Analisis Geometri Dan Konfigurasi Sistem Akuifer Air Tanah Berdasarkan Data Geofisika Di Kabupaten Sleman Bagian Timur
Analisis Geometri Dan Konfigurasi Sistem Akuifer Air Tanah Berdasarkan Data Geofisika Di Kabupaten Sleman Bagian Timur
ARTIKEL RISET
Ringkasan
Penelitian Metode Geolistrik Resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan bentangan 360 m. kedalaman
75 m. di Kabupaten Sleman Bagian Timur menggambarkan satuan hidrostratigrafi. Model 3D konseptual model
sistem akuifer air tanah digunakan untuk menganalisis geometri dan konfigurasinya. Geometri akuifer air tanah
secara horizontal, sisi utara batas antara akuifer dan non-akuifer dibedakan secara jelas berupa batuan resistivitas
rendah 20 − 50 ohm.m (akuifer minor), 51 − 140 ohm.m (akuifer utama) dengan batuan resistivitas tinggi >
140 ohm.m (akuifug). Berdasarkan pola aliran muka air tanah sisi timur dibatasi oleh Sungai Gendol, sisi barat
Sungai Boyong dan sisi selatan Sungai Opak. Di bagian bawah akuifer hasil 3D Konseptual model sistem akuifer
air tanah menunjukkan kemenerusan keluar daerah penelitian. Secara vertikal terlihat batas antara akuifer dan
non akuifer, namun batas bawah menerus di bawah jangkauan pengukuran.
Berdasarkan data Geofisika Geolistrik Resistivitas, konfigurasi sistem akuifer air tanah di Kabupaten Sleman
Bagian Timur, tersusun oleh satu akuifer diselingi oleh lapisan non-akuifer yang tidak menerus.
Kata Kunci : Geolistrik Resistivitas, Wenner-Schlumberger, Geometri dan Konfigurasi sistem akuifer air tanah.
Abstract
Research on the Geoelectric Resistivity Method of the Wenner-Schlumberger configuration with a stretch of
360 m. depth of 75 m. in the Eastern District of Sleman, depicts hydrostratigraphic units. The conceptual 3D
model of a groundwater aquifer system model is used to analyze its geometry and configuration. Geometry of
groundwater aquifers horizontally, the north side of the boundary between aquifers and non-aquifers is clearly
distinguished in the form of low resistivity rocks 20 − 50 ohms.m (minor aquifers), 51 − 140 ohms.m (main
aquifers) with high resistivity rocks > 140 ohm.m (aquifuge). Based on the pattern of groundwater flow the east
side is bounded by the Gendol River, the west side of the Boyong River and the south side of the Opak River.
At the bottom of the aquifer 3D Conceptual models of groundwater aquifer systems show continuity out of the
study area. Vertically, the boundary between aquifer and non-aquifer is visible, but the lower limit is continuously
below the measurement range.
Based on the Geophysical Resistivity Geophysical data, the configuration of the groundwater aquifer system
in the Eastern District of Sleman, is composed of one aquifer interspersed with non-aquifer layers that are not
continuous.
Keywords: Resistivity Geoelectric; Wenner-Schlumberger; Geometry and Configuration of groundwater aquifer
systems.
batuan, struktur geologi dan kandungan air yang Tabel 1: Pembagian kelas resistivitas dan jenis batuan
ada di dalamnya. Nilai-nilai tahanan jenis pada dan tingkat keterdapatan air di Kabupaten Sleman
pseudosection 2-D membentuk gambaran penampang Bagian Timur
vertikal 2D, menunjukkan warna tertentu yang
memperlihatkan nilai resistivitas dalam satuan Ω.m
(Ohm.meter/ Ohm.m).
pada semua lintasan. Untuk mengontrol model yang permukaan hasil model dengan kondisi lapangan.
Hasilnya menunjukkan kecocokan antara keduanya.
dibuat, data lapangan hidrogeologi, kedalaman muka
Model Konseptual satuan hidrostratigrafi dilakukan
air tanah digunakan untuk melihat kecocokan air dengan mengkorelasikan ke-13 lintasan hasil
Budiarjo and Heru Hendrayana Page 12 of 32
pembuatan model satuan Hidrostratigrafi unit daerah penelitian menunjukkan kemenerusan yang
Geolistrik Resistivitas. Dengan metode korelasi tidak dapat diidentifikasi dari pembuatan model
inverse distance power memberikan hasil model konseptual. Pada batas atas akuifer, dengan model
konseptual sistem akuifer air tanah 3D. Model pola aliran tanah (Gambar 9), menunjukkan bahwa
Konseptual fisik dibuat menggunakan perangkat lunak air di bagian barat menuju ke Sungai Boyong dan
Voxler 4.1. Hasil dari model tersebut ditunjukkan di sisi timur, Sungai Gendol menjadi zona landaian
dengan Gambar 8. turun ke arah Sungai Opak, arah yang berlawanan
Dari pembuatan model konseptual sistem akuifer memperlihatkan bahwa akuifer air tanah turun di
air tanah didapatkan gambaran 3D akuifer dan non tempat tersebut. Dibawah pada kedalaman 74, 6
akuifer. Akuifer pada model tersebut (warna biru meter, model konseptual sistem akuifer hasil geolistrik
dan kuning) membentuk seperti channel-channel yang resistivitas menunjukkan kemenerusan. Namun data
dibatasi oleh lapisan non akuifer (warna merah). geolistrik di ujung-ujung masih relatif sedikit, sehingga
Akuifer utama (warna biru) di sisi utara hanya kebenarannya masih perlu dilakukan pengujian
ditemukan di bagian atas, yang sesuai dengan konsep
dengan data-data yang lain, seperti sumur bor atau
zona fasies yang merupakan zona proksimal, dekat
lainnya.
dengan puncak yang banyak material masif terbentuk
pada daerah ini. Di bagian tengah dan bawah (selatan) Geometri akuifer di Kabupaten Sleman bagian
dapat terlihat akuifer utama dan akuifer minor (warna timur, secara vertikal berupa konfigurasi akuifer
biru) menyebar dan menerus hingga di bawah model dan non akuifer. Akuifer sendiri dibedakan menjadi
konseptual yang terbentuk. Sayatan-sayatan yang akuifer utama dan akuifer minor. Susunan sistem
dibuat memberikan gambaran bahwa sistem akuifer air akuifer terdiri dari akuifer utama dan akuifer minor
tanah di Kabupaten Sleman Bagian Timur merupakan yang dibatasi oleh lapisan non-akuifer namun tidak
satu sistem akuifer yang dibatasi oleh lapisan-lapisan menerus. Dari model konseptual terlihat batas akuifer
non akuifer namun tidak menerus. bagian atas namun batas bawah dari akuifer tidak
Geometri akuifer air tanah secara horizontal, sisi terlihat, menerus hingga kedalaman yang tidak
utara antara akuifer dan non akuifer dapat dibedakan teridentifikasi dengan model konseptual fisik hasil
secara jelas. Pada sisi barat, timur dan selatan pengukuran geofisika.
Budiarjo and Heru Hendrayana Page 13 of 32
5 KESIMPULAN
Geometri sistem akuifer air tanah Kabupaten Sleman
bagian timur secara horizontal, sisi utara antara
akuifer dan non-akuifer dapat dibedakan secara jelas.
Akuifer bagian atas, sisi barat dibatasi oleh Sungai
Boyong, sisi timur Sungai Gendol dan sisi selatan
Sungai Opak. Konfigurasi secara vertikal berupa
satu kesatuan akuifer yang dibatasi oleh lapisan
non-akuifer namun tidak menerus dan merupakan
akuifer bebas. Model konseptual sistem akuifer air
tanah 3D berdasarkan data geofisika resistivitas
dengan korelasi data penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya, dapat memodelkan dengan
baik berupa akuifer (20−140 Ohm.m) dan non-akuifer
(< 20 dan > 140 Ohm.m). Namun pada daerah
penelitian bagian bawah sisi barat, timur dan selatan
daerah menunjukkan kemenerusan.
PENULIS
1 Budiarjo
Dari :
(1) Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
2 Heru Hendrayana
Dari :
(1) Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
Pustaka
1. Danaryanto RJK, Hadipurwo S, Sangkawati S. Manajemen Air Tanah
Ber asis Cekungan Air Tanah. Bandung: Pusat Lingkungan Geologi,
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; 2010.
2. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pemerintah di Bidang Pengelolaan
Air Bawah Tanah. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral; 2000.
3. Hendrayana H. Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman : Geometri dan
Konfigurasi. Universitas Gadjah Mada; 2011.
4. Penyusunan Kajian Review Jaringan Sumur Pantau di CAT
Yogyakarta-Sleman. Yogyakarta: Pemerintah Daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber
Daya Mineral; 2015.
5. Hendrayana H. Cekungan Air Tanah Yogyakarta-Sleman: Potensi,
Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Tanah. Yogyakarta: National
Workshop Asia Pacific Centre for Ecohydrology; 2013.
6. McDonald M. Greater yogyakarta groundwater resources study.
Ministry of Public Work, Indonesia. 1984;.
7. Hendrayana H. Hydrogeologie und grundwasser gewinnung in
Yogyakarta-becken, Indonesien. RWTH Aachen; 1993.