PBJ Level 1
PBJ Level 1
DISUSUN OLEH :
DHARMA
NURSANI
ARIF
RACHMAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN RANTAI PASOK
Supply Chain Management (SCM) (definisi) atau manajemen rantai pasok adalah praktek atau disiplin/
ilmu manajemen yang lazim digunakan oleh industri manufaktur di sektor bisnis (sektor
swasta/korporasi) untukmengelola proses bisnis termasuk sistem produksinya.
Supply Chain Management (SCM) (tujuan) menyelaraskan proses bisnis dari hulu ke hilir sehingga
mewujudkan nilai pasar dan ekonomi, serta memberikan perusahaan keunggulan kompetitif atas
pesaingbisnis, mengurangi biaya operasi, dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan.
Supply Chain (Komponen) Rantai Pasok adalah jaringan fisiknya, sedangkan Manajemen Rantai
Pasok adalah alat, metode, atau pendekatan pengelolaannya. Supply Chain adalah organisasi/
sekumpulan organisasi yang memasok bahan baku, memproduksi produk dan mengirimkan kepada
konsumen akhir.
Rantai pasok Hulu (Upstream Supply Chain). Bagian hulu Supply Chain meliputi aktivitas dari suatu
organisasi korporasi atau institusi dengan para rekanan pemasok (dapat berupa pabrik/manufaktur,
agen tunggal, distributor, perantara, pedagang eceran, hingga penyedia layanan jasa). Aktivitas yang
utama adalah proses perencanaan, serta pencarian pemasok dan pengadaan barang/jasa. Di hulu,
perusahaan manufaktur berhubungan dengan rekanan pemasok yaitu pabrik, agen tunggal,
distributor, perantara, pedagang eceran, dan/atau penyedia layanan jasa.
Rantai Pasok Internal (Internal Supply Chain). Meliputi semua proses penerimaan barang ke
gudang atau jasa yang disediakan rekanan pemasok, agar dapat digunakan untuk keperluan proses
rantai pasok internal, baik proses penggunaan, produksi, atau rencana alokasi persediaan, di dalam
rantai pasok internal. Perhatian yang utama adalah manajemen produksi, penyimpanan dan
pengendalian persediaan, serta manajemen pengendalian mutu.
Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain). Meliputi semua aktivitas yang melibatkan proses
transportasi dan distribusi dari alokasi persediaan atau barang yang tersedia dalam proses rantai
pasok internal, ke para penerima akhir. Penerima akhir dapat berupa pabrik/ manufaktur, agen
tunggal, distributor, perantara, pedagang eceran, hingga penyedia layanan jasa. Perhatian diarahkan
pada proses transportasi, distribusi, serah terima, dan layanan purna jual. Dihilir, penerima akhir
atau pelanggan produk perusahaan manufaktur adalah pabrik, agen tunggal, distributor, perantara,
pedagang eceran, dan/atau penyedia layananjasa. Hubungan atau rantai pasok di hilir untuk organisasi
produsen barang seperti tersebut di atas, oleh ahli marketing disebut sebagai marketing channel. Di
bagian hilir, pengiriman bisa dilakukan langsung ke pelanggan (consumer), atau tidak langsung ke
pelanggan melalui satu atau beberapa perantara yaitu agen (agent/ broker), grosir/distributor
(wholesaler), dan/ataupengecer (retailer).
Aktivitas utama rantai pasok yang pertama adalah proses pengadaan (sourcing/procurement).
Aktivitas utama rantai suplai kedua adalah produksi(make) dan ketiga adalah mengirimkan (delivery).
Pada tahap ini juga dilakukan proses pengendalian mutu (quality control) dan administrasi
pergudangan (inventory management) untuk bahan baku, setengah jadi, dan barang jadi baik, yang
baru masuk gudang (inbound) dan keluar gudang ke pengguna akhir (outbound).
Dalam era teknologi informasi ini, SCM bukan hanya mengelola produk dan keuangan saja, tetapi
juga mengelola seluruh aliran barang/jasa, uang, dan informasi secara serempak.
Lebih dari itu, peran teknologi informasi juga menyebabkan satu set rantai pasok bisa dilakukan
oleh berbagai pelaku bisnis yang berbeda. Misalnya sistem logistik bisa dikontrak melalui
mekanisme pasar tanpa perlu dimiliki oleh perusahaan dalam hirarkhi organisasinya. Kehadiran
teknologi informasi secara keseluruhan memberikan efisiensi kepada para pihak yang pada
gilirannya memberikan surplus ekonomi kepada seluruh rantai pasok.
Memahami apa itu komponen supply chain dan siklus manajemennya (SCM) dapat memberi
gambaran mengenai apa yang dilakukan oleh industri manufaktur, jasa, dan konstruksi dalam
melakukan aktivitas di pasar maupun di internal organisasinya. Bagaimana kaitan dan peran SCM
dengan pengadaan barang/jasa dan khususnya dengan pengadaan barang/jasa pemerintah
(PBJP) akan diuraikan selanjutnya.
KETERKAITAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN
MANAJEMENRANTAI PASOK
SEKTOR NIRLABA
Suatu organisasi yang didirikan untuk tujuan memberikan dukungan, menyediakan kebutuhan,
membantu pemerintah, dan memberikan kontribusi bagi sesama di ruang publik tanpa bermaksud
memperoleh keuntungan finansial (non-profit) secara langsung dari kegiatan tersebut. Secara umum
sektor nirlaba terbagi atas :
1) Lembaga pendidikan: pendidikan formal dan pendidikan informal
2) Lembaga sosial kemanusiaan: lembaga sosial keagamaan, lembaga sosial kesehatan,
lembaga bantuan sosial kemasyarakatan, lembaga sosial korporasi
3) Lembaga swadaya masyarakat: organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga
kajian masyarakat
4) Lembaga bantuan internasional: palang merah internasional, lembaga dan badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga bantuan sosial internasional.
SEKTOR PEMERINTAH
Kegiatan birokrasi yang dijalankan oleh suatu sistem ketatanegaraan dalam suatu negara dengan
tujuan menjalankan roda pemerintahan dan sekaligus melayani masyarakat di negara tersebut. Secara
umum sektor layanan pemerintah dilaksanakan oleh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah.
● Menangani
kegiatan
Melaporkan barang/jasa
pergudangan Peraturan LKPP
yang dibeli atau
produkjadi. Nomor 12 tahun
dihasilkanatau
● Melacak diserahkan untuk 2018
status kepentingn umum (misal,
pengiriman. masyarakat) dalam
● Administrasi bentukberita acara serah
PP 27 tahun 2014.
barangyang terima.
dikembalikan.
● dll
Tabel 4.1 Proses SCM dalam Pendekatan Strategis, Taktis, dan Operasional
DISUSUN OLEH :
BAIHAKI
ARIF RACHMAN
DEFINISI
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan (Perpres 16/2018 Pasal 1 angka 1).
Definisi ini menjelaskan bahwa ada proses-proses dalam tahapan- tahapan dalam PBJP diantaranya
proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Proses PBJP di bagi 2 yaitu Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola dan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut :
a) Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;
b) Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD, termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya bersurnber dari pinjaman dalam
negeri dan/atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah; dan/atau
c) Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau
hibah luar negeri.
K/L/PD yang melakukan Pengadaan Barang/Jasa menggunakan APBN/APBD, termasuk sebagian atau
seluruhnya dari PHDN/PHLN maka semua proses pengadaannya harus patuh dan mengacu pada
Perpres No 16 Tahun 2018 jo. Perpres No 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
JENIS PENGADAAN
Pengadaan Barang/Jasa meliputi :
a) Barang, yakni setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna
Barang
b) Pekerjaan Konstruksi, yakni keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan
c) Jasa Konsultansi, yakni jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)
d) Jasa Lainnya, yakni jasa non konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus dan/atau keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas
di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Berdasarkan Perpres No 16 Tahun 2018 jo. Perpres No 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan
Barang/Jasa, Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan secara terintegrasi. Contoh pekerjaan
terintegrasi antara lain:
a) Pekerjaan Design and Build
Pekerjaan Design and Build adalah gabungan pengadaan pekerjaan Konstruksi dan jasa
Konsultansi konstruksi.
b) IT solution yaitu gabungan antara pengadaan perangkat keras dan lunak.
c) Engineering Procurement Construction (EPC) adalah tahapan dalam sebuah proses
design/perancangan sistem yang akan dibangun, pengadaan/pembelian barang dan dilanjutkan
dengan membangun/konstruksi apa yang telah dirancang.
d) Pekerjaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan.
CARA PENGADAAN
Cara Pengadaan Barang/Jasa pada PBJP secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a) Swakelola, yakni cara memperoleh Barang/Jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD Pengguna
Anggaran, K/L/PD lain pelaksana Swakelola, Organisasi Masyarakat, atau Kelompok Masyarakat
b) Penyedia, yakni cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha berdasarkan
kontrak
Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia barang/jasa. Ketika barang/jasa tidak dapat
dilakukan melalui penyedia, maka Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui Swakelola. Tetapi
sebaliknya ketika Pengadaan Barang/Jasa dapat melalui penyedia dipastikan kembali tujuan dari
Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilakukan, jika sesuai dengan tujuan Swakelola, atau lebih efektif
dan/atau efisien dilakukan melalui Swakelola, maka Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui
Swakelola, sebaliknya jika tidak sesuai dengan tujuan Swakelola atau tidak dapat dilakukan melalui
Swakelola maka dilakukan dengan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia.
tidak dapat dilakukan melalui penyedia ini yang perlu dijelaskan pada peserta, kenapa memilih dengan swakelola, kemudian
lebih efektif dan efisien dilakukan melalui swakelola ini yang seperti apa, perlu penjelasan dan contoh pengaplikasiannya.
TUJUAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Tujuan PBJP adalah hal-hal yang akan dicapai dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Tujuan Pengadaan Barang/Jasa adalah :
1. Menghasilkan Barang/Jasa yang Tepat dari Setiap Uang yang Dibelanjakan, Diukur dari Aspek
Kualitas, Kuantitas, Waktu, Biaya, Lokasi, dan Penyedia. konsep value for money ini perlu dijelaskan
Penjelasan yang lebih rinci, akurat, dan terukur dari setiap aspek tujuan tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Penjelasan Aspek Ketepatan Pengadaan Barang/Jasa
menjelaskan aspek aspek ini tidak sesimpel ini, sehingga perlu ada penjelasan yang lebih membumi dan aplikatif
6. Meningkatkan Keikutsertaan Industri Kreatif terkait ekonomi kreatif ini dapat dilakukan dengan metode pengadaan yang
Ada beberapa pengertian industri kreatif antara lain : dikecualikan
a) Industri kreatif adalah proses penciptaan, kreativitas, dan ide dari seseorang atau sekelompok
orang yang dapat menghasilkan sebuah karya, tanpa mengeksploitasi sumber daya alam, serta
dapat dijadikan produk ekonomi yang menghasilkan.
b) Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari
kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi dan
Pelaku Ekonomi Kreatif adalah orang perseorangan atau kelompok orang warga negara
Indonesia atau badan usaha berbadan hukum atau bukan berbadan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan Ekonomi Kreatif. (UU No. 34 Tahun
2019 tentang Ekonomi Kreatif).
Tujuan yang didapat dari peningkatan keikutsertaan ekonomi kreatif antara lain:
a) Mendorong seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan perkembangan kebudayaan, teknologi,
kreativitas, inovasi masyarakat Indonesia, dan perubahan lingkungan perekonomian global;
b) Menyejahterakan rakyat Indonesia dan meningkatkan pendapatan negara;
c) Menciptakan Ekosistem Ekonomi Kreatif yang berdaya saing global;
d) Menciptakan kesempatan kerja baru yang berpihak pada nilai seni dan budaya bangsa Indonesia
serta sumber daya ekonomi lokal;
e) Mengoptimalkan potensi Pelaku Ekonomi Kreatif;
f) Melindungi hasil kreativitas Pelaku Ekonomi Kreatif; dan
g) Mengarusutamakan Ekonomi Kreatif dalam Rencana Pembangunan Nasional (UU No. 34 Tahun
2019 tentang Ekonomi Kreatif).
7. Memberikan Kesempatan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tujuan PBJP dalam rangka
meningkatkan meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi :
a) Dalam penyusunan spesifikasi teknis, PPK wajib menggunakan produk usaha mikro dan kecil
serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri ( Perpres No. 12/2021 pasal 19 ayat 2).
b) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan paling sedikit 40 % (empat
puluh persen) dari nilai anggaran belanja arang/jasa Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah (Perpres No.12/2021 pasal 65 ayat 3).
c) Paket pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran
sampai dengan Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) diperuntukan bagi usaha kecil
dan atau koperasi, kecuali pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis (Perpres No. 12/2021
pasal 65 ayat 4 dan 5).
d) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi dan usaha kecil
dan Pemerintah Daerah memperluas peran serta usaha kecil dan koperasi dengan
mencantumkan Barag/Jasa produksi usaha kecil dan koperasi dalam katalog elektronik
(Perpres No. 12/2021 pasal 65 ayat 6).
e) Penyedia usaha non kecil atau koperasi yang melaksanakan pekerjaan melakukan kerja sama
usaha dengan usaha kecil dan/atau koperasi dalam bentuk kemitraan, subkontrak, atau bentuk
kerja sama lainnya, jika ada usaha kecil atau koperasi yang memiliki kemampuan di bidang
yang bersangkutan (Perpres No. 12/2021 pasal 65 ayat 7).
Contoh PBJ yang meningkatkan peran UMKK:
a) Memperbanyak paket untuk usaha kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan usaha
yang sehat, kesatuan sistem, dan kualitas kemampuan teknis.
b) Melakukan konsolidasi paket dengan menyediakan paket untuk UMKK.
c) Produk-Produk UMKK (Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi) dimasukkan dalam aplikasi Bela
Pengadaan/e-Order
8. Mendorong Pelaksanaan Penelitian dan Industri Kreatif
Tujuan PBJ dalam meningkatkan keikutsertaan industri kreatif dan mendukung pelaksanaan penelitian
dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian dapat dicapai melalui kebijakan untuk mendorong
pelaksanaan penelitian dan mendorong industri kreatif.
Ketentuan khusus untuk Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan penelitian diatur oleh
Permenristekdikti No 20 Tahun 2018 tentang Penelitian.
Dalam Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2019 disebutkan bahwa
inovasi oleh perorangan ataupun badan usaha akan dibeli oleh pemerintah atau dapat di masukkan
dalam katalog elektronik pemerintah. Perpres No. No.16 Tahun 2018 jo. Perpres No.12 Tahun 2021 ini
telah memfasilitasi perintah undang-undang dalam mendukung pengembangan penelitian dan inovasi.
Contoh PBJ untuk penelitian: Pembuatan prototype pesawat N 219 tipe amphibi dilakukan oleh LAPAN
dan PT. DI.
Namun menjadi pemenang dalam industri kreatif sudah menjadi kenyataan bagi sementara bidang
kreatif di Indonesia, misalnya industri Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain,
Fesyen dan Kuliner. Kebijakan untuk menumbuhkan industri kreatif adalah
a) Mengintegrasikan aset dan potensi industre kreatif
b) Mendorong inovasi dalam industri kreatif
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat dan apresiasi atas industri kreatif termasuk HAKI (hak atas
kekayaan intelektual)
d) Membentuk Badan Ekonomi Kreatif (sumber referensi: Perpres No. 6/2015 tentang Bekraf)
Bentuk dukungan pengadaan dalam meningkatkan keikutsertaan indutri kreatif antara lain :
a) Pedoman tentang Pengadaan Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya
dalam negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade seni/budaya ( PerLKPP No. 3 Tahun 2021)
b) Pedoman tentang Pengadaan Barang/Jasa yang merupakan hasil karya seni dan budaya dan/atau
industri kreatif ( PerLKPP No. 5 Tahun 2021).
Contoh PBJ meningkatkan keikutsertaan industri kreatif :
a) Pengadaan baju seragam batik dengan motif khas daerah untuk pegawai K/L/PD
b) Kegiatan Swakelola Tipe IV antara Dinas Kebudayaan Pemda dengan sanggar seni untuk
melestarikan kesesnian daerah.
PENGERTIAN PRINSIP
Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya (KBBI, 2018).
Jadi prinsip pengadaan adalah sikap (attitude) yang menjadi pokok dasar berpikir dalam
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengadaan dapat dipastikan akan diperoleh barang/jasa yang
sesuai dengan spesifikasi teknis yang maksimal serta biaya pengadaan yang minimal. Di samping itu
dari sisi Penyedia Barang/Jasa akan terjadi persaingan yang sehat dan pada gilirannya akan
mendorong untuk semakin meningkatnya kualitas dan kemampuan Penyedia Barang/Jasa.
Manfaat memahami prinsip-prinsip Pengadaan Barang/Jasa adalah
1. Mendorong praktek Pengadaan Barang/Jasa yang baik;
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan uang negara;
3. Menekan kebocoran anggaran;
4. Terwujudnya pemerintahan yang bersih
EFISIEN
Efisien artinya Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana
yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang terbaik.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar Pengadaan Barang/Jasa efisien adalah:
a. Identifikasi kebutuhan dengan tepat untuk memastikan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah;
b. Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa harus diterapkan prinsip- prinsip dasar lainnya;
c. HPS (Harga Perkiraan Sendiri) disusun berdasarkan keahlian dari sumber informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
d. Penetapan metode pemilihan harus dilakukan secara tepat sesuai kondisi yang ada. Kesalahan
penetapan metode pemilihan dapat mengakibatkan pemborosan biaya dan waktu;
e. Evaluasi terhadap seluruh penawaran untuk mendapatkan value for money yang terbaik;
f. Perhitungan prestasi pekerjaan harus sesuai dengan pekerjaan terpasang yang dapat diterima agar
tidak menimbulkan kelebihan pembayaran
Contoh pengadaan yang efisien antara lain :
Suatu Kecamatan di Provinsi A membutuhkan 1 unit kendaraan operasional dalam kota, dibutuhkan
paling lambat 30 Agustus 2018 dengan pagu anggaran Rp.350 juta. Ada beberapa pilihan metode
pemilihan yang akan digunakan yaitu e-purchasing, tender cepat, atau tender. Maka metode pemilihan
yang lebih efisien untuk pengadaan kendaraan tersebut adalah e-Purchasing karena proses pengadaan
lebih singkat dan biaya untuk pemilihan penyedia rendah.
EFEKTIF
Efektif berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah
ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar- besarnya. Efektif artinya memberi manfaat yang
seluas-luasnya sesuai dengan yang direncanakan.
Langkah langkah mendorong pengadaan yang efektif:
a. Identifikasi kebutuhan dengan tepat untuk memastikan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah;
b. Penyusunan spesifikasi/KAK harus berdasarkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi lapangan dan
ketentuan yang berlaku;
c. Evaluasi teknis penawaran harus dilakukan dengan benar dan memastikan spesifikasi yang
ditawarkan sesuai dengan kebutuhan, jika diperlukan dapat meminta uji mutu produk yang
ditawarkan;
d. Spasifikasi teknis dalam lampiran syarat-syarat khusus kontrak sesuai dengan spesifikasi teknis
yang dibutuhkan;
e. Pemeriksaan spesifikasi teknis harus dilakukan dengan benar sebelum dilakukan serah terima
pekerjaan yang meliputi pemeriksaan fisik (visual dan dimensi), uji fungsi dan kehandalan
(performance) dan uji destruktif (jika diperlukan).
Contoh pengadaan yang efektif :
Suatu Kecamatan di Provinsi A membutuhkan satu unit kendaraan operasional dalam kota, dibutuhkan
paling lambat 30 Agustus 2018 dengan pagu anggaran Rp. 350 juta. Ada beberapa pilihan spesifikasi
teknis mobil yaitu mobil MPV dengan 1300 sd 1500 CC atau mobil MPV/SUV dengan diatas 2000 CC.
Spesifikasi teknis yang paling tepat untuk kendaraan operasional dalam kota adalah MPV 1300 sd
1500 CC karena sesuai kebutuhan lapangan dan memberikan manfaat yang lebih maksimal.
TRANSPARAN
Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas
dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada
umumnya.
Transparan ada dua macam. Pertama, transparan dalam arti kriteria, jadwal, dan berbagai hal yang
tertuang dalam dokumen pengadaan dapat dilihat khalayak, misalnya ditayangkan di website. Kedua,
transparan dalam arti informasi yang ditanyakan dapat diberikan (oleh yang berhak) bila
diminta/ditanyakan, misalnya data/lembar perhitungan hasil evaluasi.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang Transparan :
a. Semua peraturan/kebijakan/ketentuan proses pemilihan penyedia barang/jasa harus
transparan;
b. Peluang dan kesempatan untuk ikut serta dalam proses Pengadaan Barang/Jasa harus
transparan;
c. Seluruh persyaratan yang diperlukan oleh calon peserta untuk mempersiapkan penawaran
yang responsif harus dibuat transparan;
d. Penyedia yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan harus diumumkann secara luas.
Contoh pengadaan yang transparan :
Rencana Pengadaan Barang/Jasa baik melalui Swakelola dan Penyedia diumumkan dalam aplikasi
SIRUP.
TERBUKA
Terbuka berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas. Tidak
membuat kriteria yang menyebabkan terhambatnya pelaku usaha yang sebetulnya memenuhi
persyaratan (administrasi, lokasi) untuk ikut berkompetisi menjadi penyedia.
Langkah langkah mendorong pengadaan yang Terbuka:
a. Proses Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan secara terbuka dan dapat diakses oleh seluruh
calon peserta;
b. Tidak mempersyaratkan kriteria tertentu yang menguntungkan salah satu peserta.
Contoh pelaksanaan pengadaan yang menerapkan prinsip terbuka :
Pengadaan kendaraan operasional dapat diikuti oleh semua pelaku usaha kendaraan yang memenuhi
persyaratan.
BERSAING
Bersaing berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantaranya
sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat
diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu
terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang yang memenuhi persaingan sehat :
a. Proses Pengadaan Barang/Jasa harus dapat diakses oleh seluruh calon peserta;
b. Dalam setiap tahapan dari proses Ppengadaan harus mendorong terjadinya persaingan sehat;
c. Kondisi yang memungkinkan masing-masing calon peserta mampu mempersiapkan penawaran
berkaitan dengan tingkat kompetitifnya serta peluang untuk memenangkan tender/seleksi;
d. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa harus secara aktif menghilangkan hal-hal yang menghambat
terjadinya persaingan yang sehat.
Contoh pelaksanaan pengadaan yang menerapka prinsip bersaing : Pasar kendaraan bermotor
merupakan pasar persaingan sempurna dimana pembeli dan penjual sudah mengetahui dengan jelas
spesifikasi teknis masing- masing produk dan harganya.
Persaingan yang sehat akan memberikan consumer surplus (surplus konsumen) yang sangat
bermanfaat bagi ekonomi. Consumer surplus secara agregat akan mendorong pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik. Mendorong persaingan yang sehat harus menjadi prinsip pengadaan. Barang/jasa
yang bersaing akan lebih berkualitas dan makin murah dari waktu ke waktu. Contohnya adalah barang
elektronik, misalnya Handphone (HP) yang sangat bersaing sehingga memberikan manfaat ekonomi
yang luar biasa. Dapat kita lihat, hampir semua mall menjual ponsel dan asesorisnya. Barang yang
tidak bersaing alias oligopoli atau monopoli, tidak cepat untuk meningkatkan kualitas dan harganya,
misalnya listrik dan air minum. Sebenarnya persaingan sudah ada di pasar. Kita tahu harganya dan
kualitasnya. Tapi banyak barang/jasa yang tidak mudah kita ketahui harga dan kualitasnya, sehingga
diperlukan persaingan yang diatur oleh pembeli, dalam hal ini pemerintah yang belanja dengan uang
pembayar pajak. Oleh karena itu, pemerintah perlu terus membangun prosedur dan cara-cara yang
mendorong persaingan sehat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, misalnya dengan
membangun etendering, dan epurchasing.
ADIL
Adil berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang adil:
a. Memberi perlakukan yang sama kepada seluruh peserta;
b. informasi yang diberikan harus akurat dan dapat dimanfaatkan untuk semua Contoh pelaksanaan
pengadaan yang adil : Pada Pengadaan kendaraan operasional semua Penyedia kendaraan dapat
mengikuti proses katalog kendaraan.
AKUNTABEL
Akuntabel berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan
Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang akuntabel adalah :
a. Adanya arsip dan pencatatan yang lengkap terhadap seluruh proses Pengadaan Barang/Jasa;
b. Adanya suatu sistem pengawasan untuk menegakkan aturan-aturan; dan
c. Adanya mekanisme untuk mengevaluasi, mereview, meneliti dan mengambil tindakan terhadap
protes dan keluhan yang dilakukan oleh peserta.
Contoh pelaksanaan Pengadaan yang menerapkan prinsip akuntabel:
Proses Pengadaan kendaraan operasional dilaksanakan sesuai ketentuan yang mulai dari perencanaan
sampai dengan serah terima dan harga yang digunakan harga yang sudah dipublikasi secara luas.
ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
PENGERTIAN
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral/akhlak (KBBI, 2018). Jadi etika pengadaan adalah norma yang mengatur tindakan yang harus
dilakukan dan tindakan yang dilarang dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Sebagai salah satu
upaya untuk membuat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menjadi lebih kredibel adalah dengan cara
menerapkan etika di antara Pengelola dan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Penerapan etika bagi
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa menjadi sangat penting sehingga
kepercayaan akan Pengadaan Barang/Jasa akan semakin kuat.
ETIKA
Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran
dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk melaksanakan tugas secara tertib dan tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa :
1) PA/KPA meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan sesuai ketentuan yang ada baik
perencanaan pengadaan melalui Swakelola dan Penyedia
2) PPK dalam menyusun dan menetapkan persiapan Pengadaan berdasaran jenis pengadaan
yang dibutuhkan pengguna akhir
3) Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaksanakan pemilihan dengan tertib sesuai dengan
prosedur metode pemilihan yang digunakan
4) PPK dalam melaksanakan dan mengendalikan kontrak sesuai dengan ketentuan yang ada agar
bisa mencapai tujuan Pengadaan Barang/Jasa.
Contoh Penerapan dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa :
Satuan Kerja A membutuhkan kendaraan operasional jenis MPV, pada dokumen perencanaan telah
di masukkan dalam DIPA dengan kode akun 532111 belanja modal pelalatan dan mesin senilai Rp.
400.000.000 ( empat ratus juta rupiah) dan telah di umumkan dalam SIRUP.
Pada persiapan pengadaan PPK telah mengidentifikasi bahawa kendaraan tersebut telah ada dalam
ekatalog LKPP senilai Rp. 390.000.000 ( tiga ratus sembilan puluh juta rupiah). Karena sudah ada
dalam ekatalog, PPK menetapkan spesifikasi teknis Merk B, tidak perlu menetapkan HPS dan
bentuk kontrak berupa Surat Pesanan.
Pelaksanaan pemilihan melalui epurchasing oleh PPK karena nilainya diatas Rp. 200 juta dan
dibuat Surat Pesanan antara PPK dengan PT. B (penyedia ekatalog)
b. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya
harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan
Barang/Jasa:
1) PPK Menyusun dan menetapkan HPS sesuai dengan ketentuan dan menyampaikan nilai
totalnya sedangkan rinciannya dirahasiakan sampai dengan pembukaan penawaran.
2) Pokja Pemilihan pada saat evaluasi penawaran wajib menjaga rahasia sampai dengan
pengumuman pemenang.
Contoh :
Pengadaan alat laboratorium dengan membuat analisa harga satuan meliputi biaya alat, biaya
pengiriman, biaya istalasi, biaya uji fungsi, biaya pelatihan, pajak dengan mencari sumber informasi
melalui request form information ke beberapa principle alat lab sejenis sehingga diperoleh total
HPS Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah). Pada saat pengumuman tender, nilai total HPS
diumumkan sedangkan rincian dirahasiakan dan tidak boleh di sampaikan pada pihak lain sampai
dengan pembukaan penawaran.
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha
tidak sehat;
Langkah Langkah agar tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat adalah
1) PA/KPA tidak melakukan intervensi dalam proses pemilihan penyedia
2) PPK dalam menyusun spesifikasi teknis tidak mengarah pada penyedia tertentu, kecuali untuk
pengadaan yang diperbolehkan menyebut merk.
3) Pokja Pemilihan menetapkan persyaratan kualifikasi dan penawaran harus bersikap adil dan
tidak mengarahkan pada penyedia tertentu.
4) Pokja Pemilihan dalam mengambil keputusan atas hasil pemilihan bersifat kolektif kolegial
(memiliki hak suara yang sama), penetapan pemenang berdasarkan suara mayoritas.
Contoh:
Pada pengadaan alab laboratorium senilai Rp.10 Miliar pokja pemilihan menetapkan syarat
kualifikasi dan penawaran sesuai dengan ketentuan Perlem No. 12 Tahun 2021 dan tidak
mensyaratkan hal-hal yang mengarahkan pada penyedia tertentu yang berakibat terjadi persaingan
yang tidak sehat.
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
Langkah Langkah agar menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait adalah
1) Anggota Pokja Pemilihan menerima dan bertanggung hasil hasil evaluasi berdasarkan suara
mayoritas anggota Pokja memenangkan salah satu Penyedia
2) Jika terjadi perselisihan antara Pokja Pemilihan dan PPK terhadap hasil evaluasi penawaran
maka para pihak harus menerima dan bertanggungjawab jika penyelesaian perselisihan
tersebut sudah di putuskan oleh PA/KPA
Contoh :
Pada pemilihan penyedia jasa cleaning service untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota A senilai
Rp.3 miliar telah ditetapkan pemenang PT. A dengan kualifikasi kecil oleh Pokja Pemilihan, berita
acara hasil pemilihan telah disampiakn kepada PPK, namun PPK tidak sependapat dengan hasil
pemilihan dengan alasan seharusnya mensyaratkan penyedia non kecil yang sudah berpengalaman.
Atas perbedaan pendapat tersebut maka keputusan diserahkan pada PA/KPA yang sependapat
dengan Pokja Pemilihan. Semua pihak harus menerima dan bertanggungjawab atas keputusan
PA/KPA.
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan
Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentiangan pihak terkait
baik secara langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam
Pengadaan Barang/Jasa adalah
1) Para Pelaku Pengadaan (PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan/PP) tidak merangkap jabatan
2) Pelaku pengadaan tidak merangkap sebagai penyedia barang/jasa baik secara langsung atau
tidak langsung.
Contoh :
Dalam melaksanakan pengadaan di satker A Kementerian X, Kepala Satker selaku KPA menetapkan PPK
dan Pejabat Pengadaan, dijabat oleh personil yang berbeda (tidak merangkap).
f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
Langkah Langkah untuk menghindari dan mencegah pemborosan keuangan negara adalah
1) PA/KPA menetapkan perencanaan berdasarkan hasil identifikasi pengadaan.
2) PPK Menyusun dan menetapkan HPS berdasarkan data hasil survey lapangan dan analisa
harga satuan yang akurat
3) Pokja Pemilihan menetapkan metode evaluasi berdasarkan kompleksitas pekerjaan agar
mendapat Barang/Jasa yang value for money.
4) PPK dalam melaksanakan pembayaran Kontrak berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian
yang akurat sesuai standar yang ada.
Contoh :
Pada paket pekerjaan pembangunan pos jaga dengan luas 60 m 2 dengan nilai Kontrak Rp. 300 juta dengan
jeis kontrak harga satuan. Dari hasil pengukuran lapangan sesuai pekerjaan terpasang seluas 58 m 2
dengan spesifikasi teknis sesuai Kontrak. Maka pembayaran atas prestasi pekerjaan oleh PPK adalah
sesuai pekerjaan terpasang yaitu 58 m2 setelah dilakukan Adendum Kontrak yang mengakibatkan
nilai kontrak berkurang.
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi;
Langkah Langkah untuk mengindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/kolusi adalah
1) Pokja Pemilihan dibawah UKPBJ permanen yang netral dan tidak diintervensi pihak lain baik
PA/KPA, Penyedia maupun pihak lain
2) Menghindari adanya kontak langsung dengan Penyedia pada saat melakukan proses pemilihan
3) Pengadaan barang yang standar/dapat distandarkan dilaksanakan melalui ekatalog/toko
daring
Contoh :
Pengadaan alat Kesehatan dental unit sebanyak 5 unit senilai Rp. 400 juta dilaksanakan melalui ekatalog
h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,
imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
Langkah Langkah untuk tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui
atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah
1) Para Pelaku PBJ menghindari gratifikasi dari pihak lain yang berkepentingan
2) PPK dalam menyusun HPS berdasarkan analisa harga satuan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan
3) Pokja Pemilihan melaksanakan pemilihan sesuai ketentuan dan berpegang pada prinsip
prinsip pengadaan.
Contoh :
Dalam melaksanakan proses pemilihan para palaku PBJ menandatangani pakta integritas untuk
tidak terlibat KKN dan menghindari adanya kontak langsung dengan wakil Penyedia.
2. Pertentangan Kepentingan
Khusus mengenai Etika mengenai pertentangan kepentingan (conflict of interest), Perpres
No. 16/2021 jo Perpres No. 12/2021 mendefinisikan pihak- pihak dan situasi yang terkait
pertentangan kepentingan yaitu :
a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personil inti pada suatu badan usaha, merangkap sebagai
Direksi, Dewan Komisaris, atau personil inti pada badan usaha lain yang mengikuti
Tender/Seleksi yang sama;
Langkah Langkah untuk menghindari adalah
1) Pokja Pemilihan dalam melakukan evaluasi kualifikasi membandingkan nama
personil yang bertindak sebagai direksi dan komisaris antara satu penyedia dengan
penyedia lainnya, jangan sampai rangkap jabatan
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi teknis terutama untuk pekerjaan
konstruksi di personil manajerial dan jasa konsultan di tenaga ahli, membandingkan
penawaran satu penyedia sama dengan penyedia yang lain yang mengikuti pemilihan
paket yang sama agar tidak terjadi personil manajerial/tenaga ahli yang sama
ditawarkan oleh beberapa penyedia yang mengikuti tender/seleksi untuk 1 paket.
Contoh :
Paket pekerjaan renovasi bangunan senilai Rp. 1, ada 3 penawaran yang masuk yaitu PT. A, PT.
B dan PT. C. Dari ketiga penawaran setelah dievaluasi kualifikasi ternyata komisaris utama PT.
A merangkap sebagai komisaris utama di PT. B, atas temuan tersebut maka Pokja Pemilihan
menggugurkan kedua penawaran tersebut.
b. Konsultan perencana/pengawas bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang
direncanakannya/diawasinya, kecuali dalam pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
Langkah Langkah untuk menghindari adalah
1) Pokja Pemilihan mensyaratkan dalam dokumen pemilihan bahwa konsultan
perencana/pengawas dilarang mengikuti pemilihan paket konstruksi yang di
desain/diawasi oleh penyedia tersebut.
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi administrasi, kualifikasi, teknis dan
harga, mengecek ada atau tidak penawaran dari konsultan/pengawasan yang
mendesain/mengawasi pekerjaan tsb, jika ada maka dinyatakan gugur.
Contoh :
Pada tender pekerjaan pembangunan gedung kantor senilai Rp. 17 miliar, Pokja Pemilihan
menemukan personil manajerial dari penyedia A untuk pekerjaan konstruksi tsb ternyata
sebagai tenaga ahli sipil jasa konsultan perencana pembangunan gedung tsb. Atas temuan hasil
evaluasi ini maka Pokja pemilihan menggugurkan penawaran dari PT. A.
c. Konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai Konsultan Perencana;
Langkah Langkah untuk mengindari adalah
1) Pokja Pemilihan mensyaratkan dalam dokumen pemilihan bahwa konsultan
manajemen konstruksi dilarang mengikuti pemilihan jasa konsultansi perencana
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi administrasi, kualifikasi, teknis dan
harga, mengecek ada atau tidak penawaran dari konsultansi manajemen konstruksi
tsb, jika ada maka dinyatakan gugur.
Contoh :
Pada paket Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota A telah ditetapkan melalui
proses seleksi konsultan MK yaitu PT. A. kemudian
dilakukan seleksi konsultan perencana ditemukan adanya penawaran dari penyedia yang
sebagai konsultan manajemen konstruksi pada pekerjaan, atas temuan hasil evaluasi ini maka
pokja menyatakan PT. A dinyatakan gugur.
d. Pengurus/Manajer koperasi yang mengikuti Tender/Seleksi pada Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah, yang mana pengurus koperasi merangkap sebagai
PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan;
Langkah Langkah untuk mengindari adalah
1) Para pelaku pengadaan tidak merangkap sebagai pengurus koperasi di K/L/PD tempat
bertugas
2) Jika salah satu pelaku pengadaan merangkap sebagai pengurus koperasi maka koperasi
tidak mengikuti proses pengadaan di K/L/PD tersebut untuk paket dimana pelaku
pengadan bertugas.
Contoh :
Koperasi karyawan kementerian A mengikuti tender pangadaan ATK senilai Rp. 500 juta, dan
ternyata salah satu anggota Pokja Pemilihan bertindak sebagai ketua koperasi karyawan tsb.
Maka sebaiknya pokja mengugurkan penawaran koperasi tersebut karena terjadi pertentangan
kepentingan.
e. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan perusahaan Penyedia; Langkah Langkah untuk menghindari
adalah
1) PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan tidak merangkap sebagai pengurus
perusahaan Penyedia
2) Jika salah satu PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan merangkap sebagai pengurus
perusahaan Penyedia maka tidak mengikuti proses pengadaan di K/L/PD
Contoh :
Pokja Pemilihan melaksanakan pemilihan penyedia seragam kerja dan dari hasil evaluasi
kualifikasi salah satu Penyedia PT A ditemukan bahwa salah
satu anggota Pokja Pemilihanmerangkap sebagai pengurus di perusahaan Penyedia PT. A. atas
temuan hasil evaluasi tersebut maka Pokja Pemilihan menyatakan PT. A gugur.
f. Beberapa perusahaan yang mengikuti tender/seleksi yang sama, dikendalikan baik langsung
maupun tidak langsung oleh pihak yang sama, yang mana sahamnya lebih dari 50% (lima puluh
persen) dikuasai oleh pemegang saham yang sama.
Langkah Langkah untuk mengindari adalah
1) Pokja Pemilihan dalam dokumen kualifikasi mensyaratkan larang keikutsertaan 2
atau lebih penyedia yang dibawah kendali yang sama untuk mengikuti proses
pemilihan yang sama.
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi kualifikasi,
membandingkan data kualifikasi satu penyedia sama dengan
penyedia yang lain yang mengikuti pemilihan paket yang sama. Contoh :
Paket pembangunan kantor Dinas Perumahan dan Pemukiman kota A senilai Rp. 20
M, ada 3 penawaran yang masuk yaitu PT. A, PT. B dan PT. C. Dari ketiga penawaran
setelah dievaluasi kualifikasi ternyata komisaris utama PT. A merangkap sebagai
komisaris utama di PT. B dengan kepemilikan saham lebih dari 50 % atas temuan
tersebut maka Pokja Pemilihan menggugurkan kedua penawaran tersebut.
ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA
Kegiatan yang dilaksanakan oleh institusi negara termasuk Pengadaan Barang/Jasa harus dapat
dipertanggungjawabkan. Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa harus menjamin terciptanya kepastian
hukum dan memberikan perlindungan kepada setiap warga negara dari serangkaian tindakan
sewenang- wenang di dalam penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa.
Dalam rangka pencapaian prinsip akuntabilitas, maka Pengadaan Barang/Jasa perlu diatur dalam
suatu peraturan yang dapat menjamin kepastian hukum dan menghasilkan Barang/Jasa sesuai tujuan
pemanfaatannya. Disamping itu, anggaran belanja yang digunakan harus dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa yang melibatkan komponen-komponen dasar penyelenggaraan negara seperti anggaran
belanja, personil, bahan/material, peralatan dan pasar (penjual dan pembeli) maka ada keterkaitan
dengan berbagai aspek hukum. Dengan demikian, pengaturan PBJP selain bersumber dari konstitusi,
pengaturan tentang pelayanan publik, juga terkait atau didasarkan pada pengaturan tentang keuangan
negara.
1. Aspek Hukum Administrasi Negara
Hukum administrasi negara merupakan bagian dari hukum publik, yaitu hukum yang mengatur
tindakan pemerintah dan mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau hubungan
antar organisasi pemerintahan. Hukum administrasi negara memuat keseluruhan peraturan yang
berkenaan dengan cara bagaimana organisasi pemerintah melaksanakan tugasnya (Wikipedia, 2021)
Berkenaan hal diatas, secara garis besar hukum administrasi negara mencakup :
a. perbuatan pemerintah dalam bidang publik;
b. kewenangan pemerintah dalam melakukan perbuatan di bidang publik;
c. akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau kewenangan pemerintahan; dan
d. penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam pemerintahan. Tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan
memungkinkan untuk diuji melalui Pengadilan.
Keputusan pelaku pengadaan barang/jasa dari pemerintah merupakan keputusan penyelenggara
pemerintahan, apabila terjadi sengketa tata usaha negara maka pihak yang merasa dirugikan akibat
dikeluarkannya keputusan tata
usaha negara apabila tidak ditemukan upaya penyelesaiannya, dapat mengajukan keberatan kepada
instansi yang mengeluarkan keputusan tersebut. Subjek hukum baik orang perorangan maupun subjek
hukum lainnya dapat mengajukan gugatan pembatalan secara tertulis melalui PTUN dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi. Melalui pengaturan tata kelola administrasi negara dalam
PBJP, diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan kepada masyarakat termasuk
pelayanan dalam proses dan hasil pengadaan itu sendiri.
Contoh kasus hukum administrasi negara dalam PBJP :
Kasus sengketa antara Lembaga A dengan Penyedia X karena masalah pengenaan sanksi pengenaan
daftar hitam (blacklist)
AGEN PENGADAAN
Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Agen Pengadaan dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan
mutatis mutandis (sama persis) dengan tugas Pokja Pemilihan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Agen
Pengadaan diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Agen Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah digunakan dalam hal :
a. Satuan kerja yang tidak didesain untuk Pengadaan Barang/Jasa; Contoh satuan kerja: sekolah,
puskesmas, kantor camat
b. Aspek struktur dan anggaran Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang kecil yang mana
Sumber Daya Manusia difokuskan untuk tugas pokok dan fungsi utama sehingga tidak efektif jika
mengelola fungsional pengadaan;
c. Kementerian/Lembaga yang baru dibentuk atau Pemerintah Daerah baru hasil pemekaran;
d. Beban kerja Sumber Daya Manusia UKPBJ telah melebihi perhitungan analisis beban kerja;
e. Kompetensi Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh UKPBJ yang
tersedia;
f. Apabila diserahkan kepada Agen Pengadaan akan memberikan nilai tambah disbanding dilakukan
oleh UKPBJ-nya sendiri; atau
g. Meminimalisir risiko hambatan/kegagalan penyelesaian pekerjaan.
Kriteria untuk menjadi Agen Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu :
a. UKPBJ untuk dapat menjadi Agen Pengadaan harus memenuhi persyaratan :
1) Kematangan UKPBJ minimal level 3 (tiga) termuat dalam sistem informasi kelembagaan
Pengadaan Barang/Jasa yang diselenggarakan oleh LKPP; dan
2) memiliki Sumber Daya Manusia dengan kompetensi Pengadaan Barang/Jasa.
b. Pelaku Usaha berbentuk Badan Usaha untuk dapat menjadi Agen Pengadaan harus memenuhi
persyaratan :
1) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir;
2) Menandatangani Pakta Integritas;
3) Memenuhi syarat melaksanakan usaha di bidang jasa konsultansi;
4) Tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
5) Keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan;
6) Tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani sanksi pidana;
7) Memiliki pengalaman dibidang Pengadaan Barang/Jasa, kecuali untuk Badan Usaha yang baru
berdiri paling lama 3 (tiga) tahun;
8) Mempunyai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi Pengadaan Barang/Jasa; dan
9) Mempunyai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi teknis sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan.
c. Pelaku Usaha perorangan untuk dapat menjadi Agen Pengadaan harus memenuhi persyaratan :
1) Memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP);
2) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir;
3) Menandatangani Pakta Integritas;
4) Tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
5) Keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan;
6) Tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani sanksi pidana;
7) Memiliki kompetensi bidang Pengadaan Barang/Jasa; dan
8) Memiliki pengalaman terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d. Kompetensi Pengadaan Barang/Jasa ditunjukkan dengan sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh
LKPP dan/atau lembaga lain yang telah terakreditasi internasional :
Agen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah memiliki kewenangan yaitu :
1) Agen Pengadaan berwenang melaksanakan proses pemilihan Penyedia
2) Proses pemilihan Penyedia dapat secara sebagian atau keseluruhan tahapan.
3) Agen Pengadaan berkewajiban menyelesaikan permasalahan akibat dari pelaksanaan proses
pemilihan Penyedia yang dilaksanakannya;
4) Permasalahan yang dimaksud adalah permasalahan yang mungkin ditemukan di kemudian hari
oleh Aparat yang berwenang dan/atau Aparat berwajib.
PENYELENGGARA SWAKELOLA
Penyelenggara Swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara swakelola baik sebagai
Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan/atau Tim Pengawas bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
publik yang tidak bisa di laksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa.
Tugas Tim Penyelenggara Swakelola
a. Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan
rencana biaya.
b. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan secara
berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.
c. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun administrasi
swakelola
Tabel 8.1 Penetapan Penyelenggara Swakelola
Personil
No Tipe Tim Tim Tim Pelaksana
Persiapan Pengawas
1 I Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah ditetapkan
oleh PA/KPA
2 II Pegawai Kementerian/Lembaga/Pe Pegawai Kementerian/Lembaga/Pera ngkat
rangkat Daerah ditetapkan oleh Daerah yang ditetapkan oleh pimpinan
PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pera ngkat Daerah lain
Pelaksana Swakelola
3 III Pegawai Pengurus/anggota Organisasi Kemasyarakatan
Kementerian/Lembaga/Perangkat yang ditetapkan oleh pimpinan organisasi
Daerah ditetapkan oleh PA/KPA Kemasyarakatan pelaksana Swakelola
4 IV Pengurus/anggota Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola yang ditrtapkan oleh
pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola
*Catatan: PA/KPA yang dimaksud untuk APBN dapat ditetapkan oleh PA/KPA, untuk APBD harus
ditetapkan oleh PA.
PENYEDIA
Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak. Pelaku Usaha
adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Penyedia bertanggung jawab atas:
a. Pelaksanaan Kontrak yaitu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hak dan kewajiban yang
ditentukan dalam kontrak.
b. Kualitas barang/jasa yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa sesuai kualitas /mutu yang
dtentukan dalam lampiran Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK).
c. Ketepatan perhitungan jumlah atau volume yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa
sesuai jumah/volume yang dtentukan dalam daftar kuantitas dan harga (DKH).
d. Ketepatan waktu penyerahan yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa sesuai waktu
pelaksanaan yang ditentukan dalam lampiran jadwal pelaksanaan pekerjaan.
e. Ketepatan tempat penyerahan yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa sesuai dengan
lokasi pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak. Dalam hal sifat dan lingkup pekerjaan yang
terlalu luas, atau jenis keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tidak dapat
dilakukan oleh 1 (satu) Penyedia, maka:
1) Diberikan kesempatan yang memungkinkan para Penyedia saling bergabung dalam suatu
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain; dan/atau
2) Diberikan kesempatan yang memungkinkan Penyedia atau konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain Penyedia untuk menggunakan tenaga ahli asing.
Tenaga ahli asing digunakan sepanjang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan jenis
keahlian yang belum dimiliki dan untuk meningkatkan kemampuan teknis guna menangani
kegiatan atau pekerjaan.
PERAN USAHA KECIL, PENGGUNAAN PRODUK DALAM
NEGERI DAN PENGADAAN BERKELANJUTAN
No Usaha Kriteria
Modal Usaha (Rp) Penjualan (Rp)
1 Usaha Mikro Maks 1 M Maks 2 M
2 Usaha Kecil >1M–5M > 2 M – 15 M
3 Usaha Menengah >5 M – 10 M >15 M – 50 M
*Sumber: PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha kecil dalam pengertian Perpres 12 Tahun 2021 sebagaimana diatur maksimal nilai paket Rp. 15
milyar jika dilihat pada kriteria penjualan diatas maka yang termasuk usaha kecil adalah Usaha Mikro
dan Usaha Kecil.
Pemerintah berupaya memberikan kesempatan kepada UMKK untuk berpartisipasi dalam belanja
APBN/APBD dengan cara :
a. LKPP dan Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah memperluas peran serta usaha kecil dengan
mencantumkan barang/jasa produksi usaha kecil dalam katalog elektronik;
b. PA/PPK/UKPBJ dalam melakukan Konsolidasi untuk paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis yang
dicadangkan untuk Usaha Mikro atau Usaha Kecil
c. sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi sebesar Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar
rupiah), kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh Usaha Kecil;
d. Usaha non kecil melaksanakan pekerjaan dapat melakukan kerja sama usaha dengan UMKK dalam
bentuk kemitraan, subkontrak, atau bentuk kerja sama lainnya, jika ada UMKK yang memiliki
kemampuan di bidang yang bersangkutan.
Contoh PBJ yang meningkatkan peran UMKK:
a. Memperbanyak paket untuk usaha kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan usaha
yang sehat, kesatuan sistem, dan kualitas kemampuan teknis.
b. Melakukan konsolidasi paket dengan menyediakan paket untuk UMKK
c. Meningkatkan keikutsertaan UMKK menjual produk melalui Toko daring antara lain melalui Bela
Pengadaan (LKPP), aplikasi eorder ( Pemprov DKI Jakarta), BAKUL (DI Yogyakarta) dll.
PREFERENSI HARGA
Preferensi harga adalah insentif bagi produk dalam negeri pada pemilihan Pengadaan Barang/Jasa
berupa kelebihan harga yang dapat diterima
Ketentuan Preferensi harga sebagai berikut :
a. Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bernilai di atas
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
b. Preferensi harga diberikan terhadap barang/jasa yang memiliki TKDN lebih besar atau sama
dengan 25 % (dua puluh lima persen);
c. Preferensi harga untuk barang/jasa paling tinggi 25 % (dua puluh lima persen);
d. Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan oleh Perusahaan Nasional paling
tinggi 7,5 % (tujuh koma lima persen) di atas harga penawaran terendah dari Perusahaan Asing;
e. Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis;
f. Penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah Hasil Evaluasi Akhir;
g. Hasil Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan rumus: HEA =(1−Kp )× HP
dengan:
KP = TKDN×preferensi
KP = Koefisien
Preferensi
HP = Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik
h. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang sama, penawar
dengan TKDN lebih besar ditetapkan sebagai pemenang.
Tabel 9.3 Contoh Perhitungan HEA
Barang Peserta Nilai Harga HEA
Tender TKDN Penawaran
(%) (Rp)
Produksi A 60 1.600.000.000 (1-(60% x 25 1.360.000.000
DN %) x
1.600.000.000
Impor B 0 1.350.000.000
Produksi C 80 1.700.000.000 (1-(80% x 25 1.360.000.000
DB %) x
1.700.000.000
Impor D 0 1.300.000.000
Produksi E 24 1.380.000.000
DN
Dalam hal terdapat dua (2) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang sama, penawaran dengan
TKDN lebih besar ditetapkan sebagai pemenang.
PENGADAAN BERKELANJUTAN
Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai
manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat,
serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus
penggunaanya.
1. Aspek ekonomi, meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia barang/jasa
tersebut;
2. Aspek sosial, meliputi pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil, jaminan kondisi kerja
yang adil, pemberdayaan komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan keberagaman; dan
3. Aspek lingkungan hidup, meliputi pengurangan dampak negatif terhadap kesehatan,
kualitas udara, kualitas tanah, kualitas air, serta menggunakan sumber daya alam secara
bijaksana.
Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan
hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya
terpengaruh.
Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil
(equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan
(viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus
bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan
menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable). Skema Pengadaan berkelanjutan dapat
dilihat pada Gambar 9.2 di bawah ini.
Gambar 9.2. Skema Pengadaan Berkelanjutan
PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK
PENGELOLAAN PENYEDIA
Pengelolaan penyedia merupakan aktifitas yang dapat dilakukan secara terus menerus terhadap
penyedia atau dilakukan secara berkala dengan memanfaatkan Sistem Informasi Kinerja Penyedia
(SIKaP) atau yang biasa juga disebut Vendor Management System (VMS) merupakan sebuah subsistem
dari Sistem Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik yang digunakan untuk mengelola
data/informasi mengenai riwayat kinerja dan/atau data kualifikasi penyedia barang/jasa yang
dikembangkan oleh LKPP. SiKaP membantu proses identifikasi data penyedia, sehingga pemilihan
penyedia dapat dilakukan dengan cepat.
PPMSE sebagai pelaku yang mengembangkan ekosistem Toko Daring bagi pedagang yang
menyediakan Barang/Jasa mempunyai kewajiban yang meliputi:
a) Bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan Pedagang, dalam hal PPMSE
berupa marketplace;
b) Memastikan pemenuhan persyaratan barang/jasa;
c) Memastikan tindak lanjut pesanan atas pembelian melalui PPMSE;
d) Mengenakan sanksi kepada Pedagang sesuai syarat dan ketentuan masing-masing
PPMSE, dalam hal PPMSE berupa marketplace;
e) Mengembangkan sistem PPMSE sesuai dengan kebutuhan Toko Daring; dan
f) Melakukan integrasi dan/atau pertukaran data transaksi.
Hal ini diperlukan agar pedagang yang menjual barang/jasa di dalam Toko Daring yang dikembangkan
oleh PPMSE tersebut, dapat terjamin keamanan barang dan jasa yang dijual kepada Pemerintah
sebagai Buyer di dalam Toko Daring tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, Pedagang yang
berdagang di dalam Toko Daring tersebut diharapkan untuk:
a) Menyediakan barang/jasa sesuai dengan yang tercantum dalam situs web PPMSE;
b) Menjamin pemenuhan persyaratan barang/jasa yang ditransaksikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
c) Menjamin keaslian barang/jasa yang ditransaksikan melalui PPMSE dan diserahkan
kepada pembeli; dan
d) Menindaklanjuti pesanan atas pembelian melalui PPMSE. Mekanisme tahapan penetapan
PPMSE dalam penyelenggaraan Toko Daring meliputi:
(1) Pengumuman
(2) Pendaftaran;
(3) Pelaksanaan verifikasi;
(4) Penetapan; dan
(5) Integrasi sistem elektronik dan/atau pertukaran data PPMSE dengan Toko
Daring.
Pemerintah sebagai buyer di dalam Toko Daring dapat membeli Barang/Jasa yang disediakan
di dalam Toko Daring dengan menggunakan beberapa metode pembelian, yakni :
a. Pembelian Langsung
b. Negosiasi Harga
c. Permintaan Penawaran; dan/atau
d. Metode lainnya sesuai dengan proses bisnis yang terdapat pada PPMSE
Dengan berbagai metode yang dapat dilakukan tersebut, memberikan kenyamanan di dalam
pembelian barang/jasa di dalam Toko Daring, disesuaikan dengan kebutuhan dan juga
anggaran untuk pembelian barang/jasa tersebut.
Toko daring adalah sistem informasi yang memfasilitasi Pengadaan Barang/Jasa melalui
penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik dan ritel daring. Toko daring yang
dikembangkan oleh LKPP terdiri dari :
a) Bela Pengadaan
b) Produk dalam negeri non umk (usaha mikro dan usaha kecil)
c) Kurasi lokal
d) Kurasi lainnya
Berdasarkan ketentuan di dalam Perpres No. 12 tahun 2021, Barang/Jasa yang ditraksaksikan melalui
Toko Daring memiliki kriteria:
a) Standar atau dapat distandarikan
b) Memiliki sifat risiko rendah
c) Harga sudah terbentuk di pasar
d) Barang/Jasa tidak ditayangkan di dalam Katalog Elektronik, lebih lanjut terkait dengan
barang/jasa yang tidak ditayangkan meliputi ketentuan sebagai berikut:
(1) Spesifikasi yang sama;
(2) Penjual/Penyedia yang sama;
(3) Wilayah jual sama; dan
(4) Syarat dan Ketentuan yang sama
Dalam hal barang/jasa yang sama tercantum dalam Katalog Elektronik dan Toko Daring maka dipilih
barang/jasa dengan harga terendah dengan syarat dan ketentuan yang sama.
PEMILIHAN PENYEDIA
Pemilihan Penyedia secara elektronik dilakukan untuk pengadaan langsung, penunjukan langsung,
tender dan seleksi secara elektronik. Pemilihan Penyedia secara elektronik merupakan tata cara
pemilihan penyedia yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan metode pemilihan di atas. Ruang lingkup Pemilihan Penyedia secara elektronik meliputi
proses pengumuman PBJ sampai dengan penandatanganan kontrak. Pelaku yang terlibat dalam
Pemilihan Penyedia secara elektronik adalah Pejabat Pembuat Komitmen, UKPBJ/Kelompok Kerja
Pemilihan, Pejabat Pengadaan dan Penyedia/Pelaku Usaha. Pemilihan Penyedia secara elektronik
dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik yang diselenggarakan oleh
UKPBJ. Ketentuan mengenai Pemilihan Penyedia secara elektronik mengacu kepada Peraturan LKPP
sebagai lembaga regulator yang mempunyai kewenangan dalam E-marketplace pemerintah.
1. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD) menyelenggarakan fungsi layanan
pengadaan secara elektronik. K/L/PD yang belum mempunyai LPSE dapat menggunakan fasilitas
LPSE yang terdekat dengan tempat kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan secara
elektronik. UKPBJ memiliki fungsi layanan pengadaan secara elektronik memfasilitasi Pelaku
Pengadaan (Pejabat Pengadaan, PPK, dsb). Penyedia/Pelaku Usaha melakukan registrasi dan
verifikasi pada sistem pengadaan secara elektronik sebelum dapat mengikuti proses pemilihan
penyedia sesuai dengan paket pekerjaan yang diminati.
Tujuan diadakannya PBJ secara elektronik yaitu untuk meningkatkan :
a. Transparansi dan akuntabilitas;
b. Akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;
c. Efisiensi proses pengadaan.
Selain itu PBJ secara elektronik akan memberikan kemudahan dalam proses monitoring dan audit
serta memenuhi kebutuhan akses informasi secara online guna mewujudkan good corporate
governance dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik dalam Perpres No.12 Tahun 2021 pasal 73 mengatur
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan fungsi layanan pengadaan
secara elektronik. Fungsi layanan pengadaan secara elektronik paling kurang meliputi :
a. Pengelolaan seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa dan infrastrukturnya;
b. Pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna seluruh sistem informasi Pengadaan
Barang/Jasa, dan
c. Pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh
pemangku kepentingan.
Sedangkan penyusunan ketentuan teknis operasionalnya meliputi standar layanan, kapasitas, dan
keamanan informasi terkait dengan system pengadaan secara elektronik serta pembinaan dan
pengawasan terhadap Layanan Pengadaan Secara Elektronik dilakukan oleh LKPP.
Contoh layanan pengadaan secara elektronik LKPP dapat dilihat pada website:
https://lpse.lkpp.go.id. Untuk melihat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di seluruh
Indonesia, peserta dapat membuka laman: https://eproc.lkpp.go.id/lpse.
SDM DAN KELEMBAGAAN
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah kedepan akan semakin banyak dan kompleks. Dulu kita kenal
hanya pengadaan tunggal yaitu barang, pekerjaan konstruksi, jasa lainnya dan jasa konsultansi dengan
nilai anggaran dan volume tidak terlalu banyak. Kedepan dengan semakin pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan teknologi maka Pengadaan Barang/Jasa akan semakin kompleks, untuk mengelola
pengadaan pengadaan yang semakin kompleks membutuhkan SDM yang kompeten dari sisi
pemahaman regulasi yang ada serta pengalaman kerja yang memadai untuk mengelola pengadaan
yang kompleks seperti pembangunan kereta cepat, pembangunan bandara/pelabuhan internasional
bahkan kedepan akan dibangun bandara antariksa.
SDM yang kompeten dibidang Pengadaan Barang/Jasa memerlukan proses yang Panjang untuk
mendidik dan melatih pengalamannya sehingga diperlukan standarisasi kompetensi pengadaan dan
melatihan pengalaman kerja SDM pengadaan dalam bentuk On The Job Training (OJT). Standarisasi
kompetensi SDM pengadaan telah diatur dalam Perlem No. 7 Tahun 2021.
1. Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Sumber Daya Manusia (SDM) Pengadaan Barang/Jasa
terdiri atas :
a. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa;
b. Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa
Adapun jenjang jabatan fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari tiga penjenjangan
yaitu :
1) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pertama
2) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Muda
3) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Madya
Pengangkatan dalam jabatan fungsional PBJ dilakukan melalui mekanisme peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PermenPAN) Nomor 29
tahun 2020, tentang Jabatan fungsional Pengelola Pengadaan Barang Jasa dan Angka Kreditnya).
Jabatan Fungsional Sumber Daya Pengelola Pengadaan Barang/Jasa tersebut, wajib memiliki
kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa yang mengacu kepada Standar Kompetensi yang
mengacu pada Kamus Kompetensi Teknis PBJ yang terdiri atas Standar Kompetensi Level 1, Standar
Kompetensi JF PPBJ dan Standar Kompetensi Personel Lainnya.
Terkait dengan Standar Kompetensi bagi personel lainnya, standar kompetensi yang mengatur
personelnya meliputi:
a) Standar Kompetensi PPK;
b) Standar Kompetensi Pejabat Pengadaan;
c) Standar Kompetensi Pokja Pemilihan;
d) Standar Kompetensi Kepala UKPBJ; dan
e) Standar Kompetensi Pengelola LPSE.
Dalam rangka mencapai peningkatan dan juga pemenuhan kompetensi sumber daya manusia
Pengadaan Barang/Jasa, maka perlu pengembangan kompetensi yang dilakukan melalui pelatihan
dan/atau sertifikasi kompetensi berdasarkan standar kompetensi yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pelatihan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa diselenggarakan oleh LKPP dan/atau
Lembaga Pelaksana Pelatihan yang ditetapkan oleh LKPP. Peserta akan mendapatkan Sertifikat
kompetensi Pengadaan Barang/Jasa dari Lembaga Sertifikasi Profesi LKPP.
Dalam pasal 88 Perpres No 16 Tahun 2018 sebagaimana telah dirubah melalui Perpres No 12 Tahun
2021, diatur ketentuan mengenai kewajiban kompetensi bagi SDM PBJP dan Kelembagaan LPSE
sebagai berikut :
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, kewajiban memiliki sertifikat kompetensi untuk
Personel Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74A ayat (6) dilaksanakan paling lambat 31
Desember 2023.
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara
elektronik yang dilaksanakan oleh unit kerja terpisah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4)
berlaku sampai dengan 31 Desember 2023.
KELEMBAGAAN
Manajemen Kelembagaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (PBJP) yang diimplementasikan dalam
bentuk Unit Kerja Pengadaan Barang Jasa (UKPBJ) memiliki tugas menyelenggarakan dukungan
pengadaan pada K/L/PD.
Pembentukan UKPBJ yang permanen akan membantu pelaku pengadaan dalam mengidentifikasi siapa
yang melakukan apa? Memudahkan koordinasi, memudahkan pengelolaan pekerjaan, menjadikan
fungsi pengadaan sebagai lembaga yang independen, mandiri dan kredibel.
UKPBJ diharapkan menjadi pusat keunggulan atau Centre of Excellence (CoE) Pengadaan Barang/Jasa
yang diharapkan memaksimalkan fungsi pengadaan dalam organisasi. Sehingga untuk mencapai
keberhasilan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa maka diperlukan komitmen, profesionalitas,
integritas SDM Pengadaan, keterlibatan secara aktif dari pimpinan, dan inovasi yang terlibat di dalam
UKPBJ.
Dasar Pembentukan UKPBJ adalah Perpres No 16 Tahun 2018 sebagaimana telah dirubah di dalam
Perpres No 12 Tahun 2021. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) adalah organisasi pemerintah
yang dibentuk oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dimana tugas UKPBJ adalah
menyelenggarakan dukungan Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Pembentukan UKPBJ berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENGAWASAN INTERNAL
Pengawasan internal/intern merupakan seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik (PP No 60 Tahun 2008).
Penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi di maksud adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi
sebagai Instansi Pemerintah yaitu Kementerian/Lembaga dan Organisasi Perangkat Daerah pada
Pemerintahan Daerah. Pengawasan intern dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang
selanjutnya disingkat APIP. APIP dalam hal ini adalah :
a. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern
pada Kementerian/Lembaga
b. Inspektorat Provinsi pada Pemerintah Provinsi
c. Inspektorat Kabupaten/Kota pada Pemerintah Kabupaten/Kota
Pengawasan internal yang dapat dilakukan APIP terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
adalah sebagai berikut:
1. Audit, adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistema, atau proses atau produk yaitu
dengan membandingkan antara kondisi/fakta dengan kriteria (regulasi, kebijakan, atau krteria lain
yang ditetapkan bersama) misalnya, audit atas laporan keuangan, audit terhadap pegawai yang
melaksanakan pelanggaran integritas,dll
2. Reviu, adalah penelusuran atau penelaahan kembali atas suatu hal atau proses, misalnya
reviu terhadap kebijakan yang ada karena adanya perubahan kebijakan perundangan yang lebih
tinggi atau terbarunya informasi tehnologi. Reviu juga dapat dilakukan terhadap proses yang
sedang berjalan untuk memastikan bahwa proses telah dilaksanakan sesuai dengan
aturan/prosedur yang ditetapkan.
3. Evaluasi adalah proses yang dilakukan secara teratur dan sistematis komparasi antara
standar atau kriteria yang telah ditentukan dengan hasil yang diperoleh (program/aktivitas). Dari
hasil komparasi kemudian disusun simpulan dan saran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh seseorang dengan posisi lebih tinggi dan
ditujukan kepada posisi yang lebih rendah baik secara struktural maupun kemampuan. d. Evaluasi
pada umumnya dilakukan melihat suatu kinerja (performance) aktivitas atau program. e. Kegiatan
pengawasan lainnya, antara lain menciptakan sistem kendali dalam upaya memitigasi risiko dari
suatu proses/aktivitas berupa kebijakan atau prosedur, bahkan dengan suatu aplikasi, misalnya
penyelenggaraan whistleblowing systems yang dilaksanakan oleh setiap Kementerian/Lembaga
atau Pemerintah Daerah.
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagian kegiatan yang menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah. Oleh karenanya kegiatan pengawasan intern dalam pengadaan
barang/jasa dapat dilakukan dengan berbagai cara baik, audit, reviu, evaluasi, maupun dengan
kegiatan pengawasan lainnya.
SPSE yang telah dikembangkan oleh LKPP mengakomodir fungsi audit secara elektronik. Aplikasi ini
dapat digunakan oleh para APIP, namun demikian, saat ini hanya dapat digunakan untuk melakukan
pengawasan terhadap proses pemilihan penyedia. Pengawasan PBJ dapat dilakukan sejak
perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah terima pekerjaan,
dengan ruang lingkup yang meliputi:
1. Pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya
2. Kepatuhan terhadap peraturan
3. Pencapaian TKDN
4. Penggunaan produk dalam neger
5. Pencadangan dan peruntukkan paket untuk usaha kecil; dan
6. Pengadaan berkelanjutan
Dalam melaksanakan fungsinya APIP setiap K/L/Pemerintah Daerah dapat melakukan bersama
dengan Kementerian teknis terkait atau lembaga yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nacsonal. Misal APIP
LKPP melakukan audit E-Katalog bersama dengan BPKP. Hasil pengawasan PBJ akan digunakan
sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan PBJ selanjutnya.
Penyampaian pengaduan masyarakat harus dilengkapi dengan bukti yang faktual, kredibel dan,
autentik tersaji pada gambar 4.1 dengan proses sebagai berikut:
1. Pelaku usaha/peserta pemilihan/Penyedia/masyarakat umum menyampaikan pengaduan kepada
APIP secara manual atau melaluisaluran pengaduan (whistleblowing system, e-Pengaduan, atau
aplikasi dengan nama lainnya).
2. Masyarakat umum yang menyampaikan pengaduan terkait PBJ kepada Aparat Penegak Hukum,
Aparat Penegak Hukum meneruskan kepada APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
3. APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah harus menidaklanjuti pengaduan tersebut dengan
cara audit, reviu, atau evaluasi, sesuai dengan substansi pengaduannya, dengan membuat laporan
sesuai dengan standar pelaporan APIP.
4. Laporan hasil audit, reviu, atau evaluasi disampaikan kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah.
5. Dalam hal laporan hasil hasil audit/reviu/evaluasi terindikasi KKN yang merugikan keuangan
negara, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyampaikan laporan kepada Instansi yang
berwenang.
SANKSI
Sanksi dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dikenakan kepada
1. peserta pemilihan,
2. pemenang pemilihan,
3. penyedia, baik dalam proses pemilihan atau katalog
4. PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan yang melakukan perbuatan atau tindakan
dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. Penyelenggara Swakelola
Penetapan sanksi dilakukan oleh PA/KPA atau usulan Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen
Pengadaan dalam proses pemilihan penyedia non katalog atau Usulan PPK dalam proses penerbitan
SPPBJ atau pelaksanaan kontrak.
Sedangkan sanksi kepada peserta pemilihan, penyedia dalam proses pemilihan penyedia katalog dan
E-purchasing ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah atas usulan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan dan/atau PPK.
Sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan, pemenang pemilihan dan penyedia dapat berupa:
1. Sanksi digugurkan dalam pemilihan;
2. Sanksi pencairan jaminan;
3. Sanksi Sanksi daftar hitam;
4. Sanksi ganti kerugian;
5. Sanksi denda;
6. penghentian sementara dalam sistem transaksi E-purchasing, dan/atau
7. penurunan pencantuman penyedia di dalami E-katalog.
Perbuatan atau tindakan pelaku pengadaan sebagai peserta pemilihan, pemenang pemilihan penyedia
pada proses Katalog dan E-purchasing disajikan pada tabel 12.2.
Tabel 12.2 Pelanggaran dan Sanksi dalam Proses Katalog dan E-purchasing
Proses PBJ Sanksi Kepada No Pelanggaran Sanksi
Pengenaan Sanksi atas Usulan Pokja Pemilihan/ Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan
Pemilihan Penyedia Peserta Pemilihan 1 menyampaikan dokumen 1. Digugurkan dalam
Katalog atau keterangan palsu/tidak pemilihan dan
benar untuk memenuhi 2. daftar hitam (2
persyaratan yang ditentukan tahun)
di dalam dokumen pemilihan
2 terindikasi melakukan
persekongkolan dengan
peserta lain untuk mengatur
harga penawaran
3 terindikasi melakukan
KKN dalam pemilihan
Penyedia
4 Mengundurkan diri dengan Daftar hitam (1
alasan yang tidak dapat tahun)
diterima Pokja Pemilihan.
5 Tidak menandatangani
kontrak katalog.
Pengenaan Sanksi atas Usulan PPK
E-purchasing Penyedia 1 Tidak memenuhi kewajiban Penurunan pencantuman
dalam kontrak pada katalog Penyedia dari katalog
elektronik elektronik selama 1
(satu) tahun
2 Tidak memenuhi kewajiban Penghentian sementara
dalam kontrak pada surat dalam sistem transaksi E-
pesanan purchasing selama 6
(enam) bulan
Bentuk sanksi yang diberikan berupa sanksi hukuman disiplin ringan, sedang dan berat, antara lain :
a. Sanksi Hukuman Disiplin ringan (dampak negatif pada unit kerja) Bentuk pelanggaran: menolak
melaksanakan pengadaan langsung melalui aplikasi e pengadaan langsung
Sanksi : Surat Teguran dari Pimpinan Instansi
b. Sanksi Hukuman Disiplin sedang (dampak negatif pd instansi) Bentuk pelanggaran: tidak
menjawab surat sanggahan dari penyedia Sanksi: Diberhentikan sebagai Pokja/PPK/PP
c. Sanksi Hukuman Disiplin berat (dampak negatif pd pemerintah dan/atau negara).
Bentuk pelanggaran: Menerima Gratifikasi dan melakukan persekongkolan
Sanksi: Dituntut secara hukum.
Terhadap Penyelenggara Swakelola, berdasarkan ketentuan yang telah dijabarkan di dalam Peraturan
Lembaga terkait dengan pedoman swakelola diatur sebagaimana diatur di dalam tabel 12.4.
Tabel 12.4 Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Pelaku Pengadaan sesuai
Proses Pengadaan Barang/Jasa Swakelola
No Tipe Swakelola Sanksi Keterangan
1 Tipe I Pembatalan sebagai Sanksi dapat dikenakan kepada
penyelenggara swakelola Penyelenggara Swakelola atas
adanya pelanggaran
penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola.
Penilaian PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola dapat
berdasarkan atas penilaian PPK .
Pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan
2 Tipe II Pembatalan sebagai Sanksi dapat dikenakan kepada
Pelaksana Swakelola Penyelenggara Swakelola atas
3 Tipe III adanya pelanggaran
penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola.
Penilaian PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola dapat
berdasarkan atas penilaian PPK
mandiri, ataupun laporan tim
pengawas kepada PPK.
Pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang tercantum
dalam kontrak
4 Tipe IV Sanksi dapat dikenakan kepada
Penyelenggara Swakelola atas
adanya pelanggaran
penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola.
Pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak
Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat dikenakan kepada PA/KPA/PPK/Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan yang terbukti melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
dijelaskan Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin, mulai dari disiplin ringan, sedang dan berat. Sanksi
ringan seperti teguran sampai dengan sanksi berat seperti pemberhentian dengan tidak hormat
sebagai PNS.
Terhadap peserta pemilihan/penyedia dapat pula dikenakan sanksi daftar hitam yang berupa larangan
mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di
seluruh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu. Perbuatan atau
tindakan peserta pemiihan/penyedia yang dikenakan sanksi daftar hitam, yaitu:
a. Peserta Pemilihan menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;
b. Peserta Pemilihan terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur
harga penawaran;
c. Peserta Pemilihan terindikasi melakukan Korupsi, Kolusi, dan/atau Nepotisme (KKN) dalam
pemilihan Penyedia;
d. Peserta Pemilihan yang mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan;
e. Peserta Pemilihan yang tidak menandatangani kontrak katalog;
f. Pemenang Pemilihan yang mengundurkan diri sebelum penandatanganan Kontrak dengan alasan
yang tidak dapat diterima oleh PPK;
g. Penyedia yang tidak melaksanakan kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau dilakukan
pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK yang disebabkan oleh kesalahan Penyedia
Barang/Jasa; atau
h. Penyedia tidak melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan sebagaimana mestinya.
Sanksi daftar hitam berlaku juga bagi peserta yang bergabung dalam satu konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerja sama lain. Pengenaan sanksi daftar hitam terhadap peserta
pemilihan/penyedia mengacu pada perjanjian konsorsium/kerja sama operasi/ kemitraan/bentuk
kerja sama lain, yaitu:
a. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada kantor pusat perusahaan berlaku juga untuk seluruh
kantor cabang/perwakilan perusahaan.
b. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada kantor cabang/perwakilan perusahaan berlaku juga
untuk kantor cabang/perwakilan lainnya dan kantor pusat perusahaan.
c. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada perusahaan induk tidak berlaku untuk anak
perusahaan.
d. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada anak perusahaan tidak berlaku untuk perusahaan
induk.
PELAYANAN HUKUM
Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam pelaksanaannya terlepas dari permasalahan
hukum yang disebabkan oleh pelanggaran, sengketa kontrak dan tindakan-tindakan penyimpangan
(penyuapan, mengurangi kualitas dan kuantitas, kolusi pengelembungan harga) yang akhirnya
berujung pada persoalan hukum perdata atau hukum pidana.
Oleh karena itu perlu adanya pelayanan terhadap pelaku pengadaan yang telah bersungguh-sungguh
dan penuh dedikasi melaksanakan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi)nya dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa Pemerintah, tetapi terkena permasalahan hukum. Selain itu perlu diberikan petunjuk
terhadap penyelesaian sengketa kontrak, untuk memberikan rasa aman, nyaman dan perlindungan
hukum kepada pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pelayanan hukum bagi pelaku pengadaan yang terkena permasalahan hukum dalam kegiatan PBJP
yang dalam hal ini adalah PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan wajib diberikan oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud di atas diberikan sejak proses penyelidikan hingga tahap
putusan pengadilan. Pelayanan hukum tidak berlaku bagi pelaku pengadaan selaku penyedia
organisasi kemasyarakatan, kelompok masyarakat penyelenggara swakelola, dan Agen Pengadaan
Perorangan atau berbentuk Badan Usaha.
PENYELESAIAN SENGKETA
Sesuai Pasal 85 Peraturan Presiden 16 Tahun 2018 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2021 menyatakan bahwa penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia
dalam pelaksanaan Kontrak dapat dilakukan melalui layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase,
Dewan Sengketa Konstruksi, atau penyelesaian melalui pengadilan. Ketentuan mengenai Dewan
Sengketa Konstruksi diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
Pemilihan metode penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik masing-masing dimana
pemilihannya akan sangat bergantung kepada kebijakan setiap organisasi. Pada penyelesaian
perselisihan melalui pengadilan (litigasi), salah satu pihak membawa kasus perselisihan ke pengadilan
umum untuk diselesaikan secara hukum. Alternatif lain adalah menyelesaikan persengketaaan melalui
arbitrase dimana penyelesaian sengketa dilakukan oleh badan swasta yang dilakukan di luar
mahkamah seperti, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Arbitrase Internasional yang ada
di negara- negara lain.
Dalam rangka mencegah kerugian yang lebih besar disebabkan oleh proses penyelesaian sengketa
yang panjang dan juga biaya yang ditimbulkan, maka sebaiknya dilakukan melalui mediasi, negosiasi
dan konsolidasi sebelum masuk ke penyelesaian melalui arbitrase dan litigasi.
Selanjutnya, LKPP menyelenggarakan layanan alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
di atas berupa Layanan Penyelesaian Sengketa Pengadaan Barang/Jasa. Layanan ini ditetapkan
berdasarkan Peraturan Lembaga Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Layanan Penyelesaian Sengketa
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak adalah layanan yang ditetapkan sebagai alternatif
penyelesaian sengketa kontrak PBJP.
Sengketa Kontrak yang dimaksud adalah perselisihan yang timbul dimulai dari penandatangan
kontrak hingga berakhirnya kontrak pengadaan
barang/jasa pemerintah antara pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan
kontraktual dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
PEMBINAAN PENYEDIA TERMASUK PENILAIAN KINERJA
Penilaian Kinerja Penyedia Barang/Jasa (Penilaian Kinerja) merupakan aktivitas dan proses untuk
mengukur kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan. Penilaian Kinerja dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hasil atas barang/jasa yang
dihasilkan oleh Penyedia. Penilaian didasarkan pada kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam kontrak
Dasar hukum peniaian kinerja adalah Perpres No. No.16 Tahun 2018 jo. Perpres No.12 Tahun 2021
pasal 11 point m. menilai kinerja penyedia. Jadi penilain kinerja penyedia merupakan tugas Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Tata cara penilain kinerja diatrur dalam Perlem No. 4/2021 tentang
Pembinaan Pelaku Usaha dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Aspek penilaian kinerja meliputi
:
a. Kualitas dan kuantitas
b. Waktu
c. Biaya
d. Layanan
Oleh:
Emilia
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI/REVIU KEBUTUHAN DAN
PENETAPAN BARANG/JASA PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
Pelaku pengadaan dalam tahap Perencanaan Pengadaan terdiri dari PA dan PPK. PA dapat
mendelegasikan tugas dan kewenangan dalam Perencanaan Pengadaan kepada KPA. PA/KPA atau PPK
dalam menyusun Perencanaan Pengadaan dapat dibantu oleh Sumber Daya Pengelola Fungsi
Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan K/L/PD. PA mempunyai tugas dan kewenangan menetapkan
Perencanaan Pengadaan, menetapkan dan mengumumkan RUP dan melaksanakan Konsolidasi
Pengadaan Barang/Jasa.
Tugas dan Kewenangan PPK diantaranya adalah melaksanakan penyusunan Perencanaan Pengadaan
untuk tahun anggaran berikutnya sesuai kebutuhan K/L/PD yang tercantum dalam RKA K/L atau RKA
PD. Dalam hal PPK membutuhkan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau personel lainnya, tim teknis,
atau agen pengadaan, PPK mengusulkan kepada PA/KPA. Pada anggaran belanja APBD, PPK yang
dirangkap oleh KPA dapat menugaskan PPTK untuk menyusun Perencanaan Pengadaan. PPTK yang
ditugaskan dalam menyusun Perencanaan Pengadaan harus memenuhi persyaratan kompetensi PPK.
Reviu adalah sebuah ringkasan, ulasan dari beberapa sumber seperti buku, jurnal, film, berita, suatu
produk dan lain-lain. Reviu mengulas kekurangan, kelebihan, manfaat, bentuk fisik, harga, komponen,
dan hal-hal lain terhadap suatu produk. Tujuan dari reviu adalah untuk memberikan informasi,
gambaran bahkan gagasan dari sebuah produk atau karya yang dibuat. Dengan pelaksanaan reviu ,
dapat mengetahui kelebihan, kekurangan dan kualitas dari sebuah produk atau karya.
Perencanaan pengadaan barang/jasa salah satunya berdasar dari reviu kebutuhan yang sudah
dilakukan sebelumnya. Reviu kebutuhan pengadaan barang/jasa dilakukan untuk meninjau kembali
pengadaan/barang jasa yang sudah diadakan dibandingkan dengan realisasi aktual penggunaan
barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa menyampaikan data
realisasi pengadaan kepada seluruh Unit Kerja Pengguna untuk dilakukan review dan menyesuaikan
rencana kebutuhan untuk kedepan dan/atau perubahan permintaan kedepan. Apabila ada perbedaan
antara jumlah dan/atau item kebutuhan yang telah diadakan dengan penggunaan/konsumsi aktual
dari para pengguna, maka dapat dilakukan penyesuaian kebutuhan tersebut.
Agar kebutuhan barang/jasa optimal yang meliputi lingkup pekerjaan, jumlah kebutuhan, persyaratan
teknis dan ketepatan waktu pengadaan maka kebutuhan detail barang/jasa perlu dilakukan
penyusunan spesifikasi dan penyusunan perkiraan harga. Penyusunan identifikasi kebutuhan
barang/jasa, penyusunan spesifikasi dan perkiraan harga merupakan dasar untuk pengusulan
anggaran, sebagaimana dibawah ini:
Rencana Kerja
us
Identifikasi Kebutuhan
Barang/jasa
Spesifikasi
Penyusunan
Spesifikasi teknis/KAK
Pengusulan
Perkiraan Harga/RAB
Anggaran
PENETAPAN BARANG/JASA
Penetapan barang/jasa merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan barang/jasa dari proses
identifikasi kebutuhan yang dapat menggambarkan kebutuhan nyata untuk mendukung dan mencapai
program, kegiatan dan output unit organisasi. Penetapan jenis Pengadaan Barang/Jasa berupa Barang,
Pekerjaan konstruksi, Jasa konsultansi, dan Jasa lainnya. Penetapan barang/jasa juga dilakukan
terhadap pekerjaan yang dilakukan secara terintegrasi.
a. Barang
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna
Barang. Barang meliputi, namun tidak terbatas pada bahan baku, barang setengah jadi, barang
jadi/peralatan, dan makhluk hidup.
Contoh: pengadaan laptop, mesin foto copy, bibit tanaman, hewan ternak, dll.
b. Pekerjaan Konstruksi
Keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Umum.
Klasifikasi Pekerjaan Konstruksi Umum meliputi bangunan gedung dan bangunan sipil.
Layanan usaha Pekerjaan Konstruksi Umum meliputi pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali.
2) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Spesialis,
meliputi instalasi, konstruksi khusus, konstruksi pra-pabrikasi, penyelesaian bangunan, dan
penyewaan peralatan. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi yang
bersifat spesialis meliputi pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk
fisik lainnya.
Contoh: Pembangunan Gedung, pembongkaran bangunan,, dll
c. Jasa Konsultansi
Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Jasa Konsultansi yang terdiri dari:
1) Jasa Konsultansi non-konstruksi
Pengadaan Jasa Konsultan Non-Konstruksi meliputi, namun tidak terbatas pada:
a) Jasa rekayasa (engineering);
Jasa perencanaan, perancangan, dan pengawasan untuk pekerjaan selain pekerjaan
konstruksi, seperti: 1) Transportasi; 2) Pendidikan; 3) Kesehatan; 4) Kehutanan; 5)
Perikanan; 6) Kelautan; 7) Lingkungan hidup; 8) Kedirgantaraan; 9) Pengembangan usaha;
10)Perdagangan; 11)Pengembangan SDM; 12) 12)Pariwisata; 13)Pos dan telekomunikasi;
14)Pertanian; 15)Perindustrian; 16)Pertambangan; dan/atau 17)Energi.
b) Jasa keahlian profesi, seperti: 1 ) Jasa penilaian; 2) Jasa penasehatan; 3) Jasa
pendampingan; 4) Bantuan teknis; 5) Konsultan manajemen; dan/atau; 6) Konsultan
hukum.
c) Pekerjaan survei yang membutuhkan telaahan tenaga ahli.
2) Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi meliputi, namun tidak terbatas pada:
a) Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian dan perencanaan;
b) Jasa Konsultansi Konstruksi perancangan;
c) Jasa Konsultansi Konstruksi pengawasan; dan
d) Jasa Konsultansi Konstruksi pengawasan dan manajemen konstruksi.
d. Jasa Lainnya
Jasa Lainnya adalah jasa non konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia
usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengadaan Jasa Lainnya meliputi, namun tidak
terbatas pada:
1) Jasa boga (catering service);
2) Jasa layanan kebersihan (cleaning service);
3) Jasa penyedia tenaga kerja;
4) Jasa perbankan, asuransi dan keuangan;
5) Jasa layanan kesehatan;
6) Jasa pendidikan;
7) Jasa pengembangan sumber daya manusia;
8) Jasa publikasi;
9) Jasa pemasaran 10)Jasa pengelolaan media; 11)Jasa iklan/reklame; 12)Jasa film;
13) Jasa pemotretan;
14) Jasa percetakan dan penjilidan; 15)Jasa pemeliharaan/perbaikan; 16)Jasa pembersihan;
17)Jasa pengendalian hama (pest control) dan fumigasi; 18)Jasa pengepakan;
19)Jasa pengangkutan; 20)Jasa pemindahan; 21)Jasa pengiriman barang; 22)Jasa
penjahitan/konveksi; 23)Jasa impor/ekspor;
24)Jasa penulisan dan penerjemahan; 25)Jasa penyewaan;
26) Jasa penyelaman;
27) Jasa akomodasi;
28) Jasa angkutan penumpang;
29) Jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan; 30)Jasa penyelenggaraan acara (event
organizer); 31)Jasa pengamanan;
32)Jasa layanan kelistrikan; 33)Jasa layanan internet; 34)Jasa layanan data center;
35)Jasa layanan teknologi informasi; 36)Jasa pos dan telekomunikasi; 37)Jasa operator;
38) Jasa pengelolaan aset; dan
39) Jasa pekerjaan survei yang tidak membutuhkan telaahan tenaga ahli.
PEKERJAAN TERINTEGRASI
Pengadaan barang/jasa dapat juga dilakukan dengan menggabungkan beberapa jenis pengadaan di
atas menjadi 1 (satu) paket pekerjaan terintegrasi (Barang, Jasa Lainnya, Jasa Konsultansi, dan
Pekerjaan Konstruksi). Contoh dari pengadaan pekerjaan terintegrasi antara lain:
1) Rancang bangun, yang terdiri dari pengadaan JK dan PK
2) Pemeliharaan alat monitor display yang disertai suku cadang, yang terdiri dari pengadaan barang
dan jasa lainnya
3) Pembangunan Data Center termasuk instalasi dan integrase, yang disertai suku cadang, yang
terdiri dari pengadaan barang, PK dan JK
4) Perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan (Engineering Procurement and Construction/EPC),
yang terdiri dari pengadaan barang, PK dan JK
Memberikan informasi
kepada penyedia
Media Komunikasi tentang kebutuhan
pembeli
Spesifikasi
Spesifikasi yang
ditawarkan penyedia
Perbandingan menyediakan atribut
produk yang
ditawarkan
b. Spesifikasi Jumlah
Untuk menentukan spesifikasi Jumlah dalam Pengadaan Barang/Jasa, harus dipertimbangkan
jumlah penggunaan barang/jasa di masa lalu dan memperkirakan kecenderungan kebutuhan
barang/jasa tersebut di masa yang akan datang. Jumlah kebutuhan barang dapat diperkirakan
berdasarkan beberapa pendekatan berikut ini:
1) Perhitungan sederhana
Menghitung kebutuhan untuk tahun mendatang, dengan mengurangi jumlah perkiraan hasil
perhitungan kebutuhan untuk tahun depan dengan jumlah stok barang yang ada pada saat
ini.
2) Moving Average
Merupakan pendekatan kuantitatif yang paling mudah dan paling banyak digunakan dalam
praktek. Contoh perhitungan kebutuhan suatu barang dengan Pendekatan Moving Average
Tabel 3.2 Histori kebutuhan barang di tahun 2015 – 2020
Tahun Kebutuhan
2015 125
2016 120
2017 128
2018 135
2019 139
2020 142
Maka, perkiraan kebutuhan barang di tahun 2021 yang dihitung dengan pendekatan Moving
Average adalah sebagai berikut :
● Moving Average 3 tahun: (135 + 139 + 142)/3 = 138,6
● Moving Average 4 tahun: (128 + 135 + 139 + 142)/4 = 136
● Moving Average 6 tahun: (120 + 128 + 135 + 139 + 142)/5 = 132,8
c. Spesifikasi Waktu
Spesifikasi waktu mencakup diantaranya adalah spesifikasi jadwal kedatangan barang/jasa,
lokasi kedatangan barang, metode transportasi dan pengepakan.
d. Spesifikasi Pelayanan
Tingkat layanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak dan berdampak biaya
bagi penyedia barang/jasa, sehingga akan mempengaruhi besarnya nilai penawaran. Contohnya
antara lain menyediakan jasa bantuan (helpdesk service) yang siap selama 24 jam tiap hari
selama masa percobaan operasi, waktu tanggapan (respond time) dan ketepatan waktu (fix time)
yang jelas, ketika ada keluhan (misalnya ada kerusakan dari barang yang dikirim), pelatihan ,
garansi, layanan purna jual dan masa pemeliharaan.
EVALUASI
1. Karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna barang/jasa yang
dinyatakan secara tertulis merupakan pengertian:
A. Identifikasi kebutuhan
B. Spesifikasi
C. Spesifikasi/KAK
D. Kerangka Acuan Kerja
2. Spesifikasi memberikan informasi kepada penyedia apa yang dibutuhkan user, merupakan fungsi
spesifikasi:
A. Media Komunikasi dan perbandingan
B. Media Komunikasi
C. Perbandingan penawaran
D. Media pemenuhan kebutuhan
3. PPK menggunakan produk dalam negeri, produk bersertifikat SNI, produk usaha mikro dan kecil
serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri, produk ramah lingkungan hidup
A. Penyusunan spesifikasi teknis/ KAK
B. Penyusunan Rencana Anggaran Belanja
C. Penyusunan Identifikasi Kebutuhan
D. Penyusunan paket PBJ
4. Komponen minimal yang harus terdapat pada spesifikasi teknis antara lain
A. mutu/kualitas, harga spesifikasi jumlah, spesifikasi waktu dan spesifikasi
layanan.
B. mutu/kualitas, harga, spesifikasi jumlah, dan spesifikasi layanan.
C. mutu/kualitas, spesifikasi jumlah, spesifikasi waktu dan spesifikasi layanan.
D. mutu/kualitas, harga ,spesifikasi jumlah, spesifikasi fungsi dan spesifikasi
layanan
5. KAK jasa konsultansi paling sedikit berisi antara lain:
A. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
pekerjaan, dan produk yang dihasilkan (output)
B. Waktu pengiriman yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan memperhatikan
batas akhir efektif tahun anggaran
C. Spesifikasi teknis jasa konsultansi yang akan diadakan mencakup kompetensi tenaga lain yang
dibutuhkan
D. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
pekerjaan, dan produk yang dihasilkan (output)
PENYUSUNAN PERKIRAAN HARGA UNTUK SETIAP TAHAPAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
PERKIRAAN HARGA
Perkiraan harga menjadi salah satu faktor untuk mendapatkan barang/jasa secara efektif, efisien dan
ekonomis. Perkiraan harga merupakan proses penjumlahan elemen-elemen biaya, dengan
menggunakan metode tertentu dan data yang valid, untuk memperkirakan biaya program, kegiatan
atau pekerjaan dimasa mendatang berdasarkan data dan informasi yang telah diketahui pada saat ini.
Penyusunan perkiraan harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri dari penyusunan Rencana
Anggran Biaya/RAB dan penyusunan perkiraan harga sendiri/HPS. Untuk peningkatan kualitas
perencanaan PBJ Penyusunan RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK merupakan salah satu yang harus
dipertimbangkan PA selaku penanggung jawab kegiatan dalam melakukan penyusunan RKA, yang
didalamnya terdapat pengadaan barang/jasa. Pada tahapan perencanaan untuk anggaran pengadaan,
PPK melakukan reviu terhadap ketersediaan biaya pendukung pada RKA K/L atau RKA PD, sedangkan
pada tahapan persiapan pengadaan dilakukan penyusunan dan penetapan HPS.
Peningkatan Persiapan
Kualitas Perencanaan Pengadaan
Perencanaan
Gambar 4.2 Pemetaan Waktu Penyusunan Perkiraan Harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Berdasarkan identifikasi komponen biaya yang sudah disusun, langkah selanjutnya adalah
melakukan identifikasi atas harga satuan tiap komponen tersebut berdasarkan analisis pasar.
Harga satuan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh suatu item barang/jasa.
Sumber informasi harga satuan yang digunakan pada tahap penyusunan anggaran harus
diperoleh dari data yang sah, wajar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penentuan harga satuan
dapat didasarkan pada:
1) Standar Biaya, seperti Standar Biaya Masukan (SBM), Standar Biaya Daerah (SBD), dan
Standard Biaya Keluaran (SBK).
2) Harga pasar. Survey standar harga di pasar diperlukan ketika harga suatu barang/jasa
tidak terdapat dalam SBM dan SBD. Data ini bisa didapatkan dari calon-calon pemasok di
pasar.
Pada pengadaan barang, harga setiap barang sudah mencakup harga pokok dan harga pendukung
lainnya. Untuk pengadaan jasa, terdapat kumpulan aktivitas-aktivitas untuk setiap pekerjaannya.
Harga satuan dari setiap aktivitas tersebut didapatkan dari kumpulan harga pokok pekerjaan dan
harga pendukungnya.
d. Penyusunan RAB
Penyusunan RAB disusun dengan cara memasukkan rincian alokasi anggaran yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan dalam suatu pekerjaan. RAB sekurang-kurangnya memuat
komponen/tahapan, rincian komponen biaya, volume, satuan ukur, biaya satuan ukur dari suatu
keluaran kegiatan seperti honorarium yang terkait dengan keluaran, bahan, jasa profesi,
perjalanan, jumlah volume dan total jumlah biaya.
Contoh format sederhana RAB bisa dilihat di Tabel di bawah ini.
3) Jasa Lainnya
Perhitungan HPS untuk Jasa Lainnya harus memperhitungkan komponen biaya sesuai dengan
ruang lingkup pekerjaan antara lain:
a) Upah Tenaga Kerja/Imbalan Jasa Personil;
b) Penggunaan Bahan/Material/Peralatan;
c) Keuntungan dan biaya tidak langsung (overhead);
d) Transportasi; dan/atau
e) Biaya lain berdasarkan jenis jasa lainnya.
4) Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultan Konstruksi
Perhitungan HPS untuk Tender Pekerjaan Konstruksi dapat berdasarkan hasil perhitungan
biaya yang dilakukan oleh konsultan perancang (engineer’s estimate) berdasarkan detailed
engineering design. Perhitungan HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak
langsung untuk Pekerjaan Konstruksi paling banyak 15% (lima belas persen).
Langkah-langkah penyusunan HPS Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut:
a) Identifikasi komponen-komponen biaya dalam analisa harga satuan yang terdiri dari:
(1) Komponen biaya upah (tenaga kerja)
(2) Komponen biaya bahan (material)
(3) Komponen Alat (perlengkapan)
b) Identifikasi mengenai dasar penetapan volume masing-masing komponen berdasarkan
volume menurut gambar atau desain.
c) Identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut sampai lokasi pekerjaan
menggunakan informasi hasil Analisis Pasar yang telah dilakukan.
d) Lakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen tersebut
Perhitungan HPS untuk Jasa Konsultansi Konstruksi dapat menggunakan:
1) Metode Perhitungan berbasis Biaya (cost-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan tarif berbasis biaya:
a) Biaya langsung personel (Remuneration); dan
b) Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
Biaya Langsung Personel adalah biaya langsung yang diperlukan untuk membayar
remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak. Biaya Langsung Personel telah
memperhitungkan gaji dasar (basic salary), beban biaya sosial (social charge), beban
biaya tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/fee).
Biaya Langsung Personel dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan
(SBOB), minggu (SBOM), hari (SBOH), atau jam (SBOJ)),dengan konversi menurut satuan
waktu sebagai berikut:
Satuan Biaya Orang Minggu (SBOM) = SBOB/4,1 Satuan Biaya Orang Hari (SBOH) =
(SBOB/22) x 1,1 Satuan Biaya Orang Jam (SBOJ) = (SBOH/8) x 1,3
Biaya Langsung Non Personel adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan Kontrak yang dibuat dengan mempertimbangkan dan berdasarkan harga
pasar yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan perkiraan
kegiatan. Biaya Non Personel dapat dibayarkan secara Lumsum, Harga Satuan dan/atau
penggantian biaya sesuai yang dikeluarkan (at cost).
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan secara Lumsum diantaranya pengumpulan
data sekunder, seminar, workshop, sosialisasi, pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei,
biaya tes laboratorium, hak cipta dan lainlain. Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan
secara Harga Satuan diantaranya sewa kendaraan, sewa kantor proyek, sewa peralatan
kantor, biaya operasional kantor proyek, biaya ATK, biaya komputer dan pencetakan,
biaya komunikasi dan tunjangan harian.
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan melalui penggantian biaya sesuai yang
dikeluarkan (at cost) diantaranya dokumen perjalanan, tiket transportasi, biaya
perjalanan, biaya kebutuhan proyek dan biaya instalasi telepon/internet/situs web. Biaya
Langsung Non Personel pada prinsipnya tidak melebihi 40% (empat puluh persen) dari
total biaya, kecuali untuk jenis Jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat khusus.
2) Metode Perhitungan Berbasis Pasar (market-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis pasar dilakukan
dengan membandingkan biaya untuk menghasilkan keluaran pekerjaan/output dengan
tarif/harga yang berlaku di pasar.
3) Metode Perhitungan Berbasis Keahlian (value-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis keahlian dilakukan
dengan menilai tarif berdasarkan ruang lingkup keahlian/reputasi/hak eksklusif yang
disediakan/dimiliki jasa konsultansi tersebut.
EVALUASI
1. Tahapan Penyusunan RAB Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagai berikut: :
A. Pengumpulan Data dan Informasi, Identifikasi Komponen Pekerjaan, Penentuan komponen
biaya dan/atau harga satuan dan penyusunan Rincian RAB
B. Pengumpulan Data dan Informasi, Identifikasi Komponen Pekerjaan, Penentuan komponen
biaya dan/atau harga satuan
C. Pengumpulan Data dan Informasi, identifikasi komponen biaya dan/atau harga satuan dan
penyusunan Rincian RAB
D. Pengumpulan Data dan Informasi, Identifikasi Komponen Pekerjaan, Penentuan komponen
biaya dan/atau biaya pendukung dan penyusunan Rincian RAB
2. Informasi yang didapatkan dari internet, chating lewat online shop (official store), calon pemasok,
asosiasi, atau publikasi daftar harga, merupakan:
A. Sumber data eksternal
B. Sumber data internal
C. Data atau informasi yang berasal dari dalam organisasi
D. Sumber data eksternal yang berasal dari dalam organisasi
3. Identifikasi pekerjaan diawali dengan melakukan pentahapan kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan gambaran detail tentang kegiatan- kegiatan yang ada di dalam suatu pengadaan,
sehingga kegiatan- kegiatan tersebut dapat diukur, dianggarkan, dijadwalkan, serta dikendalikan
dengan baik. Teknik yang umum digunakan adalah
A. Work Breakdown Structure (WBS) atau Struktur Rincian Kerja.
B. Spend Analysis
C. Supply Positioning Model
D. Fishbone Diagrams
4. Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi profesi keahlian, baik
yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri, merupakan salah satu sumber :
A. Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun HPS
B. Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun rencana kegiatan
C. Data/informasi yang dapat digunakan untuk melakukan Spend Analysis
D. Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun strategi organisasi
5. Biaya yang diperlukan untuk membayar remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak. Biaya
Langsung Personel telah memperhitungkan gaji dasar (basic salary), beban biaya sosial (social
charge), beban biaya tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/fee).
A. Biaya langsung personel (Remuneration)
B. Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
C. Biaya tidak langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
D. Biaya tidak langsung personel (Remuneration)
PERUMUSAN STRATEGI PENGADAAN, PEMAKETAN, DAN CARA PENGADAAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
STRATEGI PENGADAAN
Tujuan organisasi dibuat secara umum dan untuk kepentingan organisasi. Tujuan organisasi dibuat
berjangka yang terdiri dari tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan
organisasi dibuat sebagai acuan arahan bagi organisasi dan seluruh unsur di dalamnya dalam
mencapai tujuan tersebut sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih efisien dan terarah.
Dalam penyusunan perencanaan dan kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa, memahami tujuan organisasi
sangat bermanfaat untuk meminimalisir pengeluaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung kegiatan
pencapaian tujuan organisasi.
Salah satu tujuan sebuah organisasi publik adalah meningkatkan layanan kepada masyarakat, hal ini
dapat dicapai diantaranya dengan meningkatkan kualitas spesifikasi teknis yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan untuk mendapatkan barang yang berkualitas dan dapat meningkatkan kinerja
pelayanan organisasi.
Contoh:
Di sebuah rumah sakit, pengadaan obat dan alat kesehatan merupakan kebutuhan utama. Apabila
pengadaan obat dan alat kesehatan tersebut terganggu, maka pelayanan kepada masyarakat tidak
maksimal. Sehingga tujuan utama rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat tidak tercapai.
Setiap organisasi mempunyai strategi organisasi. Strategi merupakan cara yang dilakukan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi harus mengembangkan sebuah strategi yang bertujuan
untuk mencapai tujuannya. Definisi strategi menurut Schendel & Hofer (1979) Strategi memberikan
arahan yang disarankan untuk organisasi, yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuannya
dan untuk menanggapi peluang dan ancaman di lingkungan eksternal.
Pengadaan barang/jasa tidak dapat dianggap sebagai kegiatan rutin/administratif atau kegiatan
sampingan saja, melainkan harus dipandang sebagai suatu kegiatan yang strategis yang harus
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat.
Strategi Pengadaan adalah usaha terbaik yang dilakukan untuk mencapai tujuan pengadaan dalam
mendapatkan barang/jasa yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, tepat sumber, dan tepat
harga berdasarkan prinsip dan etika pengadaan. Strategi pengadaan yang ditetapkan diturunkan
dalam bentuk pemaketan dan cara Pengadaan Barang/Jasa.
Setiap paket tersebut kemudian perlu ditetapkan cara pengadaan, yakni cara memperoleh barang/jasa,
baik yang dilakukan sendiri (swakelola) ataupun yang disediakan oleh penyedia, termasuk dalam hal
ini adalah penjadwalan pengadaan.
Sumbu X menggambarkan jumlah/nilai pengadaan per tahun untuk setiap jenis barang/jasa.
Berdasarkan Prinsip Pareto biasanya sebagian besar jenis barang/jasa 80%(umumnya paket kecil)
nilainya mewakili hanya sebagian kecil (20%) nilai pengadaan dan sebaliknya sebagian kecil jenis
barang/jasa 20% (paket-paket besar) nilainya mewakili sebagian besar (80%) total pengadaan. Sumbu
Y menggambarkan dampak/risiko barang/jasa terhadap kegiatan instansi/satker. Semakin tinggi,
berarti semakin besar dampak/risiko/ ketiadaan barang/jasa tersebut atau semakin pentingnya
barang/jasa tersebut terhadap instansi.
SPM dapat menjadi alat bantu bagi organisasi dalam menentukan strategi pengadaan dengan
mempertimbangkan dua faktor berikut ini:
1) Tingkat pembelian tahunan barang/jasa
2) Dampak, peluang dan risiko pengadaan (supply risk), dengan kondisi sebagai berikut:
a) Ketersediaan produk (availability);
b) Jumlah penyedia (number of suppliers);
c) Ketersediaan barang substitusi (substitution opportunities);
d) Kemungkinan membuat atau membeli (make-or-buy opportunities).
Berikut digambarkan perbedaan utama untuk setiap jenis item pembelian Supply Positioning Model:
Y
Dampak/Resiko
X
Nilai Pengadaan per Tahun
Gambar 5.3 Kuadran Supply Positioning Model
Penjelasan atas ke empat kuadran tersebut dapat disederhanakan pada tabel berikut.
Tabel 5.2 Strategi Pasokan Setiap Item SPM
Routine Leverage Bottleneck Critical
Peluang & Risiko Pasokan
terhadap Organisasi Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Jenis Barang/Jasa yang Standar Standar Variatif Variatif
diperlukan
Jumlah pemasok Banyak Banyak Sedikit Sedikit
Jumlah Pembelian Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Daya Tarik Organisasi terhadap Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Pemasok
Karakteristik dan strategi pasokan untuk setiap jenis item dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 5.3 Karakteristik Item di Setiap Item
Karakteristik Kajian Strategi Strategi
Routine ● Banyak penyedia dan Karena nilai belanja yang rendah Sederhana
Items barang/jasa tersedia di pasar. dan risiko rendah dengan barang kan proses
● Barang standar. standar, menandakan prioritas
● Nilai belanja tahunan yang rendah untuk organisasi
organisasi rendah. sehingga strategi pasokan untuk
● Barang/jasa tersebut Routine Items harus bertujuan
berisiko rendah untuk meminimalkan effort.
organisasi.
Leverage ● Banyak penyedia dan Karena nilai belanja yang besar dan Cari harga
Items barang/jasa tersedia di pasar. risiko rendah, strategi pasokan terbaik
● Barang standar. untuk Leverage Items akan fokus
● Nilai belanja tahunan untuk menekan harga. Namun,
organisasi tinggi. strategi ini akan bervariasi serta
● Barang/jasa tersebut berisiko tergantung pada tingkat variabilitas
rendah untuk organisasi. harga antar pemasok, dengan
mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan untuk beralih dari satu
penyedia ke penyedia lainnya
(switching cost).
Bottleneck ● Barang/jasa tersebut Karena nilai belanja yang rendah, Jadilah
Items berisiko tinggi untuk sehingga tidak atraktif bagi customer yang
organisasi. penyedia. Fokus strategi yang dapat baik
● Hanya terdapat diterapkan adalah dengan
beberapa penyedia. meminimalkan risiko pasokan.
● Bukan barang/jasa standar. Harga menjadi prioritas ke-dua.
● Nilai belanja organisasi Sehingga masuk akal jika organisasi
rendah. akan membayar lebih untuk
sesuatu yang dianggap penting bagi
keberlangsungan organisasi.
Critical Items ● Bukan barang/jasa standar. Dengan nilai belanja yang tinggi Kemitraan
● Hanya terdapat menjadi atraktif di mata penyedia. jangka
beberapa penyedia. Namun karena risikonya tinggi bagi panjang
● Barang/jasa tersebut organisasi, maka critical items
berisiko tinggi untuk menjadi prioritas utama bagi
organisasi. organisasi. Fokus strategi yang
● Nilai belanja tahunan diterapkan harus mampu menekan
organisasi tinggi. biaya dan risiko.
Contoh:
1) Laptop untuk keperluan kantor, tidak memerlukan spesifikasi teknis yang khusus, sehingga
proses penyusunan spesifikasi teknis relative singkat. (routine item);
2) Obat-obatan bersifat urgent, jika tidak tersedia pada waktunya mengakibatkan hambatan pada
pelayanan, spesifikasi teknis bersifat khusus dan terbatas hanya pada beberapa penyedia atau
merek. Biasanya nilai pembelian terbatas dan terbagi atas item-item kecil. (bottleneck item);
3) Mesin pembangkit tenaga listrik dari sisi spesifikasi teknis sangat khusus, jumlah penyedia
terbatas, bersifat urgent dan nilai pembelian tinggi. (critical item).
ORIENTASI PEMAKETAN
1) Keluaran atau Hasil
Pemaketan memperhatikan keluaran (output) dari suatu proses Pengadaan Barang/Jasa sesuai
kebutuhan K/L/PD, baik kebutuhan untuk memenuhi kegiatan operasional ataupun kebutuhan
investasi. Hasilnya diharapkan memberikan solusi bagi K/L/PD atau pengguna.
Sebagai contoh, misalkan sebuah rumah sakit membutuhkan lift antar lantai untuk pasien dengan
ukuran Cabin (sangkar) yang besar, sehingga mampu memuat berbagai macam peralatan medis
yang biasanya berukuran seperti ranjang pasien, defibrilator, dan lain sebagainya. Ketika terjadi
pemadaman listrik, lift tidak langsung jatuh, melainkan mengarahkan lift ke lantai yang paling
dekat. Sehingga dalam membuat paket kebutuhan lift, maka harus memperhatikan keluaran
berupa lift dengan ukuran standar BED LIFT berukuran 2400mm x 2850mm dengan Lift Yang
Dilengkapi Dengan ARD ( Automatic Rescue Device ) sebagai safety device. Ketika terjadi
pemadaman listrik, ARD akan menjaga lift agar tidak langsung jatuh, melainkan mengarahkan lift
ke lantai yang paling dekat.
2) Volume Barang/Jasa
Pada pemaketan pengadaan, harus diperhatikan seluruh volume kebutuhan barang/jasa yang
diperlukan dengan mempertimbangkan volume ketersediaan inventaris dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, kapasitas pelaku usaha, waktu penyerahan (delivery)
dan volume penyerahan apakah sekaligus atau bertahap. Dalam hal ini, yang ingin dicapai adalah
nilai optimum paket pengadaan dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Contohnya Kementerian A mempunyai kebutuhan 1.000 rim kertas A4 setahun. Stok inventaris
tahun lalu adalah tersisa 200 rim. Kementerian A biasanya membeli kertas dalam suatu kontrak
payung dengan penyerahan bertahap 4 kali setahun. Namun berdasarkan informasi pasar,
ketersediaan kertas akan mengalami gangguan akibat disrupsi produksi beberapa pabrik kertas
nasional. Sehingga Kementerian A memutuskan untuk mengantisipasi kekurangan kertas,
organisasi membuat paket pengadaan 1.200 rim kertas daripada 800 rim kertas.
3) Ketersediaan Barang/Jasa
Barang-barang yang sudah tidak diproduksi lagi oleh produsen harus dicarikan alternatifnya.
Paket-paket yang mempunyai spesifikasi standar dan mempunyai nilai pengadaan cukup tinggi
(leverage item) sebaiknya dijadikan satu paket, sehingga memberikan kesempatan untuk
mendapatkan harga terbaik dari konsolidasi volume dan negosiasi harga. Sedangkan item
barang/jasa yang rutin (routine item) yang mempunyai jumlah pelaku usaha yang cukup banyak,
harus diusahakan untuk dilakukan standarisasi paket paket pengadaan dapat dibuatkan kontrak
payung untuk menghemat siklus pengadaan.
Sebaliknya paket-paket pengadaan yang mempunyai ketersediaan rendah (bottleneck item)
dengan jumlah pelaku usaha yang sedikit harus diusahakan untuk dibuat dalam jumlah yang
menarik pelaku usaha untuk memberikan penawaran atau bekerja sama.
4) Kemampuan Pelaku Usaha
Kemampuan pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dapat dilihat dari
kemampuan teknis dan kemampuan keuangan pelaku usaha. Sehingga dalam menyusun paket-
paket pengadaan, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebaiknya mempertimbangkan
kemampuan pelaku usaha.
Contohnya, Propinsi XYZ, membutuhkan 650 Busway, akan tetapi tidak ada pelaku usaha yang
mampu memproduksi sejumlah tersebut. Sehingga dipecah per 50 unit/sesuai kemampuan
pelaku usaha dengan metode tender.
5) Ketersediaan Anggaran Belanja
Ketersediaan anggaran tentunya menjadi pertimbangan penting dalam membuat pemaketan
pengadaan. Paket-paket pengadaan harus dibuat sesuai dengan ketersediaan dana dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Contohnya Belanja Modal di APBN dan belanja operasional di APBN Paket-paket yang
memungkinkan untuk disatukan jika anggaran tersedia harus dikonsolidasikan dengan harapan
dapat mendapatkan nilai tawar yang baik dari penyedia. Demikian juga paket-paket pengadaan
yang hanya mempunyai anggaran terbatas untuk periode tertentu harus dibuat berdasarkan
ketersediaan anggaran pada periode tersebut. Sebagai contoh dalam operasional
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, jika kebutuhan penyediaan bahan bakar sangat
tergantung dari anggaran bulanan yang tersedia, maka paket pengadaan seharusnya dibuat per
bulan saja. Bukan dibuat per kuartal atau per tahun. Walaupun harga yang didapat mungkin akan
lebih baik jika paket pengadaan dibuat per kuartal atau per tahun
MANFAAT PEMAKETAN
Manfaat pemaketan bila dilakukan dengan tepat diantaranya:
1) Menjadi lebih efisien dengan adanya pengurangan biaya karena dengan kuantitas yang lebih
besar, para pelaku usaha dapat mengurangi biaya produksinya, seperti: biaya produksi langsung,
biaya overhead, biaya pengiriman dan biaya administrasi.
2) Pengelolaan kontrak yang lebih efisien dikarenakan penggabungan barang/jasa yang tepat
(konsolidasi) akan mengurangi jumlah kontrak yang harus diawasi dan dikendalikan.
CARA PEMAKETAN
Untuk membantu proses pemaketan pengadaan, dapat menggunakan Supply Positioning Model,
dengan cara menggabungkan pengetahuan dengan informasi biaya yang dikeluarkan terhadap para
pemasoknya dan ketergantungan organisasi terhadap pemasok tersebut. Data dan informasi tersebut
dapat diperoleh dari survei pasar antara lain survei melalui internet ataupun website pemasok,
berdiskusi dengan beberapa calon pemasok yang sudah diketahui, atau melalui data Spend Analysis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei:
a. Pemasok-pemasok yang dapat menyediakan kebutuhan barang/jasa organisasi;
b. Jenis komoditas yang dapat disediakan oleh pemasok-pemasok tersebut;
c. Kapasitas dan kualitas dari pemasok;
d. Lokasi pabrik / kantor / gudang dari pemasok;
e. Pengalaman dan reputasi dari pemasok-pemasok tersebut, termasuk kemampuan finansialnya;
dan
f. Jumlah pemasok yang dapat menyediakan kebutuhan organisasi.
Data dan informasi survey pasar menggambarkan empat kuadran pada matriks Supply Positioning
Model tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 5.4 Kuadran Pada Matriks Supply Positioning Model
Dalam praktiknya, tidak semua kebutuhan barang/jasa perlu dikategorikan ke dalam Supply
Positioning Model. Organisasi dapat mengutamakan barang/jasa dengan risiko pasokan/Supply Risk
tinggi dan harga barang/jasa yang relatif tinggi saja (‘Prinsip Pareto’) dimana ketersediaan
barang/jasa ini berpengaruh terhadap operasional organisasi.
Teori Supply Demand dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan pemasok dan
pembeli di pasar beserta harga pemasok dan kemampuan harga pembeli. Kurva Supply Demand
dibawah ini menjelaskan mengenai hubungan tersebut.
Gambar di atas menunjukkan bahwa harga dan jumlah pasokan barang/jasa di pasar sangat
dipengaruhi oleh jumlah permintaan pembeli dan jumlah barang/jasa dimana pemasok sanggup
menyediakan. Dengan memahami dan menganalisis korelasi antara faktor-faktor ini, pengelola
Pengadaan dapat mengambil keputusan dalam penyusunan strategi pemaketan pengadaan dengan
lebih baik. Sebagai contoh, ketika keadaan pasokan besi di pasar stabil dan permintaan sedang
berkurang karena perlambatan pertumbuhan ekonomi, maka harga besi akan turun. Dengan
berjalannya waktu, tingkat pasokan juga akan menurun sehingga akan tercapai harga ekuilibrium yang
baru. Untuk pemaketan pengadaan pembelian besi, maka Pengelola Pengadaan dapat menggunakan
strategi pemaketan untuk beberapa tahun kontrak pembelian besi dimana harga rendah bisa diikat
untuk komitmen sepanjang kontrak berlangsung.
Dengan berdasarkan data-data belanja dari hasil Spend Analysis, maka pemaketan pengadaan yang
tepat dan strategis dapat mulai dtetapkan.
Contoh Pemaketan:
Rumah sakit A membutuhkan pengadaan barang/saja sebagai berikut: Tabel 5.4 Kebutuhan
Pengadaan Barang/Jasa Pada RS A
No Pengadaan Harga (Rp)
1 Peralatan Untuk Pasien 125.365.000
2 Perlatan Cathlab 189.000.000
3 Konsumable HD 99.000.000
4 Obat-obatan 188.000.000
5 Aleks Disposible 78.000.000
6 Bahan Medis Habis Pakai 101.000.000
7 Film Rontgen 85.000.000
Total 677.365.000
Dalam hal ini, rumah sakit A dapat menggabungkan kebutuhan mereka menjadi dua (2) paket
pengadaan saja yaitu paket obat-obatan senilai Rp 188.000.000,- dan paket pengadaan kebutuhan
pasien senilai Rp 677.365.000,- sehingga lebih efisien penggunaan sumber daya (waktu, tenaga kerja).
Sebaliknya, dilarang memecah paket pekerjaan dengan tujuan menghindari proses pelelangan.
Pemecahan paket pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain pemecahan paket
berdasarkan komoditas yang berbeda, jenis jasa yang sangat berbeda, ataupun menghindari
ketergantungan terhadap suatu pemasok tertentu. Sebagai contoh, suatu perusahaan memerlukan pipa
dengan ukuran 8" dan 10" dengan jumlah yang cukup banyak. Dari hasil survei pasar, pipa dengan
ukuran 8" hanya dapat disediakan oleh satu calon pemasok saja, sedangkan pipa 10" dapat disediakan
oleh beberapa calon pemasok. Jika paket pengadaannya digabungkan, tentunya hanya akan ada satu
calon pemasok yang dapat menyediakan keduanya, sehingga paket penawaran akan menjadi tidak
kompetitif. Dalam hal ini pemecahan paket menjadi dua akan merupakan strategi yang lebih tepat.
Contoh Pemaketan:
Hasil Spend Analysis tahun 2020 di Rumah sakit A sebagai berikut:
Tabel 5.5 Kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa Pada RS A Tahun 2020
Pemaketan kebutuhan sebaiknya dipetakan dalam kuadran SPM dengan mengidentifikasi dan
mengkategorikan barang/jasa berdasarkan : Non-Critical Items, Leverage Items, Bottleneck items, dan
Strategic items, sehingga kita dapat mengambil keputusan terbaik tentang Paket-Paket Pengadaan.
Supply Risk
15 1,2,3,4,5,6,7
11,12,13,14,8 9,10
Non Cretical Items Leverage Items
Impact on Profit
Gambar 5.6 Kategorikan Barang/Jasa di RS A
Selanjutnya dilakukan analisis paket-paket kebutuhan yang ada lalu dilakukan pengelompokkan yang
lebih menguntungkan bagi organisasi dengan melakukan penggabungan paket-paket pengadaan
sebagai berikut:
Tabel 5.6 Penggabungan Paket-Paket Pengadaan Barang/Jasa
KONSOLIDASI PBJ
Konsolidasi pengadaan dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan
Barang/Jasa melalui penyedia, dan/atau persiapan pemilihan penyedia. Konsolidasi Pengadaan
Barang/Jasa sebagai strategi menggabungkan pelaksanaan pengadaan untuk beberapa paket
pengadaan yang sejenis dalam 1 (satu) kali pelaksanaan pengadaan.
Sedangkan pelaku pengadaan yang dapat melaksanakan konsolidasi paket pengadaan adalah
PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ. PA dan/atau PPK dapat menggabungkan pelaksanaan pengadaan untuk
beberapa paket pengadaan yang sejenis dalam 1(satu) kali pelaksanaan pengadaan. Konsolidasi
Pengadaan Barang/Jasa oleh PPK dengan menggabungkan paket-paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis
menjadi satu atau beberapa paket yang dilaksanakan bersamaan dengan persiapan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa oleh UKPBJ dengan
menggabungkan paket-paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis menjadi satu atau beberapa paket yang
dilakukan sebelum persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan. Manfaat Konsolidasi
pengadaan antara lain:
a. Biaya pengadaan dan biaya transaksi menjadi turun;
b. Mengurangi beban kerja untuk paket berulang;
c. Waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat pada saat pemilihan
penyedia
CARA PENGADAAN
PPK menentukan cara pengadaan yaitu secara Swakelola dan/atau Penyedia. Pemilihan cara
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan
sendiri oleh K/L/PD, K/L/PD lain, Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat. Dalam hal
pada kegiatan Swakelola memerlukan penyedia barang/jasa, pengadaannya mengacu pada peraturan
pengadaan barang/jasa tentang pengadaan melalui penyedia. Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha
EVALUASI
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia merupakan perumusan strategi berdasarkan
kelompok/kategori:
A. Tujuan dan Kebijakan PBJP
B. proses pada tahap perencanaan
C. Tujuan dan Kebijakan PBJP seta proses pada tahap perencanaan
D. kategori barang/jasa
2. SPM dapat menjadi alat bantu bagi organisasi dalam menentukan strategi pengadaan dengan
mempertimbangkan dua faktor berikut ini:
A. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak, (supply risk)
B. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak, peluang dan risiko pengadaan (supply
risk)
C. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak, dan risiko pengadaan (supply risk)
D. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak dan peluang pengadaan (supply risk)
3. Untuk karakteristik barang/jasa tersebut berisiko rendah untuk organisasi, penyedia dan
barang/jasa tersedia di pasar, barang standar dan nilai belanja tahunan organisasi rendah. Strategi
organisasi yang tepat adalah:
A. Sederhanakan proses
B. Cari harga terbaik
C. Jadilah customer yang baik
D. Kemitraan jangka panjang
4. Pemaketan pengadaan barang/jasa dilakukan dengan berorientasi pada :
A. Keluaran, hasil, ketersediaan peralatan, ketersediaan barang/jasa, kemampuan pengelola
pengadaan
B. Keluaran, hasil, ketersediaan anggaran belanja, ketersediaan barang/jasa,
kemampuan pengelola pengadaan
C. Keluaran, hasil, ketersediaan anggaran belanja, ketersediaan barang/jasa,
kemampuan pelaku usaha
D. Keluaran, hasil, ketersediaan peralatan, ketersediaan barang/jasa, kemampuan pelaku usaha
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei:
A. Pemasok-pemasok yang tidak dapat menyediakan kebutuhan barang/jasa organisasi
B. Jenis komoditas yang tidak dapat disediakan oleh pemasok- pemasok tersebut
C. Kapasitas dan kuantitas dari pemasok
D. Lokasi pabrik / kantor / gudang dari pemasok
PERUMUSAN ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
ORGANISASI PENGADAAN
James D. Mooney mengatakan, “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama”. Pengertian organisasi menurut teori klasik yaitu gambaran sistematis tentang
hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Organisasi merupakan proses untuk menyusun struktur formal dalam perusahaan,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggotanya sesuai dengan
kemampuan dan bidangnya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
pengadaan barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh
APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan.
Dalam menjalankan fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik UKPBJ dengan fungsi
layanan pengadaan secara elektronik berbentuk system provider bertindak sebagai Penyelenggara
Sistem Elektronik. Pelaksanaan fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik meliputi:
1) Pengelolaan seluruh informasi, sistem informasi pengadaan barang/jasa, dan infrastrukturnya;
2) Pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa;
dan
3) Pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.
Pelaksanaan fungsi pembinaan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan Barang/ meliputi:
1) Pembinaan Sumber Daya Manusia di UKPBJ;
2) Pembinaan pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah;
3) Pengelolaan kelembagaan UKPBJ, paling sedikit terdiri atas pengelolaan dan pengukuran tingkat
kematangan UKPBJ, pelaksanaan analisis beban kerja, pengelolaan personel dan pengembangan
sistem insentif;
4) Pengelolaan dan pengukuran kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah;
5) Pengelolaan manajemen pengetahuan pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
6) Pembinaan hubungan dengan para pemangku kepentingan.
Bidang-bidang tersebut dapat dipimpin oleh pejabat administrasi atau koordinator. Selain unit kerja
struktural, di UKPBJ terdapat Kelompok Jabatan Fungsional. Di setiap
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dibentuk 1 (satu) UKPBJ. Kementerian/Lembaga yang
memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah dapat membentuk Satuan Pelaksana di bawah UKPBJ.
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ, Kepala UKPBJ berkoordinasi dengan PA/KPA/PPK.
Kepala UKPBJ membentuk/membubarkan Pokja Pemilihan dan menetapkan/menempatkan/
memindahkan/menugaskan anggota Pokja Pemilihan. Kepala UKPBJ menugaskan Sumber Daya
Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dalam pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ.
Pembentukan Pokja Pemilihan dan penetapan anggota Pokja Pemilihan ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja pemilihan penyedia barang/jasa. Dalam memberikan penugasan, Kepala
UKPBJ memperhatikan pemberian kesempatan untuk peningkatan kapasitas dan pengalaman Sumber
Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa.
Dalam hal terjadi permasalahan teknis penggunaan sistem pengadaan secara elektronik, Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan permasalahan tersebut kepada pejabat administrasi atau
koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik. Pejabat administrasi atau
koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik menindaklanjuti laporan
permasalahan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dan memberikan solusi kepada Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan. Pokja Pemilihan dan Pejabat Pengadaan melaporkan pelaksanaan
pemilihan kepada Kepala UKPBJ. UKPBJ menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ
kepada menteri/kepala lembaga/kepala daerah secara periodik.
UKPBJ yang telah mencapai tingkat kematangan paling kurang Proaktif dapat mengajukan
permohonan untuk ditetapkan menjadi Pusat Keunggulan Pengadaan Barang/Jasa (PKP-BJ).
Permohonan penetapan PKP-BJ dapat diajukan paling cepat 1 (satu) tahun setelah pencapaian tingkat
kematangan apabila dinyatakan layak sebagai PKP-BJ oleh LKPP akan diberikan sertifikat UKPBJ
sebagai PKP-BJ.
EVALUASI
1. Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi pengadaan antara lain :
A. Adanya tujuan, adanya dua orang atau lebih adanya pembagian tugas, adanya kehendak untuk
bekerja sama
B. Adanya tujuan bersama, adanya dua orang atau lebih adanya pembagian tugas, adanya
kehendak untuk bekerja sama
C. Adanya tujuan bersama, adanya tiga orang atau lebih adanya pembagian tugas, adanya
kehendak untuk bekerja sama
D. Adanya tujuan bersama, adanya dua orang, adanya pembagian tugas, adanya kehendak untuk
bekerja sama
2. Unit kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi Pusat Keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa yang memiliki fungsi pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa, pengelolaan
LPSE, pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa, pelaksanaan
pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis Pengadaan Barang/Jasa dan pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang berkaitan dengan
tugas dan fungsinya adalah:
A. ULP
B. LPSE
C. UKPBJ
D. SPSE
3. Dalam hal terjadi permasalahan teknis penggunaan sistem pengadaan secara elektronik, Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan permasalahan tersebut kepada:
A. Pejabat administrasi atau koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara
elektronik.
B. Pejabat administrasi atau koordinator unit pengelolaan sistem pengadaan secara
elektronik.
C. Pejabat administrasi dan koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara
elektronik.
D. Pejabat administrasi dan koordinator unit pengelolaan
E. sistem pengadaan secara elektronik.
4. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan fungsi pengadaan
barang/jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah adalah:
A. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa;
B. Sumber Daya Pengelola Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa; dan
C. Sumber Daya Pengelola Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa.
D. Sumber Daya Pengelola Fungsi pengelola Pengadaan Barang/Jasa
5. Kewajiban memiliki Pengelola Pengadaan dikecualikan untuk Kementerian/Lembaga dalam hal:
A. Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga mencukupi untuk memenuhi
pencapaian batas angka kredit minimum per tahun bagi Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
B. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh ASN, prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
C. Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk
memenuhi pencapaian batas angka kredit minimum per tahun bagi Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa
D. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
RISIKO DALAM PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
RISIKO
Pengertian risiko menurut ISO 31000 adalah “pengaruh ketidakpastian pada tujuan. Ketidakpastian
meliputi peristiwa (yang mungkin atau tidak terjadi) dan ketidakpastian yang disebabkan oleh
kurangnya informasi atau ketidakjelasan”. Jadi risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa
yang dapat membawa dampak yang tidak diinginkan, terhadap tujuan, strategi, sasaran, dan/atau
target.
Karakteristik Risiko adalah ketidakpastian dan kerugian. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah “peluang” (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah “risiko” (risk).
Dengan kata lain, risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran. Risiko dapat ditentukan kemungkinannya jika tersedia data/informasi
cukup, ketidakpastian tidak dapat ditentukan kemungkinan terjadinya sedangkan masalah adalah
sesuatu yang telah terjadi
Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan yaitu perencanaan, persiapan
dan pelaksanaan. Pengadaan barang/jasa memiliki risiko yang berbeda baik secara internal, eksternal,
politik, strategis, ataupun operasional. Wujud risiko bisa berbagai macam, antara lain: kerugian
material atau finansial; tanggung jawab hukum; kegagalan pengadaan, kegagalan operasi, dll. Contoh
pada suatu K/L/PD tidak memiliki SDM yang mempunyai kompetensi pengadaan maka risiko yang
mungkin terjadi K/L/PD tersebut tidak mendapatkan barang/jasa yang sesuai kebutuhan.
Risiko yang terjadi pada semua tahapan pengadaan tidak dapat diabaikan, bahkan harus diperhatikan
agar pengadaan tersebut dapat sesuai tujuan yang sudah ditetapkan. Sehingga Pengelola Pengadaan
perlu memahami dan mengelola risiko agar kegiatan pengadaan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Kriteria risiko pada pengadaan :
1. Tahap Perencanaan dan Persiapan
Termasuk di dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi barang/jadi atau produk yang menjadi
objek pengadaan
2. Tahap Pelaksanaan Pengadaan (Pemilihan Penyedia)
Termasuk di dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi penyedia barang/jasa.
3. Tahap Pelaksanaan Kontrak
termasuk di dalamnya risiko terkait dengan kondisi pihak pengelola dan para pihak yang terlibat.
PENGELOLAAN RISIKO
Pengertian pengelolaan risiko sesuai dengan ISO 31000 yaitu serangkaian kegiatan dan metode secara
terkoordinasi yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan risiko-risiko yang dapat
berdampak pada kemampuan untuk mencapai tujuan. Pengelolaan Risiko merupakan proses penilaian
(identifikasi, analisa dan evaluasi) dan menangani hal-hal yang menyebabkan timbulnya risiko.
Pengelolaan Risiko bertujuan untuk merencanakan dan mengurangi (memitigasi) dampak/masalah
yang timbul dari risiko.
1. Komunikasi dan Konsultasi
Dilakukan di setiap tahapan Proses Manajemen Risiko, baik kepada para pemangku kepentingan
internal maupun pemangku kepentingan eksternal.
2. Penetapan konteks
Dilakukan dengan cara menjabarkan tujuan, mendefinisikan parameter internal dan eksternal
yang akan dipertimbangkan dalam mengelola Risiko, serta menetapkan cakupan dan kriteria
Risiko untuk proses selanjutnya.
3. Identifikasi Risiko
Dilakukan dengan cara mengidentifikasi kejadian, penyebab, dan konsekuensi dari peristiwa
risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda pencapaian tujuan organisasi
4. Analisis Risiko
Dilakukan dengan cara menentukan tingkat konsekuensi dan tingkat kemungkinan terjadinya
Risiko berdasarkan kriteria Risiko, dengan mempertimbangkan keandalan sistem pengendalian
yang ada.
5. Evaluasi Risiko
Dilakukan untuk membantu dalam pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya dilakukan
upaya penanganan Risiko lebih lanjut serta penentuan prioritas penanganannya.
6. Mitigasi Risiko (penanganan Risiko)
Dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi mitigasi Risiko yang mungkin diterapkan dan
memilih satu atau lebih opsi mitigasi Risiko yang terbaik, dilanjutkan dengan penyusunan
rencana mitigasi Risiko, dan pelaksanaan rencana mitigasi tersebut.
7. Pemantauan (monitoring) dan reviu
dilakukan terhadap seluruh aspek dari Proses Manajemen Risiko
Pengelolaan Risiko Pengadaan barang/jasa yang dilakukan akan memberi manfaat untuk organisasi,
diantaranya:
1. Memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa selama proses
pengadaan;
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian/ekonomi biaya tinggi;
3. Meningkatkan kemungkinan pemenuhan kebutuhan yang tepat waktu;
4. Meningkatkan hasil pengadaan yang strategis;
5. Melindungi kredibilitas dan reputasi
6. Memberikan perlindungan yang lebih baik bagi aset dan sumber daya manusia
7. Mengurangi kemungkinan terjadinya tuntutan litigasi
8. Mereduksi dampak risiko yang mungkin terjadi
9. Meningkatkan kualitas dan efektifitas pengambilan keputusan
10. Memudahkan estimasi biaya yang lebih tepat dan realitis
11. Meningkatkan komunikasi diantara tim pengelola dan para pihak
Tingkat kemungkinan terjadinya risiko dan tingkat dampaknya sangat bervariasi tergantung pada
barang/jasa apa yang dibeli kapan barang/jasa itu dibeli dari mana/dari siapa barang/jasa itu dibeli
dan lingkungan eksternal. Sehingga, penting bagi pengelola untuk memahami risiko berdasarkan hasil
penilaian risiko agar dapat melakukan penanganan secara efektif. Jenis dan lokasi kemungkinan
terjadinya risiko, sifat, nilai, dan kompleksitas dari barang/jasa yang menjadi objek yang akan
menentukan tingkat risiko dan dampak kerugian yang akan dihadapi.
Manajemen risiko dimulai di tahap paling awal, pada perencanaan pengadaan. Pengelola pengadaan
harus merancang khusus perencanaan pengelolaan risiko yang sesuai dengan kompleksitas
pengadaan. Identifikasi dini risiko pada perencanaan pengadaan penting untuk memastikan
kepatuhan/menghindari risiko pelanggaran terhadap prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa selama
proses pengadaan dan menentukan cara penanganan yang tepat untuk tercapainya tujuan
Kategori risiko pada pengadaan barang/jasa antara lain:
1. Risiko Teknis
mengancam kualitas dan ketepatan waktu dan bisa berdampak pada biaya. Prinsip terkait aspek
kecukupan desain, spesifikasi, efisiensi operasional, dan keandalan, termasuk keusangan
teknologi;
2. Risiko Keuangan
berdampak pada kinerja dan kemampuan keuangan, misalnya fluktuasi nilai mata uang,
kebijakan/krisis moneter, krisis likuiditas, dll;
3. Risiko Administratif
termasuk kepatuhan/operasional, seperti kelalaian aspek administrasi, kelengkapan dokumen,
perizinan, dll yang dapat berdampak pada keterlambatan pelaksanaan, kerugian, dan bahkan
aspek hukum dan litigasi
4. Risiko Pidana
termasuk klasifikasi hukum, antara lain karena aspek keamanan, pencurian,
perusakan/vandalisme, pencurian, penipuan, dan korupsi.
5. Risiko K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan, terutama secara khusus pada konstruksi,
termasuk klasifikasi operasional.
Menerima Mitigasi
Strategi
Penanganan
Resiko
Menghindari Memindahkan
EVALUASI
1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat membawa dampak yang tidak
diinginkan, terhadap tujuan, strategi, sasaran, dan/atau target. Sedangkan ketidakpastian dan
kerugian merupakan:
A. Karakteristik Risiko
B. Karakteristik Dampak Risiko
C. Ciri Risiko
D. Ciri Dampak
2. Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan yaitu:
A. perencanaan, persiapan dan pelaksanaan
B. perencanaan, persiapan pengadaan dan persiapan pemilihan
C. perencanaan, persiapan dan pembayaran
D. perencanaan, pelaksanaan dan pembayaran
3. Dilakukan dengan diantaranya mengidentifikasi berbagai opsi mitigasi Risiko yang mungkin
diterapkan dan memilih satu atau lebih opsi mitigasi Risiko yang terbaik, dilanjutkan dengan
penyusunan rencana mitigasi Risiko, dan pelaksanaan rencana mitigasi tersebut.
A. Pengelolaan risiko pada pengadaan
B. Evaluasi risiko pada pengadaan
C. Pengelolaan pelaksanaan pada pengadaan
D. Evaluasi pengadaan pada pengadaan
4. Kategori risiko pada pengadaan barang/jasa diantaranya dapat mengancam kualitas dan ketepatan
waktu dan bisa berdampak pada biaya. Prinsip terkait aspek kecukupan desain, spesifikasi, efisiensi
operasional, dan keandalan, termasuk keusangan teknologi;
A. Risiko Teknis
B. Risiko Keuangan
C. Risiko Administrasi
D. Risiko Proyek
5. Percepatan penandatangan kontrak sehingga risiko keterlambatan dialihkan kepada pihak
penyedia, pengalihan risiko aset bergerak dan tidak bergerak pemerintah kepada pihak kedua
melalui pengadaan jasa asuransi, merupakan Strategi Penanganan Risiko:
A. Mengalihkan
B. Menghindari
C. Mitigasi
D. Memindahkan
IDENTIFIKASI DAN PENGUMPULAN BAHAN DAN/ATAU DATA
DAN DAN/ATAU INFORMASI
KARAKTERISTIK INFORMASI
Karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna.
Tabel 8.1 Karakteristik yang Membuat Informasi
Data terkait perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat berasal dari banyak sumber dan dalam
bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan dengan terlebih dahulu
menentukan metodologi pengumpulan data, menentukan siapa yang akan mengumpulkan data dan
menentukan frekuensi pengumpulan data tersebut.
PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, data/informasi terkait perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa dapat diperoleh dengan berbagai macam cara dan dari sumber yang bervariasi. Proses
pengumpulan data/informasi terkait pengadaan perlu dimasukkan sebagai aktivitas baku/standar
mengacu kepada regulasi/kebijakan yang berlaku di masing- masing organisasi.
a. Sumber data/informasi pengadaan
Data/informasi terkait pengadaan terdiri dari dokumen-dokumen pengadaan barang/jasa
seperti dokumen rencana, dokumen pemilihan, dokumen kontrak, dokumen serah terima
pekerjaan, dan dokumen lainnya. Untuk pengumpulan data/informasi kuantitatif maupun
kualitatif, fungsi pengadaan barang/jasa perlu menyusun sistem dan proses yang mendukung
proses pengumpulan tersebut.
Berdasarkan sumber, maka dapat dikelompokkan menjadi:
1) Data/informasi internal, yaitu data/informasi yang menggambarkan keadaan atau
kegiatan dalam sebuah organisasi
2) Data/informasi eksternal, yaitu data/informasi yang menggambarkan suatu keadaan
atau kegiatan di luar sebuah organisasi
Komponen/ Jenis
No Proses Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
1 Identifikasi Rencana kegiatan Internal Dokumen Rencana Kerja
Kebutuhan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah
2 Historis belanja Internal ● Database rencana pengadaan di SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di SPSE
● Database kontrak dari masing- masing unit
kerja
3 Database Barang Internal ● Database Barang Milik Negara di SIMAK-
Milik Negara BMN
● Database Barang Milik Daerah di SIMDA
BMD
4 Pelaku Internal ● Database profil pelaku usaha/peserta
usaha/peserta Tender/penyedia di SPSE
Tender/penyed ia ● Database penyedia di SIKaP
Eksternal ● Database daftar hitam di INAPROC
● Database anggota asosiasi industri
● Database kementerian terkait
● Database organisasi/kelompok masyarakat
● Website pelaku usaha
5 Realisasi anggaran Internal ● Dokumen laporan penyerapan anggaran
masing-masing K/L/PD
● SiMONEV masing-masing K/L/PD
Eksternal Sistem Monev LKPP
6 Kategorisasi Eksternal Dokumen Klasifikasi Baku Komoditas
Barang/Jasa Indonesia (BPS)
7 Spesifikasi Spesifikasi mutu Eksternal Brosur/katalog produk dari setiap merek
Teknis/KAK (hardcopy ataupun katalog di internet)
8 Spesifikasi mutu Eksternal Direktori yang diterbitkan oleh asosiasi
industri
9 Spesifikasi mutu Eksternal Jurnal/informasi hasil penelitian/pengujian
dari tenaga
ahli, komunitas profesional atau peneliti
10 Spesifikasi Eksternal ● Dokumentasi atas berbagai
mutu standar eksternal (standar industri, standar
nasional, standar regional, standar
international)
● Dokumentasi atas berbagai standar internal
(contoh NSPM dari Kementerian/Lembaga
terkait)
11 Spesifikasi mutu Internal Dokumen Spesifikasi Teknik dari
pengguna/konsultan perencana
12 Spesifikasi Eksternal Dokumentasi hasil survei/RFI dari
mutu penyedia
13 Transportasi Eksternal Daftar layanan transportasi
14 Perkiraan harga Pagu anggaran Internal ● RAB
Perkiraan Harga ● DIPA/DPA
15 Harga pasar Eksternal Dokumentasi hasil survei di lokasi
setempat pelaksanaan pekerjaan
16 Daftar harga Eksternal Dokumentasi daftar harga/biaya/tarif
barang/jasa yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha
17 Informasi Eksternal ● Informasi standar harga yang
biaya/harga satuan dipublikasikan secara resmi oleh K/L/PD
● Informasi yang dipublikasikan secara resmi
oleh BPS
● Informasi yang dipublikasikan secara resmi
oleh asosiasi
● Informasi yang dipublikasikan dari situs
web komunitas internasional terkait
informasi biaya/harga satuan profesi
keahlian yang berlaku secara
internasional
18 Perkiraan Internal Dokumen perkiraan perhitungan biaya/harga
perhitungan satuan konsultan
harga perencana (engineer’s estimate)
19 Parameter Eksternal ● Indeks harga BPS
keuangan ● Inflasi tahun sebelumnya
● Suku bunga pinjaman tahun berjalan
● Kurs tengah Bank Indonesia (valuta asing
terhadap Rupiah)
● Mekanisme perpajakan
● Mekanisme perhitungan TKDN
20 Harga pekerjaan Internal dan ● Database nilai kontrak pekerjaan sejenis
sejenis Eksternal ● Database harga penawaran
(instansi lain) penyedia dalam proses pemilihan untuk
pekerjaan sejenis
● Dokumentasi komponen biaya untuk
pekerjaan sejenis
21 Strategi Rencana kegiatan Internal Dokumen Rencana Kerja
Pengadaan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
22 Historis belanja Internal ● Database rencana pengadaan di SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di SPSE
● Database kontrak dari masing- masing unit
kerja
23 Rencana Internal Data rencana pengadaan di
pengadaan SIRUP
24 Kategorisasi Eksternal Dokumen Klasifikasi Baku Komoditas
Barang/Jasa Indonesia (BPS)
Realisasi anggaran Internal ● Dokumen laporan penyerapan anggaran
25 masing-masing K/L/PD
● SiMONEV masing-masing K/L/PD
Eksternal Sistem Monev LKPP
26 Strategi Database Barang Internal ● Database Barang Milik Negara di SIMAK-
Pengadaan Milik Negara BMN
● Database Barang Milik Daerah di SIMDA
BMD
Pelaku Internal ● Database profil pelaku usaha/peserta
27 usaha/peserta Tender/penyedia di SPSE
Tender/penyed ia ● Database pelaku usaha/penyedia di SIKaP
● Database hasil survei/klarifikasi ke pelaku
usaha/peserta
Tender/penyedia
Eksternal ● Database daftar hitam di INAPROC
● Database anggota asosiasi industri
● Database Kementerian terkait
● Database organisasi/kelompok masyarakat
● Website pelaku usaha
28 Organisasi Beban kerja Internal Dokumentasi perhitungan analisis beban
Pengadaan kerja
29 Historis belanja Internal ● Database rencana pengadaan di SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di SPSE
● Database kontrak dari masing- masing unit
kerja
30 Regulasi Eksternal ● Regulasi terkait pengorganisasian
kelembagaan Kementerian/Lembaga
Pemerintah ● Regulasi terkait pengorganisasian
Perangkat
Daerah
31 Referensi kajian Eksternal Naskah akademik pembentukan
kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa
EVALUASI
1. Fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sebuah sistem informasi
merupakan definisi..
A. Data dan Informasi
B. Data
C. Informasi
D. Data/informasi
2. Dua pihak independen, orang yang memiliki pengetahuan akan menghasilkan informasi yang
sama merupakan karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna:
A. Verifiable (dapat dibuktikan)
B. Accessible (dapat diakses)
C. Reliable (dapat dipercaya)
D. Relevant (relevan)
3. Data/informasi dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dapat memberikan
informasi terkait historis belanja organisasi adalah;
A. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database proses pemilihan di LPSE
B. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database daftar hitam di INAPROC di SPSE
C. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database proses pemilihan di LPSE
D. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database proses pemilihan di SPSE
4. Data/informasi yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu
perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/ kegiatan, merupakan:
A. Data/informasi berkala/time series
B. Cross section/insidentil
C. Data/informasi bertahap/time series
D. Data/informasi rutin
5. Data terkait perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat berasal dari banyak sumber dan
dalam bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan terlebih
dahulu dengan:
A. menentukan metodologi pengumpulan data, menentukan siapa yang akan mengumpulkan
data dan menentukan skor pengumpulan data tersebut
B. menentukan metodologi penelitian, menentukan siapa yang akan mengumpulkan data dan
menentukan frekuensi pengumpulan data tersebut
C. menentukan metodologi pengumpulan data, menentukan siapa yang akan mengumpulkan
data dan menentukan frekuensi pengumpulan data tersebut
D. menentukan metodologi penelitian, menentukan siapa yang akan mengumpulkan data dan
menentukan jumlah data dari hasil pengumpulan data tersebut
REVIU DOKUMEN PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA
DOKUMEN PEMILIHAN
Pada dasarnya dokumen pemilihan merupakan dokumen yang disusun oleh pihak yang
bertanggungjawab untuk melakukan proses pemilihan penyedia barang/jasa, yang berisi
informasi tentang persyaratan penyedia barang/jasa, tata cara yang digunakan dalam
proses pemilihan penyedia barang/jasa, dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan,
baik dari aspek administrasi, teknis, dan keuangan.
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, definisi dari dokumen pemilihan adalah
dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan
yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan
Penyedia (Perpres No 16 Tahun 2018 dan perubahannya).
Identifikasi Karakteristik
Pekerjaan
Spesikasi Teknis/KAK
HPS
Rancangan Kontrak
Dokumen Perencanaan
Dokumen Anggaran
Penetapan Sistem
Pengadaan &
Identifikasi Jenis
Kontrak
Metode Pemilihan
Metode Kualifikasi
Metode Evaluasi
Metode Penyampaian
Penawaran
Identifikasi Standar
Dokumen Pengadaan
LKPP (Model Dokumen
Pemilihan)
Lembaga Donor / Pemberi
Pinjaman/Hibah
(Procurement
Guidelines/Standar Bidding
Document)
Perumusan
Dokumen Pemilihan
Penetapan Dokumen
Pemilihan
Proses Keluaran
Masukan
Metode Bangunan/
Penyedia Pelaksanaan Konstruksi lain
Barang/Jasa: Material/Bahan /Proses Hasil
Legalitas Tenaga Kerja Produksi Studi/Analisis
Distribusi Barang Jadi
Modal Peralatan
Layanan
Pengalaman
Evaluasi Penawaran
Penilaian Kualifikasi
Dari gambaran tersebut dapat terlihat bahwa penilaian kualifikasi dititikberatkan pada
profil penyedia barang/jasa. Sedangkan evaluasi penawaran dititikberatkan pada
bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan dan hasil dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Setelah melalui penilaian kualifikasi dan evaluasi penawaran, maka diharapkan tujuan
dilakukannya pemilihan penyedia barang/jasa untuk mendapatkan penyedia barang/jasa
yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai
persyaratan yang ditetapkan dapat tercapai.
Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, kualifikasi didefinisikan sebagai evaluasi
kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia. Dimana
penilaian kualikasi dilakukan terhadap hal-hal seperti tercantum pada tabel 4.1.
Administrasi/Legalitas Teknis
Penilaian terhadap persyaratan Penilaian terhadap
antara lain: persyaratan:
● Ijin Usaha ● Pengalaman Pekerjaan Sejenis dengan
● Perpajakan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
● Kualifikasi dan Klasifikasi ● Kemampuan menyediakan sumber
Usaha daya untuk melaksanakan pekerjaan
● Pernyataan
b. Hasil Kualifikasi:
Kualifikasi Hasil Kualifikasi Jumlah Minimal
Daftar Peserta Paling sedikit 1 (satu)
Tender/ Seleksi Jasa Peserta Tender/Seleksi Jasa
Pasckualifikasi Konsultansi Konsultansi Perorangan
Perorangan yang Lulus yang Lulus Kualifikasi.
Kualifikasi.
Prakualifikasi ● Daftar peserta ● Paling sedikit 3 (tiga)
Tender peserta Tender; atau
Barang/Pekerja an
Konstruksi/Jasa ● Paling sedikit 3 (tiga)
Lainnya; atau dan paling banyak 7
● Daftar pendek (tujuh) peserta Seleksi
peserta Seleksi Jasa Jasa Konsultansi Badan
Konsultansi Badan Usaha.
Usaha.
PENGERTIAN
Evaluasi penawaran dapat didefinisikan sebagai aktifitas menilai penawaran yang
disampaikan peserta pemilihan penyedia barang/jasa dalam dokumen penawaran dengan
mengacu pada ketentuan pemilihan penyedia barang/jasa yang tercantum dalam
dokumen pemilihan. Dimana evaluasi penawaran dilakukan terhadap tiga aspek yaitu:
a. Aspek Administrasi Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian
tentang pemenuhan persyaratan formal penawaran.
b. Aspek Teknis Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian tentang
pemenuhan persyaratan teknis pengadaan barang/jasa.
c. Aspek Harga Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian tentang
pemenuhan persyaratan harga penawaran.
PENGERTIAN SANGGAH
Dalam kegiatan Pengadaan Barang/Jasa, maka sanggah diartikan sebagai sebuah
bantahan/protes dari peserta pemilihan yang memasukan dokumen kualifikasi atau
dokumen penawaran karena merasa dirugikan atas terhadap keputusan dari pejabat
pembuat keputusan hasil prakualifikasi atau penetapan pemenang pemilihan penyedia
barang/jasa. Bagi pengguna barang/jasa, sanggah dapat berfungsi untuk:
a. Mengidentifikasi cara memperbaiki proses pengadaan di masa mendatang
b. Mendorong penyedia untuk memasukan penawaran yang lebih baik di masa depan
c. Mendorong sektor publik sebagai pembeli agar lebih adil, terbuka dan etis
d. Mendorong partisipasi penyedia yang berkesinambungan yang mempromosikan
kompetisi
Bagi peserta pemilihan, sanggah dapat berfungsi untuk:
a. Memperoleh kejelasan terhadap kekurangan dalam dokumen penawaran
b. Membangkitkan kepercayaan diri dan meyakinkan integritas proses pemilihan
c. Memperoleh umpan balik bagi perbaikan kinerja di masa mendatang
d. Membantu memahami dan mengoperasikan prosedur dan praktik yang berbeda yang
mungkin diaplikasikan di sektor publik.
PENGERTIAN
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa dapat didefinisikan sebagai proses untuk
menetapkan pelaku usaha atau penyedia barang/jasa yang dinilai potensial berdasarkan
kriteria tertentu untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa. Tujuan dari penyusunan daftar
penyedia barang/jasa ini diantaranya adalah:
a. Tersedianya informasi pasar yang diperlukan untuk melakukan analisis pasar.
b. Tersedianya informasi pasar yang diperlukan untuk melakukan pembinaan terhadap
pelaku usaha.
c. Meminimalkan tahapan proses pemilihan penyedia barang/jasa, sehingga pengadaan
barang/jasa dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif.
Pada daftar penyedia barang/jasa, idealnya terdapat jumlah penyedia yang cukup untuk
setiap kategori barang/jasa. Sehingga dengen tersedianya daftar penyedia barang/jasa
dapat memberikan keuntungan berupa:
a. Pembeli cukup mengundang penyedia sesuai kategori tertentu dalam proses
pemilihan penyedia barang/jasa sehingga menjadi lebih cepat.
b. Pembeli dapat mempunyai waktu lebih untuk melakukan perencanaan, penyusunan
lingkup pekerjaan, atau spesifikasi.
c. Merencanakan jenis kontrak yang cocok dengan sifat kebutuhan dan sifat
barang/jasa.
d. Membuat daftar harga yang lebih lengkap dan sesuai dengan lingkup kerja atau
spesifikasi, dan
e. Menyusun sistem evaluasi kinerja penyedia dengan lebih baik.
Gambar di atas merupakan contoh potensi kinerja para penyedia. Gambar tersebut
menunjukkan ada 5 (lima) penyedia yang diplot ke dalam grafik untuk suatu jenis
barang/jasa tertentu. Penyedia yang masuk dalam daftar penyedia adalah penyedia yang
tidak saja mempunyai potensi kinerja unggul secara teknis dan wajar dalam harga jual
(tidak didasarkan pada penawaran harga dalam proses pemilihan penyedia), namun juga
mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjual barang/jasa dan bekerjasama dengan
pembeli. Dengan kemampuan dan motivasi yang tinggi, diharapkan penyedia dapat
menyelesaikan kewajibannya secara memuaskan sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dalam praktek dan menurut rujukan beberapa sumber buku, daftar penyedia
barang/jasa dapat membagi penyedia barang/jasa ke dalam beberapa kategori,
misalnya sebagai Approved Supplier, Preferred Supplier, dan Emergency
Supplier.
1) Approved Supplier adalah para penyedia yang sudah lulus dan mampu setelah masuk
ke daftar penyedia barang/jasa, namun belum mendapakan pekerjaan. Sehingga
belum terbukti apakah dapat melaksanakan kewajibannya dengan kinerja yang
memuaskan.
2) Preferred Supplier adalah para penyedia yang terdaftar dalam daftar penyedia
barang/jasa dan telah mendapatkan pekerjaan serta melaksanakan kewajibannya
seperti dalam kontrak secara memuaskan.
3) Emergency Supplier adalah sebagian dari para penyedia dalam kategori Preferred
(atau juga Approved bila tidak ada yang berada dalam Preferred) yang dipakai sebagai
rujukan pertama bila terjadi kondisi darurat (emergency). Jenis penyedia ini sangat
diperlukan sebagai bagian dari rencana keberlanjutan bisnis (Business Continuity
Plan) dari organisasi pembeli untuk menghindari kerugian yang lebih besar atau
bahkan berhentinya operasi atau kegiatan organisasi. Penyedia dengan kategori ini,
dipilih berdasarkan hubungan bisnis yang lama, dapat diandalkan jaminan pasokan
(security of supply), dan mempunyai kemampuan menyediakan barang/jasa dengan
variasi produk (product range) yang lebar.
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa pemerintah pada dasarnya menganut pola pikir
yang sama dengan apa yang telah diuraikan di atas. Penyusunan daftar penyedia
barang/jasa pemerintah dilakukan dengan mempertimbangkan sifat kebutuhan dan sifat
barang/jasa itu sendiri dari sudut pandang Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai pembeli. Dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi bentuk daftar penyedia
barang/jasa yang akan disusun. Hal tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 7. 1 Bentuk Daftar Penyedia
PENGERTIAN
Kamus Besar Bahasa Indonesias (KBBI) mendefinisikan negosiasi sebagai berikut:
‘Negosiasi/ne·go·si·a·si/négosiasi/n 1) proses tawar- menawar dengan jalan berunding guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak
(kelompok atau organisasi) yang lain; 2) penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antara pihak yang bersengketa’; (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
Dalam konteks umum, negosiasi adalah proses tawar-menawar antara dua pihak atau
lebih, masing-masing dengan sudut pandang dan tujuan sendiri, berusaha untuk mencapai
kesepakatan yang saling memuaskan, atau penyelesaian masalah yang menjadi perhatian
bersama. Dalam konteks pengadaan, negosiasi adalah proses yang mengantarkan kepada
kesepakatan tentang kondisi kontrak, melalui diskusi antara pemilik pekerjaan atau
pembeli dan penyedia barang/ jasa atau penjual.
Berdasarkan definisi-definisi pada referensi di atas, dapat diuraikan unsur-unsur
negosiasi sebagai berikut:
a. Merupakan sebuah proses
b. Melibatkan orang-orang dari dua pihak atau lebih
c. Mempunyai kepentingan bersama
d. Terdapat pertukaran sumber daya atau informasi, baik dengan cara
tawar menawar atau pertukaran
e. Bertujuan mencapai kesepakatan
Negosiasi tidak hanya sebagai proses untuk mendapatkan harga terendah, namun
penawaran yang memenuhi dan tunduk pada persyaratan. Negosiasi sebagai bagian
penting dari strategi pengadaan atau pembelian. Negosiasi yang efektif harus
menghasilkan biaya yang efisien, perjanjian yang adil, tahan lama, memenuhi kebutuhan
yang sah dari kedua belah pihak dan meningkatkan (atau setidaknya tidak merusak)
hubungan antara pihak.
Negosiasi dapat dilakukan atas berbagai aspek yang terdapat di dalam penawaran
penyedia barang/jasa, diantaranya adalah:
a. Aspek dukungan teknis – jaminan, layanan purna jual selama umur pemakaian,
perjanjian pemeliharaan.
b. Aspek keuangan – dukungan bank, syarat pembayaran, diskon, jadwal pembayaran,
biaya perjalanan, denda pembatalan.
c. Aspek manajemen risiko – jaminan keuangan, asuransi, jaminan, standar pelayanan,
klausa pencairan kerusakan.
d. Aspek informasi manajemen - akses ke informasi, pelaporan, dokumentasi, kehadiran
pada rapat kemajuan pekerjaan.
e. Aspek dukungan pemerintah - pemerintah menyediakan fasilitas dan informasi, akses
ke pemerintah.
f. Kerangka waktu - tanggal penyelesaian, tanggal pengiriman, waktu penyelesaian,
panjang kontrak.
g. Insentif kinerja
h. Hal-hal umum termasuk kemasan dan pengiriman, pengaturan subkontrak.
Aspek-aspek yang dapat dinegosiasi sebagaimana diuraikan di atas, dilakukan bilamana
memang belum ditetapkan di dalam dokumen pemilihan dan terbuka ruang untuk
dilakukannya negosiasi. Dalam melakukan negosiasi atas berbagai aspek tersebut, sambil
dipertimbangkan pengaruhnya terhadap harga penawaran yang telah disampaikan. Dapat
pula langsung diikuti dengan negosiasi harga.
Negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan proses penyepakatan
bersama antara Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dengan Penyedia terkait dengan
harga dan kualitas teknis. Materi pokok yang menjadi objek negosiasi pada Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah adalah kualitas teknis barang/jasa dan harga. Pada pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah, negosiasi dapat diterapkan pada:
1) Seleksi Jasa Konsultansi.
2) Penunjukan Langsung.
3) Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat.
4) Pengadaan Langsung dengan bentuk kontrak SPK.
5) E-Purchasing (pembelian melalui Katalog Elektronik).
6) Proses pencantuman Penyedia Katalog Elektronik.
7) Tender dengan Metode Pemasukan Penawaran Dua Tahap (pada
penyetaraan teknis).
8) Pelaksanaan tender pengadaan barang/jasa lainnya dimana peserta
yang memasukan dan lulus evaluasi teknis hanya 1(satu) peserta.
9) Pelaksanaan tender pekerjaan konstruksi dimana peserta yang lulus
evaluasi teknis hanya 1(satu) peserta.
Selain itu dapat dilakukan selama pelaksanaan kontrak ketika timbul hal-hal yang
sebelumnya tidak diatur atau berbeda dengan yang tercantum di dalam kontrak.
TUJUAN NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
Tujuan dilakukannya negosiasi dalam pengadaan barang/jasa dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sebelum pelaksanaan kontrak:
1) Untuk memperjelas masalah dan batasan-batasan para pihak;
2) Untuk mengembangkan lingkup pekerjaan (jenis, volume, jangka waktu) pada
kontrak dan memperdalam pemahaman antara pihak-pihak;
3) Untuk memperbaiki tawaran saat ini (misalnya harga, kondisi, tingkat layanan);
4) Perlunya eksplorasi oleh para pihak yang akan berkontrak, jika terdapat kondisi
yang tidak biasa atau kompleks; dan/atau
5) Ketika risiko substansial teridentifikasi dalam pengadaan dan pihak-pihak yang
akan berkontrak mencari cara untuk mengurangi atau mentransfer paparan
risiko.
b. Selama pelaksanaan kontrak:
1) Bila ada kekhawatiran terhadap kinerja penyedia, adalah lebih baik untuk
bernegosiasi dan memecahkan masalah, daripada menempuh proses litigasi;
2) Ketika terdapat variasi kontrak atau perubahan kontrak, maka mungkin
diperlukan negosiasi syarat dan kondisi untuk variasi atau perubahan; dan/atau
3) Ketika kondisi yang tidak biasa atau kompleks muncul, dan ini perlu dieksplorasi
oleh para pihak.
Selain itu, pada pengadaan barang/jasa pemerintah tujuan dilakukannya negosiasi adalah:
a. Memperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Meyakinkan kejelasan substansi teknis, metode, dan biaya dengan memperhatikan
kesesuaian antara bobot pekerjaan dengan tenaga ahli dan/atau tenaga pendukung
yang ditugaskan, serta mempertimbangkan kebutuhan perangkat / fasilitas
pendukung yang proporsional guna pencapaian hasil kerja yang optimal.
c. Mewujudkan akuntabilitas proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
d. Memberikan ruang kebebasan dalam menetapkan isi kesepakatan pada penentuan
harga dan kualitas teknis namun tetap pada koridor ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif dengan mempertahankan
kebutuhan yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan
penyedia.
PENGERTIAN
Pengadaan barang/jasa pemerintah pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja pemerintah yang memiliki
karakteritik yang beragam. Dengan karakteristik yang beragam tersebut, untuk memenuhi
kebutuhan barang/jasa pada masing-masing unit kerja, mungkin akan dilakukan dengan
cara yang beragam pula. Cara memperoleh barang/jasa tersebut ada yang dapat
menggunakan persyaratan-persyaratan pengadaan barang/jasa yang umum, ada pula
yang membutuhkan persyaratan pengadaan barang/jasa yang lebih khusus dan/atau
spesifik. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan persyaratan khusus dan/atau
spesifik diterapkan pada antara lain:
a. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
b. Tender/seleksi internasional; dan
c. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Selain itu, pada Peraturan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
juga terdapat ketentuan tentang Pengadaan Khusus. Dimana yang termasuk dalam
Pengadaan Khusus ini adalah pengadaan barang/jasa yang perlu dibedakan ketentuan-
ketentuannya karena tidak memungkinkan penerapan secara umum ketentuan Peraturan
Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah akibat suatu keadaan tertentu, yang
meliputi:
a. Pengadaan barang/jasa dalam
rangka penanganan keadaan darurat;
b. Pengadaan barang/jasa di luar negeri;
c. Pengadaan barang/jasa yang dikecualikan;
d. Penelitian;
e. Tender/seleksi internasioanal; dan
Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri.
Tender/seleksi Internasional
Tender/ Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan peserta
pemilihan dapat berasal dari pelaku usaha nasional dan pelaku usaha asing.
Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan sebagaimana pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. 1 Batasan Tender/Seleksi Internasional
Tender/ Seleksi Internasional dilaksanakan untuk nilai kurang dari batasan diatas dalam
hal tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan.
Perusahaan asing yang mengikuti Tender/Seleksi Internasional dengan syarat antara lain:
a) Kerja sama usaha dengan perusahaan nasional dalam bentuk konsorsium, subkontrak
atau bentuk kerja sama lainnya dalam pembuatan suku cadang dan pelaksanaan
pelayanan purnajual.
b) Diumumkan dalam situs web Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah dan situs
web komunitas internasional (contohnya www.dgmarket.com).
c) Dokumen Pemilihan melalui Tender/Seleksi Internasional sekurang-kurangnya
ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam hal
terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pemilihan dokumen yang
berbahasa Indonesia dijadikan acuan
d) Pembayaran kontrak melalui Tender/Seleksi Internasional dapat menggunakan mata
uang Rupiah dan/atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
PENGADAAN KHUSUS
PENGADAAN BARANG/JASA DALAM RANGKA PENANGANAN KEADAAN
DARURAT
Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat adalah kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa dalam masa status keadaan darurat yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas
untuk menanggulangi bencana, sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana. Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk keselamatan/
perlindungan masyarakat atau warga negara Indonesia yang berada di dalam negeri dan
luar negeri yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan harus dilakukan segera.
Keadaan darurat sebagaimana yang dimaksud meliputi:
1) Keadaaan yang disebabkan oleh bencana alam, bencana non alam dan/atau bencana
sosial setelah ditetapkan Status Keadaan Darurat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain namun tidak terbatas berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain namun tidak terbatas berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror antara lain namun tidak
terbatas berupa bantuan untuk korban konflik.
2) Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan Pada suatu situasi dimana
diperlukan operasi pencarian dan pertolongan lintas institusi yang bersifat segera,
misalnya: kecelakaan pesawat yang jatuh/hilang di laut/hutan, dll.
3) Kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu pelayanan publik Pada suatu
situasi dimana terdapat sarana/prasarana publik yang secara insidentil atau
mendadak mengalami kerusakan/gangguan sehingga pelayanan publik terganggu
secara signifikan/terhenti dan harus segera dikembalikan fungsinya pada kondisi
normal, misalnya: jembatan penghubung antar wilayah yang terputus akibat faktor
masa manfaat, kondisi alam atau mengalami efek ikutan dari wilayah yang terkena
bencana.
4) Bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, perkembangan situasi politik dan
keamanan diluar negeri yang memiliki dampak langsung langsung terhadap
keselamatan dan ketertiban warga negara Indonesia di luar negeri, misalnya:
evakuasi WNI dari negara yang sedang mengalami peperangan.
5) Pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang terkena bencana, misalnya:
bantuan kemanusian berupa barang dan/atau tenaga medis terhadap pengungsi di
Negara XYZ akibat bencana alam.
6) Keadaan selain yang disebabkan oleh bencana setelah ditetapkan Status Keadaan
Darurat oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Perangkat Daerah yang terkait.
Keadaan darurat bencana alam, bencana non alam, dan/atau bencana sosial meliputi:
a) Siaga darurat
Siaga darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Contoh: sewa/kontrak rumah/ruangan untuk pos komando siaga
darurat bencana.
b) Tanggap darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Contoh: makanan siap saji (nasi bungkus, roti, makanan kemasan kaleng, dan
sejenisnya).
c) Transisi darurat ke pemulihan
Transisi sampai pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan
upaya rehabilitasi.
Contoh: Tempat hunian masyarakat bagi rumah yang
hancur/hilang/hanyut/rusak melalui pembangunan hunian sementara atau
hunian tetap
PENGECUALIAN
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
adalah Pengadaan Barang/Jasa yang ketentuannya dikecualikan baik sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 beserta peraturan perubahannya.
Tahapan proses Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan,
persiapan, pemilihan dan pelaksanaaan kontrak. Pengadaan yang dikecualikan dapat
sebagain atau seluruhnya. Untuk Pengadaan barang/Jasa pada Badan Layanan Umum
(BLU) sebagian dkecualikan yaitu pada proses pemilihannya, dimana dapat ditetapkan
oleh pimpinan BLU. Sedangkan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dalam
ketentuan perundang- undangan lainnya dikecualikan seluruhnya.
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
meliputi:
1) Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD);
2) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif barang/jasa yang
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat;
3) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah
mapan
4) Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
PENELITIAN
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan pemahaman
dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan
kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
Kegiatan penelitian bertujuan untuk memperoleh inovasi dan invensi teknologi. Inovasi
merupakan kegiatan untuk menambah manfaat dari teknologi yang sudah ada contoh
pengembangan ekstrak daun sirsak untuk obat kanker sedangkan invensi adalah kegiatan
untuk menemukan sesuatu teknologi yang baru dan belum ada sebelumnya. Contohnya
penemuan bola lampu (lampu pijar).
Pihak-pihak yang terlibat di dalam penelitian dilakukan oleh:
a) PA/KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penyelenggara
penelitian; dan
b) Pelaksana penelitian terdiri dari:
1. Individu atau kelompok individu meliputi Aparatur Sipil Negara dan Non Aparatur
Sipil Negara, misalnya: penelitian yang dilakukan para ahli penyakit kanker;
2. Kementerian/lembaga/perangkat daerah contoh Balitbangkes Kemenkes, LIPI,
BPPT, BATAN, LAPAN, Badan Penelitian Pertanian Daerah;
3. Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta;
4. Organisasi Kemasyarakatan, misalnya: asosiasi profesi; atau
5. Badan Usaha.
Metode pemilihan pelaksana penelitian yaitu
a) Kompetisi yang dilaksanakan melalui seleksi proposal penelitian oleh tim ahli di
bidangnya yang dibentuk instansi penyelenggara penelitian. Contohnya penelitian
yang telah dimuat di Rencana Strategis Penelitian K/L/D
b) Penugasan ditetapkan oleh penyelenggara penelitian untuk penelitian yang bersifat
khusus. Contohnya penelitian aktual strategis dalam rangka
pengambilan/penyusunan kebijakan.
Dalam melaksanakan penelitian dapat menggunakan anggaran dan/atau fasilitas yang
berasal dari 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) penyelenggara dan kontrak penelitian dapat
dilakukan selama 1 (satu) tahun anggaran atau melebihi 1 (satu) tahun anggaran.
Pembayaran berdasarkan produk keluaran, dapat dilakukan secara bertahap atau
sekaligus sesuai kontrak penelitian. Tahapan kegiatan penelitian terdiri dari:
a) Pengusulan baik untuk proposal baru maupun lanjutan
b) Seleksi proposal yang meliputi evaluasi dokumen proposal baru dan lanjutan,
pemaparan dan pembahasan proposal, kunjungan lapangan dan penetapan
penugasan
c) Penugasan meliputi kontrak penugasan, pelaksanaan penugasan (pengisian catatan
harian, laporan kemajuan, penggunaan anggaran, monev internal dan eksternal
d) Pelaporan meliputi laporan tahunan/akhir, laporan penggunaan anggaran, seminar
hasil, laporan luaran.
Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
PENGERTIAN
Data dan informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengadaan.
Sering ditemukan bahwa istilah data dan informasi digunakan secara tidak tepat atau
sering tertukar penggunaannya padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui perbedaan antara kedua istilah tersebut. Perbedaan
definisi data dan informasi dijelaskan oleh gambar berikut.
MATERI :
JENIS KOMPETENSI MENGELOLA KONTRAK
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1
Oleh:
Inamawati Mastuti Dewi
Budi Bowo Laksono
PENGERTIAN KONTRAK
Perjanjian dalam Hukum Perdata, Kontrak disebut juga sebagai Perjanjian Tertulis.
Perjanjian menurut hukum Perdata diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan di mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Selain itu,
dalam Pasal 1320 KUH Perdata dijelaskan mengenai syarat sah perjanjian:
a) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c) suatu hal tertentu;
d) suatu sebab yang halal.
Menurut International Trade Center (2010), Kontrak (contract) adalah sebuah perjanjian
hukum antara dua pihak atau lebih yang bermaksud untuk membuat suatu hubungan
resmi yang berlaku menurut hukum. Secara lebih populer dapat dikatakan bahwa kontrak
adalah perjanjian secara tertulis antara para pihak untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak, berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 1 ayat 44 adalah perjanjian tertulis
antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau Pelaksana Swakelola”. Selain itu,
menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi nomor 2 tahun 2017, kontrak dalam pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur hukum antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
a) Pihak pertama adalah Pejabat Penandatangan Kontrak
(PA/KPA/PPK);
b) Pihak kedua adalah Penyedia atau Pelaksana Swakelola yang telah ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan.
Penyusunan draft kontrak yang dibuat oleh PPK dinamakan Rancangan Kontrak, dengan
memperhatikan Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS). Penetapan rancangan kontrak oleh PPK melalui persetujuan/penetapan
pada lembar ringkasan rancangan kontrak. Spesifikasi Teknis/KAK, HPS dan Rancangan
Kontrak yang telah ditetapkan oleh PPK menjadi Dokumen Persiapan Pengadaan,
kemudian disampaikan kepada UKPBJ untuk dilaksanakan pemilihan penyedia. Dalam
penyusunan rancangan kontrak melalui swakelola, dibahas di modul jenis kompetensi
Mengelola Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola.
3. Jenis Kontrak
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan jenis kontrak adalah karakteristik
pekerjaan, jenis barang/jasa, spesifikasi teknis/KAK, volume, lama waktu pelaksanaan,
dan/atau kompleksitas dan risiko pekerjaan. Jenis kontrak dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah sesuai Perpres Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 27 dibagi menjadi beberapa jenis
sebagai berikut:
Jenis kontrak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jenis Kontrak Barang Pekerjaan Jasa Jasa Jasa
Konstruksi Lainnya Konsultansi Konsultan
Konstruksi
1. Lumsum √ √ √ √ √
2. Harga Satuan √ √ √
3. Gabungan Lumsum dan √ √ √
Harga Satuan
4. KontrakPayung √ √ √
5. Biaya Plus Imbalan √ √ √
6. Putar Kunci √
7. Waktu Penugasan √ √
Contoh pekerjaan:
1) Pengawasan Pembangunan;
2) Penasihat;
3) Pendampingan;
4) Pengembangan system/aplikasi yang kompleks;
5) Monitoring;
Survei/pemetaan yang membutuhkan telaahan mendalam.
Kontrak Ruang lingkup: Digunakan untuk mengikat Penyedia Jasa Konsultansi dalam
Payung periode waktu tertentu untuk menyediakan jasa, dimana waktunya belum
dapat ditentukan, dan telah memenuhi/lulus persyaratan yang ditetapkan.
Contoh pekerjaan:
1) Penasihatan hukum;
2) Penyiapan proyek strategis nasional;
3) Penyiapan proyek dalam rangka kerjasama pemerintah dan badan
usaha.
Lebih lanjut, PPK dapat menggunakan kontrak selain jenis kontrak yang dijabarkan diatas,
disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilaksanakan. Di dalam
menetapkan jenis kontrak tersebut, PPK harus memperhatikan prinsip efesien, efektif dan
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kontrak Tahun Jamak
Merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang membebani lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kontrak Tahun Jamak dapat berupa:
a. Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih dari 1
(satu) tahun anggaran; seperti:
1) Pekerjaan Konstruksi: proyek pembangunan infrastruktur yang dimulai pada 28
Maret 2021 sampai dengan 12 Desember 2022;
2) Pekerjaan Konstruksi: jalan, jembatan, waduk, gedung dengan jangka waktu
pekerjaan 15 bulan;
3) Jasa Lainnya: jasa perbaikan dan pemeliharaan radar cuaca yang membutuhkan
jangka waktu 17 bulan;
4) Jasa Konsultansi: pembuatan sistem informasi Government Resource Planning
dengan jangka waktu pekerjaan dari 12 Maret 2020 sampai dengan 24 November
2021.
b. Pekerjaan yang penyelesaiannya tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan tetapi
pelaksanaannya membebani lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran, seperti:
1) pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya bergantung pada musim penanaman
benih/bibit, penghijauan; atau
2) pengadaan barang/jasa yang layanannya contoh pekerjaan pembangunan
rehabilitasi bangunan yang mendesak untuk dibuat dengan jangka waktu
pekerjaan 17 Oktober 2021 sampai dengan 13 Februari 2022.
c. Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan paling lama 3 (tiga) tahun Anggaran, seperti:
1) Pengadaan barang/jasa yang bersifat rutin dan selalu berulang setiap tahunnya,
seperti pengadaan kertas, tinta printer, obat- obatan;
2) Pengadaan jasa layanan yang tidak boleh terhenti misalnya pelayanan angkutan
perintis darat/laut/udara, layanan pembuangan sampah, sewa kantor, jasa
internet/jasa komunikasi, atau pengadaan jasa pengelolaan gedung. Sewa gedung
selama 3 tahun sekaligus tentunya akan menjadi lebih efektif dibandingkan di
lakukan perpanjangan kontrak tiap tahun.
3) Pengadaan Jasa Boga untuk lembaga
pemasyarakatan/Panti Jompo/Rumah Sakit
4) Pengadaan Outsource Building Management, Security dan Cleaning Service
4. Bentuk Kontrak
Pejabat Penandatangan Kontrak menetapkan bentuk kontrak dengan memperhatikan
nilai kontrak dan jenis pengadaan. Bukti pendukung untuk masing-masing kontrak
diatur sesuai dengan peraturan Menteri yang menyelenggarkan urusan pemerintah di
bidang keuangan negara atau peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan di
bidang pemerintahan dalam negeri.
Tabel 2.6. Bentuk Kontrak Berdasarkan Jenis Pengadaan barang/Jasa
3 Surat Perintah > 50 juta sd ≤ 200 juta > 50 juta sd 200 ≤ 100 juta
Kerja (SPK) 200 juta juta
4 Surat > 200 juta > 200 juta > 200 juta > 100 juta
Perjanjian
5 Surat Tidak ada batasan nilai kontrak untuk E- -
Pesanan Purchasing/Toko Daring
a. Bukti Pembelian/Pembayaran
Bukti pembelian/pembayaran merupakan dokumen yang digunakan sebagai
pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai kontrak paling banyak
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Contoh bukti pembelian/pembayaran
antara lain faktur/bon/Invoice, struk, dan nota kontan.
Adapun isi minimal bukti pembelian dijelaskan pada gambar berikut:
• Identitas Penyedia
• Dilakukan dengan cara pembelian langsung tanpa negosiasi teknis danharga
• Nilai pembelian
• Jenis dan jumlah barang/jasa
• Pengadaannya dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan
• Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui
b. Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti transaksi
pembayaran yang diterima oleh Penyedia dengan berbagai ketentuan
pembayaran untuk pengadaan barang/jasa lainnya dengan nilai kontrak paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
Identitas para pihak
Nilai pembelaian
Jenis dan jumlah barang/jasa
Tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang berlaku
Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui
d. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara kedua belah pihak
tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban. Surat Perjanjian digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit
di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan
2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
1. Identitas para pihak
2. Nilai pembelian/nilai kontrak
3. Jenis dan jumlah barang/jasa
4. Hak dan kewajiban menjadi lampiran dari surat perjanjian dalam bentuk yang
lebih rinci (SSUK, SSKK, Spesifikasi, dan Dokumen lain)
5. Kata penutup dan ruang tanda tangan para pihak di atas materai
e. Surat Pesanan
Surat pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan melalui e-
purchasing, pembelian melalui katalog elektronik dan toko daring dan pemesanan
barang/jasa melalui proses pengadaan dengan jenis kontrak payung. Untuk
pengadaan barang/jasa tertentu yang membutuhkan pengaturan kontrak yang lebih
rinci atau diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam proses pembayaran
maka Surat Pesanan ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat
Perjanjian.
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
1. Identitas para pihak
2. Nilai pembelian
3. Jenis dan jumlah barang/jasa
4. Hak dan kewajiban
f. Naskah Perjanjian
Terdiri dari:
Pendahuluan
a. Judul Kontrak
Menjelaskan jenis barang/jasa dan judul kontrak yang akan ditandatangani
b. Jenis Kontrak
Mencantumkan jenis kontrak pengadaan barang/jasa yang telah ditetapkan
(dapat menjadi bagian di dalam judul atau dapat menjadi bagian tersendiri
setelah nilai kontrak)
c. Nomor Kontrak
Menjelaskan nomor kontrak yang akan ditandatangani. Apabila kontrak
merupakan perubahan kontrak, maka nomor kontrak harus berurut sesuai
dengan berapa kali mengalami perubahan.
d. Tanggal Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan dan tahun kontrak ditandatangani oleh para
pihak. Tanggal kontrak tidak boleh mendahului tanggal Surat Penunjukan
Penyedia barang/Jasa (SPPBJ).
e. Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat dalam kontrak yang menjelaskan bahwa pihak pada hari,
tanggal, bulan dan tahun membuat dan menandatangani kontrak.
f. Para Pihak dalam Kontrak
Menjelaskan secara rinci dan menerangkan hal yang sebenarnya identitas para
pihak yang meliputi nama, jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam
kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak kedua.
Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
- Pihak pertama adalah pihak Pejabat Penandatangan Kontrak
(PA/KPA/PPK);
- Pihak kedua adalah pihak Penyedia yang telah ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan;
- Menjelaskan pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama siapa dan
dasar kewenangannya; dan
- Apabila pihak kedua dalam kontrak merupakan
suatu konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain maka harus dijelaskan nama
bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya dan siapa yang memimpin dan
mewakili kerjasama tersebut.
g. Latar Belakang
Bagian ini menjelaskan informasi bahwa telah dilaksanakan pemilihan penyedia
dan Pejabat Penandatangan Kontrak telah menunjuk Penyedia melalui SPPBJ
Isi
Berisi pernyataan bahwa:
a. Para pihak telah sepakat atau setuju mengadakan Kontrak sesuai dengan objek
yang di Kontrak.
b. Para pihak telah menyepakati besarnya harga Kontrak dalam Kontrak, yang
ditulis dengan angka dan huruf, serta rincian sumber pembiayaannya.
c. Berisi ruang lingkup utama pada kontrak yang merupakan output dari kontrak
d. Nilai perjanjian dan pembayaran yang ditulis dengan angka dan huruf, serta
perincian pendanaan tahunan (apabila kontrak tahun jamak), dan nomor
rekening tujuan pembayaran
5. Uang Muka
PPK dapat memberikan uang muka kepada Penyedia pada seluruh jenis barang/jasa.
Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan, antara lain:
a. mobilisasi barang/bahan/material/peralatan dan tenaga kerja;
b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/bahan/material/alat;
dan/atau,
c. pekerjaan teknis yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan.
Besaran persentase dari nilai kontrak sebagaimana yang dimaksud berdasarkan
Lampiran 1 dan 2 Peraturan Lembaga Nomor 12 Tahun 2021, dapat diberikan uang
muka kepada Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai berikut:
Setiap pemberian uang muka harus disertai dengan penyerahan jaminan uang muka
senilai uang muka yang diberikan. Pengembalian uang muka harus diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan
dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus
persen).
6. Jaminan Pengadaan
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa berfungsi untuk pengendalian dan mitigasi resiko
atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya proses pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa, baik pada tahap pemilihan Penyedia dan pelaksanaan Kontrak. Jaminan
Pengadaan diterbitkan dan akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta Tender
atau Penyedia tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Pemilihan atau Dokumen Kontrak.
2 Jaminan Penawaran - - -
3 Jaminan Pelaksanaan - -
4 Jaminan Pemeliharaan - - -
6 Sertifikat Garansi - - - -
7. Sertifikat Garansi
Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan barang maka
Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual yang
menyatakan adanya jaminan ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan
purna jual dengan durasi sesuai dengan kebijakan dari masing-masing produsen
barang tersebut.
8. Sertifikat/Dokumen dalam rangka Pengadaan Barang Impor
Pengadaan barang impor adalah barang yang diimpor untuk kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa. Pengadaan barang impor harus mencantumkan persyaratan
kelengkapan dokumen barang:
1) Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement
dari pabrikan/prinsipal di negara asal;
2) Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin); dan
3) Sertifikat Produksi.
Persyaratan Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement dari
pabrikan/prinsipal di negara asal dicantumkan dalam dokumen pemilihan
dengan diserahkan oleh peserta tender/seleksi kepada Pokja Pemilihan
bersamaan dengan penyampaian dokumen penawaran.
Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) dan Sertifikat Produksi diserahkan oleh
Penyedia kepada PPK pada saat serah terima pekerjaan. Persyaratan Surat
Keterangan Asal (Certificate of Origin) dan Sertifikat Produksi dicantumkan dalam
rancangan kontrak
9. Penyesuaian Harga
PPK menyusun penyesuaian harga dalam rancangan Kontrak. Penyesuaian harga
diberlakukan Untuk Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan untuk
Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya, dan jenis Kontrak berdasarkan Waktu
Penugasan untuk Jasa Konsultansi. Berikut merupakan tata cara perhitungan
penyesuaian harga yang dicantumkan di dalam Dokumen Pemilihan dan/atau
perubahan Dokumen Pemilihan:
1) Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan;
2) Penyesuaian harga diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
pelaksanaan pekerjaan;
3) Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh
kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan,
biaya tidak langsung
(overhead cost), dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam
penawaran. Harga satuan timpang adalah harga satuan penawaran yang
melebihi 110% (seratus sepuluh persen) dari harga satuan HPS, dan
dinyatakan harga satuan timpang berdasarkan hasil klarifikasi;
4) Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
yang tercantum dalam Kontrak/adendum kontrak;
5) Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang
tersebut;
6) Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya
adendum Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke- 13
(tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani;
7) Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan Kontrak terlambat disebabkan
oleh kesalahan Penyedia adalah indeks terendah antara jadwal Kontrak dan
realisasi pekerjaan;
Perhitungan penyesuaian harga satuan menggunakan rumus sebagai
berikut:
2
pekerjaan telah mencapai 100%,
1/1000 1/1000
Dari Harga kontrak Dari Sisa Bagian kontrak
per hari dari bagian kontrak apabila per hari dari total nilai kontrak,
penyelesaian masing-masing apabila penyelesaian masing-
pekerjaan yang tercantum pada masing pekerjaan yang tercantum
bagian kontrak tersebut tidak pada bagian kontrak tersebut
tergantung satu sama lain dan tergantung satu sama lain dan tidak
memiliki fungsi yang berbeda, dimana memiliki fungsi yang berbeda,
fungsi masing-masing bagian kontrak dimana fungsi masing- masing
tersebut tidak terkait satu sama lain bagian kontrak tersebut terkait satu
dalam pencapaian kinerja pekerjaan. sama lain dalam pencapaian kinerja
pekerjaan.
Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 (Pasal 85) dijelaskan bahwa
Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia dalam pelaksanaan
Kontrak dapat dilakukan melalui Non Litigasi yaitu melalui Layanan Penyelesaian
Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LPS PBJP), Dewan Sengketa
Konstruksi, penyelesaian melalui pengadilan dan Arbitrase.
15. Finalisasi Kontrak
Dalam finalisasi dokumen kontrak, akan membahas mengenai redaksional,
substansi, bahasa, angka dan huruf dokumen kontrak, persiapan penandatanganan
kontrak, ketentuan penandatangan kontrak, tata cara pendokumentasian dokumen
kontrak, dan arsip dokumen.
Sebelum memulai, penting untuk dijelaskan tentang bagaimana proses finalisasi
dokumen kontrak di organisasi pemerintah, untuk memberikan gambaran
pemahaman secara lebih rinci. Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, proses
finalisasi dokumen kontrak dilakukan setelah proses pemilihan penyedia selesai,
POKJA Pemilihan menyampaikan hasil dokumen pemilihan kepada PPK. PPK
kemudian melakukan finalisasi dokumen kontrak. Perlu dingat bahwa proses
finalisasi kontrak tidak boleh merubah rancangan kontrak.
Redaksional dokumen kontrak adalah suatu proses yang dilakukan guna menyusun
kata, struktur kalimat, dan sistematika naskah kontrak. Redaksional meliputi
berbagai aspek mulai dari pengumpulan ide, penilaian (assessment), evaluasi,
pengubahan atau penambahan (editing), pengecekan kesalahan gramatikal,
keserasian, dan ketepatan dalam penempatan bagian-bagian kontrak.
Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pengelola Kontrak PBJP lainnya adalah sebagai berikut:
1) Menerima dan mengkaji setiap permintaan terkait dengan kelengkapan dokumen
dam spesifikasi barang/jasa yang diperlukan oleh pengguna pekerjaan dalam acara
berita serah terima pekerjaan.
2) Membuat rencana dan melakukan negosiasi dalam hal diperlukan.
3) Menyampaikan dokumen kontrak yang telah disahkan oleh pejabat berwenang/PPK
kepada penyedia barang/jasa. Meyakinkan bahwa dokumen kontrak diterima dengan
baik tanpa ada pengecualian.
4) Mengawasi perkembangan penyerahan barang/jasa sampai dilakukannya berita
acara serah terima.
5) Memfasilitasi jika terdapat perselisihan dan perubahan dokumen kontrak untuk
mendapatkan pengesahan dari senior manajemen.
6) Membuat laporan kegiatan yang berkaitan dengan dokumen kontrak atau laporan
bulanan, kuartal dan laporan akhir.
h. Mobilisasi
1) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan sesuai waktu yang
ditetapkan.
2) Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, mobilisasi dilakukan sesuai dengan
lingkup pekerjaan, meliputi:
a) mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
b) mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,
gudang, dan sebagainya; dan/atau
c) mendatangkan personil.
3) Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan,
meliputi:
a. mendatangkan tenaga ahli;
b. mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau
c. menyiapkan peralatan pendukung.
4) Mobilisasi bahan/material, peralatan dan personil dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.
i. Pemeriksaan Bersama
1) Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, para pihak bersama-
sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan melakukan pengukuran
dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan
dan rencana mata pembayaran.
2) Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim teknis dan PPK
dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
3) Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila dalam
pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak, maka harus
dituangkan dalam adendum Kontrak
j. Proses Pengendalian Kontrak
Berkenaan dengan proses pengendalian kontrak, proses ini dapat dilakukan pada
jenis pengadaan apapun, tidak hanya konstruksi. Untuk pengadaan barang/jasa
lainnya/konstruksi yang tidak memiliki pedoman cara mengendalikan kontrak, PPK
dapat membuat sendiri mekanismenya disesuaikan dengan karakteristik
barang/jasanya. Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap
pelaksanaan Kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain yang ditunjuk.
Pengawasan/pengendalian Kontrak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama oleh:
1) PPK;
2) Konsultan pengawas dan kosultan perencana untuk pekerjaan
konstruksi; pihak ketiga yang independen diluar pekerjaan
konstruksi
3) Penyedia; dan/atau
4) Pengguna akhir.
Dalam hal terjadi deviasi antara realisasi dengan target pelaksanaan Kontrak atau
terjadi Kontrak Kritis maka para pihak melakukan Rapat Pembuktian (Show Cause
Meeting/SCM). PPK memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan perbaikan target
dan realisasi pelaksanaan pekerjaan. Penting untuk dipahami agar pengendalian
kontrak dapat dilakukan sepanjang waktu, tidak hanya pada saat melakukan SCM,
untuk menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan durasi yang kontrak
dan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Dalam pengendalian,
kontrak dinyatakan kritis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari Kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 10%.
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari Kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 5%.
3) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari Kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan
kurang dari 5% dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.
4) Pada saat kontrak dinyatakan kritis, Pengawas Pekerjaan memberikan peringatan
secara tertulis kepada Penyedia an selanjutnya menyelenggarakan Rapat
Pembuktian (SCM) tahap I.
Apabila Penyedia tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada SCM maka PPK
mengeluarkan Surat Peringatan kepada Penyedia. Dalam hal telah dikeluarkan Surat
Peringatan ketiga dan Penyedia dinilai tidak mampu mencapai target yang ditetapkan,
maka PPK dapat melakukan pemutusan Kontrak secara sepihak dan memberikan
sanksi kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku.
m. Perubahan Kontrak
Perubahan kontrak harus memperhatikan proses pelaksanaan pekerjaan sering
dihadapkan pada perubahan kondisi lapangan, akibat ketidaksesuaian gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang tertuang dalam dokumen kontrak. Perubahan-
perubahan kondisi lapangan, baik terjadi di awal, pertengahan, dan akhir pekerjaan.
Perubahan tersebut dapat disebabkan dari permintaan pemilik anggaran, penyedia
atau pihak lain. Hal ini mengakibatkan perencanaan harus di ubah, terutama apabila
kondisi lapangan yang ada tidak memungkinkan sehingga terjadi perubahan desain
atau lazim disebut dengan change order (perubahan kontrak). Perubahan kontrak
dapat dilakukan untuk semua jenis kontrak.
Hal-hal yang terkait dengan perubahan kontrak pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu perubahan yang bersifat administratif dan perubahan yang bersifat
substantif. Perubahan administratif antara lain pergantian PPK atau pergantian
direktur, perubahan alamat, perubahan nomor rekening penerima dan lain lain.
Perubahan yang bersifat substantif jika terdapat perbedaan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia dapat melakukan
perubahan kontrak antara lain:
1) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam Kontrak;
2) Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
3) Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan
kondisi lapangan; dan/atau
4) Mengubah jadwal pelaksanaan
Tidak semua permintaan perubahan kontrak dapat disetujui oleh pihak yang terkait
dengan pengadaan, yaitu Penandatangan Kontrak, penyedia dan perencana untuk
dilanjutkan menjadi addendum kontrak. Bagi PPK, analisis biaya manfaat mutlak
diperlukan dalam melakukan pertimbangan atas permintaan perubahan kontrak
dengan tetap memperhatikan pemenuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan
menggunakan prinsip-prinsip pengadaan yang antara lain meliputi efektifitas,
efisiensi, transparansi, dan bersifat akuntabel. Jenis kontrak yang dapat dilakukan
perubahan kontrak salah satunya adalah kontrak harga satuan.
Dalam hal perubahan kontrak mengakibatkan penambahan nilai kontrak, perubahan
kontrak dilaksanakan dengan ketentuan penambahan nilai kontrak akhir tidak
melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam Kontrak awal,
sepanjang anggaran tersedia. Untuk pemeriksaan dalam rangka perubahan kontrak,
PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli. Perubahan Kontrak tidak dapat
dilakukan pada masa tambahan waktu penyelesaian pekerjaan (masa denda) akibat
dari keterlambatan setelah waktu pelaksanaan kontrak berakhir.
n. Keadaan Kahar
Pengendalian kontrak dalam keadaan kahar dilakukan dalam hal terjadi suatu
keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam Kontrak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak
menjadi tidak dapat dipenuhi. Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, PPK atau Penyedia memberitahukan tentang
terjadinya Keadaan kahar kepada salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari
atas kejadian atau keadaan yang merupakan keadaan kahar.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat dihentikan atau
dilanjutkan setelah kondisi kahar berakhir. Dalam hal pelaksanaan Kontrak
dilanjutkan, para pihak dapat melakukan perubahan kontrak. Jangka waktu
penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan jangka
waktu terhentinya Kontrak akibat keadaan kahar. Perpanjangan waktu untuk
penyelesaian Kontrak dapat melewati Tahun Anggaran.
p. Pemutusan Kontrak
Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh PPK atau Penyedia untuk
mengakhiri berlakunya Kontrak karena alasan tertentu. Pemutusan kontrak secara
sepihak dapat dilakukan mengecualikan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata dengan
dicantumkan di dalam Kontrak.
1) Pemutusan Kontrak oleh PPK
PPK melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a) Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang berwenang.
b) Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
c) Penyedia berada dalam keadaan pailit;
d) Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum penandatangan
Kontrak;
e) Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat Peringatan
sebanyak 3 (tiga) kali;
f) Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
g) Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
h) berdasarkan penelitian PPK, Penyedia tidak akan mampu menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
untuk menyelesaikan pekerjaan;
i) setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;
j) Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan dalam
Kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta
tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia:
a) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b) Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang Muka
dicairkan (apabila diberikan);
c) Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK karena
kesalahan Penyedia, maka Pokja Pemilihan dapat menunjuk pemenang cadangan
berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia yang mampu dan
memenuhi syarat.
2) Pemutusan Kontrak oleh Penyedia
Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a) Setelah mendapatkan persetujuan PPK, Pengawas pekerjaan memerintahkan
Penyedia untuk menunda pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan pekerjaan,
dan perintah tersebut tidak ditarik selama waktu yang ditentukan dalam
Kontrak.
b) PPK tidak menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk
pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
tercantum dalam Syarat-syarat Kontrak.
q. Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan
kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan
pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan pengenaan sanksi denda keterlambatan. Pemberian kesempatan kepada
Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dituangkan dalam adendum kontrak yang
didalamnya mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia dan
perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).
Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dan dapat
melampaui Tahun Anggaran.
s. Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian sengketa merupakan kesepakatan para pihak dalam kontrak, LKPP
mendorong penyelesaian sengketa melalui LPS karena dinilai paling efektif dan
efisien dalam menyelesaikan sengketa PBJP. Dalam hal terdapat sengketa antara
PPK dengan Penyedia, penyelesaian sengketa akan dilakukan melalui Layanan
Penyelesaian Sengketa yang diselenggarakan oleh LKPP.
Pemilihan metode penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik masing-masing
dimana pemilihannya akan sangat bergantung kepada kebijakan setiap organisasi.
Pada penyelesaian perselisihan melalui pengadilan (litigasi), salah satu pihak
membawa kasus perselisihan ke pengadilan umum untuk diselesaikan secara hukum.
Alternatif lain adalah menyelesaikan persengketaaan melalui arbitrase dimana
penyelesaian sengketa dilakukan oleh badan swasta yang dilakukan di luar
mahkamahseperti, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Arbitrase
Internasional yang ada di negara-negara lain. Dalam rangka mencegah kerugian yang
lebih besar disebabkan oleh proses penyelesaian sengketa yang panjang dan juga
biaya yang ditimbulkan, maka sebaiknya dilakukan melalui Konsultasi, Negosiasi,
Mediasi dan Konsiliasi sebelum masuk ke penyelesaian melalui arbitrase dan litigasi.
Selain itu, untuk penyelesaian sengketa terkait pekerjaan konstruksi dapat
menggunakan alternatif penyelesaian sengketa melalui dewan sengketa konstruksi.
2. Pengumpulan
Bahan dan Data
3. Identifikasi
Masalah
4. Laporan
Pendahuluan
5. Penyusunan
Rancangan
Rekomendasi
6. Laporan Antara
7. Penyempurnaan
Rancangan
Rekomendasi
8. Laporan Akhir
1) Diagram Batang (Bar Chart Diagram) apakah tidak ada kurva S? Jika tidak
ada maka tidak dibuat sebagai poin
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu Diagram Batang
terdiri atas sumbu Y (vertikal) menggambarkan tahapan pekerjaan/
kegiatan dari suatu pekerjaan, dan sumbu X (horisontal) menggambarkan
satuan waktu dalam hari, minggu, atau bulan sebagai durasi untuk masing-
masing tahapan pekerjaan/kegiatan. Maka pada saat dilakukan monitoring
akan terdapat dua jadwal pelaksanaan, yaitu jadwal rencana pelaksanaan
dan jadwal aktual pelaksanaan. Berikut ini adalah salah satu contoh Diagram
Batang yang menyajikan jadwal rencana dan jadwal aktual pelaksanaan
untuk suatu pekerjaan jasa konsultansi.
Aktual
Pengumpulan Rencana
2. Bahan
da
n
Data. Aktual
Identifikasi Rencana
3. Masalah
Aktual
Penyusuna Rencana
5. n
Rancangan Aktual
Rekomendasi
Laporan Rencana
6. Antara
Aktual
Penyempurna Rencana
7. an Rancangan
Rekomendasi Aktual
Rencana
8. Laporan Akhir
Aktual
Penjelasan alur :
1. Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Kontrak,
Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK/PPK untuk
penyerahan hasil pekerjaan.
2. Sebelum dilakukan serah terima, PPK/PPK melakukan pemeriksaan terhadap hasil
pekerjaan, yang dapat dibantu oleh Konsultan Pengawas atau tim ahli dan tim
teknis sebagai Tim Penerimaan Hasil Pekerjaan PBJP.
3. Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan terhadap
kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
4. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil pekerjaan, PPK memerintahkan
Penyedia untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan.
5. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak maka PPK/PPK dan Penyedia menandatangani Berita
Acara Serah Terima.
6. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, PPK/PPK menyerahkan
barang/hasil pekerjaan kepada PA/KPA. Mekanisme serah terima hasil
barang/jasa dari Pejabat Penandatangan Kontrak kepada PA/KPA dilakukan
berdasarkan peraturan perundang- undangan.
Bahwa peran memeriksa kesesuaian antara hasil pengadaan dengan kontrak
sepenuhnya adalah kewenangan dari PPK. Dalam memeriksa hasil serah terima
pengadaan, PPK dapat dibantu oleh Konsultan Pengawas atau tim ahli dan tim teknis.
Terdapat 3 (tiga) jenis pembayaran dalam pengadaan barang/jasa, yaitu sistem
bulanan/sistem termin/pembayaran secara sekaligus. Dalam hal pembayaran dalam
kontrak yang diatur adalah pembayaran secara sekaligus, maka pembayaran dilakukan
oleh PPK kepada Penyedia setelah proses serah terima hasil pengadaan/pekerjaan
selesai.
b) Masa Pemeliharaan
Masa pemeliharaan adalah jangka waktu dimana Penyedia wajib mempertahankan
kondisi barang/jasa tetap seperti saat penyerahan pekerjaan sebagaimana diatur
dalam kontrak. Masa pemeliharaan dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi dan jasa
lainnya, sedangkan dalam pengadaan barang lebih dikenal sebagai masa garansi. Dalam
hal ditemukan kerusakan yang ditemukan pada masa tersebut, maka Penyedia wajib
melakukan perbaikan.
Tahapan yang harus dilakukan PPK dan Penyedia dalam masa pemeliharaan adalah:
1) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga
kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.
2) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir pekerjaan.
3) PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah Penyedia melaksanakan semua
kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK wajib melakukan
pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan.
4) Khusus Pekerjaan Konstruksi:
masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan sejak serah terima pekerjaan pertama (provisional hand over)
dilakukan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan
sejak serah terima pekerjaan pertama (provisional hand over) dilakukan; dan
Contoh bangunan permanen: bangunan gedung perkantoran. Contoh bangunan
semi permanen: bangunan rumah semi permanen untuk penanggulangan
bencana.
masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
5) Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para
pihak dalam Kontrak.
6) Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana
mestinya, maka PPK berhak untuk tidak membayar retensi atau mencairkan
Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan, serta Penyedia
dikenakan sanksi Daftar Hitam.
7) Dalam hal terdapat nilai sisa penggunaan uang retensi atau uang pencairan
Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai Pembiayaan/Pemeliharaan maka PPK
wajib menyetorkan kepada Kas Negara.
8) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak maka PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara
Serah Terima akhir.
9) PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK selama masa
pemeliharaan oleh Penyedia.
10) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.
TATA CARA PENILAIAN KINERJA DAN METODE UNTUK MENILAI KINERJA PENYEDIA
Peraturan Lembaga Nomor 4 tahun 2021 memberikan gambaran mengenai tata cara
penilaian kinerja yang terangkum sebagai berikut:
a. Penilaian Kinerja dilaksanakan oleh PPK melalui SiKAP, atas pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh Penyedia selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan proses pembayaran termasuk masa pemelihraan/garansi jika ada.
b. PPK melakukan Penilaian Kinerja setelah:
1) Penyedia melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK melalui Berita
Acara Serah Terima (BAST) dan/atau Berita Acara Serah Terima Akhir (BAST-A)
untuk pekerjaan barang/jasa yang memerlukan masa pemeliharaan/garansi;
2) PPK menghentikan kontrak karena keadaan kahar dan pekerjaan tidak dapat
dilanjutkan/diselesaikan; atau
3) PPK melakukan pemutusan kontrak karena kesalahan Penyedia.
c. Dalam melakukan penilaian kinerja, PPK dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa, tenaga ahli, dan/atau pihak lain yang kompeten.
d. Penilaian Kinerja pada e-purchasing melalui Toko Daring dilakukan berdasarkan
syarat dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing Toko Daring.
Metode untuk menilai kinerja penyedia antara lain berupa indikator kinerja penyedia.
Indikator kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang diidentifikasi dalam kerangka hasil
kerja. Indikator bisa kuantitatif atau kualitatif. Indikator kuantitatif adalah terukur/bisa
diukur/numerik, misalnya tinggi atau berat badan seseorang. Namun di sisi lain, indikator
kualitatif memerlukan evaluasi namun terkadang agak subyektif. Data kualitatif kadang-
kadang dinyatakan dalam bentuk numerik, mempunyai makna, tetapi angka-angka
tersebut tidak memiliki bentuk fisik secara jelas. Misalnya skor nilai kelulusan ujian.
Ketika mengembangkan indikator kuantitatif atau kualitatif, yang penting adalah bahwa
indikator dibangun dengan cara yang memungkinkan pengukuran yang konsisten setiap
saat.
a. Pentingnya Indikator Kinerja
1) Indikator kinerja memberikan bukti obyektif terjadinya perubahan.
2) Indikator kinerja merupakan jantung pengembangan manajemen kinerja yang
efektif, karena dapat mendefinisikan data yang akan dikumpulkan dan
memungkinkan hasil aktual yang dicapai dapat dibandingkan dengan hasil yang
direncanakan dari waktu ke waktu.
3) Indikator kinerja adalah alat manajemen yang sangat diperlukan untuk membuat
keputusan berdasarkan bukti tentang strategi dan program kegiatan.
b. Proses Penilaian Kinerja Penyedia
Apa yang ingin dinilai dari penyedia bergantung dari apa yang ingin dicapai oleh PPK,
juga bergantung seberapa kompleks pekerjaan dan tipe hubungan bisnis yang
dihadapi dengan penyedia. Melaksanakan penilaian penyedia sangat penting untuk
semua penyedia, karena hal ini menjadi penting untuk menentukan penyedia terbaik
dalam merespon persyaratan yang ditentukan PPK. Penilaian penyedia juga dapat
dilakukan jika terdapat penyedia potensial baru. Jika penilaian bagi suatu penyedia
adalah positif, maka penyedia tersebut dapat dimasukkan pada “daftar penyedia baru
sah” (Jika diperlukan), dan penyedia dapat dimasukkan sebagai penyedia terundang
untuk pekerjaan / kontrak yang baru.
Peraturan Lembaga Nomor 4 Tahun 2021 sendiri juga memberikan gambaran terkait
dengan aspek indikator dan bobot yang dipergunakan untuk penilaian kinerja penyedia,
dengan persentase sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas dengan indikator kesesuaian diberikan bobot 30%;
b. Biaya dengan indikator kemampuan pengendalian biaya diberikan bobot 20%;
c. Waktu dengan indikator ketepatan diberikan bobot 30%;
d. Layanan dengan indikator komunikasi dan tingkat respon diberikan bobot 20%.
Hasil dari penilaian kinerja sendiri dapat dijadikan pertimbangan dalam proses
pengadaan. Lebih lanjut, kementerian/Lembaga/pemerintah daerah juga diharapkan
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja penyedia. Namun, contoh tersebut
bukan merupakan penilaian yang baku dikarenakan untuk menilai kinerja penyedia,
terdapat banyak faktor yang terkait sehingga perlu dilakukan penyesuaian dari instrumen
penilaian kinerja penyedia disesuaikan dengan karakteristik dan ruang lingkup
pekerjaannya.
EVALUASI MATERI POKOK
2. Yang BUKAN merupakan kegunaan dari daftar pengelolaan penyedia
adalah…..
A. Pemilihan penyedia pada proses tender
B. Evaluasi kinerja penyedia secara berkala
C. Sebagai referensi untuk Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKAP)
D. Meminta KIckBack Fee kepada Penyedia
3. Yang BUKAN merupakan tanggung jawab dari penyedia berdasarkan Pasal
17 PerPres 12 Tahun 2021 adalah ….
A. Pengajuan kepada PPK dari penyedia untuk dilakukan Serah Terima
B. Jenjang promosi dari Pelaku Pengadaan
C. Ketepatan Waktu Penyerahan
D. Kualitas Barang/Jasa
4. Tujuan Pokok dari pengukuran kinerja adalah….
A. Mengukur kemampuan finansial penyedia
B. untuk membantu dalam menetapkan standar dan target
C. Mengukur struktur organisasi penyedia
D. Mengukur keberhasilan proses negosiasi
5. Pengukuran kinerja dilakukan untuk hal-hal berikut, keculai…..
A. Penilaian manajemen
B. Penilaian sendiri
C. Perbaikan Berkelanjutan
D. Penilaian kemampuan Pokja Pemilihan
6. Yang BUKAN merupakan alasan mengapa indikator kinerja menjadi penting
adalah. .
A. Indikator kinerja memberikan bukti obyektif terjadinya perubahan
B. Indikator kinerja merupakan jantung pengembangan manajemen
kinerja yang efektif
C. Indikator Kinerja mengukur kemampuan PPK dalam membuat
Spesifikasi teknis/KAK yang tepat
D. Indikator kinerja adalah alat manajemen yang sangat diperlukan untuk
membuat keputusan berdasarkan bukti tentang strategi dan program
kegiatan
MEMAHAMI PERUMUSAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
DALAM BENTUK KUITANSI, BUKTI PEMBAYARAN/PEMBELIAN DAN SURAT
PESANAN
PENGERTIAN
Pengelola Pengadaan perlu memahami Bukti Pembelian/Pembayaran, Kuitansi dan Surat
Pesanan sebagai bagian dari bentuk kontrak. Bukti Pembelian/Pembayaran dan Kuitansi
merupakan produk dari Pejabat Pengadaan, kecuali Surat Pesanan yang merupakan
produk dari Pejabat Pengadaan dan/atau PPK (sesuai dengan ketentuan pelaksanaan E-
Purchasing). Pemahaman ini diperlukan agar tidak keliru pada saat pertanggungjawaban
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, verifikasi bukti kelengkapan pembayaran, dan
tentunya agar menghindari permasalahan yang mungkin terjadi, salah satunya
permasalahan pada saat pelaksanaan audit.
2. Kuitansi
Kuitansi sebagai surat bukti yang menyatakan bahwa telah terjadi penyerahan
sejumlah uang dari yang disebut sebagai pemberi atau yang menyerahkan uang
kepada yang disebut sebagai penerima dan yang harus menandatangani telah
menerima penyerahan uang itu sebesar yang
disebutkan dalam surat itu, lengkap dengan tanggal penyerahan, tempat serta alasan
penyerahan uang itu. Untuk memperkuat tanda bukti tersebut ditempel kan meterai
sebesar yang ditentukan oleh undang-undang perpajakan. Kuitansi sekurang-
kurangnya memuat:
a. Identitas para pihak;
b. Nilai Pembelian;
c. Jenis dan Jumlah Barang/Jasa;
d. Tanda tangan Penyedia diatas materai sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui
3. Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan melalui e-
purchasing atau pembelian melalui toko daring dan katalog elektronik. Rancangan
Surat Pesanan memuat antara lain tetapi tidak terbatas pada:
a. Hak dan kewajiban para pihak,
b. Waktu dan alamat pengiriman barang/pelaksanaan pekerjaan,
c. Harga, pembayaran,
d. Sanksi,
e. Denda keterlambatan,
f. Keadaan kahar,
g. Penyelesaian perselisihan, dan
h. Larangan pemberian komisi
FAKTOR
PERISTIWA PENYEBAB DAMPAK SOLUSI
1. Perumusan Klausal Kelalaian/ket Dokumen Melakukan
Kontrak dalam idaktahuan kontrak tidak pengeceka n
SSUK, akan hal2 lengkap, klausul
SSKK dan yang harus kemungkina n pada draft
naskah dilampirkan terjadinya kontrak
perjanjian dalam kontrak sesuatu hal dengan
tidak lengkap yang peraturan/p
merugikan edoman yang
berlaku
2. Perumusan Isi kontrak adanya niat pihak lain merumuska n
Kontrak hanya mengutamak merasa isi kontrak
menguntung an dirugikan yang dapat
kan salah kepentingan mengakom
satu pihak pihak tertentu odir
kebutuhan
kedua belah
pihak
3. Perumusan Jenis kontrak ketidaktahua kontrak yang memahami
Kontrak yang n/ dibuat tidak ruang lingkup
digunakan kelalaian sesuai dengan pekerjaan dan
tidak sesuai dalam jenis memahami
penentuan pekerjaan jenis kontrak
jenis kontrak yang diadakan serta
termasuk penggunaa
lampirannya nnya secara
lebih
mendalam
4. Perumusan Bahasa keterbatasan potensi merumuska n
Kontrak kontrak penyusunan menimbulka kontrak
menimbulka kalimat, n konflik dengan bahasa
n multitafsir kesengajaan yang dapat
karena adanya dimengerti
maksud dan disepakati
tertentu kedua belah
pihak
5. Perumusan Kontrak belum koordinasi kemungkina n melakukan
Kontrak direvieu oleh internal yang adanya koordinasi
bagian legal sulit, hal-hal yang dengan tim
kesibukan belum legal,
bagian legal dicantumkan penyusuna n
dalam kontrak, standar
hal- hal kontrak
yang bersama tim
belum jelas legal
6. Perumusan Kesalahan kelalaian hasil pengeceka n
Kontrak pembebanan pengadaan mata
mata anggaran tidak anggaran
terbayarkan secara lebih
teliti
7. Perumusan Kesalahan ketidaktahua n adanya kesalahan meningkatk an
Kontrak penentuan terkait sistem pemahama n
sistem ketentuan pembayaran tidak terkait
pembayaran sistem sesuai ketentuan sistem
dalam kontrak pembayaran pembayara n
(%
pembayaran
pertahap)
8. Perumusan Kontrak diatas kelalaian/keti melanggar memahami
Kontrak 100 daktelitian ketentuan aturan terkait
milyar tidak dalam kontrak diatas
direviu oleh perpres, 100
ahli hukum kontrak M,
kemungkina
n belum melakukan
sesuai dengan koordinasi
kebutuhan terkait
masing2 pihak pembentuk
an/penunju
kan ahli
hukum
9. Perumusan Kesalahan kelalaian kontrak tidak melakukan
Kontrak pencantuma n sesuai dengan perbaikan
ruang ruang lingkup kontrak
lingkup pekerjaan sesuai ruang
pekerjaan sesuai yang lingkup
diadakan, pekerjaan
kontrak tidak yang
valid diadakan
10. Pejabat yang kelalaian/keti kontrak tidak melakukan
Persi menandatan daktelitian berlaku pengeceka n
apan gani Kontrak personal yang
Kont bukanlah berwenang
rak personal yang untuk
berwenang menandata
ngani kontrak
sesuai
peraturan
yang berlaku
sebelum
pelaksanaa n
penandata
nganan
kontrak
11. dokumen yang kelalaian/keti kontrak tidak melakukan
Persi dilampirkan daktahuan sesuai, syarat- menyusuna n
apan sebagai syarat yang lampiran2
Kont lampiran diatur kontrak yang
rak kontrak/SPK tidak sesuai sesuai dengan
tidak sesuai dengan jenis jenis
(lampiran pekerjaan pekerjaan
khusus/umu yang diadakan yang akan
m dll) dilakukan
12. Kesalahan kelalaian harga kontrak melakukan
Persi penulisan tidak sesuai pengeceka n
apan harga dengan hasil secara
Kont pekerjaan kesepakatan lebih teliti
rak dalam terhadap
SPK/Kontrak kontrak
pengadaan
yang diadakan
13. Surat Kelalaian menyalahi meningkatk
Persi penunjukan pokja ketentuan an ketelitian
apan penyedia dalam perpres dalam melihat
Kont diterbitkan terkait waktu jadwal
rak melewati kapan Surat
batas waktu penunjukan
sesuai harus
ketentuan dikeluarkan,
tertundanya
hasil
pengadaan
14. Isi dari Surat kelalaian, Tidak sesuai memahami
Persi penunjukan ketidaktahua ketentuan, ketentuan
apan tidak lengkap n tidak dapat terkait Surat
Kont mengakomo Keputusan
rak dir hal-hal
yang harus
diatur dalam
pengadaan
15. Kesalahan Kelalaian Nilai jaminan memahami
Persi perhitungan pokja pelaksanaan aturan terkait
apan nilai jaminan kurang dari nilai jaminan
Kont pelaksanaan yang pelaksanaa n
rak untuk seharusnya
pengadaan
barang/jasa
lainnya
16. Kesalahan Kelalaian Jaminan memahami
Persi penentuan pokja pelaksanaan aturan terkait
apan masa berlaku tidak dapat masa berlaku
Kont jaminan dicairkan jaminan
rak pelaksanaan pelaksanaa n
17. Surat Kelalaian pelanggaran memahami
Persi penunjukan pokja, terhadap segala aturan
apan tidak ketidaktahua ketentuan terkait surat
Kont ditembuskan n pokja perpres penunjukan
rak pada pejabat2
yang terkait
18. Penambaha n kelalaian/keti pelanggaran Pokja
Pengenda nilai daktahuan terhadap memahami
lian adendum lebih ketentuan ketentuan
Kontrak dari dalam perpres terkait dengan
10% nilai adendum
kontrak kontrak
sesuai
peraturan
19. Mengubah ketidakmata kemungkina n merumuska n
Pengenda sebagian ngan rencana merubah spesifikasi
lian besar kontrak
Kontrak
lingkup kegiatan/spe dan lingkup
pekerjaan sifikasi barang pekerjaan
yang secara matang
dibutuhkan,
adanya
informasi baru
20. Perubahan perubahan adendum tidak merumuska n
Pengenda tidak disetujui merugikan dapat perubahan-
lian salah satu salah satu disepakati/dit perubahan
Kontrak pihak/tidak pihak anda tangan yang
ada memungkin
kesepakatan kan untuk
dapat
disepakati
21. Adendum kelalaian/keti adendum pengeceka n
Pengenda kontrak tidak daktahuan tidak secara
lian ditanda valid/tidak teliti dan
Kontrak tangani oleh berlaku mendalam
personal yang personal yang
berwenang berwenang
menandata
ngani
adendum
22. Alasan ketidaktahua pemutusan memberika n
Pengenda pemutusan n/ kelalaian tidak sah saran
lian kontrak tidak membaca pembatalan
Kontrak sesuai aturan yang pemutusan
ketentuan ada kontrak,
merumuska n
hal2 yang
dapat
digunakan
sebagai
alasan
pemutusan
kontrak
23. Barang/lingk barang masih kebutuhan koordinasi
Pengenda up pekerjaan dibutuhkan akan dengan user
lian yang (waktu lelang barang/jasa untuk proses
Kontrak dihentikan masih/tidak tidak pengadaan
masih mencukupi) terpenuhi selanjutnya
dibutuhkan
24. Tidak kelalaian/keti penyedia tidak mengingatk an
Pengenda adanya daktahuan dapat untuk
lian Surat menggunaka n selalu
Kontrak peringatan haknya memberika n
terlebih untuk surat
dahulu memberikan peringatan,
klarifikasi membuat draft
terlebih standar surat
dahulu, peringatan
kekecewaan
penyedia,
kemungkina n
penyedia
menuntut
25. Tidak adanya kelalaian/keti melanggar pengeceka n
Pengenda sanksi akibat daktahuan ketentuan secara
lian pemutusan dalam perpres teliti
Kontrak terkait sanksi pemberian
pemutusan sanksi
sebelum
adanya
pemutusan
26. Tuntutan dari ketidakpuas adanya mempelajar i
Pengenda penyedia an penyedia konflik dengan
lian terkait seksama isi
Kontrak pengadaan tuntutan,
menjadikan
pembelajar
an untuk
pengadaan
kedepanny a.
Melakukan
mitigasi risiko,
teknis
pencairan
jaminan
pelaksanaa n,
mempelajar i
mekanisme
pengenaan
denda dan
pencairan
jaminan
pemelihara an.
27. Serah Terjadinya kelalaian/kel terhambatny mengenaka n
Terima keterlambata n upaan/terha a penggunaan sanksi
Hasil serah mbatnya hasil keterlambat
Pengadaa terima karena ada pengadaan an, pembelajar
n barang/jasa kendala dalam barang/jasa an untuk
pelaksanaan pengadaan
kedepanny a
28. Serah PPK/Panitia kelalaian/tida terhambatny memberika n
Terima Penerima Barang k terbacanya a penggunaan pengingat
Hasil tidak mengetahui kontrak hasil kepada
Pengadaa kapan serah pengadaan PPK/peneri
n terima harus barang/jasa ma barang
dilakukan terkait kapan
serah terima
barang
29. Serah Barang/Jasa kelalaian barang/jasa Pokja
Terima yang membaca tidak sesuai memahami
Hasil diserahterim ruang kebutuhan dan ketentuan
Pengadaa akan tidak lingkup/spesi tidak terkait serah
n sesuai dengan fikasi barang dapat terima
yang telah yang diadakan digunakan pekerjaan
diperjanjikan termasuk
memahami
ruang
lingkup/spe
sifikasi barang
yang diadakan
30. Serah Adanya barang tidak barang hasil sosialisasi hal-
Terima yang rusak diperiksanny a pengadaan hal yang harus
Hasil barang tidak dapat diteliti/diper
Pengadaa hasil digunakan, iksa pada
n pengadaan adanya saat proses
pada saat kerugian serah terima
serah terima negara pekerjaan dan
secara teliti menginfor
masikan jika
barang rusak
maka tidak
dapat diterima
31. Serah Serah terima agar tidak Pokja
Terima dummy pembayaran sesuai/mela memahami
Hasil sementara dapat nggar aturan pengaturan
Pengadaa dilakukan proses terkait dengan
n terlebih pembayaran serah terima
dahulu dengan APBN hasil
yaitu pengadaan
prestasi dulu
baru proses
pembayaran.
Karena
dummy bukan
lah
prestasi 100%
yang
artinya
pekerjaan
belum selesai
32. Evaluasi PPK adanya niat pihak lain meningkatk an
Kin melakukan mengutamak merasa integritas PPK
erja penilaian an dirugikan
Pen kepada kepentingan
yedi Penyedia yang pihak tertentu
a melaksanak an
pekerjaan, hal
ini
tentunya
membutuhka n
suatu tools
atau sarana
agar hasil
penilaian
dapat
dijadikan
bahan
pertimbanga n
bagi PPK
lainnya.
Sehingga
dimungkinka n
adanya
intervensi dari
Penyedia
dalam
penilaian ini.
EVALUASI MATERI POKOK
1. Isi kontrak hanya menguntungkan salah satu pihak merupakan risiko dari
tahapan…..
A. Persiapan Kontrak
B. Pengendalian Kontrak
C. Serah Terima Pekerjaan
D. Perumusan Kontrak
2. Dampak dari Adendum kontrak tidak ditandantangani oleh personil yang
berwenang adalah….
A. Kemungkinan merubah kontrak
B. Adendum tidak dapat disepakati
C. Adendum tidak valid
D. Pemutusan tidak sah
3. Solusi atas risiko barang yang dihentikan (diskontinu) masih dibutuhkan
adalah….
A. Koordinasi dengan user untuk proses pengadaan selanjutnya
B. Pengecekan secara teliti pemberian sanksi sebelum adanya pemutusan
C. Merumuskan perubahan-perubahan yang memungkinkan untuk dapat
disepakati
D. Sosialisasi aturan terkait adendum kontrak
4. Penyedia tidak dapat menggunakan haknya untuk memberikan klarifikasi
terlebih dahulu, kekecewaan penyedia, kemungkinan penyedia menuntut
adalah dampak dari risiko…..
A. Barang/lingkup pekerjaan yang dihentikan masih dibutuhkan
B. Tidak adanya Surat Peringatan terlebih dahulu
C. Terjadinya keterlambatan serah terima barang/jasa
D. Barang/Jasa yang diserahterimakan tidak sesuai dengan yang telah
diperjanjikan
5. Yang merupakan risiko pada tahapan Serah Terima Haisl Pengadaan adalah
.
A. Kesalahan penentuan masa berlaku jaminan pelaksanaan
B. Alasan pemutusan kontrak tidak sesuai ketentuan
C. Adanya barang yang rusak
D. Tidak adanya sanksi akibat pemutusan
MAMPU MENGIDENTIFIKASI DAN MENGUMPULKAN
BAHAN/DATA/INFORMASI UNTUK MELAKUKAN PERSIAPAN DAN
PENGENDALIAN KONTRAK, SERTA EVALUASI KINERJA PENYEDIA
PENGADAAN BARANG/JASA
Meskipun sistem teknologi informasi yang tersedia dan dapat menyediakan data-data
yang dibutuhkan, ada kebutuhan bahwa data-data tertentu harus dikumpulkan pada
waktu-waktu tertentu, sehingga perlu ada individu atau tim yang ditugaskan khusus untuk
mengumpulkan data pengadaan.
Langkah selanjutnya adalah membekali individu atau tim dengan pengetahuan dan
keahlian terkait dengan pengolahan dan analisis data sehingga semua pihak dapat
memahami makna dari kinerja setiap indikator, kondisi dari data yang dikumpulkan, serta
proses bagaimana data pengadaan tersebut dikumpulkan.
a. Data dan Informasi Dalam Perumusan, Perancangan, dan penetapan rancangan
Kontrak
No Komponen/ Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
1 Perumusan Penetapan Definisi Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Eksternal Pemilihan)
2 Perumusan Asal Material/Bahan Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Eksternal Pemilihan)
3 Perumusan Wakil Sah Yang Data Data Kualifikasi penyedia,
SSUK Ditunjuk oleh Para Eksternal Data pendukung Kualifikasi,
Pihak BA Klarifikasi
Data Surat Keputusan
Internal /pengangkatan PPK,
Pengelola Kontrak
4 Perumusan Tata Cara Sub Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Kontrak Eksternal Pemilihan)
Data Diatur dalam SSKK
Internal
5 Perumusan Kerjasama Data 1. SPSE (Pilih SSUK
SSUK Operasional Antar Eksternal dalam SBD Pemilihan)
Penyedia 2. Surat Perjanjian
Kemitraan
6 Perumusan Jadwal Pelaksanaan Data Dokumen penetapan jangka
SSUK Internal waktu pelaksanaan oleh
PA/PPK, data RUP, Laporan
Konsultan
perencana DED
7 Perumusan SPMK/SPP Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Eksternal Pemilihan)
8 Perumusan Lingkup Pekerjaan Data 1. KAK/Spesifikasi
SSUK Internal Teknis/Gambar/RKS
2. Daftar Kuantitas dan harga
9 Perumusan Standar Data KAK/Spesifikasi
SSUK Internal Teknis/Gambar/RKS
Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
Eksternal Pemilihan)
11 Perumusan Pengawasan/Pengen Data • SK Tim Pengelolaan
SSUK dalian Pelaksanaan Internal Kontrak;
Pekerjaan • SOP Organisasi
Data Peraturan yang berlaku
Eksternal (Perpres/Perlem
LKPP/Permen PU)
13 Perumusan Inspeksi Pabrikasi Data • KAK/RKS
SSUK Internal • SOP Organisasi
• Dokumen survey psar
15 Perumusan Pengepakan Data KAK
SSUK Internal
17 Perumusan Pengiriman Data • KAK
SSUK Internal • SK Tim Pengelola
Kontrak
19 Perumusan Asuransi Data KAK
SSUK Internal
21 Perumusan Transportasi Data KAK/RKS
SSUK Internal
22 Perumusan Pemeriksaan Data KAK/RKS/dokumen
SSUK d Internal spesifikasi teknis/BoQ
an/atau Pengujian Data SOP Organisasi
Internal
23 Perumusan Waktu Data Dokumen penetapan jangka
SSUK Penyelesaian Internal waktu pelaksanaan oleh
Pekerjaan PA/PPK, data SIRUP, Laporan
Konsultan
perencana DED
24 Perumusan Peristiwa Data SBD Pemilihan dari
SSUK Kompensasi Eksternal lembaga
berwenang/kementerian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
25 Perumusan Perpanjangan Waktu Data SBD Pemilihan dari
SSUK Eksternal lembaga
berwenang/kmenterian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
26 Perumusan Pemberian Data SBD Pemilihan dari
SSUK Kesempatan Eksternal lembaga
berwenang/kmenterian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
27 Perumusan Serah Terima Barang Data SBD Pemilihan dari
SSUK Eksternal lembaga
berwenang/kmenterian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
28 Perumusan Garansi Data SBD Pemilihan dari
SSUK Pedoman Eksternal lembaga
Pengope berwenang/kmenterian
rasian dan terkait
Perawatan
Perubahan Kontrak
Keadaan Kahar
Penghentian Kontrak
Pemutusan Kontrak
Berakhirnya Kontrak
Jaminan
Pengawasan Mutu
29 Perumusan Kerjasama Data SBD Pemilihan dari
SSUK Pe Eksternal lembaga
nyedia dengan berwenang/kementerian
Usaha Kecil Sebagai terkait
SubPenyedia Data Dokumen hasil survey
Internal pasar
30 Perumusan Pembayaran Data • SBD Pemilihan dari lembaga
SSUK Eksternal berwenang/kementerian
terkait;
Dokumen Keterangan
BA Pre Award Meeting Didokumentasikan
SPPBJ Perlu di dokumentasikan
Dokumen Kontrak Dibuat secara cermat dan teliti
Jaminan Pelaksanaan dan dll perlu
di dokumentasikan.
SK Pokja Pemilihan UKPBJ Perlu di dokumentasikan
SK Direksi Teknis / Pengawas Lapangan Untuk kepentingan Pengawas (intern)/
Konsultan Pengawas
BA Serah Terima Lokasi (bila diperlukan)
SPMK Penting sebagai tanda tanggal
dimulainya pekerjaan
BA Pemeriksaan Bersama Penting sebagai catatan bersama untuk
memantau progress pekerjaan
BA Rapat Persiapan Pelaksanaan Dibutuhkan lampiran berupa Dokumen
Program Mutu
Surat Permohonan Uang Muka Dibutuhkan Lampiran berupa Rencana
penggunaan Uang Muka
Surat Persetujuan Uang Muka Penting untuk mendorong kelancaran
pekerjaan
SPP + BAP UM Jaminan Uang Muka
Laporan Harian, Mingguan, Bulanan Laporan progress pekerjaan dari
penyedia
Notulen Rapat Kemajuan Pekerjaan Sebagai dokumentasi progress
pekerjaan dari penyedia
Surat Tagihan / Invoice Merupakan tagihan resmi dari penyedia
dengan nilai berdasarkan prestasi pekerjaan/
sesuai dengan termin pembayaran yang
disepakati di dalam
kontrak
Dokumen Keterangan
Data Pendukung Kualitas (Back up Quality) Termasuk diantaranya terkait hasil
(Pek. Konstruksi) pengujian, perhitungan teknis, dll
Data Pendukung Kuantitas (Back up Quantity) Hasil pengukuran, perhitungan volume,
(Pek. Konstruksi) foto pelaksanaan, dll
Data Pendukung Tagihan (Invoice) (Jasa Dokumen seperti Daftar hadir, bukti
Konsultansi) pengeluaran, notulen rapat
pembahasan laporan, tanda terima
laporan, dll
Data Pendukung Tagihan (Invoice) Dokumen seperti Surat jalan, faktur,
(Pengadaan Barang) dokumen custom
BA Penetapan Prestasi Pekerjaan Dibuat oleh Penyedia;
Diperiksa oleh Konsultan Pengawas (jika
ada);
Disetujui oleh PPK
SPP + BAP Prestasi (Termin / MC) Sebagai bukti pemeriksaan progress
pekerjaan di dalam pekerjaan konstruksi
Dokumen Keterangan
SK Panitia Peneliti Kontrak Sebagai dasar tim yang bertanggung jawab
dalam meneliti klausul-klausul di dalam
kontrak
Surat Permintaan Adendum Sebagai dasar dari perubahan kontrak yang
akan dilakukan, isi diharapkan mengatur
mekanisme perubahan kontrak dengan jelas
Surat Perintah membuat Justifikasi Jika diperlukan
Teknis kepada Konsultan Pengawas (bila
ada)
BA Rapat Panitia Peneliti Digunakan sebagai dasar/dokumen reviu
klausul di dalam perubahan kontrak
BA Negosiasi Harga Digunakan apabila terdapat penambahan item
baru atau negosiasi harga pada saat
dilakukan perubahan kontrak
Adendum Kontrak Legalitas dasar perubahan kontrak
c. Dokumen yang dibutuhkan pada pemutusan kontrak secara sepihak
oleh PPK
Dokumen Keterangan
Surat Teguran Keterlambatan Surat peringatan kepada penyedia dalam hal
terdapat keterlambatan pekerjaan yang
dilakukan oleh penyedia
BA Penelitian/Kajian Permasalahan Berita Acara terkait dengan kajian
Kontrak / Show Cause Meeting (SCM) permasalahan yang terjadi dalam
(Konstruksi Bangunan) pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi
BA Test Case / Uji Coba Berita Acara pengujian barang yang telah
diadakan
BA Pengenaan Denda Berita Acara terkait dengan pengenaan denda
kepada penyedia
Surat Pemutusan Kontrak Surat terkait dengan pemberitahuan
pemutusan kontrak kepada penyedia
Surat Pencairan Jaminan Pelaksanaan Dokumen legal untuk dapat melakukan
pencairan jaminan pelaksanaan
Surat Setoran Pencairan Jaminan Dokumen legal untuk dapat melakukan
Pelaksanaan pencairan jaminan pelaksanaan
Surat Usulan Daftar Hitam Dokumen legal terkait dengan usulan
penayangan daftar hitam
Dokumen Keterangan
Surat Pengajuan Pembayaran Penyesuaian Surat pengajuan pembayaran penyesuaian
Harga (Price Adjustment Certificate) harga sesuai dengan yang telah disepakati
Lampiran: back up Price Adjustment
Certificate
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan back up Surat rekomendasi hasil pemeriksaan terkait
Price Adjustment Certificate dengan penyesuaian harga
BA Price Adjustment Certificate Berita Acara peneyesuaian harga
SPP + BAP Price Adjustment Certificate Berita Acara peneyesuaian harga
MODUL 6:
JENIS KOMPETENSI MENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA LEVEL 1
TUJUAN SWAKELOLA
Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah, Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain, Organisasi Masyarakat, atau Kelompok
Masyarakat. Proses PBJP Swakelola meliputi tahap perencanaan, persiapan, pelaksanan, serah terima dan
pengawasan. Pada Bab II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan Swakelola.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Swakelola memiliki 7 (tujuh) tujuan dalam pelaksanaannya.
Tujuan Swakelola bisa digunakan untuk melakukan penilaian mandiri (self assesment), apakah cara
pengadaan melalui Swakelola tepat dipilih untuk mewujudkan barang/jasa yang dibutuhkan. Tujuan
Swakelola tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang tidak disediakan oleh pelaku usaha.
b. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang tidak diminati oleh pelaku usaha karena nilai pekerjaannya
kecil dan/atau lokasi yang sulit dijangkau.
c. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
d. Meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia di Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
e. Meningkatkan partisipasi Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Kelompok Masyarakat.
f. Meningkatkan efektifitas dan/atau efisiensi jika dilaksanakan melalui Swakelola.
g. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang bersifat rahasia yang mampu disediakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola perlu diperhatikan tahapan kegiatan atau
proses apa saja yang harus dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Swakelola dituangkan dalam
ruang lingkup Swakelola yang meliputi:
1. Perencanaan Swakelola;
2. Persiapan Swakelola;
3. Pelaksanaan Swakelola;
4. Pengawasan Swakelola; dan
5. Serah terima hasil pekerjaan.
Tahapan perencanaan memiliki peran strategis dalam sebuah kegiatan, termasuk perencanaan dalam
Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola. Kegiatan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
meliputi penetapan tipe swakelola, penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan penyusunan RAB.
Survey awal ketersediaan pelaksana Swakelola dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1) Melihat pelaksanaan pekerjaan sejenis sebelumnya
2) Mengumpulkan referensi dari media informasi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang ada.
3) Mengumpulkan referensi dari media informasi data instansi yang berstatus BLU/BLUD/PNBP/PTNBH
4) Melakukan pengecekan data organisasi masyarakat di website Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(Badan kesbangpol) setempat atau di Ditjen AHU online.
5) Melakukan pengecekan data kelompok masyarakat di Kecamatan/Kelurahan setempat.
Kriteria Pengadaan Barang/Jasa yang dapat dilakukan melalui Swakelola, namun tidak terbatas pada:
1) Barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau sifatnya tidak diminati oleh Pelaku Usaha
Contoh:
a) pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana),
b) penanaman gebalan rumput,
c) pemeliharaan rambu suar,
d) Pengadaan Barang/Jasa di lokasi terpencil/pulau terluar.
2) Jasa penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan/atau pelatihan, kursus, penataran,
seminar, lokakarya atau penyuluhan.
Contoh :
a) Penelitian dan pengembangan vaksin merah putih.
b) Pelatihan digital marketing untuk koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah.
3) Jasa penyelenggaraan kegiatan sayembara atau kontes.
Contoh
a) Sayembara desain rusunawa
b) Sayembara desain alun-alun kota
4) Jasa pemilihan Penyedia Barang/Jasa (agen pengadaan) dari unsur UKPBJ
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Contoh:
Pemilihan penyedia pekerjaan design and build di kementerian A oleh UKPBJ Kementerian B
5) Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya dalam negeri untuk kegiatan
pengadaan festival, parade seni/budaya, Contoh:
a) Pagelaran seni oleh siswa/siswi sekolah,
b) Pembuatan film, atau
c) Penyelenggaraan pertandingan olahraga antar sekolah/kampus.
6) Jasa sensus, survei, pemrosesan/pengolahan data, perumusan kebijakan publik, pengujian laboratorium
dan pengembangan sistem, aplikasi, tata kelola, atau standar mutu tertentu.
Contoh:
a) Pengujian kelayakan bangunan Gedung
b) Pendataan potensi desa
c) Survey prilaku masyarakat pada masa pandemi Covid 19
7) Barang/jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum dapat disediakan atau diminati oleh
Pelaku Usaha.
Contoh;
a) Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)
b) Pembangunan laboratorium bergerak BSL2 untuk pengujian Covid19
8) Barang/jasa yang dihasilkan oleh Ormas, Kelompok Masyarakat, atau masyarakat.
Contoh:
a) Jasa pendampingan untuk pemberdayaan ekonomi keluarga pra sejahtera,
b) pelestarian lingkungan hidup,
c) produk kerajinan masyarakat, produk Kelompok Masyarakat,
d) produk Kelompok Masyarakat penyandang disabilitas,
e) tanaman atau bibit milik masyarakat atau produk warga binaan lembaga permasyarakatan.
9) Barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan partisipasi masyarakat. Dalam hal
pengadaan yang memerlukan partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa Pembangunan fisik maupun
non fisik.
a) Pembangunan fisik dapat berupa Pekerjaan Konstruksi sederhana yang hanya dapat berbentuk
rehabilitasi, renovasi, dan konstruksi sederhana. Konstruksi bangunan baru yang tidak sederhana,
dibangun oleh Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran untuk
selanjutnya diserahkan kepada Kelompok Masyarakat penerima sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
Contoh:
(1)Pembangunan/pemeliharaan jalan desa/kampung,
(2)Pembangunan/pemeliharaan saluran irigrasi mikro/kecil,
(3)pengelolaan sampah di pemukiman,
(4)pembangunan sumur resapan,
(5)pembuatan gapura atau pembangunan/ peremajaan kebun rakyat.
b) Peningkatan pembangunan non fisik bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Contoh:
(1)Pelayanan peningkatan gizi keluarga di posyandu,
(2)Pelayanan kesehatan lingkungan, atau peningkatan kualitas sanitasi sederhana.
10) Barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang bersangkutan,
Contoh:
a) Pembuatan soal ujian
b) Pembuatan sistem keamanan informasi.
Berdasarkan hasil identifikasi Pengadaan Barang/Jasa dan ketersediaan calon pelaksana swakelola serta
kriteria barang/jasa yang dapat dilakukan secara swakelola, maka dapat ditentukan tipe Swakelola yang akan
dilaksanakan. Tipe Swakelola terdiri atas:
1) Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran; Contoh : Pelatihan untuk para sukarelawan pemberian
vaksin oleh Kementerian A
2) Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain
pelaksana Swakelola;
Contoh : Pelaksanaan pelatihan mengemudi untuk sopir angkutan umum antara Pemda A dengan
Kementerian B
3) Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola;
Contoh : Kegiatan pemberian vaksin rabies untuk hewan peliharaan oleh Perhimpunan Dokter Hewan
Indonesia (PDHI) dengan anggaran dari Pemda A
4) Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung
jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi
oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
Contoh : Kegiatan Pemberian makanan tambahan untuk anak balita oleh PKK dengan dana dari
Kelurahan A Pemda B.
Spesifikasi Teknis adalah karakteristik total dari Barang/Jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan pengguna Barang/Jasa yang dinyatakan secara tertulis, sedangkan KAK adalah dokumen yang
menginformasikan gambaran uraian pekerjaan, data pendukung, ruang lingkup dan hal-hal lain yang disusun
oleh satuan kerja penanggungjawab anggaran.
Spesifikasi Teknis paling sedikit berisi, namun tidak terbatas pada:
1) Mutu/kualitas barang/jasa yaitu mutu Barang/Jasa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Untuk
menyatakan mutu Barang/Jasa dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain:
a) Merek, penyebutan merek dimungkinkan terhadap komponen barang/jasa, suku cadang, bagian dari
satu sistem yang sudah ada, dan/atau barang/jasa dalam katalog elektronik atau toko daring.
Contoh pengadaan keramik merk A dalam kegiatan Swakelola perbaikan rumah tidak layak huni.
b) Standar yaitu menyatakan mutu Barang/Jasa berdasarkan standar yang sudah ada dan ditetapkan
oleh pihak berwenang. Contoh pengadaan bibit alpukat cipedak bersertifikat bibit unggul.
c) Sampel/contoh yaitu menyatakan mutu barang yang sulit digambarkan dalam bentuk kata-kata,
maka dinyatakan dengan sampel. Contoh produk kerajinan/souvenir.
d) Teknis yaitu menyatakan mutu Barang/Jasa dengan menggambarkan karakteristik fisik, Detil desain,
Toleransi, Material yang digunakan, Metode produksi/pelaksanaan, Persyaratan pemeliharaan,
Persyaratan operasi. contoh pembuatan sarana infrastruktur air limbah masyarakat dengan
spesifikasi teknis dilengkapi dengan gambar desain yang detil dan penjelasan singkatnya
e) Komposisi yaitu menyatakan mutu barang dengan menyebutkan, kandungan kimia yang
dikandungnya dan digunakan untuk pengadaan yang memerlukan komposisi kimia yang akurat.
Contoh produksi pupuk organik.
f) Fungsi dan kinerja yaitu menyatakan mutu Barang/Jasa dengan dinyatakan dalam fungsi-fungsi yang
harus dipenuhi oleh barang/jasa yang diadakan dan tingkat kemampuan dari fungsi- fungsi
barang/jasa tersebut. Contoh kegiatan pengembangan vaksin merah putih untuk penanganan
pandemi covid 19 dengan efikasi 90 %
2) Jumlah yaitu kuantitas Barang/Jasa yang diperlukan oleh pengguna.
3) Waktu yaitu waktu Barang/Jasa tersebut sampai ke lokasi, waktu pelaksanaan instalasi dan waktu
barang/jasa tersebut siap digunakan oleh pengguna.
4) Tingkat Pelayanan yaitu tingkat layanan yang harus diberikan oleh pelaksana Swakelola sampai dengan
barang/jasa tersebut dapat dimanfaatkan. Contohnya pengiriman sampai lokasi, instalasi, uji fungsi,
pelatihan, pemeliharaan dan bantuan teknik dan lain-lain.
KAK paling sedikit berisi, namun tidak terbatas pada:
1) Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi pekerjaan.
2) Data-data penunjang meliputi Data Dasar, Standar Teknis, Studi-Studi Terdahulu, Referensi Hukum.
3) Ruang lingkup meliputi Lingkup Pekerjaan, Keluaran, Peralatan, Material, Personel dan Fasilitas dari
Pejabat Pembuat Komitmen, Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi, Lingkup
Kewenangan Pelaksana Swakelola, Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan, Personel, Jadwal Tahapan
Pelaksanaan Pekerjaan.
4) Hal-Hal Lain meliputi Produksi dalam Negeri, Persyaratan Kerjasama, Pedoman Pengumpulan Data
Lapangan dan Alih Pengetahuan.
PPK melakukan koordinasi persiapan Swakelola Tipe I/II/III/IV setelah penetapan DIPA/DPA
dengan memperhatikan penetapan sasaran yang ditetapkan oleh PA/KPA.
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi:
1. Penetapan penyelenggara Swakelola
2. Rencana kegiatan,
3. Jadwal pelaksanaan
4. Reviu spesifikasi teknis/KAK
5. Reviu RAB.
6. Finalisasi dan Penandatanganan Kontrak Swakelola (khusus Swakelola Tipe II/III/IV)
d. Swakelola Tipe IV
Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe IV yaitu: Surat Pengukuhan yang dikeluarkan oleh
Pejabat yang berwenang yang memuat:
1) memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi tempat pelaksanaan
kegiatan; dan
2) memiliki kemampuan untuk menyediakan atau mengerjakan barang/jasa
sejenis yang diswakelolakan.
Langkah-Langkah pembentukan tim penyelenggara Swakelola sesuai dengan Tipe Swakelola
dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Langkah-langkah yang harus dilakukan PA/KPA dan PPK dalam Menentukan Calon
Penyelenggara Swakelola
Dalam hal terdapat lebih dari 1 calon pelaksana Swakelola yang mampu:
1. PPK dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) calon pelaksana Swakelola
2. Dalam hal calon pelaksana Swakelola tipe III telah terpilih melalui
mekanisme pemilihan calon pelaksana Swakelola, maka PA/KPA melakukan
penetapan calon pelaksana Swakelola sebagai pelaksana Swakelola
3. Penanggung jawab calon pelaksana Swakelola menetapkan Tim Pelaksana
Swakelola
4. PPK meminta calon pelaksana untuk mengajukan proposal dan RAB
5. Calon Pelaksana mengajukan Proposal dan RAB
4 Tipe IV Apabila Swakelola Tipe IV direncanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah:
1. PA/KPA melalui PPK menyampaikan undangan kepada Kelompok Masyarakat
di lokasi pelaksanaan pekerjaan Swakelola.
2. Jika Kelompok Masyarakat tersebut bersedia untuk melaksanakan pekerjaan
Swakelola, maka penanggung jawab Kelompok Masyarakat menyampaikan
surat pernyataan kesediaan sebagai pelaksana Swakelola
3. PA/KPA melakukan penetapan Kelompok Masyarakat sebagai pelaksana
Swakelola
4. Pimpinan Kelompok Masyarakat menetapkan Penyelenggara Swakelola yang
terdiri dari Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas Swakelola
5. PPK menugaskan pegawai pada instansi penanggung jawab anggaran untuk
melakukan pendampingan atau asistensi Penyelenggara Swakelola.
6. PPK meminta calon pelaksana mengajukan proposal dan RAB
7. Calon pelaksana mengajukan proposal da RAB
2. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan Swakelola adalah daftar kegiatan yang harus dilakukan Tim Pelaksana Swakelola
dalam rangka mencapai sasaran output (keluaran) yang telah ditetapkan. Rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, tahap pengawasan dan pelaporan.
Contoh rencana kegiatan Swakelola Tipe II kegiatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
pengemudi angkutan umum.
Tabel 3.3 Kegiatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pengemudi angkutan umum TA 2021
No Kegiatan Penanggungjawab
I. Tahap Persiapan
1 Surat Penetapan Tim Persiapan dan PA/KPA
Pengawas
2 Surat Penetapan Tim Pelaksana Pimpinan K/L/PD Lain
3 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Jadwal Tim Persiapan dan Tim Pelaksana
pelaksanaan
4 Reviu spesifikasi teknis dan RAB Tim Persiapan dan Tim Pelaksana
5 Penyusunan rancangan Kontrak PPK dan Ketua Tim Pelaksana
6 Penandatanganan Kontrak Swakelola Tipe II PPK dan Ketua Tim Pelaksana
II. Tahap Pelaksanaan
7 Undangan kepada peserta pelatihan Ketua Tim Pelaksana
8 Registrasi peserta Ketua Tim Pelaksana
9 Pembukaan Ketua Tim Pelaksana
10 Pelaksanaan pelatihan selama 5 hari Ketua Tim Pelaksana
11 Uji kompetensi Ketua Tim Pelaksana
12 Pembayaran PPK dan Ketua Tim Pelaksana
III. Tahap Pelaporan
13 Pengawasan dilakukan Sejak Tahap Persiapan Tim Pengawas
sd Serah terima
14 Laporan Pelaksanaan Pekerjaan selesai 100% PPK dan Ketua Tim Pelaksana
15 BA. Penyerahan Pekerjaan PPK dan Ketua Tim Pelaksana
16 BA. Serah Terima Hasil Pekerjaan PPK dan PA
Tim persiapan dan PPK dalam melakukan reviu RAB harus memperhitungkan pajak-pajak
sesuai perundang-undangan yang berlaku antara lain:
1) Batasan belanja nilai barang/jasa yang dikenai PPN.
2) Honor tenaga ahli/narasumber/ penyelenggara swakelola harus memperhatikan
ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai status pegawai tenaga
ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS atau Non PNS.
3) Belanja bahan/materil harus memperhatikan ketentuan tentang PPN barang, sama hal
dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan (jika diperlukan)
b. Swakelola Tipe II
Tim Pelaksana dalam menyusun RAB terkait data/informasi biaya personil dan biaya
lainnya yang digunakan dalam penyelenggaraan Swakelola tipe II dapat menggunakan
standar biaya masukan yang dikeluarkan oleh kementerian bidang yang mengatur
keuangan atau instansi pemerintah daerah yang berwenang.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga ahli/teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang), honor
narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan); dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi, laporan.
Dalam hal Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola telah
mempunyai standar biaya yang telah ditetapkan sebagai PNBP maka penyusunan RAB
berdasarkan tarif yang telah ditetapkan dalam PNBP tersebut. Apabila dalam pelaksanaan
Swakelola Tipe II terdapat kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka:
1) Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola yang
menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka semua kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa
sudah dimasukan dalam Kontrak Swakelola; atau -
2) Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola yang
belum/tidak menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa dapat:
a) dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
b) dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk melaksanakan
pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan bahan/material/jasa lainnya
pendukung dilakukan melalui kontrak terpisah oleh PPK.
Tim persiapan dan PPK dalam melakukan reviu terhadap proposal dari tim pelaksana
harus memperhitungan pajak-pajak sesuai perundang- undangan yang berlaku antara lain :
1) Status calon pelaksana Swakelola (PNBP/BLU/BLUD/PTNBH), jika berstatus PTNBH
maka harus memperhatikan jenis pekerjaan yang dikenakan PPN dan tidak dikenakan
PPN.
2) Batasan nilai belanja barang/jasa yang dikenai PPN.
3) Honor tenaga ahli/narasumber/ penyelenggara swakelola harus memperhatikan
ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai status pegawai tenaga
ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS atau Non PNS
4) Belanja bahan/materil harus mempehatian ketentuan tentang PPN dan PPh barang,
sama hal dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan (jika diperlukan)
Tahapan persiapan dari Swakelola Tipe I, II, III dan IV dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
Tabel 3.5 Tahap Persiapan Swakelola Tipe I
No Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
1 Penetapan Penyelenggara Swakelola PPK PA/KPA
2 Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
3 Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
4 Reviu Spesifikasi teknis/KAK Tim Persiapan PPK
5 Reviu RAB Tim Persiapan PPK
5. Pembayaran Swakelola
Dalam pelaksanaan swakelola, pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungan K/L/PD.
pembayaran swakelola mengikuti ketentuan yang diatur dalam Kontrak Swakelola.
Pembayaran pelaksanaan Swakelola antara lain :
a. Upah tenaga kerja contoh upah tukang bangunan dan pembantu tukang bangunan
b. Pembayaran honor tenaga ahli/narasumber contoh honor tenaga ahli pendamping
c. Pengadaan suku cadang/peralatan contoh alat pertukangan (cangkul, sekop dll)
d. Pengadaan bahan contoh bahan bangunan (semen, pasir, batu kali dll)
e. Biaya laporan contoh biaya fotokopi dan penjilidan laporan. Pembayaran dilakukan sesuai
dengan RAB yang menjadi lampiran
Kontrak Swakelola. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran Swakelola antara lain:
a. Pembayaran pengadaan melalui Swakelola tidak ada unsur keuntungan (profit)
b. Telah memperhitungkan komponen pajak (PPN dan PPh)
Khusus untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dilakukan dengan cara Termin.
Pembayaran pekerjaan swakelola untuk Tipe I, II, III dan IV sebagai berikut :
a. Tipe I. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, yang meliputi:
1) Pembayaran upah tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau tenaga pendukung)
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong;
2) Pembayaran gaji/honorarium tenaga ahli/narasumber (apabila diperlukan);
3) Pembayaran Jasa Lainnya atau Jasa Konsultansi; atau
4) Pembayaran bahan/material dan peralatan/suku cadang
b. Tipe II. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola. Dasar pertimbangan dalam menentukan termin
kebutuhan adalah kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, untuk
kegiatan yang memerlukan biaya besar maka termin I dapat lebih besar dari termin
berikutnya. contoh pilot project penggemukan sapi lokal oleh Lembaga Penelitian PTN,
dibutuhkan termin I : 90 % untuk biaya pembuatan kendang dan anakan sapi (pedet) dan
Termin II : 10 % untuk biaya tenaga kerja, pakan dan dll.
c. Tipe III. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai kesepakatan yang
tercantum dalam kontrak swakelola.
contoh :
kegiatan pelatihan untuk para relawan pemberian vaksin Covid 19 antara Kementerian A
dengan Organisasi Profesi Perawat, pembayaran untuk kegiatan Swakelola Tipe III ini dibagi
dalam 2 termin : 70 %, dan 30 %. Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Termin 1 (satu) 70% (tujuh puluh persen) dari nilai Perjanjian Swakelola saat Pelaksana
Swakelola setelah tersedia data peserta pelatihan, lokasi pelatihan, data narasumber dan
materi pelatihan.
2) Termin 2 (dua) 30% (tiga puluh persen) setelah pekerjaan minimal mencapai 100%
(seratus persen)
Jika ada Peraturan Kepala daerah atau peraturan petunjuk teknis pelaksanaan, maka
ketentuan dan mekanisme pembayaran diatur dalam Kontrak Swakelola dengan
mempertimbangan ketentuan kepala daerah/juknis tersebut dan kebutuhan biaya di
lapangan.
d. Tipe IV. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola, contoh pembayaran dilakukan 4 tahap: 60 %, 30 %, dan
10 %
Contoh :
Sesuai Peraturan Kepala Daerah Provinsi A, pembayaran untuk Swakelola Tipe IV dibagi
dalam 4 termin : 60 %, 30 %, dan 10 %. Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Termin 1 (satu) 60% (enam puluh persen) dari nilai Perjanjian Swakelola saat Pelaksana
Swakelola telah siap melaksanakan pekerjaan
2) Termin 2 (dua) 30% (tiga puluh persen) setelah pekerjaan minimal mencapai 30% (tiga
puluh persen)
3) Termin 3 (tiga) 10% (sepuluh persen) setelah pekerjaan minimal mencapai 100% (seratus
persen)
Jika tidak ada Peraturan Kepala daerah atau peraturan petunjuk teknis pelaksanaan, maka
ketentuan dan mekanisme pembayaran diatur dalam Kontrak Swakelola dengan
mempertimbangan kebutuhan biaya di lapangan.
EVALUASI MATERI POKOK 4
1. Pengadaan bahan/barang,peralatan/suku cadang dan tenaga ahli dalam Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola oleh Kelompok Masyarakat harus memperhatikan….
A. Prinsip dan etika pengadaan.
B. lnstruksidari PA/KPA.
C. Rekomendasi dari PPK.
D. Ketentuan pengadaan dari Pokja Pemilihan
2. Yang termasuk tugas PPK pada Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola ….
A. Menetapkan sasaran Swakelola
C. Menetapkan Tipe Swakelola
D. Membuat Nota Kesephaman pada pengadaan melalui Swakelola.
E. Menandatangani kontrak Swakelola
3. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat dilakukan berdasarkan....
A. Nota kesepahaman antara PPK dengan Pimpinan Pelaksana Swakelola
B. Kontrak antara PPK dengan Pimpinan Pokmas
C. Kontrak antara Tim Pelaksana dengan PPK
D. Kontrak antara Tenaga ahli dengan PPK
4. Salah satu tahapan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain diantaranya....
A. Menggunakan tenaga ahli yang berasal dari Perguruan Tinggi Swasta
C. Penggunaan tenaga ahli maksimum 50% dari umlah pegawai K/L/PD lain yang terlibat
melaksanakan Swakelola
D. Kesepakatan kerjasama antara PA/KPA dan pimpinan K/L/PD lain pelaksana Swakelola
E. Penandatanganan kontrak antara PA/KPA dan ketua Tim Pelaksana Swakelola pada K/L/PD
lain pelaksana Swakelola.
5. Salah satu hal yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Swakelola ialah melaporkan penggunaan
keuangan secara berkala kepada….
A. PPK
B. PA/KPA
C. Ketua Kelompok Masyarakat
D. Pokja Pemilihan
6. Jika terjadi perbedaan antara hasil pemeriksaan volume pekerjaan di lapangan dengan volume
dalam kontrak, maka yang harus dilakukan PPK adalah…..
A. Melakukan Pemutusan Kontrak
B. Melakukan addendum kontrak
C. Memberikan sanksi denda 1/1000 dari nilai kontrak per hari
D. Menunjuk tim pelaksana lain untuk melanjutkan sisa pekerjaan
7. Dasar pembayaran dalam Kontrak Swakelola….
A. Perpres 16/2018
B. Ketentuan pembayaran dalam Kontrak Swakelola yang disepakati
C. Standar Biaya Masukan Menteri Keuangan
D. Peraturan Dirjen Perbendaharaan
8. Siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan serah terima hasil pekerjaan pada Kontrak
Swakelola Tipe II ?
A. Ketua Tim Pengawas kepada PPK
C. Ketua Tim Pelaksana kepada PPK
D. Pimpinan K/L/PD lain kepada PPK
E. Ketua Ormas kepada PA/KPA
9. Jika dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola di temukan adanya
pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis yang tertulis dalam Kontrak Swakelola , maka PPK
wajib….
A. Melakukan tindakan korekstif jika diperlukan
B. Melakukan pemutusan kontrak
C. Melaporkan kepada Aparat Penegak Hukum (APH)
D. Melakukan addendum kontrak
10. Apa yang harus dilakukan PPK jika menemukan adanya keterlambatan akibat perubahan
kondisi lapangan dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola ?
A. Melakukan addendum kontrak Swakelola
C. Melakukan pemutusan kontrak Swakelola
D. Memeriksa dan menguji hasil pekerjaan
E. Menanda tangani berita acara serah terima
PENGAWASAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA
Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Tim Pengawas Anggaran dan/atau oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola. Dalam skematik tahapan Swakelola memperlihatkan bahwa pengawasan
dilaksanakan sejak persiapan sampai dengan berakhirnya pelaksanaan pekerjaan tersebut.
1. Pengawasan
Pengawasan Swakelola meliputi:
a. Pengawasan administrasi
Dokumen administrasi merupakan bukti dari pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan sejak
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan
c. Pengawasan keuangan
Pengawasan tertib administrasi keuangan meliputi rencana penggunaan dana, cara
pembayaran serta ketepatan penggunaan keuangan. Meliputi pengawasan rencana
penggunaan dana harus sesuai dengan RAB Kontrak, kelengkapan persyaratan pembayaran
serta kewajaran harga.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi Swakelola. Apabila dalam
hasil evaluasi ditemukan penyimpangan, Tim Pengawas melaporkan dan memberikan
rekomendasi kepada PPK, tim persiapan atau tim pelaksana untuk segera mengambil
tindakan korektif. Khusus Swakelola Tipe IV, Tim pengawas juga melaporkan dan
memberikan rekomendasi kepada ketua Kelompok Masyarakat.
2. Evaluasi Kinerja
Berdasarkan hasil pengawasan baik dari segi administrasi, teknis dan keuangan dapat dilakukan
evaluasi kinerja pelaksana Swakelola.
Evaluasi kinerja dapat dinilai dari berbagai aspek antara lain
a. kualitas dan Kuantitas pekerjaan
kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang ditetapkan dalam kontrak Swakelola.
Kuantitas adalah jumlah output pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai dengan ketentuan
kontrak Swakelola. Evaluasi kualitas dan kuantitas untuk mengukur kesesesuaian hasil
pekerjaan dengan Kontrak Swakelola
b. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan swakelola,
Evaluasi waktu untuk mengukur penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dalam kontrak atau lebih cepat sesuai dengan kebutuhan PPK.
c. Biaya pekerjaan
Biaya pekerjaan adalah komponen biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
evaluasi biaya untuk mengukur pengendalian biaya dengan menginformasikan sejak awal
atas kondisi yang berpotensi menambah biaya dan perubahan kontrak yang diajukan sudah
didasari dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga penambahan biaya
dapat diantisipasi
d. Layanan
Layanan adalah kemampuan pelaksana swakelola untuk berkomunikasi dan tingkat respon
baik pada kondisi normal maupun jika ada masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
Swakelola.
Evaluasi layanan untuk mengukur :
1) Merespon permintaan dengan penyelesaian sesuai dengan yang diminta;
2) Pelaksana Swakelola dapat berkomunikasi dengan baik tentang perkembangan
pekerjaan di lapangan dan memberikan infomasi yang langkap jika terjadi masalah di
lapangan.
3. Sanksi
Sanksi adalah tindakan-tindakan (hukuman) untuk memaksa seseorang menaati aturan atau
menaati ketentuan undang-undang (KBBI, 2021). Sanksi berikan jika Pelaku Pengadaan
melakukan kesalahan atau pelanggaran dari ketentuan yang diatur dalam ketentuan pelaksanaan
Swakelola, baik untuk Swakelola Tipe I maupun Swakelola Tipe II/III/IV. Pemberian sanksi dalam
rangka pembinaan para Pelaku Pengadaaan agar dikemudian hari menjadi lebih baik Pelanggaran
dan Sanksi Terhadap Pelaku Pengadaan sesuai Proses Pengadaan.
2. Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Tim Pengawas; dan PPK menyerahkan hasil pekerjaan (termasuk pembelian
barang/jasa yang berbentuk aset) kepada PA/KPA.
Contoh
a. Pelatihan pembuatan video promosi produk dengan kelompok masyarakat melalui Swakelola
Tipe IV. Dalam RAB ada pengadaan kamera, maka jika pekerjaan Swakelola telah selesai
100% maka barang aset berupa kamera harus diserahkan oleh Kelompok masyarakat
kepada PPK.
b. pelaksanaan swakelola dengan kelompok tani dalam rangka penanaman benih unggul padi.
Dalam pekerjaan tersebut, guna mendukung pencatatan perkembangan tanaman padi dan
hasilnya, maka diperlukan laptop. Ketika nanti pekerjaan penanaman benih unggul padi tadi
telah selesai hingga panen, maka laptop yang digunakan yang berasal dari aset pemerintah
maka barang tersebut harus kembali diserahkan ke PPK penanggung jawab anggaran.
Penyerahan aset ini terkait dengan barang modal yang tidak menjadi bagian utama
pekerjaan.
3. Dalam hal barang/jasa hasil pengadaan melalui Swakelola akan dihibahkan kepada Kelompok
Masyarakat, maka tata cara penyerahan hibah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(Lihat gambar 6.2)
Gambar 6.2. Serah Terima Hasil Pekerjaan dari PPK ke PA/KPA
Dalam Pengadaan Barang/ Jasa melalui Swakelola diperlukan pemahaman tentang risiko yang
mungkin terjadi, berikut tabel risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Swakelola.
Contoh, namun tidak terbatas pada:
Tabel 7.1 Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Swakelola