Lompat ke isi

Stasiun Medan

Koordinat: 3°35′27.16″N 98°40′47.07″E / 3.5908778°N 98.6797417°E / 3.5908778; 98.6797417
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Stasiun Medan Atas)
Stasiun Medan
Kereta Api Indonesia Kereta Api Indonesia#Kereta api bandara
A01PD01S05SE01SU01

Suasana dari barat daya Stasiun Medan
Lokasi
Koordinat3°35′27.16″N 98°40′47.07″E / 3.5908778°N 98.6797417°E / 3.5908778; 98.6797417
Ketinggian+22 m
Operator
Letak
km 0+000 (semua lintas Divre I)[1]
Jumlah peron4
Jumlah jalur9
LayananAntarkota: Putri Deli dan Sribilah (Utama dan Fakultatif)
Kereta bandara dan komuter: Sri Lelawangsa
Lokal: Siantar Ekspres
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah dan layang
Fasilitas sepedaYa
Akses difabelYa
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka25 Juli 1886; 138 tahun lalu (1886-07-25)
Dibangun kembali1892, 1916, 1939, 1988, 2013, 2016-sekarang
Perusahaan awalDeli Spoorweg Maatschappij
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Binjai Sri Lelawangsa Bandar Khalipah
Stasiun sebelumnya Layanan lokal/komuter Stasiun berikutnya
Terminus Siantar Ekspres
Medan–Siantar, p.p.
Bandar Khalipah
menuju Siantar
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Bus Listrik Medan Halte berikutnya
Kantor Walikota
Perjalanan satu arah
Koridor 1
transfer di Lapangan Merdeka
Balaikota
menuju Amplas
Deli Park Kesawan
Perjalanan satu arah
Deli Park
menuju JCity
Koridor 2
Terminus
transfer di Lapangan Merdeka
Kantor Walikota
Perjalanan satu arah
Putri Hijau Koridor 3
Terminus
transfer di Lapangan Merdeka
Merak Jingga
Perjalanan satu arah
Simpang Waspada Koridor 4
Terminus
transfer di Lapangan Merdeka
Kesawan
Perjalanan satu arah
Grand Inna Koridor 5
Terminus
transfer di Lapangan Merdeka
Pandu
Perjalanan satu arah
Halte sebelumnya Trans Mebidang Halte berikutnya
HM Yamin
Perjalanan satu arah
Koridor 1
transfer di Lapangan Merdeka
Pajak Ikan
Deli Park
menuju Binjai
Bank Indonesia
Perjalanan satu arah
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Parkir sepeda Jalur difabel Cetak tiket mandiri Ruang menyusui Galeri ATM Layanan pelanggan Pos kesehatan Pertokoan/area komersial Area merokok Musala Toilet Lift Eskalator Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Mesin tiket Cetak tiket mandiri Wastafel Isi baterai Tempat naik/turun Restoran Terminal barang Sistem pengenalan wajah 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Medan (MDN) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kelurahan Kesawan, Medan Barat; dan Gang Buntu, Medan Timur, Medan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +22 meter di atas permukaan laut ini merupakan stasiun kereta api terbesar dan tersibuk di Sumatera dan diluar Pulau Jawa, dimana stasiun kereta api ini merupakan stasiun kereta api utama di Kota Medan dan Sumatera Utara, berada dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh dan KAI Bandara. Setiap harinya melayani penumpang ke berbagai wilayah di Sumatera Utara.

Letaknya sangat strategis di pusat kota Medan, tepatnya di depan Lapangan Merdeka dan dekat dengan bangunan-bangunan bersejarah lainnya seperti Kantor Pos Besar Medan, Balai Kota (sekarang Hotel Grand Aston), Hotel Dharma Deli, Bank Indonesia, dan Gedung London Sumatra.

Stasiun ini mempunyai city check-in untuk calon penumpang di Bandar Udara Internasional Kualanamu. Layanan ini juga adalah yang pertama di Indonesia. Pada tanggal 8 Mei 2007, stasiun ini mendapat Penghargaan Prima Utama dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk pelayanan unit transportasi publik.[4]

Generasi pertama

[sunting | sunting sumber]
Bangunan generasi pertama Stasiun Medan sebelum perluasan
Bangunan generasi pertama Stasiun Medan pascaperluasan 1892

Stasiun Medan diresmikan pembukaannya pada 25 Juli 1886 oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Kala itu terdapat jalur yang menghubungkan Stasiun Medan dan Stasiun Labuhan sepanjang 16,7 kilometer.[5] Jalur tersebut menghubungkan pusat Kota Medan ke arah Pelabuhan Belawan. Jalur rel dilanjutkan dari Stasiun Labuhan hingga Stasiun Belawan yang diresmikan pada 16 Februari 1888 serta sempat melayani rute Medan-Aceh (Atjeh Staatspoorwegen).[6][7]

Desain asli stasiun ini disesuaikan dengan kebutuhan kereta api di saat itu, yang pada dasarnya tidak terlalu besar. Bangunan stasiun ini terdiri dari dua lantai; yang bawah digunakan untuk pelayanan penumpang kereta api, sedangkan yang atas adalah kantor administrasi DSM. Stasiun ini juga sudah diperlengkapi dengan kanopi kayu pada peron jalur 1-nya. Selain itu, juga dibuatkan fasilitas parkir untuk kereta kuda, gerobak, dan angkong. Panjang bangunannya sendiri sebesar 37 meter (121 ft).[8]

Seiring perkembangan Kota Medan, dibangun jalur kereta api baru dengan rute Medan–Serdang–Perbaungan dan Binjai–Selesai sehingga jalur DSM bertambah dari 55 menjadi 103 km. Stasiun Medan lambat laun semakin ramai, tetapi bangunan generasi Stasiun Medan, menjadi terasa kekecilan sehingga pada 1892, stasiun ini diperluas. Dibangun dua sayap baru yang ditambahkan di kiri-kanan bangunan eksisting sehingga menambah panjang fasad menjadi 50 meter (160 ft). Kanopi peron jalur 1 juga diperpanjang, sedangkan tata letak lantai dasar diubah.[9]

Bangunan generasi pertama Stasiun Medan pascaperluasan 1916

Pada tahun 1916 kebutuhan mendesak untuk memperbesar untuk kedua kalinya bangunan Stasiun Medan bisa dipenuhi karena bertambahnya luas perkebunan dan perkotaan. Pada tahun tersebut, panjang jalur DSM menjadi 258 km, dan masih terus diupayakan meski Perang Dunia I tengah berkecamuk. Tambang minyak Pangkalan Brandan, perkebunan baru Tebing Tinggi dan Kisaran, serta pelabuhan Tanjungbalai terhubung kereta api. Perluasan besar-besaran gedung stasiun pada tahun 1916 juga membawa perubahan penting pada bangunan lama. Pertama, tata letak ruangan di lantai dasar dirombak total untuk mengakomodasi ruang tunggu kelas satu dan dua. Kedua, ruang terbuka antara sayap bangunan kiri maupun kanan dengan bangunan tengah diubah menjadi emperan berkanopi dan dinaikkan setinggi lantai. Selain itu, dilakukan perpanjangan bangunan sebesar 42 m, juga dilengkapi dengan tangga depan, yang dilakukan di sisi selatan. Administrasi DSM yang semula berlokasi di Stasiun Medan telah pindah ke kantor pusat dan di kantor telepon, sehingga kantor di lantai 2 stasiun diubah menjadi tempat dinas lapangan. Kantor barang dibangun di paling selatan stasiun.[9]

Peron jalur 1 diperbesar dan dibangun underpass antara peron 1 dan 2. Antara tahun 1916 dan 1938 hanya terjadi sedikit perluasan kantor barang, sementara beberapa perubahan kecil juga dilakukan pada interior stasiun.[9]

Generasi kedua

[sunting | sunting sumber]
Bangunan Stasiun Medan generasi kedua

Pada tahun 1938, DSM merasa bahwa bangunan eksisting Stasiun Medan sudah tidak sesuai dengan kondisi Kota Medan yang semakin ramai. Terdapat empat faktor yang menyebabkan DSM berkeinginan untuk mengganti seluruh bangunan Stasiun Medan. Pertama, usia bangunan yang sudah tua, yang membuat atap, lantai, dan dinding kayu di lantai 1 harus diganti. Kedua, terdapat ruangan stasiun yang dirasa terlalu besar maupun kecil. Ketiga, perlu diadakan renovasi kanopi peron yang sudah tua karena kayu-kayunya dimungkinkan lapuk termakan usia. Keempat, arsitektur bangunan lama yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu.[9]

Empat poin tersebut menyebabkan manajemen DSM mengajukan proposal kepada Dinas Jalan Bangunan untuk merombak besar-besaran bangunan utama Stasiun Medan, dengan konsep arsitektur modern era 1930-an. Untuk melaksanakan proyek ini, sejumlah sketsa proyek telah disusun, tetap sebelum konsep finalnya dibuat, Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan meminta saran mengenai hal ini. Karena sangat mempengaruhi tata ruang kota yang direncanakan Pemerintah Kota Medan kala itu, maka sejumlah koreksi dan perbaikan dilaksanakan. Proyek ini pun dimulai Juli 1938 dengan membongkar bangunan lama stasiun.[10]

Pada area pelayanan kereta api, atap peron jalur 1 disambung dengan gedung stasiun. Peron kedua sudah dilengkapi kanopi sehingga tidak perlu diubah atau diperbarui. Bangunan dibuat tidak terlalu tinggi maupun pendek, sehingga ukuran ruangannya disesuaikan menurut peruntukannya. Perombakan tata letak bangunan ditujukan pada ruang kepala stasiun, administrasi, dan keamanan. Kemudian, perombakan ruang tunggu, loket, dan pelayanan bagasi agar lebih dekat pintu keberangkatan/kedatangan serta terowongan bawah tanah agar calon penumpang tidak perlu berjalan kaki jauh. Selain itu, dilakukan penataan ruang tunggu kelas satu, kelas dua, dan toilet kelas satu di sebelah selatan hall keberangkatan, agar penumpang kelas satu dapat lebih nyaman. Perubahan minor dilakukan pada kantor pergudangan di bagian paling selatan stasiun (dekat Titi Gantung).[11]

Lantai 2 juga dirombak, karena DSM tidak lagi membutuhkan seluruh ruangan sebagai kantor, dan memutuskan untuk menyewakan sebagian ruangan tersebut. Pintu masuk baru ditempatkan di bagian kanan ruang tunggu kelas tiga. Tangga dibangun di selatan ruang tunggu kelas tiga yang berlokasi di utara hall keberangkatan, untuk menuju lantai 2. Bangunan stasiun generasi kedua ini rampung pada 1939.[11]

Generasi ketiga

[sunting | sunting sumber]
Tampak depan bangunan stasiun Medan

Sehubungan dengan transformasi Kota Medan menjadi kota metropolitan, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memutuskan untuk mengganti bangunan Stasiun Medan. Pada tahun 1984, diteken pelepasan aset pergudangan di atas lahan stasiun senilai Rp4,2 miliar, berdasarkan Surat Persetujuan Menteri Keuangan No. 5/87/MK.011/84 tertanggal 16 Januari, Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri cq Dirjen Agraria No. 393/1561/57 tertanggal 6 Februari, serta Surat Persetujuan Menteri Perhubungan No. A/635/KA.102/MHB tertanggal 26 Juli. Ketiga surat ini diurus oleh Kantor Pusat PJKA di Bandung, sedangkan Eksploitasi Sumatera Utara melaksanakan proyek tersebut. Proyek ini menempati lahan seluas 40.200 meter persegi (433.000 sq ft), sedangkan bangunan generasi ketiga ini akan memiliki empat lantai.[12]

Memulai proyek tersebut, bangunan generasi kedua stasiun akhirnya dibongkar. Yang tersisa dari kompleks bangunan generasi kedua adalah menara jam di bagian muka stasiun, keberadaan depo lokomotif yang masih berarsitektur Belanda, bagian atap peron yang menaungi jalur 2 dan 3, serta jembatan gantung ("Titi Gantung") di ujung sebelah selatan stasiun.

Selama beberapa tahun ke depan, Stasiun Medan telah mengalami perombakan total dari bentuk aslinya. Hingga kini stasiun ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi besar terakhir dilakukan pada tahun 2013 dengan dibangunnya gedung baru untuk kereta api bandara (sebagai City Railway Station) serta perombakan desain gedung eksisting untuk layanan kereta regional. Stasiun ini juga memiliki jalur layang (arah Pulu Brayan dan Bandar Khalipah) yang pembangunannya dimulai pada tahun 2016.[13]

Bangunan dan tata letak

[sunting | sunting sumber]

Stasiun Medan memiliki tiga pintu masuk/keluar, yaitu sisi Lapangan Merdeka merupakan pintu masuk/keluar untuk kereta api antarkota dan lokal. Pintu lainnya, yakni sisi Lapangan Merdeka ,merupakan pintu masuk/keluar untuk layanan kereta bandara. Sisi ketiga, sisi Jalan Jawa/Mall Centre Point merupakan pintu keluar untuk layanan kereta bandara.

Stasiun ini awalnya memiliki sembilan jalur kereta api dengan jalur 1 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Binjai, sedangkan jalur 2 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Pulu Brayan-Belawan. Ketika dibangunnya rel layang baru yang memakan jalur 6 dan 7, otomatis jumlah jalur stasiun kereta api ini berkurang menjadi tujuh. Begitu proyek rel layang baru ini selesai, jumlah jalurnya kembali menjadi sembilan dengan 2 jalur berada di atas. Selain itu, sistem persinyalan elektrik yang lama (tipe GL1) sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.

Di samping bangunan stasiun terdapat monumen lokomotif uap bertipe 2-6-4T buatan Hartmann (kemudian bernama Sächsische Maschinenfabrik) di Chemnitz, Jerman tahun 1914. Stasiun ini memiliki depo lokomotif yang merawat lokomotif besar jenis diesel elektrik maupun hidraulis dan juga Pengawas Urusan Kereta (PUK).

Rel yang terdapat di stasiun ini membujur dari utara ke selatan. Rel yang mengarah ke selatan merupakan rel dengan arah perjalanan ke Tebing Tinggi, Kisaran, Tanjung Balai, Siantar, dan Rantau Prapat, sedangkan rel yang mengarah ke utara yang bercabang sekitar 850 m di utara stasiun merupakan arah perjalanan ke Belawan, Binjai, dan Besitang. Dari Stasiun Medan, dahulu terdapat juga percabangan rel ke Pancur Batu dan DelituaBatu, yang sudah nonaktif.

Layanan kereta api

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[14]

Antarkota

[sunting | sunting sumber]
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Kelas campuran
SU Sribilah Utama Eksekutif-Bisnis Medan Rantau Prapat
Kelas ekonomi
Sribilah Fakultatif Ekonomi/Ekonomi Premium Medan Rantau Prapat

Dijalankan pada hari tertentu


PD Putri Deli Ekonomi Medan Tanjungbalai
Nama kereta api Relasi perjalanan
SE Siantar Ekspres Medan Siantar

Kereta bandara & Komuter

[sunting | sunting sumber]
Nama kereta api Relasi perjalanan
SA Sri Lelawangsa Bandara Kualanamu Kuala Bingai

Antarmoda pendukung

[sunting | sunting sumber]
Jenis angkutan umum Koridor/trayek Tujuan
Trans Mebidang M1 Terminal Kota Binjai- Pusat Pasar (Medan)
Bus Listrik Medan[15] 1 Terminal Pinang BarisTerminal Terpadu Amplas
2 J City-Lapangan Merdeka
3 Belawan-Lapangan Merdeka
4 Medan Tuntungan-Lapangan Merdeka
5 Medan TembungLapangan Merdeka

Pada tanggal 22 Desember 2008 pukul 16.30 WIB, Kereta api Putri Deli anjlok menjelang masuk Stasiun Medan berakibat dari patahnya bantalan rel. Hal ini mengakibatkan dua unit kereta dan lokomotif terguling, dan dua orang terluka.[16]

Pada tanggal 15 Desember 2015, KRD Srilelawangsa menabrak sepur badug usai diuji coba. Tidak ada korban jiwa pada insiden ini.[17]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ <asep.muhamad[at]torche.co.id>, Asep Muhamad. "TUJUH UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN TRANSPORTASI RAIH PENGHARGAAN PRIMA UTAMA". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-03-09. 
  5. ^ "Wajah Perkeretaapian Medan", Kompas, 7 Mei 2015
  6. ^ Sinar, Tengku Luckman (1996). The History of Medan in the Olden Times. Medan: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu. 
  7. ^ Anonim (1916). Yearbook of the Netherlands East Indies. Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel. hlm. 195. 
  8. ^ Ijspeert & 633-634.
  9. ^ a b c d Ijspeert & 634.
  10. ^ Ijspeert & 635.
  11. ^ a b Ijspeert & 635-636.
  12. ^ 036 (1987-03-06). "Dimulai Pelaksanaan Pembangunan Gedung Stasiun Besar KA Berlantai 4 di Medan". Berita Yudha. Diakses tanggal 2025-01-08. 
  13. ^ "Jokowi Resmikan Pengerjaan Jalur Layang Stasiun Medan-Bandar Khalipah Hari Ini" Diarsipkan 2016-09-14 di Wayback Machine., JPNN.com, 2 Maret 2016
  14. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Utara Tahun 2023 (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 16. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 
  15. ^ "Medan | Teman Bus". Diakses tanggal 2021-11-30. 
  16. ^ https://www.facebook.com/detikcom. "KA Putri Deli Jurusan Tanjung Bale-Medan Anjlok, 2 Penumpang Luka". detiknews. Diakses tanggal 2023-07-13. 
  17. ^ Redaksi (2015-12-15). "KA Sri Lelawangsa 'Tabrak' Tumpukan Beton di Medan". KabarMedan.com. Diakses tanggal 2023-07-13. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Terminus Medan–Tebing Tinggi
via jalur atas/layang
Bandar Khalipah
Medan–Tebing Tinggi
via jalur bawah
Medan Pasar
Pulu Brayan
menuju Belawan
Belawan–Medan Terminus
Helvetia
menuju Besitang
Besitang–Medan
Terminus Medan–Batu Kampung Baru
menuju Batu
pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy