Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi
Penulis:
Monalisa Siahaan, Rince Marpaung, Hotmaida Simanjuntak
Desain Cover:
Septian Maulana
Sumber Ilustrasi:
www.freepik.com
Tata Letak:
Handarini Rohana
Editor:
Aas Masruroh
ISBN:
978-623-500-162-3
Cetakan Pertama:
Mei, 2024
PENERBIT:
WIDINA MEDIA UTAMA
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Segala puji dan syukur kami panjatkan selalu kepada Allah atas berkat
yang sudah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan buku yang berjudul
“Pendidikan Anti korupsi” dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan buku ini
tidak lain adalah untuk membantu para mahasiswa dalam memahami konsep
pengertian, tujuan, dan manfaat antikorupsi, model pembelajaran antikorupsi,
faktor penyebab korupsi, dampak masif korupsi, nilai-nilai antikorupsi dan
prinsip-prinsip antikorupsi, upaya pemberantasan korupsi, gerakan-gerakan,
kerja sama dan beberapa instrumen internasional pencegahan korupsi,
gerakan dan kerja sama internasional pencegahan korupsi, instrumen
internasional pencegahan korupsi, pencegahan korupsi: belajar dari negara
lain, arti penting ratifikasi konvensi antikorupsi bagi Indonesia, tindak pidana
korupsi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan peran dan
keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi. Buku ini juga akan
memberikan informasi secara lengkap mengenai pendidikan budaya
antikorupsi dari berbagai penulis atau peneliti yang namanya sudah terkenal
di mana-mana. Kami sadar bahwa penulisan buku ini bukan merupakan buah
hasil kerja keras kami sendiri. Ada banyak pihak yang sudah berjasa dalam
membantu kami dalam menyelesaikan buku ini, seperti pembuatan sampul,
editing, dan lain-lain. Maka dari itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan wawasan dan
bimbingan kepada kami sebelum maupun ketika menulis Buku Ajar PBAK.
Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih belum bisa dikatakan
sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para
pembaca agar ke depannya kami bisa lebih baik lagi dalam menulis sebuah
buku.
PENULIS
iii
DAFTAR ISI
iv
F. Rangkuman Materi ·············································································· 74
BAB 7 GERAKAN, KERJASAMA, DAN INSTRUMEN
INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI ········································· 77
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 77
B. Materi ·································································································· 77
BAB 8 GERAKAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL
DALAM PENCEGAHAN KORUPSI ······················································· 79
A. Tujuan Pembelajaran ··········································································· 79
B. Gerakan Organisasi Internasional ························································ 80
C. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi ···································· 89
D. Pencegahan Korupsi: Belajar dari Negara Lain ···································· 93
E. Arti penting Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi bagi Indonesia ·············· 97
F. Rangkuman Materi ············································································· 101
BAB 9 INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI ···················· 105
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 105
B. Korupsi ······························································································· 106
C. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi ··································· 109
D. Rangkuman Materi ············································································· 116
BAB 10 PENCEGAHAN KORUPSI: BELAJAR DARI NEGARA LAIN ·················· 119
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 119
B. Lembaga Swadaya Masyarakat Anti Korupsi Internasional ··············· 119
C. Badan Antikorupsi ············································································· 120
D. Rangkuman Materi ············································································ 124
BAB 11 ARTI PENTING RATIFIKASI KONVENSI
ANTI KORUPSI BAGI INDONESIA ·················································· 129
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 129
B. Pengertian Ratifikasi ·········································································· 129
C. Latar Belakang Terbentuknya UNCAC ················································ 130
D. Arti Penting Konvensi bagi Indonesia ················································ 135
E. Rangkuman Materi ············································································ 139
BAB 12 TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ····································· 143
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 143
B. Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundangan-undangan ··· 144
C. Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi ············································ 145
D. Delik Korupsi dalam KUHP ································································· 146
E. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor
PRT/PEPERPU/013/1950 ··································································· 146
v
F. Undang-undang No. 24 (PRP) Tahun 1960 Tentang
Tindak Pidana Korupsi ······································································ 147
G. Undang-undang No. 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidan Korupsi ················································ 147
H. TAP MPR No. XI/MPR/1998 Tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ·························································································· 147
I. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ·························································································· 147
J. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ·············································· 148
K. Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ·············································· 148
L. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ·································· 148
M. Undang-undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan
United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003 ·········· 148
N. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang
Peran serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ······· 149
O. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi ·················································· 149
P. Latar Belakang Lahirnya Delik Korupsi dalam
Perundang-undangan Korupsi ···························································· 150
BAB 13 PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
(CLEAN AND GOOD GOVERNANCE) ·············································· 153
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 153
B. Pengertian Pemerintahan yang Baik dan Bersih
(Clen and Good Governance) ···························································· 153
C. Asas Kepemerintahan yang Baik dan Bersih
(Clean and Good Governance) ··························································· 154
D. Prinsip Kepemerintahan yang Baik dan Bersih
(Clean and Good Governance) ··························································· 156
E. Reformasi Birokrasi ············································································ 160
F. Rangkuman Materi ············································································ 161
vi
BAB 14 PERANAN MAHASISWA DALAM MEMERANGI KORUPSI ··············· 165
A. Tujuan Pembelajaran ········································································· 165
B. Perjuangan Mahasiswa dalam Sejarah ·············································· 166
C. Ada Apa dengan Korupsi ···································································· 167
D. Upaya Pemberantasan Korupsi ························································· 168
E. Mahasiswa dalam Lingkup Korupsi ··················································· 168
F. Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kampus ·· 169
G. Peran Mahasiswa dalam Kegiatan di Masyarakat ······························ 170
H. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi ····························· 171
I. Upaya Mahasiswa ··············································································· 176
J. Pentingnya Peran Mahasiswa····························································· 178
K. Rangkuman Materi ············································································· 180
PROFIL PENULIS ······················································································· 182
vii
BAB 1
KONSEP PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian
pendidikan anti korupsi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan pendidikan
anti korupsi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manfaat pendidikan
anti korupsi
B. DEFINISI KORUPSI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi di Indonesia merupakan fenomena memprihatinkan yang
pemberantasannya telah diupayakan dengan berbagai cara, namun hingga
saat ini korupsi masih terjadi bahkan dilakukan oleh oknum-oknum pejabat
negara hingga aparat penegak hukum. Pada tahun 2021, mantan Menteri
Sosial RI Juliari Batubara dijatuhi vonis pidana atas perbuatan korupsi dana
bantuan sosial penanganan pandemi covid-19 tahun 2020. Pada sektor Aparat
Penegak Hukum, Jaksa Pinangki yang dijatuhi vonis pidana oleh Majelis Hakim
salah satunya karena menerima uang suap dari Pengusaha Djoko Tjandra.
Tentunya perbuatan korupsi tersebut merusak citra pejabat negara dan
aparat penegak hukum yang seharusnya amanah dan berintegritas, namun
justru mencederai kepercayaan masyarakat.
Korupsi merugikan keuangan negara, menyengsarakan masyarakat
dengan meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan sosial, serta menghambat
pertumbuhan ekonomi negara serta merusak moral suatu bangsa. Oleh
karena itu, upaya pemberantasan korupsi harus tetap diupayakan mulai dari
penanaman nilai-nilai anti korupsi, pembiasaan budaya jujur dalam
kehidupan sehari-hari hingga penegakan hukum yang tegas. Pada Pendidikan
formal, upaya pemberantasan tindakan korupsi dapat dilakukan dengan
upaya preventif yang ditanamkan sejak dini bagi peserta didik sebagai
generasi penerus melalui penetrasi nilai-nilai anti korupsi, nilai-nilai kejujuran
beserta contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting
bagi masyarakat agar memiliki pemahaman dasar mengenai pengertian
korupsi beserta bentuk- bentuk korupsi itu sendiri.
BAB 3
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menyebutkan teori penyebab korupsi
2. Mampu menyebutkan penyebab korupsi
3. Mampu menyebutkan faktor penyebab korupsi
4. Mampu memahami beberapa aspek penyebab korupsi
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah Mengikuti Materi ini Mahasiswa Mampu Memahami Dampak
Masif Korupsi Terhadap:
1. Dampak Ekonomi
2. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
3. Dampak Birokrasi Pemerintahan
4. Dampak Terhadap Politik dan Demokrasi
5. Dampak Terhadap Penegakan Hukum
6. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan
7. Dampak Kerusakan Lingkungan
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan dan mengaktualisasikan nilai-nilai antikorupsi serta
mampu menjelaskan prinsip-prinsip anti korupsi untuk mengatasi faktor
eksternal penyebab terjadinya korupsi
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami upaya-upaya pemerintah dalam usaha
memberantas korupsi
B. JENIS-JENIS KORUPSI
Menurut Badjuri, Kriminolog Noach (2009) mengatakan bahwa korupsi
merupakan salah satu bentuk kejahatan. Kejahatan merupakan suatu
tindakan yang tidak mungkin bisa dihilangkan sepanjang manusia masih ada
dibumi. Korupsi sebagai bentuk kejahatan harus dibatasi, diupayakan
berkurang bahkan diberantas secara tuntas walaupun memerlukan usaha
yang tidak mudah. Pemikiran tersebut sejalan dengan kriminolog Frank
Tanembaun yang mengatakan: crime is eternal-as eternal as society
(kejahatan adalah abadi, seabadi masyarakat).4 Sedangkan Warren (2004)
membaginya menjadi enam kategori pelaku, yakni:
• korupsi yang dilakukan oleh negara yang terdiri dari tiga kategori korupsi
eksekutif,
• korupsi peradilan, dan
• korupsi legislatif);
• korupsi yang dilakukan oleh ranah pubik (media, dan lembaga pembentuk
opini publik lainnya);
• korupsi yang dilakukan oleh masyarakat sipil;
• korupsi yang dilakukan oleh pasar.8
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami gerakan-gerakan internasional pencegahan
korupsi
2. Mampu memahami kerja sama internasional pencegahan korupsi
3. Mampu memahami instrumen internasional pencegahan korupsi
B. MATERI
Tantangan dan masalah terbesar Indonesia dan dunia Internasional pada
saat ini adalah tindakan korupsi dari berbagai lapisan masyarakat yang
semakin menceracam. Pembangunan nasional yang terhambat, keuangan
negara yang dirugikan, serta perekonomian yang carut marut adalah
beberapa efek yang dirasakan ketika korupsi masih saja sulit ditiadakan.
Adapun hambatan untuk mengenyahkan korupsi terdiri dari empat hal yaitu
struktural, kultural, manajerial, dan instrumental, sehingga perlu adanya
usaha serius dari semua pihak agar korupsi dapat teratasi, caranya antara lain:
membenahi pelayanan umum (publik), mendorong adanya transparansi,
mengoptimalkan hukuman/sanksi, serta mendukung peningkatan
pemberdayaan perangkat pencegahan korupsi.
Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 275,77 juta jiwa pada
pertengahan 2022 memiliki beberapa riwayat korupsi besar yang dilakukan
oleh oknum geladak, seperti kasus korupsi pada penjualan kondensat oleh PT
Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kerugian sebesar Rp37,8
T (tahun 2020), korupsi yang dilakukan PT Asuransi Angkatan Bersenjata
Indonesia atau Asabri (Persero) sebesar Rp22,7 T (tahun 2021), korupsi yang
terjadi pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang merugikan negara Rp 16,8
triliun (tahun 2020), dan banyak lainnya.
Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa pada tahun 2020
terjadi kerugian akibat korupsi sebesar Rp56,7 T dan mengalami total
kenaikan sebesar Rp6,2 T pada tahun 2021. Sedangkan jika diamati pada
jumlah tindak pidana korupsi dapat dilihat pada gambar 1 berupa grafik di
bawah bahwa terlihat adanya penurunan kasus korupsi yang cukup signifikan
dari tahun 2018 sebanyak 199 dan turun sebanyak 128 sehingga menjadi 71
kasus saja pada tahun 2021.
BAB 8
GERAKAN DAN KERJASAMA INTERNASIONAL
DALAM PENCEGAHAN KORUPSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami Gerakan dan Kerjasama internasional
Contoh Soal
Carilah data berapa jumlah aset-aset negara yang telah di korupsi?
Berapa banyak pula aset yang dapat dikembalikan pada negara? Bila aset-aset
negara ini tidak dapat dikembalikan, apakah yang harus dilakukan?
Diskusikanlah hal ini dengan dosen dan rekan-rekan Anda!.
Berikut beberapa konferensi internasional dalam konteks implementasi
United Nations Convention against Corruption (UNCAC) yang telah
diselenggarakan dan dihadiri oleh berbagai negara di dunia:
• The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Amman, 10-14 December 2006), the first session.
• The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Nusa Dua, Indonesia, 28 January-1 February 2008),
the second session.
• The Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption (Doha, 9-13 November 2009), the third session.
• Untuk Conference of the States Parties to the United Nations Convention
against Corruption sesi keempat akan diselenggarakan di Marrakech, 24-
28 October 2011.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami instrumen-instrumen internasional
pencegahan korupsi.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu Memahami Pencegahan Korupsi: Belajar dari Negara Lain
A. TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Mampu menjelaskan Latar Belakang dan Tujuan UNCAC
2. Mampu menjelaskan arti penting ratifikasi Konvensi Anti Korupsi bagi
Indonesia.
3. Mampu menjelaskan Implementasi Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi
bagi Indonesia
B. PENGERTIAN RATIFIKASI
Dengan ikut meratifikasi, Indonesia bisa memanfaatkan isi dari konvensi
tersebut untuk menyelesaikan masalah korupsi baik yang terjadi di dalam
negeri maupun korupsi yang terjadi lintas negara, terutama dalam rangka
pengembalian aset korupsi yang ada di luar negeri.
Ratifikasi merupakan suatu perjanjian internasional, bila ditinjau dari segi
pembuatannya, dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu pertama, perundingan
(negotiation), Dua, apabila didasarkan pada tahap-tahap pembuatannya,
perjanjian internasional dapat dibedakan dalam dua jenis, pertama,
perjanjian yang diadakan melalui tiga tahap pembuatan, yaitu: perundingan,
penandatanganan dan pengesahan; kedua, perjanjian internasional yang
pembuatannya hanya melalui dua tahap saja, yaitu: perundingan dan
penandatanganan. Jadi, suatu perjanjian internasional, untuk dapat mengikat
suatu negara, ada kalanya ditetapkan dengan melalui suatu pengesahan atau
ratifikasi. Ratikasi telah menjadi suatu elemen yang pokok untuk mengikat
diri pada suatu perjanjian antar negara.
Pengertian dari ratifikasi itu sendiri dikemukakan oleh beberapa ahli
hukum, di antaranya adalah Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa
ratifikasi adalah pengesahan atau penguatan oleh badan yang berwenang di
negaranya terhadap suatu perjanjian. Menurut Wirjono Prodjodikoro,
ratifikasi adalah suatu pernyataan resmi dari pemerintah negara masing-
masing yang mengesahkan treaty. Starke mengatakan, ratifikasi adalah
persetujuan dari kepala negara atau pemerintah atas tanda tangan wakilnya
yang terdapat pada traktat. Menurut Ian Brownlie, ratifikasi merupakan salah
satu bentuk pernyataan negara tentang kesediaannya untuk diikat oleh suatu
perjanjian internasional. Dari berbagai pengertian menurut para ahli tersebut
142 | Pendidikan Anti Korupsi
BAB 12
TINDAK PIDANA
KORUPSI DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Adapun Kompetensi Dasar dari Pendidikan Anti Korupsi khususnya Tindak
Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, sebagai
berikut:
• Mampu menjelaskan Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang
Undangan dan Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi
• Mampu mengetahui dan mengidentifikasi Latar Belakang Perubahan
Peraturan Perundang- Undangan dalam Tindak Pidana Korupsi dan
Peraturan Perundang Undangan yang Terkait
• Mampu menjelaskan mengenai Delik Korupsi menurut Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• Mampu memahami dan menjelaskan mengenai Gratifikasi
2. Pokok Bahasan
Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu memahami konsep dasar pemerintahan yang baik dan bersih
(clean and good governance), yang meliputi: pengertian pemerintahan yang
baik dan bersih (clean and good governance), asas kepemerintahan yang baik
dan bersih (clean and good governance), prinsip kepemerintahan yang baik
(good governance), dan reformasi birokrasi.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif
terhadap korupsi dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan
ketentuan dan peraturan yang adil dan berpihak pada rakyat banyak,
sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak berpihak pada
masyarakat.
Generasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki andil besar dalam
memerangi korupsi. Melalui kegiatan seminar, diskusi, dan kegiatan lain yang
serupa, generasi muda mampu memahami buruknya perilaku korup,
menumbuhkan kepedulian anti-korupsi, dan yang terpenting mampu
bergerak mencegah dan memberantas korupsi.
Perkembangan adanya mata kuliah Pendidikan Budaya Antikorupsi
merupakan kompetensi institusi atau muatan lokal. Pada bab ini akan
dijelaskan uraian mengenai peran dan keterlibatan mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi. Peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi
hanya sebatas upaya pencegahan korupsi karena pemberantasan korupsi
bukanlah wewenang mahasiswa, melainkan lembaga hukum yang ada di
Indonesia. Mahasiswa sebagai agen perubahan adalah motor penggerak
dalam membantu masyarakat dalam upaya memberantas korupsi.
Keterlibatan mahasiswa dalam pemberantasan korupsi dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sekitar, nasional maupun
internasional. Beberapa kebijakan nasional seperti Perpres dan Undang-
undang telah dibuat seperti pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (undang-undang No 7 Tahun 2006), Aksi pencegahan dan
pemberantasan korupsi (Inpres No 9 Tahun 2011 dan No 17 TAHUN 2012),
Strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang
2012-2025 dan jangka menengah 2012-2014 (Perpres No 55 Tahun 2012),
Pendidikan Budaya Anti Korupsi (Inpres No 1 Tahun 2013 dan Inpres No 2
Tahun 2013. Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memotivasi
dirinya sebagai pribadi yang mau berperan aktif dalam membantu
masyarakat dalam upaya pencegahan korupsi. Mahasiswa mampu
memahami perilaku korupsi dengan memperhatikan berbagai peristiwa yang
terjadi di lingkungan keluarga, kampus, masyarakat sekitar, dan Nasional.
PROFIL PENULIS