Perilaku Konsumen - Chapter 5 & 6
Perilaku Konsumen - Chapter 5 & 6
Cue
s Reinfor
Motiv cement
es Respons
es
LO 2 : Classical
Conditioning
Classical Conditioning
Behavioral learning is
sometimes referred to as
stimulus-response learning
because it is based on the
premise that observable
responses to specific external
stimuli signal that learning has
taken place.
Classical conditioning is
viewed as a “knee-jerk” (or
automatic) response that builds
up through repeated exposure
and reinforcement
The Strategic ● Associative learning
Applications of ● Repetition
Classical
● Stimulus Generalization
● Stimulus Discrimination
Conditioning to
Consumer
Behavior
The Strategic 2. The Role of Repetition
Applications of In advertising, repetition is the key to
Classical forming associations between brands and
Conditioning to fulfillment of needs. Repetition increases the
strength of the association between two
Consumer stimuli and slows down forgetting this
Behavior connection → advertising wear-out
Consumer search for information and carefully evaluate what we learned. This kind
of learning, called cognitive learning, consists of mental processing of data rather
than instinctive responses to stimuli
STORING INFORMATION
INFORMATION REHEARSAL AND RETRIEVAL
Komponen kognitif terdiri dari pengetahuan dan persepsi seseorang tentang ciri
objek untuk menentukan sikap (Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap).
The Affective Component
Komponen afektif mewakili emosi dan perasaan konsumen mengenai objek sikap,
atau evaluasi (yaitu, tingkat dimana individu menilai objek sikap sebagai
"menguntungkan" atau "tidak menguntungkan," "baik" atau "buruk").
The Conative Component
Mengubah sikap konsumen adalah strategi pemasaran yang penting. Tujuan dari
merek-merek terkemuka adalah untuk memperkuat dan mempertahankan sikap
positif pelanggan yang ada, sehingga pelanggan tidak akan menyerah pada
penawaran khusus pesaing dan bujukan lainnya yang dirancang untuk
memenangkan pelanggan (banyak benefit yang ditawarkan).
Altering Consumers’ Attitude
Mengubah sikap tentang produk dan merek itu sulit karena konsumen sering
menolak bukti bahwa tantangan memiliki sikap atau keyakinan yang kuat dan
cenderung menafsirkan informasi yang ambigu dengan cara yang memperkuat sikap
mereka yang sudah ada sebelumnya.
Changing Attitudes about Products and Brands
HOW?
Attitude-Toward-Object Model :
dalam mengembangkan
promosi yang dirancang
untuk mengubah sikap
konsumen yang
menyukai brand yang
diiklankan.
Semantic Differential Scales
Multi-Attribute Attitude Models
Attitude-Toward-Behavior Model :
Menjelaskan sikap individu saat berperilaku atau bertindak
berkenaan dengan suatu objek, bukan hanya sikap orang
terhadap objek itu sendiri.
Contoh:
(+ attitude thdp behaviour)Mencari mobil baru seperti Lexus
(- attitude terhadap object)Tidak mampu membeli mobil mewah
Lexus
Penelitian di Taiwan, ● Keefektifan dan modern
● Kebebasan memilih
Konsumen yang gagal mencoba Try to Consume tidak mengenali semua pilihan
konsumsi yang tersedia atau lebih memilih untuk mengorbankan diri atau
menunda kepuasan.
Multi-Attribute Attitude Models
Attribute-Toward-The Ad Model:
Menyajikan perasaan konsumen ketika mereka melihat dan
mendengar iklan secara signifikan mempengaruhi sikap
mereka terhadap merek yang diiklankan.
Changing The Motivational Functions of Attitudes
Cognitive Dissonance
Post-purchase dissonance
● Self-Perception Attributions
● Foot in The Door Technique
● Attributions Toward Others
● Attributions Toward Objects
● Analyzing Self-Attributions
Case Study
Pesta Akhir Tahun Telkomsel
Case 1
http://sumsel.tribunnews.com/2016/03/03/pelanggan-rela-antre-panjang-di-telkomsel-poin-shop-dine
Case 1
Case 2
https://ekonomi.bisnis.com/read/20171020/101/701263/pelanggan-cuek-9-miliar-poin-telkomsel-terancam-
hangus
Latar Belakang dan Permasalahan
● Reinforcement is the reward that the consumer receives
after buying and using a product or a service.
● Kelompok kami mengangkat isu telkomsel poin sebagai
suatu bentuk dari Reinforcement yang mana dapat
meningkatkan pembelian produk di kemudian hari.
● Program penukaran poin yang hanya beberapa waktu saja
membuat banyak pelanggan harus antre lama untuk dapat
menikmati telkomsel poin.
● Hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab banyaknya
konsumen yang akhirnya enggan menukarkan telkomsel
poin
Kesimpulan