0% found this document useful (0 votes)
101 views17 pages

Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam

This document summarizes the Islamic and legal perspectives on interfaith marriage in Indonesia. It discusses that while Islam forbids interfaith marriage based on Quranic verses, Law No. 1 of 1974 allows marriage according to each religion's laws. Scholars disagree on the permissibility of Muslim women marrying non-Muslim men from People of the Book faiths. The document analyzes relevant Islamic texts and laws to determine the ruling on interfaith marriage.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
101 views17 pages

Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam

This document summarizes the Islamic and legal perspectives on interfaith marriage in Indonesia. It discusses that while Islam forbids interfaith marriage based on Quranic verses, Law No. 1 of 1974 allows marriage according to each religion's laws. Scholars disagree on the permissibility of Muslim women marrying non-Muslim men from People of the Book faiths. The document analyzes relevant Islamic texts and laws to determine the ruling on interfaith marriage.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 17

Hukum Islam, Vol XVIII No.

2 Desember 2018 Perkawinan Beda


Agama.............Nurcahaya, dkk

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Nurcahaya,
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, email:
nurcahaya@uin-suska.ac.id
Mawardi Dalimunthe,
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Pekanbaru, email:
mawardi.dalimunthe@ gmail.com
Srimurhayati
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, email:
smurhayati@yahoo.com

Abstract

One of phenomenon that occurs in Indonesia is interfaith marriage. This marriage was
carried out partially openly and partially carried out secretly. Islam forbids interfaith
marriages based on the word of Allah Surat al-Baqarah verse 221. Interfaith marriage is
also issued by Law No. 1 of 1974 Article 2. The main problem in this study is health
issues and how the laws of marriage are interfaith according to the jurists. This research
is library research. Sources of data in this study include: Al-Quran and al-hadith, fuqaha
opinion, Law No. 1 of 1974 concerning marriage, and Compilation of Islamic Law. To
review this problem used library research (library research) and analytical analytic
research. Article 2 paragraph (1) Law No. 1 of 1974 concerning Marriage ("Law
1/1974") states that marriage is legal, carried out based on the law of each religion and
its beliefs. Article 10 PP No. 9 In 1975 it was declared a new marriage legally made in
the presence of the recording employee and attended by two witnesses. And the
procedure for marriage is carried out according to the laws of each religion and its
beliefs. So, Law 1/1974 does not recognize interfaith marriage, so interfaith marriage
cannot be done. Article 40 of KHI states the prohibition on marriage between a man and
a woman who is not Muslim. Fuqaha denies the marriage of Muslim women with non-
Muslim women either ahlul kitab or musyrik.

Keywords: marriage, interfaith, Law

Abstrak

Salah satu fenomena yang terjadi di Indonesia adalah perkawinan beda agama.
Perkawinan tersebut sebahagian dilakukan secara terang-terangan dan sebahagian
dilakukan sembunyi-sembunyi. Islam melarang perkawinan beda agama berdasarkan
firman Allah surat al-Baqarah ayat 221. Perkawinan beda agama juga dilarang oleh

141
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 2. Masalah pokok dalam penelitian ini
adalah bagaimana hukum pernikahan beda agama menurut peraturan perundang-
undangan di Indonesia, dan bagaimana hukum pernikahan beda agama menurut
fuqaha. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Sumber data dalam penelitian ini
antaralain: al-Quran dan al-hadis, pendapat fuqaha,UU No 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, dan Kompilasi Hukum Islam.Untuk mengkaji pemasalahan tersebut yang
digunakan penelitian kepustakaan (library research) dan bersifat deskriptif analitik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (“UU 1/1974”) menyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Pasal 10
PP No. 9 Tahun 1975 dinyatakan bahwa perkawinan baru sah jika dilakukan di
hadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata cara perkawinan
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Jadi, UU
1/1974 tidak mengenal perkawinan beda agama, sehingga perkawinan antar agama
tidak dapat dilakukan. Pasal 40 KHI menyatakan larangan melangsungkan
perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita tidak beragama Islam. Fuqaha
sepakat bahwa perkawinan seorang perempuan muslimah dengan pria non muslim
baik ahlul kitab atau musyrik tidak sah. Sedangkan perkawinan pria muslim dengan
wanita beda agama terjadi perbedaan pendapat.

Keywords: Perkawinan, Beda Agama dan Hukum

PENDAHULUAN
Pernikahan beda agama yang terjadi di Indonesia kebanyakan dari kalangan
artis antara lain: pernikahan Jamal Mirdad dengan Lidia Kandau setelah 25 tahun
kandas ditengah jalan (cerai), Titi Kamal dengan Kristian Sugiono, Rinto Harahap dan
Lily Kuslolita, Marcell Siahaan dan Rima Melati Adams, Bob Tutupoly dan
Rosmayasuti Nasution, Jeremy Thomas dan Ina Indayanti, Ari Sihasale dan Nia
Zulkarnaen, Rio Febrian dan Sabria Sagita Kono.
Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak agama yang dianut oleh
penduduknya. Perbedaan agama ini menimbulkan hubungan sosial antar individu,
dengan bermacam-macam agama. Hubungan social ini kadang kala akan berujung pada
pernikahan beda agama.
Fakta di atas bertentangan dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat
221 yang artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum

142
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
1
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Dalam pandangan Islam, kehidupan keluarga seperti itu tidak akan terwujud
secara sempurna kecuali jika suami isteri berpegang kepada agama yang sama. Jika
agama keduanya berbeda akan timbul berbagai kesulitan di lingkungan keluarga,
dalam melaksanakan ibadah, pendidikan anak, pengaturan makanan, pembinaan
tradisi keagamaan, dan lain-lain.

Muslim menikahi wanita musyrikah atau ahlul kitab jelas diharamkan sesuai
firman-Nya surat al-Baqarah: 221 tersebut. Namun, demi menjaga kebahagiaan dalam
keluarga, Islam mengecualikan terhadap penikahan Muslim dengan perempuan ahlul
kitab seperti dalam surat al-Maidah: 5. Intinya Allah memperbolehkan pernikahan
Muslim dengan perempuan ahlul kitab yaitu Yahudi dan Nasrani. Dalam kasus ini,
kebanyakan ulama‟ menganggap praktek tersebut hukumnya makruh tanzih bukan
makruh tahrim. Maksudnya seorang Muslim lebih baik menikah dengan Muslimah,
karena apabila menikah dengan perempuan ahlul kitab berarti melawan yang lebih utama.
Akan tetapi hal ini tidak bedosa. Adapun sebagian ulama‟ melarang perkawinan Muslim
dengan perempuan ahlul kitab Yahudi dan Nasrani itu mengandung syirik yang cukup
jelas. Misalnya ajaran trinitas dan mengkultuskan Nabi Isa As dan Maryam (bagi Kristen)
dan juga kepercayaan bahwa Uzair adalah putra Allah, serta mengkultuskan Haikal Nabi
Sulaiman (bagi Yahudi). Di sisi lain, walaupun Yahudi dan Nasrani sama-sama memiliki
kitab wahyu dari langit, namun diyakini kitab mereka

1 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tarjamahnya, (Tangerang: Serangkai Pustaka Mandiri,
t.th), 53

143
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

telah dirubah. Di sisi lain, Ahmad Sukarja juga mengatakan bahwa sebagian ulama
mengharamkannya atas dasar sikap musyrik kitabiyah dan juga karena fitnah serta
mafsadah dari bentuk perkawinan tersebut mudah sekali timbul. Jika agama sepasang
suami-isteri berbeda, maka akan timbul beberapa kesulitan di lingkungan keluarga.
Semisal dalam pelaksanaan ibadah, pendidikan, antara peraturan makan dan minum,
tradisi keagamaan, dan lain sebagainya. Walaupun dengan banyaknya pertimbangan
2
tersebut, imam mazhab empat sepakat bahwa wanita kitabiyah boleh dinikahi.”

Perkawinan beda agama juga dilarang oleh Undang-undang nomor 1 Tahun


1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat (1) yang berbunyi:”Perkawinan adalah sah,
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya
itu”. Kemudian ayat 2 pasal 2 berbunyi; “Tiap-tiap perkawinan di catat menurut
3
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa perkawinan adalah akad yang
sangat kuat atau mitsaqon gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakaanya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan
4
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah . (Kompilasi Hukum
Islam pasal 2).

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hukum pernikahan beda
agama menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan bagaimana hukum
pernikahan beda agama menurut fuqaha.

METODOLOGI

2 Nardoyo Amin, Perkawinan Beda Agama Menurut Fiqh (Jurnal Justitia), Ponorogo: Fakultas
Syari‟ah, t. Thn, hlm. 82-83.
3 Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
4 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991. Tentang. PENYEBARLUASAN KOMPILASI
HUKUM ISLAM. Tanggal Berlaku. 10 Juni 1991.

144
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dan bersifat


deskriptif analitik. Adapun sumber primer dalam penelitian ini anatara lain: Hukum
Islam, UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku tentang hukum
perkawinan Islam di Indonesia.

KERANGKA TEORI
1. Perkawinan Beda Agama.
Perkawinan beda Agama adalah pernikahan antar pemeluk agama yang
5
berbeda. Namun mereka tetap memeluk agama masing-masing Karena di
Indonesia adalah masyarakat yang pluralistic dalam beragama. Yang terdiri dari
agama Samawi maupun agama ardhi. Dengan kondisi seperti ini bisa terjadi
pernikahan antara Islam dengan Katolik, Islam dengan Hindu, Katolik dengan
Protestan, Hindu dengan Budha dan sebagainya.Namun yang akan menjadi topik
utama dalam pembahasan kita adalah pernikahan beda agama yang dilakukan
oleh pria atau wanita muslim dengan pria atau wanita non muslim.
Tentang hukum pernikahan lelaki muslim dengan wanita ahli kitab, ulama
Islam di Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian Ulama Indonesia mengikuti
faham Syafi’i dan Syi’ah Imamiyah. Hasan Basri Mantan Ketua MUI Pusat
6
mengatakan bahwa Islam melarang perkawinan antar agama.
Senada dengan pendapat tersebut adalah fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Melalui fatwanya, MUI melarang perkawinan antara orang muslim dan
non muslim (baik ahl al-kitab maupun bukan ahl al-kitab), baik laki-lakinya
yang muslim maupun perempuannya yang muslimah. Pertimbangan atau alasan
dikeluarkannya fatwa MUI tersebut adalah untuk menghindari timbulnya

5 Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-Undang Perkawinan No


1/1974, cet 1,(Jakarta: P.T Dian Rakyat ,2006), 10
6 Ichtianto, Laporan Akhir Analisis dan Evaluasi Hukum 20 Tahun Pelaksanaan Undangundang
Perkawinan. Proyek Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman RI Tahun 1994/1995. 1

145
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

keburukan/kerugian (mafsadat) yang lebih besar disamping kebaikan/keuntungan


(maslahat) yang ditimbulkan. Pertimbangan seperti ini dikenal dalam teori
hukum Islam dengan kaidah:
ِ ‫ِماْل ُءر ْد‬Zََِ ‫ص َمالْ بِلْ َج ىلعََ مدقم ْدساف‬
َ ‫ال‬
ِ ‫ح‬

“Menolak/menghindari kerugian/kerusakan (mafsadat) lebih utama daripada


mengambil kebaikan (maslahat).”

Adapun jika calon isteri itu wanita ahl al-Kitab yang tergolong kelompok ahl
al-kitab yang memerangi pemerintahan Islam (harbiyah), maka menurut ulama
mazhab Hanafi makruh tahrim (haram) bagi laki-laki muslim untuk menikahinya
Karena dapat membawa kepada mafsadat dan menimbulkan fitnah. Sedangkan
menikahi wanita ahl al-kitab yang tunduk dengan undang-undang Islam
7
(dzimmiyah) hukumnya makruh tanzih.

Di kalangan Ulama Malikiyah ada dua pendapat; pertama, nikah dengan


wanita kitabiyah bagi pria muslim adalah makruh mutlak, baik dzimmiyah
maupun harbiyah. Demikian pula menurut Imam ‘Atha’ bahwa perkawinan
tersebut hukumnya makruh. Khusus dengan harbiyah kadar makruhnya lebih
besar; kedua, tidak makruh secara mutlak, karena ada ayat yang membolehkan
secara mutlak. Karena mazhab Maliki dibina atas dasar sad al-zari`ah (menutup
jalan kemafsadatan), maka jika nikah dengan wanita ahl al-kitab khawatir
8
memunculkan mafsadat, haram hukumnya nikah dengan kitabiyah.

Menurut Ulama mazhab Syafi`i, makruh hukumnya menikah dengan wanita Ahl
al-Kitab yang dzimmi (tunduk pada aturan pemerintahan Islam). Sedangkan Ahl al-
Kitab yang harbiyah (memusuhi Islam) maka kadar makruhnya lebih besar ( ‫ةهاركال‬
‫) دتشت‬. Kemudian mereka juga mengemukakan bahwa hukum makruh tersebut

memiliki syarat-syarat: pertama, tidak mengharapkan wanita Ahl al-Kitab

7 Abd ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqih'ala, al-Mazahib al-Arba'ah (Mesir: Maktabah


Tijariyah Kubra t.t) jilid III, 1996
8 Ibid.

146
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

untuk memeluk Islam; kedua, masih ada wanita muslimah yang dapat mendatangkan
kebaikan baginya; ketiga, jika tidak menikah dengan wanita Ahl al-Kitab
dikhawatirkan akan melakukan zina. Tetapi jika pria muslim mengharapkan agar
wanita Ahl al-Kitab tersebut mau memeluk Islam, tidak ada wanita muslimah yang
dapat mendatangkan kebaikannya, dan jika tidak menikahi wanita Ahl al-Kitab
terjerumus kepada perbuatan zina, maka hukum menikahi wanita tersebut adalah
9
sunnah, karena menghindari perbuatan keji tersebut.

PEMBAHASAN
1. Perkawinan Beda Agama Dalam Peraturan Perundang-Undangan Di
Indonesia
Perkawinan yang sah telah diatur dalam perundang-undangan pasal 2
Undang-undang no 1 tahun1974 sebagai berikut:(Abdurrahman dan Riduan
Syahrani, 1978:35)
a) UU No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
b) Perkawinan wajib dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

a) Pasal 2 Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.
b) Pasal 3 Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
c) Pasal 4 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai
dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
d) Pasal 40 huruf c Kompilasi Hukum islam menyatakan sebagai berikut:

9 Ibid

147
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

1) Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang


wanita karena keadaan tertentu; karena wanita yang bersangkutan masih
terikat satu perkawinan dengan pria lain;
2) Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
3) Seorang wanita yang tidak beragama Islam.
e) Pasal 44 menyatakan sebagai berikut: Seorang wanita Islam dilarang
melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam.
Berdasarkan undang-undang perkawinan no 1 tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam diatas, bahwa setiap orang yang ingin melakukan pernikahan
harus menganut agama yang sama. Jika terjadi pernikahan yang berbeda
agama dianggap pernikannya tidak sah.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1
Nikah beda Agama menurut Peraturan Perundangan Indonesia

NO Peraturan Isi Keterangan


perundang-undangan
di Indonesia
1 UU No. 1 tahun 1974 bahwa perkawinan adalah Tidak boleh seorang
sah, apabila dilakukan Muslim menikah dengan
menurut hukum masing- cara atau menurut agama
masing agamanya dan Nasrani atau sebaliknya.
kepercayaannya itu. Hal ini tidak
memungkinkan pernikahan
beda agama.
2 Kompilasi Hukum Perkawinan adalah sah, Seorang Muslim tidak sah
Islam Pasal 4 apabila dilakukan menurut pernikahannya bila
hukum Islam. dilakukan di menurut
hukum agama lain. Hal ini
tidak memungkinkan
pernikahan beda agama.
3 Pasal 40 huruf c Dilarang melangsungkan Dilarang menikahi Seorang
Kompilasi Hukum perkawinan: wanita yang tidak
Islam - Seorang wanita yang beragama Islam.
masih berada dalam masa Hal ini tidak
iddah dengan pria lain; memungkinkan pernikahan
- Seorang wanita yang tidak beda agama.
beragama Islam.

4 Pasal 44 Kompilasi Seorang wanita Islam Tegas dilarang nikah beda


Hukum Islam dilarang melangsungkan agama.
148
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

perkawinan dengan seorang


pria yang tidak beragama
Islam.

2. Perkawinan Beda Agama Menurut Fuqaha


Fuqaha sepakat bahwa perkawinan seorang perempuan muslimah dengan pria
non muslim baik ahlul kitab atau musyrik tidak sah. karena akan dikhawatirkan ada
pelanggaran-pelanggaran etika akidah, karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa
10
istri wajib tunduk pada suami. Sedangkan perkawinan pria muslim dengan wanita
beda agama terjadi perbedaan pendapat dikalangan fuqaha Antara lain:
a. Mazhab Hanafi
Imam Abu Hanifah berpendapat tentang perkawinan antar beda agama terdiri
dari dua hal. Yaitu :
1) Perkawinan antara pria muslim dengan wanita non muslim (musyrik)
hukumnya adalah haram mutlak.
2) Perkawinan antara pria muslim dengan wanita ahlu al-kitab (Yahudi dan
11
Nasrani), hukumnya mubah (boleh). Menurut mazhab Hanafi yang
dimaksud dengan ahlu al-kitab adalah siapa saja yang mempercayai
seorang Nabi dan kitab yang pernah diturunkan Allah SWT, termasuk juga
orang yang percaya kepada Nabi Ibrahim As dan Suhufnya dan orang yang
percaya kepada nabi Musa AS dan kitab Zaburnya, maka wanitanya boleh
12
dikawini. Bahkan menurut mazhab ini mengawini wanita ahlu al-kitab
dzimmi atau wanita kitabiyah yang ada di Daaral-Harbi boleh hukumnya.

10 M. Ali al-Shabuniy, Tafsir Ayat Ahkam, terj (Semarang: Pustaka Rizki Putra,.1991), 205
11 Muhammad Bin Ali Bin Muhammad As-Syaukani, Fathu al-Qadir al-Jami' Baina
Fannai al-Riwayah wa al-Dirayah Min 'Ilmi al-Tafsir (Beirut: Darul Ma’rifah, 1428 H / 2007 M), juz
III, 228
12 Sihabuddin bin Muhammad as-Shna’ni, Bada’i Ash-Shana’i (Lebanon: Darul Ma’arif
Arabiyah, t.th), Juz II, 270

149
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

3) Menurut mazhab ini, perkawinan dengan wanita kitabiyah yang ada di


Daar al-Harbi hukumnya makruh tahrim, karena akan membuka pintu
fitnah, dan mengandung mafasid (kerusakan-kerusakan) yang besar.
4) Perkawinan dengan wanita ahlu al-kitab zimmi hukumnya makruh tanzih,
alasan mereka adalah karena wanita ahlu al-kitab dzimmi ini
13
menghalalkan minuman arak dan menghalalkan daging babi.
Untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2
Nikah beda Agama menurut Hanafi

NO Pendapat Imam Isi Keterangan


Hanafi
1 Haram Mutlak. Perkawinan antara pria Haram pernikahan
muslim dengan wanita non beda agama.
muslim (musyrik)
hukumnya adalah haram
mutlak.

2 Boleh/ Mubah Perkawinan antara pria Boleh jika antara laki-


muslim dengan wanita ahlu laki muslim dengan
al-kitab (Yahudi dan wanita Yahudi dan
Nasrani), hukumnya mubah
(boleh) (As-Syaukani, 1428 Nasrani
H/2007M: 228).
3 Makruh Tahrim Perkawinan dengan wanita Lebih diinginkan untuk
kitabiyah yang ada di Daar dilarang pernikahan
al-Harbi hukumnya beda agama.
makruh tahrim, karena akan
membuka pintu fitnah, dan
mengandung mafasid
(kerusakan-kerusakan)
yang besar.

4 Makruh Tanzih Perkawinan dengan wanita Lebih diinginkan untuk


ahlu al-kitab zimmi dilarang pernikahan
hukumnya makru tanzih, beda agama.
h
alasan mereka adalah
karena wanita ahlu al-kitab

13
Az-Zailaiy, Tabyin Al-Haqaiq Syarh Kanzu Ad-Daqaiq (Beirut: Daar Al-Ma’rifah, t.th), Juz II,
109

150
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

dzimmi ini menghalalkan


minuman arak dan
menghalalkan daging babi -
Seorang wanita yang tidak
beragama Islam.

b. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa perkawinan beda agama mempunyai dua
pendapat yaitu:

1) Menikah dengan kitabiyah hukumnya makruh baik dzimmiyah (wanita-


wanita non muslim yang berada di wilayah atau negeri yang tunduk pada
hukum Islam) maupun harbiyah, namun makruh menikahi wanita harbiyah
lebih besar (Ibnu Abdil Barr, t.th: 543). Akan tetapi jika dikhawatirkan
bahwa si isteri yang kitabiyah ini akan mempengaruhi anak-anaknya dan
meninggalkan agama ayahnya, maka hukumnya haram.

2) Menikah dengan kitabiyah hukumnya boleh karena ayat tersebut tidak


melarang secara mutlak. Metodologi berpikir mazhab Maliki ini
menggunakan pendektan Sad al-Zarai’ (menutup jalan yang mengarah
kepada kemafsadatan). Jika dikhawatirkan kemafsadatan yang akan
14
muncul dalam perkawinan beda agama, maka diharamkan.
Untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3
Nikah beda Agama menurut Maliki

NO Pendapat Imam Isi Keterangan


Maliki
1 Haram Mutlak. Apabila dikhawatirkan bahwa si Haram pernikahan
isteri yang kitabiyah ini akan beda agama.
mempengaruhi anak-anaknya dan
meninggalkan agama ayahnya
maka hukumnya haram mutlak.

14 Ibnu Rusdy, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtashid (Beirut: Maktabah Ilmiyah, t.th),
juz
II
151
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

2 Makruh Menikah dengan kitabiyah Lebih baik dihindari


hukumnya makruh baik dzimmiyah pernikahan beda
maupun harbiyah, namun makruh agama
menikahi wanita harbiyah lebih
besar bila tidak dikhawatirkan
mempengaruhi anak-anaknya dan
meninggalkan agama Islam
3 Makruh Tahrim Perkawinan dengan wanita Lebihdiinginkan
kitabiyah yang ada di Daar al- untuk dilarang
Harbi hukumnya makruh tahrim, pernikahan beda
karena akan membuka pintu fitnah, agama.
dan mengandung mafasid
(kerusakan-kerusakan) yang besar.

c. Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa perkawinan beda agama adalah boleh
Yaitu menikahi wanita ahlu al-kitab. Akan tetapi termasuk golongan wanita ahlu
al-kitab menurut mazhab Syafi’i adalah wanita-wanita Yahudi dan Nasrani
keturunan orang-orang bangsa Israel dan tidak termasuk bangsa lainnya,
15
sekalipun termasuk penganut Yahudi dan Nasrani. Alasan yang dikemukakan
mazhab ini adalah :
1) Karena Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS hanya diutus untuk bangsa Israel,
dan bukan bangsa lainnya.
2) Lafal min qoblikum (umat sebelum kamu) pada surat Al-Maidah ayat 5
menunjukkan kepada dua kelompok golongan Yahudi dan Nasrani bangsa
Israel.Menurut mazhab ini yang termasuk Yahudi dan Nasrani adalah wanita-
wanita yang menganut agama tersebut sejak Nabi Muhammad sebelum diutus
menjadi Rasul, yaitu semenjak sebelum Al-Qur’an diturunkan, tegasnya
orang-orang yang menganut Yahudi dan Nasran sesudah Al-Qur’an
diturunkan tidak termasuk Yahudi dan Nasrani kategori

15 Muhammad Syamsuddin bin Ahmad Al-Khotib Asy-Syarbini, Mughni Al-muhtaj


(Beirut – Lebanon: Darul Ma'rifat, 1997 M), Juz III, 187

152
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

ahlu al-kitab, karena tidak sesuai dengan bunyi ayat min qoblikum
16
tersebut. Untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4
Nikah beda Agama menurut Syafi’i

NO Pendapat Imam Isi Keterangan


Syafi’i
1 Haram Haram menikahi orang-orang yang Haram pernikahan
menganut Yahudi dan Nasran beda agama.
sesudah Al-Qur’an diturunkan
karena tidak termasuk Yahudi dan
Nasrani kategori ahlu al-kitab
2 Boleh Perkawinan beda agama adalah Lebih baik dihindari
boleh, menikahi wanita-wanita pernikahan beda
Yahudi dan Nasrani keturunan agama
orang-orang bangsa Israel dan tidak
termasuk bangsa lainnya, sekalipun
termasuk penganut Yahudi dan
Nasrani, karena termasuk Yahudi
dan Nasrani kategori ahlu al-kitab

d. Mazhab Hambali.
Mazhab Hambali mengemukakan bahwa perkawinan beda agama haram
apabila wanita-wanita musyrik, akan tetapi boleh menikahi wanita Yahudi dan
Nasrani. Mazhab ini lebih cenderung mendukung pendapat Imam Syafi’i. Tetapi
mazhab Hambali tidak membatasi tentang ahlul kitab, menurut pedapat mazhab
ini bahwa yang termasuk ahlual-kitab adalah yang menganut agama Yahudi dan
17
Nasrani sejak saat Nabi Muhammad belum diutus menjadi Rasul. Untuk
jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4
Nikah beda Agama menurut Hanbali

NO Pendapat Imam Isi Keterangan


Hanbali

16 Badruddin bin Abi Muhammad al-Nawawi, Raudhah Ath-Thalibin (Cairo: Darul


Maarif, 1327 H), Juz VII, 132
17 Taqwiyudin Ibnu Najjar, Syarh Muntaha Al-Iradaat (Lebanon, Maktabah Aalamiyah,
1276 H),
Juz III

153
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

1 Haram Perkawinan beda agama haram Haram pernikahan


apabila wanita-wanita musyrik beda agama.
2 Boleh Boleh menikahi wanita Yahudi dan Lebih baik dihindari
Nasrani sebagai ahlul kitab, pernikahan beda
Termasuk ahlual-kitab adalah yang agama
menganut agama Yahudi dan
Nasrani sejak saat Nabi
Muhammad belum diutus menjadi
Rasul.

Dari pemaparan diatas, maka dapat dilihat bahwa peraturan perundang-


undangan di Indonesia melarang perkawinan beda agama. Fuqaha berbeda pendapat
tentang pernikahan beda Agama. Ulama menyepakati bahwa perkawinan dengan
orang musyrik adalah haram. Ulama berbeda pendapat tentang perkawinan dengan
Ahlul kitab. Ada yang melarang dan ada yang membolehkan tergantung pemahaman
terhadap golongan Ahlul kitab.

KESIMPULAN
Peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia tidak menyediakan aturan yang
membolehkan pernikahan beda agama. Para ulama sepakat menyatakan bahwa
pernikahan dengan orang musyrik haram beda agama adalah haram. Menikahi wanita
Ahl al-Kitab bagi pria muslim terdapat dua pandangan ulama, pertama, halal
hukumnya, jika wanita Ahl al-Kitab adalah wanita-wanita yang merdeka dan menjaga
kehormatan dirinya (tidak berzina). Hal ini berdasarkan QS. Al-Maidah (5) ayat 5;
kedua, haram hukumnya jika wanita ahl al-Kitab tersebut ternyata akidahnya telah
berubah, yakni mengakui trinitas atau mengatakan Uzer dan Isa sebagai anak Tuhan.
Dalam posisi demikian wanita Ahl al-Kitab itu telah tergolong sebagai orang-orang
musyrik. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah (2) ayat 221.

Namun pada prinsipnya penulis menyatakan bahwa berdasarkan fakta yang ada
ditengah-tengah kehidupan modern sekarang ini, kehalalan menikahi wanita Ahl al-
kitab itu hanya ditujukan bagi pria muslim yang kuat imannya, mampu menampakkan
kesempurnaan Islam, keluhuran budi pekerti secara Islami dan mampu menjalankan

154
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

misi dakwah, sehingga wanita Ahl al-Kitab tersebut tertarik dengan ajaran Islam dan
sekaligus memeluk Islam dengan penuh kesadaran. Tetapi jika imannya lemah dan
khuwatir akan terkikis keimanan serta berakibat murtad, maka haram hukumnya
menikahi wanita Ahl al-Kitab. Hal ini sesuai dengan konsep li sad al-zari`ah.

A. DAFTAR PUSTAKA
Abd ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqih'ala, al-Mazahib al-Arba'ah (Mesir:
Maktabah Tijariyah Kubra t.t) jilid III, 1996
Akbarizan. “Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam dan Melayu”, Toleransi. 4 (2),
177-194 vol. , 2012
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau Dari Undang-Undang Perkawinan
No 1/1974, cet 1,(Jakarta: P.T Dian Rakyat ,2006), hlm.10
Az-Zailaiy, Tabyin Al-Haqaiq Syarh Kanzu Ad-Daqaiq (Beirut: Daar Al-Ma’rifah,
t.th), Juz II
Badruddin bin Abi Muhammad al-Nawawi, Majmu’ Syrah Muhazzab (LKebanon:
Maktabah Ilmiyah, t.th), Juz XVI
Badruddin bin Abi Muhammad al-Nawawi, Raudhah Ath-Thalibin (Cairo: Darul
Maarif, 1327 H), Juz VII
Ichtianto, Laporan Akhir Analisis dan Evaluasi Hukum 20 Tahun Pelaksanaan
Undangundang Perkawinan. Proyek Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum
Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI
Tahun 1994/1995. 1
Ibnu Abdil Barr, Al-Kafi (Maroko: Darul Ilmiyah, t.th), Juz II
Ibnu Rusdy, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu al-Muqtashid (Beirut: Maktabah
Ilmiyah, t.th), juz II
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991. Tentang. PENYEBARLUASAN
KOMPILASI HUKUM ISLAM. Tanggal Berlaku. 10 Juni 1991.

155
Hukum Islam, Vol XVIII No. 2 Desember 2018 Perkawinan Beda
Agama.............Nurcahaya, dkk

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tarjamahnya, (Tangerang: Serangkai Pustaka


Mandiri, t.th)
Muhammad Bin Ali Bin Muhammad As-Syaukani, Fathu al-Qadir al-Jami' Baina
Fannai al-Riwayah wa al-Dirayah Min 'Ilmi al-Tafsir (Beirut: Darul Ma’rifah,
1428 H / 2007 M), juz III
Muhammad Syamsuddin bin Ahmad Al-Khotib Asy-Syarbini, Mughni Al-muhtaj
(Beirut – Lebanon: Darul Ma'rifat, 1997 M), Juz III
Nardoyo Amin, Perkawinan Beda Agama Menurut Fiqh (Jurnal Justitia), Ponorogo:
Fakultas Syari‟ah, t.th)
Sihabuddin bin Muhammad as-Shna’ni, Bada’i Ash-Shana’i (Lebanon: Darul Ma’arif
Arabiyah, t.th), Juz II
Taqwiyudin Ibnu Najjar, Syarh Muntaha Al-Iradaat (Lebanon, Maktabah Aalamiyah,
1276 H), Juz III
Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

156

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy