················································ 147
H. TAP MPR No. XI/MPR/1998 Tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ·························································································· 147
I. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ·························································································· 147
J. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ·············································· 148
K. Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ·············································· 148
L. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ·································· 148
M. Undang-undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan
United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003 ·········· 148
N. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang
Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ······· 149
O. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi ·················································· 149
P. Latar Belakang Lahirnya Delik Korupsi dalam
Perundang-undangan Korupsi ···························································· 150
BAB 13 PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
(CLEAN AND GOOD GOVERNANCE) ·············································· 153
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 153
B. Pengertian Pemerintahan yang Baik dan Bersih
(Clen and Good Governance) ···························································· 153
C. Asas Kepemerintahan yang Baik dan Bersih
(Clean and Good Governance) ··························································· 154
D. Prinsip Kepemerintahan yang Baik dan Bersih
(Clean and Good Governance) ··························································· 156
E. Reformasi Birokrasi ············································································ 160
F. Rangkuman Materi ············································································ 161

vi
BAB 14 PERANAN MAHASISWA DALAM MEMERANGI KORUPSI ··············· 165
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 165
B. Perjuangan Mahasiswa dalam Sejarah ·············································· 166
C. Ada Apa dengan Korupsi ···································································· 167
D. Upaya Pemberantasan Korupsi ························································· 168
E. Mahasiswa dalam Lingkup Korupsi ··················································· 168
F. Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kampus ·· 169
G. Peran Mahasiswa dalam Kegiatan di Masyarakat ······························ 170
H. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi ····························· 171
I. Upaya Mahasiswa ··············································································· 176
J. Pentingnya Peran Mahasiswa····························································· 178
K. Rangkuman Materi ············································································· 180
PROFIL PENULIS ······················································································· 182

vii
BAB 1
KONSEP PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian
pendidikan anti korupsi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan pendidikan
anti korupsi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manfaat pendidikan
anti korupsi

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan
mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi
mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap
setiap bentuk korupsi
Pendidikan merupakan wadah untuk mengembangkan potensi manusia
dengan membentuk kecerdasan sesuai amanat pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 serta berusaha untuk menyelenggarakan sistem pendidikan
nasional yang mampu mengubah kualitas masyarakat indonesia untuk dapat
memiliki moral dan sikap dalam memajukan mutu pendidikan (Salistina,
2015). Hal ini mengacu pada pengelolaan sistem pendidikan nasional untuk
menumbuhkan budaya anti korupsi melalui lembaga pendidikan yang sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003
menjelaskan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan karakter
dan sikap dalam peradaban bangsa. Sementara itu Ki Hajar Dewantara
(1977:14-15) menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya. Hal ini selaras
dengan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Idealnya tujuan pendidikan harus
mampu mensinergikan tiga aspek sekaligus yaitu aspek kognitif (mengingat
informasi yang telah dipelajari), afektif (berorientasi pada sisi emosi, sikap,
apresiasi, nilai atau tingkat kemampuan tertentu) dan psikomotorik
(ketrampilan). Ketiga hal tersebut idealnya selaras, dan saling melengkapi
(Helmiati, 2007).
BAB 2
PENGERTIAN ANTIKORUPSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami dan mendefinisikan secara tepat dan benar
pemberantasan korupsi di Indonesia
2. Mampu memahami menganalisis perbuatan korupsi dan perilaku
koruptif di masyarakat
3. Mampu memahami dan menjelaskan sejarah perilaku korupsi di
Indonesia

B. DEFINISI KORUPSI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi di Indonesia merupakan fenomena memprihatinkan yang
pemberantasannya telah diupayakan dengan berbagai cara, namun hingga
saat ini korupsi masih terjadi bahkan dilakukan oleh oknum-oknum pejabat
negara hingga aparat penegak hukum. Pada tahun 2021, mantan Menteri
Sosial RI Juliari Batubara dijatuhi vonis pidana atas perbuatan korupsi dana
bantuan sosial penanganan pandemi covid-19 tahun 2020. Pada sektor Aparat
Penegak Hukum, Jaksa Pinangki yang dijatuhi vonis pidana oleh Majelis Hakim
salah satunya karena menerima uang suap dari Pengusaha Djoko Tjandra.
Tentunya perbuatan korupsi tersebut merusak citra pejabat negara dan
aparat penegak hukum yang seharusnya amanah dan berintegritas, namun
justru mencederai kepercayaan masyarakat.
Korupsi merugikan keuangan negara, menyengsarakan masyarakat
dengan meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan sosial, serta menghambat
pertumbuhan ekonomi negara serta merusak moral suatu bangsa. Oleh
karena itu, upaya pemberantasan korupsi harus tetap diupayakan mulai dari
penanaman nilai-nilai anti korupsi, pembiasaan budaya jujur dalam
kehidupan sehari-hari hingga penegakan hukum yang tegas. Pada Pendidikan
formal, upaya pemberantasan tindakan korupsi dapat dilakukan dengan
upaya preventif yang ditanamkan sejak dini bagi peserta didik sebagai
generasi penerus melalui penetrasi nilai-nilai anti korupsi, nilai-nilai kejujuran
beserta contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting
bagi masyarakat agar memiliki pemahaman dasar mengenai pengertian
korupsi beserta bentuk- bentuk korupsi itu sendiri.
BAB 3
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menyebutkan teori penyebab korupsi
2. Mampu menyebutkan penyebab korupsi
3. Mampu menyebutkan faktor penyebab korupsi
4. Mampu memahami beberapa aspek penyebab korupsi

B. TEORI PENYEBAB KORUPSI


1. Teori Penyebab Korupsi Menurut Jack Bologne (GONE)
Salah satu teori korupsi menurut Jack Bologne Gone Theory
menyebutkan bahwa faktor penyebab korupsi adalah keserakahan,
kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan. Keserakahan berpotensi dimiliki
setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku korupsi.
Korupsi disebabkan karena adanya keserakahan (Greed), kesempatan
(Opportunity), kebutuhan (Needs), dan pengungkapan (Expose). Teori
penyebab korupsi ini dikenal dengan istilah GONE. Dengan adanya sikap
serakah, seseorang atau suatu organisasi memiliki kesempatan untuk
melakukan tindakan curang, untuk memperkaya diri sendiri dan merugikan
orang lain. Hal ini didasari karena tiap individu memiliki kebutuhan. Sehingga
adanya pengungkapan yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi.

2. Teori Penyebab Korupsi Robert Klitgaard (CDMA)


Penyebab korupsi menurut Robert Klitgaard disingkat dengan istilah
CDMA, yaitu Corruption, Directionary, Monopoly dan Accountability. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa korupsi terjadi karena disebabkan oleh faktor
kekuasaan dan monopoli yang disertai adanya akuntabilitas.

3. Teori Penyebab Korupsi Menurut Donald R. Cressey Fraud


Donald R. Cressey Fraud berpendapat bahwa penyebab korupsi karena
adanya teori triangle, yaitu kesempatan, motivasi, dan rasionalisasi. Dengan
adanya ketiga faktor ini, seseorang atau organisasi dapat melakukan korupsi
secara besar-besar, tanpa memperhatikan kebutuhan orang lain.

4. Teori Cost-Benefit Model


Penyebab korupsi bisa didasari dengan adanya teori Cost-Benefit Model.
Teori ini menjelaskan bahwa orang yang melakukan tindak pidana korupsi,
BAB 4
DAMPAK MASIF KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah Mengikuti Materi ini Mahasiswa Mampu Memahami Dampak
Masif Korupsi Terhadap:
1. Dampak Ekonomi
2. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
3. Dampak Birokrasi Pemerintahan
4. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi
5. Dampak Terhadap Penegakan Hukum
6. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan
7. Dampak Kerusakan Lingkungan

B. DAMPAK MASIF KORUPSI


Korupsi merusak karena keputusan yang penting ditentukan oleh motif
yang tersembunyi dari para pengambil keputusan tanpa mempedulikan
konsekuensinya terhadap masyarakat luas. Mantan Direktur Jenderal
Pembangunan Komisi Eropa, Dieter Frisch, melihat bahwa korupsi mening
katkan biaya barang dan jasa; meningkatkan utang suatu negara; membawa
ke arah penurunan standar karena penyediaan barang - barang di bawah
mutu dan diperolehnya teknologi yang tidak andal atau yang tidak diperlukan;
dan mengakibatkan proyek yang dipilih lebih didasarkan pada permodalan
(karena lebih menjanjikan keuntungan bagi pelaku korupsi) daripada tenaga
kerja yang akan lebih bermanfaat bagi perusahaan. Identik dengan di atas,
korupsi di bidang kesehatan akan meningkatkan biaya barang dan jasa di
bidang kesehatan, yang pada akhirnya kesemuanya harus ditanggung oleh
konsumen atau rakyat (Krishnajaya, 2013).
Berbagai dampak korupsi yang merongrong berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara akan diuraikan secara masif berikut ini.
1. Dampak Ekonomi
Salah satu dari sekian masalah yang mempunyai dampak negatif terhadap
perekonomian suatu Negara yaitu korupsi dan dapat berdampak merusak
seluruh perekonomian negara. Korupsi dapat memperlemah investasi dan
pertumbuhan ekonomi (Mauro, 1995, dalam Pendidikan Anti Korupsi untuk
Perguruan Tinggi, 2011). Tidak mudah memberantas korupsi, sebab korupsi
dalam suatu tingkat tertentu selalu hadir di tengah-tengah kita Dampak
korupsi dari perspektif ekonomi adalah misallocation of resources, sehingga
BAB 5
NILAI-NILAI ANTI KORUPSI
DAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah


umum yang ada di masyarakat. Penyebab terjadinya korupsi dapat dikatakan
bahwa penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi
tertanam dalam diri setiap individu. Untuk faktor eksternal, individu perlu
memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas,
transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu
organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara nilai-nilai
anti korupsi dan anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan dan mengaktualisasikan nilai-nilai antikorupsi serta
mampu menjelaskan prinsip-prinsip anti korupsi untuk mengatasi faktor
eksternal penyebab terjadinya korupsi

B. NILAI-NILAI ANTI KORUPSI


Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai
antikorupsi pada semua individu ada sembilan nilai- nilai antikorupsi yang
penting untuk ditanamkan pada semua individu.
Kesembilan nilai-nilai anti korupsi tersebut terdiri dari: (a) inti, yang
meliputi kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab, (b) sikap, yang meliputi
keadilan, keberanian, dan kepedulian, serta (c) etos kerja, yang meliputi kerja
keras, kesederhanaan, dan kemandirian.
Kerja keras Sederhana Mandiri Jujur Disiplin Tanggung jawab Adil, Berani,
Peduli
a. Kejujuran
Kejujuran didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan
mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya (Sugono, 2008).
BAB 6
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami upaya-upaya pemerintah dalam usaha
memberantas korupsi

B. JENIS-JENIS KORUPSI
Menurut Badjuri, Kriminolog Noach (2009) mengatakan bahwa korupsi
merupakan salah satu bentuk kejahatan. Kejahatan merupakan suatu
tindakan yang tidak mungkin bisa dihilangkan sepanjang manusia masih ada
dibumi. Korupsi sebagai bentuk kejahatan harus dibatasi, diupayakan
berkurang bahkan diberantas secara tuntas walaupun memerlukan usaha
yang tidak mudah. Pemikiran tersebut sejalan dengan kriminolog Frank
Tanembaun yang mengatakan: crime is eternal-as eternal as society
(kejahatan adalah abadi, seabadi masyarakat).4 Sedangkan Warren (2004)
membaginya menjadi enam kategori pelaku, yakni:
• korupsi yang dilakukan oleh negara yang terdiri dari tiga kategori korupsi
eksekutif,
• korupsi peradilan, dan
• korupsi legislatif);
• korupsi yang dilakukan oleh ranah pubik (media, dan lembaga pembentuk
opini publik lainnya);
• korupsi yang dilakukan oleh masyarakat sipil;
• korupsi yang dilakukan oleh pasar.8

C. UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI


Dalam hubungan dengan pemberantasan korupsi, Tampubolon SM
melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana Upaya Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi menurut kaitannya dengan Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 dan bagaimana Upaya Penegakan Hukum Bagi Masyarakat
Khususnya Dalam Pemberantasan Korupsi. Kesimpulannya adalah
dilakukannya Upaya oleh pemerintah dalam pemberantasan korupsi di
daerah dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang
percepatan pemberantasan korupsi dan Upaya penegakan hukum dalam
meningkatkan kesadaran dan pemahaman hukum bagi masyarakat khususnya
dalam pemberantasan korupsi yakni, tindakan represif.1
BAB 7
GERAKAN, KERJASAMA, DAN INSTRUMEN
INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami gerakan-gerakan internasional pencegahan
korupsi
2. Mampu memahami kerja sama internasional pencegahan korupsi
3. Mampu memahami instrumen internasional pencegahan korupsi

B. MATERI
Tantangan dan masalah terbesar Indonesia dan dunia Internasional pada
saat ini adalah tindakan korupsi dari berbagai lapisan masyarakat yang
semakin menceracam. Pembangunan nasional yang terhambat, keuangan
negara yang dirugikan, serta perekonomian yang carut marut adalah
beberapa efek yang dirasakan ketika korupsi masih saja sulit ditiadakan.
Adapun hambatan untuk mengenyahkan korupsi terdiri dari empat hal yaitu
struktural, kultural, manajerial, dan instrumental, sehingga perlu adanya
usaha serius dari semua pihak agar korupsi dapat teratasi, caranya antara lain:
membenahi pelayanan umum (publik), mendorong adanya transparansi,
mengoptimalkan hukuman/sanksi, serta mendukung peningkatan
pemberdayaan perangkat pencegahan korupsi.
Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 275,77 juta jiwa pada
pertengahan 2022 memiliki beberapa riwayat korupsi besar yang dilakukan
oleh oknum geladak, seperti kasus korupsi pada penjualan kondensat oleh PT
Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kerugian sebesar Rp37,8
T (tahun 2020), korupsi yang dilakukan PT Asuransi Angkatan Bersenjata
Indonesia atau Asabri (Persero) sebesar Rp22,7 T (tahun 2021), korupsi yang
terjadi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang merugikan negara Rp 16,8
triliun (tahun 2020), dan banyak lainnya.
Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa pada tahun 2020
terjadi kerugian akibat korupsi sebesar Rp56,7 T dan mengalami total
kenaikan sebesar Rp6,2 T pada tahun 2021. Sedangkan jika diamati pada
jumlah tindak pidana korupsi dapat dilihat pada gambar 1 berupa grafik di
bawah bahwa terlihat adanya penurunan kasus korupsi yang cukup signifikan
dari tahun 2018 sebanyak 199 dan turun sebanyak 128 sehingga menjadi 71
kasus saja pada tahun 2021.
BAB 8
GERAKAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL
DALAM PENCEGAHAN KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami Gerakan dan Kerjasama internasional

Anda mungkin sering membaca koran atau mendengar dari televisi


berita-berita mengenai korupsi. Tahukah anda bahwa korupsi tidak hanya
terjadi di Indonesia dan gerakan-gerakan pemberantasan korupsi tidak pula
hanya dilakukan di Indonesia? Secara internasional negara-negara di dunia
melakukan kerja sama internasional untuk memberantas korupsi. Tidak hanya
level negara, beberapa Lembaga Swadaya Internasional (International NGOs),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional dan Nasional juga aktif
dalam gerakan-gerakan pemberantasan korupsi. Anda telah paham, ternyata
korupsi memiliki dampak atau akibat yang sangat buruk bagi rakyat. Sebagai
mahasiswa anda bisa berjuang bersama-sama untuk ikut serta secara aktif
memberantas korupsi yang tumbuh begitu subur di negara ini. Anda dapat
bergabung dan menjadi sukarelawan di beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat penggiat gerakan anti-korupsi. Dengan demikian pemikiran dan
energi yang anda miliki dapat anda optimalkan untuk kemajuan bangsa ini.
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi
oleh masyarakat internasional pada saat ini. Korupsi tidak hanya mengancam
pemenuhan hak-hak dasar manusia dan menyebabkan macetnya demokrasi
dan proses demokratisasi, namun juga mengancam pemenuhan hak asasi
manusia, merusak lingkungan hidup, menghambat pembangunan dan
meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di seluruh dunia.
Keinginan masyarakat internasional untuk memberantas korupsi dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih
bertanggung jawab sangat besar. Keinginan ini hendak diwujudkan tidak
hanya di sektor publik namun juga di sektor swasta. Gerakan ini dilakukan
baik oleh organisasi internasional maupun Lembaga Swadaya Internasional
(International NGOs). Berbagai gerakan dan kesepakatan- kesepakatan
internasional ini dapat menunjukkan keinginan masyarakat internasional
untuk memberantas korupsi.
digunakan di pengadilan serta untuk mengekstradisi pelanggar. Negara-
negara juga diharuskan untuk melakukan langkah-langkah yang akan
mendukung penelusuran, penyitaan, dan pembekuan hasil tindak pidana
korupsi.

4) Pengembalian Aset-aset Hasil Korupsi


Salah satu prinsip dasar dalam konvensi adalah kerja sama dalam
pengembalian aset-aset hasil korupsi terutama yang dilarikan dan disimpan di
negara lain. Hal ini merupakan 79
isu penting bagi negara-negara berkembang yang tingkat korupsinya
sangat tinggi. Kekayaan nasional yang telah dijarah oleh para koruptor harus
dapat dikembalikan karena untuk melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi,
terutama di negara-negara berkembang, diperlukan sumber daya serta modal
yang sangat besar. Modal ini dapat diperoleh dengan pengembalian kekayaan
negara yang diperoleh dari hasil korupsi. Untuk itu negara-negara yang
menandatangani konvensi harus menyediakan aturan-aturan serta prosedur
guna mengembalikan kekayaan tersebut, termasuk aturan dan prosedur yang
menyangkut hukum dan rahasia perbankan.

Contoh Soal
Carilah data berapa jumlah aset-aset negara yang telah di korupsi?
Berapa banyak pula aset yang dapat dikembalikan pada negara? Bila aset-aset
negara ini tidak dapat dikembalikan, apakah yang harus dilakukan?
Diskusikanlah hal ini dengan dosen dan rekan-rekan Anda!.
Berikut beberapa konferensi internasional dalam konteks implementasi
United Nations Convention against Corruption (UNCAC) yang telah
diselenggarakan dan dihadiri oleh berbagai negara di dunia:
• The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Amman, 10-14 December 2006), the first session.
• The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Nusa Dua, Indonesia, 28 January-1 February 2008),
the second session.
• The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Doha, 9-13 November 2009), the third session.
• Untuk Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption sesi keempat akan diselenggarakan di Marrakech, 24-
28 October 2011.

92 | Pendidikan Anti Korupsi


Untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan dalam konferensi
internasional tersebut, anda dapat secara aktif menggunakan teknologi
internet dengan melakukan download materi atau substansi pembicaraan
dan materi konferensi.

2. Convention on Bribery of Foreign Publik Official in International


Business Transaction Convention on Bribery of Foreign Publik Official in
International Business Transaction
adalah sebuah konvensi internasional yang dipelopori oleh OECD.
Konvensi Antisuap ini menetapkan standar-standar hukum yang mengikat
(legally binding) negara-negara peserta untuk mengkriminalisasi pejabat
publik asing yang menerima suap (bribe) dalam transaksi bisnis internasional.
Konvensi ini juga memberikan standar-standar atau langkah-langkah yang
terkait yang harus dijalankan oleh negara perserta sehingga isi konvensi akan
dijalankan oleh negara-negara peserta secara efektif.
Convention on Bribery of Foreign Publik Official in International Business
Transaction adalah konvensi internasional pertama dan satu-satunya
instrumen antikorupsi yang memfokuskan diri pada sisi ‘supply’ dari tindak
pidana suap.
Ada 34 negara anggota OECD dan empat negara nonanggota yakni
Argentina, Brasil, Bulgaria, dan Afrika Selatan yang telah meratifikasi dan
mengadopsi konvensi internasional ini.80

D. PENCEGAHAN KORUPSI: BELAJAR DARI NEGARA LAIN


India adalah salah satu negara demokratis yang dapat dianggap cukup
sukses memerangi korupsi. Meskipun korupsi masih cukup banyak ditemui,
dari daftar peringkat negara-negara yang disurvei oleh Transparency
Internasional (TI), India menempati ranking lebih baik daripada Indonesia.
Pada tahun 2005, dari survei yang dilakukan oleh TI, 62% rakyat India percaya
bahwa korupsi benar-benar ada dan bahkan terasa dan dialami sendiri oleh
masyarakat yang disurvei. Di India, Polisi menduduki ranking pertama untuk
lembaga yang terkorup diikuti oleh Pengadilan dan Lembaga Pertanahan. Dari
survei TI, pada tahun 2007, India menempati peringkat 72 (sama
kedudukannya dengan China dan Brazil). Pada tahun yang sama, negara
tetangga India seperti Srilangka menempati peringkat 94, Pakistan peringkat
138 dan Bangladesh peringkat 162. Pada tahun 2007 tersebut, Indonesia
menempati nomor 143 bersama-sama dengan Gambia, Rusia dan Togo dari
180 negara yang di-survei. Peringkat yang cukup buruk jika dibandingkan
dengan India yang sama-sama negara berkembang.

Gerakan dan Kerjasama Internasional Dalam Pencegahan Korupsi | 93


Oleh Krishna K. Tummala dinyatakan bahwa secara teoretis korupsi yang
bersifat endemik banyak terjadi di negara yang masih berkembang atau Less
Developed Countries (LDCs) (Tummala: 2009) yang disebabkan karena
beberapa hal yakni: It is theorized that corruption is endemic in for various
reasons: unequal access to, and disproportionate distribution of wealth
among the rich and the poor; publik employment as the only, or primary,
source of income; fast changing norms and the inability to correspond
personal life patterns with publik obligations and expectations; access to
power points accorded by state controls on many aspects of private lives; poor,
or absent, mechanisms to enforce anti- corruption laws; general degradation
of morality, or amoral life styles; lack of community sense, and so on.
Dengan mendasarkan pada pernyataan tersebut, Tummala dalam konteks
India, memaparkan beberapa hal yang menurutnya penting untuk dianalisis
yang menyebabkan korupsi sulit untuk diberantas (Tummala: 2009) yaitu:
a. Ada 2 (dua) alasan mengapa seseorang melakukan korupsi, alasan
tersebut adalah kebutuhan (need) dan keserakahan (greed). Untuk
menjawab alasan kebutuhan, maka salah satu cara adalah dengan
menaikkan gaji atau pendapatan pegawai pemerintah. Namun cara
demikian juga tidak terlalu efektif karena menurutnya keserakahan sudah
diterima sebagai bagian dari kebiasaan masyarakat. Menurutnya greed is
a part of prevailing cultural norms, and it becomes a habit when no
stigma is attached. Mengutip dari the Santhanam Committee ia
menyatakan bahwa: in the long run, the fight against corruption will
succeed only to the extent to which a favourable social climate is created.
Dengan demikian iklim sosial untuk memberantas korupsi harus terus
dikembangkan dengan memberi stigma yang buruk pada korupsi atau
perilaku koruptif.
b. Materi hukum, peraturan perundang-undangan, regulasi atau kebijakan
negara cenderung berpotensi koruptif, sering tidak dijalankan atau
dijalankan dengan tebang pilih, dan dalam beberapa kasus hanya
digunakan untuk tujuan balas dendam. Peraturan perundang-undangan
hanya sekadar menjadi huruf mati yang tidak memiliki roh sama sekali.
1) Minimnya role-models atau pemimpin yang dapat dijadikan panutan
dan kurangnya political will dari pemerintah untuk memerangi
korupsi.
2) Kurangnya langkah-langkah konkret pemberantasan korupsi.
3) Lambatnya mekanisme investigasi dan pemeriksaan pengadilan
sehingga diperlukan lembaga netral yang independen untuk
memberantas korupsi.

94 | Pendidikan Anti Korupsi


BAB 9
INSTRUMEN INTERNASIONAL
PENCEGAHAN KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami instrumen-instrumen internasional
pencegahan korupsi.

• United Nations Convention Against Corruption merupakan salah


satu instrumen penting dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan korupsi yang telah ditandatangani oleh 140 lebih
negara. Petandatanganan ini dilakukan di konvensi Internasional pada
31 oktober 2003 yang di selenggarakan di Merida, Yucatan, Mexico.
• UNCAC ditandatangani oleh 140 ne- gara termasuk Indonesia yang
menanda- tangani pada 18 Desember 2003 yang Page 3 Razananda
Skandiva, Beniharmoni Harefa 247 kemudian meratifikasi konvensi
tersebut pada 19 September 2006 melalui Undang- Undang Nomor 7
Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nations Convention

Korupsi merupakan masalah sosial yang merusak moral dan jalannya


pembangunan serta menimbulkan kerusakan, bahkan kehancuran kehidupan
berbangsa dan negara. Korupsi mengakibatkan inefisiensi dalam
pembangunan, melemahkan proses demokrasi, supremasi hukum,
pelanggaran hak asasi manusia, merusak tatanan ekonomi dan pembangunan
menurunnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya kualitas pelayanan
publik, rendahnya daya saing produk, terjadinya berbagai kerusakan
lingkungan serta menumbuhkan kejahatan terorganisasi lainnya seperti
tindak pidana ekonomi dan tindak pidana pencucian uang yang menimbulkan
kerugian negara yang besar serta mengancam keberlangsungan hidup bangsa.
Permasalahan korupsi bukan hanya merupakan permasalahan bangsa
Indonesia, tapi juga merupakan persoalan bangsa lainnya. Masyarakat
internasional juga menilai korupsi sebagai ancaman bagi stabilitas masyarakat,
nilai-nilai etika, dan keadilan serta mengacaukan pembangunan yang
berkelanjutan dalam suatu negara hukum. Dengan demikian, dunia
internasional menggagas dan menyepakati konvensi-konvensi dan menyusun
regulasi untuk menekan praktik korupsi yang marak terjadi di berbagai negara
di dunia.
118 | Pendidikan Anti Korupsi
BAB 10
PENCEGAHAN KORUPSI:
BELAJAR DARI NEGARA LAIN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu Memahami Pencegahan Korupsi: Belajar dari Negara Lain

B. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT ANTIKORUPSI


INTERNASIONAL
1. Tranparency International (TI)
pada isu-isu dengan dampak terbesar pada kehidupan dan meminta
pertanggungjawaban untuk kebaikan bersama. Melalui advokasi, kampanye
dan penelitian. Transparency International bekerja untuk mengekspos sistem
dan jaringan yang memungkinkan korupsi berkembang. Menuntut
transparansi dan integritas yang lebih besar dari semua bidang.
Transparency International berpusat di Jerman dengan kantor cabang di
berbagai negara termasuk Transparency International Indonesia.
Transparency International membantu memfasilitasi upaya-upaya dalam
menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik pada tingkat internasional.
Gerakan antikorupsi yang dilakukan oleh Transparency International salah
satunya adalah mengeluarkan data peringkat korupsi 180-an negara setiap
tahunnya. Corruption Perception Index (CPI) menjadi sumber data utama
untuk melihat tingkat korupsi suatu negara sehingga diharapkan negara
terpacu untuk meningkatkan kinerja dalam pemberantasan korupsi. 98

2. Integrity Action (IA)


Nepal: Students with disabilities secure eye tests for all.
Sumber: https://www.integrityaction.org/
Integrity Action (IA) adalah suatu lembaga swadaya masyarakat yang
berpusat di London dengan cabang yang tersebar di berbagai negara.
Integrity Action (IA) menjadi katalisator dan inkubator inovasi baru serta
jaringan kerja sama untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengatasi korupsi dan mempromosikan integritas.
Integrity Action merupakan organisasi pembangunan internasional yang
membantu warga untuk memantau proyek dan layanan serta sebagai upaya
dalam memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar. Melalui Gerakan
antikorupsi yang mereka jalankan yaitu Integrity Education (IE) membantu
BAB 11
ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI
ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu menjelaskan Latar Belakang dan Tujuan UNCAC
2. Mampu menjelaskan arti penting ratifikasi Konvensi Anti Korupsi bagi
Indonesia.
3. Mampu menjelaskan Implementasi Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi
bagi Indonesia

B. PENGERTIAN RATIFIKASI
Dengan ikut meratifikasi, Indonesia bisa memanfaatkan isi dari konvensi
tersebut untuk menyelesaikan masalah korupsi baik yang terjadi di dalam
negeri maupun korupsi yang terjadi lintas negara, terutama dalam rangka
pengembalian aset korupsi yang ada di luar negeri.
Ratifikasi merupakan suatu perjanjian internasional, bila ditinjau dari segi
pembuatannya, dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu pertama, perundingan
(negotiation), Dua, apabila didasarkan pada tahap-tahap pembuatannya,
perjanjian internasional dapat dibedakan dalam dua jenis, pertama,
perjanjian yang diadakan melalui tiga tahap pembuatan, yaitu: perundingan,
penandatanganan dan pengesahan; kedua, perjanjian internasional yang
pembuatannya hanya melalui dua tahap saja, yaitu: perundingan dan
penandatanganan. Jadi, suatu perjanjian internasional, untuk dapat mengikat
suatu negara, ada kalanya ditetapkan dengan melalui suatu pengesahan atau
ratifikasi. Ratikasi telah menjadi suatu elemen yang pokok untuk mengikat
diri pada suatu perjanjian antar negara.
Pengertian dari ratifikasi itu sendiri dikemukakan oleh beberapa ahli
hukum, di antaranya adalah Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa
ratifikasi adalah pengesahan atau penguatan oleh badan yang berwenang di
negaranya terhadap suatu perjanjian. Menurut Wirjono Prodjodikoro,
ratifikasi adalah suatu pernyataan resmi dari pemerintah negara masing-
masing yang mengesahkan treaty. Starke mengatakan, ratifikasi adalah
persetujuan dari kepala negara atau pemerintah atas tanda tangan wakilnya
yang terdapat pada traktat. Menurut Ian Brownlie, ratifikasi merupakan salah
satu bentuk pernyataan negara tentang kesediaannya untuk diikat oleh suatu
perjanjian internasional. Dari berbagai pengertian menurut para ahli tersebut
142 | Pendidikan Anti Korupsi
BAB 12
TINDAK PIDANA
KORUPSI DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Adapun Kompetensi Dasar dari Pendidikan Anti Korupsi khususnya Tindak
Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, sebagai
berikut:
• Mampu menjelaskan Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang
Undangan dan Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi
• Mampu mengetahui dan mengidentifikasi Latar Belakang Perubahan
Peraturan Perundang- Undangan dalam Tindak Pidana Korupsi dan
Peraturan Perundang Undangan yang Terkait
• Mampu menjelaskan mengenai Delik Korupsi menurut Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• Mampu memahami dan menjelaskan mengenai Gratifikasi

2. Pokok Bahasan
Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia

3. Sub Pokok Bahasan


Sub Pokok Bahasan dari Pendidikan Anti Korupsi khususnya materi Tindak
Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, sebagai
berikut:
• Sejarah Pemberantasan Tindak pidana korupsi
• Latar Belakang Lahirnya Detik Korupsi dalam Perundang-Undangan
Korupsi
• Delik Korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
BAB 13
PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
(CLEAN AND GOOD GOVERNANCE)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu memahami konsep dasar pemerintahan yang baik dan bersih
(clean and good governance), yang meliputi: pengertian pemerintahan yang
baik dan bersih (clean and good governance), asas kepemerintahan yang baik
dan bersih (clean and good governance), prinsip kepemerintahan yang baik
(good governance), dan reformasi birokrasi.

B. PENGERTIAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH (CLEAN


AND GOOD GOVERNANCE)
Governance adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau
management (pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak lagi semata-mata
dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance itu sendiri memiliki
unsur kata kerja yaitu governing yang berarti fungsi pemerintah bersama
instansi lain (LSM, swasta, dan warga negara) yang dilaksanakan secara
seimbang dan partisipatif. Sedangkan good governance adalah tata
pemerintahan yang baik atau menjalankan fungsi pemerintahan yang baik,
bersih dan berwibawa (struktur, fungsi, manusia, aturan, dan lain-lain).
Kepemerintahan yang bersih (glean governance) terkait erat dengan
akuntabilitas administrasi publik dalam menjalankan tugas, fungsi, dan
wewenang yang diberikan kepadanya, mereka tidak melakukan tindakan yang
menyimpang dari etika administrasi publik (mal-administrations). Etika
administrasi publik merupakan perangkat nilai yang dapat digunakan sebagai
acuan dan referensi bagi administrasi publik dalam menjalankan tugas, fungsi
dan kewenangan yang diberikan kepadanya, dan sekaligus dapat digunakan
sebagai standar penilaian tindakan administrasi publik. Wujud nyata tindakan
administrasi publik yang menyimpang dari etika administrasi publik adalah
melakukan Tindakan korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain-lain.
Di Indonesia, good governance dapat dipadankan dengan istilah
pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Pemerintahan yang baik
(good governance) adalah sikap di mana kekuasaan dilakukan oleh
masyarakat yang diatur oleh berbagai tingkatan pemerintah negara yang
berkaitan dengan sumber-sumber sosial, budaya, politik, serta ekonomi,
sedangkan pemerintahan yang bersih (clean governance) adalah
BAB 14
PERANAN MAHASISWA
DALAM MEMERANGI KORUPSI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif
terhadap korupsi dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan
ketentuan dan peraturan yang adil dan berpihak pada rakyat banyak,
sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak berpihak pada
masyarakat.
Generasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki andil besar dalam
memerangi korupsi. Melalui kegiatan seminar, diskusi, dan kegiatan lain yang
serupa, generasi muda mampu memahami buruknya perilaku korup,
menumbuhkan kepedulian anti-korupsi, dan yang terpenting mampu
bergerak mencegah dan memberantas korupsi.
Perkembangan adanya mata kuliah Pendidikan Budaya Antikorupsi
merupakan kompetensi institusi atau muatan lokal. Pada bab ini akan
dijelaskan uraian mengenai peran dan keterlibatan mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi. Peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi
hanya sebatas upaya pencegahan korupsi karena pemberantasan korupsi
bukanlah wewenang mahasiswa, melainkan lembaga hukum yang ada di
Indonesia. Mahasiswa sebagai agen perubahan adalah motor penggerak
dalam membantu masyarakat dalam upaya memberantas korupsi.
Keterlibatan mahasiswa dalam pemberantasan korupsi dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sekitar, nasional maupun
internasional. Beberapa kebijakan nasional seperti Perpres dan Undang-
undang telah dibuat seperti pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (undang-undang No 7 Tahun 2006), Aksi pencegahan dan
pemberantasan korupsi (Inpres No 9 Tahun 2011 dan No 17 TAHUN 2012),
Strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang
2012-2025 dan jangka menengah 2012-2014 (Perpres No 55 Tahun 2012),
Pendidikan Budaya Anti Korupsi (Inpres No 1 Tahun 2013 dan Inpres No 2
Tahun 2013. Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memotivasi
dirinya sebagai pribadi yang mau berperan aktif dalam membantu
masyarakat dalam upaya pencegahan korupsi. Mahasiswa mampu
memahami perilaku korupsi dengan memperhatikan berbagai peristiwa yang
terjadi di lingkungan keluarga, kampus, masyarakat sekitar, dan Nasional.
PROFIL PENULIS

Monalisa Siahaan, S.H., M.H


Penulis lahir pada tanggal 28 Oktober 1970 di
Medan. Penulis aktif sebagai dosen pengajar
di Program Studi Pendidikan PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
HKBP Nommensen. Penulis mendapat gelar
Magister Ilmu Hukum di Pasca Sarjana Ilmu
Hukum Universitas Darma Agung. Penulis juga
aktif dalam organisasi PWKI-Medan,
Gabungan Organisasi Wanita Medan, Forum
Pemberdayaan Perempuan Sumatera Utara,
dan Komunitas Perempuan Peduli Sumatera Utara. Selain itu, penulis
juga aktif dalam pembicara di seminar Gerakan Anti Korupsi Sebagai
Moderator Dan Pemakalah Di DPC Persatuan Wanika Kristen Indonesia,
4 (Empat ) Pilar Kebangsaan, Problematika Hukum Di Indonesia. Penulis
juga merupakan anggota dari Asosiasi Dosen Indonesia (ADI 2023)

Rince Marpaung, S.Sos., M.Pd


Penulis lahir di Banda Aceh pada 24 April 1961.
Saat ini aktif sebagai dosen pengajar di
Program Studi Pendidikan PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
HKBP Nommensen. Penulis mendapat gelar
Sarjana 1998 pada Program Studi Ilmu
Administrasi Universitas HKBP Nommensen
dan Magister pada tahun 2012 di Program
Studi Pendidikan Magister Pendidikan
Universitas Negeri Medan dengan judul tesis
“Pengaruh Kecerdasan Emosional Kepuasan Kerja dan Pengambilan
Keputusan Terhadap Kinerja Kepala Sekolah SD Negeri Wilayah Medan
Utara Kotamadya Medan”. Selain aktif mengajar juga menjabat Kepala
Yayasan Perguruan Cerdas Mandiri. Penulis juga aktif melaksanakan
penelitian di bidang dengan luaran publikasi jurnal terakreditasi

182 | Pendidikan Anti Korupsi


Nasional SINTA dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran Pkn Siswa Kelas Kls
VIII SMP Swasta Cerdas Mandiri” dengan konsentrasi Ilmu Pendidikan
PPKn. Penulis juga merupakan anggota dari Asosiasi Dosen Indonesia
(ADI 2023)

Dr. Hotmaida Simanjuntak, S.Pd., S.H., M.H


Penulis lahir di Medan, 13 April 1975. Saat ini
aktif sebagai dosen pengajar di Program
Studi Pendidikan PPKn Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP
Nommensen. Penulis mendapat gelar
Sarjana 2017 pada Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Panca Budi, Magister
Ilmu Hukum pada tahun 2014 di Universitas
Panca Budi. Kemudian mendapat gelar
Doktor tahun 2021 di Universitas Islam
Sultan Agung Semarang. Penulis juga aktif dalam organisasi Anggota
Asosiasi Profesor Doktor Hukum Indonesia, Bendahara Umum APDHI
Sumatera, Anggota Forum Prodi PPKn SUMUT

Profil Penulis | 183

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy