fkf7lt1591300047 PDF
fkf7lt1591300047 PDF
By
Aris Susilo
Oleh
Aris Susilo
Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak
untuk keperluan foto udara. Keakuratan dalam penerbangan sangat mutlak
dilakukan untuk menghasilkan foto udara berkualitas yang sesuai dengan titik
koordinat daerah yang akan difoto. ArdupilotMega merupakan sistem autopilot
open source yang telah banyak digunakan untuk wahana udara tak berawak,
pengembangan sistem autopilot sangat diperlukan agar wahana memiliki
kemampuan terbang yang baik.
Pengembangan sistem autopilot terbagi menjadi tiga bagian yaitu : (1) konfigurasi
perangkat keras autopilot dan perangkat elektronik penunjang pada wahana udara;
(2) Konfigurasi perangkat lunak yaitu pemasangan firmware, kalibrasi sensor dan
pengaturan nilai Proportional Integrative Derivative (PID); (3) Uji terbang untuk
memastikan setiap konfigurasi berjalan baik dan mengetahui eror lintasan wahana.
Hasil uji terbang menunjukkan bahwa jarak ideal antar titik waypoint adalah 20
meter dengan radius 5 meter. Lintasan wahana pada saat misi terbang memiliki
error rata-rata lebih dari 1 meter pada setiap sesi penerbangan. Wahana dapat
mempertahankan ketinggian terbang sesuai dengan flight plan yaitu 50 meter
diatas permukaan tanah. Radio telemetry sukses mengirimkan data sikap wahana
selama penerbangan dengan RSSI (Received Signal Strength Indicator) sebesar
90% pada setiap sesi penerbangan dengan jarak terjauh adalah 1 km.
Oleh
Aris Susilo
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. WUT BKP-001 sedang melakukan misi surveillance dan dropping
Gambar 2.16. Tiga kumparan stator tiga fasa dan stator motor DC [16] ............ 24
Gambar 4.5. (a). Roll kekanan 45º. (b). Roll kekiri 45º ....................................... 53
Gambar 4.6. (a). Nose up 20º. (b). Nose down 20º .............................................. 54
Gambar 4.9. Posisi dan kuat sinyal satelit GPS dilangit ..................................... 57
Gambar 4.11. Posisi dan kuat sinyal satelit GPS dilangit ................................... 59
Gambar 4.20. Grafik eror radius uji terbang misi pertama sesi pertama ............. 67
Gambar 4.25. Grafik eror radius uji terbang misi pertama sesi kedua ................ 72
Gambar 4.30. Grafik eror radius uji terbang misi pertama sesi ketiga ................ 78
Gambar 4.37. Grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi pertama ................ 86
Gambar 4.42. Grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi kedua ................... 92
Gambar 4.47. Grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi ketiga ................... 98
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
4.1 Hasil........................................................................................................ 47
4.1.1 Hasil Instalasi Hardware ................................................................. 47
4.1.2 Uji Sensor dan Telemetry................................................................ 52
4.1.3 Uji Terbang ..................................................................................... 61
4.1.4 Hasil Foto Udara ............................................................................. 99
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 101
4.2.1 Uji Terbang Misi Pertama ............................................................. 102
4.2.2 Uji Terbang Misi Kedua................................................................ 105
Tabel 2.1. Penjelasan fungsi karakter dari set data NMEA .................................. 19
Tabel 3.1. Deskripsi pin out crius uBlox neo 6-M ............................................... 39
Tabel 4.1. Eror radius uji terbang misi pertama sesi pertama .............................. 66
Tabel 4.2. Eror radius uji terbang misi pertama sesi kedua.................................. 71
Tabel 4.3. Eror radius uji terbang misi pertama sesi ketiga ................................. 76
Tabel 4.4. Eror radius uji terbang misi kedua sesi pertama.................................. 83
Tabel 4.5. Eror radius uji terbang misi kedua sesi kedua ..................................... 89
Tabel 4.6. Eror radius uji terbang misi kedua sesi ketiga ..................................... 96
“Selalu ada harapan bagi mereka yang sering
sering berusaha”
RIWAYAT HIDUP
2008.
Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro
Selain itu penulis juga menjadi asisten laboratorium Teknik Digital. Selain
sebagai asisten penulis juga tergabung dalam pusat unggulan URO (Unila
Robotika dan Otomasi) dan telah mengikuti berbagai macam perlombaan tingkat
regional dan nasional, diantaranya divisi KRI (Kontes Robot Indonesia) tahun
2010, Divisi robot berkaki pada KRCI (Kontes Robot Cerdas Indonesia) tahun
2011, Divisi fixed wing kategori surveillance pada KRTI (Kontes Robot Terbang
Indonesia) tahun 2013 dan berhasil meraih juara 2 dan best low cost.
SANWACANA
Ta’ala atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga penulis
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu,
petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak terutama kepada dosen
tak terhingga penulis ucapkan kepada Bapak almarhum Yuliarto Raharjo, S.T.,
M.T. beliau adalah dosen, pembimbing dan sekaligus teman ngobrol saat-saat
aktif membina Unila Robotika dan Otomasi. Terkenang moment saat ngobrol
pada Kontes Robot Terbang Indonesia 2013 di jatinangor, pelukan dan rasa haru
mengiringi perolehan gelar juara umum saat itu, moment yang tak terlupakan
sampai kapanpun. Terimakasih telah menjadi figur ayah dan teman yang baik
untuk kami seluruh anggota URO, semoga amal baik Bapak diterima dan semoga
M.Sc. sebagai Dosen pembimbing atas ilmu, saran dan waktu yang diberikan
untuk pengerjaan penelitian ini. Banyak waktu yang penulis buang dengan sia-sia
sehingga pengerjaan skripsi ini menjadi sangat lama. Selamat atas terpilihnya
Bapak menjadi Kepala Jurusan Teknik Elektro Unila, semoga Bapak diberi
kekuatan oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dengan baik dan amanah.
Kepada Bapak Syaiful Alam, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing penulis
penelitian ini. Ucapan terimakasih tak lupa pula penulis ucapkan kepada Bapak
M. Komarudin, S.T., M.T. sebagai Dosen Penguji, terimakasih atas ilmu, saran
Tak lupa penulis ucapkan rasa terimakasih kepada seluruh dosen mata-kuliah
Jurusan Teknik Elektro atas semua ilmu, didikan, dan bimbingan yang penulis
selama ini.
Emak dan Bapak dirumah terimakasih atas semua jerih payah dan doanya
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Adikku tercinta Candra
Puspika, Rini Hardiyanti Afifah dan seluruh keluarga besar yang tidak dapat
Teman-teman di Unila Robotika dan Otomasi (URO) , Kak Iman, Kak Beny,
Dana, Dexy, Deni Tukul, Nyo, Supri, Hendi, Dimas, Songkot, Ucup, Hari, Gata,
Made, Bang Ocik, Choi, Isol, Nanang, Valen, Renta, Venus, Nasrul, Yasin,
Menachem, Dickson, Angkatan 2012, 2013 dan 2014. Terimakasih atas
saat susah maupun senang dan semoga tali silaturahmi dapat terjalin meskipun
Semua pihak yang telah membantu serta mendukung Penulis dalam segala hal
yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan rekan-rekan Teknik Elektro yang
telah membantu serta mendukung penulis dari awal hingga akhir perkuliahan.
Aris Susilo
I. PENDAHULUAN
Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak
Dibandingkan dengan wahana udara berawak, wahana udara tak berawak dapat
teritorial, pengawasan lingkungan, kerja polisi, kendali lalu lintas jalan raya,
pengawasan area berbahaya, area bencana atau area yang terkontaminasi, dan
dan Otomasi (URO), saat ini sedang mengembangkan pemanfaatan foto udara
yang berfokus pada bidang pertanian dan perkebunan. Pemanfaatan ini sebagian
daerah penyebaran tanaman seperti pada perkebunan kelapa sawit dan karet.
dilengkapi dengan sistem autopilot sehingga pesawat model dapat terbang dengan
2
akurat mengikuti titik koordinat waypoint yang telah ditentukan pada mission
planner.
udara berkualitas yang sesuai dengan titik-titik koordinat daerah yang akan difoto.
board autopilot ArdupilotMega 2.5 dan GPS kemudian dilanjutkan dengan proses
Integrative Derivative (PID) untuk setiap flight mode. Setelah konfigurasi selesai,
menggunakan tiga flight mode yaitu stabilize, auto dan Return to Launch (RTL).
Pada mode stabilize, wahana dikontrol oleh pilot dengan stabilisasi. Mode auto,
pesawat akan mengikuti GPS waypoint yang ditetapkan oleh utilitas konfigurasi.
Mode RTL, pesawat akan kembali ke titik peluncuran dan terbang melingkar
berhasil apabila dalam ujicoba, pesawat model dapat terbang sesuai dengan tiga
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian dalam tugas akhir ini adalah mengembangkan sistem
lunak dan perangkat keras autopilot tersebut pada sebuah pesawat aeromodelling,
titik-titik waypoint yang telah ditentukan dan dapat mengirimkan data telemetri
lebih lanjut wahana udara tanpa awak dengan sistem autopilot khususnya yang
terakhir, akan tetapi metodologi pengendali utama tetap berupa radio remote dan
terprogram. Jika komunikasi link tidak dipercepat atau tidak dapat diandalkan,
maka mode radio kendali jarak jauh tidak akan memiliki efek apapun. Meskipun
komunikasi, WUT tidak akan dapat memperbaharui misi ketika rencana atau
4
dari dua metodologi ini tidak dapat memberikan solusi terhadap suatu situasi di
bawah lingkungan yang tidak pasti. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi saat
ini sudah memadai untuk otomatisasi WUT yang beroperasi dalam kondisi
lingkungan yang relatif terstruktur. Akan tetapi untuk WUT yang berada pada
kondisi lingkungan yang tidak pasti atau berubah dengan cepat, maka teknik-
teknik pengendalian yang ada saat ini tidak memadai. Dengan demikian,
pengendali autopilot yang otonom dan responsif bagi WUT menjadi sangat
diperlukan.
bawah ini:
ArdupilotMega 2.5 pada WUT dengan tipe sayap fixed wing Proto-03.
2. Sistem Ground Control Station (GCS) yang digunakan pada penelitian ini
dibatasi hingga untuk tujuan penerbangan pesawat secara otomatis pada mode
Auto.
5
akhir ini adalah pesawat dapat terbang dengan tiga flight mode yaitu stabilize,
auto, RTL sesuai dengan flight plan dan dapat mengirimkan hasil telemetri
6. Dalam uji penerbangan pesawat, mode auto hanya digunakan saat pesawat
stabilize.
Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman mengenai materi tugas akhir ini,
BAB I PENDAHULUAN
diperoleh.
Bab ini berisi simpulan semua kegiatan dan hasil-hasil yang diperoleh
datang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan sistem autopilot pada wahana udara tanpa awak (WUT) telah
praktisi. Instalasi dan konfigurasi paparazzi autopilot tiny13 v1.1 pada pesawat
model wing dragon telah dilakukan pada [1]. Pada penelitian ini, dilakukan
proses instalasi dan konfigurasi Paparazzi Autopilot pada pesawat model. Proses
plan. Pengujian terbagi menjadi dua, yaitu uji tunning dan uji terbang. Hasil uji
tunning yang didapat menyatakan bahwa tidak ada masalah pada hasil instalasi
dan konfigurasi Paparazzi Autopilot. Pada saat uji terbang, pesawat berhasil
diterbangkan secara manual, mode Auto1, dan hingga mode Auto2. Berdasarkan
tampilan Grafik User Interface (GUI) pada Ground Control Station (GCS) data
Pada literatur lainnya [2], dikembangkan rancang bangun sistem manual pilot
menggunakana joystick Logitech dan sistem autopilot pada wahana udara tak
berawak. Pada penelitian ini, sistem terdiri dari hardware berupa perangkat data
yang mendapatkan data dari kontroler dan pengolah data joystick. Berdasarkan
hasil pengujian, wahana sudah dapat dikendalikan secara manual pilot dengan
328p oleh Muhammad Rizky Wiguna Utama pada tahun 2013. Penelitian ini
membahas tentang sistem kendali holding position pada quadcopter yang sesuai
dengan koordinat terbang yang ditentukan. Hasil penelitian ini adalah quadcopter
dan mampu mengirim data telemetri ke GCS dalam bentuk GUI melalui radio
Rancang bangun tracking antenna 2.4GHz untuk komunikasi data video antara
WUT dengan ground station oleh K.A Iqbal Apriansyah. Penelitian ini
diharapkan video output pada ground station menjadi jernih pada saat WUT
sistem masih belum dapat bekerja sesuai dengan yang di harapkan karena sistem
Sistem penjejakan wahana udara tak berawak pada sistem informasi geografi di
WUT merupakan wahana udara tanpa awak yang salah satu pengoperasiannya
dengan cara dikendalikan dari jarak jauh. Pada dasarnya pesawat, atau helikopter
misi yang berguna dan dapat dikendalikan dari jauh atau memiliki kemampuan
terbang secara otomatis [6]. Model wahana udara tak berawak dengan tipe fixed
Gambar 2.1. WUT BKP-001 sedang melakukan misi surveillance dan dropping
payload [7]
kemanusiaan :
10
sehingga dapat mengurangi kegiatan pembalakan liar. Dengan WUT kita juga
b. Peristiwa bencana alam yang terjadi dapat dipantau, baik bencana alam yang
alam. Gambar 2.2. merupakan hasil foto udara penambangan pasir liar yang
Secara umum sistem WUT dibentuk oleh beberapa bagian yang saling
berinteraksi, seperti pesawat, dan GCS. Adapun bagian penyusun WUT dapat
Keterangan:
klik.
12
b. Perangkat lunak open source yang gratis datang dalam versi yang berbeda
sebagai main prossesor dan Atmega 32u sebagai universal serial bus (USB)
interface.
Gambar 2.4. dapat dilihat bahwa board ini terdiri dari sensor 3 axis gyro, 3 axis
tergabung dalam satu buah chip integrated circuit (IC) yaitu MPU 6000. Board
a. Ground Computer
computer yang tinggi karena software pada saat dijalankan hanya memakai
b. Ground Software
mengelola APM dan rencana misi, serta menjadi Ground Control Station yang
Gambar 2.5. merupakan tampilan GUI dari mission planner yang akan dipakai
pesawat dan kegunaannya. Empennage disusun dari dua bagian utama yaitu fin
elevator menempel. Undercarriage atau roda mendarat yang terdiri dari roda dan
rem. roda mendarat dapat tetap disuatu tempat atau dapat dikeluarkan dan
dimasukkan. Power plant disusun oleh sistem pendorong yang terdiri dari mesin.
Fungsi dari mesin adalah untuk menghasilkan gaya dorong pada pesawat.
15
Aileron
Kedua aileron yang berada pada sayap kanan dan kiri pesawat berfungsi
dikenal dengan istilah roll. Sayap dengan aileron yang digerakkan ke bawah akan
gaya angkat.
Elevator
Kendali elevator pada sayap mengendalikan pesawat pada sumbu lateral, gerakan
ini dinamakan pitch. Elevator berada pada bagian belakang dari sayap stabilisasi
horizontal dan dapat bergerak bebas ke atas dan bawah. Jika elevator bergerak
16
turun, maka sayap stabilisasi horizon akan memiliki gaya angkat yang akan
menyebabkan pesawat menukik ke bawah. Jika elevator bergerak naik maka akan
memberikan gaya tekan ke bawah pada sayap stabilisasi horizontal ini yang akan
Rudder
vertikal. Pergerakan semacam ini dikenal dengan istilah yaw. Cara kerjanya
mirip seperti elevator, hanya saja Rudder bergerak ke arah samping, tidak seperti
GPS adalah jaringan satelit yang terdiri dari sekitar 24 satelit yang mengelilingi
bumi sebanyak dua kali sehari pada ketinggian 11.000 mil. Gambar 2.8.
Merupakan jaringan satelit GPS yang bergerak pada orbitnya mengelilingi bumi.
kepentingan militer. Setelah beberapa tahun berlalu GPS telah terbukti dapat
menimbulkan suatu masalah. Tujuh tipe data berikut secara luas digunakan pada
GPS modul.
a. GGA (GPS data fix, data fix untuk Global Positioning System)
18
c. GSA (GNSS DOP dan satelit aktif, penurunan akurasi dan jumlah
f. VTG (kecepatan)
Data yang dikirimkan dengan kecepatan 4800 bit per detik menggunakan 8-bit
printable karakter ASCII. Transmisi dimulai dengan start bit (logika nol), diikuti
dengan delapan bit data dan stop bit (logika 1) yang ditambahkan pada akhir data,
dan tidak menggunakan parity bit. Format NMEA dapat dilihat pada gambar 2.9.
berikut ini :
Setiap set data GPS dibentuk dengan cara yang sama dan memiliki struktur seperti
ini:
$GPDTS,Inf_1,Inf_2,_Inf_3,Inf_4,Inf_5,Inf_6,Inf_n*CS<CR><LF>
Fungsi dari masing-masing karakter atau set karakter dijelaskan pada tabel 2.1. di
bawah ini.
19
Karakter Deskripsi
<CR><LF> Akhir dari set data: carriage return dan line feed
Jumlah maksimum karakter yang digunakan tidak boleh melebihi 79, untuk
kepentingan menentukan jumlah ini, tanda mulai $ dan tanda akhir <CR><LF>
tidak dihitung.
Penerima GPS Ublox Neo-6M merupakan penerima GPS yang berdiri sendiri
informasi posisi. Dengan kapasitas maksimal 50 satelit dan fitur Time To First
Fix (TTFF) dibawah satu detik. Ublox Neo-6M digunakan untuk mengakuisisi
Telemetri adalah suatu proses yang digunakan untuk mengukur atau mencatat
suatu besaran fisik pada suatu lokasi yang letaknya jauh dari pusat pengolahan
hasil pengukuran [1]. Berikut ini adalah struktur umum radio telemetri.
9XTendTM PKG-U adalah radio modem yang bekerja pada frekuensi 900 MHz
ruangan.
Gambar 2.13. merupakan tampak depan dan belakang dari PKG-U. pada
Motor servo adalah aktuator rotari yang memungkinkan untuk kontrol yang tepat
Motor servo dikendalikan dengan cara mengirimkan sebuah pulsa yang lebar
pulsanya bervariasi. Biasanya lebar pulsanya antara 1.1 ms sampai 1.9 ms dengan
periode pulsa sebesar 20 mS. Lebar pulsa akan mengakibatkan perubahan posisi
pada servo. Agar posisi servo tetap pada posisi, maka pulsa harus terus diberikan
pada servo. Jadi meskipun ada gaya yang melawan, servo akan tetap bertahan
pada posisinya. Gambar 2.15 berikut ini adalah lebar pulsa dan posisi servo.
Brushless Motor adalah jenis motor yang memiliki konstruksi magnet permanen
dan sebuah stator berkutub yang dililit kawat. Bagian-bagian brushless motor
a. Stator
Dasar dari stator brushless motor adalah sebuah stator dengan memiliki tiga buah
gulungan.
b. Rotor
Rotor pada brushless motor terdiri dari beberapa magnet permanen. Jumlah kutub
magnet pada rotor juga mempengaruhi ukuran langkah dan torsi dari motor.
Perbedaan jumlah kutub magnet ini dapat dilihat pada gambar 2.16. berikut ini.
Gambar 2.16. Tiga kumparan stator tiga fasa dan stator motor DC [16]
Gambar 2.17. berikut ini adalah diagram dari Electronic Speed Conroller (ESC)
Sinyal pada ESC berupa sinyal Pulse Width Modulation (PWM), yang berarti
sumbu accelerometer dan sebuah Digital Motion Processor (DMP). Sensor IMU
a. Gyroscope
gyroscope adalah sebuah piringan (rotor) yang berputar pada sumbu (axis) yang
mampu bergerak ke beberapa arah. Berikut ini pada gambar 2.18. merupakan
1. Digital output X-, Y-, dan Z- sumbu sudut sensor dengan tingkat full-
b. Accelerometer
5. High-G interrupt
27
Berikut ini pada gambar 2.19. merupakan konstruksi MEMS dari 3 sumbu
accelerometer.
ekspresi dari gaya yang dibutuhkan untuk menghentikan cairan dari perluasan,
dan biasanya dinyatakan dalam gaya per satuan luas. Sebuah sensor tekanan
dari tekanan yang dikenakan. Bentuk asli dari sensor barometer MS5611-01BA03
2.11 Magnetometer
Sensor magnetometer adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mengukur arah
atau kuat lemahnya medan magnet secara absolut. Kemampuan sensor sangat
magnetik bumi, pergeseran arah dari magnet bumi. Bentuk asli dari sensor
Komponen kontrol PID ini terdiri dari tiga jenis yaitu Proportional, Integratif dan
a. Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) • e maka u =
b. Kontrol Integrative
�
u(t) = [ −�
�] �� (2.1)
Dengan Ki adalah konstanta Integral, dan dari persamaan di atas, G(s) dapat
dinyatakan sebagai
Jika e(T) mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar
sehingga diharapkan dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka
c. Kontrol Derivatif
Dari persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks
"kecepatan" atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk
30
memperbaiki respon transien dengan memprediksi eror yang akan terjadi. Kontrol
Derivatif hanya berubah saat ada perubahan eror sehingga saat eror statis kontrol
ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan kontroler Derivatif tidak
1. Satu unit model pesawat radio control aeromodelling Fixed Wing Proto-03
RTF (Ready to Fly).
3. Radio XTend-PKG-U 900 MHz dan MaxStream 9XTend 900 Mhz OEM
4. Modul Global Positioning System (GPS) Crius uBlox Neo 6-M v2.0
7. WindMeter
berikut:
32
Studi literatur dilakukan untuk mempelajari berbagai sumber referensi atau teori
pesawat.
Gambar 3.2. diatas merupakan diagram blok dari modul-modul yang dipakai pada
kesemua sinyal data yang dikirim oleh modul sensor kemudian diolah dan hasil
pemilihan flight mode. Setelah flight mode dipilih sensor Inertia Meassuring Unit
mengirimkan data roll, pitch, yaw, heading dan altitude ke main processor. Main
procesor merequest data koordinat dan altitude dari GPS, data dari GPS ini yang
Dari gambar 3.3. diatas dapat dijelaskan bahwa komunikasi antara radio control
dan sistem autopilot pada pesawat menggunakan komunikasi satu arah sedangkan
control memberikan perintah aksi dan atau konfigurasi perangkat lunak walaupun
pesawat masih dalam misi penerbangan. Sistem ini juga memungkinkan ground
control dapat merekam data penerbangan wahana selama melakukan misi terbang
yang nantinya dapat digunakan untuk proses setting dan konfigurasi pesawat.
Pada sistem ini, radio control hanya dapat mengirimkan sinyal masukan ke sistem
autopilot yang ada pada seperti pergerakan pesawat dan peralihan flight mode.
Pada penelitian ini penulis menggunakan radio kontrol untuk memilih flight mode
2.5 yang akan dipakai. Terdapat 5 buah motor servo, sistem gerak aileron dan
buah. Kesemua motor servo ini dikoneksikan ke port keluaran. Sedangkan untuk
modul GPS, 9XTend dan receiver FrSKY menggunakan konektor khusus. Pada
modul sensor battery monitor terdapat 2 keluaran yaitu tegangan dan arus, pada
Penelitian ini menggunakan software GCS source terbuka Mission Planner mav
dengan .dot Framework 4.0 terinstal untuk menjalankan Mission Planner ini.
Mission planner mav 1.0 installer diunduh melalui website dengan alamat :
https://code.google.com/p/ardupilot-mega/downloads/list?q=label:Deprecated
Software Mission planner diinstal ke Program File drive:c pada komputer, ulititas
instalasi akan menginstal driver yang diperlukan seperti Arduino LLC, FTDI
mengenali dan menyediakan COM port yang akan di gunakan oleh semua
interaksi USB (Universal Serial Bus) dengan APM. COM port Baud rate yang
Tahap instalasi hardware ini merupakan tahap instalasi bagian-bagian dari sistem
autopilot pada pesawat model Proto-03. Ada beberapa parts hardware yang
Autopilot yang digunakan untuk penelitian ini adalah APM 2.5 dengan ATmega
2560 sebagai pusat pengolah data. APM 2.5 mempunyai fitur sebagai berikut:
protocol
3. 3-axis gyro
4. 3-axis accelerometer
5. 3-axis magnetometer
Konfigurasi pin input-output pada board APM 2.5 dapat dilihat pada gambar 3.6.
berikut ini.
Terdapat 5 bagian pin input-output (output, input, telem, GPS, analog input, I2C ,
PM). channel output disebelah kiri gambar terdiri dari 8 channel untuk kemudian
diteruskan ke aktuator yaitu channel 1 untuk servo aileron, channel 2 untuk servo
elevator, channel 3 untuk ESC dan channel 4 untuk servo rudder sedangkan
kemudian port analog dibagan atas board digunakan oleh sensor-sensor analog
antara lain airspeed sensor, power sensor. Channel input dibagian sebelah kanan
channel 4 untuk rudder dan channel 8 untuk flight mode. Port GPS digunakan
Modul GPS yang digunakan penelitian ini adalah Crius uBlox Neo 6-M v2.0.
berkomunikasi dengan board APM 2.5 (Tx/Rx), Crius uBlox Neo 6-M memiliki
Sedangkan keterangan untuk masing-masing pin dapat dilihat pada tabel 3.1.
berikut ini :
Modem telemetry yang digunakan pada penelitian ini adalah MaxStream 9XTend,
9. Dimensions 36 x 60 x 5mm
berikut ini:
sebagai berikut :
Adapun flight mode switch digunakan untuk memilih flight mode pada saat
penerbangan. Pada uji terbang nantinya digunakan tiga flight mode yaitu
stabilize, auto dan return to launch. Channel 8 digunakan sebagai channel untuk
pemilihan flight mode ini dengan mengatur sinyal PWM output dari remote
control. Gambar 3.8. berikut ini adalah rangkaian 6 position switch untuk
antara lain :
Ada beberapa firmware autopilot yang disediakan oleh ardupilot pada mission
planner. Terbagi menjadi dua yaitu Arduplane untuk wahana bertipe fixed wing
Sebelum melakukan penerbangan dan misi, terlebih dahulu dilakukan seting dan
kalibrasi untuk beberapa sensor yang terpasang pada sistem autopilot diantaranya
sebagai berikut:
a. Leveling
Ada dua sensor yang harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum wahana
dan level dengan sayap pesawat sebagai panduan, hal ini dikarenakan pada saat
b. Compass
declination dapat dipilih pada mode auto ataupun manual, seting manual harus
wilayah yang akan dilakukan misi. Sedangkan untuk kalibrasi compass, wahana
digerakkan 3-axis.
c. Radio Kontrol
Kalibrasi radio sangat penting dilakukan untuk menyamakan nilai ppm input dari
receiver remote control turnigy 9X dengan apm 2.5, nilai ppm ini sangat
berpengaruh pada respon channel yang digunakan. Pada kalibrasi radio ini juga,
d. Telemetry Modem
Agar kedua modem telemetry MaxStream 9Xtend yang dipasang pada wahana
maupun di ground station dapat berkomunikasi, modem protokol, dan baud rate
haruslah sama pada keduanya. Pada penelitian ini digunakan baud rate 57000
untuk mendapatkan data real time dan untuk meningkatkan jarak jangkauan
modem dengan daya yang nantinya akan digunakan adalah sebesar 1 Watt.
balik dari beberapa sensor merupakan fungsi dari kontrol PID, dengan
melaksanakan misi akan sesuai dengan flight plan yang sudah dibuat. Ada tiga
axis pergerakan wahana yang menggunakan kontrol PID, berikut ini adalah
44
gambar blok diagram dari pengendalian kontrol PID terhadap ketiga axis
pergerakan tersebut :
3.2.8. Pengujian
Pengujian dilakukan dengan melakukan uji terbang. Uji terbang ini merupakan
pengamatan pada fungsi autopilot dan respon pesawat pada saat penerbangan.
Pengujian menggunakan tiga flight mode yaitu stabilize, auto dan return to
launch. Pada Mode stabilize, pesawat harus mampu terbang dengan stabil tidak
miring ke kanan atau miring ke kiri, tidak nose up atau nose down. Pada mode
auto pesawat akan terbang mengikuti lintasan waypoint dengan jarak, ketinggian
dan radius waypoint yang telah ditentukan pada mission planner. Pada
kembali ke titik home walaupun misi terbang belum selesai dilaksanakan, pada
pengujian ini mode RTL dibagi menjadi dua kondisi, kondisi yang pertama
46
mengunakan switch pada remote control dan yang kedua RTL di masukkan ke
pesawat dikatakan dapat terbang dengan baik jika pesawat dapat terbang
mengikuti lintasan waypoint dengan eror simpangan kurang dari atau sama
dengan 1 meter. Eror simpangan yang dimaksud disini adalah selisih jarak antara
rute terbang pesawat yang sebenarnya dengan rute terbang yang seharusnya (yang
diatur pada flight plan Mission Planner). Parameter yang kedua yaitu pesawat
4.1 Hasil
1. Xtend 900MHz Radio, modul radio telemetri ini diletakkan di bagian paling
depan dari wahana jauh dari peralatan elektronik yang lain (terutama
temeletri XTend, baterai Li-Po ini diletakkan di bagian paling depan dari
3. Digital Camera Slot, Slot ini digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
kamera Canon A2300 dengan berat 125 gram. Slot ini ditempatkan di bagian
depan wahana setelah baterai Li-Po dengan tujuan yang sama dengan
4. APM 2.5, penempatan board autopilot sebisa mungkin lebih dekat dengan
karena pada titik tersebut getaran sangat kecil [23]. Pada penelitian ini, board
autopilot diletakkan agak jauh dari titik CG karena tidak ada ruang di bawah
sayap dan untuk mengurangi resiko board rusak apabila terjadi crash landing,
board diletakkan pada fuselage yang agak tebal dan tidak terlalu jauh dari
titik CG.
Penempatan perangkat penunjang autopilot dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut.
akurat.
3. GPS Module, modul ini dilengkapi dengan keramik patch antenna untuk
penerimaan data dari satelit. Pada pemasangannya, antena ini tidak boleh
50
5. Servo motor, diletakkan berdekatan dengan sistem gerak dari wahana untuk
yang apabila tidak diminimalisir dapat merusak perangkat ini sendiri sehingga
wahana mengudara.
Perangkat utama dari sistem Ground Control Station ini adalah laptop dengan
memberikan tempat yang agak tinggi bagi modul XTend 900 MHz sehingga
Terdapat enam slot flight mode pada autopilot apm 2.5 tetapi pada penelitian ini
hanya menggunakan empat flight mode. Switch pemilihan flight mode ini
terhubung ke channel 8 pada board apm 2.5, untuk memisahkan ke enam flight
mode dalam satu channel tersebut digunakan teknik pemisahan nilai PWM mulai
dari PWM 0 sampai 1750. Bentuk jadi dari enam position switch dapat di lihat
Pada mission planner, flight mode 1 memakai nilai PWM dari 0 sampai 1230,
flight mode 2 dari PWM 1231-1360, flight mode 3 dari PWM 1361-1490, flight
mode 4 dari PWM 1491-1620, flight mode 5 dari PWM 1621-1749 dan flight
mode 6 memakai PWM 1750. Flight mode 1 digunakan untuk stabilize, flight
mode 2 untuk return to launch, flight mode 3 untuk auto, flight mode 4 untuk
FBWA, flight mode 5 untuk stabilize dan flight mode 6 untuk manual, dari
keenam flight mode tersebut hanya flight mode 2,3,5 dan 6 yang dipakai untuk
penelitian ini.
pada saat wahana sedang mengudara. Uji transmisi data telemetry juga diperlukan
CTU dan U-Center digunakan untuk pengujian yang meliputi sensor gyroscope,
diketahui dan menjadi acuan dalam uji . Tampilan HUD yang terdapat pada
53
mission planner telah dilengkapi dengan derajat sumbu roll dan pitch sehingga
memudahkan dalam proses uji. Adapun hasil uji sensor ini adalah sebagai
berikut :
a. Roll
(a) (b)
Gambar 4.5. (a). Roll kekanan 45º. (b). Roll kekiri 45º
Uji roll dibagi menjadi 2 yaitu uji roll kekanan dan kekiri dengan sudut 45º.
Gambar 4.5. (a) adalah tampilan HUD pada saat wahana digerakkan miring ke
kanan 45º, dapat dilihat bahwa HUD menunjukkan sudut kemiringan yang tepat
yang ditandai dengan tanda level pada wahana (tanda berwarna merah)
menyentuh angka 45 disebelah kiri dan atas . Uji roll yang kedua yaitu uji roll ke
kiri dengan sudut kemiringan yang sama dengan uji roll pertama, pada gambar
4.5. (b) dapat dilihat HUD menunjukkan kemiringan yang tepat yaitu 45º. Hasil
uji diatas dapat menjadi acuan keakuratan gerak roll (bank) wahana sehingga
seting roll maksimum dari wahana dapat terpenuhi dan tidak meleset karena roll
terbang.
54
b. Pitch
(a) (b)
Uji sumbu pitch dibagi menjadi 2 yaitu uji nose up dan nose down dengan sudut
sebesar 20º. Fuselage wahana diletakkan diarea datar dan level, penempatan ini
ditampilkan HUD pada mission planner. Uji pertama yaitu uji nose up dengan
sudut 20º, uji ini dilakukan dengan mengangkat nose dari fuselage sebesar 20º.
Adapun hasil dari uji yang pertama dapat dilihat pada gambar 4.6. (a), pada
gambar terlihat pergerakan tanda level pada wahana (berwarna merah) yang
semakin menjauhi bidang berwarna hijau sebesar 20º keatas. Gambar 4.6. (b)
menunjukkan hasil uji yang kedua yaitu nose down dengan sudut 20º, dapat dilihat
pergerakan tanda level pesawat menjauhi area berwana biru dengan sudut 20º.
Uji direction compass ini untuk mengetahui hasil dari seting declination dan
kalibrasi. Uji ini menggunakan HUD pada mission planner untuk menampilkan
a. Yaw
(a) (b)
pembacaan arah hadapan. Hasil uji pertama dapat dilihat pada gambar 4.7. (a),
fuselage wahana diletakkan menghadap utara (90º) pada gambar dapat dilihat
kotak berwarna hijau pada bagian atas HUD. Uji yang kedua wahana diarahkan
60º kearah barat, pada gambar 4.7. (b) dapat dilihat kotak berwarna hijau yang
ini berpengaruh pada arah hadapan wahana pada saat misi yang menggunakan
dipengaruhi oleh magnetic declination yang dapat diseting manual atau auto pada
mission planner, seting manual dapat membuat keakuratan pembacaan lebih tajam
Uji ini menggunakan software U-Center sebagai penampil banyaknya satelit GPS
yang dapat ditangkap oleh receiver. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui
waktu dimana satelit GPS paling banyak ditangkap oleh receiver, tempat
Lampung dengan waktu yang bervariasi. Adapun hasil uji adalah sebagai berikut:
Penulis menggunakan fitur deviation map pada software U-center untuk melihat
rekam jejak koordinat yang ditangkap oleh penerima GPS. Deviation map yang
dipakai adalah dengan skala 5 meter karena penerima GPS yang diuji memiliki
tingkat akurasi 5 meter. Pada gambar 4.8. dapat dilihat rekam jejak koordinat
bahwa akurasi GPS pada pukul 16.21 WIB adalah kurang dari 3.75 meter dan
Jumlah satelit yang dapat ditangkap oleh penerima GPS dapat dilihat pada gambar
4.9. terdapat 9 satelit yang sinyal dan kualitas datanya dapat digunakan untuk
navigasi pada gambar diberi simbol berwarna hijau dan terdapat 5 satelit yang
sinyalnya not available dan kualitas datanya tidak dapat digunakan untuk navigasi
(berwarna merah) dan satu satelit yang sinyalnya available tetapi kualitas datanya
Uji akurasi GPSyang kedua dilakukan hari senin tanggal 26 mei 2015 pada pukul
11.00 WIB. Hasil dari uji akurasi yang kedua ini dapat dilihat pada gambar 4.10.
terlihat pada gambar bahwa keseluruhan rekam jejak koordinat GPS memiliki
Jumlah satelit GPS yang tertangkap oleh penerima GPS ada 13 satelit dimana ada
12 satelit yang sinyal dan kualitas datanya dapat digunakan untuk navigasi dan
satu satelit yang tidak dapat digunakan, lihat gambar 4.11. Tampilan sky view
gambar 4.9 dan gambar 4.11. merupakan window dengan lingkaran kutub bumi
sebagai acuan, dari utara (North), timur (East), selatan (South) dan barat (West).
Lingkaran ini merupakan penglihatan dari atas langit koordinat yang direkam
jejaknya oleh penerima GPS, posisi satelit GPS beserta keterangannya diambil
59
dari database internal yang ada pada software U-center. Posisi satelit GPS pada
lingkaran merupakan posisi realtime satelit pada saat rekam jejak koordinat
berlangsung, posisi satelit GPS yang diterima dapat lebih dekat dengan koordinat
Dari kedua uji akurasi modul penerima GPS Ublox Neo 6-M pada hari minggu
dan senin tanggal 25,26 mei 2015 didapat bahwa evolusi satelit GPS mengelilingi
berkumpul pada satu bidang 360 derajat menurut sky view sehingga penerima GPS
pada pukul 11.00 WIB menerima sinyal satelit GPS untuk navigasi lebih banyak
a. X-CTU
Software X-CTU adalah software yang digunakan untuk konfigurasi dan uji
produk modem dari Digi RF. Pada uji telemetry ini, jarak antara radio penerima
dan pemancar adalah 8.5 meter dengan tidak line of sight. Gambar 4.12.
merupakan send packet dari radio modem yang dipakai, terlihat pada gambar
kalimat berwarna biru dan merah dan file ASCII. Kalimat berwana biru adalah
data yang dikirim oleh radio pemancar sedangkan kalimat yang berwarna merah
Misi penerbangan pada penelitian ini dibagi menjadi dua misi, setiap misi terdapat
Berikut ini pada gambar 4.13. adalah lokasi uji terbang jika dilihat menggunakan
Lokasi yang digunakan untuk uji terbang pertama dan kedua adalah sama yaitu
Konstanta PID yang digunakan untuk uji terbang misi pertama adalah konstanta
default dari APM 2.5. Pemilihan konstanta default ini agar nantinya diketahui
jarak ideal antar titik waypoint dan radius waypoint sehingga mempermudah
pengubahan nilai-nilai kontanta pada misi kedua. Konstanta PID default dapat
Throttle Cruise merupakan besar nilai throttle yang independen digunakan oleh
autopilot tanpa ada masukan dari radio transmitter dan dapat diset mulai dari 0-
100%. Penulis memakai fitur ini dikarenakan autopilot APM 2.5 yang digunakan
tidak dilengkapi dengan airspeed sensor. Semua pelaksanaan uji terbang pada
penelitian ini menggunakan Throttle Cruise 30%. Seting Throttle Cruise dapat
dilihat pada gambar 4.15, pada gambar tersebut terdapat seting Min, Max dan
SlewRate. Min 0.000 dan max 100.0 menandakan nilai persentase Throttle adalah
100% dimana SlewRate yang digunakan untuk percepatan nilai Throttle memiliki
Gambar 4.16 diatas adalah flight plan untuk uji terbang sesi pertama ini, penulis
membuat sebanyak 10 titik waypoint, jarak antar waypoint adalah 50 meter dan
waypoint radius sebesar 5 meter dengan lintasan lurus sepanjang 200 meter
sehingga total panjang misi terbang adalah 574 meter. Altitude wahana pada saat
misi adalah 50 meter diatas permukaan tanah dan home altitude adalah 117 meter
dari permukaan laut kemudian loiter radius sebesar 50 meter, loiter radius adalah
radius dalam meter yang digunakan wahana untuk mengelilingi home apabila misi
telah selesai.
64
b. GPS Tracking
Gambar 4.17 merupakan hasil GPS tracking pada mission planner, garis tebal
berwarna biru adalah garis track yang telah dilalui oleh wahana. Garis kuning
adalah garis waypoint yang menjadi acuan track terbang wahana dengan 10 titik
waypoint. Garis orange adalah garis acuan wahana untuk menuju ke target titik
waypoint selanjutnya. Garis hitam adalah garis GPS yang melaporkan arah
perjalanan misi.
GPS tracking hasil dari Tlog pada mission planner tersebut dapat diubah menjadi
file KMZ untuk kemudian ditampilkan pada Google Earth Pro. Setelah
ditampilkan pada Google Earth Pro, dapat dilihat ketinggian wahana pada saat
pelaksanaan misi terbang, baik itu pada saat takeoff, cruise dan landing. Peralihan
Pada gambar 4.18, dapat dilihat hasil dari ubahan Tlog ke KMZ pada software
Google Earth Pro. Pada gambar terlihat garis vertikal berwarna merah, orange
dan kuning, garis vertikal berwarna merah adalah tanda bahwa pada rentang
orange merupakan mode terbang auto dan warna kuning pada adalah saat wahana
Terlihat pada gambar garis orange melingkat dengan ketinggian yang lebih tinggi
sedang melakukan gerak melingkar diatas Home sebelum secara manual flight
c. Eror Radius
Wahana dapat dikatakan terbang dengan baik harus memiliki beberapa parameter,
salah satunya adalah wahana tersebut terbang mengikuti lintasan waypoint dengan
eror radius kecil yang sesuai dengan akurasi GPS yang dipakai.
66
Pada penelitian ini penulis memakai GPS dengan akurasi 2,5 meter, sehingga
diharapkan wahana pada saat terbang dapat mengikuti lintasan waypoint dengan
eror radius dibawah 2,5 meter. Eror radius dapat ukur dengan menggunakan GPS
tracking pada Google Earth Pro dengan menambahkan titik-titik waypoint, skema
ini dapat dilihat pada gambar 4.19. Pengukuran ini menggunakan tool Ruler pada
Google Earth Pro dengan cara mengukur jarak antara titik-titik waypoint dengan
lintasan GPS tracking. Hasil dari pengukuran eror radius dapat dilihat pada tabel
Tabel 1.1. Eror radius uji terbang misi pertama sesi pertama
Pada tabel 4.1 dapat dilihat eror radius terkecil dari uji terbang sesi pertama ada
pada waypoint 9 dengan simpangan kurang dari 1 meter dan eror radius terbesar
pada waypoint 2 dengan simpangan lebih dari 37 meter. Respons eror radius ini
dapat dilihat pada gambar 4.20, terlihat pada waypoint 2 dan 3 respon gerak
jauh dari lintasan yang telah direncanakan pada flight plan. Kecepatan gerak
wahana pada saat melintasi lintasan lurus yang pertama diambil dari Tlog adalah
rata-rata sebesar 21 m/s dan pada lintasan lurus yang kedua adalah sebesar 12 m/s.
40
35
30
Jarak (Meter)
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waypoint
Gambar 4.20. Grafik eror radius uji terbang misi pertama sesi pertama
Pada gambar 4.20 diatas terlihat kenaikan eror radius yang drastis dari waypoint 5
Pada uji terbang sesi kedua ini, penulis membuat flight plan waypoint sebanyak
22 titik waypoint, jarak antar waypoint adalah 20 meter dan waypoint radius
sebesar 5 meter dengan lintasan lurus sepanjang 200 meter. Altitude wahana pada
saat misi adalah 50 meter dari permukaan tanah dan home altitude adalah 117
meter dari permukaan laut. Edit flight plan dapat dilihat pada gambar 4.21.
b. GPS Tracking
Hasil GPS tracking pada uji terbang sesi kedua ini ditampilkan pada gambar 4.22.
Panjang track lurus sama dengan sesi pertama tetapi jumlah waypoint ditambah
waypoint.
69
Terlihat pada gambar garis track yang dilalui wahana hampir sama dengan track
pada uji terbang sesi pertama, dengan panjang track lurus dari waypoint 1 sampai
File KMZ dapat dilihat pada gambar 4.23, pada gambar track berwarna orange
adalah flight mode stabilize, hijau adalah flight mode auto dan track berwarna biru
adalah flight mode stabilize. Terlihat pada gambar saat transisi flight mode
pada Tlog, ketinggian awal wahana adalah 56 meter kemudian turun menjadi 34
meter dan naik kembali ke ketinggian default auto sebesar 50 meter. Waktu
transisi pada saat mengalami penurunan kemudian naik kembali yang tercatat dan
Pada gambar tracking tersebut terdapat lintasan tracking berwarna hijau yang
c. Eror radius
Metode yang digunakan untuk pengukuran eror radius pada uji terbang sesi kedua
ini sama dengan sesi pertama yaitu menggunakan GPS tracking dengan titik
waypoint. Telah jelaskan pada keterangan sebelumnya bahwa pada uji terbang
sesi kedua ini penulis membuat flight plan dengan titik waypoint sebanyak 22 titik
dengan jarak antar titik adalah 20 meter. Gambar 4.24 merupakan hasil dari GPS
tracking yang telah diberi titik waypoint. Hasil dari pengukuran eror radius dapat
Tabel 4.2. Eror radius uji terbang misi pertama sesi kedua
WAYPOINT JARAK (Meter) SELISIH JARAK (Meter)
1 0.82
23.3
2 24.12
7.52
3 31.64
1.01
4 32.65
1.77
5 30.88
4.22
6 26.66
5.42
7 21.24
5.53
8 15.71
4.46
9 11.25
3.43
10 7.82
2.53
11 5.29
13.24
12 18.53
0.77
13 17.76
5.99
14 11.77
6.08
15 5.69
4.17
16 1.52
0.51
17 1.01
0.22
18 1.23
0.46
19 1.69
0.64
20 2.33
1.22
21 3.55
1.15
22 4.7
Pada tabel 4.2 dapat dilihat eror radius terkecil dari uji terbang sesi kedua ada
pada waypoint 1 dengan simpangan kurang dari 1 meter dan eror radius terbesar
pada waypoint 4 dengan simpangan lebih dari 32 meter. Selisih eror radius
terbesar terlihat pada waypoint 1 dan 2 yaitu sebesar 23.3 meter kemudian eror
72
bertambah sebesar 7.53 meter pada saat wahana melintasi waypoint 3. Simpangan
eror terbesar yang kedua adalah pada saat wahana berbelok ke kanan melewati
waypoint 11 menuju ke waypoint 12, pada tabel terlihat selisih jarak melebar dari
5.29 meter menjadi 18.53 meter dan kemudian turun menjadi 17.76 meter, dari
Kondisi tersebut membuat lintasan terbang wahana menjadi semakin melebar dan
Gambar 4.25 berikut ini adalah grafik dari eror radius uji terbang misi pertama
sesi kedua.
35
30
25
Jarak (Meter)
20
15
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Waypoint
Gambar 4.25. Grafik eror radius uji terbang misi pertama sesi kedua
Pada uji terbang sesi kedua ini, wahana dapat terbang dengan eror di bawah 5
meter adalah pada saat wahana melintas pada waypoint 16 sampai waypoint 22,
tetapi jika melihat gambar 4.25, terlihat gerak eror wahana dari waypoint tersebut
terus mengalami kenaikan menuju radius 5 meter. Kecepatan gerak wahana pada
73
saat melintasi lintasan lurus yang pertama diambil dari Tlog adalah rata-rata
sebesar 18 m/s dan pada lintasan lurus yang kedua adalah sebesar 7 m/s.
Pada uji terbang sesi ketiga ini, penulis membuat flight plan waypoint sebanyak
22 titik waypoint, jarak antar waypoint adalah 10 meter dan waypoint radius
sebesar 5 meter dengan lintasan lurus sepanjang 100 meter sehingga total panjang
misi terbang adalah 397.9 meter. Altitude wahana pada saat misi adalah 50 meter
dari permukaan tanah dan home altitude adalah 117 meter dari permukaan laut.
Penulis menambahkan loiter radius sebesar 50 meter. Edit flight plan dapat
b. GPS Tracking
Hasil GPS tracking pada uji terbang sesi ketiga ini ditampilkan pada gambar 4.27.
Terlihat pada gambar garis track yang dilalui wahana hampir sama dengan track
pada uji terbang sesi pertama dan kedua, dengan panjang track lurus dari waypoint
1 sampai waypoint 11 sepanjang 100 meter. Panjang lintasan lurus tidak sama
dengan sesi pertama dan kedua tetapi jumlah waypoint sama dengan sesi kedua.
Lintasan terbang wahana pada saat misi pertama sesi ketiga ini tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, terlihat pada gambar 4.27 lintasan wahana yang
dekat dengan titik waypoint hanya pada waypoint 1, 12, 21 dan 22.
Pada gambar, eror radius lintasan pesawat terlihat sangat jelas yang dimulai dari
Sedangkan bank radius wahana saat berbelok ke kanan pada waypoint 11 terlihat
75
sangat jauh melebar tidak seperti pada sesi 1 dan 2, pada sesi 1 radius lintasan
berada pada 11.32 meter sedangkan pada sesi 2 eror radius lintasan bank berada
pada 5.29 meter. Eror radius bank ini tidak terlihat signifikan pada lintasan lurus
File KMZ GPS tracking dapat dilihat pada gambar 4.28, pada gambar tersebut
terlihat kenaikan ketinggian wahana saat berada waypoint 10 dan 11. Kenaikan
ketinggian ini juga terjadi pada saat wahana melakukan gerak lingkaran mengitari
Terlihat pada gambar garis berwarna merah, warna tersebut menandakan bahwa
pada waktu tersebut wahana sedang melakukan takeoff dan menggunakan flight
mode stabilize, setelah itu wahana menggunakan mode Auto untuk melakukan
76
misi yang ditandai dengan garis berwarna orange, pada saat landing wahana
c. Eror radius
Gambar 4.29 berikut merupakan hasil dari GPS tracking yang telah diberi titik
Pengukuran eror radius memakai cara yang sama dengan sesi pertama dan kedua.
Hasil dari pengukuran eror radius dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3. Eror radius uji terbang misi pertama sesi ketiga
WAYPOINT JARAK (Meter) SELISIH JARAK (Meter)
1 2.36
13.64
2 16.00
7.39
3 23.39
4.81
4 28.20
2.33
5 30.53
1.92
6 32.45
0.35
7 32.80
0.96
8 31.84 1.34
77
Dari hasil pengukuran eror radius pada tabel 4.3, diketahui bahwa lintasan dengan
eror radius terkecil adalah pada waypoint 12 yaitu sebesar 2.24 meter dan eror
radius terbesar pada waypoint 7 dengan 32.80 meter. Kenaikan eror radius secara
drastis terjadi pada waypoint 12 dengan eror 2.24 meter menjadi 18.11 meter pada
waypoint 13 sehingga apabila dihitung selisih eror radius didapat yaitu 15.87
meter, sedangkan penurunan eror radius terjadi pada waypoint 11 dengan eror
25.78 meter menjadi 2.24 meter pada waypoint 12 sehingga didapat eror selisih
Respon lintasan terbang wahana dapat dilihat pada gambar 4.30, pada gambar
radius yang besar yaitu mulai 2.36 meter sampai dengan 32.80 meter kemudian
turun kembalike 25.78 meter, kondisi ini mengakibatkan lintasan terbang yang
dihasilkan terlihat sangat jauh dengan lintasan terbang titik waypoint yang telah di
seting pada flight plan. Tetapi pada lintasan lurus yang kedua yaitu waypoint 12
sampai 22 terlihat lintasan terbang yang mengalami penurunan eror radius, pada
78
lintasan ini eror radius terbesar adalah pada waypoint 14 yaitu sebesar 20.88 meter
dan kemudian mengalami penurunan sampai 2.47 meter pada waypoint 22.
35.00
30.00
25.00
jarak (meter)
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Waypoint
Gambar 4.30. Grafik eror radius uji terbang misi pertama sesi ketiga
Kecepatan gerak wahana pada saat melintasi lintasan lurus yang pertama diambil
dari Tlog adalah rata-rata sebesar 18 m/s dan pada lintasan lurus yang kedua
Pada uji terbang misi kedua, penulis membuat flight plan waypoint sebanyak 108
titik waypoint, jarak antar waypoint adalah 20 meter dan waypoint radius sebesar 5
meter dengan lintasan lurus sepanjang 1000 meter sehingga total panjang misi
terbang adalah 2386.2 meter. Ketinggian wahana pada saat melakukan misi
79
adalah 50 meter diatas permukaan tanah dan home altitude adalah 117 meter dari
permukaan laut. Penulis menambahkan loiter radius sebesar 50 meter. Edit flight
Flight plan ini dipakai untuk semua proses uji terbang misi kedua, dengan
dipakainya flight plan untuk 3 sesi uji terbang ini penulis lebih memfokuskan
pada seting parameter untuk mendapatkan lintasan terbang wahana dengan eror
a. Edit Parameter
Konstanta PID yang digunakan untuk uji terbang misi kedua sesi pertama ini
adalah konstanta default dari APM 2.5. Setelah dilakukan uji terbang sesi
pertama ini didapat respon airframe wahana dari data logger kemudian konstanta
80
tersebut diubah menurut respon tersebut untuk uji terbang sesi kedua. Konstanta
Seting throttle cruise dapat dilihat pada gambar 4.33, pada gambar tersebut
Min 0.000 dan max 100.0 menandakan nilai persentase throttle adalah 100%
dimana SlewRate yang digunakan untuk percepatan nilai throttle memiliki nilai
persentase 100%. Perlu diketahui bahwa penggunaan throttle cruise pada misi
b. GPS Tracking
Hasil GPS tracking pada uji terbang misi kedua sesi pertama ini ditampilkan pada
Terlihat pada gambar garis lintasan yang dilalui wahana dengan panjang lintasan
kemudian lintasan lurus dari waypoint 60 sampai waypoint 108 dengan panjang
yang sama. GPS tracking file KMZ dibuka pada software google earth pro, dapat
Pada gambar tersebut terlihat lintasan berwarna merah yang menandakan wahana
pada waktu tersebut memakai flight mode stabilize kemudian lintasan berwarna
kuning adalah pada saat flight mode auto dan lintasan berwarna hijau adalah pada
saat wahana menggunakan flight mode stabilize untuk landing. Pada saat wahana
menggunakan mode auto, terlihat adanya drift pada saat wahana memulai untuk
bank ke kanan menuju ke waypoint 50 kondisi ini membuat eror radius terjadi.
c. Eror radius
Metode yang digunakan untuk pengukuran eror radius pada uji terbang mis kedua
sesi pertama ini sama dengan uji terbang misi pertama yaitu dengan menggunakan
GPS tracking dengan titik waypoint. Gambar 4.36 berikut merupakan hasil dari
GPS tracking yang telah diberi titik waypoint sebanyak 108 titik.
Eror radius di ukur menggunakan tool Ruler pada google earth pro dengan cara
mengukur jarak antara titik-titik waypoint dengan lintasan GPS tracking. Hasil
dari pengukuran eror radius dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Eror radius uji terbang misi kedua sesi pertama
WAYPOINT JARAK (Meter) SELISIH JARAK (Meter)
1 0.31
23.39
2 23.70
8.75
3 32.45
1.12
4 33.57
2.83
5 30.74
5.18
6 25.56
5.60
7 19.96
5.73
8 14.23
4.59
9 9.64
3.05
10 6.59
2.11
11 4.48
1.60
12 2.88
2.05
13 0.83
0.09
14 0.92
0.65
15 1.57
0.76
16 2.33
0.06
17 2.39
0.32
18 2.71
0.22
19 2.49
0.05
20 2.44
1.08
21 1.36
1.07
22 0.29
0.73
23 1.02
1.24
24 2.26
1.08
25 3.34
0.71
26 4.05
0.04
27 4.09
0.32
28 3.77
0.19
29 3.58
0.67
30 2.91
0.49
31 2.42
0.63
32 1.79
0.50
33 1.29
0.44
34 0.85
0.54
35 0.31
0.16
36 0.15
0.21
37 0.36
0.77
38 1.13
0.70
39 1.83
0.32
40 2.15
0.14
41 2.01
0.49
42 1.52
0.18
43 1.34
0.24
44 1.10
84
Pada tabel 4.4 dapat dilihat eror radius terkecil dari uji terbang misi kedua sesi
pertama ada pada waypoint 36 dengan simpangan kurang dari 0.2 meter dan eror
radius terbesar pada waypoint 51 dengan simpangan lebih dari 47 meter. Pada
lintasan terbang wahana sangat jauh dari lintasan yang telah direncanakan pada
flight plan. Kecepatan gerak wahana pada saat melintasi lintasan lurus yang
pertama diambil dari Tlog adalah rata-rata sebesar 16 m/s dan pada lintasan lurus
yang kedua adalah sebesar 7 m/s. Gambar 4.37 berikut ini adalah grafik dari eror
Secara keseluruhan, uji terbang misi kedua sesi pertama ini mengalami
peningkatan akurasi eror lintasan terbang sehingga apabila GPS tracking dan
flight plan dibandingkan maka akan terlihat lintasan terbang wahana yang dekat
dengan titik waypoint, hal ini diketahui dari hasil pengukuran eror radius yang
terlihat pada gambar 4.37, pada grafik tersebut diketahui bahwa waypoint yang
memiliki batasan jarak hingga 5 meter semakin banyak dan apabila dihitung ada
90 waypoint.
86
50.00
45.00
40.00
35.00
JARAK (Meter)
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
1
6
11
16
21
26
31
36
41
46
51
56
61
66
71
76
81
86
91
96
101
106
WAYPOINT
Gambar 3.37. Grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi pertama
Peningkatan akurasi lintasan terbang wahana juga dipengaruhi oleh terpaan angin
pada saat wahana melaksanakan misi, pada uji terbang kali ini terpaan angin
a. Edit Parameter
Setelah dilakukan uji terbang pada misi kedua sesi pertama didapat respon
airframe wahana dari data logger bahwa pada saat wahana melakukan misi
terbang, tracking wahana pada lintasan lurus menunjukkan eror yang kecil tetapi
pada saat wahana melakukan bank atau berbelok terjadi peningkatan eror radius
meningkatkan nilai konstanta PID yang dipakai sebesar 0,3 pada setiap konstanta
87
yang dipakai. Konstanta PID yang digunakan untuk uji terbang misi kedua sesi
b. GPS Tracking
Hasil GPS tracking pada uji terbang misi kedua sesi kedua ini ditampilkan pada
gambar 4.39. Terlihat pada gambar garis lintasan yang dilalui wahana dengan
1000 meter kemudian lintasan lurus dari waypoint 60 sampai waypoint 108
Pada gambar tidak terlihat lintasan tracking yang dilalui wahana pada saat
melintasi waypoint 1 sampai dengan waypoint 57, lintasan wahana baru terlihat
GPS tracking baru dapat terlihat jelas pada saat file KMZ dibuka pada software
google earth pro, dapat dlihat pada gambar 4.40. Pada gambar tersebut terlihat
lintasan berwarna merah yang menandakan wahana pada waktu tersebut memakai
flight mode stabilize kemudian lintasan berwarna orange adalah pada saat flight
mode auto dan lintasan berwarna kuning adalah pada saat wahana menggunakan
flight mode stabilize untuk landing. Pada saat wahana menggunakan mode auto,
terlihat adanya drift pada saat wahana memulai untuk bank ke kanan menuju ke
waypoint 50 kondisi ini terlihat sama dengan misi sebelumnya yaitu sesi pertama
dan membuat eror radius terjadi. Pada saat wahana telah menyelesaikan misi,
stabilize.
c. Eror radius
Metode yang digunakan untuk pengukuran eror radius pada uji terbang misi kedua
sesi kedua ini sama dengan uji terbang sesi pertama yaitu dengan menggunakan
GPS tracking dengan titik waypoint. Gambar 4.41. berikut merupakan hasil dari
GPS tracking yang telah diberi titik waypoint sebanyak 108 titik yang ditandai
Adapun hasil dari pengukuran eror radius dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Eror radius uji terbang misi kedua sesi kedua
WAYPOINT JARAK (Meter) SELISIH JARAK (Meter)
1 2.45
18.37
2 20.82
6.98
3 27.80
2.54
4 30.34
1.31
5 29.03
3.03
6 26.00
4.18
7 21.82
4.61
8 17.21
4.08
9 13.13
3.00
10 10.13
2.24
11 7.89
1.51
12 6.38
1.04
13 5.34 1.03
90
Pada uji terbang misi kedua sesi kedua ini terlihat adanya peningkatan eror radius
bila dibandingkan dengan uji terbang sesi pertama, hasil ini diketahui setelah data
92
GPS tracking diolah dan diukur menggunakan software google earth pro dan
Gambar 4.42 berikut ini adalah grafik dari eror radius uji terbang misi kedua sesi
kedua.
60.00
55.00
50.00
45.00
JARAK (Meter)
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
1
6
11
16
21
26
31
36
41
46
51
56
61
66
71
76
81
86
91
96
101
106
WAYPOINT
Gambar 4.42. Grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi kedua
Eror radius terbesar pada sesi pertama yaitu 47,36 meter pada sesi kedua ini naik
menjadi 54,32 meter, kemudian apabila pada sesi pertama eror radius terkecil rata-
rata dibawah 5 meter sedangkan pada sesi kedua ini nilai rata-rata radius menjadi
5 meter. Gambar 4.42 adalah grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi kedua
yang dibuat berdasarkan eror radius pada tabel 4.5, pada grafik terlihat perubahan
eror radius yang signifikan dibandingkan dengan uji terbang sesi pertama. Eror
radius yang rata-rata meningkat ini disebabkan oleh perubahan konstanta PID
yang dipakai dan terpaan angin yang mengenai wahana, baik itu nose wind
ataupun tail wind. Perlu diketahui bahwa kecepatan angin diarea misi yang
terukur pada saat uji terbang misi kedua sesi kedua ini adalah sebesar 2.6 m/s.
93
a. Edit Parameter
Setelah dilakukan uji terbang pada misi kedua sesi kedua didapat respon airframe
wahana dari data logger, dari respon tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
wahana dapat merespon kenaikan konstanta PID yang diberikan namun besar
eror radius yang disebabkan oleh terpaan angin pada wahana. Konstanta PID
yang digunakan untuk uji terbang misi kedua sesi ketiga ini dapat dilihat pada
gambar 4.43.
b. GPS Tracking
Hasil GPS tracking pada uji terbang misi kedua sesi ketiga ini ditampilkan pada
gambar 4.44. Terlihat pada gambar, garis lintasan yang dilalui wahana berada
disebelah kiri dari lintasan flight plan. Kondisi ini diakibatkan dari adanya
terpaan angin dari ekor wahana kearah samping kiri sehingga wahana menahan
GPS tracking baru dapat terlihat seluruhnya pada saat file KMZ dibuka pada
software google earth pro, dapat dlihat pada gambar 4.45. Pada gambar tersebut
terlihat lintasan berwarna merah yang menandakan wahana pada waktu tersebut
memakai flight mode stabilize kemudian lintasan berwarna orange adalah pada
saat flight mode auto dan lintasan berwarna kuning adalah pada saat wahana
menggunakan mode auto, terlihat adanya drift pada saat wahana memulai untuk
bank ke kanan menuju ke waypoint 50 kondisi ini terlihat sama dengan misi
sebelumnya yaitu sesi pertama dan kedua yang membuat eror radius terjadi. Pada
saat wahana telah menyelesaikan misi, wahana kemudian mengitari home sebelum
c. Eror radius
Metode yang digunakan untuk pengukuran eror radius pada uji terbang misi kedua
sesi ketiga ini sama dengan uji terbang sesi kedua yaitu menggunakan GPS
tracking dengan titik waypoint. Gambar 4.46. merupakan hasil dari GPS tracking
96
yang telah diberi titik waypoint sebanyak 108 titik yang ditandai dengan logo
Hasil dari pengukuran eror radius dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6. Eror radius uji terbang misi kedua sesi ketiga
WAYPOINT JARAK (Meter) SELISIH JARAK (Meter)
1 1.66
17.87
2 19.53
6.73
3 26.26
1.54
4 27.80
2.14
5 25.66
3.25
6 22.41
3.16
7 19.25
3.98
8 15.27
3.21
9 12.06
2.56
10 9.50
2.21
11 7.29
1.21
12 6.08
1.66
13 4.42
1.51
14 2.91
0.59
15 2.32
0.62
16 1.70
0.04
17 1.74
0.11
18 1.85
0.21
19 2.06
0.24
20 1.82
0.18
21 2.00
0.07
22 2.07
0.50
23 2.57
0.59
24 3.16
0.70
25 3.86
0.68
26 4.54
0.02
27 4.56
0.86
28 3.70
0.02
29 3.68
0.38
30 3.30
0.29
31 3.59
0.05
32 3.64
0.69
33 4.33
0.24
34 4.57
0.28
35 4.85
0.30
36 4.55
0.06
37 4.61
0.07
38 4.68
0.22
39 4.90
0.03
40 4.87
0.15
41 5.02 0.05
97
Gambar 4.47 berikut ini adalah grafik dari eror radius uji terbang misi kedua sesi
ketiga.
50.00
45.00
40.00
35.00
JARAK (Meter)
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
1
6
11
16
21
26
31
36
41
46
51
56
61
66
71
76
81
86
91
96
101
106
WAYPOINT
Gambar 4.47. Grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi ketiga
Pada uji terbang misi kedua sesi ketiga ini terlihat adanya peningkatan rata-rata
eror radius bila dibandingkan dengan uji terbang sesi pertama dan kedua. Apabila
99
pada sesi pertama eror radius terkecil rata-rata dibawah 5 meter sedangkan pada
sesi ketiga ini sama dengan sesi kedua yaitu nilai rata-rata radius menjadi 5 meter.
Gambar 4.47 adalah grafik eror radius uji terbang misi kedua sesi ketiga yang
dibuat berdasarkan eror radius pada tabel 4.6, pada grafik terlihat perubahan eror
radius yang signifikan dibandingkan dengan uji terbang sesi pertama dan kedua.
Kecepatan angin diarea misi yang terukur pada saat uji terbang misi kedua sesi
ketiga ini adalah sebesar 2.6 m/s. Saat wahana melintasi lintasan lurus pertama,
peningkatan menjadi 16 m/s sedangkan pada lintasan lurus yang kedua wahana
Peningkatan eror radius pada lintasan lurus ini berbanding terbalik dengan eror
radius pada saat wahana berbelok kek arah kanan, Pada sesi pertama dan kedua
tercatat eror radius terbesar pada saat wahana berbelok bank kearah kanan adalah
47.26 meter dan 54.32 meter sedangkan pada sesi ketiga ini eror radius tersebut
Berdasarkan tujuan unila robotika dan otomasi dibidang wahana udara tanpa awak
yang memfokuskan penelitian pada foto dan video udara, salah satu hasil dari
penelitian pengembangan wahana udara tanpa awak ini adalah sampel foto udara.
Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi
Hasil sampel peta foto pada penelitian ini tidak dilengkapi dengan georeferens
karena keterbatasan alat yang digunakan sehingga tidak dapat langsung dijadikan
dasar penerbitan peta. Penulis memilih lokasi tanah kosong Institut Teknologi
Sumatera sebagai lokasi sampel peta foto ini. Adapun hasil sampel peta dapat
Sampel peta foto ini dibangun dari 128 foto udara yang digabung menjadi satu
pada ketinggian 150 meter diatas permukaan tanah menggunakan kamera digital
canon A2300 dengan shutter delay 2 detik, kecepatan wahana pada saat cruising
4.2 Pembahasan
dengan wahana yang akan kita pakai. Agar autopilot dapat bekerja secara optimal
dan memiliki akurasi tinggi pembacaan eror sensor pada wahana yang kita pakai
terbang dengan kondisi dan situasi tertentu sehingga didapat karakteristik terbang
yang sesuai dengan airframe wahana. Ada beberapa faktor yang menjadi dasar
respon gerak airframe yaitu respon gerak aktuator, kondisi angin, lintasan terbang,
parameter kendali dan sistem tenaga. Penelitian ini membahas masalah lintasan
terbang dan parameter kendali dengan mengabaikan beberapa faktor yang lain,
sehingga dapat dikatakan penelitian ini belum dapat dijadikan acuan lengkap
Akurasi pembacaan koordinat bumi menjadi salah satu faktor penting tercapainya
lintasan terbang yang akurat disamping penggunaan parameter yang tepat dan
sehingga didapat koordinat bumi yang sesuai dengan posisi penerima pada saat
itu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja penerima GPS ini diantaranya
pemilihan tipe modul penerima, antena yang dipakai, frekuensi kerja dan lama
6M yang tertanam didalamnya, ada beberapa varian tipe modul Ublox NEO yang
keakuratan dan frekuensi kerja lebih tinggi dari modul yang digunakan sehingga
pada misi terbang didapat lintasan terbang yang memiliki rata-rata eror 1 meter.
Uji terbang pada penelitian ini dibagi menjadi dua misi dimana setiap misi
terdapat tiga sesi penerbangan. Uji terbang yang dilakukan menggunakan throttle
cruise sebesar 30%, pemakaian throttle cruise dapat diabaikan apabila autopilot
Misi pertama uji terbang pada penelitian ini menggunakan parameter default dari
misi kedua, jarak antar waypoint yang digunakan merupakan jarak ideal.
dengan jarak 50 meter antar waypoint dan lintasan lurus sepanjang 400 meter.
Pada saat wahana melakukan misi terbang, kecepatan wahana yang tercatat adalah
103
sebesar 21 m/s saat lintasan lurus pertama dan 12 m/s pada lintasan lurus kedua.
Kondisi ini membuat lintasan terbang wahana memiliki eror radius yang besar
karena wahana tertiup angin dan jarak antar waypoint sebesar 50 meter ternyata
semakin memperburuk respon gerak dari wahana karena ketika wahana mencapai
waypoint dengan eror lintasan besar, respon wahana untuk mengurangi eror
lintasan pada waypoint berikutnya menjadi lambat karena jarak tersebut. Secara
keseluruhan, uji terbang pertama sesi pertama ini masih terdapat banyak error, hal
ini disebabkan oleh respon kontrol yang belum baik sehingga dengan flight plan
yang kerapatan waypoint sebesar 50 meter dan lintasan lurus 200 meter, respon
Pada sesi kedua penerbangan, jumlah titik waypoint ditambah menjadi 22 titik
dengan jarak antar waypoint adalah 20 meter dan lintasan lurus sepanjang 400
meter. Lintasan terbang wahana menjadi semakin baik dengan rata-rata eror
radius lintasan semakin mengecil, hasil tersebut juga didukung oleh kecepatan
angin dilokasi uji yang lambat sehingga kecepatan wahana pada lintasan lurus
pertama adalah 18 m/s dan lintasan lurus kedua 7 m/s. Lintasan terbang dengan
rata-rata eror radius kecil terdapat pada lintasan lurus kedua karena terpaan angin
dari depan sehingga kecepatan wahana semakin lambat. Secara keseluruhan, uji
terbang misi pertama sesi kedua ini lebih baik dari sesi pertama, hal ini
disebabkan oleh kerapatan waypoint sebesar 50 meter per waypoint pada sesi
waypoint dengan lintasan lurus yang sama yaitu 200 meter, kondisi ini membuat
respon autopilot menjadi sensitif untuk membaca titik waypoint setiap 20 meter
104
sehingga lintasan terbang wahana menjadi semakin dekat dengan lintasan yang
Sesi penerbangan ketiga menggunakan jumlah titik waypoint sama dengan sesi
kedua yaitu 22 titik, jarak antar waypoint diperkecil menjadi 10 meter dengan
maksud untuk mengetahui respond wahana. Pada sesi ketiga ini lintasan terbang
wahana pada setiap titik waypointnya memiliki eror lintasan yang sangat besar
bila dibandingkan dengan sesi pertama dan kedua walaupun kecepatan terbang
wahana sama dengan kecepatan terbang pada sesi kedua. Jarak lintasan lurus
yang pendek yaitu sepanjang 100 meter dan jarak antar titik waypoint yang
sesi ketiga ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bila dibandingkan dengan
uji terbang kedua, tetapi apabila dibandingkan dengan uji sesi pertama hasilnya
tidak jauh berbeda. Pada uji sesi pertama, wahana dapat mempertahankan akurasi
lintasan dibawah 5 meter pada saat melintasi 3 waypoint terakhir yaitu waypoint 8,
9 dan 10, bila dihitung panjang lintasan dari ketiga waypoint tersebut didapat
panjang lintasan sepanjang 100 meter. Pada uji sesi kedua, akurasi lintasan
terbang wahana dibawah 5 meter menjadi bertambah yaitu mulai dari waypoint 16
sampai dengan waypoint 22 dan bila dihitung panjang lintasan yang dilalui adalah
sepanjang 120 meter. Pada uji sesi ketiga ini, akurasi lintasan kurang dari 5 meter
berturut-turut adalah hanya pada 2 waypoint yaitu waypoint 21 dan 22 dan apabila
Setelah dilakukan misi terbang pertama didapat bahwa jarak titik waypoint yang
tepat untuk parameter default dari autopilot adalah sebesar 20 meter dengan
Lintasan misi flight plan yang dibuat untuk misi kedua ini menggunakan hasil dari
uji misi pertama sesi kedua dimana jarak ideal antar waypoint adalah 20 meter.
Penulis menambahkan jarak lintasan lurus hingga 1000 meter untuk mengetahui
Pada misi kedua ini, penulis menggunakan konstanta PID yang berbeda-beda pada
setiap sesi penerbangan sedangkan lintasan terbang tidak diubah, hal ini dibuat
untuk mencari nilai konstanta yang tepat agar respon terbang wahana semakin
lebih baik. Nilai konstanta yang tepat sangat diperlukan oleh autopilot agar
respon airframe wahana pada saat terbang dapat mengurangi eror yang
Pada penerbangan sesi pertama dengan memakai konstanta default dari autopilot
didapat hasil bahwa lintasan terbang wahana yang terdiri dari 108 titik waypoint
tersebut memiliki eror radius kurang dari 5 meter pada keseluruhan titik waypoint
dilintasan lurus. Kecepatan angin dilokasi uji sebesar 1.7 m/s ternyata tidak
Terpaan angin 1.7 m/s tersebut menerpa wahana dari arah belakang ke depan saat
melintasi lintasan lurus pertama dan membuat kecepatan wahana pada itu rata-rata
adalah 16 m/s, kondisi ini disebut dengan tail wind. Pada saat melintasi lintasan
lurus kedua, wahana terkena terpaan angin ini dari arah depan ke belakang atau
yang sering disebut nose wind dan terpaan angin ini membuat kecepatan wahana
lintasan menjadi semakin baik dilintasan lurus kedua daripada lintasan lurus yang
pertama.
106
Pada sesi kedua, konstanta PID yang dipakai merupakan penjumlahan dari PID
default ditambah 0.3 untuk setiap konstanta baik itu PID Roll, PID Yaw dan PID
Pitch. Perubahan nilai konstanta tersebut memberikan hasil bahwa respon gerak
wahana semakin meningkat tetapi karena kecepatan angin dilokasi uji juga
meningkat menjadi 2.6 m/s, respon ini tetap tidak dapat menghasilkan lintasan
terbang yang memiliki eror radius minimum. Saat wahana melintasi lintasan lurus
mengalami peningkatan menjadi 18 m/s sedangkan pada lintasan lurus yang kedua
m/s. Kondisi tail wind dan nose wind ini ternyata berpengaruh besar terhadap
nilai konstanta pada sesi kedua ditambah 0.3 untuk setiap konstanta. Peningkatan
konstanta PID yang diterapkan pada uji terbang sesi ketiga ini berhasil
mengurangi eror radius wahana pada saat melakukan bank walaupun diterpa tail
wind sebesar 2.6 m/s dengan kecepatan gerak wahana sebesar 16 m/s tetapi
kondisi ini tidak memberikan hasil yang baik ketika wahana melintasi lintasan
yang lurus.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melalui semua tahapan dalam penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
responsif pada wahana untuk area misi yang sempit dan pendek.
2. Hasil uji terbang menunjukkan bahwa tiga flight mode: stabilize, auto, dan
RTL berhasil digunakan tetapi respon lintasan wahana untuk melakukan gerak
3. Jarak ideal antar titik waypoint adalah 20 meter dengan radius 5 meter untuk
10m/s.
4. Angin yang bertiup dengan kecepatan lebih besar dari 1 m/s dilokasi
terpengaruh.
5. Kecepatan wahana pada saat cruise sangat menentukan besarnya error radius
lintasan terbang.
6. Lintasan wahana pada saat misi terbang memiliki error rata-rata lebih dari 1
5.2. Saran
1. Sebaiknya ditambahkan sensor air speed pada pesawat, agar kecepatan angin
kondisi-kondisi real (dalam hal ini kondisi angin) pada saat penerbangan.
3. Servo motor yang digunakan untuk aktuator pada setiap sumbu pergerakan
sebaiknya memiliki kecepatan dan torsi yang tinggi agar respon wahana
semakin cepat.
6. Perubahan sistem kontrol PID menjadi sistem kontrol adaptif sehingga wahana
udara dapat mengatur diri atau memodifikasi diri sesuai dengan perubahan
[4] Iqbal Apriansyah, K.A. (2009). Rancang Bangun Tracking Antenna 2,4GHz
untuk Komunikasi Data Video Antara Wahana Udara Tak Berawak Dengan
Ground Station. Tugas Akhir. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
[5] Mardiana, S.S. (2010). Sistem Penjejakan Wahana Udara Tak Berawak Pada
Sistem Informasi Geografi di Bandar Lampung. Tugas Akhir. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
[6] Unmanned Air Vehicle (UAV). (2010, 05 03). Diakses pada 02 10, 2014, dari
Transport Canada: www.tc.gc.ca/eng/civilaviation/standards/general-recavi-
brochures-auv-2270.htm#definition
[8] Drone, D. (2012, Desember 31). Ardupilotmega 2.5. Diakses pada 02 11,
2014, dari Code Google: https://code.google.com/p/ardupilot-
mega/wiki/APM25board
[16] Rademacher, Wayne. (2009). Electric Flight “The Power System Basic”.
Minneapolis-St.
[18] Gyroscope. (2013, april). Diakses pada 02 14, 2014, dari wikipedia;
http://en.wikipedia.org/wiki/Gyroscope.
[19] Touch Screens Redefine the Market. (2009). Diakses pada 01 21, 2015,
http://www.scientificamerican.com/slideshow/touch-screens-redefine-the-market/
[22] The APM 2.5 Board Overview. (2012) . Diakses pada 02 03, 2015, dari
https://code.google.com/p/ardupilot-mega/wiki/APM25board.
112
[23] Connecting your RC Gear. (2014). Diakses pada 02 23, 2015, dari
http://plane.ardupilot.com/wiki/arduplane-setup/connecting-your-rc-gear/