0% found this document useful (0 votes)
12 views299 pages

PBJ Level 1

Model PBJ

Uploaded by

Murgi Antoro
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
12 views299 pages

PBJ Level 1

Model PBJ

Uploaded by

Murgi Antoro
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 299

MODUL

PELATIHAN KOMPETENSI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAHLEVEL 1

PENGANTAR MANAJEMEN RANTAI PASOK

DISUSUN OLEH :
DHARMA
NURSANI
ARIF
RACHMAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN RANTAI PASOK

Supply Chain Management (SCM) (definisi) atau manajemen rantai pasok adalah praktek atau disiplin/
ilmu manajemen yang lazim digunakan oleh industri manufaktur di sektor bisnis (sektor
swasta/korporasi) untukmengelola proses bisnis termasuk sistem produksinya.
Supply Chain Management (SCM) (tujuan) menyelaraskan proses bisnis dari hulu ke hilir sehingga
mewujudkan nilai pasar dan ekonomi, serta memberikan perusahaan keunggulan kompetitif atas
pesaingbisnis, mengurangi biaya operasi, dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan.
Supply Chain (Komponen) Rantai Pasok adalah jaringan fisiknya, sedangkan Manajemen Rantai
Pasok adalah alat, metode, atau pendekatan pengelolaannya. Supply Chain adalah organisasi/
sekumpulan organisasi yang memasok bahan baku, memproduksi produk dan mengirimkan kepada
konsumen akhir.
Rantai pasok Hulu (Upstream Supply Chain). Bagian hulu Supply Chain meliputi aktivitas dari suatu
organisasi korporasi atau institusi dengan para rekanan pemasok (dapat berupa pabrik/manufaktur,
agen tunggal, distributor, perantara, pedagang eceran, hingga penyedia layanan jasa). Aktivitas yang
utama adalah proses perencanaan, serta pencarian pemasok dan pengadaan barang/jasa. Di hulu,
perusahaan manufaktur berhubungan dengan rekanan pemasok yaitu pabrik, agen tunggal,
distributor, perantara, pedagang eceran, dan/atau penyedia layanan jasa.
Rantai Pasok Internal (Internal Supply Chain). Meliputi semua proses penerimaan barang ke
gudang atau jasa yang disediakan rekanan pemasok, agar dapat digunakan untuk keperluan proses
rantai pasok internal, baik proses penggunaan, produksi, atau rencana alokasi persediaan, di dalam
rantai pasok internal. Perhatian yang utama adalah manajemen produksi, penyimpanan dan
pengendalian persediaan, serta manajemen pengendalian mutu.
Rantai Pasok Hilir (Downstream Supply Chain). Meliputi semua aktivitas yang melibatkan proses
transportasi dan distribusi dari alokasi persediaan atau barang yang tersedia dalam proses rantai
pasok internal, ke para penerima akhir. Penerima akhir dapat berupa pabrik/ manufaktur, agen
tunggal, distributor, perantara, pedagang eceran, hingga penyedia layanan jasa. Perhatian diarahkan
pada proses transportasi, distribusi, serah terima, dan layanan purna jual. Dihilir, penerima akhir
atau pelanggan produk perusahaan manufaktur adalah pabrik, agen tunggal, distributor, perantara,
pedagang eceran, dan/atau penyedia layananjasa. Hubungan atau rantai pasok di hilir untuk organisasi
produsen barang seperti tersebut di atas, oleh ahli marketing disebut sebagai marketing channel. Di
bagian hilir, pengiriman bisa dilakukan langsung ke pelanggan (consumer), atau tidak langsung ke
pelanggan melalui satu atau beberapa perantara yaitu agen (agent/ broker), grosir/distributor
(wholesaler), dan/ataupengecer (retailer).
Aktivitas utama rantai pasok yang pertama adalah proses pengadaan (sourcing/procurement).
Aktivitas utama rantai suplai kedua adalah produksi(make) dan ketiga adalah mengirimkan (delivery).

1. Manajemen Rantai Pasok (Manajemen Rantai Pasok)


Memahami apa itu Supply Chain dan komponennya tersebut, maka SCM adalah pengelolaan
(manajemen) Supply Chain dipandang dari kacamata masing-masing organisasi yang terlibat di
dalamnya. Beberapa penulis mendefinisikan SCM dalam istilah operasional yang melibatkan aliran
bahan baku dan produk, sebagian melihatnya sebagai filosofi manajemen, dan yang lain melihatnya
sebagai proses manajemen atau sebagai sistem terintegrasi.
Buku pelajaran bagi akademisi dan peneliti di bidang logistik dan SCM pada umumnya mengadopsi
definisi dari The Council of Manajemen Rantai Pasok Professionals (CSCMP), yaitu: “SCM adalah
manajemen yang meliputi perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang terlibat dalam
identifikasi sumber daya dan pengadaan (sourcing and procurement), konversi (conversion), dan semua
kegiatan manajemen logistic”. 2)
Definisi ini menggambarkan bahwa perencanaan (planning) mengawaliproses pada 3 komponen Supply
Chain di atas. Maka dapat disimpulkan bahwa urut-urutan proses SCM adalah perencanaan (planning),
pengadaan (sourcing/procurement), konversi atau produksi (conversion/making), dan
pengiriman/distribusi (delivery).
Bagi akademisi dan peneliti, SCM adalah perpaduan dari berbagai disiplin ilmu seperti perencanaan
(planning/forecasting), pemasaran (marketing), pembelian (purchasing), manajemen operasi
(operation management), produksi (production planning and control), manajemen logistik (logistics),
transportasi (transportation), dan teknologi informasi (information technology). Sedangkan bagi
praktisi, SCM adalah pendekatan atau model menyeluruh dari operasi organisasi, yang salah satunya
yang umum digunakan adalah model referensi yang dikembangkan The Supply Chain Council, sebuah
lembaga non profit yang digagas oleh beberapa organisasi dan perusahaan. Model referensi tersebut
berupa urutan proses Plan, Source, Make, dan Deliver.
Kini dapat disimpulkan bahwa definisi SCM dari CSCMP dan model referensi The Supply Chain Council
tidak berbeda. Karena kegiatan bisnis adalah kegiatan berulang dan rutin, maka kegiatan Plan, Source,
Make, danDeliver tersebut digambarkan dalam suatu siklus manajemen.

Gambar 2.4 Siklus Manajemen Rantai Pasok


a. Plan (Perencanaan)
Proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam
memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Perencanaan mencakup proses menaksir
kebutuhan distribusi, perencanaan/pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan
material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian Supply Chain plan dengan financial plan.
b. Source (Pencarian Pasokan dan Pengadaan)
Proses pencarian pasokan dan pengadaan barang/Jasa untuk memenuhi kebutuhan produksi. Proses
meliputi, penelusuran pasokan dan penyedia, pemilihan penyedia, pengiriman dari penyedia,
penerimaan dan pemeriksaan, penyelesaian pembayaran kepada penyedia pemasok, dan evaluasi
kinerja penyedia. Proses bervariasi, tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk persediaan,
barang jadi, atau barang pesanan.
c. Make (Pembuatan/ Produksi)
Proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi barang atau produk yang akan
digunakan oleh pengguna akhir. Bentuk transformasi dapat berupa proses :
1) Menghasilkan suatu output produk terkait proses penelitian atau kerja operasional.
2) Melakukan kegiatan produksi termasuk penjadwalan produksi, melakukan pengetesan
kualitas, mengelola barang setengah jadi,memelihara fasilitas produksi, dll.
3) Aktivitas menggunakan dan memanfaatkan barang/jasa yang berbentuk aset atau barang
habis pakai dalam kegiatan administrasi dan operasional pelayanan (baik swasta maupun
publik), seperti peralatan medis di rumah sakit, kendaraan operasional, mesin fotokopi, alat
telekomunikasi, dll.

Pada tahap ini juga dilakukan proses pengendalian mutu (quality control) dan administrasi
pergudangan (inventory management) untuk bahan baku, setengah jadi, dan barang jadi baik, yang
baru masuk gudang (inbound) dan keluar gudang ke pengguna akhir (outbound).

d. Deliver (Pengiriman/ Pendistribusian)


Proses untuk mengirimkan dan mendistribusikan barang/jasa ke pengguna akhir. Biasanya meliputi
manajemen order, manajemen transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah
menangani permintaan dari pengguna akhir, memilih penyedia jasa pengiriman, melacak status
pengiriman, melakukan adminstrasi pengembalian produk (return).

2. Ilustrasi Proses Manajemen di Rantai Pasok


a. Plan (Perencanaan)
Pada tahap perencanaan, perusahaan tersebut melakukan peramalan (forecasting) untuk
memperkirakan volume kebutuhan pasar akan furnitur kantor untuk desain dan kualitas tertentu,
untuk segmen pelanggan tertentu. Jumlah tersebut dikalkulasi kebutuhan bahan baku dan
biayanya, dan akhirnya diketahui biaya produksinya. Setelah ditambahkan biaya lainnya maka
diketahui seluruh biaya produksi, sehingga dapat dihitung berapa keuntungan yang bakal
diperoleh pada kurun waktu tertentu.
b. Source (Pencarian Pasokan dan Pengadaan)
Pada tahap selanjutnya dilakukan proses pengadaan bahan atau material yang dibutuhkan untuk
membuat furnitur tersebut. Sebelum pembelian, dilakukan pencarian pemasok yang dapat
memberi harga dan kualitas yang baik. Hasil pengadaan berupa kayu dan bahan-bahankebutuhan
lainnya, disimpan dalam gudang dan dilakukan pencatatan.
c. Make (Pembuatan)
Tahap berikutnya adalah transformasi, dimana produksi perabot kantor dimulai dengan
membuat perencanaan produksi, perencanaan penggunaan peralatan, dan penjadwalan kerja
tukang kayu. Setiap pengerjaan satu produk dilakukan proses pengendalian kualitas.
d. Deliver (Pengiriman)
Tahap terakhir adalah pengiriman, dimana produk yang sudah siap disimpan dalam gudang dan
dicatat. Pengiriman barang kepada pengecer bisa diantar sendiri atau menyewa perusahaan
angkutan.Pengguna akhir adalah pembeli dari kantor-kantor yang membutuhkan.
Rantai pasok adalah seluruh unsur/organisasi yang terlibat dalam pengadaan bahan baku, proses
produksi, dan pengiriman meja, kursi, lemari arsip, atau perabot kantor lainnya keatau pada
penerima akhir pelanggan. Sedangkan SCM adalah proses mengelola seluruh rantai pasok untuk
memastikan perusahaan memiliki semua yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan saat ini.
Rantai pasok bisa sangat kompleks, tetapi pada tingkat paling dasar meliputi:

Produser bahan tugasnya memasok kayu untuk membangun mejadan perabot


baku kantor lainnya.
Pabrikan Perusahaan dalam contoh, dimana perusahaan inimembuat
berbagai perabot kantor.
Distributor Perusahaan tempat yang membawa perabot
kantor ke lokasi ritel
Pengecer Lokasi ritel yang menjual perabot kantor
Pelanggan Kantor-kantor yang membeli perabot kantor daripengecer

Dalam era teknologi informasi ini, SCM bukan hanya mengelola produk dan keuangan saja, tetapi
juga mengelola seluruh aliran barang/jasa, uang, dan informasi secara serempak.
Lebih dari itu, peran teknologi informasi juga menyebabkan satu set rantai pasok bisa dilakukan
oleh berbagai pelaku bisnis yang berbeda. Misalnya sistem logistik bisa dikontrak melalui
mekanisme pasar tanpa perlu dimiliki oleh perusahaan dalam hirarkhi organisasinya. Kehadiran
teknologi informasi secara keseluruhan memberikan efisiensi kepada para pihak yang pada
gilirannya memberikan surplus ekonomi kepada seluruh rantai pasok.
Memahami apa itu komponen supply chain dan siklus manajemennya (SCM) dapat memberi
gambaran mengenai apa yang dilakukan oleh industri manufaktur, jasa, dan konstruksi dalam
melakukan aktivitas di pasar maupun di internal organisasinya. Bagaimana kaitan dan peran SCM
dengan pengadaan barang/jasa dan khususnya dengan pengadaan barang/jasa pemerintah
(PBJP) akan diuraikan selanjutnya.
KETERKAITAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN
MANAJEMENRANTAI PASOK

SEKTOR DAN AKTIVITAS YANG MENJALANKAN SCM


SEKTOR BISNIS (PERUSAHAAN)
Suatu badan hukum usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (profit) dari
proses kegiatannya. Aktivitas perusahaan adalah menciptakan, memproduksi, mendistribusikan,
memperdagangkan, atau melayani konsumen yang membeli produk atau layanan jasa mereka. Secara
umum perusahaan terbagi atas :
1) Produksi: industri hulu, yang terdiri atas industri bahan dasar, industri eksplorasi, dan industri
strategis, serta industri hilir yang terdiri industri makanan dan minuman, industri otomotif,
industri teknologi dan informasi, dan lain-lain;
2) Distribusi dan perdagangan: distributor, grosir, pasar modern, pasar tradisional, dan pedagang
eceran;
3) Pekerjaan dan layanan yang berbasis proyek: pekerjaan konstruksi, teknologi informasi,
penyelenggaraan kegiatan, jasa konsultansi;
4) Berbagai sektor jasa: transportasi, akomodasi, alih daya, dan jasa lainnya.
Di dalam organisasi bisnis, bisa terdapat sejumlah pemain atau organisasi yang terlibat di dalam SCM,
setiap pemain/organisasi bertempat yang sama atau berbeda. Bisa berbeda propinsi, pulau, negara
maupun benua. Jadi SCM ini bisa sangat kompleks melewati batas negara maupun batas benua yang
berjarak sangat panjang beribu kilometer, sehingga pelaksanaan SCM membutuhkan suatu metode,
kecermatan dan kerja sama yang baik antara pelaku yang satu dengan yang lain.
Sebagai contoh diambil suatu perusahaan yang memproduksi garmen. Pihak yang terlibat dalam
memproduksi garmen dapatdikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Pi
hak pertama: Pihak yang memproduksi barang baku, yaitu perusuhaan benang dan sebagainya.
2) T
ahap kedua: Pihak yang memproduksi kain yaitu perusahaan tekstil.
3) T
ahap ketiga: Pihak yang merubah tekstil menjadi pakaianyaitu perusahaan garmen.
Setelah menjadi pakaian kemudian didistribusikan oleh perusahaan yang mempunyai brand atau brand
owner. Perusahaan brand owner yang akan menjual produk garmen tersebut ke Negara-negara
manapun mereka beroperasi. Bisa saja barang diproduksi di Indonesia kemudian dipasarkan ke benua
Eropa atau Amerika melalaui jaringan toko atau jaringan retail.
Aliran barang adalah aliran fisik dari hulu ke hilir. Sebenarnya aliran yang terjadi di manajemen rantai
pasok ada 3, yaitu aliran barang, informasi dan uang. Dari ketiganya yang sangat penting dalam suatu
perusahaan adalah aliran informasi.
Perusahaan yang bisa mengirim barang lebih cepat, memiliki on time delivery lebih tinggi adalah
perusahaan yang mampu menangani aliran informasi dengan baik.
Bila suatu produsen atau pabrik memantau perkembangan penjualan di toko, dan mengetahui berapa
stok yang tersisa di toko, maka kebutuhan kedepan bisa diramal lebih akurat. Kebutuhan barang yang
harus dikirim ke toko bisa ditentukan dan berapa barang yang harusdiproduksi saat ini.
Aliran informasi material dari pemasok juga sangat dibutuhkan. Status pemesanan sudah sampai
dimana, apa kemungkinan terlambat atau on time, ini akan sangat membantu dalam menentukan
keputusan- keputusan bagi pengelola pabrik. Syarat kunci dalam pengelolaan rantai pasok adalah
bagaimana mengelola informasi. Pergerakan barang sepenuhnya diatur oleh informasi.
Mengapa rantai pasok sangat penting untuk menciptakan daya saing suatu perusahaan, mengapa
harus mengimplementasikan manajemen rantai pasok dengan membuat produk menjadi available
setidaknya pada tempat yang tepat, dalam jumlah yang benar, dan waktuyang tepat.
Ciri perusahaan yang mempunyai manajemen rantai pasok yang baik, menurut Supply chain Council
yang mempunyai metodologi yang disebut SCOR, singkatan dari Supply chain Operation Reference. Ada
5aspek agar manajemen rantai pasok suatu perusahan berjalan dengan baik, yaitu:
1) Reliability (handal)
Barang yang diproduksi sampai ke tangan konsumen harus berkualitas sesuai dengan spesifikasi
yang diharapkan konsumen. Reliability atau kehandalan juga berarti kemampuan unyuk
mengirimkan barang ke konsumen secara tepat waktu. Janji 2 minggu harus ditepati 2 minggu.
2) Responsiveness (kecepatan)
Kecepatan memenuhi permintaan pelanggan dengan lebih cepat. Kalau tahun yang lalu siklus
waktu pemesanan 2 hari, maka sekarang harusnya bisa kurang dari 2 hari.
3) Agility (fleksibel dan adatif)
Permintaan bisa naik dan bisa turun dan itu pun bisa mendadak. Pertanyaannya apakah
perusahaan bisa mampu untuk menyesuaikan diri namun tetap bisa berkelanjutan secara
bisnis.Ini sangat penting sebab ada perusahaan yang menaikturunkan kapasitas produksi sangat
sulit, tapi juga ada yang yang sangat mudah atau relative lebih mudah. Ini menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam agilitas dan fleksibilitas dalam merespon perubahan yang terjadi di
lapangan.
4) Efficiency
Manajemen rantai pasok yang bagus juga dicirikan oleh proses effisiensi. Proses pembelian
material, proses produksi, proses pengiriman sedapat mungkin dibuat rendah. Untuk menunjang
daya saing harga dipasar, maka harus efisien disepanjang rantai pasok.
5) Asset productivity
Manajemen rantai pasok adalah mengelola asset. Ada pabrik, ada mesin produksi yang ada, ada
bangunan, ada forklift yang mungkin ada di gudang, kapal, truk dan alat transportasi yang lain. Ini
yang dinamakan asset. Persoalannya bagaimana bisa mendapatkan revenu atau penghasilan yang
lebih besar dengan aset yang lebih kecil. Ini juga merupakan hal penting supaya aset perusahaan
produktif menghasilkan revenue.
Dari 5 ciri manajemen rantai pasok di suatu perusahaan seperti diatas dapat dikelompokkan menjadi 2
yang memenuhi kepentingan pelanggan dan yang memenuhi kepentingan perusahaan.
Yang memenuhi kepentingan pelanggan adalah: Reliability, Responsiveness, Agility
Yang memenuhi kepentingan perusahaan adalah: Efficiency, Asset productivity
Pelanggan bisa mendapatkan barang sesuai dengan janji, dari sisi waktu dan kualitas. Pelanggan ingin
merespon perubahan. Itulah sifat pelanggan. Namun disisi lain perusahaan tidak mau merespon semua
itu dengan biaya yang terlalu tinggi, pemanfaatan aset perusahaan akhirnya sangat rendah dan lain
sebagainya.
Sehingga dari sisi produsen yang mengelola manajemen rantai pasok ini, mereka ingin mengirimkan
apa yang diinginkan pelanggan, tetapi dengan proses yang efisien artinya dengan biaya yang rendah
dan aset yang dimiliki menjadi produktif. Sangat penting bagi perusahaan untuk memuaskan
pelanggan dengan nilai pengiriman kepada pelanggan dengan baik tetapi disisi lain harus tetap
memenuhi dari sisi produktivitas aset dan efisiensi.

SEKTOR NIRLABA
Suatu organisasi yang didirikan untuk tujuan memberikan dukungan, menyediakan kebutuhan,
membantu pemerintah, dan memberikan kontribusi bagi sesama di ruang publik tanpa bermaksud
memperoleh keuntungan finansial (non-profit) secara langsung dari kegiatan tersebut. Secara umum
sektor nirlaba terbagi atas :
1) Lembaga pendidikan: pendidikan formal dan pendidikan informal
2) Lembaga sosial kemanusiaan: lembaga sosial keagamaan, lembaga sosial kesehatan,
lembaga bantuan sosial kemasyarakatan, lembaga sosial korporasi
3) Lembaga swadaya masyarakat: organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga
kajian masyarakat
4) Lembaga bantuan internasional: palang merah internasional, lembaga dan badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, lembaga bantuan sosial internasional.
SEKTOR PEMERINTAH
Kegiatan birokrasi yang dijalankan oleh suatu sistem ketatanegaraan dalam suatu negara dengan
tujuan menjalankan roda pemerintahan dan sekaligus melayani masyarakat di negara tersebut. Secara
umum sektor layanan pemerintah dilaksanakan oleh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah.

PENGADAAN DI SEKTOR PEMERINTAH


Pengadaan
Semua organisasi baik yang ada di sektor bisnis, nirlaba, dan pemerintah pasti melakukan pengadaan
(procurement) untuk melaksanakan kegiatan mereka masing-masing.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiataan untuk memenuhi tujuan operasional masing-masing,
organisasi membutuhkan anggaran belanja pengadaan yang cukup. Pengadaan pada organisasi
pemerintah di Pusat dan Daerah tergantung pada ketersediaan anggaran pada perioda waktu tertentu.
Di organisasi bisnis, anggaran pengadaan adalah milik perusahaan sehingga ada fleksibilitas dalam
penggunaannya dari sudut jumlah, kualitas, dan waktu.
Organisasi bisnis beroperasi di bawah kebijakan kelembagaan yang dirancang untuk memenuhi tujuan
bisnis mereka. Mereka dapat mencari pemasok secara lebih leluasa dan memberikan kontrak langsung
tanpa kewajiban melakukan proses penawaran. Misalnya, jika rumah sakit swasta ingin membeli
pompa insulin, ia dapat menghubungi berbagai produsen perangkat medis untuk menanyakan tentang
kualitas dan harga produk dan menegosiasikan kesepakatan pasokan potensial. Jika organisasi bisnis
memilih untuk mengundang vendor untuk mengajukan proposal penawaran, mereka secara alami
fokus padapemberian kontrak kepada pemasok dengan syarat dan ketentuan yang menguntungkan.
Organisasi bisnis berorientasi pada laba dan terutama berfokus pada peningkatan pengembalian bagi
pemilik atau pemegang saham perusahaan. Kegiatan pengadaan mereka bersifat rahasia - mereka
beroperasi dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, dimana berbagi intelijen perdagangan dengan
pesaing tidak disarankan. Di sisi lain, organisasi pemerintah harus meyakinkan warga bahwa uang
publik dihabiskan dengan bijak dan transparan. Untuk mencapai hal ini, organisasi pemerintah harus
menghabiskan lebih banyak dana untuk melakukan audit internal rutin untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan. Organisasi pemerintah dalam industri/bidang yang sama juga biasanya
berbagi informasi pengadaan, misalnya informasi mengenai penyedia dengan layanan yang dapat
diandalkan.
Organisasi di sektor bisnis dan pemerintah memiliki tujuan yang sama dalam mendapatkan nilai uang
(Value for Money) dalam semua kegiatan pengadaan. Mereka fokus pada pembelian barang dan jasa
dengan harga yang tepat dan sering terlibat dalam negosiasi pengurangan biaya dengan pemasok.
Walaupun organisasi di sektor pemerintah dan bisnis sama-sama melayani publik, namun ada
perbedaan mendasar diantara keduanya. Entitas pemerintah melayani publik/masyarakat melalui
penyediaan layanan gratis atau berbiaya rendah, sementara organisasi swasta melakukannya dengan
menjual produk dan layanan dengan harga lebih tinggi berdasarkan kompetisi, yang dapat mengarah
pada layanan prima, salah satunya, lead time yang pendek. Manufacturing lead time adalah periode
waktu antara pemesanan pelanggan dan waktu pesanan itu selesai dikerjakan. diukur dalam hitungan
hari acuan bagi pelaksanaan perencanaan, persiapan, dan pelaksaaan pengadaan, baik pengadaan
melalui swakelola maupun melalui penyedia.

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak
identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. Identifikasi kebutuhan mengawali
proses perencanaan pengadaan, dilanjutkan dengan tahap persiapan, dilanjutkan pada tahap
pelaksanaan pengadaan yang diakhiri dengan proses serah terima (lihat Gambar 3.1). Jenis PBJP
meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa lainnya.
PBJP dalam Kegiatan Rutin
Kegiatan rutin yang dilakukan secara teratur dan seringkali diperlukan untuk keberhasilan
kegiatan/program yang sedang berlangsung. Contohnya termasuk kegiatan administrasi perkantoran,
kegiatan rapat bulanan, kegiatan rapat kerja evaluasi dan rencana tahunan, kegiatan pencatatan
BMN/D, pemeliharaan komputer, bangunan dan mesin, dan lain sebagainya. PBJP untuk kegiatan ini
dapat dipenuhi melalui pengadaan langsung atau pembelian melalui eKatalog. Untuk jasa bisa
dilakukan melalui pengadaan langsung jasa lainnya. Untuk jasa yang lebih besar bisa dilakukan melalui
seleksi jasa konsultan atau jasa lainnya.
PBJP dalam Kegiatan Proyek
Suatu proyek adalah serangkaian kegiatan yang sementara karena memiliki awal dan akhir waktu
yang jelas, sehingga lingkup dan sumber daya yang dibutuhkan juga jelas. Kegiatan- kegiatan berbasis
proyek bersifat unik karena proyek terdiri dari serangkaian kegiatan/operasi khusus yang dirancang
untuk mencapai tujuan tunggal. Kegiatan proyek biasanya berupa kegiatan pekerjaan konstruksi,
teknologi informasi, dan pengorganisasian kegiatan (event). PBJP untuk mendapatkan penyedia
dilakukan melalui tender, seleksi, atau penunjukan langsung.
PBJP Kegiatan Tanggap Darurat
Kegiatan tanggap darurat adalah aktivitas kerja yang menangani situasi yang tidak terduga yang terkait
dengan peristiwa luar biasa diluar dugaan seperti kecelakaan dan bencana (force majeure). Aktivitas
kondisi tanggap darurat meliputi upaya: perbaikan infrastruktur, prasarana, layanan, dan evakuasi
untuk merespons terjadinya bencana alam, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. PBJP untuk
kegiatan tanggap darurat bisa melalui penunjukan langsung.

KETERKAITAN PBJP DENGAN MANAJEMEN RANTAI PASOK


Kebutuhan untuk planning, sourcing, making, dan delivering sektor bisnis juga hadir di berbagai
instansi publik. Menyesuaikan tahapan proses tersebut untuk aktivitas pemerintah, mulai sekarang
tahapan tersebut disebut sebagai sebagai tahapan manajemen perencanaan, pengadaan, produksi, dan
pengiriman/distribusi/penyebarluasan.
Karena sebahagian besar aktivitas pemerintah dapat dilakukan secara swakelola ataupun melalui
penyedia, maka banyak sekali aktivitas PBJP yang terkait dengan/ dapat diidentifikasi sebagai aktivitas
manajemen rantaipasok. Aktivitas PBJP dapat berada di semua tahapan siklus SCM.
Di sektor pemerintah, proses SCM sebenarnya secara otomatis sudah berjalan saat proses Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) dilaksanakan. Jika tidak dirasakan kehadiran proses SCM tersebut,
lebih karena belum adanya regulasi yang mengatur secara teknis proses operasional SCM dan belum
adanya struktur SCM di sektor layanan publik.
Banyak yang meyakini praktek SCM sudah berkembang di dalam birokrasi misalnya di bidang militer,
sosial, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Pada institusi publik seperti Kementerian PUPR,
Kesehatan, Militer, Basarnas, BNPB, PMI, terlihat adanya proses SCM pada kegiatan operasional rutin,
di proyek-proyek dan kegiatan dalam kegiatan tanggap darurat. Salah satu indikator kehadiran proses
SCM, seperti yang biasa dilihat di industri manufaktur adalah kehadiran gudang dan administrasinya.
Pada aktivitas proyek konstruksi dan kegiatan kondisi darurat di sektor pemerintah, akan ditemukan
adanya gudang yang menyimpan persediaan dan asset, dan juga unit transportasi dan distribusi yang
siap dioperasikan setiap saat. Namun di kebanyakan organisasi pemerintah lainnya, tidak ada
keperluan gudang untuk proses kerja mereka.
Pada saat ini, dengan adanya teknologi informasi dan perubahan besar dalam struktur dunia bisnis,
kepemilikan gudang dan kendaraan untuk pengiriman tidak selalu menjadi indikator kehadiran SCM
secara fisik. Fasilitas untuk proses produksi, pergudangan, dan ekspedisi, tidak harus dimiliki sendiri,
karena bisa di dipihak-ketigakan. Perusahaan tidak harus memiliki mesin produksi, pergudangan, dan
kendaraan untuk pengiriman. Formalisasi proses bisnis tersebut tidak harus ada dalam hierarki
struktur organisasi, karena layanan jasa untuk proses bisnis tersebut, misalnya proses pengiriman,
sudah tersedia di pasar, yang bisa jadi lebih murah daripada mengerjakan atau memilikinya sendiri.
Keputusan atas pilihan-
pilihan strategi untuk mengerjakan sendiri atau menyerahkan pada pihak ketiga, sudah tersedia dalam
Perpres 16/2018 dan perubahannya (Perpres 12 Tahun 2021), antara lain, melalui pilihan PBJP
melalui swakelola atau melalui penyedia.
Siklus Keterkaitan PBJP dalam SCM dijelaskan dalam tahapan atau siklus SCM sebagai berikut :

PBJP DALAM TAHAP PERENCANAAN (PLAN)


Perencanaan dalam SCM meliputi penetapkan tingkat pelayanan (service level) untuk kepuasan
pelanggan dengan cara menaksir kebutuhan bahan baku, peralatan/mesin, kualitas, kapasitas, jumlah
yang di produksi, menetapkan cara mengubah input menjadi output (produksi), cara pengiriman, dan
menaksir kebutuhan distribusi. Perencanaan program/kegiatan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang dapat dikategorikan sebagai perencanaan yang setara dengan proses planning di SCM
adalah proses penyiapan Renstra sampai dengan Renja K/L/PD dan RKA K/L/PD. Di dalam Renstra
disebutkan tujuan, sasaran, strategi, target lima tahun, program, dan rencana kinerja tahunan. Biasanya
tujuan/sasaran Renstra berorientasi pada pelayanan masyarakat. Namun Renstra belum cukup
terperinci menaksir jumlah, kualitas, waktu, biaya, lokasi, siapa penyedianya, dan bagaimana
mendistribusikannya. Walaupun tidak tercantum dalam aturan pengadaan, proses penyusunan
Renstra mengikuti ketentuan dalam Undang-Undang Perencanaan Nasional dan penatausahaan
keuangan daerah oleh Kemendagri. Rencana tahunan yang lebih rinci yang meliputi kegiatan, target
fisik, dan target keuangan yang indikatif disusun menjadi Renja K/L dan Renja SKPD. Renja ini
kemudian menjadi pedoman untuk menyusun kegiatan melalui swakelola atau penyedia dengan target
keuangan yang final, yang tercantum dalam RKA K/L dan RKA SKPD.
Perpres 16/2018 dan perubahannya menyebutkan bahwa perencanaan pengadaan dilakukan
bersamaan dengan proses penyusunan Rencana Kerja K/L/PD yang merupakan tindak lanjut
penyusunan Renstra. Meskipun proses renstra tidak diatur dalam PBJP, namun tujuan dan sasaran
Renstra menjadi acuan dalam Renja tahunan K/L/PD. Artinya perencanaan PBJP dapat mengacu pada
Renja dan seharusnya sudah dapat mulai disiapkan pada sekitar akhirkuartal pertama.

PBJP TAHAP PELAKSANAAN PENGADAAN (SOURCE)


Dalam platform SCM, perencanaan pengadaan masuk dalam tahapan penelusuran/pencarian pemasok
(sourcing). Dalam PBJP sourcing adalah identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal,
dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Untuk melakukan perencanaan pengadaan pada semua
kegiatan pemerintah, K/L/PD dapat menggunakan Perpres 16/2018 dan perubahannya, peraturan
LKPP nomor: 11 tahun 2021 mengenai pedoman perencanaan, dan Keputusan Deputi II no 10 tahun
2019 mengenai petunjuk teknis perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Proses perencanaan PBJP ini sudah disusun lebih terperincidalam suatu pedoman yang sudah fokus
pada kriteria penelusuran untuk jenis pengadaan dan sumber pasokannya. Bahkan saat ini, K/L/PD
didorong untuk mulai menyusun rencana pengadaan bersamaan dengan awal periode penyusunan
anggaran, yaitu disekitar akhir kuartal 1 pada tahun n-1. LKPP bahkan sudah menyediakan SiRUP
(sistem rencana umum pengadaan) untuk menampilkan seluruh paket pengadaan, jenis, dan biayanya.
Pedoman semacam ini sudahmengaplikasikan perencanaan pengadaan yang diajarkan dalam SCM.
Persiapan PBJP baik untuk swakelola maupun melalui penyedia juga diatur dalam perpres 16/18 dan
perubahannya. Dalam aktivitas ini, dilakukan penyusunan spesifikasi, penetapan HPS, dan rancangan
kontrak, untuk pengadaan melalui penyedia, dan penyusunan Rancana Anggaran dan Biaya (RAB) untuk
pengadaan melalui swakelola.
Pada aktivitas pelaksanaan PBJP dilakukan proses pemilihan, pelaksanaan kontrak, pembayaran, dan
serah terima. Proses pelaksanaan termasuk penggunaan eMarketplace yang terdiri dari Katalog
Elektronik, Toko Daring, atau tender melalui Pemilihan Penyedia (eTendering). Untuk kegiatan rutin,
K/L/PD dapat langsung membeli melalui eKatalog. Dalam tahap sourcing dan procurement, aturan dan
pedoman yang dikembangkan oleh LKPP sudah semakin melengkapi praktek manajemen yang
diajarkan dalam SCM.
Pelaksanaan pengadaan untuk kegiatan tanggap darurat atau penanganan keadaan darurat, K/L/PD
terutama BNPB dapat menggunakan Peraturan LKPP no 13 tahun 2018 tentang pengadaan
barang/jasa dalam penanganan keadaan darurat dan/atau Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana nomor 13 tahun 2008 tentang pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana.

PBJP DALAM TAHAP PRODUKSI, PENGENDALIAN MUTU, DAN PERGUDANGAN (MAKE)


Peraturan PBJP tidak mengatur sistem produksi namun produksi untuk semua jenis produk, apakah
berupa barang (product), layanan (service), ataupun hasil kerja (result), dapat dilakukan oleh
pemerintahmelalui penyedia atau dilakukan sendiri (swakelola). Prosespelaksanaan dan pengendalian
kegiatan produksi termasuk dalam tahap pelaksanaan kontrak. Perencanan dan pengendalian
kegiatan proyek biasanya menggunakan model-model manajemen proyek (project management)
yang sudah dikenal luas konsep dan aplikasinya. Prosedur pengendalian mutu secara spesifik tidak
diatur dalam PBJP. Tapi aturan PBJP mewajibkan kualitas diatur dalam kontrak karena penyedia
bertanggung jawab atas pelaksanaan kontrak, kualitas barang/jasa, ketepatan perhitungan jumlah
atau volume, ketepatan waktu penyerahan, dan ketepatan tempat penyerahan. Dalam peratuan LKPP
no 12 tahun 2021 tentang pedoman pelaksanaan PBJ melalui penyedia disebutkan bahwa
program mutudisusun oleh penyedia sebelum rapat persiapan pelaksanaan kontrak.
Program mutu itu berisi informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan, organisasi kerja
penyedia, jadwal pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja, dan pelaksana kerja. Program mutu
disesuaikan dengan jenis barang/jasa, karakteristik dan kompleksitas pekerjaan.
Prosedur pergudangan tidak diatur dalam aturan Perpres 16/2018. Untuk kegiatan tanggap darurat,
urusan pergudangan dapat mengacu pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 13 tahun 2008 tentang pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana.
Inventarisasi barang yang dibeli (inbound logistics) dan dihasilkan (outbound logistics) dapat mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan itu menyebutkan bahwa barang milik negara/daerah adalah barang yang dibeli atas beban
APBN/APBD dan barang yang berasal dari perolehan lainnya, salah satunya dari pelaksanaan
perjanjian/kontrak. Kegiatan pergudangan untuk kegiatan rutin dan kegiatan proyek dapat
dibebankan pada penyedia, tertulis dalam kontrak.

PBJP DALAM TAHAP PENGIRIMAN/DISTRIBUSI/PENYEBARLUASAN DAN SERAH TERIMA


(DELIVER)
Prosedur pengiriman produk fisik atau penyampaian produk non- fisik misalnya peraturan baru,
pelayanan baru, cara melatih yang baru,tidak diatur dalam perpres 16 tahun 2018 dan perubahannya.
Proses-proses pengiriman/distribusi/penyebarluasan untuk kegiatan berkelanjutan atau berbasis
proyek pada tahap ini dapat dilaksanakan oleh penyedia atau dilakukan secara swakelola. Untuk
kegiatan tanggap darurat proses pengiriman (pengangkutan) diatur dalam Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor13 tahun 2008.
Prosedur serah terima pekerjaan diatur dalam peratuan LKPP no 12 tahun 2021 tentang pedoman
pelaksanaan PBJ melalui penyedia,
yaitu untuk barang/jasa yang dibeli dari atau dihasilkan oleh penyedia (hal 66, SSUK). Untuk kegiatan
tanggap darurat, dan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor13 tahun 2008
tentang pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana juga mengatur proses
serah terima pengadaan dari supplier (inbound logistics) dan penerimaan di tujuan (outbound logistics)
oleh instansi daerah atau masyarakt. Secara umum semua barang yang dibeli atau dihasilkan atau
diserahkan untuk kepentingan umum (masyarakat misalnya), wajib untuk dilaporkan dalam berita
acara serahterima. (PP 27 tahun 2014).
Dalam tabel berikut ini disampaikan ringkasan mengenai keterkaitan PBJP dalam tahapan SCM.
Tabel 3.1 Keterkaitan PBJP dengan siklus SCM
Siklus
Aktivitas SCM Aktivitas PBJP Catatan
SCM

Menetapkan tujuan, Rencana strategis


strategi, dan rencana kerja Menetapkan tujuan, termuat dalam Renstra
multi tahun dan tahunan. sasaran, strategi, target K/L, Renstra SKPD.
Menaksir kebutuhan bahan lima tahun, program,
baku, peralatan/mesin, danrencana kinerja Tidak diatur dalam
kualitas, kapasitas, jumlah tahunan. Perpres 16/2018 dan
Plan
yang di produksi, perubahannya.
menetapkan cara Menyusun rencana
mengubah input menjadi tahunan yang lebih rinci Termuat dalam
output (produksi), cara yang meliputi kegiatan Renja K/L dan
pengiriman, dan menaksir dan Renja SKPD
kebutuhan distribusi. target fisik dan keuangan,
yang masih
bersifatindikatif.
Menyusun kegiatan
berupatarget fisik dan
Termuat dalam RKA
keuangan yang final, yang
K/L dan RKASKPD
akan diadakan melalui
swakelola atau penyedia.
● Menyiapkan rencana
pengadaan yang
meliputi proses
identifikasi
kebutuhan, penetapan
Melakukan penelusuran barang/jasa,cara, Diatur dalam Perpres
penyedia, pemilihan jadwal, dan anggaran 16/2018 dan
penyedia, menerima PBJP. perubahannya,
pengiriman dari penyedia,
Source ● Melakukan persiapan peraturan LKPP no 12
pemeriksaan, dan
PBJP melalui tahun 2021,Keputusan
penyelesaian pembayaran
penyediaatau DeputiII no 10 tahun
dan melakukan evaluasi
swakelola. 2019
kinerja penyedia (supplier).
● Melaksanakan proses
pemilihan,
pelaksanaankontrak,
pembayaran, dan dan
serah terima.
Mentransformasi bahan
baku/ komponen
Melakukan proses
menjadibarang/jasa.
produksi barang
Bentuk transformasi (product),layanan Tidak diatur dalam
dapatberupa proses: (service), ataupunhasil aturan PBJP
- Menghasilkan kerja (result), dapat
Make outputproduk. melalui penyedia atau
dilakukan sendiri
- Melakukan kegiatan Dapat diatur
(swakelola). Proses
produksi, dalam kontrak.
pelaksanaan dan
penjadwalan,
pengendalian produksi.
pengendalian
(termasuk kegiatan dalam
produksi,mengelola
barang setengah jadi,
memelihara
fasilitasproduksi.
- Menggunakan dan tahap
memanfaatkan aset pelaksanaan
atau barang habis kontrak)
pakaiuntuk kegiatan
administrasi dan
operasional.
Pengendalian mutu
Melakukan pengendalian tidak diatursecara
Melakukan pengendalian kualitas/mutu spesifik tapi wajib
mutu sebelum dan setelah berdasarkankontrak yang diatur dalam
produksi. programnya disiapkan kontrak.
penyedia. Peraturan LKPP
12/2021.
Perka BNPB
Nomor13 tahun
2008 (untuk tanggap
Melakukan administrasi darurat)
Melakukuan
pergudangan untuk PP Nomor 27
administrasi
kegiatan tanggap
pergudangan. tahun 2014.
darurat.
Prosedur pergudangan
tidakdiatur dalam
aturan PBJP.
Mengirimkan/mendistribus
Deliver Mengirimkan dan Tidak diatur dalam
i
mendistribusikan kan/ menyebarluaskan Perpres 16/18
barang/jasa ke pengguna produk fisik/non-fisik.
akhir. Biasanya meliputi : Dapat dilaksanakan oleh
Manajemen order, penyedia atau dilakukan
transportasi, dan distribusi. secara swakelola.
Proses yang terlibat Melakukan prosedur serah Perka BNPB
diantaranya: terima untuk barang/jasa Nomor 13 tahun
● Menangani
permintaan dari
pengguna akhir.
yang dibeli dari atau
● Memilih penyedia 2008 (untuk
dihasilkan oleh penyedia.
jasapengiriman. tanggap darurat)

● Menangani
kegiatan
Melaporkan barang/jasa
pergudangan Peraturan LKPP
yang dibeli atau
produkjadi. Nomor 12 tahun
dihasilkanatau
● Melacak diserahkan untuk 2018
status kepentingn umum (misal,
pengiriman. masyarakat) dalam
● Administrasi bentukberita acara serah
PP 27 tahun 2014.
barangyang terima.
dikembalikan.
● dll

PBJP DAN RANTAI PASOK


Organisasi pemerintah memiliki banyak sistem produksi sehingga memiliki jenis rantai suplai yang
sangat bervariasi, yaitu rantai suplai pendek, rantai suplai panjang, dan rantai suplai kompleks. Banyak
kegiatan yang diawali dengan pengadaan melalui penyedia (supplier) dan berakhir pada serah terima
pada pengguna barang/jasa (internal organisasi). Ini merupakan bentuk rantai suplai yang pendek.
Namun ada juga kegiatan yang dimulai dari pengadaan dari penyedia (supplier), dilanjutkan dengan
produksi (di internal organisasi), sampai dengan pengiriman dan serah terima di masyarakat
(customer), yang menggambarkan rantai suplai yang panjang. Rantai suplai kompleks adalah rantai
suplai untuk kegiatan yang menjangkau pelanggan eksternal, melibatkan pinjaman/hibah luar negeri,
dana dari investor/lembaga keuangan, dan berbagai pihak lainnya misalnya Lembaga riset. Rantai
suplai pengadaaan barang/jasa yang kompleks atau Kegiatan Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) umumnya adalah jenisyang kompleks.
Kegiatan tanggap darurat kemungkinan besar bekerja pada rantai suplai panjang dari pengadaan
sampai dengan penyerahan kepada masyarakat, bahkan memberikan pelayanan lebih lanjut. Kegiatan
rutin dan kegiatan proyek cukup bervariasi dalam ukuran rantai suplainya. Proyek pembangunan
sistem informasi kepegawaian adalah kegiatan pengadaan untuk produksi/penggunaan sendiri,
merupakan rantai suplai pendek. Proyek pembangunan Gedung sekolah SMP, dimulai dari pengadaan,
dilanjutkan dengan produksi, dan kemudian pemanfatannya menjangkau pengguna yaitu murid-murid
SMP di lokasi tertentu, adalah rantai suplai panjang.
Selama ini PBJP dikonotasikan sebagai proses atau kegiatan penyelesaian satu paket pengadaan, dari
identifikasi kebutuhan mengawali proses perencanan pengadaan, dilanjutkan dengan tahap persiapan,
dilanjutkan pada tahap pelaksanaan pengadaan yang diakhiri dengan proses serah terima. Perencanaan
dan penganggaran paket PBJP tersebut biasanya direncanakan dalam dalam rantai suplai pendek,
tidak berupa rangkaian kegiatan untuk memenuhi sasaran secara utuh untuk mencapai tujuan
(outcome).
Padahal bilamana kita melihat PBJP dalam satu set unjuk kinerja (rantai hasil input, aktivitas, output,
outcome, dan impact) yang terdiri dari beberapakegiatan yang sangat terkait, yang mungkin saja terdiri
dari beberapa paket pengadaan termasuk swakelola, maka kita akan melihat suatu rantai pasok yang
cukup panjang. Satu set kegiatan tersebut bisa juga berupa gabungan paket
pembangunan/pengembangan fisik, misalnya pembangunan gedung/rehabilitasi ruangan, atau
pembangunan/peningkatan pelayanan/manajemen, misalnya perbaikan struktur organisasi dan
manajemen dan/atau pengembangan sistem informasi..
Sebagai contoh, sebuah organisasi pemerintah ingin meningkatkan layanan perpustakaannya.
Peningkatan pelayanan perpustakaan, dimulai dengan rehabilitasi gedung/ruangan, penambahan
buku-buku dan buku- buku elektronik, pembangunan sistem informasi perpustakaan, perekrutan
tenaga ahli pustaka, perubahan struktur organisasi dan manajemen, penyusunan peraturan atau SOP
pemeliharaan dan pelayanan perpustakaan.
Kegiatan perencanaan bisa dimulai dari forecasting (peramalan), berapa banyak pelanggan yang akan
dilayani oleh perpustakaan. Untuk pelayanan dengan kualitas terbaik misalnya, diperlukan
penambahan ruangan, buku-buku, dan pelayanan sistem informasi. Berangkat dari proses perencanaan
yang menyeluruh, akan diperoleh rencana kegiatan yang lengkap mulai dari rantai pasok hulu, rantai
pasok internal, dan rantai pasok hilir. Di hulu, identifikasi kebutuhan untuk pemilihan kontraktor,
supplier buku, dan developer sistem informasi (SI), bisa dijadwalkan. Penambahan ruangan dan
pengembangan SI mungkin sudah bisa dijadwalkan lebih dahulu. Selanjutnya proses di rantai pasok
internal adalah melakukan produksi pembuatan Rencana Pelayanan dan SOP, termasuk konsep
perbaikan organisasi dan manajemen. Bila pembangunan gedung/ruangan, pengadaan buku baru,
rekrutmen ahli perpustakaan, dan sistem informasi sudah diserah-terimakan, maka cetak biru dan SOP
pelayanan prima perpustakaan sudah dapat disosialisasikan (disebarluaskan) dan selanjutnya
digunakan untuk melayani pelanggan perpustakaan (rantai pasok hilir).
Penyusunan anggaran tahunan permerintah biasanya menghasilkan paket-paket pengadaan melalui
penyedia atau swakelola yang terlihat parsial, kecil-kecil dan banyak. Sasaran dari masing-masing
paket pada umumnya untuk keperluan penggunaan rantai pasok internal pada tahun itu.Padahal paket-
paket tersebut plus kegiatan rutin atau proyek, dapat disusunatau dirangkai dalam satu rantai suplai
panjang yang memiliki satu tujuan/sasaran. Indikator kinerja rantai pasok tersebut adalah kepuasan
pelanggan.
Perpres Nomor 16 Tahun 2018 dan perubahannya tidak mengatur prosedur melakukan perencanaan
diluar PBJP, tidak mengatur bagaimana melakukan marketing, sistem produksi, sistem pengendalian
pergudangan, proses pengiriman barang dan jasa, dan sebagainya. Ketiadaan beberapa prosedur
penanganan seperti yang lazim dilakukan dalam SCM itu, pada kegiatan PBJP yang ada sekarang
biasanya dikompensasi dalam kontrak yang komprehensif. Namun kontrak yang komprehensif juga
tergantung pada seberapa luas dan dalam pengetahuan para pelaku PBJP dalam penanganan rantai
suplai. Oleh karena itu praktek dan pengetahuan SCM sangat dibutuhkan untuk memperkaya cara
pengelolaan kegiatan pemerintah (K/L/PD) yang berada pada rantai suplai yang panjang.
Setelah memahami keterkaitan SCM dengan PBJP, selanjutnya kita akan melihat seperti apa penerapan
SCM dalam PBJP. Khususnya dalam proses yang terkait dengan PBJP, SCM akan memberikan manfaat
pada peningkatan kinerja kegiatan pemerintah. Praktek dan pengetahuan SCM akan memberikan pola
pikir baru pada pada pelaku PBJP untuk melihat pengadaan dalam perspektif yang lebih menyeluruh.

PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK DALAM PENGADAANBARANG/JASA


Pendahuluan
Setelah memahami keterkaitan SCM dengan PBJP, selanjutnya kita akan melihat seperti apa penerapan
SCM dalam PBJP. Khususnya dalam proses yang terkait dengan PBJP, SCM akan memberikan manfaat
pada peningkatan kinerja kegiatan pemerintah. Praktek dan pengetahuan SCM akan memberikan pola
pikir baru pada para pelaku PBJP untuk melihat pengadaan dalam perspektif yang lebih menyeluruh.
Pemerintah dapat melakukan benchmarking pada praktek SCM yang telah menjadi best practice dalam
dunia bisnis. Apakah benchmarking SCM dari sector bisnis? Benchmarking adalah proses
mengidentifikasi standar yang tinggi pada proses, produk, dan pelayanan untuk perbaikan dalam
upaya mencapai standar-standar tersebut. Dengan melakukan benchmarking maka organisasi akan
memiliki cara kerja yang lebih baik darisebelumnya.
SCM dapat diterapkan untuk menyiapkan rencana PBJP secara lebih mendalam dan lebih menyeluruh
kegiatan di rantai suplai pemerintah dari hulu sampai hilir. SCM mengajarkan bagaimana melakukan
perhitungan biaya dan penghematan, menyiapkan jadwal kegiatan yang efisien, melakukan negosiasi,
memelihara hubungan dan meningkatkan kapasitas para pelaku usaha (supplier), melakukan
transformasi pasokan atau produksi, dan melakukan pengiriman yang aman sampai dengan proses
serah terima. Praktik-praktik SCM ini akan sangat bermanfaat dalam aktivitas pemerintah.
Sebagai pengetahuan, disiplin SCM sangat kaya dengan teknik-teknik manajemen antara lain mulai
dari peramalan (forecasting), pemasaran (marketing), perencanaan strategis pengadaan,
mengidentifikasi kebutuhan, perencanaan dan pengendalian persediaan (inventory control),
perencanaan dan pengendalian produksi (production planning and control), project management,
pengendalian kualitas (quality control), sampai dengan manajemen logistik (logistics management).

SCM PADA LEVEL STRATEGIS


Pada level ini kinerja organisasi menjadi tanggung jawab manajemen puncak, terutama untuk
pengalokasian sumber daya dalam rangka mencapai keseluruhan tujuan dan sasaran organisasi secara
terukur dan terencana. Rentang waktu perencanaan umumnya berjangka panjang. Penerapan SCM
pada level strategis adalah :
1) Membantu proses pengambilan keputusan dalam memilih kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, apa saja yang akan yang dibeli, di sewa/alih daya,
dibuat/dilaksanakan sendiri, diregenerasi, dsb;
2) Menyelaraskan strategi organisasi secara keseluruhan dengan strategi SCM;
3) Perencanaan terpadu dan terintegrasi untuk saat ini dan masa yang akan datang;
4) Koordinasi dan komunikasi yang baik dengan seluruh pihak yang terkait di lingkungan
internal dan eksternal;
5) Penerapan teknologi informasi sebagai alat bantu kerja yangstrategis;
6) Keberadaan regulasi dan prosedur pendukung proses operasionalisasi SCM.

SCM PADA LEVEL TAKTIS


Pada level ini manajemen madya bertanggung jawab untuk memimpin suatu unit kerja untuk
melakukan perannya dalam melaksanakan sebagian dari rencana strategis organisasi jangka
menengah, termasuk alokasi penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Pada level taktis ini
penerapan SCM dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi :
1) Pemetaan supply positioning model dan supplier perceptionmodel;
2) Manajemen kontrak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa;
3) Manajemen pengelolaan dan evaluasi para penyedia (vendormanagement);
4) Penyusunan skala prioritas kebutuhan, alokasi kebutuhan, dan penjadwalan kegiatan, dalam
proses realisasi kebutuhan;
5) Optimalisasi jaringan, termasuk lokasi, jumlah, dan ukuran gudang, pusat distribusi, dan
fasilitas;
6) Manajemen persediaan, yang meliputi jumlah, alokasi, dankualitas persediaan.

SCM PADA LEVEL OPERASIONAL


Penerapan SCM pada level ini merupakan pelaksanaan tugastertentu yang menjadi bagian pelaksanaan
rencana strategis dan taktis. Proses ini menggambarkan cara-cara jangka pendek untuk mencapai
tujuan dan sasaran, dan menjelaskan bagaimana, dengan cara apa, dan seperti apa, kegiatan tersebut
akan dilaksanakan selama periode operasional yang diberikan, dalam hal :
1) Aktivitas seleksi penyedia barang/jasa, untuk kebutuhan berkelanjutan, proyek, dan
kondisi darurat;
2) Penerimaan permintaan untuk proses Pengadaan Barang/Jasa;
3) Proses serah terima barang/jasa;
4) Penanganan persediaan dan pergudangan;
5) Penanganan transportasi dan distribusi;
6) Proses inspeksi berkala;
7) Proses penagihan dan pembayaran.

Tabel 4.1 Proses SCM dalam Pendekatan Strategis, Taktis, dan Operasional

Strategis Taktis Operasional

Keseluruhan tujuan Alokasi dan penggunaan Pelaksana tugas tertentu


organisasi sumberdaya secara efektif dan dalam pelaksanaan aktivitas
efisien

Jangka panjang Jangka menengah Jangka pendek

Tanggungjawab Tanggung jawab manajementingkat Tanggung manajemen


manajemen puncak menengah tingkat bawah atau penyelia

PENERAPAN SCM DALAM PBJP PERENCANAAN


Peran paling penting dari SCM untuk pelaksanakan kegiatan dalam rantai suplai adalah perencanaan.
Seperti sudah disebutkan diatas, tujuan utama dari SCM adalah kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Oleh karena itu perencanaan SCM meliputi rencanasemua kegiatan yang ada dalam rantai
suplai.
1) Rencanakan urut-urutan kegiatan dalam tiap segmen rantai suplai;
2) Tetapkan tingkat dan sasaran pelayanan;
3) Tetapkan kualitas pelayanan;
4) Berapa banyak dan luasnya jangkauan pelayanan;
5) Berapa banyak paket pengadaan/kegiatan yang harus dilaksanakan;
6) Bagaimana melakukan produksi dan dan bagaimana kapasitas fasilitasnya;
7) Bagaimana melakukan pengiriman, distribusi, atau penyebarluasan;
8) Berapa lama pelaksanaan disetiap titik kegiatan;
9) Optimasikan biaya disetiap titik kegiatan;
10) Optimasikan pilihan kegiatan swakelola (in-house) atau melaluipenyedia (outsource);
11) Jadwalkan seluruh kegiatan dalam fungsi waktu;
12) Kalkulasi biaya kegiatan sourcing dan procurement;
13) Hitung jumlah personil internal dan eksternal yang dibutuhkan;
14) Kalkulasi total anggaran yang dibutuhkan;
15) Bagaimana cara mendapatkan anggaran ;
16) Bagaimana mengoptimalisasikan kebutuhan biaya dari berbagai sumber;
17) Siapkan dokumen rencana SCM untuk pencapaian tujuan dan sasaran utama.
Dokumen perencanaan SCM dalam rangka PBJP menjadi referensi untuk :
1) Mencari potensi calon penyedia;
2) Menyusun jadwal rencana pengadaan agar barang/jasa hasil pengadaan dapat digunakan sesuai
dengan jadwal optimal seluruh kegiatan dalam rantai suplai;
3) Meminta penawaran kepada daftar penyedia tetap atau melakukan proses tender;
4) Mengurangi resiko kekeliruan memahami permintaan dari para pengguna;
5) Mengurangi resiko kekeliruan dalam hal evaluasi permintaan yang terbatas waktunya;
6) Memastikan kewajiban penyedia untuk memberikan layanan pasca penjualan dan jaminan
kompensasi penggantian jika ada yang tidak sesuai pesanan;
7) Memiliki posisi tawar dalam negosiasi pengadaan barang/jasa menjadi kuat jika dilakukan dalam
waktu yang terbatas.
Idealnya tersedia dokumen perencanaan yang berisi informasi lengkap tentang rencana PBJP dalam
suatu periode tertentu, agar proses perencanaan PBJP dapat diantisipasi proses SCMnya oleh para
pelaksana tugas, maka kondisi tersebut dibawah ini harus terjadi:
1) Adanya peran dan fungsi tugas pelaksana SCM;
2) Adanya keterlibatan team UKPBJ/PPK dalam proses perencanaan dan penyusunan program kerja
di tingkat institusi;
3) Team UKPBJ/PPK bersama para pihak terkait berperan serta secara aktif dalam penyusunan
peramalan kebutuhan, kerangka acuan kerja (KAK) proyek, dan tindakan tanggap darurat;
4) Menyusun agenda kerja dan tahapan jadwal pelaksanaan secara detail dan terperinci;
5) Diberikan target dan batas waktu dari setiap tahapan jadwal pelaksanaan;
6) Secara berkala dilakukan analisis apakah terjadi ketidaksesuaian (deviasi) antara perencanaan
dan realisasi, serta proses dinamis dari permintaan dan realisasi kebutuhan yang terjadi

TAHAP SOURCING DAN PENGADAAN


Pada tahap ini dilakukan identifikasi sumber pasokan dan potensi penyedia barang/jasa. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan PBJP dalam tahap ini sebagai berikut :
Pengadaan Kegiatan Operasional Berkelanjutan
a) Perencanaan kebutuhan untuk proses pengadaan barang/jasa menggunakan metode peramalan
kebutuhan dan alokasi persediaan (forecasting);
b) Proses pengadaan barang/jasa dilakukan melalui kontrak kerjasama
(framework purchase agreement) dengan daftar penyedia tetap yang diseleksi terlebih dahulu
sebelum permintaan muncul Kini sistem ini sudah dikembangkanmenjadi sistem e-katalog;
c) Pemasok Sudah diseleksi terlebih dahulu sebelum permintaan muncul
dan profil penyedia masuk dalam daftar rekanan tetap. (misalnya masuk dalam SiKAP atau e-
katalog);
d) Pemasok adalah penyedia yang fokus dan spesialis (bukan generalis) di
bidang barang/jasa yang ditangani;
e) Memiliki pengalaman yang handal dan teruji dibidang usaha yang
dijalani;
f) Kerjasama pengadaan dan kontrak harga dalam kurun waktu tertentu,
dengan pola framework agreement dan/atau integrated agreement, dengan hak dan kewajiban
masing- masing pihak dinyatakan dengan jelas;
g) Siap menjadi mitra penyedia barang/jasa dalam jangka panjang

Pengadaan untuk Kegiatan Proyek


a) Penyedia kegiatan berbasis proyek untuk pekerjaan konstruksi dan teknologi informasi harus
memiliki lisensi dansertifikasi dari asosiasi profesi yang terkait;
b) Aktivitas kerja direncanakan dan dilaksanakan dalam kurunwaktu tertentu;
c) Ada perbedaan signifikan antara 1 proyek dengan proyek yang lainnya dengan rencana, ruang
lingkup, dan metoda kerja yang berbeda;
d) Kegiatan proyek di standarisasikan melalui konsep manajemen proyek yang berlaku secara
global;
e) Perencanaan pengadaan menggunakan proposal kegiatan dan harga perkiraan sendiri (owner
estimate);
f) Proses pengadaan barang/jasa melalui mekanisme tender yang bisa diikuti oleh siapa saja yang
memenuhi persyaratan

Pengadaan Untuk Kegiatan Tanggap Darurat


a) Kondisi tanggap darurat meliputi upaya: perbaikan infrastruktur, prasarana, layanan, dan
evakuasi;
b) Banyak prosedur yang dikecualikan dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan butuh
penanganan yang segera. ;
c) Pasokan yang terbatas dan sulit diperoleh sehinggaharganya tidak wajar;
d) Ketersediaan penyedia sangat terbatas, sehingga dilakukanpenunjukkan langsung atau swakelola;
e) Anggaran biaya tidak bisa direncanakan secara menyeluruh, karena kendala dan kerusakan tidak
mudah diidentifikasi, sehingga dilaksanakan terlebih dahulu, perhitungan biaya menyusul;
f) Penanganan adalah hal utama, biaya bisa menyesuaikan sepanjang dianggap diperlukan, itulah
sebabnya proses monitoring dan audit dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan.

PBJP dalam Tahap Produksi (Make)


Peran SCM mencakup pengukuran, perencanaan, dan pengelolaan keterkaitan dalam rantai produksi.
Karenanya SCM adalah proses ekstensif dari semua kegiatan yang terlibat dalam tahapproduksi.
Tanggung jawab manajemen produksi/konversi
a) Mengatur SDM yang bekerja dalam produksi;
b) Memilih mesin, peralatan, atau fasilitas yang digunakan untuk pembuatan produk atau layanan;
c) Merencanakan dan mengendalikan metode dan prosedur dan jadwal;
d) Pengelolaan proses aliran, baik fisik (bahan baku) dan informasi (dokumen);
e) Menghasilkan output yang disyaratkan sekaligus memenuhi sasaran biaya dan kualitas;
f) Pengendalian persediaan termasuk bahan baku, bagian komponen, barang dalam proses, barang
jadi, bahan pengepakan dan pengemasan, dan persediaan umum;
g) Manajer produksi bertanggung jawab atas inventaris.
Model optimasi pengelolaan kegiatan untuk manajemen produksi biasanya digunakan pada sistem
produksi yang berulang. Tapi untuk menangani kegiatan manufaktur berbasis job order, atau untuk
kegiatan berbasis proyek, model atau metoda yang umum digunakan adalah manajemen proyek
(project management). Manajer produksi dalam pemerintahan dapat memilih apakah produksi
dilakukan dilakukan sendiri (swakelola) atau melalui penyedia.

Pengiriman dan Pembagian (Transportasi dan Distribusi)


Manajemen transportasi adalah suatu proses pengelolaan transportasi yang meliputi pengelolaan
kendaraan, pengaturan rute perjalanan, dan perawatan kendaraan, dengan cara yang efektif dan
efisien, termasuk didalamnya pengelolaan SDM yang terkait dengan keselamatan perjalanan dan
keselamatan.
Manajemen distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen
dan para pemakai, sewaktu dandimana barang atau jasa tersebut diperlukan.
Pengiriman dan distribusi produk logistik, layanan, dan hasil kerja untuk kegiatan darurat sudah sesuai
dengan kaidah SCM, khususnya dalam transportasi dan distribusi. Untuk kegiatan rutin dan proyek
pemerintah, pengiriman/distribusi/penyebarluasan dapat berbentuk sosialisasi, diseminasi, atau
pelatihan. Untuk pemerintah, proses transportasi dan distribusi ini bisa dilakukan melalui penyedia
atau swakelola.
Manajemen Pergudangan
Warehouse atau pergudangan berfungsi menyimpan bahan baku, barang jadi, peralatan, dan persediaan
lainnya dalam jumlah danrentang waktu tertentu yang kemudian akan didistribusikan ke lokasi
yang dituju berdasarkan permintaan. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan warehouse adalah
akurasi pergerakan barang dan menghitung rentang waktu barang disimpan. Dibutuhkan kontrol
aktivitas pergerakan barang dan dokumen untuk meningkatkan efisiensi penggunaan warehouse agar
jumlah dan rentang waktu barang disimpan dalam nilai minimum atau sesuai perencanaan.
Aktivitas dalam gudang terdiri dari aktivitas penerimaan, aktivitas penyimpanan, aktivitas pengiriman
barang, aktivitas yang memberikan nilai tambah (value-added processes: re-packing, sorting), dan fungsi
tambahan dalam penyimpanan (record management).

Serah Terima Barang/Jasa


Serah terima barang mengikuti proses penerimaan logistik (inbound/sebelum masuk gudang) dan
penyerahan logistic (outbound/keluar dari gudang). Pemerintah menerima barang/jasa dari supplier
(inbound) dan menyerahkan barang/jasa (outbound) kepada pengguna (internal ataupun eksternal).
Karenanya prosedur serahterima bisa terjadi pada rantai suplai hulu dan/atau rantai suplai hilir

Serah Terima Pengadaan Barang (Inbound)


Proses penyerahan pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang pada waktu serah
terima yang telah disepakati, dengan spesifikasi, jumlah, dan nilai sesuai dengan kontrak pengadaan.
Dalam serah terima perlu diperhatikan :
a) Prosedur pengiriman
b) Lokasi dan tempat serah terima
c) Dokumen pengiriman barang
d) Siapa yang menandatangani dokumen penerimaan dan
pemeriksaan barang
e) Risiko kerusakan saat serah terima
f) Hal penting yang harus diperiksa misalnya jumlah
g) Metode pemeriksaan misalnya pemeriksaan visual atau
sampling

Serah Terima Pengadaan Jasa (Inbound)


a) Serah terima secara fisik sesuai jadwal serahterima pekerjaan, dibuktikan dengan adanya wujud
fisik pekerjaan, sistem, dan infrastruktur yang diserahkan oleh penyedia jasa, contoh: pekerjaan
konstruksi dan teknologi informasi;
b) Pencapaian target kerja yang ditentukan, dalam bentuk output dan laporan, dibuktikan dengan
selesainya konsep, desain, dan proposal yang dikerjakan penyedia jasa contoh; jasa konsultan.
c) Pengawasan dan pemeriksaan berkala untuk memastikan proses pekerjaan jasa telah
dilaksanakan dengan baik oleh penyedia jasa, contoh jasa alihdaya kebersihan dankeamanan.
d) Serah Terima Hasil Pekerjaan Serah terima hasil pekerjaan dari Penyedia kepada PPK
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pekerjaan telah dinyatakan selesai. b. setelah
dilakukan perhitungan hasil pekerjaan, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada
PPK untuk serah terima hasil pekerjaan. c. PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara
Serah Terima yang paling kurang berisi: 1) tanggal serah terima; 2) nama Penyedia; 3) lokasi
pekerjaan; dan 4) jumlah dan Spesifikasi pekerjaan yang diselesaikan. (perlem 12/2021).

Serah Terima Penyerahan Barang (Outbond)


Proses penyerahan pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh organisasi pemerintah kepada pengguna
akhir pada waktu serah terima yang telah disepakati, dengan spesifikasi, jumlah, dan nilai sesuai
dengan tujuan/sasaran SCM. Dalam serah terima perlu diperhatikan :
a) Prosedur pengiriman
b) Lokasi dan tempat serah terima
c) Dokumen pengiriman barang
d) Siapa yang menandatangani dokumen penerimaan dan
pemeriksaan barang
e) Risiko kerusakan saat serah terima
f) Hal penting yang harus diperiksa misalnya jumlah
g) Metode pemeriksaan misalnya pemeriksaan visual atau
sampling.

Serah Terima Penyerahan Jasa (Outbond)


a) Serah terima pekerjaan dengan pelaksanaan kegiatan, dibuktikan dengan terlaksananya kegiatan
tersebut sesuai dengan jadwal, kualitas, dan hasil yang memuaskan, contoh: pelaksanaan event.
b) Pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal dan target yang ditentukan, dibuktikan dengan semua pihak
yang dilayani menyatakan telah menerima manfaat dari jasa tersebut, contoh: jasa transportasi
dan akomodasi.

Penggantian dan Penukaran


Jika pada proses serah terima (inbound dan outbound logistics) diketemukan produk yang tidak
sesuai, maka pihak penerima dapat menolak serah terima tersebut dan berhak memperoleh
penggantian. Proses penggantian harus ada dalam kontrak, tercantum secara jelas bagaimana kriteria
cacat, rusak, dan return, serta bagaimana metode pemeriksaan dan pembuktiannya. (dlm kontrak).
Penggantian produk (Replacement) dilakukan apabila saat proses serahterima barang
diketemukan kondisi, antara lain spesifikasitidak sesuai Pengembalian (Return) produk yang
sudah dibeli dan disimpan oleh pembeli kepada pihak penyedia, dengan kondisi diketahui
adanya cacat produk dan kerusakan saat dalam proses penyimpanan, dan lain sebagainya.

Kendala Penerapan SCM di Pemerintah


a. Kesulitan proses koordinasi dalam hirarki birokrasi yang berjenjangdan bertahap dari tingkat
pusat hingga daerah;
b. Kesulitan proses koordinasi lintas institusi yang berjenjang danbertahap dari tingkat pusat
hingga daerah;
c. Keterkaitan dengan proses persetujuan anggaran di tingkat DPR danDPRD;
d. Konsep perencanaan dan penganggaran yang masih berbasis proyek (tahunan), kegiatan, sehingga
kegiatan berkelanjutan yang merupakan program kerja tetap juga dibuat sebagai proyek;
e. Belum tersedianya tools yang memadai untuk proses perencanaan dan penganggaran;
f. Kendala kompetensi;
g. Kendala integritas.

Kunci Sukses Penerapan SCM di Pemerintah


Untuk mencapai keberhasilan dalam penerapan SCM, diperlukan pengaturan atau regulasi
SCM yang operasional, misalnya Peraturan Lembaga atau Peraturan Menteri, yang
memastikan adanya :
a. Hirarki dan proses birokrasi yang lebih efektif dan efisien;
b. Koordinasi lintas institusi yang didukung oleh sistem e-Government yang terintegrasi.
c. Proses persetujuan anggaran di parlemen yang mengedepankan akuntabilitas dan
transparansi;
d. Konsep perencanaan dan penganggaran yang berorientasi pada kegiatan berkelanjutan,
kegiatan proyek, dan kegiatan tanggap darurat, sehingga mengurangi beban proses
perencanaan dan penganggaran yang berbasis kegiatan proyek;
e. Tersedianya management tools yang memadai untuk perencanaan dan penganggaran
yang terintegrasi dengan semua pihak yang terkait;
f. Proses edukasi dan pengembangan kompetensi berbasis kinerja;
g. Adanya perubahan cara kerja dan budaya kerja yang berorientasi untuk melayani
kepentingan publik;
h. Adanya sistem informasi untuk perencanaan dan pengendalian SCM
MODUL
PELATIHAN KOMPETENSI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1

JENIS KOMPETENSI PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1

DISUSUN OLEH :
BAIHAKI
ARIF RACHMAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGADAAN BARANG/JASA LEMBAGA


KEBIJAKAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH JAKARTA
TAHUN 2021
KETENTUAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA

DEFINISI
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan (Perpres 16/2018 Pasal 1 angka 1).
Definisi ini menjelaskan bahwa ada proses-proses dalam tahapan- tahapan dalam PBJP diantaranya
proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Proses PBJP di bagi 2 yaitu Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola dan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut :
a) Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;
b) Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD, termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya bersurnber dari pinjaman dalam
negeri dan/atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah; dan/atau
c) Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau
hibah luar negeri.
K/L/PD yang melakukan Pengadaan Barang/Jasa menggunakan APBN/APBD, termasuk sebagian atau
seluruhnya dari PHDN/PHLN maka semua proses pengadaannya harus patuh dan mengacu pada
Perpres No 16 Tahun 2018 jo. Perpres No 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

JENIS PENGADAAN
Pengadaan Barang/Jasa meliputi :
a) Barang, yakni setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna
Barang
b) Pekerjaan Konstruksi, yakni keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan
c) Jasa Konsultansi, yakni jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)
d) Jasa Lainnya, yakni jasa non konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus dan/atau keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas
di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
Berdasarkan Perpres No 16 Tahun 2018 jo. Perpres No 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan
Barang/Jasa, Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan secara terintegrasi. Contoh pekerjaan
terintegrasi antara lain:
a) Pekerjaan Design and Build
Pekerjaan Design and Build adalah gabungan pengadaan pekerjaan Konstruksi dan jasa
Konsultansi konstruksi.
b) IT solution yaitu gabungan antara pengadaan perangkat keras dan lunak.
c) Engineering Procurement Construction (EPC) adalah tahapan dalam sebuah proses
design/perancangan sistem yang akan dibangun, pengadaan/pembelian barang dan dilanjutkan
dengan membangun/konstruksi apa yang telah dirancang.
d) Pekerjaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan.

CARA PENGADAAN
Cara Pengadaan Barang/Jasa pada PBJP secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a) Swakelola, yakni cara memperoleh Barang/Jasa yang dikerjakan sendiri oleh K/L/PD Pengguna
Anggaran, K/L/PD lain pelaksana Swakelola, Organisasi Masyarakat, atau Kelompok Masyarakat
b) Penyedia, yakni cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha berdasarkan
kontrak
Pemilihan cara pengadaan berdasarkan sumber penyedia barang/jasa. Ketika barang/jasa tidak dapat
dilakukan melalui penyedia, maka Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui Swakelola. Tetapi
sebaliknya ketika Pengadaan Barang/Jasa dapat melalui penyedia dipastikan kembali tujuan dari
Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilakukan, jika sesuai dengan tujuan Swakelola, atau lebih efektif
dan/atau efisien dilakukan melalui Swakelola, maka Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui
Swakelola, sebaliknya jika tidak sesuai dengan tujuan Swakelola atau tidak dapat dilakukan melalui
Swakelola maka dilakukan dengan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia.

tidak dapat dilakukan melalui penyedia ini yang perlu dijelaskan pada peserta, kenapa memilih dengan swakelola, kemudian
lebih efektif dan efisien dilakukan melalui swakelola ini yang seperti apa, perlu penjelasan dan contoh pengaplikasiannya.
TUJUAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Tujuan PBJP adalah hal-hal yang akan dicapai dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Tujuan Pengadaan Barang/Jasa adalah :
1. Menghasilkan Barang/Jasa yang Tepat dari Setiap Uang yang Dibelanjakan, Diukur dari Aspek
Kualitas, Kuantitas, Waktu, Biaya, Lokasi, dan Penyedia. konsep value for money ini perlu dijelaskan
Penjelasan yang lebih rinci, akurat, dan terukur dari setiap aspek tujuan tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Penjelasan Aspek Ketepatan Pengadaan Barang/Jasa
menjelaskan aspek aspek ini tidak sesimpel ini, sehingga perlu ada penjelasan yang lebih membumi dan aplikatif

No Aspek Penjelasan Contoh


1 Kualitas Kualitas/Mutu barang/jasa yang Pemerintah Provinsi A memiliki
diadakan sesuai dengan anggaran yang uang yang cukup untuk membeli Bus
tersedia. Pilih spesifikasi terbaik namun Trans Jakarta kelas Mercedes,
tetap terjangkau. Jangan memilih Skania, dsb dibanding dengan merek
spesifikasi yang terlalu rendah yang lain yang secara tradisional tidak
tidak memenuhi kebutuhan pengguna memenuhi syarat teknis, lingkungan,
barang/jasa. dan sosial ekonomi.
2 Kuantitas Kuantitas barang/jasa yang dibeli sesuai Mengadakan sesuai jumlah yang
dengan nilai uang yang dianggarkan, dibutuhkan sesuai dengan rute
dan tidak berlebih atau kurang dari transportasi yang sudah ditetpkan
yang dibutuhkan pada tahun tertentu.
3 Waktu Waktu kedatangan barang/jasa sesuai Kendaraan dikirim sesuai waktu
dengan nilai uang yang dianggarkan, yang diperlukan pada tahun tertentu
tidak terlambat atau lebih cepat. (terlalu tersebut.
cepat bisa menyebabkan sehingga
membutuhkan tempat penyimpanan
lebih lama dari yang seharusnya
4 Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk Harga kendaraan sesuai dengan
Pengadaan Barang/Jasa (termasuk harga pasar plus biaya-biaya lain
harga barang/jasa) dilaksanakan secara yang wajar untuk terlaksananya PBJ.
akuntabel
5 Lokasi Barang/jasa yang diterima tepat pada Penyedia mengirim barang/jasa
lokasi yang membutuhkan. sesuai lokasi ditentukan dalam
kontrak.
6 Penyedia Persyaratan penyedia sesuai dengan Dilakukan dealer/ATPM Merek
jenis barang/jasa yang dibutuhkan Mercedes, Scania, dlsb.

2. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri


Produk dalam negeri adalah barang/jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang
diproduksi atau dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, yang
menggunakan sebagian tenaga kerja bangsa/warga negara Indonesia, yang prosesnya menggunakan
Bahan Baku/komponen dalam negeri dan/atau sebagian impor (UU No. 34/2018 tentang
Perindustrian) penjelasan tentang PDN, TKDN, BMP, dll perlu disampaikan lebih konkrit
Sesuai proses produksi barang/jasa tersebut dimungkinkan menggunakan bahan baku/komponen
yang didatangkan dari luar negeri atau impor. Walaupun materialnya impor namun bilamana proses
produksinya menggunakan tenaga kerja dan alat kerja dari dalam negeri, maka produk tersebut
memberi nilai tambah untuk Indonesia. Besarnya kontribusi nasional pada produk dalam negeri ini
disebut sebagai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Semakin tinggi TKDN semakin besar
keuntungan bagi masyarakat dan ekonomi Indonesia.
Tujuan meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri adalah memberdayakan Industri dalam
negeri dan memperkuat struktur Industri ( PP 29 Tahun 2018 pasal 54). Sesuai amanat Perpres No.
12 Tahun 2021 pasal 66, Kewajiban K/L/PD menggunakan produk dalam negeri apabila terdapat
produk dalam negeri yang memiliki penjumlahan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) TKDN 25%
ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40 % (ernpat puluh persen). Bobot
Manfaat Perusahaan (BMP) adalah nilai penghargaan kepada perusahaan yang berinvestasi di
Indonesia karena memberdayakan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil melalui
kemitraan, memelihara kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan, memberdayakan lingkungan
serta memberikan fasilitas pelayanan purna jual (UU No. 3 Tahun 2014 tentang perindustrian).
Penggunaan produk dalam negeri diharapkan :
a) Menumbuhkembangkan produksi dalam negeri;
b) Menghidupkan industri pendukung dan bahkan industri baru;
c) Dapat memperkuat terjadinya transfer teknologi
d) Membuka lebih banyak lapangan pekerjaan
e) Menggerakkan roda perekonomian nasional
Tujuan meningkatkan pengunaan produk dalam negeri dapat dilakukan melalui PBJP di masing-
masing K/L/PD, yaitu dengan cara mengutamakan pengadaan barang-barang produk dalam negeri.
Pengutamaan PBJP produk dalam negeri di masing-masing K/L/PD ini bila dijumlahkan akan
memberi kontribusi pada indikator-indikator lain, misalnya, membuka lebih banyak lapangan
pekerjaan, seperti tersebut di atas.

3. Meningkatkan Peran Serta Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi.


Pengertian Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah (PP) 7
Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,
dan Koperasi. Usaha Mikro adalah usaha milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan",
yang rnemenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang ditakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
peraturan pemerintah ini.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasaikan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Sesuai UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, tujuan meningkatkan peran serta Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan Koperasi adalah
a) menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan kemudahan,
pelindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan UMKM serta industri dan
perdagangan nasional sebagai upaya untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang
seluas-luasnya dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antardaerah
dalam kesatuan ekonomi nasional;
b) menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

4. Meningkatkan Peran Pelaku Usaha Nasional


Pelaku Usaha adalah badan usaha atau perseorangan yang rnelakukan usaha dan/atau kegiatan pada
bidang tertentu (Perpres No. 12/2021 pasal 1 angka 27). Dalam hal ini, Pengadaan Barang/Jasa harus
bisa memberi dampak berupa menguatnya peran pelaku usaha nasional dengan membuat sebanyak
banyaknya paket pengadaan yang bisa dikerjakan oleh pelaku usaha nasional antara lain jika paket
pengadaan yang dikerjakan oleh pelaku usaha asing harus bermitra dengan pelaku usaha nasional
dalam bentuk kemitraan/subkontrak/pemberian layanan purnajual.

5. Mendukung Pelaksanaan Penelitian dan Pemanfaatan Barang/Jasa Hasil Penelitian


Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ihniah secara sistematis
untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan
pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta rnenarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi (Perpres No. 12 Tahun 2021 pasal 1 angka 34)
Tujuan PBJ ini merupakan dukungan pada Undang-Undang No 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang kemudian
diperbaiki menjadi Undang-Undang No 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Tujuan dari UU Sisnas Iptek ini antara lain untuk meningkatkan kualitas Penelitian,
Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menghasilkan
Invensi dan Inovasi.
Penyelenggara melakukan penelitian berdasarkan rencana strategis penelitian yang mengacu pada
arah pengembangan penelitian nasional yang ditetapkan oleh Menristek. Rencana strategis tersebut
kemudian diturunkan dalam program penelitian tahunan.
Pelaksana penelitian, yaitu unit-unit kerja K/L/PD, individu, perguruan tinggi, Ormas atau Badan
Usaha melakukan penelitian berdasarkan kompetisi melalui seleksi proposal atau ditugaskan untuk
penelitian khusus oleh penyelenggara. Penelitian dapat menggunakan anggaran belanja atau fasilitas
penelitian yang berasal dari 1 atau lebih penyelanggara penelitian.
Setiap K/L/PD dapat mendukung tujuan penelitian dan pemanfaatan penelitian ini dengan
memastikan adanya kegiatan penelitian dalam organisasinya masing-masing setiap tahun, apakah
berupa kompetisi ataupun berupa penugasan khusus. Jumlah anggaran dan jumlah pelaksanaan
penelitian dapat menjadi indikator keberhasilan masingg-masing K/L/PD.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, K/L/PD dapat memberikan insentif pada Badan Usaha yang
menghasilkan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan dalam bentuk Invensi dan
Inovasi untuk pembangunan nasional, dalam bentuk pembelian produk Inovasi tersebut atau
pencantuman produk Inovasi dalam katalog elektronik Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

6. Meningkatkan Keikutsertaan Industri Kreatif terkait ekonomi kreatif ini dapat dilakukan dengan metode pengadaan yang
Ada beberapa pengertian industri kreatif antara lain : dikecualikan
a) Industri kreatif adalah proses penciptaan, kreativitas, dan ide dari seseorang atau sekelompok
orang yang dapat menghasilkan sebuah karya, tanpa mengeksploitasi sumber daya alam, serta
dapat dijadikan produk ekonomi yang menghasilkan.
b) Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari
kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi dan
Pelaku Ekonomi Kreatif adalah orang perseorangan atau kelompok orang warga negara
Indonesia atau badan usaha berbadan hukum atau bukan berbadan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan Ekonomi Kreatif. (UU No. 34 Tahun
2019 tentang Ekonomi Kreatif).
Tujuan yang didapat dari peningkatan keikutsertaan ekonomi kreatif antara lain:
a) Mendorong seluruh aspek Ekonomi Kreatif sesuai dengan perkembangan kebudayaan, teknologi,
kreativitas, inovasi masyarakat Indonesia, dan perubahan lingkungan perekonomian global;
b) Menyejahterakan rakyat Indonesia dan meningkatkan pendapatan negara;
c) Menciptakan Ekosistem Ekonomi Kreatif yang berdaya saing global;
d) Menciptakan kesempatan kerja baru yang berpihak pada nilai seni dan budaya bangsa Indonesia
serta sumber daya ekonomi lokal;
e) Mengoptimalkan potensi Pelaku Ekonomi Kreatif;
f) Melindungi hasil kreativitas Pelaku Ekonomi Kreatif; dan
g) Mengarusutamakan Ekonomi Kreatif dalam Rencana Pembangunan Nasional (UU No. 34 Tahun
2019 tentang Ekonomi Kreatif).

7. Pemerataan ekonomi dan memberikan perluasan kesempatan berusaha


Pemerataan ekonomi sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, baik secara geografis dan demografis dapat direalisasikan melalui melalui pemerataan
pembangunan, misalnya pemerataan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah termasuk
daerah perbatasan, ataupun sarana kesehatan dan pendidikan.
Walaupun indikator keberhasilan untuk tujuan “mendorong pemerataan ekonomi” lazimnya dilihat
secara nasional, namun setiap organisasi K/L/PD dapat berkontribusi pada tujuan ini melalui
kalkulasi dari berapa banyak belanja modal dan barang yang diserap oleh kelas usaha dan geografi.
Selaras dengan prinsip dasar pengadaan “terbuka”, maka jelas bahwa aturan pengadaan tidak
mengijinkan diskriminasi kepada pelaku usaha (yang responsif) diseluruh NKRI untuk ikut
berkompetisi menjadi penyedia. Pelaku usaha yang memenuhi syarat yang berasal wilayah NKRI. Ini
adalah semangat pemerataan. Demikian pula pemberian kesempatan pada pelaku UMKK untuk
mendapatkan pekerjaan dari pemerintah.

8. Meningkatkan Pengadaan Berkelanjutan


Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai
manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk K/L/PD sebagai penggunanya
tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
dalam keseluruhan siklus penggunaannya (Perpres No. 16 Tahun 2018 pasal 1 angka 50).
Pada hakekatnya pengadaan berkelanjutan diharapkan dapat :
a) Menjaga peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan
b) Menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat
c) Menjaga kualitas lingkungan hidup
d) Pembangunan yang inklusif adalah pembangunan bagi semua penduduk Indonesia.
Contoh pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia dan
kewajiban pendidikan dasar 9 tahun untuk semua WNI.
e) Terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari
satu generasi ke generasi berikutnya
Contoh untuk pengadaan kertas yang berlogo ramah lingkungan yang di atur dalam permen KLHK No.
5/2019 tentang Tata Cara Penerapan Label Ramah Lingkungan Hidup untuk Pengadaan Barang/Jasa
Ramah Lingkunga Hidup. Berkelanjutan dapat dilihat dari sudut ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Artinya, barang yang dibeli seyogyanya memiliki umur teknis yang panjang, memberi manfaat pada
banyak orang, dan berwawasan lingkungan. Misalnya, mobil yang diadakan selain memberi manfaat
sosial dan lingkungan, dari jenis kendaraan yang operasional dan perawatannya murah, memiliki
umur teknis panjang, dan nilai sisa yang bagus. Tujuan ini bisa diterapkan pada setiap K/L/PD
bilamana menerapkan pengadaan dengan metoda evaluasi penawaran berdasarkan penilaian biaya
selama umur ekonomis. Adanya pengadaan seperti ini sangat mendukung pencapaian tujuan ini.
KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

1. Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa


Untuk meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa artinya meningkatkan kualitas
setiap tahapan proses perencanaan PBJP yaitu identifikasi pengadaan, penetapan barang/jasa, cara
pengadaan, waktu pemanfaatan, konsolidasi, pemaketan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa baik
melalui Penyedia maupun Swakelola. Demikian pula waktu untuk melakukan perencanaan harus
dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA K/L) untuk APBN dan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA PD) untuk dana
APBD.
Perencanaan harus dimulai sejak nota keuangan dan RABPN (APBN) atau pembahasan dan persetujuan
RAPBD dengan DPRD (APBD), sehingga Rencana Umum Pengadaan (RUP) yang menjadi prasyarat
untuk tender sudah siap dan dapat disiapkan lebih awal. Membuat RUP yang kemudian diisikan
kedalam Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SiRUP) harus dilakukan sebelum tandatangan
RKAKL/RKAPD. Perilaku mengisi SiRUP berdasarkan RKAKL/PD yang sudah ditandatangani sangat
tidak direkomendasikan. ketentuan SiRUP wajib diumumkan paling lambat 31 Maret
Rencana kegiatan yang tidak ada rincian dengan pagu gelondongan tidak boleh terjadi lagi. Dilapangan
sering terjadi keluhan bahwa rencana tidak dapat disiapkan dari awal karena pembuat rencana sedang
melaksanakan implementasi kegiatan. Keluhan ini tidak berdasar karena manajemen perencanaan dan
pelaksanaan dapat dipisahkan untuk dan dikerjakan oleh unit kerja atau kelompok personil yang
berbeda.
Kebijakan untuk meningkatkan kualitas perencanaan ini utamanya adalah untuk mencapai tujuan
utama PBJP yaitu mendapatkan value for money. Tujuan ini hanya dapat dicapai bila perencanaan yang
menjadi pondasi kinerja pengadaan dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga perencanaan
tersebut lebih terprogram dan komprehensif.

2. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Lebih Transparan,


Terbuka, dan Kompetitif
Pelaksanaan pengadaan mulai dari perencanaan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan wajib
dilakukan secara elektronik agar proses pemilihan dapat dilakukan secara terbuka bagi semua
penyedia yang memenuhi syarat- syarat yang ditetapkan dalam dokumen tender/seleksi/pengadaan
langsung/penunjukkan langsung melalui persaingan sehat. Pengadaan secara elektronik dimaksud
adalah penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), Sistem informasi Rencana Umum
Pengadaan (SiRUP), elektronik Katalog, dan Sistem informasi Kinerja Penyedia (SIKaP).
Aplikasi SPSE adalah aplikasi perangkat lunak Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) berbasis
web yang dapat diakses melalui website LPSE atau Portal Pengadaan Nasional. Pengguna SPSE adalah
perorangan/badan usaha yang memiliki hak akses kedalam aplikasi SPSE. penguna aplikasi PA,KPA, PPK, Pokja, PP, dll
Aplikasi SiRUP adalah aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan berbasis Web yang
berfungsi sebagai sarana atau alat untuk mengumumkan Rencana Umum Pengadaan/RUP yang disusun
oleh K/L/PD.
E-Katalog atau Katalog Elektronik Nasional adalah Katalog yang disusun dan dikelola oleh Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Perpres No. 12 Tahun 2021 memberikan
kesempatan kepada Kementerian untuk menyusun dan mengelola Katalog Elektronik Sektoral dan juga
Pemerintah Daerah untuk menyusun dan mengelola Katalog Elektronik Daerah (lokal) masing-masing.
SIKaP atau Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa adalah aplikasi yang merupakan sub sistem
dari Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang digunakan untuk mengelola Informasi Kinerja Penyedia
Barang/Jasa dan dikembangkan oleh LKPP. SIKaP adalah database Pelaku Usaha secara terpusat, agar
mengurangi proses prakualifikasi dan mempercepat proses tender.
Kebijakan PBJ yang transparan, terbuka, dan kompetitif masih tetap disosialisasikan terus menerus
mengingat masih ada upaya-upaya yang menyebabkan persekongkolan diantara pelaku usaha. Bentuk
penerapan transparansi dan keterbukaan ini misalnya adalah dengan memfasilitasi masyarakat untuk
dapat bisa menjadi pengamat, sehingga pada gilirannya persaingan yang sehat bisa direalisasikan.
Salah satu kebijakan ini dalam PBJP misalnya adalah bahwa Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak
bersifat rahasia.
3. Memperkuat Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Peningkatan kapasitas kelembagaan (Institutional Building) meliputi peningkatan jumlah dan kualitas
regulasi, organisasi & manajemen, dan sumber daya manusia. Lebih maju dari pada Peraturan
Pengadaan sebelumnya, peningkatan kapasitas kelembagaan di Perpres No 12 Tahun 2021 meliputi
strategi dan kebijakan untuk peningkatan kapasitas institusi pengadaan antara lain melalui
pembentukan UKPBJ di Pusat dan Daerah, pemantapan regulasi pelatihan SDM melalui pembentukan
Pusdiklat LKPP, dan pembentukan dan pembinaan jabatan fungsional PBJ berikut standar kompetensi
kerjanya, dan Agen Pengadaan.
Berikut rincian Kebijakan yang diambil untuk memperkuat kelembagaan dan SDM Pengadaan :
a) Membentuk unit struktural
1) Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan secara terencana oleh suatu unit kerja yang
terorganisir dan dikelola SDM yang kompeten di bidangnya;
2) Menteri/kepala lembaga/kepala daerah wajib membentuk Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
(UKPBJ) berbentuk struktural dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b) Mendorong ketesediaan SDM yang profesional dan kompeten
1) Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barangl Jasa terdiri atas:
(a) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa;dan
(b) Personel lainnya
2) Kewajiban memiliki sertifikat kompetensi untuk Personel Lainnya dilaksanakan paling lambat
31 Desember 2023

4. Mengembangkan e-Marketplace Pengadaan Barang/Jasa


E-Marketplace adalah pasar barang/jasa berbasis elektronik yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan barang/jasa pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dengan memanfaatkan
e-Marketplace berupa:
a) Katalog Elektronik yang terdiri dari katalog nasional, sektoral dan lokal;
1) Katalog Elektronik Nasional disusun dan dikelola oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
2) Katalog Elektronik Sektoral dikelola oleh Kementerian/Lembaga;
3) Katalog Elektronik Lokal dikelola oleh Pemerintah Daerah.
b) Toko Daring adalah sistem informasi yang memfasilitasi Pengadaan Barang/Jasa melalui
penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik dan ritel daring;
c) Pemilihan Penyedia.

5. Menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi dan Transaksi Elektronik


Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan untuk ;
a) Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia
b) Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
c) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik
d) Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan
kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab; dan
e) Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
Teknologi Informasi (UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE)
Semangat peraturan perundangan mengenai transaksi elektronik diwujudkan dengan memberi
kesempatan pada K/L/PD untuk menyelanggarakan fungsi layanan pengadaan elektronik masing-
masing. Dengan menggunakan teknologi informasi dimungkinkan penyiapan eMarketPlace Nasional
yang tentunya hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi PBJP.
6. Mendorong Penggunaan Barang/Jasa dalam Negeri dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Penggunaan produksi dalam negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan isu yang
sangat penting, karena penggunaan produksi dalam negeri akan membuat aktivitas perekonomian
dalam negeri aktif. Kondisi ini diharapkan akan bermuara pada membaiknya tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Dalam hal ini, produk dalam negeri adalah produk barang/jasa termasuk rancang bangun dan
perekayasaan yang diproduksi dan dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di
Indonesia yang dalam proses produksi atau pengerjaaannya dimungkinkan menggunakan bahan
baku/komponen impor.
Perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia mendapat nilai penghargaan yang disebut
sebagai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP), bilamana memberdayakan usaha mikro dan usaha kecil
serta koperasi kecil melalui kemitraan, memelihara kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan,
memberdayakan lingkungan serta memberikan fasilitas pelayanan purna jual (UU No. 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian).
Bilamana dalam PBJP terdapat peserta tender yang menawarkan barang/jasa dengan nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40%
(empat puluh persen), maka K/L/PD wajib menggunakan produk dalam negeri.
Preferensi harga adalah insentif bagi produk dalam negeri pada pemilihan Pengadaan Barang/Jasa
berupa kelebihan harga yang dapat diterima. Misalnya salah satu ketentuan yang disebutkan adalah
Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bernilai di atas Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), dimana preferensi harga diberikan terhadap barang/jasa yang
memiliki TKDN lebih besar atau sama dengan 25% (dua puluh lima persen).
Selain kewajiban penggunaan (pembelian/pemilihan) barang/jasa dalam negeri, K/L/PD juga wajib
menggunakan barang/jasa bersertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah Standar yang
ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penggunaan
barang/jasa luar negeri hanya dimungkinkan utuk barang/jasa yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri dan produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan. Contoh PBJ yang menggunakan
produk dalam negeri: TNI/Polri yang menggunakan produk senjata dan kendaraan lapis baja produksi
PT. PINDAD (BUMN).

7. Memberikan Kesempatan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tujuan PBJP dalam rangka
meningkatkan meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi :
a) Dalam penyusunan spesifikasi teknis, PPK wajib menggunakan produk usaha mikro dan kecil
serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri ( Perpres No. 12/2021 pasal 19 ayat 2).
b) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan paling sedikit 40 % (empat
puluh persen) dari nilai anggaran belanja arang/jasa Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah (Perpres No.12/2021 pasal 65 ayat 3).
c) Paket pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran
sampai dengan Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) diperuntukan bagi usaha kecil
dan atau koperasi, kecuali pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis (Perpres No. 12/2021
pasal 65 ayat 4 dan 5).
d) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi dan usaha kecil
dan Pemerintah Daerah memperluas peran serta usaha kecil dan koperasi dengan
mencantumkan Barag/Jasa produksi usaha kecil dan koperasi dalam katalog elektronik
(Perpres No. 12/2021 pasal 65 ayat 6).
e) Penyedia usaha non kecil atau koperasi yang melaksanakan pekerjaan melakukan kerja sama
usaha dengan usaha kecil dan/atau koperasi dalam bentuk kemitraan, subkontrak, atau bentuk
kerja sama lainnya, jika ada usaha kecil atau koperasi yang memiliki kemampuan di bidang
yang bersangkutan (Perpres No. 12/2021 pasal 65 ayat 7).
Contoh PBJ yang meningkatkan peran UMKK:
a) Memperbanyak paket untuk usaha kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan usaha
yang sehat, kesatuan sistem, dan kualitas kemampuan teknis.
b) Melakukan konsolidasi paket dengan menyediakan paket untuk UMKK.
c) Produk-Produk UMKK (Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi) dimasukkan dalam aplikasi Bela
Pengadaan/e-Order
8. Mendorong Pelaksanaan Penelitian dan Industri Kreatif
Tujuan PBJ dalam meningkatkan keikutsertaan industri kreatif dan mendukung pelaksanaan penelitian
dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian dapat dicapai melalui kebijakan untuk mendorong
pelaksanaan penelitian dan mendorong industri kreatif.
Ketentuan khusus untuk Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan penelitian diatur oleh
Permenristekdikti No 20 Tahun 2018 tentang Penelitian.
Dalam Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2019 disebutkan bahwa
inovasi oleh perorangan ataupun badan usaha akan dibeli oleh pemerintah atau dapat di masukkan
dalam katalog elektronik pemerintah. Perpres No. No.16 Tahun 2018 jo. Perpres No.12 Tahun 2021 ini
telah memfasilitasi perintah undang-undang dalam mendukung pengembangan penelitian dan inovasi.
Contoh PBJ untuk penelitian: Pembuatan prototype pesawat N 219 tipe amphibi dilakukan oleh LAPAN
dan PT. DI.
Namun menjadi pemenang dalam industri kreatif sudah menjadi kenyataan bagi sementara bidang
kreatif di Indonesia, misalnya industri Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain,
Fesyen dan Kuliner. Kebijakan untuk menumbuhkan industri kreatif adalah
a) Mengintegrasikan aset dan potensi industre kreatif
b) Mendorong inovasi dalam industri kreatif
c) Meningkatkan kesadaran masyarakat dan apresiasi atas industri kreatif termasuk HAKI (hak atas
kekayaan intelektual)
d) Membentuk Badan Ekonomi Kreatif (sumber referensi: Perpres No. 6/2015 tentang Bekraf)
Bentuk dukungan pengadaan dalam meningkatkan keikutsertaan indutri kreatif antara lain :
a) Pedoman tentang Pengadaan Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya
dalam negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade seni/budaya ( PerLKPP No. 3 Tahun 2021)
b) Pedoman tentang Pengadaan Barang/Jasa yang merupakan hasil karya seni dan budaya dan/atau
industri kreatif ( PerLKPP No. 5 Tahun 2021).
Contoh PBJ meningkatkan keikutsertaan industri kreatif :
a) Pengadaan baju seragam batik dengan motif khas daerah untuk pegawai K/L/PD
b) Kegiatan Swakelola Tipe IV antara Dinas Kebudayaan Pemda dengan sanggar seni untuk
melestarikan kesesnian daerah.

9. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang Berkelanjutan


Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat
yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus penggunaanya.
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGERTIAN PRINSIP
Prinsip adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya (KBBI, 2018).
Jadi prinsip pengadaan adalah sikap (attitude) yang menjadi pokok dasar berpikir dalam
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengadaan dapat dipastikan akan diperoleh barang/jasa yang
sesuai dengan spesifikasi teknis yang maksimal serta biaya pengadaan yang minimal. Di samping itu
dari sisi Penyedia Barang/Jasa akan terjadi persaingan yang sehat dan pada gilirannya akan
mendorong untuk semakin meningkatnya kualitas dan kemampuan Penyedia Barang/Jasa.
Manfaat memahami prinsip-prinsip Pengadaan Barang/Jasa adalah
1. Mendorong praktek Pengadaan Barang/Jasa yang baik;
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan uang negara;
3. Menekan kebocoran anggaran;
4. Terwujudnya pemerintahan yang bersih

EFISIEN
Efisien artinya Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang
minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana
yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang terbaik.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar Pengadaan Barang/Jasa efisien adalah:
a. Identifikasi kebutuhan dengan tepat untuk memastikan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah;
b. Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa harus diterapkan prinsip- prinsip dasar lainnya;
c. HPS (Harga Perkiraan Sendiri) disusun berdasarkan keahlian dari sumber informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
d. Penetapan metode pemilihan harus dilakukan secara tepat sesuai kondisi yang ada. Kesalahan
penetapan metode pemilihan dapat mengakibatkan pemborosan biaya dan waktu;
e. Evaluasi terhadap seluruh penawaran untuk mendapatkan value for money yang terbaik;
f. Perhitungan prestasi pekerjaan harus sesuai dengan pekerjaan terpasang yang dapat diterima agar
tidak menimbulkan kelebihan pembayaran
Contoh pengadaan yang efisien antara lain :
Suatu Kecamatan di Provinsi A membutuhkan 1 unit kendaraan operasional dalam kota, dibutuhkan
paling lambat 30 Agustus 2018 dengan pagu anggaran Rp.350 juta. Ada beberapa pilihan metode
pemilihan yang akan digunakan yaitu e-purchasing, tender cepat, atau tender. Maka metode pemilihan
yang lebih efisien untuk pengadaan kendaraan tersebut adalah e-Purchasing karena proses pengadaan
lebih singkat dan biaya untuk pemilihan penyedia rendah.

EFEKTIF
Efektif berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah
ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar- besarnya. Efektif artinya memberi manfaat yang
seluas-luasnya sesuai dengan yang direncanakan.
Langkah langkah mendorong pengadaan yang efektif:
a. Identifikasi kebutuhan dengan tepat untuk memastikan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah;
b. Penyusunan spesifikasi/KAK harus berdasarkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi lapangan dan
ketentuan yang berlaku;
c. Evaluasi teknis penawaran harus dilakukan dengan benar dan memastikan spesifikasi yang
ditawarkan sesuai dengan kebutuhan, jika diperlukan dapat meminta uji mutu produk yang
ditawarkan;
d. Spasifikasi teknis dalam lampiran syarat-syarat khusus kontrak sesuai dengan spesifikasi teknis
yang dibutuhkan;
e. Pemeriksaan spesifikasi teknis harus dilakukan dengan benar sebelum dilakukan serah terima
pekerjaan yang meliputi pemeriksaan fisik (visual dan dimensi), uji fungsi dan kehandalan
(performance) dan uji destruktif (jika diperlukan).
Contoh pengadaan yang efektif :
Suatu Kecamatan di Provinsi A membutuhkan satu unit kendaraan operasional dalam kota, dibutuhkan
paling lambat 30 Agustus 2018 dengan pagu anggaran Rp. 350 juta. Ada beberapa pilihan spesifikasi
teknis mobil yaitu mobil MPV dengan 1300 sd 1500 CC atau mobil MPV/SUV dengan diatas 2000 CC.
Spesifikasi teknis yang paling tepat untuk kendaraan operasional dalam kota adalah MPV 1300 sd
1500 CC karena sesuai kebutuhan lapangan dan memberikan manfaat yang lebih maksimal.

TRANSPARAN
Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas
dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada
umumnya.
Transparan ada dua macam. Pertama, transparan dalam arti kriteria, jadwal, dan berbagai hal yang
tertuang dalam dokumen pengadaan dapat dilihat khalayak, misalnya ditayangkan di website. Kedua,
transparan dalam arti informasi yang ditanyakan dapat diberikan (oleh yang berhak) bila
diminta/ditanyakan, misalnya data/lembar perhitungan hasil evaluasi.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang Transparan :
a. Semua peraturan/kebijakan/ketentuan proses pemilihan penyedia barang/jasa harus
transparan;
b. Peluang dan kesempatan untuk ikut serta dalam proses Pengadaan Barang/Jasa harus
transparan;
c. Seluruh persyaratan yang diperlukan oleh calon peserta untuk mempersiapkan penawaran
yang responsif harus dibuat transparan;
d. Penyedia yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan harus diumumkann secara luas.
Contoh pengadaan yang transparan :
Rencana Pengadaan Barang/Jasa baik melalui Swakelola dan Penyedia diumumkan dalam aplikasi
SIRUP.

TERBUKA
Terbuka berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas. Tidak
membuat kriteria yang menyebabkan terhambatnya pelaku usaha yang sebetulnya memenuhi
persyaratan (administrasi, lokasi) untuk ikut berkompetisi menjadi penyedia.
Langkah langkah mendorong pengadaan yang Terbuka:
a. Proses Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan secara terbuka dan dapat diakses oleh seluruh
calon peserta;
b. Tidak mempersyaratkan kriteria tertentu yang menguntungkan salah satu peserta.
Contoh pelaksanaan pengadaan yang menerapkan prinsip terbuka :
Pengadaan kendaraan operasional dapat diikuti oleh semua pelaku usaha kendaraan yang memenuhi
persyaratan.

BERSAING
Bersaing berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantaranya
sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat
diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu
terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang yang memenuhi persaingan sehat :
a. Proses Pengadaan Barang/Jasa harus dapat diakses oleh seluruh calon peserta;
b. Dalam setiap tahapan dari proses Ppengadaan harus mendorong terjadinya persaingan sehat;
c. Kondisi yang memungkinkan masing-masing calon peserta mampu mempersiapkan penawaran
berkaitan dengan tingkat kompetitifnya serta peluang untuk memenangkan tender/seleksi;
d. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa harus secara aktif menghilangkan hal-hal yang menghambat
terjadinya persaingan yang sehat.
Contoh pelaksanaan pengadaan yang menerapka prinsip bersaing : Pasar kendaraan bermotor
merupakan pasar persaingan sempurna dimana pembeli dan penjual sudah mengetahui dengan jelas
spesifikasi teknis masing- masing produk dan harganya.
Persaingan yang sehat akan memberikan consumer surplus (surplus konsumen) yang sangat
bermanfaat bagi ekonomi. Consumer surplus secara agregat akan mendorong pertumbuhan ekonomi
yang lebih baik. Mendorong persaingan yang sehat harus menjadi prinsip pengadaan. Barang/jasa
yang bersaing akan lebih berkualitas dan makin murah dari waktu ke waktu. Contohnya adalah barang
elektronik, misalnya Handphone (HP) yang sangat bersaing sehingga memberikan manfaat ekonomi
yang luar biasa. Dapat kita lihat, hampir semua mall menjual ponsel dan asesorisnya. Barang yang
tidak bersaing alias oligopoli atau monopoli, tidak cepat untuk meningkatkan kualitas dan harganya,
misalnya listrik dan air minum. Sebenarnya persaingan sudah ada di pasar. Kita tahu harganya dan
kualitasnya. Tapi banyak barang/jasa yang tidak mudah kita ketahui harga dan kualitasnya, sehingga
diperlukan persaingan yang diatur oleh pembeli, dalam hal ini pemerintah yang belanja dengan uang
pembayar pajak. Oleh karena itu, pemerintah perlu terus membangun prosedur dan cara-cara yang
mendorong persaingan sehat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, misalnya dengan
membangun etendering, dan epurchasing.

ADIL
Adil berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang adil:
a. Memberi perlakukan yang sama kepada seluruh peserta;
b. informasi yang diberikan harus akurat dan dapat dimanfaatkan untuk semua Contoh pelaksanaan
pengadaan yang adil : Pada Pengadaan kendaraan operasional semua Penyedia kendaraan dapat
mengikuti proses katalog kendaraan.

AKUNTABEL
Akuntabel berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan
Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Langkah langkah mendorong Pengadaan yang akuntabel adalah :
a. Adanya arsip dan pencatatan yang lengkap terhadap seluruh proses Pengadaan Barang/Jasa;
b. Adanya suatu sistem pengawasan untuk menegakkan aturan-aturan; dan
c. Adanya mekanisme untuk mengevaluasi, mereview, meneliti dan mengambil tindakan terhadap
protes dan keluhan yang dilakukan oleh peserta.
Contoh pelaksanaan Pengadaan yang menerapkan prinsip akuntabel:
Proses Pengadaan kendaraan operasional dilaksanakan sesuai ketentuan yang mulai dari perencanaan
sampai dengan serah terima dan harga yang digunakan harga yang sudah dipublikasi secara luas.
ETIKA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGERTIAN
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral/akhlak (KBBI, 2018). Jadi etika pengadaan adalah norma yang mengatur tindakan yang harus
dilakukan dan tindakan yang dilarang dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Sebagai salah satu
upaya untuk membuat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menjadi lebih kredibel adalah dengan cara
menerapkan etika di antara Pengelola dan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Penerapan etika bagi
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa menjadi sangat penting sehingga
kepercayaan akan Pengadaan Barang/Jasa akan semakin kuat.

ETIKA
Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran
dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk melaksanakan tugas secara tertib dan tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa :
1) PA/KPA meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan sesuai ketentuan yang ada baik
perencanaan pengadaan melalui Swakelola dan Penyedia
2) PPK dalam menyusun dan menetapkan persiapan Pengadaan berdasaran jenis pengadaan
yang dibutuhkan pengguna akhir
3) Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaksanakan pemilihan dengan tertib sesuai dengan
prosedur metode pemilihan yang digunakan
4) PPK dalam melaksanakan dan mengendalikan kontrak sesuai dengan ketentuan yang ada agar
bisa mencapai tujuan Pengadaan Barang/Jasa.
Contoh Penerapan dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa :
Satuan Kerja A membutuhkan kendaraan operasional jenis MPV, pada dokumen perencanaan telah
di masukkan dalam DIPA dengan kode akun 532111 belanja modal pelalatan dan mesin senilai Rp.
400.000.000 ( empat ratus juta rupiah) dan telah di umumkan dalam SIRUP.
Pada persiapan pengadaan PPK telah mengidentifikasi bahawa kendaraan tersebut telah ada dalam
ekatalog LKPP senilai Rp. 390.000.000 ( tiga ratus sembilan puluh juta rupiah). Karena sudah ada
dalam ekatalog, PPK menetapkan spesifikasi teknis Merk B, tidak perlu menetapkan HPS dan
bentuk kontrak berupa Surat Pesanan.
Pelaksanaan pemilihan melalui epurchasing oleh PPK karena nilainya diatas Rp. 200 juta dan
dibuat Surat Pesanan antara PPK dengan PT. B (penyedia ekatalog)
b. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya
harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan
Barang/Jasa:
1) PPK Menyusun dan menetapkan HPS sesuai dengan ketentuan dan menyampaikan nilai
totalnya sedangkan rinciannya dirahasiakan sampai dengan pembukaan penawaran.
2) Pokja Pemilihan pada saat evaluasi penawaran wajib menjaga rahasia sampai dengan
pengumuman pemenang.
Contoh :
Pengadaan alat laboratorium dengan membuat analisa harga satuan meliputi biaya alat, biaya
pengiriman, biaya istalasi, biaya uji fungsi, biaya pelatihan, pajak dengan mencari sumber informasi
melalui request form information ke beberapa principle alat lab sejenis sehingga diperoleh total
HPS Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah). Pada saat pengumuman tender, nilai total HPS
diumumkan sedangkan rincian dirahasiakan dan tidak boleh di sampaikan pada pihak lain sampai
dengan pembukaan penawaran.
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha
tidak sehat;
Langkah Langkah agar tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat adalah
1) PA/KPA tidak melakukan intervensi dalam proses pemilihan penyedia
2) PPK dalam menyusun spesifikasi teknis tidak mengarah pada penyedia tertentu, kecuali untuk
pengadaan yang diperbolehkan menyebut merk.
3) Pokja Pemilihan menetapkan persyaratan kualifikasi dan penawaran harus bersikap adil dan
tidak mengarahkan pada penyedia tertentu.
4) Pokja Pemilihan dalam mengambil keputusan atas hasil pemilihan bersifat kolektif kolegial
(memiliki hak suara yang sama), penetapan pemenang berdasarkan suara mayoritas.
Contoh:
Pada pengadaan alab laboratorium senilai Rp.10 Miliar pokja pemilihan menetapkan syarat
kualifikasi dan penawaran sesuai dengan ketentuan Perlem No. 12 Tahun 2021 dan tidak
mensyaratkan hal-hal yang mengarahkan pada penyedia tertentu yang berakibat terjadi persaingan
yang tidak sehat.
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
Langkah Langkah agar menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait adalah
1) Anggota Pokja Pemilihan menerima dan bertanggung hasil hasil evaluasi berdasarkan suara
mayoritas anggota Pokja memenangkan salah satu Penyedia
2) Jika terjadi perselisihan antara Pokja Pemilihan dan PPK terhadap hasil evaluasi penawaran
maka para pihak harus menerima dan bertanggungjawab jika penyelesaian perselisihan
tersebut sudah di putuskan oleh PA/KPA
Contoh :
Pada pemilihan penyedia jasa cleaning service untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota A senilai
Rp.3 miliar telah ditetapkan pemenang PT. A dengan kualifikasi kecil oleh Pokja Pemilihan, berita
acara hasil pemilihan telah disampiakn kepada PPK, namun PPK tidak sependapat dengan hasil
pemilihan dengan alasan seharusnya mensyaratkan penyedia non kecil yang sudah berpengalaman.
Atas perbedaan pendapat tersebut maka keputusan diserahkan pada PA/KPA yang sependapat
dengan Pokja Pemilihan. Semua pihak harus menerima dan bertanggungjawab atas keputusan
PA/KPA.
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan
Barang/Jasa;
Langkah Langkah untuk menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentiangan pihak terkait
baik secara langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam
Pengadaan Barang/Jasa adalah
1) Para Pelaku Pengadaan (PA/KPA, PPK, Pokja Pemilihan/PP) tidak merangkap jabatan
2) Pelaku pengadaan tidak merangkap sebagai penyedia barang/jasa baik secara langsung atau
tidak langsung.
Contoh :
Dalam melaksanakan pengadaan di satker A Kementerian X, Kepala Satker selaku KPA menetapkan PPK
dan Pejabat Pengadaan, dijabat oleh personil yang berbeda (tidak merangkap).
f. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
Langkah Langkah untuk menghindari dan mencegah pemborosan keuangan negara adalah
1) PA/KPA menetapkan perencanaan berdasarkan hasil identifikasi pengadaan.
2) PPK Menyusun dan menetapkan HPS berdasarkan data hasil survey lapangan dan analisa
harga satuan yang akurat
3) Pokja Pemilihan menetapkan metode evaluasi berdasarkan kompleksitas pekerjaan agar
mendapat Barang/Jasa yang value for money.
4) PPK dalam melaksanakan pembayaran Kontrak berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengujian
yang akurat sesuai standar yang ada.
Contoh :
Pada paket pekerjaan pembangunan pos jaga dengan luas 60 m 2 dengan nilai Kontrak Rp. 300 juta dengan
jeis kontrak harga satuan. Dari hasil pengukuran lapangan sesuai pekerjaan terpasang seluas 58 m 2
dengan spesifikasi teknis sesuai Kontrak. Maka pembayaran atas prestasi pekerjaan oleh PPK adalah
sesuai pekerjaan terpasang yaitu 58 m2 setelah dilakukan Adendum Kontrak yang mengakibatkan
nilai kontrak berkurang.
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi;
Langkah Langkah untuk mengindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/kolusi adalah
1) Pokja Pemilihan dibawah UKPBJ permanen yang netral dan tidak diintervensi pihak lain baik
PA/KPA, Penyedia maupun pihak lain
2) Menghindari adanya kontak langsung dengan Penyedia pada saat melakukan proses pemilihan
3) Pengadaan barang yang standar/dapat distandarkan dilaksanakan melalui ekatalog/toko
daring
Contoh :
Pengadaan alat Kesehatan dental unit sebanyak 5 unit senilai Rp. 400 juta dilaksanakan melalui ekatalog
h. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,
imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
Langkah Langkah untuk tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui
atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah
1) Para Pelaku PBJ menghindari gratifikasi dari pihak lain yang berkepentingan
2) PPK dalam menyusun HPS berdasarkan analisa harga satuan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan
3) Pokja Pemilihan melaksanakan pemilihan sesuai ketentuan dan berpegang pada prinsip
prinsip pengadaan.
Contoh :
Dalam melaksanakan proses pemilihan para palaku PBJ menandatangani pakta integritas untuk
tidak terlibat KKN dan menghindari adanya kontak langsung dengan wakil Penyedia.
2. Pertentangan Kepentingan
Khusus mengenai Etika mengenai pertentangan kepentingan (conflict of interest), Perpres
No. 16/2021 jo Perpres No. 12/2021 mendefinisikan pihak- pihak dan situasi yang terkait
pertentangan kepentingan yaitu :
a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personil inti pada suatu badan usaha, merangkap sebagai
Direksi, Dewan Komisaris, atau personil inti pada badan usaha lain yang mengikuti
Tender/Seleksi yang sama;
Langkah Langkah untuk menghindari adalah
1) Pokja Pemilihan dalam melakukan evaluasi kualifikasi membandingkan nama
personil yang bertindak sebagai direksi dan komisaris antara satu penyedia dengan
penyedia lainnya, jangan sampai rangkap jabatan
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi teknis terutama untuk pekerjaan
konstruksi di personil manajerial dan jasa konsultan di tenaga ahli, membandingkan
penawaran satu penyedia sama dengan penyedia yang lain yang mengikuti pemilihan
paket yang sama agar tidak terjadi personil manajerial/tenaga ahli yang sama
ditawarkan oleh beberapa penyedia yang mengikuti tender/seleksi untuk 1 paket.
Contoh :
Paket pekerjaan renovasi bangunan senilai Rp. 1, ada 3 penawaran yang masuk yaitu PT. A, PT.
B dan PT. C. Dari ketiga penawaran setelah dievaluasi kualifikasi ternyata komisaris utama PT.
A merangkap sebagai komisaris utama di PT. B, atas temuan tersebut maka Pokja Pemilihan
menggugurkan kedua penawaran tersebut.
b. Konsultan perencana/pengawas bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang
direncanakannya/diawasinya, kecuali dalam pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
Langkah Langkah untuk menghindari adalah
1) Pokja Pemilihan mensyaratkan dalam dokumen pemilihan bahwa konsultan
perencana/pengawas dilarang mengikuti pemilihan paket konstruksi yang di
desain/diawasi oleh penyedia tersebut.
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi administrasi, kualifikasi, teknis dan
harga, mengecek ada atau tidak penawaran dari konsultan/pengawasan yang
mendesain/mengawasi pekerjaan tsb, jika ada maka dinyatakan gugur.
Contoh :
Pada tender pekerjaan pembangunan gedung kantor senilai Rp. 17 miliar, Pokja Pemilihan
menemukan personil manajerial dari penyedia A untuk pekerjaan konstruksi tsb ternyata
sebagai tenaga ahli sipil jasa konsultan perencana pembangunan gedung tsb. Atas temuan hasil
evaluasi ini maka Pokja pemilihan menggugurkan penawaran dari PT. A.
c. Konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai Konsultan Perencana;
Langkah Langkah untuk mengindari adalah
1) Pokja Pemilihan mensyaratkan dalam dokumen pemilihan bahwa konsultan
manajemen konstruksi dilarang mengikuti pemilihan jasa konsultansi perencana
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi administrasi, kualifikasi, teknis dan
harga, mengecek ada atau tidak penawaran dari konsultansi manajemen konstruksi
tsb, jika ada maka dinyatakan gugur.
Contoh :
Pada paket Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota A telah ditetapkan melalui
proses seleksi konsultan MK yaitu PT. A. kemudian
dilakukan seleksi konsultan perencana ditemukan adanya penawaran dari penyedia yang
sebagai konsultan manajemen konstruksi pada pekerjaan, atas temuan hasil evaluasi ini maka
pokja menyatakan PT. A dinyatakan gugur.
d. Pengurus/Manajer koperasi yang mengikuti Tender/Seleksi pada Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah, yang mana pengurus koperasi merangkap sebagai
PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan;
Langkah Langkah untuk mengindari adalah
1) Para pelaku pengadaan tidak merangkap sebagai pengurus koperasi di K/L/PD tempat
bertugas
2) Jika salah satu pelaku pengadaan merangkap sebagai pengurus koperasi maka koperasi
tidak mengikuti proses pengadaan di K/L/PD tersebut untuk paket dimana pelaku
pengadan bertugas.
Contoh :
Koperasi karyawan kementerian A mengikuti tender pangadaan ATK senilai Rp. 500 juta, dan
ternyata salah satu anggota Pokja Pemilihan bertindak sebagai ketua koperasi karyawan tsb.
Maka sebaiknya pokja mengugurkan penawaran koperasi tersebut karena terjadi pertentangan
kepentingan.
e. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan perusahaan Penyedia; Langkah Langkah untuk menghindari
adalah
1) PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan tidak merangkap sebagai pengurus
perusahaan Penyedia
2) Jika salah satu PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan merangkap sebagai pengurus
perusahaan Penyedia maka tidak mengikuti proses pengadaan di K/L/PD
Contoh :
Pokja Pemilihan melaksanakan pemilihan penyedia seragam kerja dan dari hasil evaluasi
kualifikasi salah satu Penyedia PT A ditemukan bahwa salah
satu anggota Pokja Pemilihanmerangkap sebagai pengurus di perusahaan Penyedia PT. A. atas
temuan hasil evaluasi tersebut maka Pokja Pemilihan menyatakan PT. A gugur.
f. Beberapa perusahaan yang mengikuti tender/seleksi yang sama, dikendalikan baik langsung
maupun tidak langsung oleh pihak yang sama, yang mana sahamnya lebih dari 50% (lima puluh
persen) dikuasai oleh pemegang saham yang sama.
Langkah Langkah untuk mengindari adalah
1) Pokja Pemilihan dalam dokumen kualifikasi mensyaratkan larang keikutsertaan 2
atau lebih penyedia yang dibawah kendali yang sama untuk mengikuti proses
pemilihan yang sama.
2) Pokja Pemilihan pada saat melakukan evaluasi kualifikasi,
membandingkan data kualifikasi satu penyedia sama dengan
penyedia yang lain yang mengikuti pemilihan paket yang sama. Contoh :
Paket pembangunan kantor Dinas Perumahan dan Pemukiman kota A senilai Rp. 20
M, ada 3 penawaran yang masuk yaitu PT. A, PT. B dan PT. C. Dari ketiga penawaran
setelah dievaluasi kualifikasi ternyata komisaris utama PT. A merangkap sebagai
komisaris utama di PT. B dengan kepemilikan saham lebih dari 50 % atas temuan
tersebut maka Pokja Pemilihan menggugurkan kedua penawaran tersebut.
ASPEK HUKUM PENGADAAN BARANG/JASA

Kegiatan yang dilaksanakan oleh institusi negara termasuk Pengadaan Barang/Jasa harus dapat
dipertanggungjawabkan. Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa harus menjamin terciptanya kepastian
hukum dan memberikan perlindungan kepada setiap warga negara dari serangkaian tindakan
sewenang- wenang di dalam penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa.
Dalam rangka pencapaian prinsip akuntabilitas, maka Pengadaan Barang/Jasa perlu diatur dalam
suatu peraturan yang dapat menjamin kepastian hukum dan menghasilkan Barang/Jasa sesuai tujuan
pemanfaatannya. Disamping itu, anggaran belanja yang digunakan harus dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa yang melibatkan komponen-komponen dasar penyelenggaraan negara seperti anggaran
belanja, personil, bahan/material, peralatan dan pasar (penjual dan pembeli) maka ada keterkaitan
dengan berbagai aspek hukum. Dengan demikian, pengaturan PBJP selain bersumber dari konstitusi,
pengaturan tentang pelayanan publik, juga terkait atau didasarkan pada pengaturan tentang keuangan
negara.
1. Aspek Hukum Administrasi Negara
Hukum administrasi negara merupakan bagian dari hukum publik, yaitu hukum yang mengatur
tindakan pemerintah dan mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau hubungan
antar organisasi pemerintahan. Hukum administrasi negara memuat keseluruhan peraturan yang
berkenaan dengan cara bagaimana organisasi pemerintah melaksanakan tugasnya (Wikipedia, 2021)
Berkenaan hal diatas, secara garis besar hukum administrasi negara mencakup :
a. perbuatan pemerintah dalam bidang publik;
b. kewenangan pemerintah dalam melakukan perbuatan di bidang publik;
c. akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau kewenangan pemerintahan; dan
d. penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam pemerintahan. Tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan
memungkinkan untuk diuji melalui Pengadilan.
Keputusan pelaku pengadaan barang/jasa dari pemerintah merupakan keputusan penyelenggara
pemerintahan, apabila terjadi sengketa tata usaha negara maka pihak yang merasa dirugikan akibat
dikeluarkannya keputusan tata
usaha negara apabila tidak ditemukan upaya penyelesaiannya, dapat mengajukan keberatan kepada
instansi yang mengeluarkan keputusan tersebut. Subjek hukum baik orang perorangan maupun subjek
hukum lainnya dapat mengajukan gugatan pembatalan secara tertulis melalui PTUN dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi. Melalui pengaturan tata kelola administrasi negara dalam
PBJP, diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan kepada masyarakat termasuk
pelayanan dalam proses dan hasil pengadaan itu sendiri.
Contoh kasus hukum administrasi negara dalam PBJP :
Kasus sengketa antara Lembaga A dengan Penyedia X karena masalah pengenaan sanksi pengenaan
daftar hitam (blacklist)

2. Aspek Hukum Perdata


Hukum perdata merupakan hukum yang mengatur hubungan antara subjek hukum dengan subjek
hukum lainnya di bidang keperdataan, dengan lalu lintas hukum yang berhubungan antara individu
dengan individu lain, seperti hukum dalam keluarga, perjanjian antara subjek hukum, termasuk
hubungan warisan.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ketentuannya diatur dalam Peraturan Presiden No 16 Tahun 2018
tahun Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Merujuk Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah adalah Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang dibiayai APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan. Tahapan yang dilaksanakan mulai dari Perencanaan Pengadaan oleh PA/KPA
dan PPK, Persiapan Pengadaan oleh PPK, Persiapan Pemilihan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan, Pelaksanaan Swakelola, Pelaksanaan Kontrak, dan serah terima hasil pekerjaan.
Dalam pengadaan barang/jasa terdapat beberapa subjek hukum yang mempunyai kesetaraan dengan
memiliki hak dan kewajiban yang sama, yaitu :
a. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran, yang dapat mendelegasikan ke KPA atau PPK sebagai wakil
pemerintah/instansi yang membutuhkan barang/jasa.
b. Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.
c. Penyelenggara Swakelola Tipe II, Tipe III dan Tipe IV yang menyediakan barang/jasa yang
dilaksanakan instansi lain, organisasi masyarakat atau kelompok masyarakat pelaksana
swakelola.
Dalam menyediakan Barang/Jasa, Pejabat Penandatangan Kontrak mengadakan perikatan/kontrak
dengan Pelaku Usaha atau Pelaksana Swakelola. Hal ini berarti bahwa dalam kegiatan PBJP terdapat
hubungan hukum perdata antara Pengguna dan Penyedia/Pelaksana Swakelola yang didasarkan pada
adanya pelaksanaan kontrak untuk memenuhi kebutuhan Pengguna Barang/Jasa yang dilaksanakan
pemenuhannya oleh Penyedia dan pelaksana swakelola.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), buku III tentang Perikatan, disebutkan
bahwa perikatan dapat lahir karena undang- undang atau perjanjian. Perikatan yang lahir karena
perjanjian menyatakan bahwa “semua perjanjian yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang mempunyai kekuatan hukum sebagai undang- undang bagi mereka
yang membuatnya”. Perjanjian dalam pengadaan barang/jasa adalah suatu persetujuan dengan mana
pihak yang satu menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima suatu harga
tertentu. Perjanjian merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa.
Sekalipun hubungan hukum yang terbentuk antara Pejabat Penandatangan Kontrak dengan mitranya
adalah hubungan kontraktual, tetapi di dalamnya terkandung tidak saja hukum privat, tetapi juga
hukum publik. Apabila dalam kontrak komersial para pihak mempunyai kebebasan yang sangat luas
dalam mengatur hubungan hukum atau mengatur kewajiban kontraktual mereka, maka dalam kontrak
pengadaan oleh pemerintah, kebebasan itu tidak sepenuhnya berlaku sebab terhadap kontrak ini
berlaku rezim hukum tersendiri (khusus).
Dengan demikian, pelaksanaan pemenuhan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah merupakan perbuatan
hukum perdata yang tunduk pada KUH Perdata yang diberlakukan dengan rezim khusus (Suparman, E.
2014).
Contoh kasus perdata dalam PBJP :
Kasus tuntututan pencairan jaminan pelaksanaan ke perusahaan asuransi X oleh Pemda A karena tidak
bersedia mencairkan jaminan pelaksanaan dari Penyedia B yang telah diputus kontrak.

3. Aspek Hukum Pidana


Pengertian hukum pidana adalah sekumpulan asas-asas dan norma yang menentukan perbuatan yang
dilarang dan dapat diancam pidana. Hukum pidana, lazim disebut sebagai hukum kriminal, karena
persoalan yang diaturnya adalah mengenai tindakan-tindakan terhadap kejahatan dalam masyarakat.
Tujuan hukum pidana adalah menemukan kebenaran materiel melalui proses penyidikan yang bebas
dan tidak memihak dan untuk mencapai tujuan tersebut hukum pidana menjalankan fungsi sebagai
sarana akhir dalam menyelesaikan peristiwa dalam masyarakat. Benar-benar diperlukan dan
mendesak untuk dipergunakan menghadapi perbuatan yang dapat mengancam ketertiban dan
kesusilaan masyarakat serta menimbulkan kerugian baik perorangan maupun kelompok masyarakat
(Atmasasminta, R. 2014).
Tinjauan hukum pidana dalam PBJP adalah bahwa hukum pidana diterapkan kalau ada pelanggaran
pidana yang dilakukan para pelaku pengadaan, mengatur hubungan hukum sejak tahap perencanaan
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. Penerapan hukum pidana dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah sering kali dihubungkan dengan pelanggaran (administratif) hukum keuangan negara
dengan tindak pidana korupsi. Perbuatan pelanggaran UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara sering dalam praktik diterapkan UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Setiap orang
b. Secara melawan hukum
c. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi
d. Menimbulkan kerugian perekonomian atau keuangan negara Atau Setiap orang Dengan
sengaja Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi Dengan
menyalahgunakan kewenangannya sehubungan dengan jabatan atau kedudukannya sehingga
Menimbulkan kerugian perekonomian atau keuangan negara.
e. atau termasuk gratifikasi dan suap.
Aspek hukum pidana PBJP dihubungkan dengan UU Tipikor adalah sejauh mana prosedur pengelolaan
Keuangan Negara telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (untuk menemukan unsur melawan hukum) dan apakah telah timbul keuntungan pribadi atau
orang lain atau korporasi, dan apakah telah terjadi kerugian keuangan Negara sebagai akibat
perbuatan melawan hukum? Intinya untuk perbuatan seorang penyelenggara Negara maka perbuatan
tersebut dengan sengaja, perbuatan yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian
wewenang yang diberikan kepadanya.
Contoh kasus hukum pidana dalam PBJ :
Tuntutan pidana pada pelaku PBJ karena melakukan pengadaan barang/jasa fiktif.

4. Aspek Hukum Persaingan Usaha


Salah satu bentuk tindakan yang dapat mengakibatkan persaingan tidak sehat adalah persekongkolan
dalam proses pemilihan penyedia. Prinsip umum dalam pengadaan adalah efisien, efektif, transparansi,
kompetisi, adil dan tidak diskriminatif, serta akuntabilitas sehingga tercapai Value for Money. Sejalan
dengan prinsip tersebut, UU No 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dna Persaingan Usaha
Tidak Sehat pada pasal 22 juga mengatur tentang larangan persekongkolan dalam pemilihan penyedia.
Persekongkolan tersebut dapat saja terjadi mulai dari perencanaan, persiapan, sampai ke pemilihan
penyedia.
Persekongkolan dalam pemilihan penyedia (tender) dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu
persekongkolan vertical, persekongkolan horizontal, dan gabungan persekongkolan vertikal dan
horizontal. Persekongkolan horizontal terjadi antara peserta pemilihan dengan menciptakan
persaingan semu diantara peserta pemilihan. Persekongkolan vertical terjadi karena kerjasama antar
salah satu atau beberapa peserta pemilihan dengan Pokja Pemilhan atau PA/KPA/PPK.
Persekongkolan horizontal dan vertical merupakan persekongkolan antara Pokja Pemilihan atau
PA/KPA/PPK dengan peserta pemilihan, yang dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait dalam
proses pemilihan.
Pemilihan penyedia yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat
persaingan usaha adalah:
a. Tender yang bersifat Tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas,
sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi tidak
dapat mengikutinya;
b. Tender yang bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan
kualifikasi yang sama;
c. Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merk yang mengarah kepada pelaku
usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut.
Untuk mengetahui telah terjadinya suatu persekongkolan dalam pemilihan penyedia dimulai dengan
mengetahui adanya indikasi persekongkolan. Bentuk atau tindakan persekongkolan maupun ada
tidaknya persekongkolan harus dibuktikan melalui pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa atau Majelis
KPPU. Terhadap persekongkolan pada pemilihan penyedia yang melibatkan ASN, maka KPPU
menyampaikan informasi tentang persekongkolan tersebut kepada atasan Pegawai yang bersangkuan
atau aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Contoh hukum persaingan usaha dalam PBJ :
Kasus Pengadaan Paket Rehabilitasi dan Renovasi Sarana dan Prasarana Sekolah Kabupaten A. Dalam
Putusan Perkara tersebut, Majelis Komisi memutuskan bahwa para Terlapor terbukti melanggar dan
menjatuhkan total sanksi denda sebesar Rp. 4.000.000.000 (empat miliar rupiah) kepada para terlapor
peserta tender karena terlibat dalam proses persekongkolan.
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGGUNA ANGGARAN (PA)


Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga/Perangkat Daerah (Perpres No. 12 Tahun 2021 pasal 1 angka 7). Untuk APBN yang
bertindak selaku PA adalah Menteri/Kepala Badan/Kepala Lembaga, sedangkan untuk APBD yang
bertindak selaku PA adalah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (Contoh: Sekretaris Daerah/Kepala
Dinas/Kepala Badan/Camat).
Tugas dan Kewenangan PA adalah :
a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;
b. Mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang ditetapkan;
c. Menetapkan perencanaan pengadaaan;
d. Menetapkan dan mengumumkan RUP;
e. Melaksanakan konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
f. Menetapkan penunjukkan langsung untuk tender/seleksi ulang gagal;
g. Menetapkan pengenaan Sanksi Daftar Hitam;
h. Menetapkan PPK;
i. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
j. Menetapkan Penyelenggara Swakelola;
k. Menetapkan tim teknis yang dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah
untuk membantu, memberikan masukan, dan melaksanakan tugas tertentu terhadap sebagian
atau seluruh tahapan Pengadaan Barang/Jasa;
l. Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui Sayembara/Kontes;
m. Menyatakan Tender/Seleksi gagal dalam hal terjadi KKN yang melibatkan Pokja Pemilihan/PPK ;
n. Menetapkan pemenang pemilihan atau calon Penyedia untuk metode pemilihan.
1) Tender/Penunjukan Langsung/E-Purchasing untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas
Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran paling sedikit di atas Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
PA untuk pengelolaan APBN dapat melimpahkan kewenangan kepada KPA sesuai dengan peraturan
perundang undangan. PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan poin a sampai
poin g kepada KPA. (Perpres No. 12 Tahun 2021 pasal 9)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBN adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari
PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada pelaksanaan APBD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi Perangkat Daerah.
Tugas dan Kewenangan KPA adalah :
a. Melaksanakan pendelegasian sesuai pelimpahan dari PA;
b. Menjawab sanggah banding peserta tender pekerjaan konstruksi;
c. Dapat mendelegasikan kewenangan kepada PPK yang terkait dengan;
1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan/atau
2) Mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan
d. Dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa;
e. Dalam hal tidak ada personil yang dapat ditunjuk sebagai PPK, KPA dapat merangkap sebagai
PPK.

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.
Tugas PPK antara lain:
a. Menyusun perencanaan pengadaan;
b. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
c. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
d. menetapkan rancangan kontrak;
e. menetapkan HPS;
f. menetapkan besaran uang muka 'yang akan dibayarkan kepaJa Penyedia;
g. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
h. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah);
i. mengendalikan kontrak;
j. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan;
k. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA
l. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA dengan berita acara
penyerahan;
m. menilai kinerja Penyedia;
n. menetapkan tim pendukung;
o. menetapkan tim ahli atau tenaga ahli; dan
p. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
Posisi PPK saat ini dituntut untuk semakin profesional dan terbebas dari intervensi berbagai
kepentingan. Tidak ada lembaga pemerintah yang dapat melakukan perikatan/perjanjian dengan
pihak lain yang dapat berakibat terjadinya pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tanpa melalui Pejabat Penandatangan Kontrak.
Akibatnya harus diakui bahwa skala pekerjaan PPK sangat luas dan cukup rentan dengan masalah
hukum yang terkait dengan pelaksanaan kontrak. Sehubungan dengan beban tugas pekerjaan PPK,
maka perlu dibuat suatu pengelompokan berdasarkan manajemen proyek dalam mengelola suatu
kontrak pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa. Beban tugas pekerjaan pada manajemen proyek dari yang
paling sederhana hingga yang paling kompleks. Lebih lanjut pengelompokan beban tugas pekerjaan
PPK disusun agar kompetensi yang dimiliki PPK sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.
Berdasarkan hal tersebut, pengelompokan PPK dapat dibagi menjadi beberapa tipe PPK dengan
masing-masing ruang lingkup pekerjaan.
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dapat ditugaskan sebagai PPK. Penugasan Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa sebagai PPK memperhatikan kesesuaian antara jenjang jabatan dengan tipologi PPK,
yaitu:
a. Pengelola PBJ Madya ditugaskan sebagai PPK Tipe A;
b. Pengelola PBJ Muda ditugaskan sebagai PPK Tipe B; dan
c. Pengelola PBJ Pertama ditugaskan sebagai PPK Tipe C. (PerLKPP No. 7 Tahun 2021)
Tipe PPK disusun berdasarkan ruang lingkup tahapan pengelolaan kontrak yang dilihat dari tingkat
kompleksitas. Tipe PPK ditetapkan mulai dari tingkat kompleksitas pengelolaan kontrak yang
sederhana sampai dengan kompleks.
Tahapan pengelolaan kontrak meliputi: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Pelaksanaan (Actuating), Pengendalian (Controlling) atau dikenal dengan POAC. Tipe PPK
mempertimbangkan azas kemanfaatan (deliverables) terhadap operasional, pencapaian visi misi, dan
tujuan organisasi. Penyusunan tipe PPK ini bukan merupakan suatu penjenjangan tetapi berupa
pengklasifikasian berdasarkan skala pekerjaan PPK
Kriteria PPK:
a. PPK Tipe A
PPK yang menangani pekerjaan dengan kategori Pengelolaan Kontrak yang kompleks, yaitu yang
memiliki risiko tinggi, memerlukan teknologi tinggi, menggunakan peralatan yang didesain
khusus, menggunakan penyedia jasa asing, dan/atau sulit mendefinisikan secara teknis
bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan tujuan Pengadaan Barang/Jasa.
b. PPK Tipe B
PPK yang menangani pekerjaan dengan kategori Pengelolaan Kontrak yang umum atau lazim ada
dalam suatu organisasi, namun tidak termasuk dalam kategori pekerjaan kompleks atau
sederhana.
c. PPK Tipe C
PPK yang menangani pekerjaan dengan kategori Pengelolaan Kontrak sederhana, yakni yang
bersifat operasional, rutin, standar, dan/atau berulang/repetisi.
Dalam hal pada suatu instansi/unit kerja tidak terdapat Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang
memenuhi kesesuaian antara jenjang dengan tipologi PPK tersebut, Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
dapat ditugaskan sebagai PPK pada tipe yang berada 1 (satu) atau 2 (dua) tingkat dibawahnya
dan/atau satu tingkat di atasnya.
Salah satu tugas PPK adalah melakukan penilaian kinerja Penyedia Barang/Jasa (penilaian kinerja).
Penilaian kinerja dilaksanakan oleh PPK melalui aplikasi SIKaP. Penilaian Kinerja merupakan aktivitas
dan proses untuk mengukur kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan. Penilaian Kinerja dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hasil atas
barang/jasa yang dihasilkan oleh Penyedia. Penilaian didasarkan pada kinerja Penyedia dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam kontrak.
PPK melakukan Penilaian kinerja sebagai bentuk pembinaan terhadap Pelaku Usaha. PPK melakukan
penilaian kinerja atas pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Penyedia selama masa
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan proses pembayaran termasuk masa pemeliharaan/garansi jika
ada. PPK melakukan Penilaian Kinerja setelah :
a. Penyedia melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK melalui Berita Acara Serah Terima
(BAST) dan/atau Berita Acara Serah Terima Akhir (BAST-A) untuk pekerjaan barang/jasa yang
memerlukan masa pemeliharaan/garansi;
b. PPK menghentikan kontrak karena keadaan kahar dan pekerjaan tidak dapat
dilanjutkan/diselesaikan; atau
c. PPK melakukan pemutusan kontrak karena kesalahan Penyedia.
Hasil Penilaian Kinerja dapat dijadikan pertimbangan dalam proses pengadaan.
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja
Penyedia.
Pada Pemerintah Daerah, PA/KPA dapat menugaskan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk
melaksanakan tugas PPK dalam hal tidak ada penetapan PPK pada huruf a) sampai dengan huruf m).
Dalam hal tidak ada PPK maka penandatanganan kontrak oleh PA/KPA. Definisi PPTK sesuai Peraturan
Pemerintah No 12/2019 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah pejabat pada Unit Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa Kegiatan dari suatu Program
sesuai dengan bidang tugasnya. PPTK merupakan Pegawai ASN yang menduduki jabatan struktural
yang memiliki kemampuan manajerial dan berintegritas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Apabila
tidak terdapat Pegawai ASN yang menduduki jabatan struktural, PA/KPA dapat menetapkan pejabat
fungsional selaku PPTK yang kriterianya ditetapkan oleh kepala daerah. PPTK yang melaksanakan
tugas PPK wajib memenuhi persyaratan kompetensi PPK dengan dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi PPK.
Selain melaksanakan tugas di atas, PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA
meliputi :
a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan
b. Mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan.
Dalam penetapan penugasan, pegawai yang ditugaskan sebagai PPK tidak boleh dirangkap oleh :
a. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara;
b. Pejabat Pengadaan atau Pokja Pemilihan untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.
PEJABAT PENGADAAN
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang ditetapkan oleh
PA/KPA untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
Pejabat Pengadaan wajib dijabat oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagai Sumber Daya
Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan merupakan
sumber daya manusia yang melaksanakan fungsi pengadaan barang/jasa di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan terdiri atas:
a. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; dan
b. Personel Lainnya
Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang ditetapkan sebagai Pejabat Pengadaan
memenuhi persyaratan yaitu:
a. Memiliki integritas dan disiplin;
b. Menandatangani Pakta Integritas
c. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; atau
d. Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri/personel lainnya yang memiliki Sertifikat Kompetensi okupasi
Pejabat Pengadaan.
Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang ditetapkan sebagai Pejabat Pengadaan
memenuhi persyaratan yaitu:
a. Memiliki integritas dan disiplin;
b. Menandatangani Pakta Integritas
c. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; atau d. Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri/personel lainnya
yang memiliki Sertifikat Kompetensi okupasi Pejabat Pengadaan.
Tugas Pejabat Pengadaan:
a. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung;
b. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
d. Melaksanakan E-Purchasing yang bernilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
Pejabat Pengadaan wajib dijabat oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah menyusun rencana aksi pemenuhan Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa. Apabila jumlah Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum mencukupi sesuai rencana aksi pemenuhan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, maka pelaksanaan tugas Pejabat Pengadaan yang tidak dapat
dilakukan oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
sertifikat' kompetensi dan/atau sertifikat keahlian tingkat dasar/level- 1 di bidang Pengadaan
Barang/Jasa.
Pejabat Pengadaan dapat dikecualikan dari Pengelola Pengadaan Barang/Jasa untuk
Kementerian/Lembaga apabila:
a. Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk memenuhi
pencapaian batas angka kredit minimum per tahun bagi Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; atau
b. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh prajurit Tentara Nasional
Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pejabat Pengadaan yang bukan dari Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, maka dilakukan oleh Personil
Lainnya dan wajib memiliki sertifikat kompetensi Pejabat Pengadaan. Apabila Personel Lainnya
tersebut belum memiliki sertifikat kompetensi okupasi Pejabat Pengadaan, maka wajib memiliki
sertifikat Pengadaan Barang/Jasa tingkat dasar/level- 1.
Personil lainnya adalah personil selain Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yaitu
Aparatur Sipil Negara, prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk rnelaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa.
Pejabat Pengadaan tidak boleh merangkap sebagai Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM) atau Bendahara.

KELOMPOK KERJA PEMILIHAN


Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia
yang ditetapkan oleh Kepala UKPBJ untuk mengelola pemilihan Penyedia. Pokja Pemilihan wajib
dijabat oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagai Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan
Barang/Jasa. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan merupakan sumber daya manusia yang
melaksanakan fungsi pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan terdiri atas :
a. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; dan
b. Personel Lainnya
Pegawai yang ditetapkan sebagai Pokja Pemilihan memenuhi persyaratan yaitu :
a. Memiliki integritas dan disiplin;
b. Menandatangani Pakta Integritas;
c. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa;
d. Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri/personel lainnya yang memiliki Sertifikat Kompetensi
okupasi Pokja Pemilihan; dan/atau
e. Dapat bekerja sama dalam tim.
Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai tugas yaitu:
a. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia kecuali Epurchasing dan
Pengadaan Langsung;
b. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia melalui metode Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia melalui metode Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah); dan
d. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan :
1) Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan
2) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Tipe Pokja Pemilihan disusun berdasarkan ruang lingkup pekerjaan Pokja Pemilihan yang
diamanatkan dalam Perpres No 16/2018 jo Perpres No. 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Pembagian Pokja Pemilihan didasarkan pada tingkat kompleksitas dalam
pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
a. Pokja Pemilihan Umum adalah Pokja Pemilihan yang melaksanakan tugas Pengadaan
Barang/Jasa dalam ruang lingkup pekerjaan dengan proses yang tidak sederhana dan tidak
kompleks; dan
b. Pokja Pemilihan Khusus adalah Pokja Pemilihan yang melaksanakan tugas Pengadaan
Barang/Jasa dalam ruang lingkup pekerjaan dengan proses yang memiliki persyaratan
khusus dan/atau spesifik.
Ruang lingkup pekerjaan Pokja Pemilihan Khusus yaitu :
a. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia yang memiliki persyaratan khusus
dan/atau spesifik, seperti: pengadaan pekerjaan terintegrasi, Tender/Seleksi Internasional,
dan/atau Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha, kecuali
Epurchasing dan Pengadaan Langsung; dan
b. Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan :
1) Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan
2) Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pokja Pemilihan beranggotakan 3 (tiga) orang. Pokja Pemilihan ditetapkan dan melaksanakan tugas
untuk setiap paket pengadaan. Dalam hal berdasarkan pertimbangan kompleksitas pemilihan
Penyedia, anggota Pokja Pemilihan dapat ditambah sepanjang berjumlah gasal dan dapat dibantu oleh
tim atau tenaga ahli.
Pokja Pemilihan wajib dijabat oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah Menyusun rencana aksi pemenuhan Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa. Apabila jumlah Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum mencukupi sesuai rencana aksi pemenuhan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana maka pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dilakukan
dengan ketentuan:
a. Pokja Pemilihan untuk setiap paket pengadaan, wajib beranggotakan sekurang-kurangnya 1
(satu) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; dan
b. Anggota Pokja Pemilihan selain Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh Pegawai
Negeri Sipil yang memiliki sertifikat kompetensi, dan/atau sertifikat keahlian tingkat dasar/level-
1 di bidang Pengadaan Barang/Jasa.
Apabila Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum memiliki Pengelola pengadaan Barang/Jasa
sebagai Pokja Pemilihan sehingga Pokja Pemilihan tidak dapat dijabat oleh Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa, maka sampai tersedianya Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, pelaksanaan tugas pokja
Pemilihan dilaksanakan oleh:
a. Pegawai Negeri Sipil yang memiliki sertifikat kompetensi dan/atau sertifikat keahlian tingkat
dasar/level- 1 di bidang Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
b. Agen Pengadaan.
Pokja Pemilihan dapat dikecualikan dari Pengelola Pengadaan Barang/Jasa untuk
Kementerian/Lembaga apabila :
a. Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk memenuhi
pencapaian batas angka kredit minimum per tahun bagi Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; atau
b. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh prajurit Tentara Nasional
Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pokja Pemilihan yang bukan dari Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, maka dilakukan oleh Personil
Lainnya dan wajib memiliki sertifikat kompetensi Pokja Pemilihan. Apabila Personel Lainnya belum
memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa, maka wajib memiliki sertifikat
Pengadaan Barang/Jasa tingkat dasar/level- 1.
Personil lainnya adalah personil selain Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yaitu
Aparatur Sipil Negara, prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk rnelaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa.
Pokja Pemilihan tidak boleh merangkap sebagai Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM) atau Bendahara.

AGEN PENGADAAN
Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Agen Pengadaan dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan
mutatis mutandis (sama persis) dengan tugas Pokja Pemilihan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Agen
Pengadaan diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Agen Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah digunakan dalam hal :
a. Satuan kerja yang tidak didesain untuk Pengadaan Barang/Jasa; Contoh satuan kerja: sekolah,
puskesmas, kantor camat
b. Aspek struktur dan anggaran Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang kecil yang mana
Sumber Daya Manusia difokuskan untuk tugas pokok dan fungsi utama sehingga tidak efektif jika
mengelola fungsional pengadaan;
c. Kementerian/Lembaga yang baru dibentuk atau Pemerintah Daerah baru hasil pemekaran;
d. Beban kerja Sumber Daya Manusia UKPBJ telah melebihi perhitungan analisis beban kerja;
e. Kompetensi Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh UKPBJ yang
tersedia;
f. Apabila diserahkan kepada Agen Pengadaan akan memberikan nilai tambah disbanding dilakukan
oleh UKPBJ-nya sendiri; atau
g. Meminimalisir risiko hambatan/kegagalan penyelesaian pekerjaan.
Kriteria untuk menjadi Agen Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu :
a. UKPBJ untuk dapat menjadi Agen Pengadaan harus memenuhi persyaratan :
1) Kematangan UKPBJ minimal level 3 (tiga) termuat dalam sistem informasi kelembagaan
Pengadaan Barang/Jasa yang diselenggarakan oleh LKPP; dan
2) memiliki Sumber Daya Manusia dengan kompetensi Pengadaan Barang/Jasa.
b. Pelaku Usaha berbentuk Badan Usaha untuk dapat menjadi Agen Pengadaan harus memenuhi
persyaratan :
1) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir;
2) Menandatangani Pakta Integritas;
3) Memenuhi syarat melaksanakan usaha di bidang jasa konsultansi;
4) Tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
5) Keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan;
6) Tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani sanksi pidana;
7) Memiliki pengalaman dibidang Pengadaan Barang/Jasa, kecuali untuk Badan Usaha yang baru
berdiri paling lama 3 (tiga) tahun;
8) Mempunyai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi Pengadaan Barang/Jasa; dan
9) Mempunyai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi teknis sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pekerjaan.
c. Pelaku Usaha perorangan untuk dapat menjadi Agen Pengadaan harus memenuhi persyaratan :
1) Memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP);
2) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
terakhir;
3) Menandatangani Pakta Integritas;
4) Tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
5) Keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan;
6) Tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani sanksi pidana;
7) Memiliki kompetensi bidang Pengadaan Barang/Jasa; dan
8) Memiliki pengalaman terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
d. Kompetensi Pengadaan Barang/Jasa ditunjukkan dengan sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh
LKPP dan/atau lembaga lain yang telah terakreditasi internasional :
Agen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah memiliki kewenangan yaitu :
1) Agen Pengadaan berwenang melaksanakan proses pemilihan Penyedia
2) Proses pemilihan Penyedia dapat secara sebagian atau keseluruhan tahapan.
3) Agen Pengadaan berkewajiban menyelesaikan permasalahan akibat dari pelaksanaan proses
pemilihan Penyedia yang dilaksanakannya;
4) Permasalahan yang dimaksud adalah permasalahan yang mungkin ditemukan di kemudian hari
oleh Aparat yang berwenang dan/atau Aparat berwajib.

PENYELENGGARA SWAKELOLA
Penyelenggara Swakelola adalah tim yang menyelenggarakan kegiatan secara swakelola baik sebagai
Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan/atau Tim Pengawas bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
publik yang tidak bisa di laksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa.
Tugas Tim Penyelenggara Swakelola
a. Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan
rencana biaya.
b. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan secara
berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.
c. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun administrasi
swakelola
Tabel 8.1 Penetapan Penyelenggara Swakelola
Personil
No Tipe Tim Tim Tim Pelaksana
Persiapan Pengawas
1 I Pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah ditetapkan
oleh PA/KPA
2 II Pegawai Kementerian/Lembaga/Pe Pegawai Kementerian/Lembaga/Pera ngkat
rangkat Daerah ditetapkan oleh Daerah yang ditetapkan oleh pimpinan
PA/KPA Kementerian/Lembaga/Pera ngkat Daerah lain
Pelaksana Swakelola
3 III Pegawai Pengurus/anggota Organisasi Kemasyarakatan
Kementerian/Lembaga/Perangkat yang ditetapkan oleh pimpinan organisasi
Daerah ditetapkan oleh PA/KPA Kemasyarakatan pelaksana Swakelola
4 IV Pengurus/anggota Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola yang ditrtapkan oleh
pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola
*Catatan: PA/KPA yang dimaksud untuk APBN dapat ditetapkan oleh PA/KPA, untuk APBD harus
ditetapkan oleh PA.

PENYEDIA
Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak. Pelaku Usaha
adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Penyedia bertanggung jawab atas:
a. Pelaksanaan Kontrak yaitu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hak dan kewajiban yang
ditentukan dalam kontrak.
b. Kualitas barang/jasa yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa sesuai kualitas /mutu yang
dtentukan dalam lampiran Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK).
c. Ketepatan perhitungan jumlah atau volume yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa
sesuai jumah/volume yang dtentukan dalam daftar kuantitas dan harga (DKH).
d. Ketepatan waktu penyerahan yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa sesuai waktu
pelaksanaan yang ditentukan dalam lampiran jadwal pelaksanaan pekerjaan.
e. Ketepatan tempat penyerahan yaitu penyedia wajib menyediakan barang/jasa sesuai dengan
lokasi pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak. Dalam hal sifat dan lingkup pekerjaan yang
terlalu luas, atau jenis keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tidak dapat
dilakukan oleh 1 (satu) Penyedia, maka:
1) Diberikan kesempatan yang memungkinkan para Penyedia saling bergabung dalam suatu
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain; dan/atau
2) Diberikan kesempatan yang memungkinkan Penyedia atau konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain Penyedia untuk menggunakan tenaga ahli asing.
Tenaga ahli asing digunakan sepanjang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan jenis
keahlian yang belum dimiliki dan untuk meningkatkan kemampuan teknis guna menangani
kegiatan atau pekerjaan.
PERAN USAHA KECIL, PENGGUNAAN PRODUK DALAM
NEGERI DAN PENGADAAN BERKELANJUTAN

PERAN USAHA KECIL


Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kriteria UMKK dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 9.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

No Usaha Kriteria
Modal Usaha (Rp) Penjualan (Rp)
1 Usaha Mikro Maks 1 M Maks 2 M
2 Usaha Kecil >1M–5M > 2 M – 15 M
3 Usaha Menengah >5 M – 10 M >15 M – 50 M
*Sumber: PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha kecil dalam pengertian Perpres 12 Tahun 2021 sebagaimana diatur maksimal nilai paket Rp. 15
milyar jika dilihat pada kriteria penjualan diatas maka yang termasuk usaha kecil adalah Usaha Mikro
dan Usaha Kecil.
Pemerintah berupaya memberikan kesempatan kepada UMKK untuk berpartisipasi dalam belanja
APBN/APBD dengan cara :
a. LKPP dan Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah memperluas peran serta usaha kecil dengan
mencantumkan barang/jasa produksi usaha kecil dalam katalog elektronik;
b. PA/PPK/UKPBJ dalam melakukan Konsolidasi untuk paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis yang
dicadangkan untuk Usaha Mikro atau Usaha Kecil
c. sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi sebesar Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar
rupiah), kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh Usaha Kecil;
d. Usaha non kecil melaksanakan pekerjaan dapat melakukan kerja sama usaha dengan UMKK dalam
bentuk kemitraan, subkontrak, atau bentuk kerja sama lainnya, jika ada UMKK yang memiliki
kemampuan di bidang yang bersangkutan.
Contoh PBJ yang meningkatkan peran UMKK:
a. Memperbanyak paket untuk usaha kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan usaha
yang sehat, kesatuan sistem, dan kualitas kemampuan teknis.
b. Melakukan konsolidasi paket dengan menyediakan paket untuk UMKK
c. Meningkatkan keikutsertaan UMKK menjual produk melalui Toko daring antara lain melalui Bela
Pengadaan (LKPP), aplikasi eorder ( Pemprov DKI Jakarta), BAKUL (DI Yogyakarta) dll.

PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI


Dalam rangka meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, pemerintah mengeluarkan sejumlah
kebijakan salah satunya Perpres 12/2021 pasal 66 ayat 1, tentang kewajiban penggunaan produk
dalam negeri dilakukan apabila terdapat produk dalam negeri yang memiliki penjumlahan nilai
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling
sedikit 40% (ernpat puluh persen).
Produk dalam negeri adalah produk barang/jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang
diproduksi dan dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia yang
dalam proses produksi atau pengerjaaannya dimungkinkan menggunakan bahan baku/komponen
impor. Produk dalam negeri dinyatakan dalam Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) berupa
sertifikat TKDN yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustian. Daftar kandungan TKDN setiap
produk dapat dilihat pada web http://tkdn.kemenperin.go.id/. Contoh kandungan TKDN beberapa
produk dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 9.2 dan Detail sertifikat tanda sah TKDN dapat dilihat
pada Gambar 9.1
Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) adalah nilai penghargaan kepada perusahaan yang berinvestasi di
Indonesia karena memberdayakan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil melalui kemitraan,
memelihara kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan, memberdayakan lingkungan serta
memberikan fasilitas pelayanan purna jual (UU No. 3/2014 tentang perindustrian).
Penggunaan produksi dalam negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa pemerintah sangat merupakan isu
yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh penggunaan produksi dalam negeri akan membuat
aktivitas perekonomian dalam negeri aktif. Kondisi ini diharapkan akan bermuara pada membaiknya
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Tabel 9.2 Contoh kandungan TKDN beberapa produk dalam negeri

No Nama Produk TKDN


1 Infus 41 %
2 Masker KF94 41,18 %
3 Meja dan Kursi media 90 %
4 Laptop Zurex 232 35,87 %
5 Hand sanitizer 69 – 73%

Gambar 9.1. Contoh sertifikat tanda sah TKDN


Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) adalah nilai penghargaan kepada perusahaan yang berivestasi di
Indonesia karena memberdayakan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi melalui kemitraan,
memelihara kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L), memiliki setifikat sistem manajemen
mutu, dan memberikan fasilitas pemeliharaan dan pelayanan purnajual.
Contoh Pengadaan barang diwajibkan dengan TKDN dan BMP ≥ 40 %
Barang yang diwajikan yaitu barang produksi dalam negeri yang wajib dipergunakan untuk memenuhi
persyaratan kebutuhan dan memiliki penjumlahan TKDN dan BMP diatas 40 % dan capaian TKDN
lebih atau sama dengan 25 %.

PREFERENSI HARGA
Preferensi harga adalah insentif bagi produk dalam negeri pada pemilihan Pengadaan Barang/Jasa
berupa kelebihan harga yang dapat diterima
Ketentuan Preferensi harga sebagai berikut :
a. Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bernilai di atas
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
b. Preferensi harga diberikan terhadap barang/jasa yang memiliki TKDN lebih besar atau sama
dengan 25 % (dua puluh lima persen);
c. Preferensi harga untuk barang/jasa paling tinggi 25 % (dua puluh lima persen);
d. Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan oleh Perusahaan Nasional paling
tinggi 7,5 % (tujuh koma lima persen) di atas harga penawaran terendah dari Perusahaan Asing;
e. Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis;
f. Penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah Hasil Evaluasi Akhir;
g. Hasil Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan rumus: HEA =(1−Kp )× HP
dengan:
KP = TKDN×preferensi
KP = Koefisien
Preferensi
HP = Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik
h. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang sama, penawar
dengan TKDN lebih besar ditetapkan sebagai pemenang.
Tabel 9.3 Contoh Perhitungan HEA
Barang Peserta Nilai Harga HEA
Tender TKDN Penawaran
(%) (Rp)
Produksi A 60 1.600.000.000 (1-(60% x 25 1.360.000.000
DN %) x
1.600.000.000
Impor B 0 1.350.000.000
Produksi C 80 1.700.000.000 (1-(80% x 25 1.360.000.000
DB %) x
1.700.000.000
Impor D 0 1.300.000.000
Produksi E 24 1.380.000.000
DN

Dalam hal terdapat dua (2) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang sama, penawaran dengan
TKDN lebih besar ditetapkan sebagai pemenang.

PENGADAAN BERKELANJUTAN
Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai
manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat,
serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus
penggunaanya.
1. Aspek ekonomi, meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia barang/jasa
tersebut;
2. Aspek sosial, meliputi pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil, jaminan kondisi kerja
yang adil, pemberdayaan komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan keberagaman; dan
3. Aspek lingkungan hidup, meliputi pengurangan dampak negatif terhadap kesehatan,
kualitas udara, kualitas tanah, kualitas air, serta menggunakan sumber daya alam secara
bijaksana.
Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan
hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya
terpengaruh.
Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil
(equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan
(viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus
bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan
menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable). Skema Pengadaan berkelanjutan dapat
dilihat pada Gambar 9.2 di bawah ini.
Gambar 9.2. Skema Pengadaan Berkelanjutan
PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK

PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK


Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi informasi untuk
memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (Perpres No. 12 Tahun 2021
pasal 1 angka 21). Transaksi pengadaan secara elektronik dapat dilakukan antara organisasi bisnis
dengan bisnis yang lain, organisasi bisnis dengan konsumen atau organisasi pemerintah dengan bisnis
sebagai penyedia.
Berdasarkan ketentuan Pasal 69 Perpres No 16 Tahun 2018 jo Perpres No 12 Tahun 2021,
menyatakan bahwa Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan secara elektronik
menggunakan sistem informasi yang terdiri atas Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan
sistem pendukung. Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik mempunyai garis besar sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Pengadaan barang/jasa secara elektronik menggunakan sistem informasi yaitu
SPSE dan Sistem Pendukungnya.
2. Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik memanfaatkan E-marketplace meliputi katalog
elektronik, Toko daring dan pemilihan penyedia.

SISTEM PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (SPSE)


Dalam rangka menyelenggarakan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik, pemerintah menggunakan
Sistem Informasi, terdiri atas Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan Sistem Pendukungnya.
SPSE merupakan aplikasi elektronik yang dibuat dan dikembangkan oleh Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Aplikasi ini dapat digunakan oleh semua
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah di seluruh Indonesia. SPSE memiliki interkoneksi dengan
sistem informasi perencanaan, penganggaran, pembayaran, manajemen aset, dan sistem informasi
lain. Sistem pendukung SPSE meliputi :
1. Portal Pengadaan Nasional
2. Pengelolaan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa,
3. Pengelolaan advokasi dan penyelesaian permasalahan hukum,
4. Pengelolaan peran serta masyarakat,
5. Pengelolaan sumber daya pembelajaran, dan
6. Monitoring dan Evaluasi
SPSE bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses pengadaan dan meningkatkan transparansi
dalam pelayanan PBJ. Semua proses dalam ruang lingkup SPSE dilakukan secara online, terekam dalam
SPSE dan dilakukan secara terintegrasi tidak terpisah-pisah. Ruang lingkup SPSE terdiri atas :
1. Perencanaan Pengadaan Sirup
Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA yang meliputi identifikasi
kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pedoman
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa diatur dalam Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan cara swakelola dan/atau Penyedia. Pedoman
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia meliputi kegiatan persiapan Pengadaan
Barang/Jasa, persiapan pemilihan Penyedia, pelaksanaan pemilihan Penyedia, Pengelolaan
Penyedia, dan Katalog Elektronik.
2. Persiapan Pengadaan
Persiapan Pengadaan dapat dilaksanakan setelah RKA-K/L disetujui oleh DPR atau RKA Perangkat
Daerah disetujui oleh DPRD. Untuk Pengadaan Barang/Jasa yang kontraknya harus ditandatangani
pada awal tahun, persiapan pengadaan dan/atau pemilihan Penyedia dapat dilaksanakan setelah
penetapan pagu anggaran K/L atau persetujuan RKA Perangkat Daerah sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan. Persiapan Pengadaan dilakukan oleh PPK meliputi:
a. Penetapan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK).
b. Penetapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
c. Penetapan rancangan kontrak; dan/atau
d. Penetapan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan,
sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian harga.
Disamping itu PPK melakukan identifikasi apakah barang/jasa yang akan diadakan termasuk dalam
kategori barang/jasa yang akan diadakan melalui pengadaan langsung, E-purchasing, atau
termasuk pengadaan khusus. Yang termasuk pengadaan khusus, yaitu:
a. Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka Penanganan Keadaan Darurat;
b. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri;
c. Pengadaan Barang/Jasa yang masuk dalam Pengecualian;
d. Penelitian; atau
e. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri.
3. Persiapan Pemilihan Penyedia
Persiapan pemilihan penyedia dilaksanakan oleh kelompok kerja pemilihan/pejabat pengadaan
setelah kelompok kerja pemilihan/pejabat pengadaan melakukan review terhadap Spesifikasi
Teknis/KAK, HPS, Rancangan Kontrak, Uang Muka, Jaminan Uang Muka, Jaminan Pelaksanaan,
Jaminan Pemeliharaan, Sertifikat Garansi, dan/atau Penyesuaian Harga, yang ditetapkan oleh PPK.
4. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
Pelaksanaan Pemilihan Penyedia secara umum dilakukan oleh kelompok kerja pemilihan terdiri
atas pengumuman, penjelasan, pemasukan penawaran, evaluasi dokumen penawaran,
pengumuman pemenang dan sanggah/sanggah banding.
5. Pelaksanaan Kontrak
Dalam pelaksanaan kontrak secara umum terdiri atas penetapan Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa dan penandatanganan kontrak terkait penyusunan rancangan kontrak, eksekusi
perikatan, administrasi kontrak dapat dilakukan melalui E-kontrak.
6. Serah Terima Hasil Pekerjaan
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah diselesaikan secara menyeluruh dengan
melaksanakan serah terima hasil pekerjaan yang dapat dilakukan secara elektronik.

PENGELOLAAN PENYEDIA
Pengelolaan penyedia merupakan aktifitas yang dapat dilakukan secara terus menerus terhadap
penyedia atau dilakukan secara berkala dengan memanfaatkan Sistem Informasi Kinerja Penyedia
(SIKaP) atau yang biasa juga disebut Vendor Management System (VMS) merupakan sebuah subsistem
dari Sistem Pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik yang digunakan untuk mengelola
data/informasi mengenai riwayat kinerja dan/atau data kualifikasi penyedia barang/jasa yang
dikembangkan oleh LKPP. SiKaP membantu proses identifikasi data penyedia, sehingga pemilihan
penyedia dapat dilakukan dengan cepat.

KATALOG ELEKTRONIK (E-KATALOG) Keputusan Kepala LKPP No.122/2022


Katalog Elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat informasi berupa daftar, jenis,
spesifikasi teknis, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), produk dalam negeri, produk Standar
Nasional Indonesia (SNI), produk ramah lingkungan, negara asal, harga, Penyedia, dan informasi
lainnya terkait barang/jasa. Diharapkan dengan melakukan pengadaan melalui E-katalog, suatu
organisasi akan mendapatkan value for money dari aktifitas pengadaan dengan memperoleh
barang/jasa pada harga yang sebaik mungkin dalam kerangka waktu yang tersedia. Pengadaan secara
elektronik memungkinkan untuk mencapai kebutuhan tersebut dan mampu mencapai efisiensi waktu
di dalam pengadaannya.
Pelaku dalam sistem Katalog Eletronik terdiri atas:
a. Kepala LKPP/Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah;
b. Pejabat Pembuat Komitmen;
c. Pejabat Pengadaan; dan
d. Penyedia Katalog
Adapun Barang/Jasa pada katalog elektronik terdiri dari barang, pekerjaan saja konstruki dan/atau
jasa lainnya. Pengadaan melalui Katalog secara elektronik akan lebih meningkatkan transparansi dan
mempersingkat waktu pemrosesan siklus pengadaan dengan menyediakan daftar barang/jasa. Katalog
Elektronik sendiri, terdiri atas:
a. Katalog Elektronik Nasional Katalog elektronik nasional adalah Katalog Elektronik yang disusun
dan dikelola oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
b. Katalog Elektronik Sektoral Katalog Elektronik Sektoral adalah Katalog Elektronik yang disusun
dan dikelola oleh Kementerian/Lembaga
c. Katalog Elektronik Lokal Katalog Elektronik Daerah adalah Katalog Elektronik yang disusun dan
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Untuk melihat Barang/Jasa di dalam aplikasi katalog elektronik, peserta dapat di mengakses laman:
https://e-katalog.lkpp.go.id/. Barang/jasa yang dicantumkan di dalam katalog elektronik, dipilih dan
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah atau LKPP. Pelaksanaan pembelian
secara elektronik (E-purchasing) melalui Katalog Elektronik dapat dilaksanakan dengan metode:
a) Negosiasi Harga
b) Mini-Kompetisi; dan/atau.
c) Competitive Catalogue.
Di dalam pelaksanaan pengelolaan katalog elektronik, lingkup Aktivitas di dalam pengelolaan katalog
elektronik adalah Pencantuman informasi barang/jasa, pembaharuan data, serta monitoring dan
evaluasi di dalam kegiatan operasional katalog elektronik. Katalog elektronik memuat informasi
berupa daftar, jenis, spesifikasi teknis, TKDN, produk dalam negeri, produk SNI, produk ramah
lingkungan hidup, negara asal, harga Penyedia, dan informasi lainnya terkait barang/jasa. Pengelolaan
Katalog Elektronik sendiri dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah atau LKPP.
Selain itu, di dalam kegiatan operasionalnya, Penyedia Katalog Elektronik mempunyai tanggung jawab
atas:
a. Seluruh informasi barang/jasa dan substansi lainnya yang ditawarkan dan diunggah pada
Katalog Elektronik;
b. Pelaksanaan surat pesanan E-purchasing Katalog;
c. Kesesuaian informasi barang/jasa yang diunggah pada Katalog Elektronik dengan yang
dikirimkan ke Pejabat Pembuat Komitmen/Pejabat Pengadaan; dan
d. Tindak lanjut laporan dan pengaduan barang/jasa yang diunggah pada Katalog Elektronik
dan dikirimkan ke Pejabat Pembuat Komitmen/Pejabat Pengadaan.

TOKO DARING KepLKPP 122/2022


Toko Daring atau Toko Dalam Jaringan bisnis online adalah suatu tempat terjadinya transaksi
barang/jasa melalui sebuah sistem yang memungkinkan penjual dan pembeli melakukan transaksi
secara online. Di dalam Pasal 1 Perpres No. 80 Tahun 2019, dijelaskan mengenai istilah PMSE
(Perdagangan Melalui Sistem Elektrorik) yang mana merupakan perdagangan yang transaksinya
dilakukan melalui perangkat dan prosedur elektronik. Sedangkan Pelaku Usaha PMSE yang disebut
PPMSE, adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum yang dapat berupa Pelaku Usaha Dalam Negeri dan Pelaku Usaha Luar Negeri yang
melakukan kegiatan usaha di bidang PMSE. Ketika pembeli ingin mengetahui jenis produk atau barang
yang dibutuhkan, maka pembeli dapat melakukan penelaahan produk yang dibutuhkan berdasarkan
spesifikasi dan harga yang dicantumkan penjual di toko daring. Demikian juga ketika pembeli ingin
melakukan transaksi dapat dilakukan dengan sistem pembayaran sejumlah dana ke penyedia dalam
jaringan.
Berdasarkan Peraturan Lembaga No. 9/2021 tentang Toko Daring dan Katalog Elektronik Pengadaan
barang/Jasa, Pelaku didalam penyelenggaraan Toko Daring terdiri atas:
a. Kepala LKPP
b. Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) yang dapat berupa
Marketplace dan Ritel Daring; dan
c. Pedagang (Merchant) / Penyedia
Pelaku pengadaan di dalam e-purchasing Toko Daring, terdiri atas
(1) Pejabat Pembuat Komitmen
(2) Pejabat Pengadaan

PPMSE sebagai pelaku yang mengembangkan ekosistem Toko Daring bagi pedagang yang
menyediakan Barang/Jasa mempunyai kewajiban yang meliputi:
a) Bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan Pedagang, dalam hal PPMSE
berupa marketplace;
b) Memastikan pemenuhan persyaratan barang/jasa;
c) Memastikan tindak lanjut pesanan atas pembelian melalui PPMSE;
d) Mengenakan sanksi kepada Pedagang sesuai syarat dan ketentuan masing-masing
PPMSE, dalam hal PPMSE berupa marketplace;
e) Mengembangkan sistem PPMSE sesuai dengan kebutuhan Toko Daring; dan
f) Melakukan integrasi dan/atau pertukaran data transaksi.
Hal ini diperlukan agar pedagang yang menjual barang/jasa di dalam Toko Daring yang dikembangkan
oleh PPMSE tersebut, dapat terjamin keamanan barang dan jasa yang dijual kepada Pemerintah
sebagai Buyer di dalam Toko Daring tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, Pedagang yang
berdagang di dalam Toko Daring tersebut diharapkan untuk:
a) Menyediakan barang/jasa sesuai dengan yang tercantum dalam situs web PPMSE;
b) Menjamin pemenuhan persyaratan barang/jasa yang ditransaksikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
c) Menjamin keaslian barang/jasa yang ditransaksikan melalui PPMSE dan diserahkan
kepada pembeli; dan
d) Menindaklanjuti pesanan atas pembelian melalui PPMSE. Mekanisme tahapan penetapan
PPMSE dalam penyelenggaraan Toko Daring meliputi:
(1) Pengumuman
(2) Pendaftaran;
(3) Pelaksanaan verifikasi;
(4) Penetapan; dan
(5) Integrasi sistem elektronik dan/atau pertukaran data PPMSE dengan Toko
Daring.
Pemerintah sebagai buyer di dalam Toko Daring dapat membeli Barang/Jasa yang disediakan
di dalam Toko Daring dengan menggunakan beberapa metode pembelian, yakni :
a. Pembelian Langsung
b. Negosiasi Harga
c. Permintaan Penawaran; dan/atau
d. Metode lainnya sesuai dengan proses bisnis yang terdapat pada PPMSE
Dengan berbagai metode yang dapat dilakukan tersebut, memberikan kenyamanan di dalam
pembelian barang/jasa di dalam Toko Daring, disesuaikan dengan kebutuhan dan juga
anggaran untuk pembelian barang/jasa tersebut.
Toko daring adalah sistem informasi yang memfasilitasi Pengadaan Barang/Jasa melalui
penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik dan ritel daring. Toko daring yang
dikembangkan oleh LKPP terdiri dari :
a) Bela Pengadaan
b) Produk dalam negeri non umk (usaha mikro dan usaha kecil)
c) Kurasi lokal
d) Kurasi lainnya
Berdasarkan ketentuan di dalam Perpres No. 12 tahun 2021, Barang/Jasa yang ditraksaksikan melalui
Toko Daring memiliki kriteria:
a) Standar atau dapat distandarikan
b) Memiliki sifat risiko rendah
c) Harga sudah terbentuk di pasar
d) Barang/Jasa tidak ditayangkan di dalam Katalog Elektronik, lebih lanjut terkait dengan
barang/jasa yang tidak ditayangkan meliputi ketentuan sebagai berikut:
(1) Spesifikasi yang sama;
(2) Penjual/Penyedia yang sama;
(3) Wilayah jual sama; dan
(4) Syarat dan Ketentuan yang sama
Dalam hal barang/jasa yang sama tercantum dalam Katalog Elektronik dan Toko Daring maka dipilih
barang/jasa dengan harga terendah dengan syarat dan ketentuan yang sama.

PEMILIHAN PENYEDIA
Pemilihan Penyedia secara elektronik dilakukan untuk pengadaan langsung, penunjukan langsung,
tender dan seleksi secara elektronik. Pemilihan Penyedia secara elektronik merupakan tata cara
pemilihan penyedia yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan
sesuai dengan metode pemilihan di atas. Ruang lingkup Pemilihan Penyedia secara elektronik meliputi
proses pengumuman PBJ sampai dengan penandatanganan kontrak. Pelaku yang terlibat dalam
Pemilihan Penyedia secara elektronik adalah Pejabat Pembuat Komitmen, UKPBJ/Kelompok Kerja
Pemilihan, Pejabat Pengadaan dan Penyedia/Pelaku Usaha. Pemilihan Penyedia secara elektronik
dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik yang diselenggarakan oleh
UKPBJ. Ketentuan mengenai Pemilihan Penyedia secara elektronik mengacu kepada Peraturan LKPP
sebagai lembaga regulator yang mempunyai kewenangan dalam E-marketplace pemerintah.
1. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD) menyelenggarakan fungsi layanan
pengadaan secara elektronik. K/L/PD yang belum mempunyai LPSE dapat menggunakan fasilitas
LPSE yang terdekat dengan tempat kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan secara
elektronik. UKPBJ memiliki fungsi layanan pengadaan secara elektronik memfasilitasi Pelaku
Pengadaan (Pejabat Pengadaan, PPK, dsb). Penyedia/Pelaku Usaha melakukan registrasi dan
verifikasi pada sistem pengadaan secara elektronik sebelum dapat mengikuti proses pemilihan
penyedia sesuai dengan paket pekerjaan yang diminati.
Tujuan diadakannya PBJ secara elektronik yaitu untuk meningkatkan :
a. Transparansi dan akuntabilitas;
b. Akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;
c. Efisiensi proses pengadaan.
Selain itu PBJ secara elektronik akan memberikan kemudahan dalam proses monitoring dan audit
serta memenuhi kebutuhan akses informasi secara online guna mewujudkan good corporate
governance dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik dalam Perpres No.12 Tahun 2021 pasal 73 mengatur
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan fungsi layanan pengadaan
secara elektronik. Fungsi layanan pengadaan secara elektronik paling kurang meliputi :
a. Pengelolaan seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa dan infrastrukturnya;
b. Pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna seluruh sistem informasi Pengadaan
Barang/Jasa, dan
c. Pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh
pemangku kepentingan.
Sedangkan penyusunan ketentuan teknis operasionalnya meliputi standar layanan, kapasitas, dan
keamanan informasi terkait dengan system pengadaan secara elektronik serta pembinaan dan
pengawasan terhadap Layanan Pengadaan Secara Elektronik dilakukan oleh LKPP.
Contoh layanan pengadaan secara elektronik LKPP dapat dilihat pada website:
https://lpse.lkpp.go.id. Untuk melihat Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) di seluruh
Indonesia, peserta dapat membuka laman: https://eproc.lkpp.go.id/lpse.
SDM DAN KELEMBAGAAN

Pengadaan Barang/Jasa pemerintah kedepan akan semakin banyak dan kompleks. Dulu kita kenal
hanya pengadaan tunggal yaitu barang, pekerjaan konstruksi, jasa lainnya dan jasa konsultansi dengan
nilai anggaran dan volume tidak terlalu banyak. Kedepan dengan semakin pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan teknologi maka Pengadaan Barang/Jasa akan semakin kompleks, untuk mengelola
pengadaan pengadaan yang semakin kompleks membutuhkan SDM yang kompeten dari sisi
pemahaman regulasi yang ada serta pengalaman kerja yang memadai untuk mengelola pengadaan
yang kompleks seperti pembangunan kereta cepat, pembangunan bandara/pelabuhan internasional
bahkan kedepan akan dibangun bandara antariksa.
SDM yang kompeten dibidang Pengadaan Barang/Jasa memerlukan proses yang Panjang untuk
mendidik dan melatih pengalamannya sehingga diperlukan standarisasi kompetensi pengadaan dan
melatihan pengalaman kerja SDM pengadaan dalam bentuk On The Job Training (OJT). Standarisasi
kompetensi SDM pengadaan telah diatur dalam Perlem No. 7 Tahun 2021.
1. Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa
Pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Sumber Daya Manusia (SDM) Pengadaan Barang/Jasa
terdiri atas :
a. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa;
b. Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa

SUMBER DAYA PENGELOLA FUNGSI PENGADAAN BARANG/JASA


Yang dimaksud dengan Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan
fungsi pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Sumber
Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa sendiri terdiri atas Pengelola PBJ dan Personel Lainnya.
Sumber Daya Pengelola. Fungsi Pengadaan Barang/Jasa berkedudukan di UKPBJ. Atas dasar
pertimbangan kewenangan, Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang ditugaskan
sebagai PPK dapat berkedudukan di luar UKPBJ :
1) Pengelola PBJ
Pada K/L/PD pengelola pengadaan berasal dari ASN atau PNS. Jabatan Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PPBJP) adalah personel yang mempunyai tugas untuk
melaksanakan pelayanan berdasarkan profesi jabatan fungsional keahlian dan/atau keterampilan
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang wajib dimiliki
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh sebagai Kelompok Kerja Pemilihan/Pejabat Pengadaan.
Selain itu Pengelola Pengadaan dapat ditugaskan sebagai PPK, membantu PA/KPA, melaksanakan
persiapan pencantuman barang/jasa dalam katalog elektronik, dan ditugaskan sebagai Sumber
Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
yang wajib memiliki Pengelola Pengadaan Barang/Jasa menyusun rencana aksi pemenuhan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal jumlah Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di
lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum mencukupi sesuai rencana aksi
pemenuhan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, maka :
a) Pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dilakukan dengan ketentuan :
1) Pokja Pemilihan untuk setiap paket pengadaan, wajib beranggotakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; dan
2) Anggota Pokja Pemilihan selain Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Sipil yang memiliki sertifikat kompetensi, dan/atau
sertifikat keahlian tingkat dasar/level-1 di bidang Pengadaan Barang/Jasa.
3) Pelaksanaan tugas Pejabat Pengadaan yang tidak dapat dilakukan oleh
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
sertifikat kompetensi dan/atau sertifikat keahlian tingkat dasar/level-1 di bidang
Pengadaan Barang/Jasa.
Dalam hal Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum memiliki Pengelola pengadaan
Barang/Jasa, sampai tersedianya Pengelola Pengadaan berdasarkan rencana aksi pemenuhan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa, pelaksanaan tugas pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
dilaksanakan oleh :
1) Pegawai Negeri Sipil yang memiliki sertifikat kompetensi dan/atau sertifikat keahlian tingkat
dasar/level-1 di bidang Pengadaair Barang/Jasa; dan/atau
2) Agen Pengadaan. Pengangkatan pengelola pengadaan dilakukan dengan mekanisme
PPBJP di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah adalah Pejabat Fungsional yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa. Tugas pokok melaksanakan pengadaan barang/jasa
dalam hal ini meliputi perencanaan pengadaan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak sampai
dengan selesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa Pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban memiliki Pengelola Pengadaan dikecualikan untuk Kementerian/Lembaga dalam hal :
1) Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk
memenuhi pencapaian batas angka kredit minimum pertahun bagi Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa; atau
2) Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3) Personil lainnya
Pengelola pengadaan yang dikecualikan pada kewajiban diatas, dilakukan oleh Personil Lainnya,
sebagaimana diatur dalam Pasal 74A ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021. Personel
Lainnya wajib memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal Personel
Lainnya belum memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa, Personel lainnya
wajib memiliki sertifikat Pengadaan Barang/Jasa tingkat dasar/level-1.
a) Sumber daya manusia pengelola pengadaan barang/jasa pemerintah dalam hal ini meliputi:
1) PPK;
2) Pokja Pemilihan;
3) Pejabat Pengadaan.

Adapun jenjang jabatan fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari tiga penjenjangan
yaitu :
1) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pertama
2) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Muda
3) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Madya
Pengangkatan dalam jabatan fungsional PBJ dilakukan melalui mekanisme peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PermenPAN) Nomor 29
tahun 2020, tentang Jabatan fungsional Pengelola Pengadaan Barang Jasa dan Angka Kreditnya).
Jabatan Fungsional Sumber Daya Pengelola Pengadaan Barang/Jasa tersebut, wajib memiliki
kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa yang mengacu kepada Standar Kompetensi yang
mengacu pada Kamus Kompetensi Teknis PBJ yang terdiri atas Standar Kompetensi Level 1, Standar
Kompetensi JF PPBJ dan Standar Kompetensi Personel Lainnya.

Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa


Sumber daya Perancang Kebiajakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa merupakan sumber daya
manusia yang melaksanakan perancang kebijakan dan pengembangan sistem pengadaan barang/jasa.
Sebagai Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa, diharapkan individu
tersebut memiliki kompetensi untuk mengkaji dan menganalisis kebijakan atau pembentukan
peraturan perundang-undangan serta kompetensi mengembangkan sistem informasi pengadaan
barang/jasa.
Sumber daya tersebut wajib untuk mendapatkan pelatihan terkait dengan bidang Pengadaan
Barang/Jasa agar setiap kebijakan serta sistem yang dirancang oleh Sumber Daya tersebut sesuai
dengan filosofi, dasardasar serta regulasi yang menjadi fundamental dari Pengadaan barang/Jasa dan
bahkan dapat membuat suatu rancangan peraturan serta sistem yang dapat menyempurnakan regulasi
terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa tersebut.

Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa


Sumber daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa merupakan sumber daya manusia
yang terdiri dari berbagai keahlian tertentu dalam mendukung pelaksaanaan proses Pengadaan
Barang/Jasa, paling sedikit terdiri atas fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Advokasi dan pendampingan pengadaan barang/jasa;
b. Probity Advisor;
c. Mediator, Konsoliator, dan Arbiter pada Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak;
d. Pemberi Keterangan Ahli (PKA);
e. Anggota Dewan Sengketa Non Konstruksi; dan
f. Anggota Dewan Sengketa Konstruksi
Sumber daya tersebut sendiri dibina dengan instansi dan juga regulasi terkait dengan profesi-profesi
diatas. Selain mendapatkan pembinaan, sumber daya tersebut juga berhak untuk mendapatkan
pengetahuan terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA PENGADAAN BARANG/JASA


Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah harus memiliki kompetensi di bidang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Kompetensi di bidang PBJP sangat diperlukan untuk mencapai
keberhasilan pengadaan barang/jasa secara produktif, dalam arti efektif, efisien dan berkualitas.
Standar Kompetensi adalah standar kemampuan yang disyaratkan untuk dapat melakukan pengadaan
barang/jasa yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Pelaku pengadaan perlu memiliki kompetensi yang dibuktikan
dengan sertifikasi yang wajib dimiliki sesuai pekerjaan yang ditugaskan.
Dalam rangka mencapai standarisasi dalam hal kompetensi pengadaan barang/jasa Pemerintah saat
ini sudah ada Standar Kompetensi Kerja di bidang Pengadaan Barang/Jasa. Kompetensi Sumber Daya
Manusia berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 52 Tahun 2020 tentang Standar Kompetensi Teknis Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa meliputi :
1) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
2) Memilih Penyedia Barang/Jasa;
3) Mengelola Kontrak PBJP;dan
4) Mengelola PBJP secara Swakelola
Selain itu, terkait dengan Standar Kompetensi Jabatan Fungsional PPBJ, diharapkan SDM PBJ juga
memiliki 2 kompetensi lain, yakni Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Sosial Kultural.
Lebih Lanjut, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 74A dan Pasal 74B,
terdapat Standar Kompetensi Level-1 yang menjadi kewajiban dari Pengelola Pengadaan selaku Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan dan juga Personil lainnya. Standar Kompetensi Level-1 tersebut
mencakup Pengetahuan tekait dengan Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) dan
Pengantar Pengadaan barang/Jasa yang terdiri dari :
1. Definisi Pengadaan Barang/Jasa
2. Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa
3. Tujuan Pengadaan Barang/Jasa
4. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
5. Prinsip Pengadaan Barang/Jasa
6. Etika Pengadaan Barang/Jasa
7. Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa
8. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa
9. Peran Usaha Kecil, Penggunaan Produk Dalam Negeri, dan Pengadaan Berkelanjutan
10. Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik
11. Ketentuan Mengenai Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa
12. Pengawasan, Pengaduan, Sanksi dan Pelayanan Hukum, dalam Pengadaan Barang/Jasa.

Terkait dengan Standar Kompetensi bagi personel lainnya, standar kompetensi yang mengatur
personelnya meliputi:
a) Standar Kompetensi PPK;
b) Standar Kompetensi Pejabat Pengadaan;
c) Standar Kompetensi Pokja Pemilihan;
d) Standar Kompetensi Kepala UKPBJ; dan
e) Standar Kompetensi Pengelola LPSE.
Dalam rangka mencapai peningkatan dan juga pemenuhan kompetensi sumber daya manusia
Pengadaan Barang/Jasa, maka perlu pengembangan kompetensi yang dilakukan melalui pelatihan
dan/atau sertifikasi kompetensi berdasarkan standar kompetensi yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pelatihan sumber daya manusia Pengadaan Barang/Jasa diselenggarakan oleh LKPP dan/atau
Lembaga Pelaksana Pelatihan yang ditetapkan oleh LKPP. Peserta akan mendapatkan Sertifikat
kompetensi Pengadaan Barang/Jasa dari Lembaga Sertifikasi Profesi LKPP.
Dalam pasal 88 Perpres No 16 Tahun 2018 sebagaimana telah dirubah melalui Perpres No 12 Tahun
2021, diatur ketentuan mengenai kewajiban kompetensi bagi SDM PBJP dan Kelembagaan LPSE
sebagai berikut :
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, kewajiban memiliki sertifikat kompetensi untuk
Personel Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74A ayat (6) dilaksanakan paling lambat 31
Desember 2023.
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara
elektronik yang dilaksanakan oleh unit kerja terpisah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4)
berlaku sampai dengan 31 Desember 2023.

KELEMBAGAAN
Manajemen Kelembagaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (PBJP) yang diimplementasikan dalam
bentuk Unit Kerja Pengadaan Barang Jasa (UKPBJ) memiliki tugas menyelenggarakan dukungan
pengadaan pada K/L/PD.
Pembentukan UKPBJ yang permanen akan membantu pelaku pengadaan dalam mengidentifikasi siapa
yang melakukan apa? Memudahkan koordinasi, memudahkan pengelolaan pekerjaan, menjadikan
fungsi pengadaan sebagai lembaga yang independen, mandiri dan kredibel.
UKPBJ diharapkan menjadi pusat keunggulan atau Centre of Excellence (CoE) Pengadaan Barang/Jasa
yang diharapkan memaksimalkan fungsi pengadaan dalam organisasi. Sehingga untuk mencapai
keberhasilan dalam proses Pengadaan Barang/Jasa maka diperlukan komitmen, profesionalitas,
integritas SDM Pengadaan, keterlibatan secara aktif dari pimpinan, dan inovasi yang terlibat di dalam
UKPBJ.
Dasar Pembentukan UKPBJ adalah Perpres No 16 Tahun 2018 sebagaimana telah dirubah di dalam
Perpres No 12 Tahun 2021. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) adalah organisasi pemerintah
yang dibentuk oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dimana tugas UKPBJ adalah
menyelenggarakan dukungan Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Pembentukan UKPBJ berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

FUNGSI UKPBJ MELIPUTI :


a) Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa
b) Pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik
c) Pembinaan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan
Barang/Jasa
d) Pelaksanaan pendampingan, konsultasi, dan/atau bimbingan teknis
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah.
Pelaksanaan fungsi pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud diatas meliputi :
1. inventarisasi paket pengadaan barang/jasa;
2. pelaksanaan riset dan analisis pasar barang/jasa;
3. penyusunan strategi pengadaan barang/jasa;
4. penyiapan dan pengelolaan dokumen pemilihan beserta dokumen pendukung
lainnya dan informasi yang dibutuhkan;
5. pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa;
6. penyusunan dan pengelolaan katalog elektronik lokal/sektoral;
7. monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
8. penyusunan perencanaan dan pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa.
Sebagai contoh Pembentukan UKPBJ di daerah, ditetapkan oleh Gubernur ditingkat provinsi dan
Bupati/Walikota ditingkat kabupaten/kota. Pembentukan UKPBJ oleh Gubernur atau Bupati/Walikota
bertujuan agar UKPBJ dapat memberikan pelayanaan pengadaan barang/jasa dan juga pembinaan
dibidang pengadaan barang/jasa pemerintah yang menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi semua
perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota menjadi lebih independen, mandiri dan kredibel.
Perangkat Organisasi UKPBJ sendiri terdiri atas:
1. Kepala UKPBJ;
2. Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan pengadaan
barang/jasa;
3. Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan layanan
pengadaan secara elektronik;
4. Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan sumber daya
manusia dan kelembagaan pengadaan barang/jasa; dan
5. Kepala unit kerja/koordinator unit yang melaksanakan tugas dan fungsi pelaksanaan
pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis pengadaan barang/jasa.
Dalam melaksanakan kegiatannya, UKPBJ diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas dari UKPBJ
melalui model kematangan UKPBJ yang diharapkan bertujuan untuk menuju pusat keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa. Tingkat kematangan dari UKPBJ dibagi menjadi 5 tahapan, yakni :
1. Inisiasi, yaitu UKPBJ yang pasif dalam merespon setiap permintaan dengan bentuk yang masih ad-
hoc dan belum merefleksikan keutuhan perluasan fungsi UKPBJ;
2. Esensi, yaitu UKPBJ yang memfokuskan pada fungsi dasar UKPBJ dalam proses pemilihan,
memiliki pola kerja tersegmentasi dan belum terbentuk kolaborasi antar pelaku proses
Pengadaan Barang/Jasa yang efektif;
3. Proaktif, yaitu UKPBJ yang menjalankan fungsi Pengadaan Barang/Jasa dengan berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan pemangku kepentingan melalui kolaborasi, penguatan fungsi perencanaan
bersama pemangku kepentingan internal maupun eksternal;
4. Strategis, yaitu UKPBJ yang melakukan pengelolaan pengadaan inovatif, terintegrasi dan strategis
untuk mendukung pencapaian kinerja organisasi; dan
5. Unggul, yaitu UKPBJ yang senantiasa melakukan penciptaan nilai tambah dan penerapan praktik
terbaik Pengadaan Barang/Jasa yang berkelanjutan sehingga menjadi panutan dan mentor untuk
UKPBJ lainnya.
Melihat penjabaran dari tingkat kematangan tertinggi, UKPBJ yang mencapai kematangan unggul
tentunya akan selalu menciptakan nilai tambah (value creation) yang tentunya dapat memberikan dan
merumuskan penerapan praktik terbaik (best practice) Pengadaan Barang/Jasa. Hal itu, tentunya akan
memberikan nilai tambah dalam jangka panjang dalam penegakan tujuan Pengadaan Barang/Jasa yang
akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi Indonesia.
PENGAWASAN, PENGADUAN, SANKSI, DAN PELAYANAN
HUKUM DALAM PENGADAAN BARANG/JASA

PENGAWASAN INTERNAL
Pengawasan internal/intern merupakan seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik (PP No 60 Tahun 2008).
Penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi di maksud adalah penyelenggaraan tugas dan fungsi
sebagai Instansi Pemerintah yaitu Kementerian/Lembaga dan Organisasi Perangkat Daerah pada
Pemerintahan Daerah. Pengawasan intern dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang
selanjutnya disingkat APIP. APIP dalam hal ini adalah :
a. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern
pada Kementerian/Lembaga
b. Inspektorat Provinsi pada Pemerintah Provinsi
c. Inspektorat Kabupaten/Kota pada Pemerintah Kabupaten/Kota
Pengawasan internal yang dapat dilakukan APIP terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
adalah sebagai berikut:
1. Audit, adalah evaluasi terhadap suatu organisasi, sistema, atau proses atau produk yaitu
dengan membandingkan antara kondisi/fakta dengan kriteria (regulasi, kebijakan, atau krteria lain
yang ditetapkan bersama) misalnya, audit atas laporan keuangan, audit terhadap pegawai yang
melaksanakan pelanggaran integritas,dll
2. Reviu, adalah penelusuran atau penelaahan kembali atas suatu hal atau proses, misalnya
reviu terhadap kebijakan yang ada karena adanya perubahan kebijakan perundangan yang lebih
tinggi atau terbarunya informasi tehnologi. Reviu juga dapat dilakukan terhadap proses yang
sedang berjalan untuk memastikan bahwa proses telah dilaksanakan sesuai dengan
aturan/prosedur yang ditetapkan.
3. Evaluasi adalah proses yang dilakukan secara teratur dan sistematis komparasi antara
standar atau kriteria yang telah ditentukan dengan hasil yang diperoleh (program/aktivitas). Dari
hasil komparasi kemudian disusun simpulan dan saran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh seseorang dengan posisi lebih tinggi dan
ditujukan kepada posisi yang lebih rendah baik secara struktural maupun kemampuan. d. Evaluasi
pada umumnya dilakukan melihat suatu kinerja (performance) aktivitas atau program. e. Kegiatan
pengawasan lainnya, antara lain menciptakan sistem kendali dalam upaya memitigasi risiko dari
suatu proses/aktivitas berupa kebijakan atau prosedur, bahkan dengan suatu aplikasi, misalnya
penyelenggaraan whistleblowing systems yang dilaksanakan oleh setiap Kementerian/Lembaga
atau Pemerintah Daerah.
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagian kegiatan yang menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah. Oleh karenanya kegiatan pengawasan intern dalam pengadaan
barang/jasa dapat dilakukan dengan berbagai cara baik, audit, reviu, evaluasi, maupun dengan
kegiatan pengawasan lainnya.
SPSE yang telah dikembangkan oleh LKPP mengakomodir fungsi audit secara elektronik. Aplikasi ini
dapat digunakan oleh para APIP, namun demikian, saat ini hanya dapat digunakan untuk melakukan
pengawasan terhadap proses pemilihan penyedia. Pengawasan PBJ dapat dilakukan sejak
perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah terima pekerjaan,
dengan ruang lingkup yang meliputi:
1. Pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya
2. Kepatuhan terhadap peraturan
3. Pencapaian TKDN
4. Penggunaan produk dalam neger
5. Pencadangan dan peruntukkan paket untuk usaha kecil; dan
6. Pengadaan berkelanjutan
Dalam melaksanakan fungsinya APIP setiap K/L/Pemerintah Daerah dapat melakukan bersama
dengan Kementerian teknis terkait atau lembaga yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nacsonal. Misal APIP
LKPP melakukan audit E-Katalog bersama dengan BPKP. Hasil pengawasan PBJ akan digunakan
sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan PBJ selanjutnya.

PENGADUAN OLEH MASYARAKAT


Pengaduan masyarakat adalah informasi/pemberitahuan yang disampaikan oleh masyarakat, baik
perserorangan dan/atau kelompok, pelaku usaha yang berisi keluhan dan/atau ketidakpuasan terkait
dengan proses pengadaan barang/jasa. Masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat, penyedia atau
pelaku usaha.
Pengaduan masyarakat adalah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat yang disampaikan
kepada yang diberi kewenangan untuk menerima dan/atau menindaklanjuti pengaduan masyarakat.
Pengaduan yang dapat disampaikan oleh Pelaku usaha/Peserta Pemilihan/Penyedia atau masyarakat
antara lain:
1. Menemukan indikasi penyimpangan prosedur dalam pemilihan penyedia.
2. Menemukan indikasi KKN dalam pelaksanaan PBJ.
3. Menemukan pelanggaran persaingan yang sehat pada proses pemilihan penyedia.
4. Peserta Pemilihan yang telah melakukan sanggah, tetapi masih belum puas dengan jawaban yang
diberikan Pokja Pemilihan.

Penyampaian pengaduan masyarakat harus dilengkapi dengan bukti yang faktual, kredibel dan,
autentik tersaji pada gambar 4.1 dengan proses sebagai berikut:
1. Pelaku usaha/peserta pemilihan/Penyedia/masyarakat umum menyampaikan pengaduan kepada
APIP secara manual atau melaluisaluran pengaduan (whistleblowing system, e-Pengaduan, atau
aplikasi dengan nama lainnya).
2. Masyarakat umum yang menyampaikan pengaduan terkait PBJ kepada Aparat Penegak Hukum,
Aparat Penegak Hukum meneruskan kepada APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
3. APIP Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah harus menidaklanjuti pengaduan tersebut dengan
cara audit, reviu, atau evaluasi, sesuai dengan substansi pengaduannya, dengan membuat laporan
sesuai dengan standar pelaporan APIP.
4. Laporan hasil audit, reviu, atau evaluasi disampaikan kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah.
5. Dalam hal laporan hasil hasil audit/reviu/evaluasi terindikasi KKN yang merugikan keuangan
negara, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah menyampaikan laporan kepada Instansi yang
berwenang.

SANKSI
Sanksi dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dikenakan kepada
1. peserta pemilihan,
2. pemenang pemilihan,
3. penyedia, baik dalam proses pemilihan atau katalog
4. PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan yang melakukan perbuatan atau tindakan
dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. Penyelenggara Swakelola

Penetapan sanksi dilakukan oleh PA/KPA atau usulan Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen
Pengadaan dalam proses pemilihan penyedia non katalog atau Usulan PPK dalam proses penerbitan
SPPBJ atau pelaksanaan kontrak.
Sedangkan sanksi kepada peserta pemilihan, penyedia dalam proses pemilihan penyedia katalog dan
E-purchasing ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah atas usulan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan dan/atau PPK.
Sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan, pemenang pemilihan dan penyedia dapat berupa:
1. Sanksi digugurkan dalam pemilihan;
2. Sanksi pencairan jaminan;
3. Sanksi Sanksi daftar hitam;
4. Sanksi ganti kerugian;
5. Sanksi denda;
6. penghentian sementara dalam sistem transaksi E-purchasing, dan/atau
7. penurunan pencantuman penyedia di dalami E-katalog.

Sanksi yang diberikan kepada PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan berupa sanksi


administratif, hukuman disipilin baik ringan, sedang, bahkan berat. Peserta pemilihan atau Penyedia
yang terkena sanksi Daftar Hitam akan diumumkan secara nasional dalam Daftar Hitam Nasional yang
diselenggarakan oleh LKPP. Perbuatan atau tindakan pelaku pengadaan sebagai peserta pemilihan,
pemenang pemilihan, penyedia disajikan pada tabel 12.1.
Tabel 12.1 Pelanggaran dan Sanksi dalam Proses PBJ

Proses PBJ Sanksi No Pelanggaran Sanksi


Kepada
Pengenaan Sanksi atas Usulan Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan
Pemilihan Peserta 1 Dokumen atau 1. Digugurkan dalam
Penyedia Pemilihan keterangan pemilihan
palsu/tidak benar 2. Pencairan jaminan
2 Indikasi penawaran dan
Persengkongkolan 3. Daftar hitam (2 tahun)
3 Indikasi KKN
4 Mengundurkan diri, 1. Pencairan jaminan
alasan yang tidak bisa penawaran dan
diterima 2. Daftar hitam (1 tahun)
Pengenaan Sanksi atas Usulan PPK
Penerbitan Pemenang 1 Mengundurkan diri 1. Pencairan jaminan
SPPBJ Pemilihan sebelum penawaran dan
penandatanganan 2. Daftar hitam (1 tahun)
kontrak
Pelaksanaan Penyedia 1 Tidak melaksanakan 1. Pencairan jaminan
Kontrak kontrak, tidak pelaksanaan/jami na n
menyelesaikan pemeliharaan dan
pekerjaan, atau tidak 2. Daftar hitam (1 tahun)
melaksanakan
kewajiban dalam masa
pemeliharaan.
2 Menyebabkan Ganti kerugian sebesar
kegagalan nilai Kerugian yang
bangunan ditimbulkan
3 Menyerahkan Jaminan Ganti kerugian sebesar
yang tidak dapat nilai Kerugian yang
dicairkan ditimbulkan
4 Melakukan kesalahan Ganti kerugian sebesar
dalam perhitungan nilai Kerugian yang
volume hasil pekerjaan ditimbulkan
berdasarkan hasil audit
5 Menyerahkan berdasarkan hasil audit
barang/jasa yang Ganti kerugian sebesar
kualitasnya tidak nilai kerugian yang
sesuai dengan Kontrak ditimbulkan
6 Terlambat Denda keterlambatan
menyelesaikan sebesar 10 /00
pekerjaan sesuai (satu permil) dari nilai
dengan kontrak kontrak atau nilai
bagian kontrak untuk
setiap hari
keterlambatan(tidak
termasuk PPN)

Perbuatan atau tindakan pelaku pengadaan sebagai peserta pemilihan, pemenang pemilihan penyedia
pada proses Katalog dan E-purchasing disajikan pada tabel 12.2.
Tabel 12.2 Pelanggaran dan Sanksi dalam Proses Katalog dan E-purchasing
Proses PBJ Sanksi Kepada No Pelanggaran Sanksi
Pengenaan Sanksi atas Usulan Pokja Pemilihan/ Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan
Pemilihan Penyedia Peserta Pemilihan 1 menyampaikan dokumen 1. Digugurkan dalam
Katalog atau keterangan palsu/tidak pemilihan dan
benar untuk memenuhi 2. daftar hitam (2
persyaratan yang ditentukan tahun)
di dalam dokumen pemilihan
2 terindikasi melakukan
persekongkolan dengan
peserta lain untuk mengatur
harga penawaran
3 terindikasi melakukan
KKN dalam pemilihan
Penyedia
4 Mengundurkan diri dengan Daftar hitam (1
alasan yang tidak dapat tahun)
diterima Pokja Pemilihan.
5 Tidak menandatangani
kontrak katalog.
Pengenaan Sanksi atas Usulan PPK
E-purchasing Penyedia 1 Tidak memenuhi kewajiban Penurunan pencantuman
dalam kontrak pada katalog Penyedia dari katalog
elektronik elektronik selama 1
(satu) tahun
2 Tidak memenuhi kewajiban Penghentian sementara
dalam kontrak pada surat dalam sistem transaksi E-
pesanan purchasing selama 6
(enam) bulan

Perbuatan atau tindakan pelaku pengadaan sebagai PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja


Pemilihan pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah dan proses katalog dan E-purchasing
disajikan pada tabel 12.3

Tabel 12.3 Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Pelaku Pengadaan sesuai


Proses Pengadaan Barang/Jasa
Proses PBJ Sanksi Kepada No Pelanggaran Sanksi Keterangan
Seluruh Proses PA/KPA/PPK/ 1 Lalai Adminis Pemberian
Pengadaan Pejabat melakukan tratif Sanksi
Pengadaan/Po suatu dilaksanakan
kja Pemilihan. perbuatan oleh Pejabat
yang menjadi Pembina
kewajibannya Kepegawaia
n/ pejabat
yang
berwenang
sesuai
ketentuan
perundang-
undangan.
2 Melanggar Hukum Berdasarkan
pakta an putusan
integritas disiplin Komisi
ringan, Pengawas
sedang, Persaingan
atau Usaha,
berat. Peradilan
Umum, atau
Peradilan
Tata Usaha
Negara.

Bentuk sanksi yang diberikan berupa sanksi hukuman disiplin ringan, sedang dan berat, antara lain :
a. Sanksi Hukuman Disiplin ringan (dampak negatif pada unit kerja) Bentuk pelanggaran: menolak
melaksanakan pengadaan langsung melalui aplikasi e pengadaan langsung
Sanksi : Surat Teguran dari Pimpinan Instansi
b. Sanksi Hukuman Disiplin sedang (dampak negatif pd instansi) Bentuk pelanggaran: tidak
menjawab surat sanggahan dari penyedia Sanksi: Diberhentikan sebagai Pokja/PPK/PP
c. Sanksi Hukuman Disiplin berat (dampak negatif pd pemerintah dan/atau negara).
Bentuk pelanggaran: Menerima Gratifikasi dan melakukan persekongkolan
Sanksi: Dituntut secara hukum.

Terhadap Penyelenggara Swakelola, berdasarkan ketentuan yang telah dijabarkan di dalam Peraturan
Lembaga terkait dengan pedoman swakelola diatur sebagaimana diatur di dalam tabel 12.4.
Tabel 12.4 Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Pelaku Pengadaan sesuai
Proses Pengadaan Barang/Jasa Swakelola
No Tipe Swakelola Sanksi Keterangan
1 Tipe I Pembatalan sebagai Sanksi dapat dikenakan kepada
penyelenggara swakelola Penyelenggara Swakelola atas
adanya pelanggaran
penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola.
Penilaian PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola dapat
berdasarkan atas penilaian PPK .
Pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan
2 Tipe II Pembatalan sebagai Sanksi dapat dikenakan kepada
Pelaksana Swakelola Penyelenggara Swakelola atas
3 Tipe III adanya pelanggaran
penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola.
Penilaian PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola dapat
berdasarkan atas penilaian PPK
mandiri, ataupun laporan tim
pengawas kepada PPK.
Pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang tercantum
dalam kontrak
4 Tipe IV Sanksi dapat dikenakan kepada
Penyelenggara Swakelola atas
adanya pelanggaran
penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh PPK terhadap
Penyelenggara Swakelola.
Pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak

Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat dikenakan kepada PA/KPA/PPK/Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan yang terbukti melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
dijelaskan Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin, mulai dari disiplin ringan, sedang dan berat. Sanksi
ringan seperti teguran sampai dengan sanksi berat seperti pemberhentian dengan tidak hormat
sebagai PNS.
Terhadap peserta pemilihan/penyedia dapat pula dikenakan sanksi daftar hitam yang berupa larangan
mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di
seluruh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu. Perbuatan atau
tindakan peserta pemiihan/penyedia yang dikenakan sanksi daftar hitam, yaitu:
a. Peserta Pemilihan menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak benar untuk memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;
b. Peserta Pemilihan terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta lain untuk mengatur
harga penawaran;
c. Peserta Pemilihan terindikasi melakukan Korupsi, Kolusi, dan/atau Nepotisme (KKN) dalam
pemilihan Penyedia;
d. Peserta Pemilihan yang mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan;
e. Peserta Pemilihan yang tidak menandatangani kontrak katalog;
f. Pemenang Pemilihan yang mengundurkan diri sebelum penandatanganan Kontrak dengan alasan
yang tidak dapat diterima oleh PPK;
g. Penyedia yang tidak melaksanakan kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau dilakukan
pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK yang disebabkan oleh kesalahan Penyedia
Barang/Jasa; atau
h. Penyedia tidak melaksanakan kewajiban dalam masa pemeliharaan sebagaimana mestinya.
Sanksi daftar hitam berlaku juga bagi peserta yang bergabung dalam satu konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerja sama lain. Pengenaan sanksi daftar hitam terhadap peserta
pemilihan/penyedia mengacu pada perjanjian konsorsium/kerja sama operasi/ kemitraan/bentuk
kerja sama lain, yaitu:
a. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada kantor pusat perusahaan berlaku juga untuk seluruh
kantor cabang/perwakilan perusahaan.
b. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada kantor cabang/perwakilan perusahaan berlaku juga
untuk kantor cabang/perwakilan lainnya dan kantor pusat perusahaan.
c. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada perusahaan induk tidak berlaku untuk anak
perusahaan.
d. Sanksi daftar hitam yang dikenakan kepada anak perusahaan tidak berlaku untuk perusahaan
induk.

PELAYANAN HUKUM
Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam pelaksanaannya terlepas dari permasalahan
hukum yang disebabkan oleh pelanggaran, sengketa kontrak dan tindakan-tindakan penyimpangan
(penyuapan, mengurangi kualitas dan kuantitas, kolusi pengelembungan harga) yang akhirnya
berujung pada persoalan hukum perdata atau hukum pidana.
Oleh karena itu perlu adanya pelayanan terhadap pelaku pengadaan yang telah bersungguh-sungguh
dan penuh dedikasi melaksanakan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi)nya dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa Pemerintah, tetapi terkena permasalahan hukum. Selain itu perlu diberikan petunjuk
terhadap penyelesaian sengketa kontrak, untuk memberikan rasa aman, nyaman dan perlindungan
hukum kepada pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pelayanan hukum bagi pelaku pengadaan yang terkena permasalahan hukum dalam kegiatan PBJP
yang dalam hal ini adalah PA/KPA/PPK/Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan wajib diberikan oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud di atas diberikan sejak proses penyelidikan hingga tahap
putusan pengadilan. Pelayanan hukum tidak berlaku bagi pelaku pengadaan selaku penyedia
organisasi kemasyarakatan, kelompok masyarakat penyelenggara swakelola, dan Agen Pengadaan
Perorangan atau berbentuk Badan Usaha.

PENYELESAIAN SENGKETA
Sesuai Pasal 85 Peraturan Presiden 16 Tahun 2018 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2021 menyatakan bahwa penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia
dalam pelaksanaan Kontrak dapat dilakukan melalui layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase,
Dewan Sengketa Konstruksi, atau penyelesaian melalui pengadilan. Ketentuan mengenai Dewan
Sengketa Konstruksi diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
Pemilihan metode penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik masing-masing dimana
pemilihannya akan sangat bergantung kepada kebijakan setiap organisasi. Pada penyelesaian
perselisihan melalui pengadilan (litigasi), salah satu pihak membawa kasus perselisihan ke pengadilan
umum untuk diselesaikan secara hukum. Alternatif lain adalah menyelesaikan persengketaaan melalui
arbitrase dimana penyelesaian sengketa dilakukan oleh badan swasta yang dilakukan di luar
mahkamah seperti, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Arbitrase Internasional yang ada
di negara- negara lain.
Dalam rangka mencegah kerugian yang lebih besar disebabkan oleh proses penyelesaian sengketa
yang panjang dan juga biaya yang ditimbulkan, maka sebaiknya dilakukan melalui mediasi, negosiasi
dan konsolidasi sebelum masuk ke penyelesaian melalui arbitrase dan litigasi.
Selanjutnya, LKPP menyelenggarakan layanan alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
di atas berupa Layanan Penyelesaian Sengketa Pengadaan Barang/Jasa. Layanan ini ditetapkan
berdasarkan Peraturan Lembaga Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Layanan Penyelesaian Sengketa
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak adalah layanan yang ditetapkan sebagai alternatif
penyelesaian sengketa kontrak PBJP.
Sengketa Kontrak yang dimaksud adalah perselisihan yang timbul dimulai dari penandatangan
kontrak hingga berakhirnya kontrak pengadaan
barang/jasa pemerintah antara pemilik pekerjaan dan pelaksana pekerjaan yang terikat hubungan
kontraktual dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
PEMBINAAN PENYEDIA TERMASUK PENILAIAN KINERJA
Penilaian Kinerja Penyedia Barang/Jasa (Penilaian Kinerja) merupakan aktivitas dan proses untuk
mengukur kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan. Penilaian Kinerja dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hasil atas barang/jasa yang
dihasilkan oleh Penyedia. Penilaian didasarkan pada kinerja Penyedia dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditetapkan dalam kontrak
Dasar hukum peniaian kinerja adalah Perpres No. No.16 Tahun 2018 jo. Perpres No.12 Tahun 2021
pasal 11 point m. menilai kinerja penyedia. Jadi penilain kinerja penyedia merupakan tugas Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Tata cara penilain kinerja diatrur dalam Perlem No. 4/2021 tentang
Pembinaan Pelaku Usaha dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Aspek penilaian kinerja meliputi
:
a. Kualitas dan kuantitas
b. Waktu
c. Biaya
d. Layanan

PEMBERIAN SANKSI DAFTAR HITAM


Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan/Penyedia berupa
larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di seluruh Kementerian/LembagalPerangkat Daerah
dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu sanksi daftar hitam ada yang 1 tahun dan 2 tahun yang
ditetapkan oleh PA/KPA berdasarkan usulan dari Pokja/PP atau PPK.
Tata cara penetapan Sanksi Daftar Hitam Penetapan Sanksi Daftar Hitam dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. pengusulan;
b. pemberitahuan;
c. keberatan;
d. permintaan rekomendasi;
e. pemeriksaan usulan; dan
f. penetapan.
MODUL
PELATIHAN KOMPETENSI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1

JENIS KOMPETENSI: MELAKUKAN PERENCANAAN PBJP LEVEL 1


VERSI II

Oleh:
Emilia

BAB I
PENDAHULUAN
IDENTIFIKASI/REVIU KEBUTUHAN DAN
PENETAPAN BARANG/JASA PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN PBJP


Peningkatan kualitas perencanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan dengan cara:
a. PA selaku penanggung jawab kegiatan, dalam melakukan penyusunan RKA yang di dalamnya
terdapat pengadaan barang/jasa telah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa sesuai dengan Rencana Kerja;
2) Penyusunan spesifikasi teknis/KAK sesuai kebutuhan;
3) Ketersediaan barang/jasa dan/atau penyedia di pasar;
4) Ketersediaan barang/jasa yang dibutuhkan dalam bentuk produk/jasa dalam negeri; dan
5) Penyusunan RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK sebagai dasar pengusulan anggaran.
b. PA selaku penanggung jawab kegiatan, dalam melakukan penyusunan RKA perlu
mempertimbangkan untuk melibatkan para pihak dalam ekosistem pengadaan, antara lain:
1) UKPBJ, termasuk pengelola pengadaan barang/jasa, personel lainnya dan agen pengadaan;
dan
2) APIP masing-masing K/L/PD.
c. Dalam penyusunan Perencanaan Pengadaan, PA/KPA dan PPK perlu mempertimbangkan:
1) Hasil monitoring evaluasi pada tahun sebelumnya;
2) Analisis pasar; dan/atau
3) Rekomendasi strategi pengadaan.
yang dilakukan atau didapat dari berbagai sumber, antara lain: laporan evaluasi pengadaan yang
dilakukan oleh UKPBJ dan APIP masing- masing K/L/PD, rekomendasi LKPP atau BPKP.

Pelaku pengadaan dalam tahap Perencanaan Pengadaan terdiri dari PA dan PPK. PA dapat
mendelegasikan tugas dan kewenangan dalam Perencanaan Pengadaan kepada KPA. PA/KPA atau PPK
dalam menyusun Perencanaan Pengadaan dapat dibantu oleh Sumber Daya Pengelola Fungsi
Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan K/L/PD. PA mempunyai tugas dan kewenangan menetapkan
Perencanaan Pengadaan, menetapkan dan mengumumkan RUP dan melaksanakan Konsolidasi
Pengadaan Barang/Jasa.
Tugas dan Kewenangan PPK diantaranya adalah melaksanakan penyusunan Perencanaan Pengadaan
untuk tahun anggaran berikutnya sesuai kebutuhan K/L/PD yang tercantum dalam RKA K/L atau RKA
PD. Dalam hal PPK membutuhkan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau personel lainnya, tim teknis,
atau agen pengadaan, PPK mengusulkan kepada PA/KPA. Pada anggaran belanja APBD, PPK yang
dirangkap oleh KPA dapat menugaskan PPTK untuk menyusun Perencanaan Pengadaan. PPTK yang
ditugaskan dalam menyusun Perencanaan Pengadaan harus memenuhi persyaratan kompetensi PPK.

PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA


Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi kegiatan identifikasi pengadaan
Barang/Jasa, penetapan jenis barang/jasa, cara pengadaan, pemaketan dan konsolidasi, waktu
pemanfaatan Barang/Jasa dan anggaran pengadaan. Perencanaan Pengadaan terdiri atas Perencanaan
Pengadaan melalui Swakelola; dan/atau Perencanaan Pengadaan melalui Penyedia. Hasil perencanaan
pengadaan dimuat dalam Rencana Umum
Pengadaan. Perencanaan Pengadaan menjadi masukan dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran K/L
dan Rencana Kerja Pemerintahan Daerah.
Gambar 2.1 Ruang Lingkup Perencanaan Pengadaan
Penyusunan Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari APBN dilakukan bersamaan
pembahasan RUU APBN dan Nota Keuangan.

Gambar 2.2 Penyusunan Perencanaan Pengadaan Sumber Dana APBN


Penyusunan perencanaan pengadaan yang menggunakan APBD, dapat mulai bersamaan dengan
pembahasan Rancangan Perda tentang APBD dengan DPRD.
Untuk barang/jasa yang pelaksanaan kontraknya harus dimulai pada awal tahun, penyusunan
perencanaan pengadaan yang menggunakan APBN dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan
RKA K/L atau untuk APBD dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan RKA Perangkat Daerah.
Penyusunan perencanaan pengadaan akibat dari perubahan strategi pencapaian target kinerja
dan/atau perubahan anggaran dilakukan pada Tahun Anggaran berjalan.
Dalam menyusun Perencanaan Pengadaan PPK perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib menggunakan produk usaha kecil serta koperasi
dari hasil produksi dalam negeri dengan mengalokasikan paling sedikit 40% (empat puluh persen)
dari nilai anggaran belanja barang/jasa yang dikelola K/L/PD untuk penggunaan produk usaha
kecil dan/atau koperasi dari hasil produksi dalam negeri.
b. Kewajiban penggunaan produk dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan
nasional, apabila terdapat produk dalam negeri yang memiliki penjumlahan nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit
40% (empat puluh persen). Nilai TKDN dan BMP mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa
produksi dalam negeri yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian.
c. Pelaksanaan pengadaan yang berkelanjutan. Pengadaan yang berkelanjutan adalah pengadaan
barang/jasa yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah satu bagian
pengadaan yang berkelanjutan adalah pengadaan barang/jasa Ramah Lingkungan Hidup, yaitu
pengadaan barang/jasa yang memprioritaskan barang/jasa yang berlabel Ramah Lingkungan
Hidup. Barang/jasa yang berlabel Ramah Lingkungan Hidup diberikan kepada barang/jasa,
termasuk teknologi yang telah menerapkan prinsip pelestarian, perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Daftar barang/jasa yang berlabel ramah lingkungan hidup diterbitkan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Daftar
barang/jasa tersebut dapat dilihat melalui website resmi kementerian yang menyelenggarakan
urusan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan.
d. Pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian dalam negeri. Pemerintah memiliki keinginan yang kuat
dan jelas untuk mendorong peneliti-peneliti lokal agar bisa menciptakan barang dan jasa yang lebih
baik dan kompetitif. Untuk mendukung peneliti dalam negeri, pemerintah mengutamakan
penggunaan barang dan jasa hasil penelitian. Contohnya TSM QR-EDC ini yang merupakan mesin
EDC pertama di dunia yang memiliki teknologi dual screen yang berguna menampilkan menu
aplikasi dan kode QR pembayaran, disertai dengan dua kamera depan untuk memindai kode QR
dari pelanggan. Contoh lainnya adalah Xirka Silicon Technology dan Gesits Motor Listrik.

IDENTIFIKASI/REVIU KEBUTUHAN BARANG/JASA


Identifikasi merupakan kata serapan dari bahasa inggris “identify” yang mempunyai arti menelaah atau
meneliti. Pengertian identifikasi adalah sebuah kegiatan yang berwujud mengumpulkan, menemukan,
mencari, mendaftarkan, serta mencatat data dan informasi yang dibutuhkan. Pengertian identifikasi
menurut Hansen dan Liden Identifikasi adalah sebuah prosedur yang disesuaikan dengan tujuan dari
suatu program. Sehingga apa yang telah dipilih sesuai dengan tujuan utama untuk dicapai.
Reviu kebutuhan adalah kegiatan mengulas kekurangan, kelebihan, manfaat, bentuk fisik, harga,
komponen, dan hal-hal lain terhadap suatu barang atau jasa.
Pengertian kebutuhan menurut Murray (1938), kebutuhan merupakan suatu dorongan di dalam otak
untuk mengatur segala hal yang harus dilakukan, mulai dari pola pikir hingga tindakan, sehingga dapat
mengubah keadaan manusia yang kurang baik agar lebih baik lagi. Penyusunan kebutuhan barang/jasa
organisasi berlandaskan kepada tujuan dan rencana organisasi yang merupakan penjabaran dari Visi
dan Misi suatu organisasi untuk mencapai kinerja yang sudah ditetapkan. Gambaran kebutuhan
barang/jasa yang menyeluruh (jangka pendek sampai jangka panjang) akan dijadikan dasar untuk
penyusunan strategi masing-masing pengadaan. Kebutuhan barang/jasa di dalam suatu organisasi
dapat dibagi menjadi:
a. Kebutuhan operasional
Kebutuhan operasional adalah kebutuhan yang sifatnya rutin guna mendukung operasional
sehari-hari untuk pemenuhan tujuan jangka pendek organisasi. Contohnya adalah pemeliharaan
AC (Air Conditioner) yang dilakukan secara berkala. Kebutuhan ini diperlukan untuk mendukung
jalannya operasional sehari-hari di kantor.
b. Kebutuhan investasi
Kebutuhan investasi adalah kebutuhan untuk mendukung tujuan jangka panjang organisasi
dimana sifatnya tidak rutin dan sifat pekerjaannya adalah pekerjaan project yang biasanya
dilaksanakan satu kali. Sebagai contoh adalah pembangunan gedung, pemasangan genset atau
UPS pada komputer. Pekerjaan ini dilakukan sesekali saja sesuai kebutuhan.
Identifikasi kebutuhan barang/jasa secara umum dilakukan dengan memperhatikan:
a. Prinsip efisien dan efektif dalam Pengadaan Barang/Jasa
Efisien yang dimaksud adalah Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan
dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan
atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas
yang maksimum sebagaimana yang direncanakan. Efektif yang dimaksud adalah Pengadaan
Barang/ Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
Contoh pengadaan dengan jumlah banyak akan lebih efisien dibanding dengan pembelian sedikit.
Jika pengadaan dengan jumlah banyak dan sesuai kebutuhan ini dikatakan efisien dan efektif
karena tujuan dapat tercapai dengan cepat dan biaya yang hemat
b. Aspek pengadaan berkelanjutan
Pengadaan berkelanjutan merupakan Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai
nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk K/L/PD sebagai
penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dalam keseluruhan siklus penggunaannya. Pengadaan berkelanjutan memperhatikan
3 (tiga) aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga aspek
tersebut:
1) Aspek ekonomi meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia barang/jasa tersebut.
Contoh fokus pada membeli hanya apa yang dibutuhkan sehingga membantu mengurangi
keseluruhan biaya dalam siklus pemakaian. Biaya dalam siklus pemakaian disini bukan
hanya harga pembelian namun termasuk juga antara lain biaya penggunaan, pemeliharaan,
dan biaya pembuangan, sehingga akan memberikan keuntungan yang jelas secara finansial
dalam jangka panjang.
2) Aspek sosial meliputi pemberdayaan usaha kecil, jaminan kondisi kerja yang adil,
pemberdayaan komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan keberagaman.
Contoh penciptaan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan infrastruktur di
seluruh wilayah Indonesia dan kewajiban pendidikan dasar 9 tahun untuk semua WNI.
3) Aspek lingkungan hidup meliputi pengurangan dampak negatif terhadap kesehatan, kualitas
udara, kualitas tanah, kualitas air, dan menggunakan sumber daya alam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Contoh pengadaan gedung harus memperhatikan lingkungan/resapan air. Pengadaan
penerangan jalan umum dengan pemilihan spesifikasi teknis menggunakan teknologi light-
emitting diode (LED) tenaga surya yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan energi. Pengadaan kertas yang telah memenuhi standar kriteria Ekolabel
dengan tujuan penggunaan produk ramah lingkungan dalam rangka mendorong perbaikan
lingkungan. Mengurangi emisi CO2, melalui konstruksi dan transportasi yang hemat energi,
memilih barang dan jasa yang menghasilkan jejak karbon yang lebih rendah dalam siklus
pemakaian barang/jasa tersebut.
Pengadaan berkelanjutan bukan hanya memperhatikan sosial, ekonomi, lingkungan hidup, namun
juga perlu memperhatikan apakah barang/jasa tersebut dapat di reduce. Reduce adalah kegiatan
yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan dan
mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah. Contoh kegiatan reduce adalah
membeli produk kemasan yang dapat dipakai kembali, membeli barang yang dapat diisi ulang,
contohnya pewangi linen, tinta printer, pensil dan pulpen yang sudah disediakan isinya.
c. Penilaian prioritas kebutuhan
Setelah organisasi mempunyai keputusan belanja, maka dibuatlah paket- paket pengadaan
dengan berbagai opsi atau pilihan-pilihan yang paling sesuai dengan tujuan organisasi, sebagai
contoh yang paling ekonomis, atau paling optimum pelayanannya. Dari proses ini, organisasi akan
mempunyai pilihan paket-paket pengadaan. Selanjutnya, paket-paket pengadaan tersebut
ditelaah dengan melihat kemampuan keuangan dan prioritas organisasi.
Penilaian prioritas kebutuhan terkait dengan penentuan barang/jasa yang karena sifat
kebutuhannya perlu didahulukan proses pengadaannya, sehingga barang/jasa yang dibutuhkan
tersedia tepat waktu. Aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian prioritas
kebutuhan antara lain:
1) Tujuan, dampak, dan risiko organisasi.
2) Tingkat urgensi kebutuhan mana yang harus dipilih dan yang harus didahulukan.
3) Ketersediaan anggaran untuk memperoleh barang/jasa yang
dibutuhkan.
4) Pemanfaatan dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
5) Kemampuan untuk menggunakan dan mengelola barang yang
dibutuhkan.
Contoh kebutuhan obat di Rumah Sakit menjadi prioritas, karena bila tidak tersedia maka
pelayanan akan terganggu sedangkan kebutuhan alat tulis dengan total belanja rendah dan risiko
rendah bukan merupakan prioritas untuk rumah sakit.
d. Barang/jasa pada katalog elektronik
Memanfaatkan produk yang tayang dalam katalog elektronik dalam melakukan Perencanaan
Pengadaan sebagai bahan masukan untuk menyusun kebutuhan dalam hal ada atau tidaknya
ketersediaan barang/jasa dan pelaku usaha yang mampu.
Contoh pembelian kendaraan melalui katalog elektronik akan didapatkan informasi ketersediaan
kendaraan dan pelaku usaha nya di cataloq elektronik
e. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa yang
menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis pada tahap Perencanaan
Pengadaan. Konsolidasi pengadaan pada tahap identifikasi kebutuhan dilakukan dengan
menganalisis kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa terhadap potensi untuk dilaksanakan secara
konsolidasi berdasarkan komoditas serta kesatuan sistem barang/jasa.
Contoh, untuk pengadaan meja/kursi pada beberapa sekolah dapat digabung menjadi satu paket
pengadaan
f. Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai
Menggunakan database Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) dan/atau daftar riwayat
kebutuhan Barang/Jasa sebagai sumber data dan informasi yang diperlukan.
Contoh bila kita telah memiliki asset AC merek tertentu yang sudah terbukti kualitasnya bagus,
maka untuk pengadaan AC selanjutnya, dengan merek tersebut. Karena kualitasnya terbukti
bagus, selain itu pemeliharaannya juga menjadi lebih murah.

Identifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah


bertujuan untuk menunjang tugas dan fungsi organisasi, maka jumlah kebutuhan barang/jasa dapat
ditetapkan dengan mempertimbangkan:
a. Besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi;
b. Beban tugas serta tanggung jawabnya; dan/atau
c. Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
Penyusunan identifikasi kebutuhan dalam perencanaan pekerjaan jenis pengadaan barang, Jasa
lainnya, jasa konstruksi dan jasa konsultan dapat dilakukan diantaranya dengan menggunakan teori
5W dan 1H (what, why,where,whwn,who dan How). Identifikasi kebutuhan barang/jasa dapat
memanfaatkan data historis pengadaan atau pembelian pada periode sebelumnya maupun yang
sedang berlangsung, melalui proses Spend Analysis. Spend Analysis merupakan salah satu cara dalam
mengidentifikasi kebutuhan untuk mendapatkan barang/jasa berkualitas dan harga yang bersaing.
Spend analysis membantu K/L/PD mendapatkan data dan informasi sebagai berikut:
1) Apa yang telah dibelanjakan?
2) Dari siapa kita mendapatkan barang/jasa?
3) Untuk siapa barang/jasa yang telah dibelanjakan dan berapa biayanya?
Proses identifikasi kebutuhan dilakukan berdasarkan jenis pengadaan dengan menggunakan data dan
informasi diantaranya adalah kontrak periode sebelumnya, hasil reviu kebutuhan yang sudah
dilakukan sebelumnya/laporan, usulan dari unit pengguna data realisasi anggaran nota penagihan dan
daftar pemasok.

a. Identifikasi Kebutuhan Barang


Identifikasi kebutuhan Barang dilakukan dengan memperhatikan antara lain:
1) Kemudahan mendapatkan Barang di pasaran Indonesia dengan jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan;
Memastikan ketersediaan Barang dan kesesuaiannya kebutuhan dengan jumlahnya di pasar
termasuk kemudahan perbaikan, kemudahan memperoleh suku cadang, dan lain sebagainya.
Informasi terkait kemudahan dapat diperoleh dari hasil survei pasar. Survei pasar dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain survei melalui internet ataupun website
pelaku usaha, berdiskusi dengan beberapa pelaku usaha yang sudah diketahui, atau melalui
data Spend Analysis.
2) Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN);
Identifikasi kebutuhan Barang diwajibkan menggunakan produk dalam negeri dengan
mempertimbangkan ketersediaan dan jumlah barang/jasa serta kemampuan pelaku usaha.
Untuk mengetahui TKDN suatu produk dilakukan dengan melihat dari daftar inventarisasi
barang produksi dalam negeri yang bersertifikat TKDN yang dikeluarkan oleh kementerian
Perindustrian dengan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN)
melalui web: http://tkdn.kemenperin.go.id/inventaris.php.. Contoh detail sertifikatnya adalah
sebagai berikut:
3) Jumlah Produsen dan/atau Jumlah Pelaku Usaha
Memperhatikan jumlah produsen dan/atau pelaku usaha yang dapat mempengaruhi daya
saing serta berdampak pada mutu, inovasi suatu barang dan pemenuhan kebutuhan. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi kondisi produsen/pelaku usaha antara lain
legalitas produsen/pelaku usaha, kualitas dan kuantitas produsen/pelaku usaha dalam
mengerjakan pekerjaan serupa, kondisi keuangan produsen/pelaku usaha, kondisi
permodalan produsen/pelaku usaha (untuk melakukan pekerjaan yang lebih besar) dan
beban kerja produsen/pelaku usaha.
4) Keterangan Asal Barang tersebut
Menentukan Barang yang akan digunakan apakah merupakan produk dalam negeri atau
barang impor serta pabrikan atau dapat dilakukan dengan tangan/manual atau merupakan
produk kerajinan tangan. Informasi terkait dengan keterangan asal Barang dapat diperoleh
melalui survei pasar.
5) Kesesuaian Barang
Menentukan kesesuaian Barang yang dibutuhkan menurut jenis, fungsi/kegunaan,
ukuran/kapasitas serta jumlah masing-masing Barang yang diperlukan. Kesesuaian Barang
dapat ditentukan dengan memahami tujuan organisasi yang bermanfaat untuk meminimalisir
perolehan Barang yang tidak sesuai dan tidak mendukung program kegiatan organisasi.
6) Status kelayakan Barang yang Tersedia
Menilai status kelayakan Barang yang ada dan telah tersedia, apabila akan
digunakan/dimanfaatkan/difungsikan kembali apakah layak dari aspek ekonomi dan
keamanan.
7) Jadwal Kebutuhan Barang
Mengetahui rentang waktu kebutuhan Barang sejak pengiriman Barang hingga serah terima
Barang agar barang tersebut dapat segera digunakan. Rentang waktu kebutuhan Barang
memperhitungkan jangka waktu pemesanan, lokasi pengiriman Barang, metode transportasi
dan pengepakan. Lokasi pengiriman Barang akan berdampak kepada waktu tenggang (lead
time) dan waktu pemesanan. Sehingga, lokasi pengiriman Barang perlu diidentifikasi dan
diuraikan dengan jelas. Ketika waktu tenggang (lead time) perlu diminimalkan, maka metode
transportasi perlu diidentifikasi dengan jelas karena akan berdampak besar pada waktu
pengiriman. Pengiriman melalui pesawat udara, misalnya, akan jauh lebih cepat dari pada
lewat darat. Rentang waktu riwayat kebutuhan Barang dapat dijadikan dasar dalam
menentukan jadwal persiapan pengadaan.
8) Pihak yang memerlukan (sebagai pengelola/pengguna Barang). Informasi siapa pihak yang
memerlukan digunakan untuk menentukan spesifikasi yang tepat sesuai dengan profil dari
pihak yang memerlukan tersebut.
9) Persyaratan lainnya
Memperhatikan persyaratan lainnya seperti bagaimana cara pengiriman, pengangkutan,
pemasangan, pengujian, penyimpanan, pengoperasian/penggunaan, pemeliharaan
maupun pelatihan terkait penggunaan Barang tersebut apabila dibutuhkan dalam melakukan
proses identifikasi kebutuhan.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


PPK melakukan identifikasi terhadap kebutuhan Pekerjaan Konstruksi dengan terlebih dahulu
melakukan survey sesuai jenis pekerjaan konstruksi yaitu bangunan, jalan dan jembatan. Identifikasi
kebutuhan Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
1) Kesesuaian Kebutuhan Pekerjaan Konstruksi;
Menentukan kesesuaian Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan berdasarkan jenis,
fungsi/kegunaan, serta target/sasaran yang akan dicapai dari Pekerjaan Konstruksi tersebut.
Kesesuaian Pekerjaan Konstruksi dapat ditentukan dengan memahami tujuan organisasi yang
bermanfaat untuk mendukung program kegiatan organisasi.
2) Kompleksitas Pekerjaan Konstruksi;.
Menentukan tingkat kompleksitas Pekerjaan Konstruksi berdasarkan tingkat risiko, penerapan
teknologi tinggi, penggunaan peralatan yang didesain khusus, dan/atau sulit mendefinisikan secara
teknis bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan tujuan Pengadaan Barang/Jasa. Desain untuk
Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks harus tersedia paling lambat 1 (satu) tahun anggaran
sebelum persiapan pengadaan melalui Penyedia. Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks
seringkali membutuhkan studi oleh pihak ketiga yang ahli dalam bidangnya, dimana proses
pengadaannya pun harus dilakukan secara benar. Proses pengadaan juga akan memerlukan waktu
yang relatif lebih lama untuk pekerjaan yang bersifat kompleks dan atau bernilai besar.
3) Keterlibatan Usaha Kecil;
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan atau yang akan diadakan apakah dapat
dilaksanakan oleh Usaha mikro, Kecil dan Koperasi. Selain itu, penyedia tidak dalam kondisi
kesulitan keuangan atau pailit yang dapat menyebabkan pelaksanaan pekerjaan terganggu atau
bahkan terhenti. Dalam hal ini, penyedia skala kecil tentunya akan sulit untuk dapat melakukan
pekerjaan skala besar. Kondisi lain yang juga harus diperhatikan adalah jumlah pekerjaan lain yang
sedang dikerjakan oleh penyedia pada saat yang bersamaan dengan kebutuhan. Hal ini diperlukan
untuk menghindari terganggunya pelaksanaan pekerjaan karena penyedia sangat disibukkan
dengan pekerjaan- pekerjaan lainnya.
4) Waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi, sehingga dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan
rencana;
5) Penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri atau luar negeri;
6) Persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap keseluruhan pekerjaan;
7) Studi kelayakan Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan sebelum pelaksanaan desain;
8) Desain Pekerjaan Konstruksi,
Memastikan sudah tersedianya desain Pekerjaan Konstruksi sebelum pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi. Persiapan desain dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun anggaran sebelum
pelaksanaan dan harus tersedia paling lambat 1 (satu) tahun anggaran sebelum persiapan
pengadaan melalui penyedia. Untuk Pekerjaan Konstruksi yang sederhana pelaksanaan desain
Pekerjaan Konstruksi dapat dilakukan di tahun anggaran yang sama. Selain itu, untuk kebutuhan
Pekerjaan Konstruksi yang mendesak dan telah tersedia alokasi anggaran, pelaksanaan desain
Pekerjaan Konstruksi juga dapat dilakukan di tahun anggaran yang sama.
9) Pekerjaan Konstruksi dengan menggunakan kontrak tahun jamak dapat berupa:
a) Penyelesaian pekerjaan lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih dari 1 (satu) Tahun
Anggaran; atau
b) Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu lebih
dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) Tahun Anggaran;
10) Mengidentifikasi kontrak Pekerjaan Konstruksi apakah menggunakan kontrak tahun tunggal
atau kontrak tahun jamak. Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan menggunakan kontrak
tahun tunggal desain konstruksi yang akan diadakan bersifat standar, risiko kecil. tidak
memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan pekerjaan. Kontrak tahun tunggal juga
digunakan untuk Pekerjaan Konstruksi yang akan dilaksanakan bersifat mendesak dan biaya untuk
melaksanakan desain konstruksi sudah dialokasikan dengan cukup. Kontrak tahun jamak
digunakan untuk pekerjaan yang waktu penyelesaian pekerjaan lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
11) Pembebasan lahan dalam hal Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan memerlukan lahan,
disyaratkan sebagai berikut:
a) Pembebasan lahan yang dimaksud adalah untuk menunjang pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi. Dalam hal dibutuhkan ganti rugi untuk pembebasan lahan, maka penyelesaian
administrasi untuk pembayaran ganti rugi, termasuk untuk pemindahan hak atas tanah, harus
dapat diselesaikan sebelum surat penunjukan penyedia barang/jasa diterbitkan; dan
b) Apabila luasan tanah yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi,
termasuk untuk akses menuju ke lokasi Pekerjaan Konstruksi, memerlukan izin pemanfaatan
tanah, maka pengurusan ijin tersebut harus dapat diselesaikan sebelum surat penunjukan
penyedia barang/jasa diterbitkan. Data dan informasi ketersediaan penyedia jasa konstruksi
dapat bersumber dari asosiasi pekerja konstruksi yang ada seperti GAPEKSINDO, ASPEKINDO,
INKINDO, dll.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI


1) Identifikasi untuk mengetahui:
a) jenis Jasa Konsultansi yang dibutuhkan;
b) fungsi dan manfaat dari pengadaan Jasa Konsultansi;
Fungsi/manfaat yang jelas dapat dijadikan sebagai dasar dalam menyusun kebutuhan
spesifikasi yang detail dari pengadaan Jasa Konsultansi.
c) target yang ditetapkan;
Menentukan target yang akan dicapai dari pengadaan Jasa Konsultansi tersebut. Penjabaran
target pengadaan Jasa Konsultansi harus terukur dan dipastikan dapat dicapai berdasarkan
sumber daya yang dimiliki baik dari alokasi waktu, anggaran atau hal lainnya yang
mempengaruhi pencapaian target pengadaan Jasa Konsultansi.
d) pihak yang akan menggunakan Jasa Konsultansi tersebut;
Pihak yang menggunakan adalah pihak yang sangat mengetahui kebutuhan Jasa Konsultansi,
sehingga dapat diketahui keahlian jasa konsultan sesuai kebutuhan.
e) waktu pelaksanaan pekerjaan;
Mengetahui kapan dimulainya pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultansi sehingga hasilnya
dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan rencana.
f) ketersediaan Pelaku Usaha yang sesuai;
Memastikan ketersediaan pelaku usaha yang sesuai dapat dilakukan dengan survei pasar
2) Dalam hal desain konstruksi dilaksanakan pada tahun anggaran yang sama dengan pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi dan jenis kontraknya yaitu kontrak tahun tunggal maka:
a) Desain konstruksi yang akan diadakan bersifat standar, risiko kecil, tidak memerlukan waktu
yang lama untuk menyelesaikan pekerjaan, atau
b) Desain konstruksi yang akan dilaksanakan bersifat mendesak dan biaya untuk melaksanakan
desain konstruksi sudah dialokasikan dengan cukup; dan/atau
3) Dalam hal Jasa Konsultansi yang diperlukan adalah jasa pengawasan pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi maka yang perlu diketahui yaitu:
a) Waktu Pekerjaan Konstruksi tersebut dimulai;
b) Waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi; dan
c) Jumlah tenaga ahli pengawasan sesuai bidang keahlian masing- masing yang diperlukan.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN JASA KONSULTANSI NON KONTRUKSI


1) Jenis Jasa Konsultansi yang dibutuhkan;
2) Fungsi dan manfaat dari pengadaan Jasa Konsultansi;
3) Target yang ditetapkan;
4) Pihak yang akan menggunakan Jasa Konsultansi tersebut;
5) Waktu pelaksanaan pekerjaan;
6) Ketersediaan Pelaku Usaha yang sesuai;

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN JASA LAINNYA


1) Jenis kebutuhan Jasa Lainnya, dalam kaitannya untuk menentukan jumlah tenaga kerja dan/atau
tenaga terampil yang diperlukan, sesuai dengan bidang dan pengalamannya masing-masing;
2) Fungsi dan manfaat dari Jasa Lainnya yang dibutuhkan;
3) Target yang diharapkan;
4) Waktu pelaksanaan pekerjaan Jasa Lainnya;
5) Dalam hal Jasa Lainnya yang dibutuhkan adalah untuk memenuhi kebutuhan guna menunjang
kegiatan yang bersifat rutin pada setiap tahun anggaran maka dapat ditetapkan sebagai
kebutuhan prioritas yang harus diadakan pada setiap tahun anggaran; dan/atau
6) Dalam hal kebutuhan yang bersifat rutin dan diindikasikan tidak ada peningkatan terhadap target
dan sasaran yang diperlukan (jumlah/volume/kapasitas dan waktu pengadaan) maka dapat
ditetapkan besarnya kebutuhan adalah sama dengan kebutuhan pada tahun sebelumnya.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEKERJAAN TERINTEGRASI


1) Menentukan jenis pengadaan yang akan dilaksanakan melalui pekerjaan terintegrasi;
2) Menentukan pekerjaan terintegrasi berdasarkan jenis, fungsi/manfaat, target/sasaran yang akan
dicapai;
3) Waktu penyelesaian pekerjaan terintegrasi, sehingga dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan
rencana;
4) Penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri atau luar negeri; dan/atau
5) Persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap keseluruhan
pekerjaan.

Contoh hasil identifikasi kebutuhan B/PK/JL/JK pada K/L/PD


Tabel 2.2 Contoh Hasil Identifikasi Kebutuhan B/PK/JL/JK pada K/L/PD

No Nama Pengadaan Volume Cara Jenis Ket


Pengadaan Pengadaan
1 Pembangunan dan 5 Paket Tender Pekerjaan
Rehabilitasi Gedung Sekolah Konstruksi
SD
2 Pembangunan Laboratorium 1 Paket Tender Pekerjaan
Komputer Konstruksi
3 Pembangunan Laboratorium 1 Paket Tender Pekerjaan
IPA Konstruksi
4 Pembangunan 1 Paket Tender Pekerjaan
Perpustakaan Konstruksi
5 Pengadaan Komputer untuk 1 Paket e-purchasing Barang
Lab Komputer
6 Pengadaan Meubelair 2 Paket e-purchasing Barang
7 Pengadaan Buku 1 Paket e-purchasing Barang
8 Pengadaan Jasa Konsultan 2 Paket Tender Jasa
Pengawas Konsultansi

Reviu adalah sebuah ringkasan, ulasan dari beberapa sumber seperti buku, jurnal, film, berita, suatu
produk dan lain-lain. Reviu mengulas kekurangan, kelebihan, manfaat, bentuk fisik, harga, komponen,
dan hal-hal lain terhadap suatu produk. Tujuan dari reviu adalah untuk memberikan informasi,
gambaran bahkan gagasan dari sebuah produk atau karya yang dibuat. Dengan pelaksanaan reviu ,
dapat mengetahui kelebihan, kekurangan dan kualitas dari sebuah produk atau karya.
Perencanaan pengadaan barang/jasa salah satunya berdasar dari reviu kebutuhan yang sudah
dilakukan sebelumnya. Reviu kebutuhan pengadaan barang/jasa dilakukan untuk meninjau kembali
pengadaan/barang jasa yang sudah diadakan dibandingkan dengan realisasi aktual penggunaan
barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa menyampaikan data
realisasi pengadaan kepada seluruh Unit Kerja Pengguna untuk dilakukan review dan menyesuaikan
rencana kebutuhan untuk kedepan dan/atau perubahan permintaan kedepan. Apabila ada perbedaan
antara jumlah dan/atau item kebutuhan yang telah diadakan dengan penggunaan/konsumsi aktual
dari para pengguna, maka dapat dilakukan penyesuaian kebutuhan tersebut.
Agar kebutuhan barang/jasa optimal yang meliputi lingkup pekerjaan, jumlah kebutuhan, persyaratan
teknis dan ketepatan waktu pengadaan maka kebutuhan detail barang/jasa perlu dilakukan
penyusunan spesifikasi dan penyusunan perkiraan harga. Penyusunan identifikasi kebutuhan
barang/jasa, penyusunan spesifikasi dan perkiraan harga merupakan dasar untuk pengusulan
anggaran, sebagaimana dibawah ini:

Rencana Kerja

us
Identifikasi Kebutuhan
Barang/jasa
Spesifikasi
Penyusunan
Spesifikasi teknis/KAK

Pengusulan
Perkiraan Harga/RAB
Anggaran

Gambar 2.5 Alur Pengusulan Anggaran

IDENTIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA


Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa bersamaan dengan pembahasan RUU APBN/Rancangan Perda
APBD. PPK melakukan identifikasi pengadaan barang/jasa pada level Komponen/Sub komponen pada
RKA K/L atau Sub kegiatan pada RKA PD dimana terdapat akun belanja pengadaan barang/jasa
berdasarkan penugasan dari PA/KPA.
Pada Kementerian/Lembaga akun belanja yang terasosiasi dengan pengadaan barang/jasa di K/L
antara lain berupa akun Belanja Barang/Jasa dan akun Belanja Modal. Namun, tidak tertutup
kemungkinan terdapat belanja pengadaan pada akun belanja barang/jasa selain yang tersebut di atas,
seperti pada akun belanja bantuan sosial atau belanja hibah.
Pada Pemerintah Daerah akun belanja yang terasosiasi dengan pengadaan barang/jasa di
Pemerintah Daerah yaitu akun Belanja Barang dan Jasa yang dapat ditemukan antara lain dalam akun
Belanja Operasinal dan Belanja Modal. Namun, tidak tertutup kemungkinan terdapat belanja
pengadaan pada akun belanja barang/jasa selain yang tersebut di atas, seperti pada akun belanja
bantuan sosial atau belanja hibah.

PENETAPAN BARANG/JASA
Penetapan barang/jasa merupakan hasil analisis terhadap kebutuhan barang/jasa dari proses
identifikasi kebutuhan yang dapat menggambarkan kebutuhan nyata untuk mendukung dan mencapai
program, kegiatan dan output unit organisasi. Penetapan jenis Pengadaan Barang/Jasa berupa Barang,
Pekerjaan konstruksi, Jasa konsultansi, dan Jasa lainnya. Penetapan barang/jasa juga dilakukan
terhadap pekerjaan yang dilakukan secara terintegrasi.
a. Barang
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna
Barang. Barang meliputi, namun tidak terbatas pada bahan baku, barang setengah jadi, barang
jadi/peralatan, dan makhluk hidup.
Contoh: pengadaan laptop, mesin foto copy, bibit tanaman, hewan ternak, dll.
b. Pekerjaan Konstruksi
Keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Umum.
Klasifikasi Pekerjaan Konstruksi Umum meliputi bangunan gedung dan bangunan sipil.
Layanan usaha Pekerjaan Konstruksi Umum meliputi pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali.
2) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Spesialis,
meliputi instalasi, konstruksi khusus, konstruksi pra-pabrikasi, penyelesaian bangunan, dan
penyewaan peralatan. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi yang
bersifat spesialis meliputi pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk
fisik lainnya.
Contoh: Pembangunan Gedung, pembongkaran bangunan,, dll
c. Jasa Konsultansi
Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Jasa Konsultansi yang terdiri dari:
1) Jasa Konsultansi non-konstruksi
Pengadaan Jasa Konsultan Non-Konstruksi meliputi, namun tidak terbatas pada:
a) Jasa rekayasa (engineering);
Jasa perencanaan, perancangan, dan pengawasan untuk pekerjaan selain pekerjaan
konstruksi, seperti: 1) Transportasi; 2) Pendidikan; 3) Kesehatan; 4) Kehutanan; 5)
Perikanan; 6) Kelautan; 7) Lingkungan hidup; 8) Kedirgantaraan; 9) Pengembangan usaha;
10)Perdagangan; 11)Pengembangan SDM; 12) 12)Pariwisata; 13)Pos dan telekomunikasi;
14)Pertanian; 15)Perindustrian; 16)Pertambangan; dan/atau 17)Energi.
b) Jasa keahlian profesi, seperti: 1 ) Jasa penilaian; 2) Jasa penasehatan; 3) Jasa
pendampingan; 4) Bantuan teknis; 5) Konsultan manajemen; dan/atau; 6) Konsultan
hukum.
c) Pekerjaan survei yang membutuhkan telaahan tenaga ahli.
2) Jasa Konsultansi Konstruksi
Pengadaan Jasa Konsultansi Konstruksi meliputi, namun tidak terbatas pada:
a) Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian dan perencanaan;
b) Jasa Konsultansi Konstruksi perancangan;
c) Jasa Konsultansi Konstruksi pengawasan; dan
d) Jasa Konsultansi Konstruksi pengawasan dan manajemen konstruksi.

d. Jasa Lainnya
Jasa Lainnya adalah jasa non konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi
khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia
usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengadaan Jasa Lainnya meliputi, namun tidak
terbatas pada:
1) Jasa boga (catering service);
2) Jasa layanan kebersihan (cleaning service);
3) Jasa penyedia tenaga kerja;
4) Jasa perbankan, asuransi dan keuangan;
5) Jasa layanan kesehatan;
6) Jasa pendidikan;
7) Jasa pengembangan sumber daya manusia;
8) Jasa publikasi;
9) Jasa pemasaran 10)Jasa pengelolaan media; 11)Jasa iklan/reklame; 12)Jasa film;
13) Jasa pemotretan;
14) Jasa percetakan dan penjilidan; 15)Jasa pemeliharaan/perbaikan; 16)Jasa pembersihan;
17)Jasa pengendalian hama (pest control) dan fumigasi; 18)Jasa pengepakan;
19)Jasa pengangkutan; 20)Jasa pemindahan; 21)Jasa pengiriman barang; 22)Jasa
penjahitan/konveksi; 23)Jasa impor/ekspor;
24)Jasa penulisan dan penerjemahan; 25)Jasa penyewaan;
26) Jasa penyelaman;
27) Jasa akomodasi;
28) Jasa angkutan penumpang;
29) Jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan; 30)Jasa penyelenggaraan acara (event
organizer); 31)Jasa pengamanan;
32)Jasa layanan kelistrikan; 33)Jasa layanan internet; 34)Jasa layanan data center;
35)Jasa layanan teknologi informasi; 36)Jasa pos dan telekomunikasi; 37)Jasa operator;
38) Jasa pengelolaan aset; dan
39) Jasa pekerjaan survei yang tidak membutuhkan telaahan tenaga ahli.

PEKERJAAN TERINTEGRASI
Pengadaan barang/jasa dapat juga dilakukan dengan menggabungkan beberapa jenis pengadaan di
atas menjadi 1 (satu) paket pekerjaan terintegrasi (Barang, Jasa Lainnya, Jasa Konsultansi, dan
Pekerjaan Konstruksi). Contoh dari pengadaan pekerjaan terintegrasi antara lain:
1) Rancang bangun, yang terdiri dari pengadaan JK dan PK
2) Pemeliharaan alat monitor display yang disertai suku cadang, yang terdiri dari pengadaan barang
dan jasa lainnya
3) Pembangunan Data Center termasuk instalasi dan integrase, yang disertai suku cadang, yang
terdiri dari pengadaan barang, PK dan JK
4) Perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan (Engineering Procurement and Construction/EPC),
yang terdiri dari pengadaan barang, PK dan JK

Penetapan barang/jasa dilakukan dengan memperhatikan kodefikasi barang/jasa sesuai dengan


kodefikasi yang diatur oleh peraturan perundang- undangan. Pedoman kategorisasi Barang, Pekerjaan
Konstruksi, Jasa Konsultansi, Jasa Lainnya dan pekerjaan terintegrasi mengacu pada Klasifikasi Baku
Komoditas Indonesia (KBKI) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada prinsipnya keseluruhan kebutuhan barang/jasa dapat dikategorisasikan berdasarkan jenis
pengadaannya dan dikodefikasikan berdasarkan KBKI atau pedoman kategorisasi lain, namun dalam
kondisi tertentu khususnya untuk kebutuhan barang/jasa yang melalui cara pengadaan swakelola
dapat tidak dikategorisasikan berdasarkan jenis pengadaannya maupun dikodefikasikan berdasarkan
KBKI atau pedoman kategorisasi lain. Barang/jasa yang dimaksud meliputi, namun tidak terbatas pada
perjalanan dinas, honor narasumber, uang saku rapat, dan/atau honor output kegiatan. Identifikasi
kebutuhan dengan spend analisis dapat menggunakan data KBKI, tetapi saat ini belum bisa diakses
karena sistim yang belum mendukung.
KBLI merupakan klasifikasi yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), yang merupakan
klasifikasi badan usaha yang membagi berdasarkan aktivitas/kegiatan ekonomi, sementara KBKI
mengkategorikan produk/komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi tersebut.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Waktu penyusunan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), yaitu….
A. Bersamaan dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang dan Nota Keuangan tentang APBD
dan DPRD
B. Bersamaan dengan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan DPRD
C. Bersamaan dengan penyusunan pagu indikatif APBD dan DPRD
D. Bersamaan dengan penyusunan sasaran strategis APBD dan DPRD
2. Identifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
bertujuan untuk menunjang tugas dan fungsi organisasi, maka jumlah kebutuhan barang/jasa dapat
ditetapkan dengan mempertimbangkan:
A. Besaran organisasi/jumlah pegawai Non ASN dalam satu organisasi; Beban tugas serta tanggung
jawabnya; dan Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
B. Jumlah organisasi/besaran pegawai dalam satu organisasi; Beban tugas serta tanggung
jawabnya; dan Barang/jasa yang tersedia di pasar
C. Besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi; Beban tugas serta tanggung
jawabnya; dan Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
D. Besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu organisasi; Beban tugas serta tanggung
jawabnya; dan Barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
3. Sebagai alat untuk melakukan identifikasi kebutuhan, spend analysis mempunyai beberapa manfaat
antara lain:
A. Efisiensi biaya pengadaan barang/jasa dan manajemen inventaris
B. Efisiensi biaya pengadaan barang/jasa dan manajemen pengarsipan
C. Efektifitas biaya pengadaan barang/jasa dan manajemen inventaris
D. Efektifitas biaya pengadaan barang/jasa dan manajemen pengarsipan
4. Proses menganalisis data historis pembelian pada sebuah organisasi untuk memberikan gambaran
mengenai visibilitas pembelanjaan, kepatuhan can control, adalah ….
A. Spend Analysis
B. Supply Positioning Model
C. Fishbone Diagrams
D. Decision Analysis
5. Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang menguntungkan secara
ekonomis tidak hanya untuk K/L/PD sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta
signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus
penggunaannya
A. Pengadaan Kompleks
B. Pengadaan berkelanjutan
C. Pengadaan Terintegrasi
D. Pengadaan Non Kompleks
PENYUSUNAN SPESIFIKASI TEKNIS DAN KERANGKA ACUAN KERJA
(KAK) PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGERTIAN SPESIFIKASI TEKNIS DAN KAK


Kenneth Lysons dalam bukunya Purchasing and Supply Chain Management, menyebutkan bahwa
spesifikasi adalah pernyataan dari atribut- atribut barang atau jasa. Secara umum, spesifikasi berfungsi
sebagai media komunikasi dan perbandingan. Spesifikasi adalah karakteristik total dari barang/jasa,
yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna barang/jasa yang dinyatakan secara tertulis.
Yang dimaksud dengan memenuhi kebutuhan adalah bila kriteria tersebut terpenuhi oleh barang/jasa
tersebut, maka kebutuhan minimum (minimum requirement) dari pengguna barang/jasa tersebut telah
terpenuhi. Sedangkan pengertian secara tertulis adalah kebutuhan tersebut ditulis secara lengkap dan
jelas yang memungkinkan kedua belah pihak dapat memahami dan untuk mengukur derajat
pemenuhannya. Misalnya, pengguna membutuhkan beberapa unit laptop untuk dipakai oleh
karyawan. Kebutuhan tersebut diidentifikasi berapa jumlah dani jenis kinerja atau fungsi laptop yang
dibutuhkan, kemudian apakah ada standar yang harus dipenuhi.
Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah batasan mengenai gambaran tujuan, ruang lingkup dan struktur
sebuah kegiatan yang telah disepakati untuk memandu suatu kegiatan/agar sesuai dengan apa yang
diharapkan dan menjadi acuan dan rambu-rambu bagi pelaksana.
Spesifikasi teknis dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) berbeda dalam penggunaannya pada proses
pemilihan. Penggunaan dibedakan menurut jenis pengadaannya yaitu Untuk Jenis Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya menggunakan spesifikasi teknis, sedangkan Jasa Konsultansi menggunakan
Kerangka Acuan Kerja(KAK).

SPESIFIKASI TEKNIS BARANG/JASA


Spesifikasi teknis digunakan untuk pengadaan barang, Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya. Fungsi
spesifikasi antara lain memberikan informasi kepada penyedia dan menyediakan deskripsi dari atribut
produk yang ditawarkan. Apabila spesfikasi dibuat oleh pembeli maka spesifikasi memberikan
informasi kepada penyedia apa yang dibutuhkan user, sedangkan apabila spesifikasi ditawarkan oleh
penyedia maka spesifikasi menyediakan deskripsi dari atribut produk yang ditawarkan.

Memberikan informasi
kepada penyedia
Media Komunikasi tentang kebutuhan
pembeli
Spesifikasi
Spesifikasi yang
ditawarkan penyedia
Perbandingan menyediakan atribut
produk yang
ditawarkan

Tabel 3.1 Fungsi Spesifikasi


Spesifikasi yang jelas dan tepat merupakan upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengadaan
Barang/Jasa. Spesifikasi harus cukup mendetail sehingga memungkinkan peserta pemilihan penyedia
menunjukkan bagaimana mereka mengusulkan untuk melaksanakannya, kapan dan atau bagaimana
cara pelaksanaan sesuai rencana (program kerja) dan berapa usulan biaya yang akan dikenakan.
PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/ KAK menggunakan:
a. Produk dalam negeri;
Setiap instansi pemerintah wajib menggunakan produk dalam negeri, termasuk rancang bangun dan
perekayasaan nasional barang/jasa dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah
nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (empat puluh persen). Daftar inventarisasi
produk barang/jasa yang telah memiliki sertifikat TKDN dari Kementerian Perindustrian dapat dilihat
pada web: http://tkdn.kemenperin.go.id/inventaris.php. Contohnya traktor tangan, tiang listrik dan
lain-lain.
b. Produk bersertifikat SNI;
Produk SNI adalah produk yang sudah lulus pengujian mutu produk menggunakan parameter dalam
SNI oleh laboratorium yang terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sesuai dengan Undang-
Undang Standarisasi No. 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan penilaian kesesuaian, SNI dibagi dua
yaitu SNI wajib dan SNI Sukarela. SNI wajib adalah SNI yang diberlakukan wajib oleh instansi teknis
untuk sebagian atau seluruh spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI demi kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau
pertimbangan ekonomis. Produk yang ber SNI dapat diakes pada https://akses- sni.bsn.go.id/home
,sedangkan untuk SNI wajib dapat di akses pada http://pustan.kemenperin.go.id/List_SNI_Wajib.
Contoh Produk ber SNI wajib : helm, ban kendaraan, air minum dalam kemasan. SNI Sukarela adalah
SNI yang tidak wajib dan untuk ditetapkan oleh pelaku usaha. Contoh produk ber SNI Sukarela :
kerudung, seragam dll.
c. Produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri
Untuk mencapai tujuan pengadaan barang/jasa pemerintah, PPK Ketika menyusun spesifikasi
teknis/KAK harus memperhatikan produk yang dihasilkan oleh usaha mikro dan kecil serta koperasi.
Penerapan kegiatan ini dapat diwujudkan, diantaranya dengan pembelian seminar kit untuk acara
diseminasi/lokakarya/sosialisasi/pelatihan.
d. Produk ramah lingkungan hidup
Pengadaan Barang dan Jasa Ramah Lingkungan Hidup adalah pengadaan barang dan jasa yang
memprioritaskan barang dan jasa yang berlabel Ramah Lingkungan Hidup. Barang/jasa yang
dimasukan dalam kategori ramah lingkungan hidup merupakan barang/jasa, termasuk teknologi yang
telah menerapkan prinsip pelestarian, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Informasi
jenis produk yang sudah mendapatkan pengakuan sebagai Barang/Jasa Ramah Lingkungan Hidup
dapat diakses melalui laman: https://sibarjasramling.com/ atau dapat langsung menuju laman:
https://katalog.sibarjasramling.com/
e. Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan merek terhadap:
a) Komponen barang/jasa contoh: pengadaan keramik merek Ramon, WC duduk merek
TATA/Indonesian standar.
b) Suku cadang contoh: kompresor AC merek DAIKAN
c) Bagian dari satu sistem yang sudah ada contoh: Server Merk LENAVA
d) Barang/jasa dalam katalog elektronik; atau contoh: laptop merek ABC, Mobil merek X type V
Pemenuhan penggunaan produk sebagaimana tersebut di atas dilakukan sepanjang tersedia dan
mencukupi. Pengadaan dengan metode pemilihan Tender Cepat dimungkinkan penyebutan merek
terhadap suku cadang dan bagian dari sistem yang sudah ada.
Komponen minimal yang harus terdapat pada spesifikasi teknis antara lain spesifikasi mutu/kualitas,
spesifikasi jumlah, spesifikasi waktu dan spesifikasi layanan.
Dalam menyusun spesifikasi, sumber penyusunan spesifikasi dapat diperoleh dari:
a. Pengguna akhir (end user). Memanfaatkan keahlian dan pengetahuan pengguna untuk
memperoleh informasi terkait fungsi dan kinerja yang dibutuhkan dari barang/jasa yang akan
diadakan;
b. Industri barang/jasa seperti brosur, katalog, dsb, menggunakan spesifikasi dari berbagai pabrikan
yang menampilkan katalog produk mereka di internet melalui chatting pada official store online
shop;
c. Standar dan Informasi Pengujian dari tenaga ahli, komunitas profesional atau peneliti;
d. Instansi Pemerintah;
e. SDM Pendukung Ekosistem Pengadaan

a. Spesifikasi Mutu (Kualitas)


Mutu untuk barang/jasa diterjemahkan diantaranya ke dalam merek barang/jasa, standarisasi,
sampel, spesifikasi teknik, spesifikasi komposisi serta spesifikasi fungsi dan kinerja. Informasi
mengenai spesifikasi mutu barang harus diberikan dan dijelaskan kepada penyedia barang/jasa
untuk menghindari multi tafsir atau kesalahpahaman. Spesifikasi sebaiknya tidak terlalu detail
atau terlalu umum.
Spesifikasi mutu untuk jasa konsultansi diterjemahkan diantaranya ke dalam kualifikasi tenaga
ahli dan pengalaman pada bidang/sub bidang tertentu, pengalaman konsultan dalam bidang
tertentu, dan lain-lain. Untuk jasa konstruksi, termasuk dalam mutu adalah metode pelaksanaan
pekerjaan.
1) Merek
Merek (brand atau trade name) merupakan spesifikasi yang paling sederhana dan paling
mudah untuk dikomunikasikan ke penyedia barang/jasa. Penggunaan merek diperbolehkan
bila barang yang diperlukan merupakan: komponen barang/jasa, suku cadang, bagian dari
satu sistem yang sudah ada, dan Barang/jasa dalam katalog elektronik.
2) Standarisasi
Standar memungkinkan penyedia barang/jasa dan pembeli berkomunikasi dalam bahasa
yang sama, baik melalui istilah, parameter, simbol, maupun terminologi. Standar meliputi
diantaranya:
a) Standar komposisi, misalnya : kandungan zat tertentu pada minuman.
b) Standar dimensi, misalnya : ukuran panjang.
c) Standar kinerja, mutu, dan keamanan produk.
d) Persyaratan teknis (Technical Requirement).
e) Standar inspeksi dan pengujian.
f) Peraturan atau pedoman yang terkait.
Contoh spesifikasi mutu/kualitas berdasarkan standarisasi diantaranya helm yang
dibutuhkan memiliki standarisasi Standar Nasional Indonesia (SNI) 1811:2007.
3) Sampel
Sampel sering digunakan bila spesifikasi agak sulit dijelaskan dalam deskripsi katakata,
misalnya warna yang spesifik, bahan maupun bentuk tertentu dalam pengadaan kain,
pakaian, seminar kit dan lain-lain. Sehingga, penyedia barang/jasa sering juga diminta
memberikan sampel sebelum menyerahkan barang yang hendak dipasoknya.
4) Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknik umumnya meliputi diantaranya:
a) Karakteristik fisik (dimensi, kekuatan, dan sebagainya).
b) Detil desain.
c) Material yang digunakan.
d) Metode produksi/pelaksanaan.
e) Persyaratan pemeliharaan.
f) Persyaratan operasi.
5) Spesifikasi Komposisi
Spesifikasi komposisi merupakan bentuk spesifikasi yang menyatakan susunan zat suatu
barang dengan karakteristik masing-masing unsur pembentuknya. Spesifikasi komposisi
juga sering digunakan pada barang/jasa yang memerlukan batasan peraturan lingkungan
hidup. Misalnya, kadar cat pada mainan anak-anak dan bahan kimia pada obat.
6) Spesifikasi Fungsi dan Kinerja
Spesifikasi fungsi dinyatakan dalam fungsi-fungsi yang harus dipenuhi oleh barang/jasa yang
dibeli. Spesifikasi kinerja menyatakan tingkat kemampuan dari fungsi-fungsi barang/jasa
tersebut. Misalnya : kendaraan yang mampu mengangkut barang sebesar 5 metrik ton (MT)
di daerah pegunungan (spesifikasi fungsi) dengan konsumsi bensin maksimum 11 km per
liter (spesifikasi kinerja).

b. Spesifikasi Jumlah
Untuk menentukan spesifikasi Jumlah dalam Pengadaan Barang/Jasa, harus dipertimbangkan
jumlah penggunaan barang/jasa di masa lalu dan memperkirakan kecenderungan kebutuhan
barang/jasa tersebut di masa yang akan datang. Jumlah kebutuhan barang dapat diperkirakan
berdasarkan beberapa pendekatan berikut ini:
1) Perhitungan sederhana
Menghitung kebutuhan untuk tahun mendatang, dengan mengurangi jumlah perkiraan hasil
perhitungan kebutuhan untuk tahun depan dengan jumlah stok barang yang ada pada saat
ini.
2) Moving Average
Merupakan pendekatan kuantitatif yang paling mudah dan paling banyak digunakan dalam
praktek. Contoh perhitungan kebutuhan suatu barang dengan Pendekatan Moving Average
Tabel 3.2 Histori kebutuhan barang di tahun 2015 – 2020
Tahun Kebutuhan
2015 125
2016 120
2017 128
2018 135
2019 139
2020 142
Maka, perkiraan kebutuhan barang di tahun 2021 yang dihitung dengan pendekatan Moving
Average adalah sebagai berikut :
● Moving Average 3 tahun: (135 + 139 + 142)/3 = 138,6
● Moving Average 4 tahun: (128 + 135 + 139 + 142)/4 = 136
● Moving Average 6 tahun: (120 + 128 + 135 + 139 + 142)/5 = 132,8

c. Spesifikasi Waktu
Spesifikasi waktu mencakup diantaranya adalah spesifikasi jadwal kedatangan barang/jasa,
lokasi kedatangan barang, metode transportasi dan pengepakan.

d. Spesifikasi Pelayanan
Tingkat layanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak dan berdampak biaya
bagi penyedia barang/jasa, sehingga akan mempengaruhi besarnya nilai penawaran. Contohnya
antara lain menyediakan jasa bantuan (helpdesk service) yang siap selama 24 jam tiap hari
selama masa percobaan operasi, waktu tanggapan (respond time) dan ketepatan waktu (fix time)
yang jelas, ketika ada keluhan (misalnya ada kerusakan dari barang yang dikirim), pelatihan ,
garansi, layanan purna jual dan masa pemeliharaan.

KERANGKA ACUAN KERJA


Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah dokumen perencanaan kegiatan yang berisi
penjelasan/keterangan mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, dan berapa
perkiraan biayanya pada pengadaan jasa konsultansi. KAK merupakan gambaran umum dan
penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai. KAK jasa konsultansi paling sedikit
berisi antara lain:
a. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
pekerjaan, dan produk yang dihasilkan (output)
b. Waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan memperhatikan
batas akhir efektif tahun anggaran
c. Spesifikasi teknis jasa konsultansi yang akan diadakan mencakup kompetensi tenaga ahli yang
dibutuhkan

EVALUASI
1. Karakteristik total dari barang/jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna barang/jasa yang
dinyatakan secara tertulis merupakan pengertian:
A. Identifikasi kebutuhan
B. Spesifikasi
C. Spesifikasi/KAK
D. Kerangka Acuan Kerja
2. Spesifikasi memberikan informasi kepada penyedia apa yang dibutuhkan user, merupakan fungsi
spesifikasi:
A. Media Komunikasi dan perbandingan
B. Media Komunikasi
C. Perbandingan penawaran
D. Media pemenuhan kebutuhan
3. PPK menggunakan produk dalam negeri, produk bersertifikat SNI, produk usaha mikro dan kecil
serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri, produk ramah lingkungan hidup
A. Penyusunan spesifikasi teknis/ KAK
B. Penyusunan Rencana Anggaran Belanja
C. Penyusunan Identifikasi Kebutuhan
D. Penyusunan paket PBJ
4. Komponen minimal yang harus terdapat pada spesifikasi teknis antara lain
A. mutu/kualitas, harga spesifikasi jumlah, spesifikasi waktu dan spesifikasi
layanan.
B. mutu/kualitas, harga, spesifikasi jumlah, dan spesifikasi layanan.
C. mutu/kualitas, spesifikasi jumlah, spesifikasi waktu dan spesifikasi layanan.
D. mutu/kualitas, harga ,spesifikasi jumlah, spesifikasi fungsi dan spesifikasi
layanan
5. KAK jasa konsultansi paling sedikit berisi antara lain:
A. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
pekerjaan, dan produk yang dihasilkan (output)
B. Waktu pengiriman yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan memperhatikan
batas akhir efektif tahun anggaran
C. Spesifikasi teknis jasa konsultansi yang akan diadakan mencakup kompetensi tenaga lain yang
dibutuhkan
D. Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi
pekerjaan, dan produk yang dihasilkan (output)
PENYUSUNAN PERKIRAAN HARGA UNTUK SETIAP TAHAPAN
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERKIRAAN HARGA
Perkiraan harga menjadi salah satu faktor untuk mendapatkan barang/jasa secara efektif, efisien dan
ekonomis. Perkiraan harga merupakan proses penjumlahan elemen-elemen biaya, dengan
menggunakan metode tertentu dan data yang valid, untuk memperkirakan biaya program, kegiatan
atau pekerjaan dimasa mendatang berdasarkan data dan informasi yang telah diketahui pada saat ini.
Penyusunan perkiraan harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri dari penyusunan Rencana
Anggran Biaya/RAB dan penyusunan perkiraan harga sendiri/HPS. Untuk peningkatan kualitas
perencanaan PBJ Penyusunan RAB sesuai spesifikasi teknis/KAK merupakan salah satu yang harus
dipertimbangkan PA selaku penanggung jawab kegiatan dalam melakukan penyusunan RKA, yang
didalamnya terdapat pengadaan barang/jasa. Pada tahapan perencanaan untuk anggaran pengadaan,
PPK melakukan reviu terhadap ketersediaan biaya pendukung pada RKA K/L atau RKA PD, sedangkan
pada tahapan persiapan pengadaan dilakukan penyusunan dan penetapan HPS.

Peningkatan Persiapan
Kualitas Perencanaan Pengadaan
Perencanaan

Penyusunan Anggaran Penyusunan


RAB Pengadaan HPS

Gambar 4.1 Pemetaan Penyusunan Perkiraan Harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PENYUSUNAN RAB PENYUSUNAN HPS

Bersamaan dengan Penyusunan HPS dapat dilaksanakan setelah RKA-


penyusunan RKA K/L K/L disetujui oleh DPR atau RKA Perangkat Daerah
atau RKA PD disetujui oleh DPRD. Untuk Pengadaan Barang/Jasa
yang pelaksanaan kontraknya harus dimulai pada
awal tahun, dapat dilaksanakan setelah penetapan
Pagu Anggaran K/L atau persetujuan RKA
Perangkat Daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Gambar 4.2 Pemetaan Waktu Penyusunan Perkiraan Harga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN BELANJA/RAB


Rencana Anggaran Belanja/RAB pengadaan adalah rincian detail kebutuhan anggaran untuk mencapai
output Pengadaan Barang/Jasa. RAB disusun dengan cara memasukkan rincian alokasi anggaran yang
dibutuhkan untuk setiap komponen kegiatan dalam suatu pekerjaan. Tahapan Penyusunan RAB
Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagi berikut:
a. Pengumpulan Data dan Informasi
b. Identifikasi Komponen Pekerjaan
c. Penentuan komponen biaya dan/atau harga satuan
d. Penyusunan Rincian RAB

a. Pengumpulan Data dan Informasi Penyusunan RAB


Data dan informasi untuk penyusunan perkiraan biaya/RAB dapat bersumber dari internal dan
eksternal organisasi, yaitu
1) Sumber Internal
Data dari sumber internal adalah data atau informasi yang berasal dari dalam organisasi,
seperti informasi mengenai pembelanjaan periode sebelumnya yang merupakan hasil dari
Spend Analysis. Selain itu, data internal juga bisa didapat dari satuan kerja atau unit kerja
lainnya yang dapat digunakan sebagai pembanding terhadap harga ataupun data harga
penawaran pada pengadaan periode sebelumnya.
2) Sumber Eksternal
Data dari sumber eksternal adalah data yang berasal dari luar organisasi, seperti publikasi
dari media ataupun sumber informasi lainnya. Sumber eksternal diperlukan untuk
memverifikasi harga yang ada dalam anggaran internal organisasi terhadap harga pasar, atau
sebagai acuan penentuan harga (benchmark). Informasi ini bisa didapatkan dari internet,
chating lewat online shop (official store), calon pemasok, asosiasi, atau publikasi daftar harga.
Selain informasi harga, informasi dari eksternal juga mencakup informasi mengenai hal yang
mempengaruhi perubahan dan pergerakan harga seperti tingkat inflasi,
keterbatasan/kelebihan persediaan, ketergantungan terhadap pemasok tertentu, pergerakan
harga komoditas domestik atau dunia, perubahan peraturan pemerintah, perubahan nilai
tukar uang, dan lain-lain.
b. Identifikasi Komponen Pekerjaan
Identifikasi pekerjaan diawali dengan melakukan pentahapan kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan gambaran detail tentang kegiatan-kegiatan yang ada di dalam suatu pengadaan,
sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat diukur, dianggarkan, dijadwalkan, serta dikendalikan
dengan baik. Teknik yang umum digunakan adalah Work Breakdown Structure (WBS) atau
Struktur Rincian Kerja.
Work Breakdown Structure adalah sarana untuk memetakan dan merinci komponen-komponen
kegiatan secara mendetail sebagai turunan dari suatu pekerjaan sehingga proses integrasi dan
koordinasi antar kegiatan dapat dipastikan untuk mencapai keluaran sebuah pekerjaan.
Sebagai contoh, berikut ini adalah Work Breakdown Structure dari pekerjaan Pengadaan Genset,
terbagi menjadi 2 fase pekerjaan yaitu Persiapan dan Pelaksanaan. Masing-masing fase pekerjaan
ini mengandung beberapa kegiatan di bawahnya. Untuk paket pekerjaan perencanaan,
dibutuhkan survey dan instalasi. Sedangkan dalam pelaksanaan, terdapat kegiatan pengadaan
genset dan pemasangan
c. Penentuan Komponen Biaya dan/atau Harga Satuan
Setelah mengetahui komponen-komponen pekerjaan maka kita akan menentukan komponen
biaya dan/atau harga satuan untuk setiap jenis pengadaan B/J. Anggaran pengadaan barang/jasa
merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan, antara lain:
1) Biaya barang/jasa yang dibutuhkan; dan
2) Biaya pendukung. Komponen apa saja yang termasuk dalam biaya barang/jasa, antara lain:
3) Biaya yang termasuk pada komponen sebagaimana ada dalam spesifikasi teknis/KAK;
4) Biaya barang/jasa dapat meliputi namun tidak terbatas pada: harga barang, biaya pengiriman,
biaya suku cadang dan purna jual, biaya personil, biaya non personil, biaya material/bahan,
biaya peralatan, biaya pemasangan; dan/atau biaya sewa. Yang dimaksud dengan biaya
pendukung meliputi namun tidak terbatas pada: biaya pelatihan, biaya instalasi dan testing,
biaya administrasi; dan/atau biaya lainnya.
Biaya administrasi meliputi dan tidak terbatas pada sebagai berikut:
1) Biaya pengumuman;
2) Biaya survei lapangan;
3) biaya survei pasar;
4) honorarium para pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
5) Penggandaan dokumen.
Berdasarkan jenis pengadaannya, perkiraan biaya yang perlu dianggarkan adalah sebagai
berikut:
1) Komponen biaya yang perlu diperhitungkan dalam Barang antara lain:
a) Harga barang;
b) Biaya pengiriman;
c) Biaya instalasi;
d) Suku cadang;
e) Biaya operasional dan pemeliharaan;
f) Biaya pelatihan;
g) Biaya tidak langsung lainnya;
h) Keuntungan; dan/atau
i) Pajak Pertambahan Nilai.
2) Komponen biaya yang perlu diperhitungkan dalam Jasa Konsultansi Nonkonstruksi antara
lain:
a) Biaya langsung personel (Remuneration) yaitu biaya langsung yang diperlukan untuk
membayar remunerasi tenaga ahli berdasarkan kontrak. Biaya langsung personel ini
telah memperhitungkan gaji dasar (basic salary), beban biaya social (social charge),
beban biaya tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/ fee); dan
b) Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost) yaitu biaya langsung yang
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kontrak yang dibuat dengan
mempertimbangkan dan berdasarkan harga pasar yang wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan perkiraan kegiatan. Biaya langsung non
personel di antaranya pengumpulan data sekunder, seminar, workshop, sosialisasi,
pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei, biaya tes laboratorium, hak cipta, sewa
kendaraan, sewa kantor proyek, sewa peralatan kantor, biaya operasional kantor proyek,
biaya ATK, biaya computer dan pencetakan, biaya komunikasi, dan tunjangan harian
3) Komponen biaya yang perlu diperhitungkan dalam Jasa Lainnya antara lain:
a) Upah tenaga kerja/imbalan jasa personil;
b) Penggunaan bahan/ material/ peralatan;
c) Keuntungan dan biaya tidak langsung (overhead);
d) Transportasi; dan/atau
e) Biaya lain berdasarkan jenis Jasa Lainnya.

Berdasarkan identifikasi komponen biaya yang sudah disusun, langkah selanjutnya adalah
melakukan identifikasi atas harga satuan tiap komponen tersebut berdasarkan analisis pasar.
Harga satuan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh suatu item barang/jasa.
Sumber informasi harga satuan yang digunakan pada tahap penyusunan anggaran harus
diperoleh dari data yang sah, wajar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penentuan harga satuan
dapat didasarkan pada:
1) Standar Biaya, seperti Standar Biaya Masukan (SBM), Standar Biaya Daerah (SBD), dan
Standard Biaya Keluaran (SBK).
2) Harga pasar. Survey standar harga di pasar diperlukan ketika harga suatu barang/jasa
tidak terdapat dalam SBM dan SBD. Data ini bisa didapatkan dari calon-calon pemasok di
pasar.
Pada pengadaan barang, harga setiap barang sudah mencakup harga pokok dan harga pendukung
lainnya. Untuk pengadaan jasa, terdapat kumpulan aktivitas-aktivitas untuk setiap pekerjaannya.
Harga satuan dari setiap aktivitas tersebut didapatkan dari kumpulan harga pokok pekerjaan dan
harga pendukungnya.
d. Penyusunan RAB
Penyusunan RAB disusun dengan cara memasukkan rincian alokasi anggaran yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan dalam suatu pekerjaan. RAB sekurang-kurangnya memuat
komponen/tahapan, rincian komponen biaya, volume, satuan ukur, biaya satuan ukur dari suatu
keluaran kegiatan seperti honorarium yang terkait dengan keluaran, bahan, jasa profesi,
perjalanan, jumlah volume dan total jumlah biaya.
Contoh format sederhana RAB bisa dilihat di Tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Contoh Rencana Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pengadaan Pekerjaan A
PA/KPA
K/L/D/I : Satker/SKPD : PPK :
Pekerjaan :
Lokasi :
Tahun :
No Uraian Unit/Satuan Jumlah Harga Total Biaya
(a) Satuan (b) (axb)
I Biaya Pengadaan Barang
Bahan/Material
1
Jumlah I
II Biaya Pengadaan Komponen Suku
Cadang
1
Jumlah II
III
Biaya Pengadaan alat bantu kerja
1
Jumlah III
IV Biaya Pengadaan Tenaga Kerja
1
Jumlah IV
V Biaya operasional peralatan
1
2
Jumlah V
VI Biaya Logistik Pengadaan
barang/material
1
Jumlah VI
VII Biaya Administrasi
1
Jumlah VII
VIII Biaya honorium tim pelaksana
Jumlah VIII
Jumlah Seluruh Biaya
PPN 11%
Total Biaya (I+II. .. +VIII)
PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI/HPS
HPS (Harga Perkiraan Sendiri), yakni perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK di tahap
Persiapan Pengadaan. PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas memberikan
masukan dalam penyusunan HPS. Nilai HPS merupakan perkiraan harga Barang/Jasa yang telah
memperhitungkan semua komponen biaya sampai dengan siap digunakan dan dimanfaatkan oleh
pengguna ditambah biaya tak langsung/overhead dan keuntungan. Untuk menghindari risiko,
penyusunan HPS harus didasarkan kepada metode yang dapat dipertanggungjawabkan serta
berdasarkan data yang relevan, aktual dan dapat diandalkan.
Kegunaan HPS adalah untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran harga satuan,
dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya dan dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi
penawaran yang nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.
a. Ketentuan dalam Penyusunan dan Penetapan HPS
1) HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
2) HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak langsung (overhead cost).
a) Keuntungan (Laba) adalah selisih lebih antara harga penjualan yang lebih besar dari
harga pembelian atau biaya produksi (KBBI, 2018).
b) Management Fee (biaya manajemen/pengelolaan) adalah presentasi tertentu yang
dialokasikan (dikutip) sebagai imbalan jasa dalam mengelola suatu pekerjaan. Contoh
kegiatan pengelolaan suatu kegiatan atau suatu investasi. Jadi manajemen fee sama
dengan keuntungan.
c) Biaya tidak Langsung (overhead cost) adalah biaya yang tidak secara langsung berkaitan
dengan produksi Contohnya biaya iklan, biaya pemasaran dll
d) Nilai HPS tidak bersifat rahasia namun rinciannya rahasia
e) HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.
f) Fungsi HPS digunakan sebagai:
(1) Alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran harga satuan;
(2) Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya; dan
(3) Dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan Pelaksanaan bagi penawaran yang
nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.
3) Penyusunan HPS dikecualikan untuk:
a) Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling banyak Rp. 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah),
b) E-Purchasing, dan
c) Tender pekerjaan terintegrasi.
4) Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir untuk:
a) Pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau
b) Pemasukan dokumen kualifikasi untuk
pemilihan dengan prakualifikasi.

b. Proses Menyusun HPS


PPK menyusun HPS berdasarkan pada:
1) Hasil perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah disusun pada tahap
perencanaan pengadaan;
2) Pagu Anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA atau untuk proses pemilihan yang dilakukan
sebelum penetapan DIPA/DPA mengacu kepada Pagu Anggaran yang tercantum dalam RKA
K/L atau RKA Perangkat Daerah; dan
3) Hasil reviu perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) termasuk komponen keuntungan,
biaya administrasi, biaya pengiriman biaya tidak langsung (overhead cost), dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Melakukan penyesuaian harga yang diperlukan berdasarkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini diperlukan bila data yang diperoleh adalah harga
pasar saat ini atau kontrak sejenis beberapa tahun yang lalu. Harga tersebut mungkin tidak
mencerminkan harga saat pelaksanaan anggaran. Oleh karena itu, harga perlu disesuaikan
berdasarkan indeks dari BPS atau berdasarkan inflasi yang telah terjadi.

c. Data/Informasi dalam Menyusun HPS


Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun HPS antara lain:
1) Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pemilihan Penyedia;
2) Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
3) Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi. Yang dimaksud
dengan asosiasi adalah asosiasi profesi keahlian, baik yang berada di dalam negeri maupun
di luar negeri. Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan termasuk pula sumber data
dari situs web komunitas internasional yang menayangkan informasi biaya/harga satuan
profesi keahlian di luar negeri yang berlaku secara internasional termasuk dimana
Pengadaan Barang/Jasa akan dilaksanakan;
4) Daftar harga/biaya/tarif barang/jasa setelah dikurangi rabat/potongan
harga (apabila ada) yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor/agen/pelaku usaha dengan
memperhatikan masa berlaku potongan harga dari pabrikan/distributor/agen/pelaku usaha
tersebut;
5) Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga pinjaman tahun berjalan dan/atau kurs tengah valuta
asing terhadap rupiah di Bank Indonesia;
6) Hasil perbandingan biaya/harga satuan barang/jasa sejenis dengan Kontrak yang pernah atau
sedang dilaksanakan;
7) Perkiraan perhitungan biaya/harga satuan yang dilakukan oleh konsultan perencana
(engineer’s estimate);
8) Informasi harga yang diperoleh dari toko daring;
9) Informasi biaya/harga satuan barang/jasa di luar negeri untuk tender/seleksi internasional;
dan/atau
10) Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain, dan Pajak Penghasilan
(PPh).

d. Penyusunan HPS berdasar Jenis Pengadaan


Perhitungan HPS untuk masing-masing jenis barang/jasa sebagai berikut:
1) Barang
Perhitungan HPS untuk barang dapat memperhitungkan komponen biaya antara lain:
a) Harga barang;
b) Biaya pengiriman
c) Biaya instalasi;
d) Suku cadang;
e) Biaya operasional dan pemeliharaan;
f) Biaya pelatihan;
g) Biaya tidak langsung lainnya;
h) Keuntungan; dan/atau
i) Pajak Pertambahan Nilai.
2) Jasa Konsultansi Nonkonstruksi
Perhitungan HPS untuk Jasa Konsultansi Nonkonstruksi dapat menggunakan:
a) Metode Perhitungan berbasis Biaya (cost-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan tariff berbasis biaya terdiri
dari :
1) Biaya langsung personel (Remuneration); dan
2) Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
Biaya Langsung Personel adalah biaya langsung yang diperlukan untuk membayar
remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak. Biaya Langsung Personel telah
memperhitungkan gaji dasar (basic salary), beban biaya sosial (social charge), beban
biaya tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/fee).
Biaya Langsung Personel dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan
(SBOB), minggu (SBOM), hari (SBOH), atau jam (SBOJ), dengan konversi menurut satuan
waktu sebagai berikut:
Satuan Biaya Orang Minggu (SBOM) = SBOB/4,1 Satuan Biaya Orang Hari (SBOH) =
(SBOB/22) x 1,1 Satuan Biaya Orang Jam (SBOJ) = (SBOH/8) x 1,3
Biaya Langsung Non Personel adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan Kontrak yang dibuat dengan mempertimbangkan dan berdasarkan harga
pasar yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan perkiraan
kegiatan. Biaya Non Personel dapat dibayarkan secara Lumsum, Harga Satuan dan/atau
penggantian biaya sesuai yang dikeluarkan (at cost).
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan secara Lumsum diantaranya pengumpulan
data sekunder, seminar, workshop, sosialisasi, pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei,
biaya tes laboratorium, hak cipta dan lain-lain. Biaya Non Personel yang dapat
dibayarkan secara Harga Satuan diantaranya sewa kendaraan, sewa kantor proyek, sewa
peralatan kantor, biaya operasional kantor proyek, biaya ATK, biaya komputer dan
pencetakan, biaya komunikasi dan tunjangan harian.Biaya Non Personel yang dapat
dibayarkan melalui penggantian biaya sesuai yang dikeluarkan (at cost) diantaranya
dokumen perjalanan, tiket transportasi, biaya perjalanan, biaya kebutuhan proyek dan
biaya instalasi telepon/internet/situs web. Biaya Langsung Non Personel pada prinsipnya
tidak melebihi 40% (empat puluh persen) dari total biaya, kecuali untuk jenis pekerjaan
konsultansi Nonkonstruksi yang bersifat khusus, seperti: pekerjaan penilaian aset, survei
untuk memetakan cadangan minyak bumi, pemetaan udara, survei lapangan,
penyelidikan tanah dan lain- lain.
b) Metode Perhitungan Berbasis Pasar (market-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis pasar dilakukan
dengan membandingkan biaya untuk menghasilkan keluaran pekerjaan/output dengan
tarif/harga yang berlaku di pasar. Contoh : jasa konsultansi pembuatan website, jasa
konsultansi pembuatan aplikasi open- source.
c) Metode Perhitungan Berbasis Keahlian (value-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis keahlian dilakukan
dengan menilai tarif berdasarkan ruang lingkup keahlian/reputasi/hak eksklusif yang
disediakan/dimiliki jasa konsultan tersebut. Contoh : jasa konsultansi penilai integritas
dengan menggunakan sistem informasi yang telah memiliki hak paten.

3) Jasa Lainnya
Perhitungan HPS untuk Jasa Lainnya harus memperhitungkan komponen biaya sesuai dengan
ruang lingkup pekerjaan antara lain:
a) Upah Tenaga Kerja/Imbalan Jasa Personil;
b) Penggunaan Bahan/Material/Peralatan;
c) Keuntungan dan biaya tidak langsung (overhead);
d) Transportasi; dan/atau
e) Biaya lain berdasarkan jenis jasa lainnya.
4) Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultan Konstruksi
Perhitungan HPS untuk Tender Pekerjaan Konstruksi dapat berdasarkan hasil perhitungan
biaya yang dilakukan oleh konsultan perancang (engineer’s estimate) berdasarkan detailed
engineering design. Perhitungan HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak
langsung untuk Pekerjaan Konstruksi paling banyak 15% (lima belas persen).
Langkah-langkah penyusunan HPS Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut:
a) Identifikasi komponen-komponen biaya dalam analisa harga satuan yang terdiri dari:
(1) Komponen biaya upah (tenaga kerja)
(2) Komponen biaya bahan (material)
(3) Komponen Alat (perlengkapan)
b) Identifikasi mengenai dasar penetapan volume masing-masing komponen berdasarkan
volume menurut gambar atau desain.
c) Identifikasi harga satuan komponen-komponen tersebut sampai lokasi pekerjaan
menggunakan informasi hasil Analisis Pasar yang telah dilakukan.
d) Lakukan pengujian kecermatan penjumlahan biaya-biaya komponen tersebut
Perhitungan HPS untuk Jasa Konsultansi Konstruksi dapat menggunakan:
1) Metode Perhitungan berbasis Biaya (cost-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan tarif berbasis biaya:
a) Biaya langsung personel (Remuneration); dan
b) Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
Biaya Langsung Personel adalah biaya langsung yang diperlukan untuk membayar
remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak. Biaya Langsung Personel telah
memperhitungkan gaji dasar (basic salary), beban biaya sosial (social charge), beban
biaya tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/fee).
Biaya Langsung Personel dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan
(SBOB), minggu (SBOM), hari (SBOH), atau jam (SBOJ)),dengan konversi menurut satuan
waktu sebagai berikut:
Satuan Biaya Orang Minggu (SBOM) = SBOB/4,1 Satuan Biaya Orang Hari (SBOH) =
(SBOB/22) x 1,1 Satuan Biaya Orang Jam (SBOJ) = (SBOH/8) x 1,3
Biaya Langsung Non Personel adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan Kontrak yang dibuat dengan mempertimbangkan dan berdasarkan harga
pasar yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan perkiraan
kegiatan. Biaya Non Personel dapat dibayarkan secara Lumsum, Harga Satuan dan/atau
penggantian biaya sesuai yang dikeluarkan (at cost).
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan secara Lumsum diantaranya pengumpulan
data sekunder, seminar, workshop, sosialisasi, pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei,
biaya tes laboratorium, hak cipta dan lainlain. Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan
secara Harga Satuan diantaranya sewa kendaraan, sewa kantor proyek, sewa peralatan
kantor, biaya operasional kantor proyek, biaya ATK, biaya komputer dan pencetakan,
biaya komunikasi dan tunjangan harian.
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan melalui penggantian biaya sesuai yang
dikeluarkan (at cost) diantaranya dokumen perjalanan, tiket transportasi, biaya
perjalanan, biaya kebutuhan proyek dan biaya instalasi telepon/internet/situs web. Biaya
Langsung Non Personel pada prinsipnya tidak melebihi 40% (empat puluh persen) dari
total biaya, kecuali untuk jenis Jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat khusus.
2) Metode Perhitungan Berbasis Pasar (market-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis pasar dilakukan
dengan membandingkan biaya untuk menghasilkan keluaran pekerjaan/output dengan
tarif/harga yang berlaku di pasar.
3) Metode Perhitungan Berbasis Keahlian (value-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis keahlian dilakukan
dengan menilai tarif berdasarkan ruang lingkup keahlian/reputasi/hak eksklusif yang
disediakan/dimiliki jasa konsultansi tersebut.

e. Penetapan dan Pendokumentasian


PPK menetapkan HPS dengan menandatangani pada lembar persetujuan/penetapan. HPS yang
sah adalah yang telah ditandatangani oleh PPK. Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh
delapan) hari kerja sebelum batas akhir untuk:
1) Pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau
2) Pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.
PPK mendokumentasikan data riwayat dan informasi pendukung dalam rangka penyusunan HPS.
Penetapan HPS dikecualikan untuk :
1) Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
2) E-purchasing; dan
3) Tender pekerjaan terintegrasi.

EVALUASI
1. Tahapan Penyusunan RAB Pengadaan Barang/Jasa adalah sebagai berikut: :
A. Pengumpulan Data dan Informasi, Identifikasi Komponen Pekerjaan, Penentuan komponen
biaya dan/atau harga satuan dan penyusunan Rincian RAB
B. Pengumpulan Data dan Informasi, Identifikasi Komponen Pekerjaan, Penentuan komponen
biaya dan/atau harga satuan
C. Pengumpulan Data dan Informasi, identifikasi komponen biaya dan/atau harga satuan dan
penyusunan Rincian RAB
D. Pengumpulan Data dan Informasi, Identifikasi Komponen Pekerjaan, Penentuan komponen
biaya dan/atau biaya pendukung dan penyusunan Rincian RAB
2. Informasi yang didapatkan dari internet, chating lewat online shop (official store), calon pemasok,
asosiasi, atau publikasi daftar harga, merupakan:
A. Sumber data eksternal
B. Sumber data internal
C. Data atau informasi yang berasal dari dalam organisasi
D. Sumber data eksternal yang berasal dari dalam organisasi
3. Identifikasi pekerjaan diawali dengan melakukan pentahapan kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan gambaran detail tentang kegiatan- kegiatan yang ada di dalam suatu pengadaan,
sehingga kegiatan- kegiatan tersebut dapat diukur, dianggarkan, dijadwalkan, serta dikendalikan
dengan baik. Teknik yang umum digunakan adalah
A. Work Breakdown Structure (WBS) atau Struktur Rincian Kerja.
B. Spend Analysis
C. Supply Positioning Model
D. Fishbone Diagrams
4. Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi profesi keahlian, baik
yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri, merupakan salah satu sumber :
A. Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun HPS
B. Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun rencana kegiatan
C. Data/informasi yang dapat digunakan untuk melakukan Spend Analysis
D. Data/informasi yang dapat digunakan untuk menyusun strategi organisasi
5. Biaya yang diperlukan untuk membayar remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak. Biaya
Langsung Personel telah memperhitungkan gaji dasar (basic salary), beban biaya sosial (social
charge), beban biaya tidak langsung (overhead cost), dan keuntungan (profit/fee).
A. Biaya langsung personel (Remuneration)
B. Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
C. Biaya tidak langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
D. Biaya tidak langsung personel (Remuneration)
PERUMUSAN STRATEGI PENGADAAN, PEMAKETAN, DAN CARA PENGADAAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

STRATEGI PENGADAAN
Tujuan organisasi dibuat secara umum dan untuk kepentingan organisasi. Tujuan organisasi dibuat
berjangka yang terdiri dari tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tujuan
organisasi dibuat sebagai acuan arahan bagi organisasi dan seluruh unsur di dalamnya dalam
mencapai tujuan tersebut sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih efisien dan terarah.
Dalam penyusunan perencanaan dan kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa, memahami tujuan organisasi
sangat bermanfaat untuk meminimalisir pengeluaran yang tidak sesuai dan tidak mendukung kegiatan
pencapaian tujuan organisasi.
Salah satu tujuan sebuah organisasi publik adalah meningkatkan layanan kepada masyarakat, hal ini
dapat dicapai diantaranya dengan meningkatkan kualitas spesifikasi teknis yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan untuk mendapatkan barang yang berkualitas dan dapat meningkatkan kinerja
pelayanan organisasi.
Contoh:
Di sebuah rumah sakit, pengadaan obat dan alat kesehatan merupakan kebutuhan utama. Apabila
pengadaan obat dan alat kesehatan tersebut terganggu, maka pelayanan kepada masyarakat tidak
maksimal. Sehingga tujuan utama rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat tidak tercapai.
Setiap organisasi mempunyai strategi organisasi. Strategi merupakan cara yang dilakukan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi harus mengembangkan sebuah strategi yang bertujuan
untuk mencapai tujuannya. Definisi strategi menurut Schendel & Hofer (1979) Strategi memberikan
arahan yang disarankan untuk organisasi, yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuannya
dan untuk menanggapi peluang dan ancaman di lingkungan eksternal.
Pengadaan barang/jasa tidak dapat dianggap sebagai kegiatan rutin/administratif atau kegiatan
sampingan saja, melainkan harus dipandang sebagai suatu kegiatan yang strategis yang harus
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat.
Strategi Pengadaan adalah usaha terbaik yang dilakukan untuk mencapai tujuan pengadaan dalam
mendapatkan barang/jasa yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, tepat sumber, dan tepat
harga berdasarkan prinsip dan etika pengadaan. Strategi pengadaan yang ditetapkan diturunkan
dalam bentuk pemaketan dan cara Pengadaan Barang/Jasa.
Setiap paket tersebut kemudian perlu ditetapkan cara pengadaan, yakni cara memperoleh barang/jasa,
baik yang dilakukan sendiri (swakelola) ataupun yang disediakan oleh penyedia, termasuk dalam hal
ini adalah penjadwalan pengadaan.

PERUMUSAN STRATEGI PENGADAAN


Untuk menerapkan suatu strategi yang tepat dalam pengadaan barang/jasa, setiap K/L/PD harus
mengetahui dengan tepat jenis kebutuhan dan besaran belanja masing-masing jenis barang/jasa yang
dibutuhkan. Barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh satker dapat dikelompokkan berdasarkan
manfaat barang/jasa dalam menunjang upaya pencapaian target kinerja instansi.
Perumusan strategi dilakukan berdasarkan beberapa kelompok/kategori yaitu:
a. Strategi yang dikembangkan berdasarkan tujuan dan kebijakan pengadaan.
b. Strategi berdasarkan proses pada tahap perencanaan.
c. Strategi berdasarkan kategori barang/jasa model Supply Positioning Model (routine, Leverage,
bottleneck, dan critical).

STRATEGI PENGADAAN BERDASARKAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PBJP


Tujuan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut:
1) Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
2) Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
3) Mewujudkan pemerataan ekonomi dan memberikan perluasan kesempatan berusaha
4) Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi
5) Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
6) Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatannya
7) Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
8) Meningkatkan pengadaan berkelanjutan.
Sedangkan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
1) Meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
2) Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan, terbuka, dan kompetitif;
3) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia
Pengadaan Barang/Jasa;
4) Mengembangkan E-marketplace;
5) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi
elektronik;
6) Mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan Standar Nasional Indonesia (SNI);
7) Memberi kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;
8) Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; dan
9) Melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan

STRATEGI PENGADAAN BERDASARKAN PROSES PADA TAHAP PERENCANAAN PBJP


Berdasarkan lingkup perencanaan pengadaan dapat disusun strategi operasional PBJP antara lain:
1) Pilihan swakelola atau melalui penyedia
2) Pemaketan, termasuk konsolidasi atau terpecah
3) Swakelola dengan tenaga ahli atau tidak menggunakan tenaga ahli

STRATEGI PENGADAAN BERDASARKAN KATEGORI BARANG/JASA SUPPLY POSITIONING MODEL


Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah strategi pengadaan yang tepat dengan membagi
pekerjaan-pekerjaan ke dalam kelompok pemaketan yang sesuai dengan tujuannya. Dengan
mengelompokkan dalam bentuk paket ini maka akan diketahui jenisnya, nilainya, kompleksitasnya,
risikonya, penyedianya banyak atau terbatas, tersedianya barang substitusi atau tidak, bisakah barang
diadakan sendiri, dll. Pengelompokan barang kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan analisis
berdasarkan Supply Positioning Model.
Supply Positioning Model adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengadaan pada suatu satker/instansi sehingga dapat ditentukan prioritas pengadaan barang/jasa.
Supply Positioning Model (SPM) adalah suatu model yang dikembangkan oleh Peter Kraljic untuk
mengkategorikan barang dan jasa berdasarkan nilai pembelian (Value of Purchase) dan besar kecilnya
risiko (Level of Risk). Tujuan dari pengkategorian ini adalah untuk membantu dalam membuat skala
prioritas penggunaan sumber daya dan waktu serta membantu dalam mengembangkan strategi
pasokan barang/jasa. Model ini mempresentasikan dua sumbu, sumbu X dan Y, yang memiliki arti
sebagai berikut:
Gambar 5.2 Supply Positioning Model

Sumbu X menggambarkan jumlah/nilai pengadaan per tahun untuk setiap jenis barang/jasa.
Berdasarkan Prinsip Pareto biasanya sebagian besar jenis barang/jasa 80%(umumnya paket kecil)
nilainya mewakili hanya sebagian kecil (20%) nilai pengadaan dan sebaliknya sebagian kecil jenis
barang/jasa 20% (paket-paket besar) nilainya mewakili sebagian besar (80%) total pengadaan. Sumbu
Y menggambarkan dampak/risiko barang/jasa terhadap kegiatan instansi/satker. Semakin tinggi,
berarti semakin besar dampak/risiko/ ketiadaan barang/jasa tersebut atau semakin pentingnya
barang/jasa tersebut terhadap instansi.
SPM dapat menjadi alat bantu bagi organisasi dalam menentukan strategi pengadaan dengan
mempertimbangkan dua faktor berikut ini:
1) Tingkat pembelian tahunan barang/jasa
2) Dampak, peluang dan risiko pengadaan (supply risk), dengan kondisi sebagai berikut:
a) Ketersediaan produk (availability);
b) Jumlah penyedia (number of suppliers);
c) Ketersediaan barang substitusi (substitution opportunities);
d) Kemungkinan membuat atau membeli (make-or-buy opportunities).
Berikut digambarkan perbedaan utama untuk setiap jenis item pembelian Supply Positioning Model:
Y
Dampak/Resiko

X
Nilai Pengadaan per Tahun
Gambar 5.3 Kuadran Supply Positioning Model
Penjelasan atas ke empat kuadran tersebut dapat disederhanakan pada tabel berikut.
Tabel 5.2 Strategi Pasokan Setiap Item SPM
Routine Leverage Bottleneck Critical
Peluang & Risiko Pasokan
terhadap Organisasi Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Jenis Barang/Jasa yang Standar Standar Variatif Variatif
diperlukan
Jumlah pemasok Banyak Banyak Sedikit Sedikit
Jumlah Pembelian Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Daya Tarik Organisasi terhadap Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Pemasok

Karakteristik dan strategi pasokan untuk setiap jenis item dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 5.3 Karakteristik Item di Setiap Item
Karakteristik Kajian Strategi Strategi
Routine ● Banyak penyedia dan Karena nilai belanja yang rendah Sederhana
Items barang/jasa tersedia di pasar. dan risiko rendah dengan barang kan proses
● Barang standar. standar, menandakan prioritas
● Nilai belanja tahunan yang rendah untuk organisasi
organisasi rendah. sehingga strategi pasokan untuk
● Barang/jasa tersebut Routine Items harus bertujuan
berisiko rendah untuk meminimalkan effort.
organisasi.
Leverage ● Banyak penyedia dan Karena nilai belanja yang besar dan Cari harga
Items barang/jasa tersedia di pasar. risiko rendah, strategi pasokan terbaik
● Barang standar. untuk Leverage Items akan fokus
● Nilai belanja tahunan untuk menekan harga. Namun,
organisasi tinggi. strategi ini akan bervariasi serta
● Barang/jasa tersebut berisiko tergantung pada tingkat variabilitas
rendah untuk organisasi. harga antar pemasok, dengan
mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan untuk beralih dari satu
penyedia ke penyedia lainnya
(switching cost).
Bottleneck ● Barang/jasa tersebut Karena nilai belanja yang rendah, Jadilah
Items berisiko tinggi untuk sehingga tidak atraktif bagi customer yang
organisasi. penyedia. Fokus strategi yang dapat baik
● Hanya terdapat diterapkan adalah dengan
beberapa penyedia. meminimalkan risiko pasokan.
● Bukan barang/jasa standar. Harga menjadi prioritas ke-dua.
● Nilai belanja organisasi Sehingga masuk akal jika organisasi
rendah. akan membayar lebih untuk
sesuatu yang dianggap penting bagi
keberlangsungan organisasi.
Critical Items ● Bukan barang/jasa standar. Dengan nilai belanja yang tinggi Kemitraan
● Hanya terdapat menjadi atraktif di mata penyedia. jangka
beberapa penyedia. Namun karena risikonya tinggi bagi panjang
● Barang/jasa tersebut organisasi, maka critical items
berisiko tinggi untuk menjadi prioritas utama bagi
organisasi. organisasi. Fokus strategi yang
● Nilai belanja tahunan diterapkan harus mampu menekan
organisasi tinggi. biaya dan risiko.

Contoh:
1) Laptop untuk keperluan kantor, tidak memerlukan spesifikasi teknis yang khusus, sehingga
proses penyusunan spesifikasi teknis relative singkat. (routine item);
2) Obat-obatan bersifat urgent, jika tidak tersedia pada waktunya mengakibatkan hambatan pada
pelayanan, spesifikasi teknis bersifat khusus dan terbatas hanya pada beberapa penyedia atau
merek. Biasanya nilai pembelian terbatas dan terbagi atas item-item kecil. (bottleneck item);
3) Mesin pembangkit tenaga listrik dari sisi spesifikasi teknis sangat khusus, jumlah penyedia
terbatas, bersifat urgent dan nilai pembelian tinggi. (critical item).

PEMAKETAN PENGADAAN BARANG/JASA


Pemaketan adalah mengelompokkan pekerjaan yang sejenis untuk keberhasilan dalam mencapai
hasil/output pekerjaan berdasarkan prinsip- prinsip pengadaan. PPK melakukan pemaketan
barang/jasa yang telah ditentukan cara pengadaannya melalui penyedia. Pemaketan barang/jasa harus
berorientasi kepada: keluaran atau hasil, volume barang/jasa, ketersediaan barang/jasa, kemampuan
Pelaku Usaha, dan/atau ketersediaan anggaran belanja. Setiap faktor yang disebutkan di atas,
mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain untuk mendapatkan paket paket pengadaan yang
optimal.
Dalam melakukan pemaketan barang/jasa perlu mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut:
1) Efisiensi penggunaan sumber daya (waktu, tenaga kerja) dalam melaksanakan pengadaan
barang/jasa;
2) Keberpihakan kepada produk dalam negeri dan penyedia dalam negeri; dan
3) Sisi komersial, pengadaan barang/jasa dengan jumlah besar akan lebih menarik bagi para calon
penyedia yang tentunya akan mengurangi penawaran harga satuan barang/jasa.

ORIENTASI PEMAKETAN
1) Keluaran atau Hasil
Pemaketan memperhatikan keluaran (output) dari suatu proses Pengadaan Barang/Jasa sesuai
kebutuhan K/L/PD, baik kebutuhan untuk memenuhi kegiatan operasional ataupun kebutuhan
investasi. Hasilnya diharapkan memberikan solusi bagi K/L/PD atau pengguna.
Sebagai contoh, misalkan sebuah rumah sakit membutuhkan lift antar lantai untuk pasien dengan
ukuran Cabin (sangkar) yang besar, sehingga mampu memuat berbagai macam peralatan medis
yang biasanya berukuran seperti ranjang pasien, defibrilator, dan lain sebagainya. Ketika terjadi
pemadaman listrik, lift tidak langsung jatuh, melainkan mengarahkan lift ke lantai yang paling
dekat. Sehingga dalam membuat paket kebutuhan lift, maka harus memperhatikan keluaran
berupa lift dengan ukuran standar BED LIFT berukuran 2400mm x 2850mm dengan Lift Yang
Dilengkapi Dengan ARD ( Automatic Rescue Device ) sebagai safety device. Ketika terjadi
pemadaman listrik, ARD akan menjaga lift agar tidak langsung jatuh, melainkan mengarahkan lift
ke lantai yang paling dekat.
2) Volume Barang/Jasa
Pada pemaketan pengadaan, harus diperhatikan seluruh volume kebutuhan barang/jasa yang
diperlukan dengan mempertimbangkan volume ketersediaan inventaris dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, kapasitas pelaku usaha, waktu penyerahan (delivery)
dan volume penyerahan apakah sekaligus atau bertahap. Dalam hal ini, yang ingin dicapai adalah
nilai optimum paket pengadaan dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
Contohnya Kementerian A mempunyai kebutuhan 1.000 rim kertas A4 setahun. Stok inventaris
tahun lalu adalah tersisa 200 rim. Kementerian A biasanya membeli kertas dalam suatu kontrak
payung dengan penyerahan bertahap 4 kali setahun. Namun berdasarkan informasi pasar,
ketersediaan kertas akan mengalami gangguan akibat disrupsi produksi beberapa pabrik kertas
nasional. Sehingga Kementerian A memutuskan untuk mengantisipasi kekurangan kertas,
organisasi membuat paket pengadaan 1.200 rim kertas daripada 800 rim kertas.
3) Ketersediaan Barang/Jasa
Barang-barang yang sudah tidak diproduksi lagi oleh produsen harus dicarikan alternatifnya.
Paket-paket yang mempunyai spesifikasi standar dan mempunyai nilai pengadaan cukup tinggi
(leverage item) sebaiknya dijadikan satu paket, sehingga memberikan kesempatan untuk
mendapatkan harga terbaik dari konsolidasi volume dan negosiasi harga. Sedangkan item
barang/jasa yang rutin (routine item) yang mempunyai jumlah pelaku usaha yang cukup banyak,
harus diusahakan untuk dilakukan standarisasi paket paket pengadaan dapat dibuatkan kontrak
payung untuk menghemat siklus pengadaan.
Sebaliknya paket-paket pengadaan yang mempunyai ketersediaan rendah (bottleneck item)
dengan jumlah pelaku usaha yang sedikit harus diusahakan untuk dibuat dalam jumlah yang
menarik pelaku usaha untuk memberikan penawaran atau bekerja sama.
4) Kemampuan Pelaku Usaha
Kemampuan pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa dapat dilihat dari
kemampuan teknis dan kemampuan keuangan pelaku usaha. Sehingga dalam menyusun paket-
paket pengadaan, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebaiknya mempertimbangkan
kemampuan pelaku usaha.
Contohnya, Propinsi XYZ, membutuhkan 650 Busway, akan tetapi tidak ada pelaku usaha yang
mampu memproduksi sejumlah tersebut. Sehingga dipecah per 50 unit/sesuai kemampuan
pelaku usaha dengan metode tender.
5) Ketersediaan Anggaran Belanja
Ketersediaan anggaran tentunya menjadi pertimbangan penting dalam membuat pemaketan
pengadaan. Paket-paket pengadaan harus dibuat sesuai dengan ketersediaan dana dalam
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Contohnya Belanja Modal di APBN dan belanja operasional di APBN Paket-paket yang
memungkinkan untuk disatukan jika anggaran tersedia harus dikonsolidasikan dengan harapan
dapat mendapatkan nilai tawar yang baik dari penyedia. Demikian juga paket-paket pengadaan
yang hanya mempunyai anggaran terbatas untuk periode tertentu harus dibuat berdasarkan
ketersediaan anggaran pada periode tersebut. Sebagai contoh dalam operasional
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, jika kebutuhan penyediaan bahan bakar sangat
tergantung dari anggaran bulanan yang tersedia, maka paket pengadaan seharusnya dibuat per
bulan saja. Bukan dibuat per kuartal atau per tahun. Walaupun harga yang didapat mungkin akan
lebih baik jika paket pengadaan dibuat per kuartal atau per tahun

PEMAKETAN JASA KONSTRUKSI


1) Ketentuan Pemaketan Jasa Konsultansi Konstruksi untuk:
a) Nilai pagu anggaran sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dialokasikan
hanya untuk Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil;
b) Nilai pagu anggaran di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia
Jasa Konsultansi Konstruksi dengan kualifikasi usaha menengah; atau
c) Nilai pagu anggaran di atas Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah)
dialokasikan hanya untuk Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi dengan kualifikasi usaha
besar.
2) Ketentuan Pemaketan Pekerjaan Konstruksi untuk:
a) Pagu anggaran sampai dengan Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) dialokasikan
hanya untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi usaha kecil dan/atau
koperasi;
b) Nilai pagu anggaran di atas Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia
Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi usaha menengah;
c) Nilai pagu anggaran di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) sampai dengan
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dialokasikan hanya untuk Penyedia Pekerjaan
Konstruksi dengan kualifikasi usaha besar non badan usaha milik negara; atau
d) Nilai pagu anggaran di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dialokasikan hanya
untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi dengan kualifikasi usaha besar.

LARANGAN DALAM PEMAKETAN PBJ


Larangan dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa, antara lain:
1) Menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang tersebar di beberapa
lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiennya seharusnya dilakukan di
beberapa lokasi/daerah masing-masing. Sebagai contoh menyatukan paket pembelian obat-
obatan tertentu di seluruh provinsi, padahal akan lebih efisien jika dilakukan pengadaannya di
setiap kabupaten/kota.
2) Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya
harus dipisahkan. Sebagai contoh menyatukan paket pekerjaan konstruksi dengan paket jasa
training dan konsultasi.
3) Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang besaran nilainya seharusnya dilakukan
oleh usaha mikro dan kecil serta koperasi. Sebagai contoh menyatukan 1 paket pekerjaan
konstruksi di sepuluh kecamatan, sehingga nilai paket menjadi sangat besar sehingga tidak dapat
diikuti oleh usaha mikro dan kecil serta koperasi.
4) Memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari
Tender/seleksi. Sebagaimana dipahami dalam pengadaan terdapat batasan nilai minimum dan
maksimum dari nilai paket yang akan mengacu kepada aturan tertentu. Misalnya pengadaan
langsung barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah). Paket barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) yang secara sifatnya akan lebih menguntungkan jika
dijadikan satu paket, tidak boleh dipecah menjadi dua paket untuk kemudian dilaksanakan
melalui pengadaan langsung.

MANFAAT PEMAKETAN
Manfaat pemaketan bila dilakukan dengan tepat diantaranya:
1) Menjadi lebih efisien dengan adanya pengurangan biaya karena dengan kuantitas yang lebih
besar, para pelaku usaha dapat mengurangi biaya produksinya, seperti: biaya produksi langsung,
biaya overhead, biaya pengiriman dan biaya administrasi.
2) Pengelolaan kontrak yang lebih efisien dikarenakan penggabungan barang/jasa yang tepat
(konsolidasi) akan mengurangi jumlah kontrak yang harus diawasi dan dikendalikan.

CARA PEMAKETAN
Untuk membantu proses pemaketan pengadaan, dapat menggunakan Supply Positioning Model,
dengan cara menggabungkan pengetahuan dengan informasi biaya yang dikeluarkan terhadap para
pemasoknya dan ketergantungan organisasi terhadap pemasok tersebut. Data dan informasi tersebut
dapat diperoleh dari survei pasar antara lain survei melalui internet ataupun website pemasok,
berdiskusi dengan beberapa calon pemasok yang sudah diketahui, atau melalui data Spend Analysis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei:
a. Pemasok-pemasok yang dapat menyediakan kebutuhan barang/jasa organisasi;
b. Jenis komoditas yang dapat disediakan oleh pemasok-pemasok tersebut;
c. Kapasitas dan kualitas dari pemasok;
d. Lokasi pabrik / kantor / gudang dari pemasok;
e. Pengalaman dan reputasi dari pemasok-pemasok tersebut, termasuk kemampuan finansialnya;
dan
f. Jumlah pemasok yang dapat menyediakan kebutuhan organisasi.
Data dan informasi survey pasar menggambarkan empat kuadran pada matriks Supply Positioning
Model tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 5.4 Kuadran Pada Matriks Supply Positioning Model

a. Non-critical Items (Hal-hal yang tidak bersifat kritis)


Kategori ini memiliki risiko pemasok yang rendah dan pengaruh terhadap keuntungan organisasi yang
juga rendah. Biasanya jumlah pemasok yang tersedia di pasar cukup banyak. Sebagai contoh,
Perusahaan A bergerak di bidang pembuatan furniture. Pemasok B merupakan salah satu pemasok di
Perusahaan A yang jasa utamanya adalah merawat dan memperbaiki alat pendingin di ruangan kantor
Perusahaan A. Dalam hal ini jika Pemasok B tidak dapat melakukan tugasnya lagi tentunya Perusahaan
A dapat mencari penggantinya dengan mudah (karena penyedia jasa merawat dan perbaikan alat
pendingin cukup banyak di pasar) dan juga pengaruh terhadap biaya ataupun keuntungan perusahaan
hampir tidak ada.
b. Bottleneck Items (Hal-hal yang kritis)
Barang-barang Bottleneck memiliki risiko ketergantungan yang tinggi terhadap barang dan pemasok
tertentu. Biasanya jumlah penyedia yang terbatas di pasar karena lokasi yang terpencil dan/atau jenis
kebutuhannya yang sangat spesifik. Harga untuk barang-barang Bottleneck ini cukup murah, sehingga
strategi yang tepat adalah dengan membuat stok barang dengan jumlah besar dikarenakan penyediaan
yang terbatas di pasar. Sebagai contoh, perusahaan manufaktur yang terletak di daerah yang terpencil
memerlukan pasokan pelumas mesin secara berkesinambungan agar mesin-mesinnya dapat terus
beroperasi dengan baik. Dikarenakan lokasi pabrik yang cukup terpencil, sangat disarankan agar
perusahaan tersebut menyimpan stok pelumas dengan jumlah yang cukup banyak dan kebutuhan
pelumas dapat terpenuhi sampai dengan pengiriman berikutnya termasuk potensi kendala-kendala
lain yang dapat menyebabkan pengiriman pelumas terlambat.
c. Leverage Items
Kebutuhan dan ketergantungan terhadap pemasok atau barang tertentu relatif rendah namun
pengaruh terhadap keuntungan organisasi cukup tinggi. Sehingga organisasi mempunyai keleluasaan
untuk mengganti jenis produk atau pemasoknya. Salah satu contoh dalam kategori ini adalah
pengadaan pembelian mobil untuk jasa transportasi. Jenis mobil relative beragam, sehingga
ketergantungan terhadap merek/pemasok tertentu relatif sangat rendah. Dengan kondisi demikian,
organisasi bisa mendapatkan penawaran harga yang lebih baik dari calon-calon pemasok.
d. Strategic Items (Hal yang sifatnya strategis)
Ketergantungan terhadap barang/jasa dan pemasok tertentu sangat tinggi dengan jumlah penyedia
barang/jasa di pasar yang sangat terbatas. Kebutuhan ini mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap
operasional dan keuntungan organisasi. Berbagai macam opsi harus dipertimbangkan untuk
kebutuhan jenis ini, termasuk hubungan jangka panjang yang baik dengan pemasok terkait, dan
pembuatan rencana kontingensi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga. Sebagai contoh,
suatu perusahaan pembangkit listrik menggunakan produk turbin gas dari merek tertentu. Jika produk
tersebut rusak, pembangkit listrik tidak akan berfungsi, pendapatan perusahaan akan terganggu dan
listrik tidak dapat mengalir ke pelanggan. Di sisi lainnya, produk ini tidak dapat tergantikan dengan
merek yang lain dikarenakan suku cadang, tenaga ahli dan garansi sangat tergantung dari pemasok
yang sama. Dalam hal ini perusahaan sebaiknya membina hubungan yang baik dengan pemasok.
Beberapa rencana kontingensi juga dapat dilakukan, antara lain mempunyai mesin cadangan (yang
mungkin skalanya lebih kecil karena biaya investasinya yang cukup tinggi) dengan merek yang lain,
atau mempunyai unit cadangan yang sama namun bekerja sama dengan perusahaan pembangkit listrik
lainnya agar biayanya lebih murah, atau memiliki sendiri tenaga ahli terhadap produk tersebut yang
setidaknya dapat meningkatkan tingkat keandalan produk tersebut.

Dalam praktiknya, tidak semua kebutuhan barang/jasa perlu dikategorikan ke dalam Supply
Positioning Model. Organisasi dapat mengutamakan barang/jasa dengan risiko pasokan/Supply Risk
tinggi dan harga barang/jasa yang relatif tinggi saja (‘Prinsip Pareto’) dimana ketersediaan
barang/jasa ini berpengaruh terhadap operasional organisasi.
Teori Supply Demand dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan pemasok dan
pembeli di pasar beserta harga pemasok dan kemampuan harga pembeli. Kurva Supply Demand
dibawah ini menjelaskan mengenai hubungan tersebut.

Gambar 5.5 Kurva Supply Demand

Gambar di atas menunjukkan bahwa harga dan jumlah pasokan barang/jasa di pasar sangat
dipengaruhi oleh jumlah permintaan pembeli dan jumlah barang/jasa dimana pemasok sanggup
menyediakan. Dengan memahami dan menganalisis korelasi antara faktor-faktor ini, pengelola
Pengadaan dapat mengambil keputusan dalam penyusunan strategi pemaketan pengadaan dengan
lebih baik. Sebagai contoh, ketika keadaan pasokan besi di pasar stabil dan permintaan sedang
berkurang karena perlambatan pertumbuhan ekonomi, maka harga besi akan turun. Dengan
berjalannya waktu, tingkat pasokan juga akan menurun sehingga akan tercapai harga ekuilibrium yang
baru. Untuk pemaketan pengadaan pembelian besi, maka Pengelola Pengadaan dapat menggunakan
strategi pemaketan untuk beberapa tahun kontrak pembelian besi dimana harga rendah bisa diikat
untuk komitmen sepanjang kontrak berlangsung.
Dengan berdasarkan data-data belanja dari hasil Spend Analysis, maka pemaketan pengadaan yang
tepat dan strategis dapat mulai dtetapkan.

Contoh Pemaketan:
Rumah sakit A membutuhkan pengadaan barang/saja sebagai berikut: Tabel 5.4 Kebutuhan
Pengadaan Barang/Jasa Pada RS A
No Pengadaan Harga (Rp)
1 Peralatan Untuk Pasien 125.365.000
2 Perlatan Cathlab 189.000.000
3 Konsumable HD 99.000.000
4 Obat-obatan 188.000.000
5 Aleks Disposible 78.000.000
6 Bahan Medis Habis Pakai 101.000.000
7 Film Rontgen 85.000.000
Total 677.365.000

Dalam hal ini, rumah sakit A dapat menggabungkan kebutuhan mereka menjadi dua (2) paket
pengadaan saja yaitu paket obat-obatan senilai Rp 188.000.000,- dan paket pengadaan kebutuhan
pasien senilai Rp 677.365.000,- sehingga lebih efisien penggunaan sumber daya (waktu, tenaga kerja).
Sebaliknya, dilarang memecah paket pekerjaan dengan tujuan menghindari proses pelelangan.
Pemecahan paket pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain pemecahan paket
berdasarkan komoditas yang berbeda, jenis jasa yang sangat berbeda, ataupun menghindari
ketergantungan terhadap suatu pemasok tertentu. Sebagai contoh, suatu perusahaan memerlukan pipa
dengan ukuran 8" dan 10" dengan jumlah yang cukup banyak. Dari hasil survei pasar, pipa dengan
ukuran 8" hanya dapat disediakan oleh satu calon pemasok saja, sedangkan pipa 10" dapat disediakan
oleh beberapa calon pemasok. Jika paket pengadaannya digabungkan, tentunya hanya akan ada satu
calon pemasok yang dapat menyediakan keduanya, sehingga paket penawaran akan menjadi tidak
kompetitif. Dalam hal ini pemecahan paket menjadi dua akan merupakan strategi yang lebih tepat.

Contoh Pemaketan:
Hasil Spend Analysis tahun 2020 di Rumah sakit A sebagai berikut:
Tabel 5.5 Kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa Pada RS A Tahun 2020

No Pengadaan Harga (Rp)


1 Peralatan Untuk Pasien 125.365.000
2 Perlatan Cathlab 189.000.000
3 Konsumable HD 99.000.000
4 Obat-obatan 188.000.000
5 Aleks Disposible 78.000.000
6 Bahan Medis Habis Pakai 101.000.000
7 Film Rontgen 85.000.000
8 Komputer dan Informasi Teknologi 155.000.000
9 Jasa Konsultan IT RS 54.000.000
10 Pembangunan gedung Jantung terpadu 2.000.000.000
11 Alat Tulis Kantor 84.000.000
12 Media pemasaran Rs 26.000.000
13 Kebutuhan label obat 20.000.000
14 Barang Operasional RS 76.890.900
5 Perbaikan Boiler 56.000.000
Total 3.337.255.900

Pemaketan kebutuhan sebaiknya dipetakan dalam kuadran SPM dengan mengidentifikasi dan
mengkategorikan barang/jasa berdasarkan : Non-Critical Items, Leverage Items, Bottleneck items, dan
Strategic items, sehingga kita dapat mengambil keputusan terbaik tentang Paket-Paket Pengadaan.

Botleneck Items Strategic Items

Supply Risk
15 1,2,3,4,5,6,7

11,12,13,14,8 9,10
Non Cretical Items Leverage Items

Impact on Profit
Gambar 5.6 Kategorikan Barang/Jasa di RS A
Selanjutnya dilakukan analisis paket-paket kebutuhan yang ada lalu dilakukan pengelompokkan yang
lebih menguntungkan bagi organisasi dengan melakukan penggabungan paket-paket pengadaan
sebagai berikut:
Tabel 5.6 Penggabungan Paket-Paket Pengadaan Barang/Jasa

No Pengabungan Pengadaan Harga (Rp)


Pengadaan
1 1 Peralatan Untuk Pasien 125.365.000
2 2,3,5,6,7 Perlatan Cathlab 189.000.000
Konsumable HD 99.000.000
Aleks Disposible 78.000.000
Bahan Medis Habis Pakai 101.000.000
Film Rontgen 85.000.000
4 4 Obat-obatan 188.000.000
9 Jasa Konsultan IT RS 54.000.000
10 Pembangunan gedung Jantung terpadu 2.000.000.00
0
11 11,14,8 Alat Tulis Kantor 84.000.000
Komputer dan Informasi Teknologi 155.000.000
Barang Operasional RS 76.890.900
12 12,13 Media pemasaran Rs 26.000.000
Kebutuhan label obat 20.000.000
15 15 Perbaikan Boiler 56.000.000
Total 3.337.255.90
0

Kemudian kita petakan menjadi :

Botleneck Items Strategic Items


Supply Risk 15 (1), (4), (2,3,5,6,7)

(12,13), (11,14,8) (9),(10)


Non Cretical Items Leverage Items
Impact on Profit
Gambar 5.7 Kategorikan Barang/Jasa Hasil Penggabungan di RS A

KONSOLIDASI PBJ
Konsolidasi pengadaan dilakukan pada tahap perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan
Barang/Jasa melalui penyedia, dan/atau persiapan pemilihan penyedia. Konsolidasi Pengadaan
Barang/Jasa sebagai strategi menggabungkan pelaksanaan pengadaan untuk beberapa paket
pengadaan yang sejenis dalam 1 (satu) kali pelaksanaan pengadaan.
Sedangkan pelaku pengadaan yang dapat melaksanakan konsolidasi paket pengadaan adalah
PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ. PA dan/atau PPK dapat menggabungkan pelaksanaan pengadaan untuk
beberapa paket pengadaan yang sejenis dalam 1(satu) kali pelaksanaan pengadaan. Konsolidasi
Pengadaan Barang/Jasa oleh PPK dengan menggabungkan paket-paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis
menjadi satu atau beberapa paket yang dilaksanakan bersamaan dengan persiapan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa oleh UKPBJ dengan
menggabungkan paket-paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis menjadi satu atau beberapa paket yang
dilakukan sebelum persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan. Manfaat Konsolidasi
pengadaan antara lain:
a. Biaya pengadaan dan biaya transaksi menjadi turun;
b. Mengurangi beban kerja untuk paket berulang;
c. Waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat pada saat pemilihan
penyedia

Gambar 5.8 Pelaksanaan Konsolidasi oleh PA/KPA/PPK dan/atau UKPBJ

CARA PENGADAAN
PPK menentukan cara pengadaan yaitu secara Swakelola dan/atau Penyedia. Pemilihan cara

pengadaan berdasarkan sumber penyedia barang/jasa. Langkah penentuan cara pengadaan:


Gambar 5.9 Langkah Penentuan Cara Pengadaan

Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan
sendiri oleh K/L/PD, K/L/PD lain, Organisasi Kemasyarakatan, atau Kelompok Masyarakat. Dalam hal
pada kegiatan Swakelola memerlukan penyedia barang/jasa, pengadaannya mengacu pada peraturan
pengadaan barang/jasa tentang pengadaan melalui penyedia. Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP)


PA/KPA menetapkan Perencanaan Pengadaan yang telah disusun oleh PPK. Dalam menetapkan
Perencanaan Pengadaan PA/KPA dapat menggunakan Surat Penetapan atau menggunakan dokumen
lain, seperti Nota Dinas, Surat Keluar, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan penetapan
Perencanaan Pengadaan. Penetapan tersebut dilakukan dengan melampirkan formulir identifikasi
kebutuhan, formulir Perencanaan Pengadaan dan/atau dokumen pendukung lainnya. Hasil penetapan
perencanaan pengadaan kemudian dimuat dalam Rencana Umum Pengadaan (RUP).
d. Pengertian Rencana Umum Pengadaan (RUP)
RUP adalah daftar rencana PBJ yang akan dilaksanakan oleh K/L/Perangkat Daerah yang
ditetapkan dan diumumkan oleh PA masing- masing K/L/Perangkat Daerah.
RUP Swakelola sedikitnya berisikan, antara lain:
1) Nama dan alamat PA/KPA;
2) Nama Paket swakelola;
3) Tipe swakelola;
4) Nama penyelenggara swakelola;
5) Uraian pekerjaan;
6) Volume pekerjaan;
7) Lokasi Pekerjaan;
8) Sumber dana;
9) Perkiraan biaya swakelola; 10)Perkiraan jadwal pengadaan;

RUP Pemilihan penyedia sedikitnya berisi:


1) Nama dan alamat PA/KPA;
2) Nama Paket;
3) Penggunaan produk dalam negeri;
4) Peruntukan paket (Usaha kecil/non kecil);
5) Uraian pekerjaan;
6) Volume pekerjaan;
7) Lokasi Pekerjaan;
8) Sumber dana;
9) Perkiraan biaya pekerjaan; 10)Spesifikasi/KAK; 11)Metode pemilihan;
12)Perkiraan jadwal pengadaan.
e. Pengumuman RUP
Pengumuman RUP Kementerian/Lembaga dilakukan setelah penetapan alokasi anggaran (APBN).
Sedangkan untuk Perangkat Daerah, RUP diumumkan setelah rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pengumuman RUP barang/jasa harus memperhatikan keabsahan dari RUP yang telah dibuat
bersamaan dengan penetapan/pengesahan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pengumuman RUP
dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP). dan dapat
ditambahkan dalam situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, papan pengumuman
resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/atau media lainnya. RUP diumumkan kembali dalam
hal terdapat perubahan/revisi paket pengadaan atau DIPA/DPA.

EVALUASI
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia merupakan perumusan strategi berdasarkan
kelompok/kategori:
A. Tujuan dan Kebijakan PBJP
B. proses pada tahap perencanaan
C. Tujuan dan Kebijakan PBJP seta proses pada tahap perencanaan
D. kategori barang/jasa
2. SPM dapat menjadi alat bantu bagi organisasi dalam menentukan strategi pengadaan dengan
mempertimbangkan dua faktor berikut ini:
A. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak, (supply risk)
B. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak, peluang dan risiko pengadaan (supply
risk)
C. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak, dan risiko pengadaan (supply risk)
D. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa dan dampak dan peluang pengadaan (supply risk)
3. Untuk karakteristik barang/jasa tersebut berisiko rendah untuk organisasi, penyedia dan
barang/jasa tersedia di pasar, barang standar dan nilai belanja tahunan organisasi rendah. Strategi
organisasi yang tepat adalah:
A. Sederhanakan proses
B. Cari harga terbaik
C. Jadilah customer yang baik
D. Kemitraan jangka panjang
4. Pemaketan pengadaan barang/jasa dilakukan dengan berorientasi pada :
A. Keluaran, hasil, ketersediaan peralatan, ketersediaan barang/jasa, kemampuan pengelola
pengadaan
B. Keluaran, hasil, ketersediaan anggaran belanja, ketersediaan barang/jasa,
kemampuan pengelola pengadaan
C. Keluaran, hasil, ketersediaan anggaran belanja, ketersediaan barang/jasa,
kemampuan pelaku usaha
D. Keluaran, hasil, ketersediaan peralatan, ketersediaan barang/jasa, kemampuan pelaku usaha
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei:
A. Pemasok-pemasok yang tidak dapat menyediakan kebutuhan barang/jasa organisasi
B. Jenis komoditas yang tidak dapat disediakan oleh pemasok- pemasok tersebut
C. Kapasitas dan kuantitas dari pemasok
D. Lokasi pabrik / kantor / gudang dari pemasok
PERUMUSAN ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

ORGANISASI PENGADAAN
James D. Mooney mengatakan, “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama”. Pengertian organisasi menurut teori klasik yaitu gambaran sistematis tentang
hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Organisasi merupakan proses untuk menyusun struktur formal dalam perusahaan,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas diantara para anggotanya sesuai dengan
kemampuan dan bidangnya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
pengadaan barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh
APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan.

PERUMUSAN ORGANISASI PENGADAAN


Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi pengadaan antara lain adanya dua orang atau lebih
yang mempunyai tujuan yang sama dan adanya kehendak untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan
tersebut. Contohnya untuk mencapai tujuan pengadaan Barang/Jasa, pada tahapan perencanaan
pengadaan barang/jasa, PPK akan menyusun perencanaan dan akan ditetapkan oleh PA. Dengan
adanya tugas dan wewenang yang berbeda, maka diperlukan personil untuk tugas dan wewenang
tersebut guna pencapaian tujuan organisasi.
Pimpinan organisasi akan memberi instruksi kepada setiap personilnya sesuai dengan
pembagian tugasnya, karena tidak mungkin seorang pimpinan mengendalikan seluruh tugas yang ada.
Untuk itu diperlukan struktur organisasi untuk mendistribusikan pembagian tugas yang ditetapkan.
Dengan adanya struktur organisasi akan lebih mudah dilakukan distribusi fungsi dan alokasi sumber
daya dari setiap bagian untuk pelaksanaan sebuah proses menjadi lebih jelas.
Dengan adanya struktur maka kewenangan dan tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan jelas.
Perancangan struktur organisasi sebaiknya dibuat dalam rangka eksekusi proses-proses yang paling
efisien dan efektif serta terciptanya kolaborasi antar bagian. Struktur organisasi sebaiknya dapat
menyeimbangkan pentingnya jalur komando yang jelas dengan tetap mempertimbangkan pentingnya
fleksibilitas dan kreativitas.
Pengadaan barang/jasa pada K/L/PD nilainya sangat besar dan pengadaannya cukup banyak. Jika
demikian, maka menjadi suatu kebutuhan untuk dibentuk organisasi pengadaan yang SDM nya
terstruktur dengan tugas dan kewenangannya dalam proses pengadaan barang/jasa. Setiap fungsi di
sebuah organisasi harus berkontribusi terhadap pencapaian tujuan dan strategi organisasi. Agar fungsi
pengadaan di sebuah organisasi berkontribusi terhadap tujuan dan strategi organisasi, maka
pengadaannya harus diselenggarakan oleh unit kerja tersendiri untuk menyelenggarakan dukungan
pengadaan pada K/L/PD. Untuk itulah Kementerian, Lembaga atau Pemerintahan Daerah membentuk
organisasi pengadaan yaitu Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa.

UNIT KERJA PENGADAAN BARANG/JASA (UKPBJ)


Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi Pusat Keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
Menteri/kepala lembaga/kepala daerah membentuk UKPBJ yang berbentuk struktural dengan
nomenklatur berdasarkan kebutuhan dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undang.
a. Tugas dan Fungsi UKPBJ
UKPBJ memiliki tugas menyelenggarakan dukungan Pengadaan Barang/Jasa pada
Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, UKPBJ
memiliki fungsi:
1) Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa;
2) Pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik;
3) Pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa;
4) Pelaksanaan pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis Pengadaan Barang/Jasa; dan
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang
berkaitan dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik UKPBJ dengan fungsi
layanan pengadaan secara elektronik berbentuk system provider bertindak sebagai Penyelenggara
Sistem Elektronik. Pelaksanaan fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik meliputi:
1) Pengelolaan seluruh informasi, sistem informasi pengadaan barang/jasa, dan infrastrukturnya;
2) Pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa;
dan
3) Pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.

Pelaksanaan fungsi pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:


1) Inventarisasi paket pengadaan barang/jasa;
2) Pelaksanaan riset dan analisis pasar barang/jasa;
3) Penyusunan strategi pengadaan barang/jasa;
4) Penyiapan dan pengelolaan dokumen pemilihan beserta dokumen pendukung lainnya dan
informasi yang dibutuhkan;
5) Pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa;
6) Penyusunan dan pengelolaan katalog elektronik lokal/sektoral;
7) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
8) Penyusunan perencanaan dan pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa.

Pelaksanaan fungsi pembinaan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan Barang/ meliputi:
1) Pembinaan Sumber Daya Manusia di UKPBJ;
2) Pembinaan pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah;
3) Pengelolaan kelembagaan UKPBJ, paling sedikit terdiri atas pengelolaan dan pengukuran tingkat
kematangan UKPBJ, pelaksanaan analisis beban kerja, pengelolaan personel dan pengembangan
sistem insentif;
4) Pengelolaan dan pengukuran kinerja pengadaan barang/jasa pemerintah;
5) Pengelolaan manajemen pengetahuan pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
6) Pembinaan hubungan dengan para pemangku kepentingan.

Pelaksanaan fungsi pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis Pengadaan Barang/Jasa


meliputi bimbingan teknis, pendampingan, dan/atau konsultasi terkait:
1) Proses pengadaan barang/jasa pemerintah di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan
Desa;
2) Penggunaan seluruh sistem informasi pengadaan barang/jasa pemerintah, paling sedikit terdiri
atas SIRUP, SPSE, e-katalog, e-monev, SIKaP; dan/atau
3) Substansi hukum di bidang Pengadaan Barang/Jasa.

b. Organisasi dan Tata Kerja


UKPBJ sebagai unit kerja struktural dipimpin oleh kepala dengan 4 (empat) perangkat organisasi
UKPBJ, yaitu:
1) Bidang yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan pengadaan barang/jasa;
2) Bidang yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik;
3) Bidang yang melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan
pengadaan barang/jasa; dan
4) Bidang yang melaksanakan tugas dan fungsi pelaksanaan pendampingan, konsultasi dan/atau
bimbingan teknis pengadaan barang/jasa.

Bidang-bidang tersebut dapat dipimpin oleh pejabat administrasi atau koordinator. Selain unit kerja
struktural, di UKPBJ terdapat Kelompok Jabatan Fungsional. Di setiap
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dibentuk 1 (satu) UKPBJ. Kementerian/Lembaga yang
memiliki unsur pelaksana tugas pokok di daerah dapat membentuk Satuan Pelaksana di bawah UKPBJ.

Gambar 6.1 Perangkat Organisasi UKPBJ

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ, Kepala UKPBJ berkoordinasi dengan PA/KPA/PPK.
Kepala UKPBJ membentuk/membubarkan Pokja Pemilihan dan menetapkan/menempatkan/
memindahkan/menugaskan anggota Pokja Pemilihan. Kepala UKPBJ menugaskan Sumber Daya
Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dalam pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ.
Pembentukan Pokja Pemilihan dan penetapan anggota Pokja Pemilihan ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja pemilihan penyedia barang/jasa. Dalam memberikan penugasan, Kepala
UKPBJ memperhatikan pemberian kesempatan untuk peningkatan kapasitas dan pengalaman Sumber
Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa.
Dalam hal terjadi permasalahan teknis penggunaan sistem pengadaan secara elektronik, Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan permasalahan tersebut kepada pejabat administrasi atau
koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik. Pejabat administrasi atau
koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik menindaklanjuti laporan
permasalahan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dan memberikan solusi kepada Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan. Pokja Pemilihan dan Pejabat Pengadaan melaporkan pelaksanaan
pemilihan kepada Kepala UKPBJ. UKPBJ menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi UKPBJ
kepada menteri/kepala lembaga/kepala daerah secara periodik.

c. Sumber Daya Manusia Di UKPBJ


Selanjutnya Sumber Daya Manusia pengadaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa
Yang dimaksud dengan Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang
melaksanakan fungsi pengadaan barang/jasa di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan
Barang/Jasa sendiri terdiri atas Pengelola PBJ dan Personel Lainnya yang berkedudukan di
UKPBJ tetapi PPK dapat berkedudukan di luar UKPBJ.
a) Pengelola PBJ
Pada K/L/PD pengelola pengadaan berasal dari ASN atau PNS Jabatan Fungsional
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah . Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah adalah personel yang mempunyai tugas untuk melaksanakan pelayanan
berdasarkan profesi jabatan fungsional keahlian dan/atau keterampilan dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa yang wajib dimiliki oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak secara penuh sebagai Kelompok Kerja Pemilihan/Pejabat Pengadaan. Selain itu
Pengelola Pengadaan dapat ditugaskan sebagai PPK, membantu PA/KPA, melaksanakan
persiapan pencantuman barang/jasa dalam katalog elektronik, dan ditugaskan sebagai
Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa.
b) Personil Lainnya
Pengelola pengadaan yang dikecualikan pada kewajiban diatas, dilakukan oleh
Personil Lainnya dan wajib memiliki sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan
Barang/Jasa. Dalam hal Personel Lainnya belum memiliki sertifikat kompetensi di bidang
Pengadaan Barang/Jasa, Personel lainnya wajib memiliki sertifikat Pengadaan
Barang/Jasa tingkat dasar/level-1.
Sumber daya manusia pengelola pengadaan barang/jasa
pemerintah dalam hal ini meliputi:
(1) PPK;
(2) Pokja Pemilihan;
(3) Pejabat Pengadaan;
Adapun jenjang jabatan fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa terdiri dari tiga penjenjangan yaitu:
(1) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pertama
(2) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Muda
(3) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Madya

2) Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan


Barang/Jasa
Sumber daya Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa merupakan
sumber daya manusia yang melaksanakan perancang kebijakan dan pengembangan
sistem pengadaan barang/jasa. Sebagai Sumber Daya Perancang Kebijakan dan Sistem
Pengadaan Barang/Jasa, diharapkan individu tersebut memiliki kompetensi untuk
mengkaji dan menganalisis kebijakan atau pembentukan peraturan perundang-undangan
serta kompetensi mengembangkan sistem informasi pengadaan barang/jasa.

3) Sumber Daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa


Sumber daya Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa merupakan sumber
daya manusia yang terdiri dari berbagai keahlian tertentu dalam mendukung
pelaksanaan proses Pengadaan Barang/Jasa, paling sedikit terdiri atas fungsi-fungsi
sebagai berikut:
(a) Advokasi dan pendampingan pengadaan barang/jasa;
(b) Probity Advisor;
(c) Mediator, Konsoliator, dan Arbiter pada Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak;
(d) Pemberi Keterangan Ahli (PKA);
(e) Anggota Dewan Sengketa Non Konstruksi; dan
(f) Anggota Dewan Sengketa Konstruksi.

MODEL KEMATANGAN UKPBJ


Model kematangan UKPBJ digunakan untuk mengukur kapabilitas UKPBJ digambarkan melalui 5
(lima) tingkatan kematangan dari terendah sampai tertinggi, dimana pengukurannya dilakukan secara
berjenjang dan kenaikan tingkatan dilakukan secara bertahap/berurutan. Kapabilitas UKPBJ
digambarkan melalui 5 (lima) tingkatan kematangan sebagai berikut:

Inisiasi Esensi Proaktif Strategis Unggul


• UKPBJ yang • UKPBJ yang • UKPBJ yang • UKPBJ yang • UKPBJ yang
pasif dalam memfokuskan menjalankan melakukan senantiasa
merespon pada fungsi fungsi pengelolaan melakukan
setiap dasar UKPBJ Pengadaan pengadaan penciptaan
permintaan dalam proses Barang/Jasa inovatif, nilai tambah
dengan pemilihan, dengan terintegrasi dan
bentuk yang memiliki pola berorientasi dan strategis penerapan
masih ad- kerja pada untuk praktik terbaik
hoc dan tersegmentasi pemenuhan mendukung Pengadaan
belum
dan belum kebutuhan pencapaian Barang/Jasa
merefleksika
n keutuhan terbentuk pemangku kinerja yang
perluasan kolaborasi kepentingan organisasi berkelanjuta n
fungsi antar pelaku melalui sehingga
UKPBJ proses kolaborasi, menjadi
Pengadaan penguatan panutan dan
Barang/Jasa fungsi mentor untuk
yang efektif perencanaan UKPBJ lainnya
bersama
pemangku
kepentingan
internal
maupun
eksternal
Gambar 6.3 Model Kematangan UKPBJ

UKPBJ yang telah mencapai tingkat kematangan paling kurang Proaktif dapat mengajukan
permohonan untuk ditetapkan menjadi Pusat Keunggulan Pengadaan Barang/Jasa (PKP-BJ).
Permohonan penetapan PKP-BJ dapat diajukan paling cepat 1 (satu) tahun setelah pencapaian tingkat
kematangan apabila dinyatakan layak sebagai PKP-BJ oleh LKPP akan diberikan sertifikat UKPBJ
sebagai PKP-BJ.

EVALUASI
1. Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi pengadaan antara lain :
A. Adanya tujuan, adanya dua orang atau lebih adanya pembagian tugas, adanya kehendak untuk
bekerja sama
B. Adanya tujuan bersama, adanya dua orang atau lebih adanya pembagian tugas, adanya
kehendak untuk bekerja sama
C. Adanya tujuan bersama, adanya tiga orang atau lebih adanya pembagian tugas, adanya
kehendak untuk bekerja sama
D. Adanya tujuan bersama, adanya dua orang, adanya pembagian tugas, adanya kehendak untuk
bekerja sama
2. Unit kerja di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi Pusat Keunggulan
Pengadaan Barang/Jasa yang memiliki fungsi pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa, pengelolaan
LPSE, pembinaan sumber daya manusia dan kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa, pelaksanaan
pendampingan, konsultasi dan/atau bimbingan teknis Pengadaan Barang/Jasa dan pelaksanaan
tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah yang berkaitan dengan
tugas dan fungsinya adalah:
A. ULP
B. LPSE
C. UKPBJ
D. SPSE
3. Dalam hal terjadi permasalahan teknis penggunaan sistem pengadaan secara elektronik, Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan permasalahan tersebut kepada:
A. Pejabat administrasi atau koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara
elektronik.
B. Pejabat administrasi atau koordinator unit pengelolaan sistem pengadaan secara
elektronik.
C. Pejabat administrasi dan koordinator unit pengelolaan layanan pengadaan secara
elektronik.
D. Pejabat administrasi dan koordinator unit pengelolaan
E. sistem pengadaan secara elektronik.
4. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan fungsi pengadaan
barang/jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah adalah:
A. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa;
B. Sumber Daya Pengelola Perancang Kebijakan dan Sistem Pengadaan Barang/Jasa; dan
C. Sumber Daya Pengelola Pendukung Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa.
D. Sumber Daya Pengelola Fungsi pengelola Pengadaan Barang/Jasa
5. Kewajiban memiliki Pengelola Pengadaan dikecualikan untuk Kementerian/Lembaga dalam hal:
A. Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga mencukupi untuk memenuhi
pencapaian batas angka kredit minimum per tahun bagi Pengelola Pengadaan Barang/Jasa
B. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh ASN, prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
C. Nilai atau jumlah paket pengadaan di Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk
memenuhi pencapaian batas angka kredit minimum per tahun bagi Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa
D. Sumber Daya Pengelola Fungsi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan oleh prajurit Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
RISIKO DALAM PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

RISIKO
Pengertian risiko menurut ISO 31000 adalah “pengaruh ketidakpastian pada tujuan. Ketidakpastian
meliputi peristiwa (yang mungkin atau tidak terjadi) dan ketidakpastian yang disebabkan oleh
kurangnya informasi atau ketidakjelasan”. Jadi risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa
yang dapat membawa dampak yang tidak diinginkan, terhadap tujuan, strategi, sasaran, dan/atau
target.
Karakteristik Risiko adalah ketidakpastian dan kerugian. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah “peluang” (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah “risiko” (risk).
Dengan kata lain, risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran. Risiko dapat ditentukan kemungkinannya jika tersedia data/informasi
cukup, ketidakpastian tidak dapat ditentukan kemungkinan terjadinya sedangkan masalah adalah
sesuatu yang telah terjadi
Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan yaitu perencanaan, persiapan
dan pelaksanaan. Pengadaan barang/jasa memiliki risiko yang berbeda baik secara internal, eksternal,
politik, strategis, ataupun operasional. Wujud risiko bisa berbagai macam, antara lain: kerugian
material atau finansial; tanggung jawab hukum; kegagalan pengadaan, kegagalan operasi, dll. Contoh
pada suatu K/L/PD tidak memiliki SDM yang mempunyai kompetensi pengadaan maka risiko yang
mungkin terjadi K/L/PD tersebut tidak mendapatkan barang/jasa yang sesuai kebutuhan.
Risiko yang terjadi pada semua tahapan pengadaan tidak dapat diabaikan, bahkan harus diperhatikan
agar pengadaan tersebut dapat sesuai tujuan yang sudah ditetapkan. Sehingga Pengelola Pengadaan
perlu memahami dan mengelola risiko agar kegiatan pengadaan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Kriteria risiko pada pengadaan :
1. Tahap Perencanaan dan Persiapan
Termasuk di dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi barang/jadi atau produk yang menjadi
objek pengadaan
2. Tahap Pelaksanaan Pengadaan (Pemilihan Penyedia)
Termasuk di dalamnya risiko yang terkait dengan kondisi penyedia barang/jasa.
3. Tahap Pelaksanaan Kontrak
termasuk di dalamnya risiko terkait dengan kondisi pihak pengelola dan para pihak yang terlibat.

PENGELOLAAN RISIKO
Pengertian pengelolaan risiko sesuai dengan ISO 31000 yaitu serangkaian kegiatan dan metode secara
terkoordinasi yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan risiko-risiko yang dapat
berdampak pada kemampuan untuk mencapai tujuan. Pengelolaan Risiko merupakan proses penilaian
(identifikasi, analisa dan evaluasi) dan menangani hal-hal yang menyebabkan timbulnya risiko.
Pengelolaan Risiko bertujuan untuk merencanakan dan mengurangi (memitigasi) dampak/masalah
yang timbul dari risiko.
1. Komunikasi dan Konsultasi
Dilakukan di setiap tahapan Proses Manajemen Risiko, baik kepada para pemangku kepentingan
internal maupun pemangku kepentingan eksternal.
2. Penetapan konteks
Dilakukan dengan cara menjabarkan tujuan, mendefinisikan parameter internal dan eksternal
yang akan dipertimbangkan dalam mengelola Risiko, serta menetapkan cakupan dan kriteria
Risiko untuk proses selanjutnya.
3. Identifikasi Risiko
Dilakukan dengan cara mengidentifikasi kejadian, penyebab, dan konsekuensi dari peristiwa
risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda pencapaian tujuan organisasi
4. Analisis Risiko
Dilakukan dengan cara menentukan tingkat konsekuensi dan tingkat kemungkinan terjadinya
Risiko berdasarkan kriteria Risiko, dengan mempertimbangkan keandalan sistem pengendalian
yang ada.
5. Evaluasi Risiko
Dilakukan untuk membantu dalam pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya dilakukan
upaya penanganan Risiko lebih lanjut serta penentuan prioritas penanganannya.
6. Mitigasi Risiko (penanganan Risiko)
Dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi mitigasi Risiko yang mungkin diterapkan dan
memilih satu atau lebih opsi mitigasi Risiko yang terbaik, dilanjutkan dengan penyusunan
rencana mitigasi Risiko, dan pelaksanaan rencana mitigasi tersebut.
7. Pemantauan (monitoring) dan reviu
dilakukan terhadap seluruh aspek dari Proses Manajemen Risiko
Pengelolaan Risiko Pengadaan barang/jasa yang dilakukan akan memberi manfaat untuk organisasi,
diantaranya:
1. Memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa selama proses
pengadaan;
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian/ekonomi biaya tinggi;
3. Meningkatkan kemungkinan pemenuhan kebutuhan yang tepat waktu;
4. Meningkatkan hasil pengadaan yang strategis;
5. Melindungi kredibilitas dan reputasi
6. Memberikan perlindungan yang lebih baik bagi aset dan sumber daya manusia
7. Mengurangi kemungkinan terjadinya tuntutan litigasi
8. Mereduksi dampak risiko yang mungkin terjadi
9. Meningkatkan kualitas dan efektifitas pengambilan keputusan
10. Memudahkan estimasi biaya yang lebih tepat dan realitis
11. Meningkatkan komunikasi diantara tim pengelola dan para pihak
Tingkat kemungkinan terjadinya risiko dan tingkat dampaknya sangat bervariasi tergantung pada
barang/jasa apa yang dibeli kapan barang/jasa itu dibeli dari mana/dari siapa barang/jasa itu dibeli
dan lingkungan eksternal. Sehingga, penting bagi pengelola untuk memahami risiko berdasarkan hasil
penilaian risiko agar dapat melakukan penanganan secara efektif. Jenis dan lokasi kemungkinan
terjadinya risiko, sifat, nilai, dan kompleksitas dari barang/jasa yang menjadi objek yang akan
menentukan tingkat risiko dan dampak kerugian yang akan dihadapi.
Manajemen risiko dimulai di tahap paling awal, pada perencanaan pengadaan. Pengelola pengadaan
harus merancang khusus perencanaan pengelolaan risiko yang sesuai dengan kompleksitas
pengadaan. Identifikasi dini risiko pada perencanaan pengadaan penting untuk memastikan
kepatuhan/menghindari risiko pelanggaran terhadap prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa selama
proses pengadaan dan menentukan cara penanganan yang tepat untuk tercapainya tujuan
Kategori risiko pada pengadaan barang/jasa antara lain:
1. Risiko Teknis
mengancam kualitas dan ketepatan waktu dan bisa berdampak pada biaya. Prinsip terkait aspek
kecukupan desain, spesifikasi, efisiensi operasional, dan keandalan, termasuk keusangan
teknologi;
2. Risiko Keuangan
berdampak pada kinerja dan kemampuan keuangan, misalnya fluktuasi nilai mata uang,
kebijakan/krisis moneter, krisis likuiditas, dll;
3. Risiko Administratif
termasuk kepatuhan/operasional, seperti kelalaian aspek administrasi, kelengkapan dokumen,
perizinan, dll yang dapat berdampak pada keterlambatan pelaksanaan, kerugian, dan bahkan
aspek hukum dan litigasi
4. Risiko Pidana
termasuk klasifikasi hukum, antara lain karena aspek keamanan, pencurian,
perusakan/vandalisme, pencurian, penipuan, dan korupsi.
5. Risiko K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan, terutama secara khusus pada konstruksi,
termasuk klasifikasi operasional.

RISIKO DALAM PERENCANAAN PENGADAAN


Pada tahapan perencanaan pengadaan dapat terjadi beberapa risiko diantaranya risiko teknis. Risiko
teknis pada tahapan perencanaan berhubungan dengan perubahan atau ketidakpastian terkait aspek
kelengkapan/kecukupan desain serta spesifikasi, efisiensi operasional, dan keandalan. Risiko teknis
mengancam kualitas dan ketepatan waktu pelaksanaan yang dihasilkan, yang bisa berdampak pada
biaya.
Strategi Penanganan Risiko terdiri dari 4 kuadran yang dikenal sebagai Aturan 4 M:

Menerima Mitigasi

Strategi
Penanganan
Resiko

Menghindari Memindahkan

Gambar 7.3 Strategi Penangan Risiko


1. Menerima: jika paparan risiko yang diterima dapat ditoleransi, kontrol/intervensi terhadap
risiko sangat sulit (jika tidak ingin dikatakan mustahil), dan biaya kontrol melebihi keuntungan
potensial. Contoh: setelah DIPA/DPA ditetapkan tidak terdapat anggaran pengadaan alat rontgen
karena anggaran pemangkasan anggaran oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah sehingga
pelayanan radiologi tidak dapat diberikan.
2. Mitigasi: jika paparan risiko dapat disesuaikan (adjust), dikurangi (untuk risiko
negatif) atau sebaliknya jika risikonya positif maka dapat ditingkatkan. Contohnya antara lain kaji
ulang Rencana Umum Pengadaan (RUP) dan Rencana Pelaksanaan Pengadaan (RPP),
pelaksanaan tender dini untuk paket-paket pekerjaan yang perencanaan dan pekerjaan fisiknya
membutuhkan waktu lama dan pelaksanaan kontraknya di tahun tunggal, pekerjaan kompleks,
dan pekerjaan yang kebutuhannya harus terpenuhi di awal tahun anggaran;
3. Memindahkan: berbagi risiko dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Atau dapat juga
diartikan sebagai pengalihan risiko baik seluruh atau sebagian risiko kepada pihak kedua, ketiga
dan/atau pihak lain. Misalnya: menggunakan konsultan perencanaan karena pihak yang
menyusun perencanaan pengadaan belum kompeten dalam penyusunan perencanaan.
4. Menghindari: menghindari atau membatalkan aktivitas dimana dampak risiko yang ditimbulkan
akan sangat berbahaya dan mengancam kelangsungan organisasi atau dapat menjadi
permasalahan hukum. Contohnya perencanaan pengadaan didokumentasikan dengan baik.

Berikut ini beberapa contoh yang menggambarkan potensi risiko di tahapan


perencanaan pengadaan, termasuk namun tidak terbatas pada:
Tabel 7.1 Risiko dalam Perencanaan Pengadaan

No Penyebab Risiko Kemungkinan Penanganan


1 Identifikasi kebutuhan 1. Organisasi mendapatkan PA selaku penanggung jawab
barang/jasa tidak sesuai barang/jasa yang tidak kegiatan, dalam melakukan
dengan Rencana Kerja sesuai kebutuhan penyusunan RKA yang didalamnya
2. Tujuan dan target terdapat pengadaan barang/jasa
kinerja organisasi tidak mempertimbangkan hal-hal sebagai
tercapai berikut:
3. Pengadaan barang/jasa 1. Identifikasi kebutuhan
tidak efisien dan tidak barang/jasa sesuai dengan
efektif Rencana Kerja;
2. Identifikasi kebutuhan
barang/jasa dilakukan oleh SDM
yang memiliki kompetensi
pengadaan atau dilakukan reviu
3. Pelatihan PBJ untuk personil
yang terlibat dalam
pengadaan barang/jasa
2 Spesifikasi teknis/KAK 1. Organisasi mendapatkan 1. Penyusunan Spesifikasi
tidak sesuai kebutuhan; barang/jasa yang tidak teknis/KAK dilakukan oleh SDM
sesuai kebutuhan yang memiliki kompetensi
2. Tujuan dan target pengadaan atau
kinerja organisasi tidak 2. Dilakukan Reviu
tercapai 3. Pelatihan PBJ untuk personil
3. Pengadaan barang/jasa yang terlibat dalam pengadaan
tidak efisien dan tidak barang/jasa
efektif
3 Spesifikasi teknis/KAK Pemilihan penyedia gagal 1. Melakukan survey pasar
barang/jasa dan/atau 2. Mencari informasi ke industri,
penyedia tidak tersedia di asosiasi, atau pelaku usaha
pasar; Penyusunan Spesifikasi
teknis/KAK dilakukan oleh SDM
yang memiliki kompetensi
pengadaan atau
3. Dilakukan Reviu
4 Tidak menggunakan 1. Potensi temuan dari 1. Melakukan survey pasar
produk/jasa dalam negeri pihak auditor 2. Spesifikasi teknis/KAK
2. Terkena sanksi karena dilakukan oleh SDM yang
lalai melakukan suatu memiliki kompetensi pengadaan
perbuatan yang atau
seharusnya menjadi 3. Dilakukan Reviu
kewajibannya.
5 Anggaran yang ditetapkan 1. Pengadaan tidak dapat 1. Reviu sebelum ditetapkan
tidak sesuai dengan dilaksanakan karena 2. Melakukan survey pasar dengan
spesifikasi teknis/KAK anggaran tidak serdia benar
yang dibutuhkan 2. Tujuan dan target
kinerja organisasi tidak
tercapai
6 Menyebutkan merek 1. Pemilihan penyedia gagal 1. Bekerja sesuai dengan etika
diluar ketentuan karena 2. Permasalahan Hukum pengadaan
adanya tendensi/ 2. Pelatihan PBJ untuk personil yang
cenderung memenangkan terlibat dalam pengadaan
pelaku barang/jasa
usaha tertentu
7 Menetapkan jenis 1. Output tidak sesuai yang 1. Reviu sebelum ditetapkan
pengadaan barang/jasa diharapkan 2. Pelatihan PBJ untuk personil yang
tidak sesuai ketentuan 2. Kualifikasi Penyedia terlibat dalam pengadaan
tidak sesuai barang/jasa
3. Pengadaan tidak efisien
dan tidak efektif
8 Penetapan cara 1. Tidak ada penyedia yang 1. Pelatihan PBJ untuk personil yang
pengadaan barang/jasa berminat terlibat dalam pengadaan
tidak sesuai ketentuan 2. Pengadaan tidak efisien barang/jasa
dan tidak efektif 2. Melakukan Reviu/kaji ulang
9 Kuantitas barang/jasa 1. Operasional 1. Dalam menetapkan Kuantitas
melebihi/kurang dari Organisasi/pelayanan barang/jasa dengan memperhatikan
kebutuhan K/L/PD terganggu. barang/jasa yang telah
2. Kerugian negara tersedia/dimiliki/dikuasai, dapat
3. Pengadaan tidak efisien bersumber dari data BMN/BMD
ataupun sumber informasi lain yang
dapat dijadikan referensi
2. Dilakukan oleh SDM yang
memiliki kompetensi pengadaan
3. Pelatihan PBJ untuk personil yang
terlibat dalam PBJ
10 Spesifikasi yang sudah 1. Pemilihan penyedia gagal 1. Melakukan survey pasar dengan
ditetapkan tidak tersedia 2. Operasional Organisasi benar
lagi di pasar (diskontinu) /pelayanan K/L/PD 2. Mencari informasi ke industri,
terganggu. asosiasi, atau pelaku usaha
2. Pelatihan teknis PBJ
11 Standarisasi barang/jasa Pemilihan penyedia gagal 1. Melakukan survey pasar dengan
tidak sesuai dengan benar
ketentuan 2. Mencari informasi ke industri,
asosiasi, atau pelaku usaha
3 Pelatihan teknis
12 Pemaketan pengadaan 1. Pemilihan penyedia gagal 1. Pelatihan PBJ untuk personil yang
tidak berorientasi pada 2. Operasional Organisasi terlibat dalam pengadaan
keluaran/hasil,ketersedi /pelayanan terganggu. barang/jasa
aan barang/jasa, 3. Kerugian negara 2. Melakukan Reviu/kaji ulang
kemampuan pelaku usaha 4. Pengadaan tidak efisien
dan ketersediaan
Anggaran Belanja
13 Penetapan Waktu Operasional Melakukan Reviu/kaji ulang
Pemanfaatan Barang/Jasa Organisasi/pelayanan
tidak tepat terganggu
14 Tidak mempertimbangkan 1. Berdampak negatif Melakukan Reviu/kaji ulang
aspek pengadaan terhadap kesehatan
berkelanjutan terhadap 2. Sanksi
aspek ekonomi, sosial
dan aspek lingkungan
hidup
15 Pengumuman RUP yang Target penyerapan Penyusunan RUP dilakukan
terlambat anggaran tidak tercapai bersama-sama dengan PPK dan/atau
pokja/pejabat pengadaan serta
koordinasi
dengan PA/KPA

EVALUASI
1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat membawa dampak yang tidak
diinginkan, terhadap tujuan, strategi, sasaran, dan/atau target. Sedangkan ketidakpastian dan
kerugian merupakan:
A. Karakteristik Risiko
B. Karakteristik Dampak Risiko
C. Ciri Risiko
D. Ciri Dampak
2. Risiko pada pengadaan barang/jasa dapat terjadi pada setiap tahapan yaitu:
A. perencanaan, persiapan dan pelaksanaan
B. perencanaan, persiapan pengadaan dan persiapan pemilihan
C. perencanaan, persiapan dan pembayaran
D. perencanaan, pelaksanaan dan pembayaran
3. Dilakukan dengan diantaranya mengidentifikasi berbagai opsi mitigasi Risiko yang mungkin
diterapkan dan memilih satu atau lebih opsi mitigasi Risiko yang terbaik, dilanjutkan dengan
penyusunan rencana mitigasi Risiko, dan pelaksanaan rencana mitigasi tersebut.
A. Pengelolaan risiko pada pengadaan
B. Evaluasi risiko pada pengadaan
C. Pengelolaan pelaksanaan pada pengadaan
D. Evaluasi pengadaan pada pengadaan
4. Kategori risiko pada pengadaan barang/jasa diantaranya dapat mengancam kualitas dan ketepatan
waktu dan bisa berdampak pada biaya. Prinsip terkait aspek kecukupan desain, spesifikasi, efisiensi
operasional, dan keandalan, termasuk keusangan teknologi;
A. Risiko Teknis
B. Risiko Keuangan
C. Risiko Administrasi
D. Risiko Proyek
5. Percepatan penandatangan kontrak sehingga risiko keterlambatan dialihkan kepada pihak
penyedia, pengalihan risiko aset bergerak dan tidak bergerak pemerintah kepada pihak kedua
melalui pengadaan jasa asuransi, merupakan Strategi Penanganan Risiko:
A. Mengalihkan
B. Menghindari
C. Mitigasi
D. Memindahkan
IDENTIFIKASI DAN PENGUMPULAN BAHAN DAN/ATAU DATA
DAN DAN/ATAU INFORMASI

DEFINISI DATA DAN INFORMASI


Data dan informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengadaan. Sering
ditemukan bahwa istilah data dan informasi digunakan secara tidak tepat atau sering tertukar
penggunaannya padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui perbedaan antara kedua istilah tersebut.
Data adalah fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sebuah sistem informasi.
Sebuah bisnis perlu untuk menyimpan beberapa jenis data seperti aktivitas bisnis, sumber daya
yang dipengaruhi oleh aktivitas, dan orang-orang yang berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Sebagai contoh: sebuah bisnis perlu untuk menyimpan data tentang penjualan (tanggal, jumlah
total), sumber daya yang dijual (barang atau jasa, jumlah barang yang dijual, harga per unit), dan
orang-orang yang berpartisipasi (pelanggan, penjual).
Informasi adalah data yang telah dikelola dan diproses untuk memberikan arti dan memperbaiki
proses pengambilan keputusan. Pengguna membuat keputusan yang lebih atas peningkatan
kuantitas dan kualitas dari informasi. Manfaat dari informasi adalah mengurangi ketidakpastian,
memperbaiki keputusan, dan memperbaiki perencanaan dan penjadwalan aktivitas menjadi lebih
baik.

KARAKTERISTIK INFORMASI
Karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna.
Tabel 8.1 Karakteristik yang Membuat Informasi

Mengurangi ketidakpastian, meningkatkan


Relevant (relevan) pengambilan keputusan, mengonfirmasi atau memperbaiki harapan
sebelumnya
Reliable (dapat dipercaya) Bebas dari kesalahan atau bias, secara akurat
mencerminkan kejadian organisasi atau aktivitas
Complete (lengkap) Tidak menghilangkan aspek yang penting dari sebuah kejadian atau
aktivitas yang diukur
Timely (tepat waktu) Tersedia pada waktunya untuk pengambil keputusan dalam
membuat keputusan
Understandable (dapat Disajikan dalam format yang berguna dan dapat dimengerti
dimengerti)
Verifiable (dapat Dua pihak independen, orang yang memiliki pengetahuan akan
dibuktikan) menghasilkan informasi yang sama
Accessible (dapat diakses) Tersedia kapan saja dibutuhkan oleh pengguna dalam format yang
dapat mereka gunakan

Data terkait perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat berasal dari banyak sumber dan dalam
bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan dengan terlebih dahulu
menentukan metodologi pengumpulan data, menentukan siapa yang akan mengumpulkan data dan
menentukan frekuensi pengumpulan data tersebut.
PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, data/informasi terkait perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa dapat diperoleh dengan berbagai macam cara dan dari sumber yang bervariasi. Proses
pengumpulan data/informasi terkait pengadaan perlu dimasukkan sebagai aktivitas baku/standar
mengacu kepada regulasi/kebijakan yang berlaku di masing- masing organisasi.
a. Sumber data/informasi pengadaan
Data/informasi terkait pengadaan terdiri dari dokumen-dokumen pengadaan barang/jasa
seperti dokumen rencana, dokumen pemilihan, dokumen kontrak, dokumen serah terima
pekerjaan, dan dokumen lainnya. Untuk pengumpulan data/informasi kuantitatif maupun
kualitatif, fungsi pengadaan barang/jasa perlu menyusun sistem dan proses yang mendukung
proses pengumpulan tersebut.
Berdasarkan sumber, maka dapat dikelompokkan menjadi:
1) Data/informasi internal, yaitu data/informasi yang menggambarkan keadaan atau
kegiatan dalam sebuah organisasi
2) Data/informasi eksternal, yaitu data/informasi yang menggambarkan suatu keadaan
atau kegiatan di luar sebuah organisasi

b. Frekuensi pengumpulan data/informasi pengadaan


Beberapa data/informasi pengadaan perlu dikumpulkan secara reguler dan dalam periode
waktu yang singkat namun ada data pengukuran yang perlu dikumpulkan pada saat-saat
tertentu sehingga frekuensinya lebih sedikit atau bahkan cukup satu kali dalam satu siklus
penganggaran. Frekuensi pengumpulan data pengadaan akan tergantung pada:
1) Pergerakan data/informasi
2) Upaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data/informasi.
Berdasarkan frekuensi pengumpulan data, maka dapat dikelompokkan menjadi:
1) Cross section/insidentil, yaitu data/informasi yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu
2) Data/informasi berkala/time series, yaitu data/informasi yang dikumpulkan dari waktu ke
waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/
peristiwa/ kegiatan.

c. Siapa yang akan mengumpulkan data/informasi


Meskipun sistem teknologi infomasi dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah saat ini sudah
tersedia dan dapat menyediakan beberapa data/informasi yang dibutuhkan, namun terdapat
kebutuhan atas data/informasi tertentu yang harus dikumpulkan pada waktu-waktu tertentu,
sehingga perlu ada petugas atau tim yang ditugaskan khusus untuk mengumpulkan
data/informasi tersebut.
Langkah selanjutnya adalah membekali petugas atau tim tersebut dengan pengetahuan dan
keahlian terkait dengan pengolahan dan analisis data/informasi sehingga semua pihak dapat
memahami makna dari kinerja setiap indikator, kondisi dari data/informasi yang dikumpulkan,
serta proses bagaimana data/informasi pengadaan tersebut dikumpulkan.

2. Data dan Informasi Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa


Berikut ini contoh data/informasi dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa, termasuk
namun tidak terbatas pada:
Tabel 8.2 Data dan Informasi dalam Perencanaan PBJ

Komponen/ Jenis
No Proses Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
1 Identifikasi Rencana kegiatan Internal Dokumen Rencana Kerja
Kebutuhan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah
2 Historis belanja Internal ● Database rencana pengadaan di SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di SPSE
● Database kontrak dari masing- masing unit
kerja
3 Database Barang Internal ● Database Barang Milik Negara di SIMAK-
Milik Negara BMN
● Database Barang Milik Daerah di SIMDA
BMD
4 Pelaku Internal ● Database profil pelaku usaha/peserta
usaha/peserta Tender/penyedia di SPSE
Tender/penyed ia ● Database penyedia di SIKaP
Eksternal ● Database daftar hitam di INAPROC
● Database anggota asosiasi industri
● Database kementerian terkait
● Database organisasi/kelompok masyarakat
● Website pelaku usaha
5 Realisasi anggaran Internal ● Dokumen laporan penyerapan anggaran
masing-masing K/L/PD
● SiMONEV masing-masing K/L/PD
Eksternal Sistem Monev LKPP
6 Kategorisasi Eksternal Dokumen Klasifikasi Baku Komoditas
Barang/Jasa Indonesia (BPS)
7 Spesifikasi Spesifikasi mutu Eksternal Brosur/katalog produk dari setiap merek
Teknis/KAK (hardcopy ataupun katalog di internet)
8 Spesifikasi mutu Eksternal Direktori yang diterbitkan oleh asosiasi
industri
9 Spesifikasi mutu Eksternal Jurnal/informasi hasil penelitian/pengujian
dari tenaga
ahli, komunitas profesional atau peneliti
10 Spesifikasi Eksternal ● Dokumentasi atas berbagai
mutu standar eksternal (standar industri, standar
nasional, standar regional, standar
international)
● Dokumentasi atas berbagai standar internal
(contoh NSPM dari Kementerian/Lembaga
terkait)
11 Spesifikasi mutu Internal Dokumen Spesifikasi Teknik dari
pengguna/konsultan perencana
12 Spesifikasi Eksternal Dokumentasi hasil survei/RFI dari
mutu penyedia
13 Transportasi Eksternal Daftar layanan transportasi
14 Perkiraan harga Pagu anggaran Internal ● RAB
Perkiraan Harga ● DIPA/DPA
15 Harga pasar Eksternal Dokumentasi hasil survei di lokasi
setempat pelaksanaan pekerjaan
16 Daftar harga Eksternal Dokumentasi daftar harga/biaya/tarif
barang/jasa yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha
17 Informasi Eksternal ● Informasi standar harga yang
biaya/harga satuan dipublikasikan secara resmi oleh K/L/PD
● Informasi yang dipublikasikan secara resmi
oleh BPS
● Informasi yang dipublikasikan secara resmi
oleh asosiasi
● Informasi yang dipublikasikan dari situs
web komunitas internasional terkait
informasi biaya/harga satuan profesi
keahlian yang berlaku secara
internasional
18 Perkiraan Internal Dokumen perkiraan perhitungan biaya/harga
perhitungan satuan konsultan
harga perencana (engineer’s estimate)
19 Parameter Eksternal ● Indeks harga BPS
keuangan ● Inflasi tahun sebelumnya
● Suku bunga pinjaman tahun berjalan
● Kurs tengah Bank Indonesia (valuta asing
terhadap Rupiah)
● Mekanisme perpajakan
● Mekanisme perhitungan TKDN
20 Harga pekerjaan Internal dan ● Database nilai kontrak pekerjaan sejenis
sejenis Eksternal ● Database harga penawaran
(instansi lain) penyedia dalam proses pemilihan untuk
pekerjaan sejenis
● Dokumentasi komponen biaya untuk
pekerjaan sejenis
21 Strategi Rencana kegiatan Internal Dokumen Rencana Kerja
Pengadaan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
22 Historis belanja Internal ● Database rencana pengadaan di SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di SPSE
● Database kontrak dari masing- masing unit
kerja
23 Rencana Internal Data rencana pengadaan di
pengadaan SIRUP
24 Kategorisasi Eksternal Dokumen Klasifikasi Baku Komoditas
Barang/Jasa Indonesia (BPS)
Realisasi anggaran Internal ● Dokumen laporan penyerapan anggaran
25 masing-masing K/L/PD
● SiMONEV masing-masing K/L/PD
Eksternal Sistem Monev LKPP
26 Strategi Database Barang Internal ● Database Barang Milik Negara di SIMAK-
Pengadaan Milik Negara BMN
● Database Barang Milik Daerah di SIMDA
BMD
Pelaku Internal ● Database profil pelaku usaha/peserta
27 usaha/peserta Tender/penyedia di SPSE
Tender/penyed ia ● Database pelaku usaha/penyedia di SIKaP
● Database hasil survei/klarifikasi ke pelaku
usaha/peserta
Tender/penyedia
Eksternal ● Database daftar hitam di INAPROC
● Database anggota asosiasi industri
● Database Kementerian terkait
● Database organisasi/kelompok masyarakat
● Website pelaku usaha
28 Organisasi Beban kerja Internal Dokumentasi perhitungan analisis beban
Pengadaan kerja
29 Historis belanja Internal ● Database rencana pengadaan di SIRUP
organisasi ● Database proses pemilihan di SPSE
● Database kontrak dari masing- masing unit
kerja
30 Regulasi Eksternal ● Regulasi terkait pengorganisasian
kelembagaan Kementerian/Lembaga
Pemerintah ● Regulasi terkait pengorganisasian
Perangkat
Daerah
31 Referensi kajian Eksternal Naskah akademik pembentukan
kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa

EVALUASI
1. Fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dan diproses oleh sebuah sistem informasi
merupakan definisi..
A. Data dan Informasi
B. Data
C. Informasi
D. Data/informasi
2. Dua pihak independen, orang yang memiliki pengetahuan akan menghasilkan informasi yang
sama merupakan karakteristik yang membuat informasi berguna dan memiliki makna:
A. Verifiable (dapat dibuktikan)
B. Accessible (dapat diakses)
C. Reliable (dapat dipercaya)
D. Relevant (relevan)
3. Data/informasi dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dapat memberikan
informasi terkait historis belanja organisasi adalah;
A. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database proses pemilihan di LPSE
B. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database daftar hitam di INAPROC di SPSE
C. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database proses pemilihan di LPSE
D. Database rencana pengadaan di SIRUP, database rencana pengadaan di SIRUP, database
kontrak dari masing-masing unit kerja, Database proses pemilihan di SPSE
4. Data/informasi yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu
perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/ kegiatan, merupakan:
A. Data/informasi berkala/time series
B. Cross section/insidentil
C. Data/informasi bertahap/time series
D. Data/informasi rutin
5. Data terkait perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat berasal dari banyak sumber dan
dalam bentuk yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan terlebih
dahulu dengan:
A. menentukan metodologi pengumpulan data, menentukan siapa yang akan mengumpulkan
data dan menentukan skor pengumpulan data tersebut
B. menentukan metodologi penelitian, menentukan siapa yang akan mengumpulkan data dan
menentukan frekuensi pengumpulan data tersebut
C. menentukan metodologi pengumpulan data, menentukan siapa yang akan mengumpulkan
data dan menentukan frekuensi pengumpulan data tersebut
D. menentukan metodologi penelitian, menentukan siapa yang akan mengumpulkan data dan
menentukan jumlah data dari hasil pengumpulan data tersebut
REVIU DOKUMEN PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA

PENGERTIAN REVIE DOKUMEN


Pada pengadaan barang/jasa secara umum, sebelum dilakukannya pemilihan penyedia
barang/jasa, terdapat satu tahapan yang perlu untuk dilakukan yaitu reviu dokumen
persiapan pengadaan barang/jasa. Dimana tahapan reviu dokumen persiapan pengadaan
barang/jasa tersebut dapat didefinisikan sebagai aktifitas menelaah dokumen persiapan
pengadaan barang/jasa dengan tujuan untuk memastikan bahwa dokumen persiapan
pengadaan barang/jasa telah mendukung proses pemilihan penyedia barang/jasa yang
sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa.
Sehingga dalam menelaah dokumen persiapan pengadaan barang/jasa sebaiknya perlu
dipastikan apakah memenuhi antara lain hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan informasi barang/jasa secara lengkap.
b. Sesuai dengan kebutuhan terkini Pengguna Barang/Jasa.
c. Mendukung persaingan yang sehat dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa.
d. Sesuai dengan regulasi yang terkini.
e. Barang/jasa yang akan dilakukan pengadaannya telah sesuai dengan teknologi yang
terkini.
f. Perkiraan harga barang/jasa telah sesuai dengan harga pasar yang terkini.
g. Ketentuan-ketentuan transaksi yang akan diterapkan telah sesuai dengan praktek
bisnis yang umum.
Hal-hal tersebut di atas perlu dipastikan dalam reviu dokumen persiapan pengadaan
barang/jasa karena mengingat Spesifikasi Teknis/KAK dan HPS ditetapkan pada tahapan
persiapan pengadaan barang/jasa, dimana terdapat tenggang waktu dengan tahapan
pemilihan penyedia barang/jasa. Sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan-
perubahan kondisi yang menjadi dasar dalam penyusunan dokumen persiapan pengadaan
barang/jasa tersebut.
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dokumen persiapan pengadaan barang/jasa
melalui penyedia ditetapkan oleh PPK yang meliputi:
1) Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
3) Rancangan kontrak; yang didalamnya mengatur antara lain: ketentuan
uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan
pemeliharaan, sertifikat garansi, dan penyesuaian harga.

LINGKUP REVIU DOKUMEN PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA


Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia merupakan salah
satu aktifitas yang dilakukan pada tahapan Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
Dimana UKPBJ/Pokja Pemilihan atau Pejabat Pengadaan menerima dokumen persiapan
pengadaan barang/jasa yang diserahkan oleh PPK dengan dilampiri dengan:
a. Surat Keputusan Penetapan sebagai PPK;
b. Dokumen Anggaran Belanja (RKA-KL/RKA-PD yang telah ditetapkan) atau Surat
Persetujuan PA untuk persiapan pengadaan dan proses pemilihan mendahului
persetujuan RKA K/L oleh DPR atau RKA Perangkat Daerah oleh DPRD;
c. ID paket RUP; dan
d. Rencana waktu penggunaan barang/jasa.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan reviu dokumen
persiapan pengadaan barang/jasa:
1) Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja (KAK);
Reviu spesifikasi teknis/KAK untuk memastikan bahwa spesifikasi teknis/KAK telah
menggunakan barang/jasa yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
yang mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri yang
ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian, memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI), produk usaha mikro dan kecil serta koperasi dari hasil produksi dalam negeri,
dan produk ramah lingkungan hidup, sehingga peserta pemilihan dapat memahami
spesifikasi teknis/KAK dan merespon untuk 16erratus penawaran dengan baik.
Spesifikasi teknis/KAK harus didefinisikan dengan jelas dan tidak mengarah kepada
produk atau merek tertentu sehingga menghalangi persaingan usaha yang sehat,
kecuali pada:
a) komponen barang/jasa;
b) suku cadang;
c) bagian dari satu sistem yang sudah ada; atau
d) barang/jasa dalam katalog elektronik atau 17err daring.
Selain itu, perlu juga mempertimbangkan tentang kesesuaian barang/jasa dengan
kebutuhan pengguna barang/jasa dilihat dari sisi lingkup pekerjaan, kuantitas,
kualitas, teknologi yang digunakan, dan ketentuan lain yang ditetapkan dalam
Spesifikasi Teknis/KAK.
2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
Reviu HPS untuk memastikan bahwa nilai HPS telah cukup dan sesuai dengan
spesifikasi teknis/KAK dan ruang lingkup pekerjaan. Reviu HPS dapat dilakukan
menggunakan perkiraan biaya/RAB yang telah disusun pada tahap perencanaan
pengadaan, data/informasi pasar terkini, dan dengan cara membandingkan pekerjaan
yang sama pada paket yang berbeda atau memeriksa apakah komponen/unsur
pembayaran pada uraian pekerjaan telah sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK dan
ruang lingkup pekerjaan. Pokja Pemilihan juga memeriksa apakah HPS sudah
memperhitungkan kewajiban perpajakan, cukai, asuransi, dan sistem manajemen
keselamatan dan 17erratus17 kerja (SMK3) atau biaya lain yang dipersyaratkan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
3) Rancangan Kontrak;
Reviu Rancangan Kontrak untuk memastikan bahwa rancangan kontrak telah sesuai
dengan ruang lingkup pekerjaan. Reviu Rancangan Kontrak memperhatikan:
a) Naskah Perjanjian;
b) Syarat-syarat Umum Kontrak;
c) Syarat-syarat Khusus Kontrak;
d) Ketentuan Uang Muka;
e) Ketentuan Jaminan Pengadaan;
f) Ketentuan Sertifikat Garansi;
g) Ketentuan Sertifikat/Dokumen lain dalam rangka Pengadaan Barang
Impor (hanya untuk barang impor); dan/atau
h) Ketentuan Penyesuaian Harga.
4) Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL/RKA-PD yang telah ditetapkan);
Reviu Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA- KL/RKAPD yang telah
ditetapkan) untuk memastikan bahwa anggaran untuk pekerjaan yang akan
dilaksanakan telah tersedia dan jumlahnya cukup.
5) Identitas paket yang tercantum dalam RUP (ID paket RUP);
Reviu ID paket RUP untuk memastikan bahwa paket yang akan dilaksanakan telah
terdaftar dan diumumkan dalam SiRUP.
6) Waktu penggunaan barang/jasa;
Reviu waktu penggunaan barang/jasa untuk memastikan bahwa pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa sejak proses persiapan, pemilihan, dan pelaksanaan kontrak
dapat selesai sesuai rencana penggunaan/pemanfaatan barang/jasa.
7) Analisis Pasar;
Berdasarkan dokumen persiapan pengadaan yang diserahkan oleh PPK, Pokja
Pemilihan melakukan analisis pasar untuk mengetahui kemungkinan ketersediaan:
● barang/jasa; dan
● Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan
untuk melaksanakan pekerjaan.
Hasil analisis pasar digunakan untuk menentukan metode kualifikasi dan/atau
metode pemilihan Penyedia. Dalam hal hasil analisis pasar diketahui tidak ada Pelaku
Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan untuk melaksanakan
pekerjaan maka Pokja Pemilihan mengusulkan dan meminta persetujuan kepada PPK
untuk dilaksanakan melalui Tender/Seleksi Internasional.
8) Uraian pekerjaan, identifikasi bahaya, dan penetapan risiko pekerjaan terkait
keselamatan; (bila diperlukan)
Reviu dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa informasi pekerjaan,
identifikasi bahaya, dan penetapan risiko pekerjaan telah relevan dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan dan dapat memberikan informasi kepada peserta pemilihan
untuk mengakomodir seluruh risiko yang ditetapkan.

TINDAK LAJUT HASIL REVIU DOKUMEN PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA


Dalam hal terdapat hal-hal yang perlu untuk dilakukan perubahan berdasarkan reviu yang
telah dilakukan, maka Pokja Pemilihan atau Pejabat Pengadaan mengusulkan kepada PPK
untuk dilakukan perubahan. Apabila PPK menolak usulan yang disampaikan Pokja
Pemilihan kepada PPK, maka ketidaksepakatan ini disampaikan kepada PA/KPA untuk
diputuskan.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Berikut adalah dokumen persiapan pengadaan barang/jasa melalui penyedia yang
disiapkan oleh PPK kecuali…
A. HPS
B. Spesifikasi Teknis/KAK
C. Dokumen penawaran
D. Rancangan Kontrak
2. Hasil Analisis pasar yang dilakukan oeh Pokja Pemilihan digunakan untuk
menentukan…
A. Rancangan Kontrak
B. Jenis Pengadaan
C. Metode kualifikasi dan/atau metode pemilihan penyedia
D. Jenis Kontrak
3. Dalam hal hasil analisis pasar diketahui tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang
mampu dan memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan maka Pokja
Pemilihan mengusulkan dan meminta persetujuan kepada PPK untuk dilaksanakan
melalui…
A. Tender/Seleksi Internasional.
B. Penunjukan Langsung
C. Tender Gagal
D. Pengadaan Langsung
E. E-purchasing
4. Reviu rancangan kontrak memerhatikan hal – hal berikut kecuali…
A. SSUK
B. SSKK
C. DIPA
D. Naskah Perjanjian
PENYUSUNAN DAN PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN

DOKUMEN PEMILIHAN
Pada dasarnya dokumen pemilihan merupakan dokumen yang disusun oleh pihak yang
bertanggungjawab untuk melakukan proses pemilihan penyedia barang/jasa, yang berisi
informasi tentang persyaratan penyedia barang/jasa, tata cara yang digunakan dalam
proses pemilihan penyedia barang/jasa, dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan,
baik dari aspek administrasi, teknis, dan keuangan.
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, definisi dari dokumen pemilihan adalah
dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan
yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan
Penyedia (Perpres No 16 Tahun 2018 dan perubahannya).

TUJUAN DAN MANFAAT DOKUMEN PEMILIHAN


Dalam melakukan penyusunan dokumen pemilihan, maka penting untuk diperhatikan
tujuan dari penyusunan dokumen pemilihan tersebut. Tujuan utamanya adalah:
a. Memberikan informasi yang lengkap tentang tata cara pelaksanaan proses pemilihan
penyedia barang/jasa;
b. Memberikan informasi yang lengkap tentang ketentuan-ketentuan pelaksanaan
pekerjaan; dan
c. Menyediakan acuan bagi peserta pemilihan penyedia barang/jasa untuk menyusun
penawaran.
d. Manfaat dokumen pemilihan, antara lain:
e. Pemahaman yang sama diantara para pihak yang terlibat di dalam proses pemilihan
penyedia barang/jasa;
f. Terwujudnya tujuan dari proses pemilihan penyedia barang/jasa, yaitu menetapkan
penyedia yang potensial untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa; dan/atau
g. Tersedia bukti akuntabilitas dan keterbukaan informasi organisasi pemerintah
kepada publik.

TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PEMILIHAN


Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dapat disusun dengan langkah-langkah
seperti berikut:
2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan

Identifikasi Karakteristik
Pekerjaan
Spesikasi Teknis/KAK
HPS
Rancangan Kontrak
Dokumen Perencanaan
Dokumen Anggaran

Penetapan Sistem
Pengadaan &
Identifikasi Jenis
Kontrak
Metode Pemilihan
Metode Kualifikasi
Metode Evaluasi
Metode Penyampaian
Penawaran

Identifikasi Standar
Dokumen Pengadaan
LKPP (Model Dokumen
Pemilihan)
Lembaga Donor / Pemberi
Pinjaman/Hibah
(Procurement
Guidelines/Standar Bidding
Document)

Perumusan
Dokumen Pemilihan

Penetapan Dokumen
Pemilihan

Dokumen Pemilihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PENETAPAN METODE PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/PEKERJAAN


KONSTRUKSI/JASA LAINNYA

Tabel 3. 1 Metode Pemilihan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya


Metode Pemilihan Ketentuan
E – Puchasing Digunakan untuk barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang
sudah tercantum dalam Katalog Elektronik
atau Toko Daring.
Pengadaan Langsung Digunakan untuk nilai pengadaan
sampai dengan Rp. 200 juta.
Penunjukan Langsung Digunakan untuk pengadaan yang memenuhi kriteria keadaan tertentu,
yaitu:
a. penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak
untuk menindaklanjuti komitmen internasional yang
dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden;
b. barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan Negara
meliputi intelijen, perlindungan saksi, pengamanan Presiden dan
Wakil Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden
beserta keluarganya serta tamu negara
setingkat kepala negara/ kepala
pemerintahan, atau barang/jasa lain bersifat rahasia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan;
c. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu
kesatuan sistem konstruksi dan satu
kesatuan tanggung jawab atas risiko kegagalan
bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
d. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat
disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha yang mampu;
e. pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi,
jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK, dan ZA
kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan
pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan
ketahanan pangan;
f. pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang
dilaksanakan oleh pengembang
yang bersangkutan;
g. spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten,
atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau
pihak yang menjadi pemenang tender untuk mendapatkan izin dari
pemerintah;
h. setelah dilakukan Tender ulang mengalami kegagalan; atau
i. untuk melanjutkan pekerjaan
dalam hal terjadi pemutusan Kontrak.
Tender Cepat Digunakan untuk pengadaan dalam hal Pelaku Usaha telah
terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia untuk
pengadaan yang:
a. spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah
dapat ditentukan secara rinci; atau
b. dimungkinkan dapat menyebutkan merek karena merupakan suku
cadang atau bagian dari satu
sistem yang sudah ada.
Tender Digunakan bilamana pemilihan
penyedia tidak dapat menggunakan metode pemilihan lainnya.

PENETAPAN METODE PEMILIHAN PENGADAAN JASA KONSULTANSI

Tabel 3. 2 Metode Pemilihan Pengadaan Jasa Konsultansi


Metode Pemilihan Ketentuan
Pengadaan Langsung Digunakan untuk nilai pengadaan sampai dengan Rp. 100
juta.
Penunjukan Langsung Digunakan untuk pengadaan yang memenuhi kriteria keadaan
tertentu, yaitu:
a. hanya dapat dilakukan oleh 1(satu) Pelaku Usaha yang
mampu;
b. hanya dapat dilakukan oleh 1(satu) pemegang hak cipta
yang telah terdaftar atau pihak yang telah mendapat izin
pemegang hak cipta;
c. Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi konsultan
hukum/advokasi atau pengadaan arbiter yang tidak
direncanakan sebelumnya, untuk menghadapi gugatan
dan/atau tuntutan hukum dari pihak tertentu, yang sifat
pelaksanaan pekerjaan dan/atau pembelaannya harus
segera dan tidak dapat ditunda;
d. Permintaan berulang (repeat order) untuk Penyedia Jasa
Konsultansi yang sama; atau
e. setelah dilakukan Seleksi ulang mengalami kegagalan.
f. untuk melanjutkan pekerjaan dalam hal terjadi pemutusan
Kontrak;
g. Jasa Konsultansi yang bersifat rahasia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
h. Jasa ahli Dewan Sengketa Konstruksi.
Seleksi Digunakan bilamana nilai pengadaan jasa konsultansi lebih dari
Rp. 100 juta.

PENETAPAN METODE KUALIFIKASI


Dalam pengadaan barang/jasa, kualifikasi merupakan evaluasi terhadap kompetensi,
kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia barang/jasa. Dalam
penerapannya dapat dilakukan pascakualifikasi atau prakualifikasi. Dimana yang
dimaksud dengan pascakualifikasi adalah evaluasi kualifikasi yang dilakukan setelah
dilakukannya pemasukan penawaran. Sedangkan yang dimaksud dengan prakualifikasi
adalah evaluasi kualifikasi yang dilakukan sebelum dilakukannya pemasukan penawaran.
Metode Kualifikasi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah diatur sebagai berikut:
Tabel 3. 3 Metode kualifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah
Kualifikasi Ketentuan Evaluasi
Digunakan pada: Sistem Gugur
● Tender Pengadaan Barang/
Pekerjaan Konstruksi/ Jasa
Pascakualifikasi Lainnya yang bersifat tidak
kompleks; atau
● Seleksi Jasa
Konsultansi Perorangan.
Digunakan pada : ● sistem gugur untuk Pengadaan
● Tender Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya; atau
Konstruksi/Jasa Lainnya ● sistem pembobotan dengan
yang bersifat kompleks; ambang batas
● Seleksi Jasa untuk Pengadaan
Konsultansi Badan Usaha; Jasa Konsultansi.
atau
Prakualifikasi
● Penunjukan Langsung
Pengadaan Barang/
Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Konsultansi Badan
Usaha/ Jasa
Konsultansi Perorangan/
Jasa
Lainnya.

PENETAPAN METODE EVALUASI PENAWARAN


Penetapan metode evaluasi penawaran dilakukan berdasarkan karakteristik pekerjaan,
yang meliputi lingkup pekerjaan dan tingkat kompleksitas pekerjaan. Pada prinsipnya,
evaluasi penawaran dapat dilakukan dengan alternatif berikut:
● Aspek teknis dievaluasi terhadap pemenuhan persyaratan minimal yang ditetapkan
dan aspek harga yang menjadi penentu dalam menetapkan pemenang pemilihan
penyedia barang/jasa. Hasil evaluasi untuk aspek teknis berupa pernyataan
‘memenuhi’ atau ‘tidak memenuhi’. Aspek teknis yang dinilai misalnya: Personil,
Peralatan, Metode Pelaksanaan, Pengalaman, dan Spesifikasi Teknis;
● Aspek teknis dievaluasi terhadap pemenuhan persyaratan minimal dan kelebihan
atas persyaratan minimal diberikan nilai tambahan. Aspek teknis dan harga diberikan
penilaian dalam bentuk angka (score), dan peserta pemilihan penyedia barang/jasa
yang memperoleh angka (score) tertinggi yang ditetapkan sebagai pemenang. Aspek
teknis yang dinilai misalnya: Personil, Peralatan, Metode Pelaksanaan, Pengalaman,
dan Spesifikasi Teknis; atau
● Aspek teknis dievaluasi dengan memperhitungkan nilai uang yang harus dikeluarkan
oleh pembeli dengan memperhitungkan biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan nilai
sisa sesuai umur ekonomis barang. Selain itu, untuk aspek harga diperhitungkan pula
harga barang yang ditawarkan. Dalam penentuan pemenang dalam pemilihan
penyedia barang diperhitungkan nilai uang terendah yang perlu dikeluarkan oleh
pembeli selama umur ekonomis.
Metode Evaluasi Penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah diatur
sebagai berikut:
Metode Evaluasi Pengadaan barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya
Metode Evaluasi Ketentuan
Sistem Nilai Digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/
(Penilaian teknis dapat Jasa Lainnya yang memperhitungkan penilaian teknis dan
diberikan bobot 60%-70%) harga. (Pada pekerjaan konstruksi, digunakan untuk
pekerjaan konstruksi terintegrasi).
Digunakan untuk Pengadaan Barang yang memperhitungkan
Penilaian Biaya Selama faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya
Umur Ekonomis (Pengadaan pemeliharaan, dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi
Barang) tertentu.
Harga Terendah Digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/
(Sistem Gugur atau Sistem Gugur Jasa Lainnya
dengan Ambang Batas) dalam hal harga menjadi dasar penetapan pemenang di antara
penawaran yang memenuhi persyaratan teknis.

Metode Evaluasi Pengadaan Jasa Konsultansi


Metode Evaluasi Ketentuan
Kualitas dan Biaya Digunakan untuk pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan,
jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan dapat
diuraikan dengan pasti dalam KAK.
Kualitas Digunakan untuk pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan,
jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan tidak
dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK atau untuk
pekerjaan Penyedia Jasa Konsultansi
Perorangan.
Pagu Anggaran Digunakan untuk ruang lingkup pekerjaan sederhana yang
dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK dan penawaran
tidak boleh melebihi Pagu Anggaran.
Biaya Terendah Digunakan untuk pekerjaan standar atau bersifat rutin yang
praktik dan standar pelaksanaan pekerjaannya sudah mapan.

PENETAPAN METODE PENYAMPAIAN PENAWARAN


Dalam menetapkan metode penyampaian penawaran, akan dipengaruhi oleh metode
evaluasi penawaran yang digunakan. Penawaran penyedia barang/jasa akan dievaluasi
atas tiga aspek, yaitu aspek administrasi, teknis, dan harga. Bilamana metode evaluasi
penawaran yang digunakan hasil evaluasi teknisnya berupa pernyataan ‘memenuhi’ atau
‘tidak memenuhi’, maka metode penyampaian penawaran menggunakan metode Satu File.
Artinya dokumen penawaran peserta pemilihan mencakup aspek administrasi, teknis, dan
harga disampaikan dalam satu file. Selain itu, maka metode penyampaian dokumen
penawaran menggunakan metode Dua File atau Dua Tahap. Yang dimaksud dengan Dua
File adalah dokumen penawaran untuk aspek administrasi dan teknis dipisahkan dengan
dokumen penawaran untuk aspek harga dan disampaikan dalam waktu yang bersamaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Dua Tahap adalah dokumen penawaran untuk aspek
administrasi dan teknis disampaikan terlebih dahulu. Dan dokumen penawaran untuk
aspek harga disampaikan setelah dilakukannya evaluasi teknis.

Metode Penyampaian Penawaran Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa


lainnya
Metode Penyampaian Ketentuan
Penawaran
Satu File Digunakan untukPengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/
Jasa Lainnya yang proses pemilihan penyedia
barang/jasanya menggunakan metode
evaluasi penawaran Harga Terendah Sistem Gugur.
Dua File Digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa
Lainnya yang
memerlukan penilaian teknis terlebih dahulu.
Dua Tahap Digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/ Jasa
Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti;
b. mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan
desain penerapan teknologi yang berbeda;
c. dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis
berdasarkan klarifikasi penawaran teknis yang diajukan;
dan/atau
d. membutuhkan penyetaraan teknis.
Metode Penyampaian Penawaran Pengadaan Jasa Konsultansi

Metode Penyampaian Ketentuan


Penawaran
Digunakan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi yang proses
pemilihannya dengan Pengadaan Langsung dan
Satu File Penunjukan Langsung.
Digunakan untuk Pengadaan Jasa
Dua File Konsultansi yang proses pemilihannya
dengan Seleksi.

LINGKUP DOKUMEN PEMILIHAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


Dokumen Pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah terdiri atas:
a. Dokumen Kualifikasi; dan
b. Dokumen Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung.

Isi Dokumen Kualifikasi secara umum meliputi:


a. Petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi;
b. Formulir isian kualifikasi;
c. Instruksi kepada peserta (IKP), termasuk tata cara penyampaian dokumen
Kualifikasi;
d. Lembar Data Kualifikasi (LDK);
e. Pakta integritas; dan/atau
f. Tata cara evaluasi kualifikasi.

Isi Dokumen Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung/Pengadaan Langsung meliputi:


a. Undangan/pengumuman kepada calon penyedia barang/jasa
b. Instruksi Kepada Peserta (IKP)
c. Lembar Data Pemilihan (LDP)
d. Rancangan Kontrak terdiri dari:
1) Pokok-pokok perjanjian
2) Syarat umum Kontrak
3) Syarat khusus Kontrak
4) Dokumen lain yang merupakan bagian dari Kontrak
e. Daftar Kuantitas dan Harga
f. Spesifikasi teknis, gambar, dan/atau Kerangka Acuan Kerja (KAK)
g. Bentuk surat penawaran
h. Bentuk Jaminan Pengadaan
i. Contoh-contoh formulir yang perlu diisi
j. Bentuk Dokumen

PENJELASAN DOKUMEN PEMILIHAN


Tujuan umum dari dilakukannya Pemberian Penjelasan Dokumen Pemilihan, antara lain
sebagai berikut:
a. Untuk menegaskan hal-hal yang kritis atau yang dapat menimbulkan perbedaan
persepsi dari isi Dokumen Pemilihan, sehingga diharapkan terjadi penyamaan
persepsi diantara para pihak yang terlibat di dalam proses pemilihan penyedia
barang/jasa.
b. Untuk mendapatkan masukan atas isi Dokumen Pemilihan, terkait kemungkinan
adanya kesalahan atau ketidaksesuaian dalam Dokumen Pemilihan yang telah
disusun; dan
c. Mengetahui seberapa besar minat calon penyedia untuk menyampaikan penawaran,
sehingga indikasi keberhasilan proses pemilihan penyedia barang/jasa bisa diketahui
lebih awal.
Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, terkait Penjelasan Dokumen Pemilihan,
diuraikan sebagai berikut:
a. Pokja Pemilihan melaksanakan pemberian penjelasan pemilihan Penyedia melalui
aplikasi SPSE atau manual sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pemberian
penjelasan merupakan:
1) Media Tanya-Jawab antara Peserta Tender/Seleksi dengan Pokja Pemilihan
mengenai ruang lingkup paket pengadaan serta syarat dan ketentuan yang
tercantum dalam Dokumen Pemilihan.
2) Media untuk Pokja Pemilihan menjelaskan hal-hal penting terkait prosedur
pemilihan terutama hal-hal penting yang dapat menggugurkan peserta.
b. Lama waktu/durasi pemberian penjelasan disesuaikan dengan kompleksitas
pekerjaan. Pokja Pemilihan menjawab setiap pertanyaan yang masuk. Pada saat
berlangsungnya pemberian penjelasan, Pokja Pemilihan dapat menambah waktu
pemberian penjelasan sesuai dengan kebutuhan.
c. Pokja Pemilihan segera menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Peserta
sampai dengan batas akhir pemberian penjelasan. Namun demikian, Pokja Pemilihan
masih dapat menjawab seluruh pertanyaan setelah waktu pemberian penjelasan telah
berakhir.
d. Kumpulan tanyajawab dan keterangan lain pada saat pemberian penjelasan
merupakan Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP).
e. Jika dibutuhkan peninjauan lapangan, Pokja Pemilihan dapat melakukan peninjauan
lapangan 36erratu-sama dengan Peserta dan dilanjutkan dengan pemberian
penjelasan di lapangan. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Lapangan menjadi
bagian dari Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP). Biaya yang timbul atas
peninjauan lapangan dibebankan pada masing-masing pihak.
f. Dalam hal hasil pemberian penjelasan dan/atau pertanyaan tertulis yang
disampaikan oleh Peserta mengakibatkan perubahan Dokumen Pemilihan, maka
perubahan tersebut harus dituangkan dalam Adendum Dokumen Pemilihan. Dalam
hal perubahan Dokumen Pemilihan terkait Spesifikasi Teknis/KAK, HPS atau
Rancangan Kontrak maka perubahan tersebut harus disetujui oleh PPK.
g. Apabila perubahan tidak dituangkan dalam Adendum Dokumen Pemilihan atau tidak
disetujui oleh PPK, maka perubahan tersebut dianggap tidak ada dan ketentuan yang
berlaku adalah Dokumen Pemilihan awal. Adendum Dokumen Pemilihan dapat
dilakukan secara berulang dengan menyampaikan Adendum Dokumen
Pemilihan melalui aplikasi SPSE paling kurang 3 (tiga) hari kerja sebelum batas akhir
penyampaian dokumen penawaran. Apabila Adendum Dokumen Pemilihan
mengakibatkan kebutuhan penambahan waktu penyiapan kembali Dokumen Pemilihan,
maka Pokja Pemilihan memperpanjang batas akhir penyampaian penawaran.
Pemberian penjelasan Dokumen Pemilihan merupakan bagian dari kewenangan Pokja
Pemilihan yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi serta menjelaskan atau
mengklarifikasi hal-hal penting dalam Dokumen Pemilihan kepada calon penyedia
barang/jasa yang sudah mendaftar, agar isi Dokumen Pemilihan dipahami dengan baik
dan benar. Selain itu, pemberian penjelasan juga dapat menampung masukan dari calon
penyedia barang/jasa terhadap isi Dokumen Pemilihan.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Metode pemilihan yang diigunakan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha
yang mampu adalah…
A. Tender
B. Seleksi
C. Peunjukan Langsung
D. Pengadaan Langsung
2. Metode Tender cepat digunakan untuk pengadaan dalam hal Pelaku Usaha telah
terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia untuk pengadaan yang…
A. Nilainya maksimal 200 juta
B. Bertujuan untuk pengadaan yang bersifat rahasia
C. Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci
D. Barangnya sudah tercantum dalam katalog elektronik
3. Meode Pengadaan langsung pada pengadaan jasa konsultansi dilakukan dengan nilai
pengadaan sampai dengan…
A. 100 juta
B. 200 Juta
C. 1 M
D. 10 M
4. Pengadaan Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi konsultan hukum/advokasi
atau pengadaan arbiter yang tidak direncanakan sebelumnya, untuk menghadapi
gugatan dan/atau tuntutan hukum dari pihak tertentu, yang sifat pelaksanaan
pekerjaan dan/atau pembelaannya harus segera dan tidak dapat ditunda
menggunakan metode…
A. E Purchasing
B. Tender
C. Pengadaan angsung
D. Penunjukan langsung
5. Pada pengadaan jasa konsultansi dimana telah dilakukan seleksi ulang mengalami
kegagalan maka dilakukan dengan metode…
A. Penujukan Langsung
B. Tender Cepat
C. Pengadaan Langsung
D. Reverse Auction
6. Evaluasi kualifikasi yang dilakukan setelah dilakukannya pemasukan penawaran
adalah…
A. Prakualifikasi
B. Sistem pembototan
C. Sistem nilai
D. Pasca kualifikasi
7. Pengadaan Jasa Konsultansi yang menggunakan sistem pembobotan dengan ambang
batas menggunakan metode…
A. Pasca kualifikasi
B. Prakualifikasi
C. Sistem nilai
D. Semua benar
8. Metode penyampaian penawaran yang digunakan pada Pekerjaan Konstruksi yang
proses pemilihan penyedia barang/jasanya menggunakan metode evaluasi
penawaran Harga Terendah Sistem Gugur adalah…
A. 2 tahap
B. 1 file
C. 2 file
D. Semua benar
9. Metode penyampaian dokumen penawaran untuk seleksi jasa konsultansi adalah…
A. 2 tahap
B. 1 file
C. 2 file
D. Semua benar
10. Suatu tahapan yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi serta menjelaskan
atau mengklarifikasi hal-hal penting dalam Dokumen Pemilihan kepada calon
penyedia barang/jasa yang sudah mendaftar, agar isi Dokumen Pemilihan dipahami
dengan baik dan benar adalah…
A. Negosiasi
B. Sanggah
C. Pemberian Penjelasan
D. Tender
PENILAIAN KUALIFIKASI
PENGERTIAN
Kualifikasi secara umum dapat diartikan dengan kemampuan yang dimiliki untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dalam suatu proses penilaian kualifikasi akan diketahui
tingkat kemampuan tersebut. Pada pengadaan barang/jasa, untuk memilih penyedia
barang/jasa yang potensial, selain dilakukan penilaian kualifikasi juga dilakukan evaluasi
penawaran. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Proses Keluaran

Masukan
Metode Bangunan/
Penyedia Pelaksanaan Konstruksi lain
Barang/Jasa: Material/Bahan /Proses Hasil
 Legalitas Tenaga Kerja Produksi Studi/Analisis
Distribusi Barang Jadi
 Modal Peralatan
Layanan
 Pengalaman

Evaluasi Penawaran

Penilaian Kualifikasi
Dari gambaran tersebut dapat terlihat bahwa penilaian kualifikasi dititikberatkan pada
profil penyedia barang/jasa. Sedangkan evaluasi penawaran dititikberatkan pada
bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan dan hasil dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Setelah melalui penilaian kualifikasi dan evaluasi penawaran, maka diharapkan tujuan
dilakukannya pemilihan penyedia barang/jasa untuk mendapatkan penyedia barang/jasa
yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai
persyaratan yang ditetapkan dapat tercapai.
Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, kualifikasi didefinisikan sebagai evaluasi
kompetensi, kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia. Dimana
penilaian kualikasi dilakukan terhadap hal-hal seperti tercantum pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Aspek Penilaian Kualifikasi

Administrasi/Legalitas Teknis
Penilaian terhadap persyaratan Penilaian terhadap
antara lain: persyaratan:
● Ijin Usaha ● Pengalaman Pekerjaan Sejenis dengan
● Perpajakan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
● Kualifikasi dan Klasifikasi ● Kemampuan menyediakan sumber
Usaha daya untuk melaksanakan pekerjaan
● Pernyataan

Kualifikasi dapat dilakukan dengan:


● Pascakualifikasi, dimana penilaian kualifikasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan evaluasi penawaran; atau
● Prakualifikasi, dimana penilaian kualifikasi dilakukan
sebelum penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran.

KETENTUAN KUALIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


Penilaian kualifikasi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Metode Penilaian Kualifikasi
Jenis Pengadaan Kualifikasi Penilaian
● Barang/Jasa Pasckualifikasi Aspek administrasi dan teknis dinilai
lainnya/Pekerjaan dengan Sistem Gugur.
Konstruksi yang tidak
kompleks.
● Jasa Konsultansi
Perorangan.
● Barang/Jasa Prakualifikasi ● Aspek administrasi dan teknis dinilai
lainnya/Pekerjaan dengan Sistem Gugur pada pemilihan
Konstruksi yang kompleks. penyedia Barang/Jasa
● Jasa Konsultansi Badan lainnya/Pekerjaan Konstruksi dan
Usaha. Penunjukan Langsung.
● Penunjukan ● Aspek administrasi dinilai
Langsung. dengan Sistem Gugur dan aspek
teknis dinilai dengan Sistem
Pembobotan dengan Ambang Batas
pada pemilihan penyedia Jasa
Konsultansi.

b. Hasil Kualifikasi:
Kualifikasi Hasil Kualifikasi Jumlah Minimal
Daftar Peserta Paling sedikit 1 (satu)
Tender/ Seleksi Jasa Peserta Tender/Seleksi Jasa
Pasckualifikasi Konsultansi Konsultansi Perorangan
Perorangan yang Lulus yang Lulus Kualifikasi.
Kualifikasi.
Prakualifikasi ● Daftar peserta ● Paling sedikit 3 (tiga)
Tender peserta Tender; atau
Barang/Pekerja an
Konstruksi/Jasa ● Paling sedikit 3 (tiga)
Lainnya; atau dan paling banyak 7
● Daftar pendek (tujuh) peserta Seleksi
peserta Seleksi Jasa Jasa Konsultansi Badan
Konsultansi Badan Usaha.
Usaha.

Bila hasil kualifikasi tidak memenuhi jumlah minimal, maka:


● Tender/Seleksi dinyatakan gagal apabila menggunakan Pascakualifikasi; atau
● Prakualifikasi dinyatakan gagal apabila Tender/Seleksi menggunakan Prakualifikasi.

Khusus pada penunjukan langsung, prakualifikasi dilakukan terhadap 1 (satu) peserta


yang dinominasikan sebagai penyedia barang/jasa.
ASPEK KUALIFIKASI ADMINISTRASI/LEGALITAS PENYEDIA BARANG/JASA BADAN
USAHA, MELIPUTI:
1) Ijin usaha; yaitu penyedia barang/jasa memiliki ijin usaha yang sesuai dengan
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Misalnya: Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK),
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Ijin Usaha Pariwisata, dan Nomor Induk
Berusaha (NIB).
2) Perpajakan; yaitu mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil
Konfirmasi Status Wajib Pajak. Dimana kewajiban perpajakan peserta akan
dinyatakan valid berdasarkan informasi pada portal DJP Online Kementerian
Keuangan*).
*) https://www.pajak.go.id/id/pengumuman/pelaksanaan-konfirmasi-status-wajib-
pajak-dalam-pemberian-layanan-kepada-konsultan-pajak
3) Kualifikasi dan Klasifikasi Usaha; yaitu:
 kualifikasi usaha adalah kategori usaha yang dilihat dari pendapatan tahunan
badan usaha. Kategori tersebut dibedakan menjadi Kecil atau NonKecil. Sedangkan
untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Konstruksi dibedakan menjadi
Kecil, Menengah, dan Besar.
 klasifikasi usaha adalah kategori usaha yang dilihat dari jenis komoditas yang
diperdagangkan oleh badan usaha. Sebagai acuan dapat merujuk pada buku
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) atau peraturan yang
dikeluarkan kementerian teknis terkait.
4) Pernyataan; yang menyatakan bahwa badan usaha mematuhi pakta integritas dan
tidak memiliki masalah legalitas.

ASPEK KUALIFIKASI TEKNIS PENYEDIA BARANG/JASA BADAN USAHA, MELIPUTI:


1) Pengalaman pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, dimana
yang dimaksud pekerjaan sejenis mengacu pada Buku Klasifikasi Baku Komoditas
Indonesia (KBKI) atau peraturan 46erratu yang membidangi konstruksi yang
mengatur tentang kualifikasi dan klasifikasi badan usaha konstruksi.
2) Memiliki kemampuan untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, meliputi: tenaga kerja dan peralatan.

ASPEK KUALIFIKASI ADMINISTRASI/LEGALITAS PENYEDIA BARANG /JASA


PERORANGAN, MELIPUTI:
1) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
kegiatan/usaha;
2) memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia seperti Kartu Tanda Penduduk
(KTP)/Paspor/Surat Keterangan Domisili Tinggal;
3) mempunyai status valid keterangan Wajib Pajak berdasarkan hasil Konfirmasi Status
Wajib Pajak;
4) menyetujui Pernyataan Pakta Integritas; dan
5) menyetujui Surat pernyataan Peserta yang berisi:
 tidak dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
 keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan pihak yang
terkait;
 tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani sanksi pidana;
dan
 tidak berstatus Aparatur Sipil Negara, kecuali yang bersangkutan mengambil
cuti diluar tanggungan Negara.

ASPEK KUALIFIKASI TEKNIS PENYEDIA BARANG /JASA PERORANGAN, MELIPUTI:


1) memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa lainnya; dan
2) memiliki tempat/lokasi usaha.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Metode penilaian kualifikasi yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi
penawaran adalah…
A. Kualifikasi Teknis
B. Prakualifikasi
C. Pasca Kualifikasi
D. 2 file
2. Apabila hasil kualifikasi Tender Pascakualifikasi tidak memenuhi jumlah minimal
maka…
A. Tender dinyatakan gagal
B. Penawaran ulang
C. Evaluasi ulang
D. Tender cepat
3. Aspek Kualifikasi Administrasi/Legalitas Penyedia Barang/Jasa Badan Usaha yang
dinilai pada penilaian kualifikasi adalah…
A. Kemampuan Keuangan
B. Ijin Usaha dan Perpajakan
C. Rancangan Kontrak
D. Dokumen Penawaran
4. Aspek Kualifikasi Teknis Penyedia Barang/Jasa Badan Usaha yang dinilai pada
penilaian kualifikasi adalah…
A. Kemampuan Keuangan
B. Ijin Usaha dan Perpajakan
C. Rancangan Kontrak
D. Pengalaman pekerjaan sejenis
EVALUASI PENAWARAN

PENGERTIAN
Evaluasi penawaran dapat didefinisikan sebagai aktifitas menilai penawaran yang
disampaikan peserta pemilihan penyedia barang/jasa dalam dokumen penawaran dengan
mengacu pada ketentuan pemilihan penyedia barang/jasa yang tercantum dalam
dokumen pemilihan. Dimana evaluasi penawaran dilakukan terhadap tiga aspek yaitu:
a. Aspek Administrasi Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian
tentang pemenuhan persyaratan formal penawaran.
b. Aspek Teknis Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian tentang
pemenuhan persyaratan teknis pengadaan barang/jasa.
c. Aspek Harga Penawaran; dimana evaluasi ini dititikberatkan pada penilaian tentang
pemenuhan persyaratan harga penawaran.

Aspek – aspek dalam Evaluasi Penawaran

Administrasi Teknis Harga


1. Keabsahan surat 1. Spesifikasi Teknis. 1. Harga penawaran terhadap
penawaran. 2. Jangka waktu pelaksanaan. harga penawaran peserta
2. Keabsahan jaminan 3. Personil. lain.
penawaran (bila 4. Peralatan. 2. Kesesuaian terhadap HPS
diperlukan). 5. Metode Pelaksanaan. atau Pagu Anggaran.
6. Pengalaman (jasa 3. Kewajaran Harga
konsultansi). Penawaran (termasuk
7. Proposal Teknis (jasa harga satuan penawaran).
konsultansi).
8. Kualifikasi Tenaga Ahli
(jasa konsultansi).

Masing-masing hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:


a. Keabsahan surat penawaran; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan yang
meliputi tanggal surat penawaran, jangka waktu penawaran, nama paket pekerjaan,
isi surat penawaran (bukan penawaran bersyarat), dan penandatangan surat
penawaran.
b. Keabsahan jaminan penawaran; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan yang
meliputi penerbit jaminan, nilai jaminan, masa berlaku, nama paket yang dijamin,
nama pihak penerima, nama pihak yang dijamin, dan klausul pencairan jaminan.
c. Spesifikasi Teknis; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan yang tercantum
dalam spesifikasi teknis, seperti bahan yang digunakan, peralatan yang digunakan,
proses produksi, dan hasil pekerjaan.
d. Jangka waktu pelaksanaan; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan jangka
waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan.
e. Personil; dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan pengalaman kerja,
pendidikan, dan sertifikat keahlian (jika disyaratkan) masing-masing personil.
f. Metode pelaksanaan; dievaluasi dengan memperhatikan kesesuaian metode
pelaksanaan yang ditawarkan dengan kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku atau
kriteria metode pelaksaan yang ditetapkan. (metode pelaksanaan hanya untuk
kualifikasi usaha besar pada jasa kontruksi)
g. Pengalaman (jasa konsultansi); dievaluasi dengan memperhatikan persyaratan
pekerjaan sejenis yang pernah dilaksanakan, nilai pekerjaan sejenis yang pernah
dilaksanakan, dan lokasi pekerjaan yang sama yang pernah dilaksanakan.
h. Proposal teknis (jasa konsultansi); dievaluasi dengan memperhatikan kesesuaian
layanan, metodologi, dan gagasan baru yang ditawarkan dengan kaidah-kaidah
keilmuan yang berlaku dan kualitas hasil pekerjaan yang diharapkan.
i. Kualifikasi Tenaga Ahli (jasa konsultansi); dievaluasi dengan memperhatikan
persyaratan pengalaman kerja, 52erratus52n, dan sertifikat keahlian (jika
disyaratkan) masing-masing personil.
j. Tata cara evaluasi kewajaran harga dilaksanakan apabila penawaran peserta dibawah
80% terhadap nilai HPS
Bila ditemukan hal-hal yang meragukan atau kurang jelas, maka dapat dilakukan
klarifikasi terhadap aspek-aspek teknis dalam dokumen penawaran tersebut.

CARA PENILAIAN TERHADAP ASPEK–ASPEK DALAM EVALUASI PENAWARAN


No. Aspek Penilaian Metode Evaluasi
1. Administrasi Memberikan penilaian berupa Seluruh metode evaluasi.
penyataan ‘Memenuhi’ atau ‘Tidak
Memenuhi’ pada setiap unsur
administrasi.
2. Teknis Memberikan penilaian berupa Biaya Terendah Sistem Gugur
penyataan ‘Memenuhi’ atau ‘Tidak
Memenuhi’ pada setiap unsur teknis
Memberikan penilaian dalam bentuk ● Biaya Terendah dengan
angka (score) pada setiap unsur Ambang Batas
teknis. ● Sistem Nilai
● Kualitas
● Kualitas dan Biaya
● Pagu Anggaran
● Biaya Terendah
Memberikan penilaian dalam bentuk ● Penilaian Biaya Selama
nilai uang pada setiap unsur teknis. Umur Ekonomis
3. Harga Memberikan penilaian dalam ● Biaya Terendah Sistem
penawaran bentuk nilai uang pada harga Gugur
terhadap penawaran. ● Biaya Terendah dengan
harga Ambang Batas
penawaran
● Penilaian Biaya Selama
peserta lain
Umur Ekonomis
● Kualitas
● Pagu Anggaran
● Biaya Terendah
Memberikan penilaian dalam ● Sistem Nilai
bentuk angka (score) pada harga ● Kualitas dan Biaya
penawaran.

Hasil setiap tahapan evaluasi (administrasi, teknis, dan harga), selanjutnya


dikompilasi/digabungkan oleh Pengelola Pengadaan untuk menentukan calon pemenang.
Hasil kompilasi ini akan menjadi kesimpulan hasil evaluasi penawaran. Susunan hasil
kompilasi terdiri dari:
a. Hasil evaluasi administrasi.
b. Hasil evaluasi teknis.
c. Hasil evaluasi harga.
d. Hasil kombinasi nilai teknis dan harga (khusus metode evaluasi sistem nilai untuk
barang/konstruksi/jasa lainnya, serta metode evaluasi kualitas dan biaya untuk
pekerjaaan konsultansi).
e. Hasil evaluasi kualifikasi (khusus pascakualifikasi)
f. Hasil klarifikasi dan negosiasi (khusus pekerjaan konsultansi).

DOKUMENTASI EVALUASI PENAWARAN


Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, dokumentasi terhadap aktifitas evaluasi
penawaran merupakan hal yang sangat penting. Dokumentasi yang dimaksud meliputi:
● Dokumen pemilihan yang menjadi acuan dalam melakukan evaluasi penawaran.
● Dokumen penawaran yang menjadi obyek dilakukannya evaluasi penawaran.
● Kertas Kerja Evaluasi.·
● Berita Acara Klarifikasi (jika ada).
● Berita Acara Evaluasi Penawaran.
Pengelolaan dokumen yang digunakan dalam evaluasi penawaran merupakan tanggung
jawab dari pengelola pengadaan. Dimana hampir sebagian besar dokumen dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah sudah dalam bentuk elektronik, terutama dokumen-
dokumen yang telah diunggah pada SPSE.
Namun demikian sangat disarankan unit pengelola pengadaan melakukan pengelolaan
dokumen secara mandiri, baik untuk dokumen non elektronik dan dokumen elektronik.
Pengelolaan mandiri ini akan mempermudah penggunaan bagi keperluan di waktu
mendatang, seperti untuk keperluan audit, penyelesaian sengketa, dan bahan
pembelajaran bagi organisasi.

PENETAPAN DAN PENGUMUMAN HASIL PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA


Berdasarkan hasil evaluasi penawaran, maka selanjutnya dapat dilakukan penetapan hasil
pemilihan penyedia barang/jasa. Atau sering juga disebut dengan penetapan pemenang
apabila metode pemilihan penyedia barang/jasa melalui Tender, Tender Cepat, atau
Seleksi. Penetapan pemenang dapat dilakukan oleh:
● Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan; untuk pengadaan barang / pekerjaan konstruksi /
jasa lainnya dengan nilai Pagu Anggaran sampai dengan Rp.100.000.000.000,-
(Seratus miliar rupiah) dan untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran sampai dengan Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).
● Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran; untuk pengadaan barang /
pekerjaan konstruksi / jasa lainnya dengan nilai Pagu Anggaran di atas
Rp.100.000.000.000,- (Seratus miliar rupiah) dan untuk pengadaan jasa konsultansi
dengan nilai Pagu Anggaran di atas Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah)
berdasarkan usulan dari Pokja Pemilihan.
Penetapan pemenang selanjutnya diumumkan untuk diketahui para peserta pemilihan
penyedia barang/jasa.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Evaluasi penawaran yang meniitikberatkan pada penilaian tentang pemenuhan
persyaratan teknis pengadaan barang/jasa adalah evaluasi pada aspek…
A. Adminisrasi
B. Teknis Penawaran
C. Harga Penawaran
D. Evaluasi Akhir
2. Evaluasi penawaran yang dilakukan terhadap kewajaran harga penawaran dan
kesesuaian terhadap HPS atau pagu anggaran merupakan evaluasi terhadap aspek…
A. Adminisrasi
B. Teknis Penawaran
C. Harga Penawaran
D. Evaluasi Akhir
3. Pada evauasi penawaran jika ditemukan hal-hal yang meragukan atau kurang jelas
maka dapat dilakukan…
A. Negosiasi
B. Klarifikasi
C. Evaluasi Ulang
D. Sanggah
4. Berikut ini merupakan dokumentasi aktifitas evaluasi penawaran kecuali…
A. Kertas Kerja Evaluasi.
B. Dokumen penawaran
C. Berita Acara Evaluasi Penawaran.
D. Dokumen Perencanaan
5. Penetapan pemenang untuk pekerjaan konstruksi dengan pagu anggaran Rp.
120.000.000.000 dilakukan oleh…
A. PPK
B. Pokja
C. PA
D. PP
PENGELOLAAN SANGGAH

PENGERTIAN SANGGAH
Dalam kegiatan Pengadaan Barang/Jasa, maka sanggah diartikan sebagai sebuah
bantahan/protes dari peserta pemilihan yang memasukan dokumen kualifikasi atau
dokumen penawaran karena merasa dirugikan atas terhadap keputusan dari pejabat
pembuat keputusan hasil prakualifikasi atau penetapan pemenang pemilihan penyedia
barang/jasa. Bagi pengguna barang/jasa, sanggah dapat berfungsi untuk:
a. Mengidentifikasi cara memperbaiki proses pengadaan di masa mendatang
b. Mendorong penyedia untuk memasukan penawaran yang lebih baik di masa depan
c. Mendorong sektor publik sebagai pembeli agar lebih adil, terbuka dan etis
d. Mendorong partisipasi penyedia yang berkesinambungan yang mempromosikan
kompetisi
Bagi peserta pemilihan, sanggah dapat berfungsi untuk:
a. Memperoleh kejelasan terhadap kekurangan dalam dokumen penawaran
b. Membangkitkan kepercayaan diri dan meyakinkan integritas proses pemilihan
c. Memperoleh umpan balik bagi perbaikan kinerja di masa mendatang
d. Membantu memahami dan mengoperasikan prosedur dan praktik yang berbeda yang
mungkin diaplikasikan di sektor publik.

KETENTUAN TENTANG SANGGAH


Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa dirugikan atas penetapan
hasil pemilihan Penyedia dengan ketentuan:
a. Peserta yang menyampaikan Dokumen Kualifikasi dan/atau Dokumen Penawaran
dapat mengajukan sanggah melalui aplikasi SPSE apabila menemukan:
1) Kesalahan dalam melakukan evaluasi.
2) Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan perubahannya tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pemilihan.
3) Rekayasa/persekongkolan diantara pelaku pengadaan sehingga menghalangi
terjadinya persaingan usaha yang sehat.
4) Penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, pimpinan UKPBJ, PPK, PA/KPA,
dan/atau kepala daerah.
b. Sanggah disampaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman.
c. Jawaban sanggah diberikan melalui aplikasi SPSE atas semua sanggah paling lambat 3
(tiga) hari kerja setelah akhir masa sanggah.
d. Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan melakukan evaluasi
ulang, pemasukan dokumen penawaran ulang, atau pemilihan Penyedia ulang.
e. Apabila sanggah dinyatakan salah/tidak diterima, maka:
1) Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi, Pokja Pemilihan
melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil pemilihan kepada
Pejabat Penandatangan Kontrak.
2) Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi, dalam hal peserta yang menyampaikan
sanggahan tidak setuju dengan jawaban sanggah maka peserta tersebut dapat
menyampaikan sanggah banding.

KETENTUAN TENTANG SANGGAH BANDING


Sanggah Banding merupakan protes dari penyanggah kepada KPA pada pengadaan
Pekerjaan Konstruksi yang tidak setuju atas jawaban sanggah. Dalam hal tidak ada KPA
yang ditetapkan bertanggungjawab pada pengadaan tersebut, maka Sanggah Banding
ditujukan kepada PA. Penyampaian Sanggah Banding diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Penyanggah menyampaikan Sanggah Banding secara tertulis kepada KPA selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah jawaban sanggah dimuat dalam aplikasi SPSE.
Tembusan Sanggah Banding disampaikan kepada APIP yang bersangkutan.
b. Penyanggah Banding harus menyerahkan Jaminan Sanggah Banding yang ditujukan
kepada Pokja Pemilihan sebesar 1% (satu persen) dari nilai total HPS dengan masa
berlaku 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal pengajuan Sanggah Banding.
Untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi, Jaminan Sanggah Banding besarnya 1%
(satu persen) dari nilai Pagu Anggaran.
c. Pokja Pemilihan mengklarifikasi atas kebenaran Jaminan Sanggah Banding kepada
penerbit jaminan dan KPA tidak akan menindaklanjuti Sanggah Banding sebelum
mendapatkan hasil klarifikasi Pokja Pemilihan.
d. KPA menyampaikan jawaban Sanggah Banding, dengan tembusan kepada UKPBJ
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima klarifikasi dari Pokja
Pemilihan. Dalam hal KPA tidak memberikan jawaban Sanggah Banding maka KPA
dianggap menerima Sanggah Banding.
e. Apabila Sanggah Banding dinyatakan benar/diterima, UKPBJ memerintahkan Pokja
Pemilihan melakukan evaluasi ulang atau pemilihan Penyedia ulang.
f. Apabila Sanggah Banding dinyatakan salah/tidak diterima, maka:
1) Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan menyampaikan hasil
pemilihan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak; dan
2) UKPBJ mencairkan Jaminan Sanggah Banding dan disetorkan ke kas
negara/daerah;
g. Sanggah Banding menghentikan proses Tender.
h. Sanggah Banding yang disampaikan bukan kepada KPA, atau disampaikan diluar
masa Sanggah Banding, dianggap sebagai pengaduan dan diproses sebagaimana
penanganan pengaduan.

PROSEDUR PENANGANAN SANGGAH


Sanggahan yang dilakukan oleh peserta harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan
melalui aplikasi SPSE, serta memenuhi pokok- pokok sanggahan agar dapat diproses lebih
lanjut. Ketidaksesuaian antara ketentuan mengenai sanggahan dengan proses dan isi
sanggahan dapat menyebabkan sanggahan tidak dapat diterima karena tidak dapat
diperlakukan sebagai sanggahan namun tetap harus dijawab oleh yang berwenang, dalam
pengadaan sektor publik harus dijawab oleh Pokja Pemilihan, khususnya substansi yang
berkaitan dengan proses pengadaan.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Sebuah bantahan/protes dari peserta pemilihan yang memasukan dokumen kualifikasi
atau dokumen penawaran karena merasa dirugikan atas terhadap keputusan dari
pejabat pembuat keputusan hasil prakualifikasi atau penetapan pemenang pemilihan
penyedia barang/jasa adalah…
A. Monitoring
B. Evaluasi
C. Klarifikasi
D. Sanggah
2. Apabila Peserta pemilihan penyedia menemukan adanya penyalahgunaan wewenang
oleh Pokja Pemilihan dalam proses pemilihan maka peserta dapat…
A. Melakukan Pemasukan Ulang
B. Mengajukan Sanggah melalui SPSE
C. Melakukan Evaluasi Penawaran
D. Semua benar
3. Dalam Kapan Sanggah dapat disampaikan?
A. Dalam waktu 5 hari kerja setelah pengumuman
B. waktu 5 hari kerja setelah akhir masa sanggah
C. Paling lambat 3 hari kerja setelah akhir masa sanggah
D. Dalam waktu 3 hari kerja setelah pengumuman
4. Kapan jawaban sanggah atas semua sanggah dapat diberikan melalui aplikasi SPSE??
A. Paling lambat 5 hari kerja setelah menyampaikan sanggah
B. Paling cepat 3 hari kerja setelah akhir masa sanggah
C. Paling cepat 5 hari kerja setelah akhir masa sanggah
D. Paling lambat 3 hari kerja setelah akhir masa sanggah
5. Pada pengadaan Pekerjaan Konstruksi jika penyanggah melakukan protes diakrenakan
tidak setuju dengan jawaban sanggah maka dapat menyampaikan protes melalui…
A. Sanggah Ulang
B. Sanggah Banding
C. Keberatan
D. Evaluasi ulang
PENYUSUNAN DAFTAR PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGERTIAN
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa dapat didefinisikan sebagai proses untuk
menetapkan pelaku usaha atau penyedia barang/jasa yang dinilai potensial berdasarkan
kriteria tertentu untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa. Tujuan dari penyusunan daftar
penyedia barang/jasa ini diantaranya adalah:
a. Tersedianya informasi pasar yang diperlukan untuk melakukan analisis pasar.
b. Tersedianya informasi pasar yang diperlukan untuk melakukan pembinaan terhadap
pelaku usaha.
c. Meminimalkan tahapan proses pemilihan penyedia barang/jasa, sehingga pengadaan
barang/jasa dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif.
Pada daftar penyedia barang/jasa, idealnya terdapat jumlah penyedia yang cukup untuk
setiap kategori barang/jasa. Sehingga dengen tersedianya daftar penyedia barang/jasa
dapat memberikan keuntungan berupa:
a. Pembeli cukup mengundang penyedia sesuai kategori tertentu dalam proses
pemilihan penyedia barang/jasa sehingga menjadi lebih cepat.
b. Pembeli dapat mempunyai waktu lebih untuk melakukan perencanaan, penyusunan
lingkup pekerjaan, atau spesifikasi.
c. Merencanakan jenis kontrak yang cocok dengan sifat kebutuhan dan sifat
barang/jasa.
d. Membuat daftar harga yang lebih lengkap dan sesuai dengan lingkup kerja atau
spesifikasi, dan
e. Menyusun sistem evaluasi kinerja penyedia dengan lebih baik.

Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, pihak yang bertindak sebagai penjual


barang/jasa disebut dengan terminologi yang berbeda- beda sesuai dengan peran pada
pengadaan barang/jasa. Secara umum, pihak yang bertindak sebagai penjual barang/jasa
disebut sebagai pelaku usaha. Ketika pihak penjual tersebut mengikuti proses pemilihan
penyedia barang/jasa, maka disebut sebagai peserta pemilihan penyedia barang/jasa.
Setelah selesainya proses pemilihan penyedia barang/jasa, dan dilanjutkan dengan adanya
kontrak dengan 1(satu) penjual barang/jasa, maka penjual barang/jasa tersebut disebut
sebagai penyedia barang/jasa. Dalam penyusunan daftar penyedia barang/jasa pada
bagian ini, yang dimaksud dengan penyedia barang/jasa memiliki arti yang lebih luas.
Tidak hanya mengacu kepada penjual barang/jasa yang telah berkontrak dengan
pemerintah.

KRITERIA DAN BENTUK DAFTAR PENYEDIA BARANG/JASA


Tahapan penyusunan daftar penyedia barang/jasa secara umum dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Melakukan analisa pembelian (spend analysis) terhadap semua barang/jasa.
b. Mengkategorikan dan mengelompokan jenis barang/jasa serta mencari potensi
penyedia untuk setiap barang/jasa tersebut jika diperlukan.
c. Melakukan pemetaan (mapping) barang/jasa (atau kelompok barang/jasa) ke dalam
Model Posisi Pasokan (Supply Positioning Model/SPOM).
d. Berdasarkan hasil pemetaan di atas dan berdasarkan prioritas (berdasarkan nilai
pembelian dan dampak-peluang-risiko), dipilih barang/jasa yang akan dievaluasi
penyedianya secara mendalam.
e. Menentukan strategi pengadaan, termasuk jenis, karakter, dan hubungan bisnis
dengan penyedia yang diinginkan.
f. Menggali informasi tentang potensi kinerja (berdasarkan kemampuan dan motivasi)
penyedia.
g. Menentukan kriteria penilaian terhadap potensi kinerja yang akan diukur.
h. Melakukan penilaian terhadap potensi kinerja penyedia, termasuk melakukan
evaluasi dan mempertimbangkan hasil evaluasi terhadap jawaban dan data-data yang
disampaikan penyedia terhadap kuesioner yang diberikan oleh Pembeli.
i. Menggambarkan hasil penilaian dan pemeringkatan dari para Penyedia ke dalam
grafik kemampuan-motivasi.
j. Menetapkan penyedia yang lulus berdasarkan peringkat dan mencantumkan ke
dalam daftar penyedia barang/jasa.
Potensi kinerja dinilai dengan melakukan penilaian menyeluruh terhadap kemampuan
dan tingkat motivasi penyedia. Kemampuan dapat terdiri dari kemampuan administrasi,
kemampuan teknis umum, kemampuan pada aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lindungan Lingkungan (K3LL), dan kemampuan keuangan. Diuraikan sebagai berikut:
a. Kemampuan administrasi
Kemampuan penyedia untuk memenuhi persyaratan administrasi yang ditentukan
oleh pembeli. Pemenuhan dibuktikan dengan adanya kesesuaian dan keabsahan
dokumen penyedia dengan persyaratan yang ditentukan.
b. Kemampuan teknis umum
Kemampuan penyedia untuk memenuhi persyaratan kemampuan teknis yang belum
terkait secara langsung dengan spesifikasi atau lingkup kerja barang/jasa yang dibeli.
Kemampuan ini berkaitan dengan sistem pengelolaan perusahaan, pengalaman
perusahaan dan para personilnya dalam melaksanakan pekerjaan serupa,
pengalaman penyedia dalam memproduksi barang/membeli dan mengirimkan
barang tersebut secara tepat waktu.
c. Kemampuan pada aspek K3LL
Kemampuan penyedia untuk memenuhi persyaratan minimum dalam aspek sistem
K3LL yang ditentukan oleh pembeli.
d. Kemampuan keuangan
Kemampuan penyedia untuk menyediakan keuangan yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau untuk memproduksi
barang/mengirimkan barang kepada pembeli.
Untuk tingkat motivasi penyedia dapat diukur secara kualitatif dengan menggunakan
Model Persepsi Pasokan atau Supply Perception Model (SPEM). Berdasarkan
kemampuan dan tingkat motivasi penyedia sebagaimana diuraikan di atas, maka
dapat ditentukan potensi kinerja penyedia dengan menggunakan suatu model yang
disebut Performance Equation Model (PEM).
Gambar 7. 1 Pemetaan Potensi Penyedia

Gambar di atas merupakan contoh potensi kinerja para penyedia. Gambar tersebut
menunjukkan ada 5 (lima) penyedia yang diplot ke dalam grafik untuk suatu jenis
barang/jasa tertentu. Penyedia yang masuk dalam daftar penyedia adalah penyedia yang
tidak saja mempunyai potensi kinerja unggul secara teknis dan wajar dalam harga jual
(tidak didasarkan pada penawaran harga dalam proses pemilihan penyedia), namun juga
mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjual barang/jasa dan bekerjasama dengan
pembeli. Dengan kemampuan dan motivasi yang tinggi, diharapkan penyedia dapat
menyelesaikan kewajibannya secara memuaskan sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dalam praktek dan menurut rujukan beberapa sumber buku, daftar penyedia
barang/jasa dapat membagi penyedia barang/jasa ke dalam beberapa kategori,
misalnya sebagai Approved Supplier, Preferred Supplier, dan Emergency
Supplier.
1) Approved Supplier adalah para penyedia yang sudah lulus dan mampu setelah masuk
ke daftar penyedia barang/jasa, namun belum mendapakan pekerjaan. Sehingga
belum terbukti apakah dapat melaksanakan kewajibannya dengan kinerja yang
memuaskan.
2) Preferred Supplier adalah para penyedia yang terdaftar dalam daftar penyedia
barang/jasa dan telah mendapatkan pekerjaan serta melaksanakan kewajibannya
seperti dalam kontrak secara memuaskan.
3) Emergency Supplier adalah sebagian dari para penyedia dalam kategori Preferred
(atau juga Approved bila tidak ada yang berada dalam Preferred) yang dipakai sebagai
rujukan pertama bila terjadi kondisi darurat (emergency). Jenis penyedia ini sangat
diperlukan sebagai bagian dari rencana keberlanjutan bisnis (Business Continuity
Plan) dari organisasi pembeli untuk menghindari kerugian yang lebih besar atau
bahkan berhentinya operasi atau kegiatan organisasi. Penyedia dengan kategori ini,
dipilih berdasarkan hubungan bisnis yang lama, dapat diandalkan jaminan pasokan
(security of supply), dan mempunyai kemampuan menyediakan barang/jasa dengan
variasi produk (product range) yang lebar.
Penyusunan daftar penyedia barang/jasa pemerintah pada dasarnya menganut pola pikir
yang sama dengan apa yang telah diuraikan di atas. Penyusunan daftar penyedia
barang/jasa pemerintah dilakukan dengan mempertimbangkan sifat kebutuhan dan sifat
barang/jasa itu sendiri dari sudut pandang Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai pembeli. Dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi bentuk daftar penyedia
barang/jasa yang akan disusun. Hal tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 7. 1 Bentuk Daftar Penyedia

No. Sifat Kebutuhan Sifat Barang/Jasa Bentuk Daftar Penyedia


1. ● Rutin. ● Barang/jasa ● Penyedia telah
● Jumlah standar atau terkualifikasi.
kebutuhan dapat ● Daftar Penyedia
besar. distandarkan. mencantumkan:
● Kebutuhan ● Harga relatif tidak i. Nama Penyedia.
berulang. berfluktuatif. ii. Nama Produk
● Banyak merek dan Barang/Jasa.
pelaku usaha di pasar. iii. Spesifikasi
Barang/Jasa.
iv. Harga
Barang/Jasa.
Contoh:
Katalog Elektronik.
2. ● Tidak rutin. ● Barang/jasa ● Pelaku Usaha telah
● Jumlah standar atau terkualifikasi.
kebutuhan dengan karakter ● Daftar Pelaku Usaha
sedikit. spesifik. mencantumkan:
● Kebutuhan tidak ● Harga dapat i. Nama Pelaku
berulang. berfluktuatif Usaha.
sesuai kondisi ii. Kategori Produk
pasar. Barang/Jasa.
● Banyak pelaku
usaha di pasar. Contoh:
● Sistem Informasi
Kinerja Penyedia
(SIKAP)
3. ● Kebutuhan ● Barang/jasa dengan ● Pelaku usaha belum
bersifat unik. karakter spesifik. terkualifikasi.
● Tidak banyak ● Pelaku usaha telah
pelaku usaha di terverifikasi.
pasar. ● Daftar Penyedia
● Harga bervariasi mencantumkan:
sesuai karakteristik Nama Pelaku usaha.
pekerjaan. Contoh:
Daftar Pelaku Usaha
Terverifikasi LPSE.

Berdasarkan penjelasan pada tabel di atas, maka:


● Penyusunan daftar penyedia sesuai kriteria pada Nomor 1. disusun berdasarkan hasil
proses pencantuman penyedia barang/jasa Katalog Elektronik.
● Penyusunan daftar penyedia sesuai kriteria pada Nomor 2. disusun berdasarkan hasil
kualifikasi penyedia barang/jasa.
● Penyusunan daftar penyedia sesuai kriteria pada Nomor 3. dilakukan melalui proses
registrasi pelaku usaha dan verifikasi.
Dalam hal suatu Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah memiliki kebutuhan yang
spesifik yang belum terakomodir dengan bentuk daftar penyedia barang/jasa yang ada,
maka pengelola pengadaan barang/jasa dapat mengembangkan daftar penyedia
barang/jasa dengan kriteria lain.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Penjual atau pelaku usaha yang mengikuti proses pemilihan penyedia barang/jasa
disebut dengan…
A. Peserta Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
B. Calon Peserta Pemilihan
C. Supplyer
D. Konsultan
2. Setelah proses pemilihan penyedia barang/jasa selesai dan dilanjutkan dengan adanya
kontrak dengan 1(satu) penjual barang/jasa, maka penjual barang/jasa tersebut
disebut sebagai…
A. Peserta Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
B. Calon Peserta Pemilihan
C. Penyedia barang/jasa
D. Konsultan
3. Potensi kinerja dinilai dengan melakukan penilaian menyeluruh terhadap…
A. Kemampuan saja
B. Tingkat motivasi penyedia
C. Kemampuan keangan
D. Kemampuan dan tingkat Motivasi
3. Penyusunan daftar penyedia dengan kriteria rutin, jumlah kebutuhan besar, dan
kebutuhan berulang berdasarkan pada…
A. hasil proses pencantuman penyedia barang/jasa Katalog Elektronik.
B. hasil kualifikasi penyedia barang/jasa
C. hasil evaluasi penawaran
D. hasil negosiasi
NEGOSIASI DALAM PENGADAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGERTIAN
Kamus Besar Bahasa Indonesias (KBBI) mendefinisikan negosiasi sebagai berikut:
‘Negosiasi/ne·go·si·a·si/négosiasi/n 1) proses tawar- menawar dengan jalan berunding guna
mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak
(kelompok atau organisasi) yang lain; 2) penyelesaian sengketa secara damai melalui
perundingan antara pihak yang bersengketa’; (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
Dalam konteks umum, negosiasi adalah proses tawar-menawar antara dua pihak atau
lebih, masing-masing dengan sudut pandang dan tujuan sendiri, berusaha untuk mencapai
kesepakatan yang saling memuaskan, atau penyelesaian masalah yang menjadi perhatian
bersama. Dalam konteks pengadaan, negosiasi adalah proses yang mengantarkan kepada
kesepakatan tentang kondisi kontrak, melalui diskusi antara pemilik pekerjaan atau
pembeli dan penyedia barang/ jasa atau penjual.
Berdasarkan definisi-definisi pada referensi di atas, dapat diuraikan unsur-unsur
negosiasi sebagai berikut:
a. Merupakan sebuah proses
b. Melibatkan orang-orang dari dua pihak atau lebih
c. Mempunyai kepentingan bersama
d. Terdapat pertukaran sumber daya atau informasi, baik dengan cara
tawar menawar atau pertukaran
e. Bertujuan mencapai kesepakatan
Negosiasi tidak hanya sebagai proses untuk mendapatkan harga terendah, namun
penawaran yang memenuhi dan tunduk pada persyaratan. Negosiasi sebagai bagian
penting dari strategi pengadaan atau pembelian. Negosiasi yang efektif harus
menghasilkan biaya yang efisien, perjanjian yang adil, tahan lama, memenuhi kebutuhan
yang sah dari kedua belah pihak dan meningkatkan (atau setidaknya tidak merusak)
hubungan antara pihak.

RUANG LINGKUP NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA


Pada pengadaan barang/jasa, negosiasi menjadi penting untuk dilakukan apabila
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan mengandung kondisi sebagai berikut:
a. Untuk produk atau layanan yang bernilai tinggi;
b. Ketika diperlukan jaminan pasokan jangka panjang;
c. Pengadaan untuk pekerjaan yang kompleks;
d. Proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan hanya ada sedikit penyedia atau batas
minimum peserta tidak terpenuhi atau yang kurang terjadinya kompetisi pada proses
pemilihan penyedia barang/jasa;
e. Pengadaan yang tidak mempunyai referensi untuk persyaratan kontrak (misalnya
pengalaman masa lalu) dan hanya dapat ditentukan sebagai hasil dari proses
klarifikasi; atau
f. Membutuhkan penyetaraan teknis dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa.
Negosiasi dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kontrak maupun selama pelaksanaan
kontrak. Dimana hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebelum pelaksanaan kontrak:
1) Sebelum dilakukan penunjukkan penyedia.
2) Sebelum tanda tangan kontrak, misalnya negosiasi untuk finalisasi
klausul-klausul dalam kontrak (term of contract).
b. Selama pelaksanaan kontrak:
1) Sebelum dilakukannya variasi/perubahan kontrak
2) Setiap kali masalah timbul selama pelaksanaan kontrak.

Negosiasi dapat dilakukan atas berbagai aspek yang terdapat di dalam penawaran
penyedia barang/jasa, diantaranya adalah:
a. Aspek dukungan teknis – jaminan, layanan purna jual selama umur pemakaian,
perjanjian pemeliharaan.
b. Aspek keuangan – dukungan bank, syarat pembayaran, diskon, jadwal pembayaran,
biaya perjalanan, denda pembatalan.
c. Aspek manajemen risiko – jaminan keuangan, asuransi, jaminan, standar pelayanan,
klausa pencairan kerusakan.
d. Aspek informasi manajemen - akses ke informasi, pelaporan, dokumentasi, kehadiran
pada rapat kemajuan pekerjaan.
e. Aspek dukungan pemerintah - pemerintah menyediakan fasilitas dan informasi, akses
ke pemerintah.
f. Kerangka waktu - tanggal penyelesaian, tanggal pengiriman, waktu penyelesaian,
panjang kontrak.
g. Insentif kinerja
h. Hal-hal umum termasuk kemasan dan pengiriman, pengaturan subkontrak.
Aspek-aspek yang dapat dinegosiasi sebagaimana diuraikan di atas, dilakukan bilamana
memang belum ditetapkan di dalam dokumen pemilihan dan terbuka ruang untuk
dilakukannya negosiasi. Dalam melakukan negosiasi atas berbagai aspek tersebut, sambil
dipertimbangkan pengaruhnya terhadap harga penawaran yang telah disampaikan. Dapat
pula langsung diikuti dengan negosiasi harga.
Negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan proses penyepakatan
bersama antara Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dengan Penyedia terkait dengan
harga dan kualitas teknis. Materi pokok yang menjadi objek negosiasi pada Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah adalah kualitas teknis barang/jasa dan harga. Pada pemilihan
penyedia barang/jasa pemerintah, negosiasi dapat diterapkan pada:
1) Seleksi Jasa Konsultansi.
2) Penunjukan Langsung.
3) Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat.
4) Pengadaan Langsung dengan bentuk kontrak SPK.
5) E-Purchasing (pembelian melalui Katalog Elektronik).
6) Proses pencantuman Penyedia Katalog Elektronik.
7) Tender dengan Metode Pemasukan Penawaran Dua Tahap (pada
penyetaraan teknis).
8) Pelaksanaan tender pengadaan barang/jasa lainnya dimana peserta
yang memasukan dan lulus evaluasi teknis hanya 1(satu) peserta.
9) Pelaksanaan tender pekerjaan konstruksi dimana peserta yang lulus
evaluasi teknis hanya 1(satu) peserta.
Selain itu dapat dilakukan selama pelaksanaan kontrak ketika timbul hal-hal yang
sebelumnya tidak diatur atau berbeda dengan yang tercantum di dalam kontrak.
TUJUAN NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
Tujuan dilakukannya negosiasi dalam pengadaan barang/jasa dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sebelum pelaksanaan kontrak:
1) Untuk memperjelas masalah dan batasan-batasan para pihak;
2) Untuk mengembangkan lingkup pekerjaan (jenis, volume, jangka waktu) pada
kontrak dan memperdalam pemahaman antara pihak-pihak;
3) Untuk memperbaiki tawaran saat ini (misalnya harga, kondisi, tingkat layanan);
4) Perlunya eksplorasi oleh para pihak yang akan berkontrak, jika terdapat kondisi
yang tidak biasa atau kompleks; dan/atau
5) Ketika risiko substansial teridentifikasi dalam pengadaan dan pihak-pihak yang
akan berkontrak mencari cara untuk mengurangi atau mentransfer paparan
risiko.
b. Selama pelaksanaan kontrak:
1) Bila ada kekhawatiran terhadap kinerja penyedia, adalah lebih baik untuk
bernegosiasi dan memecahkan masalah, daripada menempuh proses litigasi;
2) Ketika terdapat variasi kontrak atau perubahan kontrak, maka mungkin
diperlukan negosiasi syarat dan kondisi untuk variasi atau perubahan; dan/atau
3) Ketika kondisi yang tidak biasa atau kompleks muncul, dan ini perlu dieksplorasi
oleh para pihak.
Selain itu, pada pengadaan barang/jasa pemerintah tujuan dilakukannya negosiasi adalah:
a. Memperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Meyakinkan kejelasan substansi teknis, metode, dan biaya dengan memperhatikan
kesesuaian antara bobot pekerjaan dengan tenaga ahli dan/atau tenaga pendukung
yang ditugaskan, serta mempertimbangkan kebutuhan perangkat / fasilitas
pendukung yang proporsional guna pencapaian hasil kerja yang optimal.
c. Mewujudkan akuntabilitas proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
d. Memberikan ruang kebebasan dalam menetapkan isi kesepakatan pada penentuan
harga dan kualitas teknis namun tetap pada koridor ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif dengan mempertahankan
kebutuhan yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan
penyedia.

PARA PIHAK DALAM NEGOSIASI PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


Para pihak yang terlibat dalam negosiasi pada pengadaan barang/jasa pemerintah adalah:
a. Pokja Pemilihan
Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya kepada calon
pemenang peringkat pertama pada pengadaan jasa konsultansi, calon penyedia pada
penunjukan langsung, dan tender dengan Metode Pemasukan Penawaran Dua Tahap
(pada penyetaraan teknis).
b. Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan melakukan negosiasi pada Penunjukan Langsung, Pengadaan
Langsung, dan E-Purchasing.
c. Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen melakukan negosiasi pada:
● selama pelaksanaan kontrak, bila perlu dilakukan perubahan kontrak, dengan dibantu
oleh Tim Ahli/Tim Teknis; dan
● E-Purchasing.
d. Peserta Calon Pemenang
Orang yang berwenang untuk hadir mewakili peserta calon pemenang untuk
melakukan negosiasi adalah:
1) Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi
2) Penerima kuasa dari Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus
Koperasi/Manajer Koperasi yang nama penerima kuasanya tercantum dalam
akta pendirian anggaran dasar
3) Pihak lain yang bukan Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi
yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang
pihak lain tersebut adalah pengurus, karyawan perusahaan, atau karyawan
koperasi yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan mendapat kuasa atau
pendelegasian wewenang yang sah dari direktur utama/pimpinan
perusahaan/pengurus koperasi berdasarkan akta pendirian/anggaran dasar
4) Kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan
dengan dokumen otentik
5) Pejabat yang menurut Perjanjian Konsorsium, kerja sama operasi, kemitraan, atau
bentuk kerjasama lain yang berhak mewakili.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Negosiasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan kontrak dapat dilakukan…
A. Sebelum dilakukan penunjukan penyedia
B. Setelah dilakukan penunjukan penyedia
C. Setelah tanda tangan kontrak
D. Setelah verifikasi kontrak
2. Materi pokok yang menjadi objek negosiasi pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
adalah…
A. Rancangan Kontrak
B. Proposal Kontrak
C. Dokumen Persiapan Pemilihan
D. Kualitas teknis barang/jasa dan harga
3. Negosiasi Selama pelaksanaan kontrak dapat dilakukan…
A. Setelah tanda tangan kontrak
B. Sebelum dilakukannya variasi/perubahan kontrak
C. Sebelum dilakukan penunjukan penyedia
D. Setelah dilakukan penunjukan penyedia
4. Pokja Pemilihan melakukan negosiasi teknis dan biaya kepada calon pemenang
peringkat pertama pada pengadaan…
A. Barang
B. Pekerjaan Pembangunan Gedung Sekolah
C. Jasa Perancangan Gedung Sekolah
D. Jasa layanan kebersihan
5. Orang yang berwenang untuk hadir mewakili peserta calon pemenang untuk
melakukan negosiasi kecuali..,
A. Direktur Utama
B. Penerima Kuasa dari Direktur Utama
C. Kepala cabang perusahaan
D. Pejabat Pengadaan
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN PERSYARATAN KHUSUS DAN/ATAU
SPESIFIK

PENGERTIAN
Pengadaan barang/jasa pemerintah pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja pemerintah yang memiliki
karakteritik yang beragam. Dengan karakteristik yang beragam tersebut, untuk memenuhi
kebutuhan barang/jasa pada masing-masing unit kerja, mungkin akan dilakukan dengan
cara yang beragam pula. Cara memperoleh barang/jasa tersebut ada yang dapat
menggunakan persyaratan-persyaratan pengadaan barang/jasa yang umum, ada pula
yang membutuhkan persyaratan pengadaan barang/jasa yang lebih khusus dan/atau
spesifik. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan persyaratan khusus dan/atau
spesifik diterapkan pada antara lain:
a. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi;
b. Tender/seleksi internasional; dan
c. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.
Selain itu, pada Peraturan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
juga terdapat ketentuan tentang Pengadaan Khusus. Dimana yang termasuk dalam
Pengadaan Khusus ini adalah pengadaan barang/jasa yang perlu dibedakan ketentuan-
ketentuannya karena tidak memungkinkan penerapan secara umum ketentuan Peraturan
Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah akibat suatu keadaan tertentu, yang
meliputi:
a. Pengadaan barang/jasa dalam
rangka penanganan keadaan darurat;
b. Pengadaan barang/jasa di luar negeri;
c. Pengadaan barang/jasa yang dikecualikan;
d. Penelitian;
e. Tender/seleksi internasioanal; dan

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN PERSYARATAN KHUSUS DAN/ATAU


SPESIFIK
PEKERJAAN TERINTEGRASI
Pada umumnya, pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan untuk salah satu jenis
pengadaan diantara pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa lainnya, atau jasa
konsultansi. Sedangkan yang dimaksud dengan Pekerjaan Terintegrasi adalah ketika
lingkup pekerjaan dalam satu paket pekerjaan terdiri lebih dari 1(satu) jenis pengadaan.
Contohnya: Pekerjaan Konstruksi Rancang Bangun dimana lingkup pekerjaan pada
pengadaan tersebut meliputi pengadaan jasa konsultansi dan pekerjaan konstruksi dalam
satu paket pengadaan.
Dengan adanya pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terintegrasi, persyaratan
yang digunakan akan berbeda dengan persyaratan yang digunakan untuk pengadaan
barang/jasa pemerintah yang dilakukan hanya untuk satu jenis pengadaan. Perbedaan
persyaratan tersebut terdapat pada persyaratan kualifikasi maupun persyaratan
penawaran.

Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri.
Tender/seleksi Internasional
Tender/ Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan peserta
pemilihan dapat berasal dari pelaku usaha nasional dan pelaku usaha asing.
Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan sebagaimana pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. 1 Batasan Tender/Seleksi Internasional

No. Jenis Pekerjaan Nilai Paket (Rp.)


1. Pekerjaan Konstruksi > 1 Triliun
2. Barang/Jasa Lainnya > 50 miliar
3. Jasa Konsultansi > 25 miliar
4. Lembaga Penjamin Kredit Ekspor atau Kreditor Swasta
Asing

Tender/ Seleksi Internasional dilaksanakan untuk nilai kurang dari batasan diatas dalam
hal tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan.
Perusahaan asing yang mengikuti Tender/Seleksi Internasional dengan syarat antara lain:
a) Kerja sama usaha dengan perusahaan nasional dalam bentuk konsorsium, subkontrak
atau bentuk kerja sama lainnya dalam pembuatan suku cadang dan pelaksanaan
pelayanan purnajual.
b) Diumumkan dalam situs web Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah dan situs
web komunitas internasional (contohnya www.dgmarket.com).
c) Dokumen Pemilihan melalui Tender/Seleksi Internasional sekurang-kurangnya
ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam hal
terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pemilihan dokumen yang
berbahasa Indonesia dijadikan acuan
d) Pembayaran kontrak melalui Tender/Seleksi Internasional dapat menggunakan mata
uang Rupiah dan/atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN DENGAN MENGACU PADA


KETENTUAN PEMBERI PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh Pemerintah
dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak
berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu (PP 10 Tahun 2011).
Hibah Pemerintah, yang selanjutnya disebut Hibah, adalah setiap penerimaan negara
dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau
suratberharga yang diperoleh dari Pemberi Hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang
berasal dari dalam negeri atau luar negeri (PP 10 Tahun 2011).
Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar
negeri atau hibah luar negeri berlaku ketentuan Peraturan Presiden ini, kecuali diatur lain
dalam perjanjian pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri. Dalam menyusun perjanjian
dapat dikonsultasikan kepada LKPP.
Proses Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari
pinjaman luar negeri dapat dilaksanakan sebelum disepakatinya perjanjian pinjaman luar
negeri (advance procurement).
PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN
BADAN USAHA
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) adalah kerjasama antara pemerintah
dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan
mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/ Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang
sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. Contohnya terdapat pada
pengadaan badan usaha untuk investasi pembangunan jalan tol, air minum, dan bandara.

PENGADAAN KHUSUS
PENGADAAN BARANG/JASA DALAM RANGKA PENANGANAN KEADAAN
DARURAT
Pengadaan Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat adalah kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa dalam masa status keadaan darurat yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas
untuk menanggulangi bencana, sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana. Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk keselamatan/
perlindungan masyarakat atau warga negara Indonesia yang berada di dalam negeri dan
luar negeri yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan harus dilakukan segera.
Keadaan darurat sebagaimana yang dimaksud meliputi:
1) Keadaaan yang disebabkan oleh bencana alam, bencana non alam dan/atau bencana
sosial setelah ditetapkan Status Keadaan Darurat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain namun tidak terbatas berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam yang antara lain namun tidak terbatas berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror antara lain namun tidak
terbatas berupa bantuan untuk korban konflik.
2) Pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan Pada suatu situasi dimana
diperlukan operasi pencarian dan pertolongan lintas institusi yang bersifat segera,
misalnya: kecelakaan pesawat yang jatuh/hilang di laut/hutan, dll.
3) Kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu pelayanan publik Pada suatu
situasi dimana terdapat sarana/prasarana publik yang secara insidentil atau
mendadak mengalami kerusakan/gangguan sehingga pelayanan publik terganggu
secara signifikan/terhenti dan harus segera dikembalikan fungsinya pada kondisi
normal, misalnya: jembatan penghubung antar wilayah yang terputus akibat faktor
masa manfaat, kondisi alam atau mengalami efek ikutan dari wilayah yang terkena
bencana.
4) Bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, perkembangan situasi politik dan
keamanan diluar negeri yang memiliki dampak langsung langsung terhadap
keselamatan dan ketertiban warga negara Indonesia di luar negeri, misalnya:
evakuasi WNI dari negara yang sedang mengalami peperangan.
5) Pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang terkena bencana, misalnya:
bantuan kemanusian berupa barang dan/atau tenaga medis terhadap pengungsi di
Negara XYZ akibat bencana alam.
6) Keadaan selain yang disebabkan oleh bencana setelah ditetapkan Status Keadaan
Darurat oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Perangkat Daerah yang terkait.
Keadaan darurat bencana alam, bencana non alam, dan/atau bencana sosial meliputi:
a) Siaga darurat
Siaga darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Contoh: sewa/kontrak rumah/ruangan untuk pos komando siaga
darurat bencana.
b) Tanggap darurat
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Contoh: makanan siap saji (nasi bungkus, roti, makanan kemasan kaleng, dan
sejenisnya).
c) Transisi darurat ke pemulihan
Transisi sampai pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan
upaya rehabilitasi.
Contoh: Tempat hunian masyarakat bagi rumah yang
hancur/hilang/hanyut/rusak melalui pembangunan hunian sementara atau
hunian tetap

Pada Pekerjaan Konstruksi, berdasarkan hasil pemeriksaan bersama ditetapkan bentuk


pekerjaan penanganan keadaan darurat yang akan dilaksanakan, yaitu berupa:
1) Konstruksi darurat
Pada prinsipnya penanganan keadaan darurat mengggunakan konstruksi darurat, hal ini
dikarenakan sifat pekerjaan harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dengan segera
karena menyangkut keamanan dan keselamatan masyarakat, menghindari kerugian
negara/masyarakat yang lebih besar, dan/atau terhentinya kegiatan pelayanan publik.
Contohnya: Pembangunan MCK daurat, membuat tanggul dan pengarah arus
dari bronjong
2) Konstruksi permanen
Penggunaan konstruksi permanen diperbolehkan jika:
a) penyerahan pekerjaan diperkirakan masih dalam kurun waktu keadaan darurat;
b) penanganan keadaan darurat hanya dapat diatasi dengan konstruksi permanen untuk
menghindari kerugian negara/masyarakat yang lebih besar dan penyelesaian
pekerjaan dapat melewati masa keadaan darurat; atau
c) pada penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam keadaan darurat tertentu,
yaitu suatu keadaan dimana status Keadaan Darurat Bencana belum ditetapkan atau
status Keadaan Darurat Bencana telah berakhir dan/atau tidak diperpanjang, namun
diperlukan atau masih diperlukan tlndakan guna mengurangi Risiko Bencana dan
dampak yang lebih luas.
Contoh: Bangunan yang sifatnya permanen dalam Penanggulangan Darurat pada
prasarana sumber daya air yang rusak terkait langsung dampak bencana

PENGADAAN BARANG/JASA DI LUAR NEGERI


Kegiatan memperoleh barang/jasa merupakan aktivitas setiap tahun yang dilakukan oleh
setiap kementerian/lembaga/perangkat daerah. Kegiatan tersebut ada yang dilakukan di
dalam negeri dan ada juga yang dilakukan di luar negeri antara lain perwakilan diplomatik
dan konsuler Republik Indonesia serta kantor perwakilan Indonesia pada Organisasi
Internasional seperti Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dan organisasi internasional
lainnya.
Dasar hukum untuk pengadaan barang/jasa di luar negeri mengikuti ketentuan Peraturan
Presiden No. 16/2018 dan peraturan perubahannya, dalam hal tidak dapat dilaksanakan
maka dapat menyesuaikan dengan ketentuan pengadaan barang/jasa negara setempat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan barang/jasa di luar negeri diatur
oleh Menteri Luar Negeri setelah berkonsultasi dengan LKPP.
Berikut ini contoh kondisi pasar dibeberapa negara antara lain:
1) Pengadaan peralatan kantor di Kantor Konsulat Jenderal (Konjen) Indonesia di suatu
negara, dimana kondisi pasar yang ada tidak mengenal tender/seleksi sehingga tidak
terbiasa mengisi dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran. Pelaku usaha hanya
menunggu pembeli. Kondisi demikian tidak tepat dilakukan dengan tender/seleksi,
pilihan yang paling tepat adalah dengan penunjukan langsung. Kondisi pasar di
negara tersebuti berbeda dengan negara lain, sehingga perlu dilakukan penyesuaian.
2) Pencetakan surat suara untuk pemilihan umum presiden untuk warga negara
Indonesia di Taiwan yang dilakukan oleh Kantor Dagang Indonesia di Taiwan senilai
Rp. 2 milyar dilakukan melalui Tender dengan mengundang minimal 3 pelaku usaha
jasa percetakan.

PENGECUALIAN
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
adalah Pengadaan Barang/Jasa yang ketentuannya dikecualikan baik sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 beserta peraturan perubahannya.
Tahapan proses Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan,
persiapan, pemilihan dan pelaksanaaan kontrak. Pengadaan yang dikecualikan dapat
sebagain atau seluruhnya. Untuk Pengadaan barang/Jasa pada Badan Layanan Umum
(BLU) sebagian dkecualikan yaitu pada proses pemilihannya, dimana dapat ditetapkan
oleh pimpinan BLU. Sedangkan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dalam
ketentuan perundang- undangan lainnya dikecualikan seluruhnya.
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
meliputi:
1) Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD);
2) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif barang/jasa yang
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat;
3) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah
mapan
4) Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.

PENGADAAN BARANG/JASA PADA BADAN LAYANAN UMUM (BLU)


BLU/BLUD adalah badan layanan umum di lingkungan Pemerintah Pusat atau
Badan Layanan Umum di lingkungan Pemerintah Daerah yang diatur secara umum
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan secara teknis pengaturannya ke
beberapa Peraturan Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri serta Peraturan Daerah.
Pengadaan Barang/Jasa pada BLU adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh BLU
dengan ketentuan:
a) Pengadaan Barang/Jasa pada BLU diatur tersendiri dengan peraturan pimpinan BLU.
b) Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa dalam peraturan pimpinan BLU meliputi
perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan, persiapan pemilihan, pelaksanaan
pemilihan, dan pelaksanaan kontrak.
c) BLU mengumumkan rencana Pengadaan Barang/Jasa kedalam aplikasi Sistem
Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP).
d) BLU menyampaikan data Kontrak dalam aplikasi SPSE.
e) Dalam hal BLU belum menetapkan peraturan pimpinan BLU, pelaksanaan pengadaan
Barang/Jasa pada BLU berpedoman pada peraturan perundang-undangan dibidang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN BERDASARKAN TARIF


BARANG/JASA YANG DIPUBLIKASIKAN SECARA LUAS KEPADA MASYARAKAT
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif barang/jasa yang
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat adalah pengadaan barang/jasa yang telah
memiliki harga satuan barang/jasa, pungutan, atau bea yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Daftar Barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan tarif barang/jasa yang
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat antara lain:
f) Listrik;
g) Telepon/komunikasi;
h) Air bersih;
i) Bahan Bakar Gas; atau
j) Bahan Bakar Minyak.

PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN PRAKTIK BISNIS


YANG SUDAH MAPAN
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang sudah
mapan adalah pengadaan barang/jasa yang pelaksanaan praktik transaksinya berlaku
secara umum dan terbuka sesuai dengan kondisi pasar yang telah memiliki mekanisme
transaksi tersendiri Daftar Barang/Jasa yang pengadaannya dilaksanakan sesuai dengan
praktik bisnis yang sudah mapan
a) Barang/jasa yang pelaksanaan transaksi dan usahanya telah berlaku secara umum
dalam persaingan usaha yang sehat, terbuka dan Pemerintah telah menetapkan
standar biaya untuk harga barang/jasa tersebut, misalnya:
1. jasa akomodasi hotel
2. jasa tiket transportasi
3. langganan koran/majalah.
b) Barang/jasa yang jumlah permintaan atas barang/jasa lebih besar daripada jumlah
penawaran (excess demand) dan/atau mekanisme pasar tersendiri sehingga pihak
pembeli yang menyampaikan penawaran kepada pihak penjual, misalnya:
1. Keikutsertaan seminar/pelatihan/pendidikan
2. Jurnal/publikasi ilmiah/ penelitian/laporan riset
3. Kapal bekas
4. Pesawat bekas
5. Jasa sewa gedung/gudang;
c) Jasa profesi tertentu yang standar remunerasi/imbalan jasa/honorarium, layanan
keahlian, praktik pemasaran, dan kode etik telah ditetapkan oleh perkumpulan
profesinya antara lain:
1. jasa Arbiter;
2. jasa Pengacara/Penasihat Hukum;
3. jasa Tenaga Kesehatan;
4. jasa PPAT/Notaris;
5. jasa Auditor;
6. jasa penerjemah/interpreter;
7. jasa Penilai.
d) Barang/Jasa yang merupakan karya seni dan budaya dan/atau industri kreatif:
1. Pembuatan/sewa/pembelian film
2. Pembuatan/sewa/pembelian iklan layanan masyarakat
3. Jasa pekerja seni dan budaya
4. Pembuatan/sewa/pembelian barang/karya seni dan budaya
Pemilihan Penyedia pada Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan
praktik bisnis yang sudah mapan dilaksanakan melalui kompetisi, mengikuti lelang, atau
metode pemilihan yang lain secara daring maupun secara luring. Sedangkan untuk tata
cara pelaksanaan Kontrak dilakukan sesuai dengan mekanisme pasar.

PENGADAAN BARANG/JASA YANG DIATUR DENGAN KETENTUAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA
Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan lainnya adalah Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan tersendiri
dalam peraturan perundang-undangan dalam lingkup perencanaan pengadaan, persiapan
pengadaan dan pemilihan penyedia, antara lain:
a) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai beserta perubahannya;
b) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang;
c) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta perubahannya;
e) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme
Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum beserta perubahannya;
f) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah;
g) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian beserta perubahannya;
h) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
i) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perkeretaapian;
j) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek Strategis
Nasional;
k) Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan, Penetapan
Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara;
l) Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas beserta perubahannya;
m) Peraturan Presiden Nomor 52 tahun 2014 tentang Pengadaan dan Standar Rumah
Bagi Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden;
n) Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha;
o) Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Asian Games
XVIII Tahun 2018;
p) Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan Sistem Administrasi
Perpajakan;
q) Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat;
r) Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) beserta perubahannya; dan
s) Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2020 tentang Pengadaan Teknologi Industri
melalui Proyek Putar Kunci.

Contoh Pengadaan Barang/Jasa yang telah diatur Peraturan Perundang-Undangan Lainnya


1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007Pengadaan Pita Cukai (3a) Pencetakan pita cukai
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan pengadaan tanda pelunasan cukai lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilaksanakan oleh badan usaha milik negara
dan/atau badan atau lembaga yang ditunjuk oleh Menteri dengan syaratsyarat yang
ditetapkan. (3b) Syarat-syarat yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3a) paling
sedikit memenuhi asas keamanan, kontinuitas, efektivitas, efisiensi, dan memberi kesempatan
yang sama. (4) Pita cukai dan tanda pelunasan cukai lainnya disediakan oleh Menteri.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang Pencetakan Mata Uang Pasal 14
(1) Pencetakan Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia.
(2) Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di dalam negeri
dengan menunjuk badan usaha milik negara sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah.
(3) Dalam hal badan usaha milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyatakan
tidak sanggup melaksanakan Pencetakan Rupiah, Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh
badan usaha milik negara bekerja sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui
proses yang transparan dan akuntabel serta menguntungkan negara.
(4) Pelaksana Pencetakan Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menjaga mutu,
keamanan, dan harga yang bersaing.
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan Pengadaan Alat Peralatan
Pertahanan dan Keamanan Pasal 43 mengatur pengadaan alparhankam untuk produk luar
negeri melalui proses langsung antar pemerintah atau kepada pabrikan. Pasal 44 mengatur
mengenai pengadaan alparhankam dengan kontrak jangka panjang, dimana ketentuan lebih
lanjut mengenai syarat dan tata cara pengadaannya diamanatkan untuk diatur lebih lanjut
dengan Perpres Pasal 45 mengatur Pengadaan untuk Kebutuhan mendesak dilakukan melalui
pembelian langsung.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Pengadaan di Lingkungan PTN Berbadan Hukum Pasal
6. Biaya investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d merupakan bantuan biaya
yang digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana penyelenggaraan tridharma
Perguruan Tinggi yang meliputi:
a. gedung dan bangunan;
b. jalan dan jembatan;
c. irigasi dan jaringan;
d. peralatan dan mesin;
e. aset tetap lainnya;
f. aset tidak berwujud; dan/atau
g. aset lainnya.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2021. Pengadaan Blangko Paspor Pasal 71
(1) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk bertanggung jawab atas pengadaan blangko
paspor biasa dan Surat Perjalanan Laksana Paspor.
(2) Menteri Luar Negeri bertanggung jawab atas pengadaan blangko Paspor diplomatik dan
Paspor dinas.
(3) Pengadaan blangko Paspor biasa, Surat Perjalanan Laksana Paspor, Paspor
diplomatik, dan Paspor dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
merupakan dokumen negara yang memuat informasi yang bersifat rahasia dapat
dilakukan melalui penunjukan langsung sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengadaan blangko Paspor
biasa dan Surat Perjalanan Laksana Paspor sebagaimana dimaksud pacla ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengadaan blangko Paspor
diplomatik dan Paspor dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri Luar Negeri.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perkeretaapian Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian umum Pasal 3
(1) Pengadaan Badan Usaha penyelenggara prasarana Perkeretaapian umum dilakukan
melalui:
a. tender;
b. penunjukan langsung; atau
c. penugasan.
(2) Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dalam hal sebagian atau
seluruh investasinya bersumber dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dalam hal
seluruh investasinya tidak bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan tidak ada jaminan dari Pemerintah Pusat.
Pasal 4
(1) Penugasan sebagaimana dimaksud daiam pasal 3 ayat (1) huruf c dapat dilakukan dalarn
hal:
a. setelah terlebih dahulu dilakukan tender dan mengalami kegagalan; atau
b. tidak ada Badan Usaha yang berminat karena tidak layak secara finansial.
(2) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan batas waktu
yang ditetapkan oleh Menteri setelah dilakukan evaluasi pelayanan penyelenggaraan
prasarana perkeretaapian.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan Proyek Strategis Nasional
Pengadaan tanah pada Proyek Strategis Nasional Pasal 9
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan
mengidentifikasi kebutuhan tanah yang diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
(2) PJPK mengajukan rencana alokasi pembebasan lahan kepada menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara setelah dilakukan
penetapan lokasi atas proyek Strategis Nasional.
(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara
mengalokasikan anggaran untuk pembebasan lahan berdasarkan usulan daftar Proyek
Strategis Nasional yang disampaikan oleh Menteri.
(4) Dalam hal anggaran pembebasan lahan tidak dialokasikan di satuan kerja yang
menyelenggarakan tugas dan fungsi manajemen aset negara pada lingkungan
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara,
anggaran pembebasan lahan dialokasikan pada kementerian/lembaga atau Pemerintah
Daerah.
(5) Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk Strategis Nasional dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Rumah Negara
(Bangunan Pembelian Rumah Negara Pembangunan Rumah Negara Pengadaan, Penetapan
Status, dan Pengalihan Hak atas Rumah Negara kantor/rumah dinas)
9. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 dan Perubahannya tentang Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas. Percepatan Infrastruktur Prioritas Pasal 23 Penanggung Jawab
Program melaksanakan pengadaan tanah sesuai rencana aksi Penyediaan Infrastruktur
Prioritas.
10. Peraturan Presiden Nomor 53 tahun 2014 tentang Pengadaan dan Standar Rumah Bagi
Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden. Pengadaan sarana prasarana bagi
Mantan Presiden/mantan Wakil Presiden. Pasal 3 pelaksanaan pengadaan rumah
dilakukan oleh Menteri Sekretariat Negara dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang- undangan
11. Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka kerja sama
pemerintah dengan badan usaha Pasal 10
(1) Pengadaan tanah untuk KPBU diselenggarakan oleh Pemerintah sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
(2) Dalam hal KPBU layak secara finansial, Badan Usaha Pelaksana dapat membayar kembali
sebagian atau seluruh biaya pengadaan tanah yang telah dilaksanakan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.
(3) Dalam hal PJPK adalah Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,
pendanaan pengadaan tanah dapat bersumber dari anggaran Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah atau dari Badan Usaha melalui kerjasama dengan
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang bersangkutan.
(4) Dalam hal PJPK adalah Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah,
pendanaan pengadaan tanah dapat bersumber dari anggaran Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah atau dari Badan Usaha melalui kerjasama dengan
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang bersangkutan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dicantumkan dalam dokumen
pengadaan Badan Usaha.
12. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Asian Games XVIII Tahun
2018 Pengadaan sarana prasarana Asian Games 2018 Pasal 14
(2) Pengadaan untuk penyelenggaraan ASIAN GAMES XVIII 2018 tidak terikat dan/atau
dikecualikan dari ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah.
(3) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan peraturan
Pengadaan yang ditetapkan oleh Panitia Nasional INASGOC.
(4) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperhatikan prinsip efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Pasal 15
(1) Pengadaan dilaksanakan oleh Tim Pengadaan yang ditetapkan oleh
Ketua Penyelenggara Panitia Nasional INASGOC.
(2) Tim Pengadaan melakukan perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia, pelaksanaan
kontrak, dan serah terima.
(3) Untuk Pengadaan tertentu pelaksanaan Pengadaan dapat dilaksanakan oleh agen
pengadaan.
13 Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun
2018 tentang Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan Pengadaan Pembaruan
Sistem Administrasi Perpajakan Pasal 10
(1) Pengadaan barang dan/atau jasa untuk pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah kecuali diatur khusus
dalam Peraturan Presiden ini.
(2) Pengecualian pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pengadaan:
a. sistem informasi;
b. jasa konsultansi;
c. agen pengadaan; dan
d. barang dan/atau jasa lainnya.

PENELITIAN
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan pemahaman
dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan
kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
Kegiatan penelitian bertujuan untuk memperoleh inovasi dan invensi teknologi. Inovasi
merupakan kegiatan untuk menambah manfaat dari teknologi yang sudah ada contoh
pengembangan ekstrak daun sirsak untuk obat kanker sedangkan invensi adalah kegiatan
untuk menemukan sesuatu teknologi yang baru dan belum ada sebelumnya. Contohnya
penemuan bola lampu (lampu pijar).
Pihak-pihak yang terlibat di dalam penelitian dilakukan oleh:
a) PA/KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penyelenggara
penelitian; dan
b) Pelaksana penelitian terdiri dari:
1. Individu atau kelompok individu meliputi Aparatur Sipil Negara dan Non Aparatur
Sipil Negara, misalnya: penelitian yang dilakukan para ahli penyakit kanker;
2. Kementerian/lembaga/perangkat daerah contoh Balitbangkes Kemenkes, LIPI,
BPPT, BATAN, LAPAN, Badan Penelitian Pertanian Daerah;
3. Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta;
4. Organisasi Kemasyarakatan, misalnya: asosiasi profesi; atau
5. Badan Usaha.
Metode pemilihan pelaksana penelitian yaitu
a) Kompetisi yang dilaksanakan melalui seleksi proposal penelitian oleh tim ahli di
bidangnya yang dibentuk instansi penyelenggara penelitian. Contohnya penelitian
yang telah dimuat di Rencana Strategis Penelitian K/L/D
b) Penugasan ditetapkan oleh penyelenggara penelitian untuk penelitian yang bersifat
khusus. Contohnya penelitian aktual strategis dalam rangka
pengambilan/penyusunan kebijakan.
Dalam melaksanakan penelitian dapat menggunakan anggaran dan/atau fasilitas yang
berasal dari 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) penyelenggara dan kontrak penelitian dapat
dilakukan selama 1 (satu) tahun anggaran atau melebihi 1 (satu) tahun anggaran.
Pembayaran berdasarkan produk keluaran, dapat dilakukan secara bertahap atau
sekaligus sesuai kontrak penelitian. Tahapan kegiatan penelitian terdiri dari:
a) Pengusulan baik untuk proposal baru maupun lanjutan
b) Seleksi proposal yang meliputi evaluasi dokumen proposal baru dan lanjutan,
pemaparan dan pembahasan proposal, kunjungan lapangan dan penetapan
penugasan
c) Penugasan meliputi kontrak penugasan, pelaksanaan penugasan (pengisian catatan
harian, laporan kemajuan, penggunaan anggaran, monev internal dan eksternal
d) Pelaporan meliputi laporan tahunan/akhir, laporan penggunaan anggaran, seminar
hasil, laporan luaran.
Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 9. 2 Tahapan Kegiatan Pengadaan untuk Penelitian dengan Penugasan

EVALUASI MATERI POKOK


1. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan persyaratan khusus dan/atau spesifik
meliputi…
A. Pengadaan Khusus
B. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
C. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
D. Semua benar
2. Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan terror antara lain namun tidak terbatas berupa bantuan
untuk korban konflik adalah…
A. Bencana Alam
B. Bencana Sosial
C. Bencana Non Alam
D. Kerusakan Alam
3. Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana,
dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi adalah…
A. Bencana Alam
B. Siaga Bencana
C. Tanggap Darurat
D. Transisi darurat ke pemulihan
4. Penggunaan konstruksi permanen pada penanganan keadaan darurat diperbolehkan
jika…
A. Penanganan keadaan darurat hanya dapat diatasi dengan konstruksi permanen
B. Hanya satu penyedia yang sanggup
C. Penyerahan pekerjaan setelah keadaan darurat selesai
D. Ada permintaan dari masyrakat sekitar
5. Berikuti ini merupakan Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan kecuali…
A. Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum (BLU)
B. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif barang/jasa
yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat
C. Pekerjaan Terintegrasi
D. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik bisnis yang
sudah mapan
6. Batasan nilai Tender Internasional untuk pekerjaan konstruksi adalah…
A. >500 juta
B. >1 Miliar
C. >10 Miliar
D. > 1 Triliun
7. Dokumen Pemilihan melalui Tender/Seleksi Internasional sekurang- kurangnya
ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam hal
terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pemilihan, maka dokumen
yang menjadi acuan adalah…
A. Dokumen berbahasa Inggris
B. Semua salah
C. Dokumen berbahasa Indonesia
D. Semua benar
RISIKO PEMILIHAN PENYEDIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Proses pemilihan penyedia barang/jasa pada pengadaan barang/jasa bertujuan untuk


dihasilkannya penyedia barang/jasa yang dapat melaksanakan pekerjaan melalui
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan etika
pengadaan barang/jasa. Pengelolaan risiko pada proses pemilihan penyedia barang/jasa
perlu dilakukan untuk menjamin tujuan tersebut akan tercapai.
Pengelolaan risiko tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi:
1. Tahapan pemilihan penyedia barang/jasa.
2. Risiko yang mungkin terjadi pada setiap tahapan.
3. Penyebab setiap risiko yang mungkin terjadi.
4. Dampak dari risiko yang mungkin terjadi.
5. Penanganan risiko.
Berdasarkan Pedoman Probity Audit Pengadaan Barang/Jasa bagi APIP yang diterbitkan
oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), risiko-risiko utama pada
tahapan pemilihan penyedia barang/jasa adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan metode pengadaan yang tidak layak untuk memperoleh keuntungan dan
kepentingan pribadi.
2. Kriteria penilaian dirancang untuk menguntungkan rekanan tertentu atau untuk
mendiskualifikasi yang lainnya.
3. Informasi diberikan menguntungkan rekanan tertentu.
4. Kesalahan penanganan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
5. Menerima proposal atau penawaran yang terlambat.
6. Menolak penawaran yang sah.
7. Dokumen-dokumen penawaran yang disampaikan rekanan banyak yang salah/tidak
benar tetapi tidak terdeteksi.
Memperhatikan risiko-risiko yang disebutkan di atas, maka perlu pula untuk dilakukan
identifikasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh risiko- risiko tersebut. Dampak atas
risiko dapat dibedakan menjadi:
1. Kerugian finansial: dampak risiko berupa jumlah tambahan pengeluaran dalam
bentuk uang setara uang yang dikeluarkan pemerintah;
2. Penurunan reputasi: dampak risiko berupa rusaknya citra/nama baik/ wibawa
pemerintah yang mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat;
3. Hukum: dampak risiko berupa sanksi pidana, perdata, dan/atau administrasi yang
dijatuhkan oleh pengadilan kepada pegawai atau organisasi pemerintah;
4. Kecelakaan kerja: dampak risiko berupa ganngguan fisik dan mental yang dialami
oleh pelaku pengadaan barang/jasa;
5. Gangguan terhadap layanan organisasi: dampak risiko berupa penyimpangan dari
standar layanan yang ditetapkan oleh organisasi pemerintah; dan
6. Penurunan kinerja: dampak risiko berupa tidak tercapainya target kinerja pegawai
atau organisasi pemerintah yang ditetapkan pada kontrak kinerja.
Berikut ini adalah beberapa contoh risiko yang kemungkinan akan akan dihadapi oleh
pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada setiap tahapan pemilihan penyedia
barang/jasa:
Tabel 10. 1 Contoh Risiko dalam Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Penanganan
1 Reviu Hasil reviu ● Kurangnya data Dokumen Prosedur
terhadap terhadap dokumen dukung yang persiapan penyusunan
Dokumen persiapan tersedia yang pengadaan KAK/Spesifi
Persiapan memberikan menjadi dasar tidak sesuai k asi Teknis,
Pengadaan rekomendasi yang penyusunan KAK/ dengan HPS, dan
tidak sesuai Spesifikasi ketentuan, Rancangan
dengan ketentuan Teknis, karakteristik Kontrak.
dan/atau kaidah- Rancangan pekerjaan, dan ● Peningkatan
kaidah penyusunan Kontrak, HPS. kondisi pasar. kapasitas
dokumen ● Reviu dilakukan pengelola
persiapan oleh pihak pengadaan.
pengadaan. yang tidak
kompeten.
2 Penyusunan Dokumen ● Kurangnya Pemilihan ● Prosedur
Dokumen Pemilihan referensi yang penyedia penyusunan
Pemilihan tidak sesuai dapat dijadikan barang/jasa dokumen
dengan acuan untuk mengalami pemilihan.
ketentuan, penyusunan kegagalan. ● Peningkatan
atau dokumen kapasitas
karakteristik pemilihan. pengelola
pekerjaan. ● Penyusunan pengadaan.
dokumen
pemilihan
dilakukan oleh
pihak
yang tidak
kompeten.
3 Penjelasan Peserta menerima Pemberian Penawaran ● Prosedur
Dokumen informasi yang penjelasan peserta tidak pemberian
Pemilihan tidak sesuai. dilakukan oleh sesuai dengan penjelasan.
pihak yang tidak persyaratan. ● Peningkatan
kompeten. kapasitas
pengelola
pengadaan.
4 Penilaian Hasil kualifikasi ● Peserta Peserta dari ● Prosedur
Kualifikasi bukan merupakan menyampaikan hasil pembuktian
Peserta kemampuan peserta data kualifikasi kualifikasi tidak kualifikasi
Pemilihan yang sesungguhnya. yang tidak benar. memiliki ● Peningkatan
● Penilaian kemampuan kapasitas
kualifikasi melakukan pengelola
dilakukan oleh pekerjaan. pengadaan..
pihak yang tidak
kompeten.
5 Evaluasi Penawaran yang Evaluasi penawaran Pelaksanaan Peningkatan
Penawaran ditetapkan sebagai dilakukan oleh pekerjaan kapasitas
pemenang tidak pihak yang tidak mengalami pengelola
memenuhi kompeten. kegagalan. pengadaan.
persyaratan.
6 Pengelolaan Pengelolaan Pengeloaan sanggah Pelanggaran ● Prosedur
Sanggah sanggah tidak dilakukan oleh terhadap pengelolaan
dilakukan secara pihak yang tidak ketentuan. sanggah.
benar sesuai kompeten. ● Peningkatan
ketentuan. kapasitas
pengelola
pengadaan.
7 Negosiasi Hasil negosiasi ● Negosiasi Nilai ● Prosedur
tidak memenuhi dilakukan tanpa kontra negosiasi.
prinsip efisien dan dukungan data k terlalu ● Peningkatan
efektif. akurat. mahal. kapasitas
● Negosiasi. pengelola
dilakukan oleh pengadaan.
pihak
yang tidak
kompeten.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Hasil reviu terhadap dokumen persiapan memberikan rekomendasi yang tidak sesuai
dengan ketentuan dan/atau kaidah-kaidah penyusunan dokumen persiapan
pengadaan merupakan contoh resiko pada tahap…
A. Evaluasi Penawaran
B. Penyusunan Dokumen Pemilihan
C. Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
D. Penjelasan dokumen pemilihan
2. Dokumen Pemilihan tidak sesuai dengan ketentuan, atau karakteristik pekerjaan
merupakan contoh risiko yang mungkin terjadi pada proses…
A. Evaluasi Penawaran
B. Penyusunan Dokumen Pemilihan
C. Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
D. Penjelasan dokumen pemilihan
3. Penawaran yang ditetapkan sebagai pemenang tidak memenuhi persyaratan
merupakan contoh risiko yang mungkin terjadi pada proses…
A. Evaluasi Penawaran
B. Penyusunan Dokumen Pemilihan
C. Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
D. Penjelasan dokumen pemilihan
4. Hasil negosiasi tidak memenuhi prinsip efisien dan efektif merupakan contoh risiko
yang mungkin terjadi pada proses…
A. Evaluasi Penawaran
B. Pengelolaan Sanggah
C. Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
D. Negosiasi
5. Hasil kualifikasi bukan merupakan kemampuan peserta yang sesungguhnya
merupakan contoh risiko yang mungkin terjadi pada proses…
A. Evaluasi Penawaran
B. Penilaian Kualifikasi Peserta Pemilihan
C. Reviu terhadap Dokumen Persiapan Pengadaan
D. Negosiasi
BAB. XI
DATA DAN INFORMASI PADA PEMILIHAN PENYEDIA PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH

PENGERTIAN
Data dan informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengadaan.
Sering ditemukan bahwa istilah data dan informasi digunakan secara tidak tepat atau
sering tertukar penggunaannya padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui perbedaan antara kedua istilah tersebut. Perbedaan
definisi data dan informasi dijelaskan oleh gambar berikut.

Gambar 11. 1 Perbedaan Definisi Data dan Informasi.


Data terkait pemilihan penyedia dapat berasal dari banyak sumber dan dalam bentuk
yang bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan terlebih dahulu dengan
metodologi yang disepakati. Kemudian menentukan siapa yang akan mengumpulkan data
dan seberapa sering data dikumpulkan.

PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI


a. Sumber data pengadaan
Data terkait pengadaan barang/jasa dapat diperoleh dari berbagai dokumen, seperti
dokumen perencanaan pengadaan barang/jasa, dokumen persiapan pemilihan
penyedia barang/jasa, dokumen pemilihan pemilihan penyedia barang/jasa,
dokumen kontrak pengadaan barang/jasa, dokumen serah terima pekerjaan, dan
dokumen lainnya. Untuk pengumpulan data kuantitatif maupun kualitatif, fungsi
pengadaan barang/jasa perlu menyusun sistem dan proses yang mendukung proses
pengumpulan tersebut.
b. Frekuensi pengumpulan data pengadaan
Beberapa data pengadaan perlu dikumpulkan secara reguler dan dalam periode
waktu yang singkat namun ada data pengukuran yang perlu dikumpulkan pada saat-
saat tertentu sehingga frekuensinya lebih sedikit atau bahkan cukup satu kali dalam
satu siklus pengelolaan kinerja. Frekuensi pengumpulan data pengadaan akan
tergantung pada:
1) Pergerakan data
2) Upaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan
data.
c. Siapa yang akan mengumpulkan data
Meskipun sistem teknologi informasi tersedia dan dapat menyediakan data-data yang
dibutuhkan, ada kemungkinan adanya kebutuhan data tertentu harus dikumpulkan
pada waktu tertentu.
Sehingga diperlukan individu atau tim yang ditugaskan khusus untuk mengumpulkan
data pengadaan barang/jasa.
Langkah selanjutnya adalah membekali individu atau tim dengan pengetahuan dan
keahlian terkait dengan pengolahan dan analisis data sehingga semua pihak dapat
memahami makna dari kinerja setiap indikator, kondisi dari data yang dikumpulkan,
serta proses bagaimana data pengadaan barang/jasa tersebut dikumpulkan.

DATA DAN INFORMASI PADA PEMILIHAN PENYEDIA


Sumber Bahan/Data/Informasi pada tahap pemilihan penyedia

No Tahap Sumber Bahan/Data/Informasi


1 Reviu terhadap ● PPK ● Dokumen Persiapan
Dokumen Persiapan ● Pokja Pemilihan. Pengadaan.
Pengadaan ● Pejabat Pengadaan. ● Berita Acara Reviu
Dokumen Persiapan
Pengadaan.
2 Penyusunan ● Pokja Pemilihan. ● Dokumen Pemilihan
Dokumen ● Pejabat Pengadaan. Penyedia Barang/Jasa.
Pemilihan ● Adendum Dokumen
Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa.
3 Penjelasan ● Pokja Pemilihan. ● Berita Acara Pemberian
Dokumen ● Pejabat Pengadaan. Penjelasan.
Pemilihan ● Daftar pertanyan dan
jawaban.
4 Penilaian ● Peserta Pemilihan. ● Dokumen Kualifikasi
Kualifikasi ● Pokja Pemilihan. Peserta Pemilihan.
● Pejabat Pengadaan. ● Kertas Kerja Evaluasi.
● Berita Acara Penilaian
Kualifikasi.
5 Evaluasi ● Peserta Pemilihan. ● Dokumen Penawaran
Penawaran ● Pokja Pemilihan. Peserta Pemilihan.
● Pejabat Pengadaan. ● Kertas Kerja Evaluasi.
● Berita Acara Evaluasi
Penawaran.
6 Pengelolaan ● Peserta Pemilihan. ● Surat Sanggah/ Sanggah
Sanggah ● Pokja Pemilihan. Banding.
● Pejabat Pengadaan. ● Jawaban Sanggah/
Sanggah Banding.
● Jaminan Sanggah
Banding.
7 Negosiasi ● Pokja Pemilihan. Berita Acara Hasil
pengadaan ● Pejabat Pengadaan. Negosiasi.

EVALUASI MATERI POKOK


2. Informasi/data yang didapatkan pada proses Reviu terhadap Dokumen Persiapan
Pengadaan adalah…
A. Jawaban Sanggah
B. Penjelasan dokumen
C. Berita Acara Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan.
D. Adendum Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
3. Informasi/data yang didapatkan pada proses Penyusunan Dokumen Pemilihan
adalah…
A. Adendum Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
B. Jawaban Sanggah
C. Penjelasan dokumen
D. Berita Acara Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan.
4. Berita Acara Penilaian Kualifikasi merupakan contoh data/bahan/informasi yang
didapatkan pada proses…
A. Penyusunan Dokumen Pemilihan
B. Evaluasi Penawaran
C. Penilaian Kualifikasi
D. Penjelasan Dokumen Pemilihan
5. Kertas Kerja Evaluasi merupakan contoh data/bahan/informasi yang didapatkan
pada proses…
A. Penyusunan Dokumen Pemilihan
B. Evaluasi Penawaran
C. Penilaian Kualifikasi
D. Penjelasan Dokumen Pemilihan
6. Jaminan Sanggah Banding merupakan contoh data/bahan/informasi yang didapatkan
pada proses…
A. Penyusunan Dokumen Pemilihan
B. Evaluasi Penawaran
C. Penjelasan Dokumen Pemilihan
D. Pengelolaan Sanggah
MODUL
PELATIHAN KOMPETENSI PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1

MATERI :
JENIS KOMPETENSI MENGELOLA KONTRAK
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LEVEL 1

Oleh:
Inamawati Mastuti Dewi
Budi Bowo Laksono

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGADAAN BARANG/JASA LEMBAGA


KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
KONTRAK PENGADAAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGERTIAN KONTRAK
Perjanjian dalam Hukum Perdata, Kontrak disebut juga sebagai Perjanjian Tertulis.
Perjanjian menurut hukum Perdata diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan di mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Selain itu,
dalam Pasal 1320 KUH Perdata dijelaskan mengenai syarat sah perjanjian:
a) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c) suatu hal tertentu;
d) suatu sebab yang halal.
Menurut International Trade Center (2010), Kontrak (contract) adalah sebuah perjanjian
hukum antara dua pihak atau lebih yang bermaksud untuk membuat suatu hubungan
resmi yang berlaku menurut hukum. Secara lebih populer dapat dikatakan bahwa kontrak
adalah perjanjian secara tertulis antara para pihak untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan.
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak, berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 1 ayat 44 adalah perjanjian tertulis
antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau Pelaksana Swakelola”. Selain itu,
menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi nomor 2 tahun 2017, kontrak dalam pekerjaan
konstruksi adalah keseluruhan dokumen kontrak yang mengatur hukum antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
a) Pihak pertama adalah Pejabat Penandatangan Kontrak
(PA/KPA/PPK);
b) Pihak kedua adalah Penyedia atau Pelaksana Swakelola yang telah ditunjuk untuk
melaksanakan pekerjaan.

Tabel 2.1. Tabel kewenangan Pejabat Penandatangan Kontrak


No Pejabat Kewenangan
1 Pengguna Anggaran PA sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak.
(PA)
2 Kuasa Pengguna  PA sebagai penanggungjawab kegiatan, KPA sebagai pejabat
Anggaran (KPA) penandatangan kontrak, mempersiapkan proses pengadaan
barang/jasa tanpa ada PPK; atau
 PA sebagai penanggungjawab kegiatan, KPA sebagai PPK
sedangkan PPK melaksanakan tugas sebagaimana tercantum
dalam Pasal 11 Perpres Nomor 12 Tahun 2021.
 KPA di dalam APBD dapat merangkap sebagai PPK.
 KPA di dalam APBN dapat menetapkan pelaku pengadaan
yang lain, hingga menyatakan pemenang untuk besaran pagu
anggaran tertentu serta menyatakan Tender/Seleksi gagal.
3 Pejabat Pembuat
Selain melaksanakan
Komitmen (PPK)tugas sebagaimana tercantum dalam Pasal
11 Perpres Nomor 12 Tahun 2021, PPK diberi kewenangan oleh
PA/KPA sebagai pejabat penandatangan kontrak, meliputi
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan
mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.

Ruang lingkup kewenangan Pejabat Penandatangan Kontrak dilaksanakan sejak


Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), tandatangan kontrak dan
mengendalikan pelaksanaan kontrak hingga serah terima hasil pekerjaan.
Berarti kewenangan Pejabat Penandatangan Kontrak adalah kewenangan PA yang dapat
dilimpahkan kepada KPA atau PPK. KPA pun dapat melimpahkan kewenangan
penandatanganan kontrak kepada PPK.
Klausul tentang “Pejabat Penandatangan Kontrak” tertuang dalam Peraturan
LKPP No. 12 tahun 2021, yang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Pejabat Penandatangan Kontrak saat ini tidak hanya di jabat oleh PA atau KPA, namun
kewenangannya dapat dilimpahkan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).
b) Pejabat Penandatangan Kontrak adalah sebuah bentuk kewenangan.
c) PA dapat tidak melimpahkan atau juga dapat melimpahkan kewenangan PPK kepada
KPA atau PPK.
d) KPA yang mendapat pelimpahan kewenangan penandatangan kontrak dapat
melimpahkan kepada PPK atas persetujuan dari PA.
e) KPA di dalam APBD, dapat juga merangkap sebagai PPK.
f) Seluruh klausula dokumen yang membahas tentang kewenangan kontraktual hanya
menyebutkan jabatan “Pejabat Penandatangan Kontrak” baik itu dari SPPBJ,
Kontrak, Jaminan hingga proses serah terima pekerjaan/barang. Alur pelimpahan
kewenangan PA/KPA/PPK diperjelas dalam dokumen yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari perikatan/kontrak.
PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA meliputi:
a) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja; dan
b) Mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran
yang telah ditetapkan.
Pejabat Penandatangan Kontrak dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau
menandatangani Kontrak dengan Penyedia, dalam hal belum tersedia anggaran belanja
atau tidak cukup tersedia anggaran belanja yang dapat mengakibatkan dilampauinya
batas anggaran belanja yang tersedia untuk kegiatan yang dibiayai APBN/APBD.

TUJUAN PERUMUSAN KONTRAK


Tujuan perumusan kontrak adalah sebagai berikut:
a) Pedoman bagi Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan dalam menyusun dokumen
pemilihan dan proses pemilihan;
b) Pedoman bagi Penyedia dalam menyusun penawaran;
c) Pedoman pengikatan dan hubungan kerjasama antara PPK dan Penyedia dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Tugas dan Kewenangan Pejabat Pembuat Komitmen dikaitkan dengan Penyusunan
Kontrak
Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimulai dari tahap Perencanaan yang meliputi
identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal dan anggaran Pengadaan
Barang/Jasa. Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA.
Setelah melalui tahap Perencanaan Pengadaan, selanjutnya Persiapan pengadaan
dilaksanakan oleh PPK, antara lain:

Tabel 2.2 Persiapan Pengadaan yang dilaksanakan oleh PPK

Untuk pengadaan barang/jasa Untuk pengadaan pekerjaan konstruksi


lainnya/jasa konsultansi non konstruksi dan konsultansi konstruksi
a) Reviu dan penetapan spesifikasi a. Reviu dan penetapan Spesifikasi
teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK); Teknis/Kerangka Acuan Kerja
b) Penyusunan dan penetapan HPS; (KAK);
b. Penyusunan dan penetapan HPS;
c) Penyusunan dan penetapan c. Penyusunan dan penetapan
rancangan kontrak; rancangan kontrak;
d) Penetapan uang muka, jaminan uang d. Penetapan detailed engineering
muka, jaminan pelaksanaan, jaminan design untuk pemilihan Penyedia
pemeliharaan, sertifikat garansi Pekerjaan Konstruksi; dan
dan/atau penyesuaian harga. e. Penetapan uang muka, jaminan uang
muka, jaminan pelaksanaan,
jaminan pemeliharaan, sertifikat
garansi, dan/atau penyesuaian
harga.
Gambar 2.1. Persiapan Pengadaan “Menetapkan Rancangan
Kontrak”

Penyusunan draft kontrak yang dibuat oleh PPK dinamakan Rancangan Kontrak, dengan
memperhatikan Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS). Penetapan rancangan kontrak oleh PPK melalui persetujuan/penetapan
pada lembar ringkasan rancangan kontrak. Spesifikasi Teknis/KAK, HPS dan Rancangan
Kontrak yang telah ditetapkan oleh PPK menjadi Dokumen Persiapan Pengadaan,
kemudian disampaikan kepada UKPBJ untuk dilaksanakan pemilihan penyedia. Dalam
penyusunan rancangan kontrak melalui swakelola, dibahas di modul jenis kompetensi
Mengelola Pengadaan Barang/Jasa Secara Swakelola.

TAHAPAN PERUMUSAN KONTRAK


Rangkaian proses PPK dalam membuat Rancangan Kontrak sampai dengan tanda tangan
kontrak disebut sebagai tahap Perumusan Kontrak. Dalam merumuskan kontrak
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dibuat langkah- langkah yang harus dilakukan agar
dokumen kontrak yang disusun sesuai ketentuan hukum dan peraturan perundang-
undangan, yaitu diantaranya :
1. Persiapan Perumusan Kontrak, yang terdiri dari identifikasi dokumen perencanaan
dalam rangka penyusunan rancangan kontrak.
2. Penyusunan Rancangan Kontrak, yang terdiri dari penyusunan klausul yang
dibutuhkan dalam merancang kontrak.
3. Finalisasi Kontrak, yang terdiri dari memasukan data hasil pemilihan ke dalam
rancangan kontrak sehingga siap untuk ditandatangani.

1. Persiapan Perumusan Kontrak


Persiapan perumusan kontrak dilaksanakan pada tahap Perencanaan Pengadaan. Tahapan
ini dibutuhkan dokumen pendukung yaitu Dokumen Perencanaan yang berisi RUP,
Spesifikasi Teknis/KAK, Gambar, Daftar kuantitas dan Harga. Dalam menyusun rancangan
kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak dapat dibantu oleh Tim Teknis, Tim/Tenaga Ahli
atau Tim Pendukung. Apabila dibutuhkan, Pejabat Penandatangan Kontrak disarankan
untuk membentuk Tim Pengelola Kontrak.
Tahapan dalam mempersiapkan perumusan kontrak adalah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi dokumen perencanaan dan Model Dokumen Pemilihan (MDP);
b) Menetapkan jenis pengadaan, memilih jenis kontrak dan bentuk kontrak;
c) Mempersiapkan dokumen rancangan kontrak, antara lain SPK dan Surat Perjanjian.
Format dokumen rancangan kontrak tercantum di dalam MDP berdasarkan jenis
pengadaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pada tahap ini, PPK melakukan hal tersebut di atas dengan berpedoman kepada Model
Dokumen Pemilihan yang memuat terkait dengan contoh rancangan kontrak, berdasarkan
Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 dan aturan teknis lainnya.

2. Penyusunan Rancangan Kontrak


Selanjutnya, setelah dilakukan tahapan persiapan penyusunan kontrak, PPK menyusun
rancangan kontrak yang antara lain memuat:
a. Jenis Kontrak;
b. Bentuk Kontrak;
c. Naskah Perjanjian;
d. Uang Muka;
e. Jaminan Pengadaan;
f. Sertifikat Garansi;
g. Sertifikat/Dokumen dalam rangka Pengadaan Barang Impor;
h. Penyesuaian Harga;
i. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK);
j. Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK);
k. Pembayaran Prestasi Pekerjaan;
l. Denda dan Ganti Rugi;
m. Penyelesaian Perselisihan

3. Jenis Kontrak
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan jenis kontrak adalah karakteristik
pekerjaan, jenis barang/jasa, spesifikasi teknis/KAK, volume, lama waktu pelaksanaan,
dan/atau kompleksitas dan risiko pekerjaan. Jenis kontrak dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah sesuai Perpres Nomor 12 Tahun 2021 Pasal 27 dibagi menjadi beberapa jenis
sebagai berikut:
Jenis kontrak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jenis Kontrak Barang Pekerjaan Jasa Jasa Jasa
Konstruksi Lainnya Konsultansi Konsultan
Konstruksi
1. Lumsum √ √ √ √ √
2. Harga Satuan √ √ √
3. Gabungan Lumsum dan √ √ √
Harga Satuan
4. KontrakPayung √ √ √
5. Biaya Plus Imbalan √ √ √
6. Putar Kunci √
7. Waktu Penugasan √ √

Jenis Kontrak pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/JasaLainnya

Jenis Kontrak Uraian


Lumsum 1. Ruang lingkup: waktu pelaksanaan, dan produk/keluaran dapat
didefinisikan dengan jelas;
2. Pembayaran: dengan harga pasti dan tetap, senilai dengan harga
yang tercantum dalam kontrak.
3. Pembayaran dapat dilakukan sekaligus berdasarkan
hasil/keluaran atau secara bertahap berdasarkan bagian
keluaran yang dilaksanakan;
4. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh
Penyedia;
5. Berorientasi kepada keluaran. Contoh
Pekerjaan:
1) Pekerjaan konstruksi sederhana;
2) Pekerjaan konstruksi terintegrasi (desain and build),
3) Pengadaan peralatan kantor;
4) Pengadaan komputer/laptop;
5) Pengadaan benih;
6) Sewa gedung.
Harga Satuan 1. Ruang lingkup: kuantitas/volume pekerjaan masih bersifat
perkiraan pada saat kontrak ditanda tangani, tidak dapat
dtetapkan secara tepat yang disebabkan oleh sifat/karakteristik,
kesulitan dan risiko pekerjaan;
2. Pembayaran: berdasarkan harga satuan yang tetap untuk
masing-masing unsur pekerjaan. Pembayaran berdasarkan dari
pengukuran hasil pekerjaan yang dituangkan dalam sertifikat
hasil pengukuran (contoh monthly certificate);
3. Total pembayaran (final price) tergantung kepada total
kuantitas/volume dari hasil pekerjaan.
Contoh pekerjaan:
1) Pembangunan gedung atau infrastruktur;
2) Pengadaan obat-obatan;
3) Pengadaan jasa boga pasien di rumah sakit.
Gabungan Lumsum Ruang lingkup: terdapat bagian pekerjaan yang dapat dikontrakkan
dan Harga Satuan menggunakan Kontrak Lumsum dan terdapat bagian pekerjaan yang
dikontrakkan menggunakan Kontrak Harga Satuan.
Jenis kontrak ini memiliki gabungan antara:
Komponen pekerjaan yang perhitungan volumenya untuk
masing - masing unsur / jenis / item pekerjaan sudah dapat
diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan
spesifikasi teknisnya; dan
Komponen pekerjaan yang perhitungan volumenya belum dapat
diketahui dengan pasti sebelum pelaksanaan pekerjaan
dilakukan.
Contoh pekerjaan:
1) Pekerjaan konstruksi, seperti pekerjaan pondasi tiang pancang
dan bangunan atas;
2) Jasa Profesional Conference Organizer (PCO).
Putar Kunci Perjanjian mengenai pembangunan suatu proyek dalam hal
Penyedia setuju untuk membangun proyek tesebut secara lengkap
sampai selesai termasuk pemasangan semua perlengkapannya
sehingga proyek tersebut siap dioperasikan atau dihuni.
Contoh pekerjaan:
1) Pekerjaan konstruksi terintegrasi misalnya
Pembangunan stadion, MRT, tower bandara;
2) EPC (Engineering Procurement Construction)
misalnya Pembangunan pembangkit tenaga listrik;
Kontrak Payung Ruang lingkup: digunakan dalam hal pekerjaan yang
akan dilaksanakan secara berulang/pekerjaan yang rutin dalam
periode waktu tertentu dengan spesifikasi
yang pasti, namun volume dan waktu pesanan belum dapat
ditentukan pada saat kontrak ditandatangani.
Contoh pekerjaan:
1) Pengadaan obat tertentu pada rumah sakit,
2) Pengadaan Jasa boga,
3) Pengadaan jasa layanan perjalanan (travel agent),
4) Pengadaan material,
5) Pengadaan ATK
Kontrak Biaya Plus Jenis kontrak yang digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Imbalan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam rangka penanganan keadaan darurat
dengan nilai kontrak merupakan perhitungan dari biaya aktual
ditambah dengan persentase tetap atas biaya aktual atau imbalan
dengan jumlah tetap.
Contoh pekerjaan:
1) Pelaksanaan vaksinasi covid19
2) Pengadaan alat kesehatan pada masa tanggap darurat covid19
3) Pekerjaan pembangunan rumah sakit darurat
penanggulangan pandemic covid-19
4) Pembangunan jembatan pada masa tanggap
darurat bencana.

Jenis Kontrak Pengadaan Konsultansi dan Konsultan Konstruksi


Jenis Kontrak Uraian
Lumsum 1. Ruang lingkup: waktu pelaksanaan pekerjaan, dan produk/keluaran
dapat didefinisikan dengan jelas;
2. Pembayaran dilakukan dengan jumlah pasti dan tetap, senilai dengan
harga yang dicantumkan dalam kontrak tanpa memperhatikan rincian
biaya;
3. Pembayaran dilakukan berdasarkan produk/keluaran seperti laporan
kajian, gambar desain atau berdasarkan hasil/tahapan pekerjaan yang
dilaksanakan.
Contoh pekerjaan:
1) Konsultan manajemen;
2) Pekerjaan DED (Detail Engineering Design);
3) Perencanaan bangunan;
4) Konsultan perencanaan tata ruang;
5) Pembuatan aplikasi komputer.
Waktu 1. Ruang lingkup: belum dapat didefinisikan dengan jelas dan mungkin
Penugasan berubah secara substansial dari sisi ruang lingkup pekerjaannya;
2. Waktu pelaksanaan pekerjaan belum dapat ditetapkan;
3. Nilai akhir kontrak tergantung dengan lama waktu penugasan;
4. Pekerjaan yang ruang lingkupnya kecil dan/atau jangka waktunya
pendek dimana kompensasi cenderung berbasis harga per jam, per hari,
per minggu atau per bulan;
5. Pekerjaan yang tidak umum/spesialis yang membutuhkan keahlian
khusus;
6. Pembayaran: Biaya personel dibayarkan berdasarkan remunerasi yang
pasti dan tetap sesuai yang tercantum dalam kontrak untuk setiap
satuan watu penugasan. Biaya non personel dapat dibayarkan sesuai
dengan yang dikeluarkan (at cost). Nilai akhir kontrak yang akan
dibayarkan, tergantung lama/durasi waktu penugasan. Pembayaran
dapat dilakukan berdasarkan periode waktu yang ditetapkan dalam
kontrak.

Contoh pekerjaan:
1) Pengawasan Pembangunan;
2) Penasihat;
3) Pendampingan;
4) Pengembangan system/aplikasi yang kompleks;
5) Monitoring;
Survei/pemetaan yang membutuhkan telaahan mendalam.
Kontrak Ruang lingkup: Digunakan untuk mengikat Penyedia Jasa Konsultansi dalam
Payung periode waktu tertentu untuk menyediakan jasa, dimana waktunya belum
dapat ditentukan, dan telah memenuhi/lulus persyaratan yang ditetapkan.

Contoh pekerjaan:
1) Penasihatan hukum;
2) Penyiapan proyek strategis nasional;
3) Penyiapan proyek dalam rangka kerjasama pemerintah dan badan
usaha.

Lebih lanjut, PPK dapat menggunakan kontrak selain jenis kontrak yang dijabarkan diatas,
disesuaikan dengan karakteristik pekerjaan yang akan dilaksanakan. Di dalam
menetapkan jenis kontrak tersebut, PPK harus memperhatikan prinsip efesien, efektif dan
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kontrak Tahun Jamak
Merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang membebani lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kontrak Tahun Jamak dapat berupa:
a. Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan atau lebih dari 1
(satu) tahun anggaran; seperti:
1) Pekerjaan Konstruksi: proyek pembangunan infrastruktur yang dimulai pada 28
Maret 2021 sampai dengan 12 Desember 2022;
2) Pekerjaan Konstruksi: jalan, jembatan, waduk, gedung dengan jangka waktu
pekerjaan 15 bulan;
3) Jasa Lainnya: jasa perbaikan dan pemeliharaan radar cuaca yang membutuhkan
jangka waktu 17 bulan;
4) Jasa Konsultansi: pembuatan sistem informasi Government Resource Planning
dengan jangka waktu pekerjaan dari 12 Maret 2020 sampai dengan 24 November
2021.
b. Pekerjaan yang penyelesaiannya tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan tetapi
pelaksanaannya membebani lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran, seperti:
1) pengadaan barang/jasa yang pelaksanaannya bergantung pada musim penanaman
benih/bibit, penghijauan; atau
2) pengadaan barang/jasa yang layanannya contoh pekerjaan pembangunan
rehabilitasi bangunan yang mendesak untuk dibuat dengan jangka waktu
pekerjaan 17 Oktober 2021 sampai dengan 13 Februari 2022.
c. Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan paling lama 3 (tiga) tahun Anggaran, seperti:
1) Pengadaan barang/jasa yang bersifat rutin dan selalu berulang setiap tahunnya,
seperti pengadaan kertas, tinta printer, obat- obatan;
2) Pengadaan jasa layanan yang tidak boleh terhenti misalnya pelayanan angkutan
perintis darat/laut/udara, layanan pembuangan sampah, sewa kantor, jasa
internet/jasa komunikasi, atau pengadaan jasa pengelolaan gedung. Sewa gedung
selama 3 tahun sekaligus tentunya akan menjadi lebih efektif dibandingkan di
lakukan perpanjangan kontrak tiap tahun.
3) Pengadaan Jasa Boga untuk lembaga
pemasyarakatan/Panti Jompo/Rumah Sakit
4) Pengadaan Outsource Building Management, Security dan Cleaning Service

4. Bentuk Kontrak
Pejabat Penandatangan Kontrak menetapkan bentuk kontrak dengan memperhatikan
nilai kontrak dan jenis pengadaan. Bukti pendukung untuk masing-masing kontrak
diatur sesuai dengan peraturan Menteri yang menyelenggarkan urusan pemerintah di
bidang keuangan negara atau peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan di
bidang pemerintahan dalam negeri.
Tabel 2.6. Bentuk Kontrak Berdasarkan Jenis Pengadaan barang/Jasa

No Bentuk Jenis Pengadaan dan Nilai Kontrak (Dalam Rp)


Kontrak Pekerjaan Jasa
Barang Jasa Lainnya
Konstruksi Konsultansi
1 Bukti
pembelian/ ≤ 10 juta - ≤ 10 juta -
Pembayaran
2 Kuitansi ≤ 50 juta - ≤ 50 juta -

3 Surat Perintah > 50 juta sd ≤ 200 juta > 50 juta sd 200 ≤ 100 juta
Kerja (SPK) 200 juta juta

4 Surat > 200 juta > 200 juta > 200 juta > 100 juta
Perjanjian
5 Surat Tidak ada batasan nilai kontrak untuk E- -
Pesanan Purchasing/Toko Daring

a. Bukti Pembelian/Pembayaran
Bukti pembelian/pembayaran merupakan dokumen yang digunakan sebagai
pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai kontrak paling banyak
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Contoh bukti pembelian/pembayaran
antara lain faktur/bon/Invoice, struk, dan nota kontan.
Adapun isi minimal bukti pembelian dijelaskan pada gambar berikut:
• Identitas Penyedia
• Dilakukan dengan cara pembelian langsung tanpa negosiasi teknis danharga
• Nilai pembelian
• Jenis dan jumlah barang/jasa
• Pengadaannya dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan
• Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui

b. Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti transaksi
pembayaran yang diterima oleh Penyedia dengan berbagai ketentuan
pembayaran untuk pengadaan barang/jasa lainnya dengan nilai kontrak paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
 Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
 Identitas para pihak
 Nilai pembelaian
 Jenis dan jumlah barang/jasa
 Tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang berlaku
 Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui

c. Surat Perintah Kerja (SPK)


Surat Perintah Kerja merupakan perjanjian sederhana secara tertulis antara kedua
belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh
hak dan melaksanakan kewajiban. Surat perintah kerja digunakan untuk:
1) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
2) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
3) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).

Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:


1. Identitas para pihak
2. Nilai pembelian/nilai kontrak
3. Jenis dan jumlah barang/jasa
4. Hak dan kewajiban menjadi lampiran dari SPK dalam bentuk yang lebih rinci
(SSUK)
5. Kata penutup dan ruang tanda tangan para pihak di atas materai
6. Klausul penyelesaian perseilisihan disarankan dengan LPS LKPP

d. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara kedua belah pihak
tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban. Surat Perjanjian digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit
di atas Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan
2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
1. Identitas para pihak
2. Nilai pembelian/nilai kontrak
3. Jenis dan jumlah barang/jasa
4. Hak dan kewajiban menjadi lampiran dari surat perjanjian dalam bentuk yang
lebih rinci (SSUK, SSKK, Spesifikasi, dan Dokumen lain)
5. Kata penutup dan ruang tanda tangan para pihak di atas materai

e. Surat Pesanan
Surat pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan melalui e-
purchasing, pembelian melalui katalog elektronik dan toko daring dan pemesanan
barang/jasa melalui proses pengadaan dengan jenis kontrak payung. Untuk
pengadaan barang/jasa tertentu yang membutuhkan pengaturan kontrak yang lebih
rinci atau diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam proses pembayaran
maka Surat Pesanan ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Kerja atau Surat
Perjanjian.
Adapun isi minimal kontrak dijelaskan pada gambar berikut:
1. Identitas para pihak
2. Nilai pembelian
3. Jenis dan jumlah barang/jasa
4. Hak dan kewajiban
f. Naskah Perjanjian
Terdiri dari:
Pendahuluan
a. Judul Kontrak
Menjelaskan jenis barang/jasa dan judul kontrak yang akan ditandatangani
b. Jenis Kontrak
Mencantumkan jenis kontrak pengadaan barang/jasa yang telah ditetapkan
(dapat menjadi bagian di dalam judul atau dapat menjadi bagian tersendiri
setelah nilai kontrak)
c. Nomor Kontrak
Menjelaskan nomor kontrak yang akan ditandatangani. Apabila kontrak
merupakan perubahan kontrak, maka nomor kontrak harus berurut sesuai
dengan berapa kali mengalami perubahan.
d. Tanggal Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan dan tahun kontrak ditandatangani oleh para
pihak. Tanggal kontrak tidak boleh mendahului tanggal Surat Penunjukan
Penyedia barang/Jasa (SPPBJ).
e. Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat dalam kontrak yang menjelaskan bahwa pihak pada hari,
tanggal, bulan dan tahun membuat dan menandatangani kontrak.
f. Para Pihak dalam Kontrak
Menjelaskan secara rinci dan menerangkan hal yang sebenarnya identitas para
pihak yang meliputi nama, jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam
kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak kedua.
Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
- Pihak pertama adalah pihak Pejabat Penandatangan Kontrak
(PA/KPA/PPK);
- Pihak kedua adalah pihak Penyedia yang telah ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan;
- Menjelaskan pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama siapa dan
dasar kewenangannya; dan
- Apabila pihak kedua dalam kontrak merupakan
suatu konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain maka harus dijelaskan nama
bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya dan siapa yang memimpin dan
mewakili kerjasama tersebut.
g. Latar Belakang
Bagian ini menjelaskan informasi bahwa telah dilaksanakan pemilihan penyedia
dan Pejabat Penandatangan Kontrak telah menunjuk Penyedia melalui SPPBJ

Isi
Berisi pernyataan bahwa:
a. Para pihak telah sepakat atau setuju mengadakan Kontrak sesuai dengan objek
yang di Kontrak.
b. Para pihak telah menyepakati besarnya harga Kontrak dalam Kontrak, yang
ditulis dengan angka dan huruf, serta rincian sumber pembiayaannya.
c. Berisi ruang lingkup utama pada kontrak yang merupakan output dari kontrak
d. Nilai perjanjian dan pembayaran yang ditulis dengan angka dan huruf, serta
perincian pendanaan tahunan (apabila kontrak tahun jamak), dan nomor
rekening tujuan pembayaran

5. Uang Muka
PPK dapat memberikan uang muka kepada Penyedia pada seluruh jenis barang/jasa.
Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan, antara lain:
a. mobilisasi barang/bahan/material/peralatan dan tenaga kerja;
b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/bahan/material/alat;
dan/atau,
c. pekerjaan teknis yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan.
Besaran persentase dari nilai kontrak sebagaimana yang dimaksud berdasarkan
Lampiran 1 dan 2 Peraturan Lembaga Nomor 12 Tahun 2021, dapat diberikan uang
muka kepada Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.7 Besaran uang muka

Ketentuan Besaran uang Muka


Nilai pagu anggaran > 15.000.000.000 ≤ 20%
Untuk kontrak tahun jamak ≤ 15%
Untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil Serta Koperasi
Ketentuan Besaran uang Muka
Nilai pagu anggaran > 50.000.000 sampai ≥ 50%
dengan 200.000.000
Nilai pagu anggaran > 200.000.000 sampai ≥ 30%
dengan 2.500.000.000
Nilai pagu anggaran > 2.500.000.000 sampai ≤ 20%
dengan 15.00.000.000

Setiap pemberian uang muka harus disertai dengan penyerahan jaminan uang muka
senilai uang muka yang diberikan. Pengembalian uang muka harus diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan
dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus
persen).

6. Jaminan Pengadaan
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa berfungsi untuk pengendalian dan mitigasi resiko
atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya proses pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa, baik pada tahap pemilihan Penyedia dan pelaksanaan Kontrak. Jaminan
Pengadaan diterbitkan dan akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta Tender
atau Penyedia tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam Dokumen
Pemilihan atau Dokumen Kontrak.

Tabel 2.8. Sifat, Bentuk dan Penerbit Jaminan Pengadaan


Sifat Jaminan Bentuk Jaminan Penerbit Jaminan
 tidak bersyarat Bank garansi atau Bank Umum, Perusahaan
 mudah dicairkan Surety Bond Penjaminan, Perusahaan Asuransi,
 harus dicairkan Lembaga Keuangan khusu
oleh penerbit eksport/import Indonesia yang
jaminan paling memiliki ijin usaha dan pencatatan
lambat 14 hari produk suretyship di OJK
kerja

Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari:


a. Jaminan Penawaran;
b. Jaminan Sanggah Banding;
c. Jaminan Pelaksanaan;
d. Jaminan Uang Muka;
e. Jaminan Pemeliharaan
Setiap jaminan mempunyai mekanisme yang berbeda-beda baik dari jenis pengadaan
yang dijaminkan, serta nilai besaran jaminannya yang terlampir di dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 2.9. Jenis Jaminan Dalam Pengadaan Barang/Jasa

No Jenis Jaminan Keterangan


1 Jaminan Penawaran  Hanya untuk pekerjaan konstruksi dan
pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara
terintegrasi;
 Besarnya antara 1 % sd 3 % dari nilai HPS;
 Untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi besarnya
antara 1 % hingga 3 % dari Nilai Pagu Anggaran.
2 Jaminan Sanggah Banding  Hanya untuk pekerjaan konstruksi;
 Besarnya 1 % dari nilai HPS;
 Untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi
besarnya 1 % dari Nilai Pagu Anggaran.
3 Jaminan Pelaksanaan Untuk Pekerjaan Terintegrasi dihitung dari nilai
Pagu Anggaran.
Nilai penawaran: Nilai jaminan pelaksanaan:
 ≥ 80 % sd 100 % dari nilai  5% dari nilai kontrak
HPS  5% dari total HPS
 < 80 % dari nilai HPS
Nilai Penawaran Nilai Jaminan Pelaksanaan:
Pekerajaan terintegrasi
 ≥ 80 % sd 100 % dari  5% dari nilai kontrak
nilai Pagu Anggaran 
 < 80 % dari nilai Pagu 
Anggaran  5% dari nilai Pagu Anggaran
4 Jaminan Uang Muka  Jaminan uang muka diserahkan Penyedia
kepada PPK, senilai uang muka;
 Nilai jaminan uang muka bertahap dapat
dikurangi secara proporsional sesuai dengan sisa
uang muka yang diterima.
5 Jaminan Pemeliharaan  Jenis Pengadaan: Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan;
 Nilainya 5% dari kontrak;
 Diberlakukan apabila Penyedia menerima
uang retensi pada serah terima pekerjaan
pertama (PHO);
 Dikembalikan 14 hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.

Tabel 2.10. Jenis Jaminan Berdasarkan Pengadaan Barang/Jasa


No Jenis Jaminan B PK JL JK Pengadaan
Terintegrasi
1 Jaminan Uang muka -

2 Jaminan Penawaran - - -

3 Jaminan Pelaksanaan - -

4 Jaminan Pemeliharaan - - -

5 Jaminan Sanggah Banding - - - -

6 Sertifikat Garansi - - - -

7. Sertifikat Garansi
Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan barang maka
Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual yang
menyatakan adanya jaminan ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan
purna jual dengan durasi sesuai dengan kebijakan dari masing-masing produsen
barang tersebut.
8. Sertifikat/Dokumen dalam rangka Pengadaan Barang Impor
Pengadaan barang impor adalah barang yang diimpor untuk kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa. Pengadaan barang impor harus mencantumkan persyaratan
kelengkapan dokumen barang:
1) Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement
dari pabrikan/prinsipal di negara asal;
2) Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin); dan
3) Sertifikat Produksi.
Persyaratan Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement dari
pabrikan/prinsipal di negara asal dicantumkan dalam dokumen pemilihan
dengan diserahkan oleh peserta tender/seleksi kepada Pokja Pemilihan
bersamaan dengan penyampaian dokumen penawaran.
Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) dan Sertifikat Produksi diserahkan oleh
Penyedia kepada PPK pada saat serah terima pekerjaan. Persyaratan Surat
Keterangan Asal (Certificate of Origin) dan Sertifikat Produksi dicantumkan dalam
rancangan kontrak

9. Penyesuaian Harga
PPK menyusun penyesuaian harga dalam rancangan Kontrak. Penyesuaian harga
diberlakukan Untuk Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan untuk
Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya, dan jenis Kontrak berdasarkan Waktu
Penugasan untuk Jasa Konsultansi. Berikut merupakan tata cara perhitungan
penyesuaian harga yang dicantumkan di dalam Dokumen Pemilihan dan/atau
perubahan Dokumen Pemilihan:
1) Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan;
2) Penyesuaian harga diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
pelaksanaan pekerjaan;
3) Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh
kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan,
biaya tidak langsung
(overhead cost), dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam
penawaran. Harga satuan timpang adalah harga satuan penawaran yang
melebihi 110% (seratus sepuluh persen) dari harga satuan HPS, dan
dinyatakan harga satuan timpang berdasarkan hasil klarifikasi;
4) Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
yang tercantum dalam Kontrak/adendum kontrak;
5) Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar
negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang
tersebut;
6) Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya
adendum Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke- 13
(tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani;
7) Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan Kontrak terlambat disebabkan
oleh kesalahan Penyedia adalah indeks terendah antara jadwal Kontrak dan
realisasi pekerjaan;
Perhitungan penyesuaian harga satuan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Gambar 2.7. Rumus Penyesuaian Harga Satuan

Gambar 2.8. Rumus Penyesuaian Nilai Kontrak

10. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)


Syarat-syarat Umum Kontrak adalah ketentuan umum dalam pelaksanaan Kontrak.
Ketentuan umum ini berlaku untuk seluruh jenis kontrak masing-masing jenis
Pengadaan Barang/Jasa yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak.
Pembuatan SSUK dilakukan bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak.
Contoh dari ketentuan di dalam SSUK diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.11. Contoh Ketentuan dalam SSUK


NO SSUK KETERANGAN
1 Definisi Untuk menghindari perbedaan interpretasi
2 Penerapan Lingkup, hukum yang digunakan, batasan & ketentuan penerapan
terhadap urutan hierarki dokumen kontrak
3 Asal Material Pendeskripsian asal material/bahan/jasa
4 Dokumen- Memproteksi adanya penyalahgunaan informasi dan kebocoran
dokumen kerahasiaan dokumen
kontrak dan
informasi
5 Hak kekayaan Paten, hak cipta, merek dagang dan merek layanan.
intelektual
6 Jaminan Menjamin kewajiban penyedia dapat terlaksana untuk pihak
terjamin.
7 Asuransi Siapa yang akan menanggung biaya asuransi. Alasan lain yang
menentukan mengapa diperlukannya asuransi adalah karena
beberapa risiko kontraktual harus di tanggung oleh asuransi.
8 Pembayaran Bagaimana PPK akan melakukan pembayaran
atas barang/jasa yang diterima sesuai kontrak.
9 Harga Jumlah yang harus dibayar (harga satuan, pajak) oleh
Pejabat Penandatangan Kontrak.
10 Personil Tenaga kerja yang disediakan pengguna.
11 Penilaian Diperlukan pada beberapa kontrak pengadaan barang/jasa yang
pekerjaan bersifat jangka panjang dalam pelaksanaan dan penyelesaiannya.
sementara Penilaian pekerjaan sementara dapat dilakukan oleh PPK melalui
personil teknik (pengawas lapangan) atau dapat dilakukan oleh
konsultan ahli yang ditunjuknya untuk melakukan pemeriksaan
perkembangan
kemajuan pekerjaan.
12 Kewajiban para Kewajiban kedua belah pihak (untuk menyederhanakan kontrak
pihak- pemahaman dipakai penyedia dan Pejabat Penandatangan
pihak dalam Kontrak.
kontrak
13 Jadwal Terkait langsung dengan lingkup penyelesaian pekerjaan.
pelaksanaan
pekerjaan
14 Klausul-klausul Pemilihan klausul memerlukan kemampuan dalam memahami
lain kemungkinan potensi-potensi masalah yang akan terjadi

11. Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)


Syarat syarat khusus kontrak terdiri dari ketentuan perubahan, tambahan, dan/atau
penjelasan syarat syarat umum kontrak. Syarat-syarat Khusus Kontrak adalah
ketentuan khusus dalam pelaksanaan Kontrak. SSKK menjelaskan lebih rinci
ketentuan yang tertuang di dalam SSUK yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa
yang diadakan. Dalam menyusun SSKK mencantumkan nomor klausul yang diperinci
pada SSUK. Pengisian SSKK dilakukan bersamaan dengan penyusunan rancangan
kontrak.
Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) adalah ketentuan-ketentuan khusus yang
terdapat pada Surat Perjanjian seperti tata cara dan syarat perubahan kontrak, syarat
pembayaran, perbedaan harga, penalti dan lain- lain. SSKK biasanya juga menjelaskan
apa yang belum tercantum dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK), karena
biasanya SSUK berlaku terhadap beberapa kontrak.
Tambahan atau Penjelasan Syarat-syarat Khusus Kontrak
Deskripsi pada klausul yang terdapat pada SSUK masih sangat umum, sehingga
klausul-klausul dalam SSUK tersebut memerlukan tambahan (supplement) atau
penjelasan lebih lanjut pada Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK). Tambahan atau
penjelasan yang terdapat dalam SSKK harus dibaca sebagai suatu bagian yang tak
terpisahkan dengan SSUK, lingkup pengadaan, jadwal pekerjaan/pembuatan barang,
dokumen- dokumen lain seperti gambar

12. Pembayaran Prestasi Pekerjaan


Pembayaran prestasi pekerjaan dapat dilakukan dengan cara:

Pembayaran berdasarkan hasil perhitungan


2

prestasi pekerjaaan setiap bulan, contohnya


BULANAN
untuk pekerjaan jasa kebersihan, jasa
pengamanan, jasa katering.

Gambar 2.9. Pembayaran Prestasi Pekerjaan Secara


Bulanan

pembayaran berdasarkan hasil


2
perhitungan prestasi pekerjaaan setiap
TERMIN termin yang diatur dalam kontrak, contoh
pekerjaan konstruksi, Pengadaan

Gambar 2.10. Pembayaran Prestasi Pekerjaan Secara Termin

Pembayaran dilakukan setelah prestasi

2
pekerjaan telah mencapai 100%,

SEKALIGUS contohnya pekerjaan jasa PCO


(profesional conference organizer),
perawatan genset, pengadaan barang.

Gambar 2.11. Pembayaran Prestasi Pekerjaan Secara Sekaligus

13. Denda dan Ganti Rugi


a. Sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku
karena terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak.
b. Sanksi finansial dapat berupa sanksi ganti rugi atau denda keterlambatan.
c. Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan, menyerahkan
jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam perhitungan
volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang
kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit, dan
keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
d. Sanksi ganti rugi adalah penggantian kerugian yang dibebankan kepada penyedia
apabila terjadi hal-hal yang terangkum di dalam klausul cidera janji/wanprestasi.
Besarnya sanksi ganti rugi adalah sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan.
e. Denda keterlambatan apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
Besarnya denda keterlambatan adalah:
1) 1‰ (satu permil) per hari dari harga bagian Kontrak yang tercantum dalam
Kontrak; atau
2) 1‰ (satu permil) per hari dari harga Kontrak.
f. Besaran denda keterlambatan atas perbaikan cacat mutu sebesar 1‰ (satu
permil) per hari keterlambatan perbaikan dari nilai biaya perbaikan pekerjaan
yang ditemukan cacat mutu.
g. Bagian Kontrak adalah bagian pekerjaan dari satu pekerjaan yang ditetapkan
dalam dokumen pemilihan
h. Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak

1/1000 1/1000
Dari Harga kontrak Dari Sisa Bagian kontrak
per hari dari bagian kontrak apabila per hari dari total nilai kontrak,
penyelesaian masing-masing apabila penyelesaian masing-
pekerjaan yang tercantum pada masing pekerjaan yang tercantum
bagian kontrak tersebut tidak pada bagian kontrak tersebut
tergantung satu sama lain dan tergantung satu sama lain dan tidak
memiliki fungsi yang berbeda, dimana memiliki fungsi yang berbeda,
fungsi masing-masing bagian kontrak dimana fungsi masing- masing
tersebut tidak terkait satu sama lain bagian kontrak tersebut terkait satu
dalam pencapaian kinerja pekerjaan. sama lain dalam pencapaian kinerja
pekerjaan.

14. Penyelesaian Perselisihan


Tabel 2.12. Metode Penyelesaian Perselisihan

Non Litigasi (Di Luar Litigasi (Melalui Pengadilan)


Pengadilan)
Konsultasi Pengertian Litigasi terdapat pada Pasal 6 ayat
(1) Undang-Undang
Konsultasi adalah suatu tindakan pihak Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
tertentu secara personal dengan pihak Alternatif Penyelesaian Sengketa, yaitu:
lainnya yang bertindak sebagai konsultan “Sengketa atau beda pendapat perdata dapat
dimana pihak konsultan memberikan diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif
jasanya berupa pendapat atas penyelesaian sengketa yang didasarkan pada
permasalahan yang dihadapi. itikad baik dengan mengesampingkan
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri.”
Negosiasi
Negosiasi adalah bentuk penyelesaian
sengketa antara para pihak sendiri, tanpa
bantuan dari pihak lain dengan cara
bermusyawarah atau berunding untuk
mencari pemecahan yang
dianggap adil oleh para pihak.
Mediasi

Cara penyelesaian sengketa melalui


proses perundingan para pihak yang
dibantu oleh mediator dalam mencapai
kesepakatan para pihak.
Konsiliasi

Upaya para pihak untuk menyelesaikan


sengketa dengan menggunakan penengah
yang bertindak menjadi konsiliator
dengan kesepakatan para pihak dimana
konsiliator mengusahakan solusi
penyelesaian atas sengketa yang dapat
diterima para pihak.
Arbitrase

Cara penyelesaian suatu sengketa perdata


di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
Dewan Sengketa Konstruksi
Cara penyelesaian suatu sengketa
pekerjaan konstruksi melalui dewan
sengketa yang dibentuk sebelum kontrak
ditandatangani dan dilaksanakan di luar
pengadilan.

Dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 (Pasal 85) dijelaskan bahwa
Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia dalam pelaksanaan
Kontrak dapat dilakukan melalui Non Litigasi yaitu melalui Layanan Penyelesaian
Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LPS PBJP), Dewan Sengketa
Konstruksi, penyelesaian melalui pengadilan dan Arbitrase.
15. Finalisasi Kontrak
Dalam finalisasi dokumen kontrak, akan membahas mengenai redaksional,
substansi, bahasa, angka dan huruf dokumen kontrak, persiapan penandatanganan
kontrak, ketentuan penandatangan kontrak, tata cara pendokumentasian dokumen
kontrak, dan arsip dokumen.
Sebelum memulai, penting untuk dijelaskan tentang bagaimana proses finalisasi
dokumen kontrak di organisasi pemerintah, untuk memberikan gambaran
pemahaman secara lebih rinci. Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, proses
finalisasi dokumen kontrak dilakukan setelah proses pemilihan penyedia selesai,
POKJA Pemilihan menyampaikan hasil dokumen pemilihan kepada PPK. PPK
kemudian melakukan finalisasi dokumen kontrak. Perlu dingat bahwa proses
finalisasi kontrak tidak boleh merubah rancangan kontrak.
Redaksional dokumen kontrak adalah suatu proses yang dilakukan guna menyusun
kata, struktur kalimat, dan sistematika naskah kontrak. Redaksional meliputi
berbagai aspek mulai dari pengumpulan ide, penilaian (assessment), evaluasi,
pengubahan atau penambahan (editing), pengecekan kesalahan gramatikal,
keserasian, dan ketepatan dalam penempatan bagian-bagian kontrak.

16. Penetapan Rancangan Kontrak


PPK menetapkan rancangan kontrak dengan memperhatikan Spesifikasi
Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Mengingat
pentingnya sebuah finalisasi rancangan kontrak, PPK harus melakukan mitigasi
risiko dalam penetapan rancangan kontrak. PPK harus memeriksa dokumen proses
pemilihan yang disampaikan Pokja Pemilhan dengan proses validasi dan verifikasi
kontrak yang merupakan bagian dari mitigasi risiko. Tahapan-tahapan yang
dilakukan antara lain:
1) Validasi terhadap jenis kontrak, syarat-syarat kontrak dan hak kewajiban para
pihak seperti jenis pekerjaan, kondisi pasar, strategi/kebutuhan organisasi dan
hubungan antar pihak yang berkontrak.
2) Validasi terhadap isi/materi rancangan kontrak seperti struktur/isi kontrak dan
memeriksa semua aspek legal di dalam rancangan kontrak tersebut, apakah
sudah sesuai atau tidak.
3) Verifikas terhadap jaminan penawaran/jaminan pekasanaan untuk menjamin
keabsahan jaminan tersebut.
Penetapan rancangan kontrak oleh PPK melalui persetujuan/ penetapan pada
lembar ringkasan rancangan kontrak. Spesifikasi Teknis/KAK, HPS, dan rancangan
kontrak yang telah ditetapkan menjadi dokumen persiapan pengadaan melalui
Penyedia kemudian disampaikan kepada Pokja Pemilihan atau Pejabat Pengadaan
untuk dijadikan pedoman dalam proses pemilihan. Setelah diperoleh pemenang,
selanjutnya Pokja Pemilihan menyerahkan hasil kepada PPK untuk penetapan
SPPBJ.

17. Proses Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


PPK sebelum menetapkan SPPBJ melakukan reviu atas laporan hasil pemilihan
Penyedia dari Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk memastikan:
1) bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan prosedur
yang ditetapkan;
2) bahwa pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki kemampuan untuk
melaksanakan Kontrak.
Berdasarkan hasil reviu, PPK memutuskan untuk menerima atau menolak hasil
pemilihan Penyedia tersebut. Dalam hal PPK yang bertindak sebagai Pejabat
Penandatangan Kontrak tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, maka PPK
menyampaikan penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
disertai dengan alasan dan bukti. Selanjutnya, PPK dan Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan melakukan pembahasan bersama terkait perbedaan pendapat atas hasil
pemilihan Penyedia. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan, maka pengambilan
keputusan diserahkan kepada PA/KPA paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah
tidak tercapai kesepakatan. PA/KPA dapat memutuskan:
1) Menyetujui penolakan oleh PPK, PA/KPA memerintahkan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk melakukan evaluasi ulang, penawaran
ulang, atau Tender ulang; atau
2) Menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA memerintahkan PPK untuk
menerbitkan SPPBJ paling lambat 5 (lima) hari kerja.
Keputusan PA/KPA tersebut bersifat final.
Dalam hal PA/KPA yang bertindak sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak tidak
menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA menyampaikan penolakan tersebut
kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan disertai dengan alasan dan bukti dan
memerintahkan untuk melakukan evaluasi ulang, atau Tender ulang paling lambat 6
(enam) hari kerja setelah hasil pemilihan Penyedia diterima.

18. Rapat Persiapan Penandatangan Kontrak


Sebelum penandatanganan kontrak, dilakukan rapat persiapan penandatanganan
Kontrak antara PPK dengan Penyedia yang membahas hal-hal sebagai berikut:
1) hasil finalisasi rancangan Kontrak dan program mutu;
2) kelengkapan dokumen pendukung Kontrak, seperti telah diterima sebelum
penandatanganan Kontrak, asuransi, dsb;
3) rencana penandatanganan Kontrak; dan/atau
4) hal-hal yang telah diklarifikasi dan/atau dikonfirmasi pada saat evaluasi
penawaran.
Inilah pentingnya sebelum pelaksanaan penandatanganan kontrak, Pejabat
Penandatangan Kontrak melaksanakan rapat persiapan terlebih dahulu agar
penandatanganan kontrak tidak sekedar dokumentasi saja melainkan dipahami dan
agar pelaksanaan kontrak dapat berjalan dengan baik. PPK melakukan verifikasi
secara tertulis kepada penerbit jaminan sebelum penandatanganan Kontrak. Setelah
Jaminan Pelaksanaan dinyatakan sah dan diterima, Pokja Pemilihan dapat
mengembalikan Jaminan Penawaran (apabila ada). PPK dan Penyedia tidak
diperkenankan mengubah substansi hasil pemilihan Penyedia sampai dengan
penandatanganan Kontrak, kecuali mempersingkat waktu pelaksanaan pekerjaan.
Dalam hal penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DIPA/DPA disahkan, dan ternyata
alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau kurang dari rencana nilai
Kontrak, maka penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah Pagu Anggaran
cukup tersedia melalui revisi DIPA/DPA. Jika penambahan Pagu Anggaran melalui
revisi DIPA/DPA tidak tercapai maka penetapan pemenang dibatalkan dan kepada
calon Penyedia Barang/Jasa tidak diberikan ganti rugi.

19. Pelaksanaan Penandatangan Kontrak


PPK dan Penyedia wajib memeriksa kembali rancangan Kontrak meliputi substansi,
bahasa, redaksional, angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar
Dokumen Kontrak.
Kontrak ditandatangani dengan ketentuan:
1) DIPA/DPA telah ditetapkan;
2) penandatangan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah diterbitkan SPBBJ, kecuali apabila DIPA/DPA belum disahkan; dan
3) ditandatangani oleh Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak.
Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak atas nama Penyedia adalah
Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi yang disebutkan
namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan atau Penyedia perorangan. Selain pihak
yang disebut di atas, pihak lain yang dapat menandatangani Kontrak adalah pihak
yang mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direktur
Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi atau pihak yang sah berdasarkan
Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak sepanjang pihak
lain tersebut merupakan pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang
berstatus sebagai tenaga kerja tetap.
Kontrak dibuat sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari:
1) sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
a) kontrak asli pertama untuk PPK dibubuhi materai pada bagian yang
ditandatangani oleh Penyedia; dan
b) Kontrak asli kedua untuk Penyedia dibubuhi materai pada bagian yang
ditandatangani oleh PPK;
2) Rangkap/salinan Kontrak tanpa dibubuhi materai apabila diperlukan. Kontrak
mulai berlaku pada tanggal penandatanganan Kontrak oleh
Para Pihak atau pada tanggal yang ditetapkan dalam Kontrak.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, suatu perjanjian dikatakan sah apabila …..
A. Berdasarkan suatu sebab yang haram
B. Kedua belah pihak tidak mempunyai kecakapan untuk membuat suatu
perikatan
C. Tidak berdasarkan hal tertentu.
D. Kedua Belah pihak sepakat untuk mengikat dirinya
2. Yang BUKAN merupakan tahapan perumusan kontrak adalah ….
A. Persiapan Perumusan Kontrak
B. Klarifikasi kualifikasi
C. Penyusunan Rancangan Kontrak
D. Finalisasi kontrak
3. Kontrak yang hanya diperuntukan untuk pengadaan jasa konsultansi adalah….
A. Lumsum
B. Waktu Penugasan
C. Kontrak payung
D. Biaya Plus Imbalan
4. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah)
menggunakan kontrak…..
A. Surat Perintah Kerja
B. Surat Perjanjian
C. Kuitansi
D. Bukti Pembelian
5. Besaran nilai jaminan 1% hingga 3% dari Nilai Pagu Anggaran adalah nilai jaminan …..
untuk …….
A. Jaminan Pelaksanaan, Jasa Konsultansi Non Konstruksi
B. Sanggah Banding, Barang
C. Penawaran, Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
D. Jaminan Uang Muka, Jasa Lainnya
PEMBENTUKAN TIM PENGELOLA KONTRAK

PENGERTIAN TIM PENGELOLA KONTRAK


Berdasarkan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor
12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Penyedia
dimungkinkan bahwa PPK dapat membentuk Tim Teknis, Tim/Tenaga Ahli, dan/atau Tim
Pendukung. Adapun yang akan dibahas dalam modul ini adalah terkait dengan Tim Teknis,
Tim/Tenaga Ahli dan/atau Tim Pendukung yang kemudian terbentuk menjadi Tim
Pengelola Kontrak sejauh dibutuhkan.. Sebelum pekerjaan dimulai, tim Teknis sudah
bekerja untuk membantu PPK sesuai dengan lingkup pekerjaannya.
Tim Pengelolaan Kontrak adalah suatu Tim (yang kompeten) yang berupaya melakukan
kegiatan dalam rangka mencapai keberhasilan pengadaan barang/jasa pada suatu
organisasi mencapai tujuan, sesuai yang tercantum dalam kontrak.
Tim Pengelola Kontrak dapat bertugas dimulai sejak perumusan kontrak, persiapan
kontrak, pelaksanaan pekerjaan, serah terima hasil pekerjaan. Pengelolaan Kontrak
dilakukan sesuai perjanjian/kontrak yang telah disepakati para pihak meliputi antara lain
biaya, waktu dan mutu serta tertib administrasi. Pengelolaan kontrak oleh Tim
Pengelolaan Kontrak diharapkan dapat menghindari/mengurangi kemungkinan
timbulnya permasalahan.
Organisasi Tim Pengelolaan Kontrak yang disusun oleh PPK dengan memperhatikan
lingkup dan fungsi pengelolaan kontrak, besaran dan kompleksitas pekerjaan serta sifat
kontrak. Dalam rangka memitigasi risiko, pengadaan barang/jasa untuk pekerjaan
kompleks, sangat disarankan untuk membentuk Tim Pengelolaan Kontrak. Untuk
melakukan hal tersebut, PPK memerlukan personil yang mempunyai kecakapan dan
keahlian yang diperlukan. Perlu diperhatikan bahwa tim pengelola kontrak tidak wajib
untuk dibentuk dalam setiap pekerjaan. Kondisi tersebut harus disesuaikan dengan
kebutuhan dari masing-masing pekerjaan tersebut. Beberapa contoh kondisi-kondisi
dimana tim pengelola kontrak dibentuk antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dimana dalam tahapan pengendalian kontraknya
dijalankan proses-proses pengukuran seperti Mutual Check (MC-0) yang
membutuhkan tim teknis untuk menilainya
b. Pelaksanaan pekerjaan kompleks yang membutuhkan keahlian tertentu untuk menilai
penyelesaian pekerjaan
c. Pelaksanaan pekerjaan yang belum pernah dilakukan sebelumnya yang
membutuhkan asistensi tim ahli yang dapat menilai prestasi fisik pekerjaan
d. Pengadaan barang yang spesifikasinya tidak umum, sehingga membutuhkan penilaian
teknis dalam melihat kesesuaian barang dengan spesifikasi teknisnya

TUJUAN PEMBENTUKAN TIM PENGELOLA KONTRAK


a. Menjamin bahwa proses pengelolaan kontrak barang/jasa, terhitung sejak perumusan
rancangan kontrak sampai dengan berakhirnya masa kontrak, dapat terselenggara
dengan baik sesuai dengan ketentuan, khususnya antara lain dalam pengendalian
kualitas-kuantitas, waktu dan biaya.
b. Para Pihak dapat memenuhi hak dan tanggung jawab yang tertulis dalam dokumen
kontrak.
c. Pemantauan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kontrak, sehingga
diharapkan bisa berjalan secara efektif dan efisien.
d. Meminimalkan risiko karena timbulnya permasalahan ketika kontrak berlangsung.
e. Mengendalikan dan menyelesaikan dalam hal terindikasi adanya permasalahan
kontrak sedini mungkin.
Sejalan dengan program pengendalian mutu maka para pihak harus melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai yang tertulis di dalam kontrak. Salah satu aspek tujuan
pengelolaan kontrak adalah mengelola apabila terjadi perubahan dalam kontrak, guna
memperbaiki kesalahan atau adanya tambahan/pengurangan pekerjaan yang perlu
dilakukan. Melalui pengelolaan kontrak PBJ yang baik, organisasi dapat mengantisipasi
semua permasalahan yang dapat berdampak pada keterlambatan dalam penyerahan
barang/jasa, biaya tak terduga, dan kualitas yang tidak memenuhi spesifikasi dalam
dokumen kontrak.

LINGKUP DAN FUNGSI PENGELOLA KONTRAK


Lingkup pengelolaan kontrak yang akan dilakukan Tim Pengelola Kontrak adalah untuk
kontrak pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya apabila
dibutuhkan, yang meliputi pengelolaan kontrak bidang fisik, keuangan dan personil
proyek seperti yang banyak ditemukan pada pekerjaan yang kompleks.

MERUMUSKAN SUSUNAN ORGANISASI TIM PENGELOLA KONTRAK


PPK harus bertanggung jawab dan melaporkan kegiatannya kepada Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, terlebih untuk kontrak yang pekerjaannya
kompleks dan strategis. PPK menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan dapat
meyakinkan bahwa penyelesaian kontrak akan berlangsung dengan baik, maka PPK
diharapkan mengerti segala aspek pada pengelolaan kontrak dari awal hingga akhir
dengan menugaskan Tim Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
PPK bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap unjuk kerja untuk keberhasilan
penyelesaian kontrak, akan tetapi tidak mungkin melaksanakan tugas-tugasnya sendiri.
Karena itu PPK akan mendelegasikan beberapa aktifitas nya kepada Tim Pengelolaan
Kontrak atau Konsultan Pengawas. PPK harus melakukan penunjukan tim pengelolaan
kontrak yang meliputi tim inti dan tim pembantu.
Sesuai Peraturan LKPP No. 12 tahun 2021, dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia, PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh Tim Teknis,
Tim/Tenaga Ahli dan/atau Tim Pendukung. Mempertimbangkan kompleksitas kontrak
pengadaan, berapa orang tim yang harus direkrut untuk mendukung pelaksanaan dan
pengendalian kontrak, apa saja keahlian yang diperlukan dan faktor-faktor biaya sebagai
kompensasi terhadap kerja Tim pendukung, Tim/tenaga ahli dan Tim Teknis.
Tim pengelola kontrak memerlukan keahlian dan kompetensi yang berkaitan dengan hal-
hal teknis, hukum, keuangan dan lain-lain. Jika diperlukan, tim pengelolaan kontrak bisa
mengikutsertakan cost estimator dan quantity surveyor.
Peran dari anggota pengelolaan kontrak akan didefinisikan dalam rencana pengelolaan.
Namun demikian, ada kemungkinan munculnya perubahan seiring dengan berjalannya
pelaksanaan. Dalam rangka penambahan anggota baru mungkin diperlukan training dan
pengembangan keahlian sebelum seorang personil masuk tim secara penuh. Seiring
berjalannya kontrak pekerjaan, berjalannya waktu serta pengalaman diharapkan
ketidakpastian cara kerja seharusnya semakin berkurang.
Koordinasi pengelolaan kontrak dilakukan oleh PPK dibantu Tim Pengelolaan Kontrak
yang menangani hubungan kontraktual dengan Manajer Pelaksana Pekerjaan (Penyedia).
PPK dapat dibantu Konsultan Pengawas yang bertanggung jawab untuk mengelola urusan
teknik dengan penyedia.
Apabila dibutuhkan, PPK dapat merekrut Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas,
mempunyai peran ganda untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan
sebagai pihak yang membuat penilaian dan keputusan (Hansen, 2015). Sedangkan pada
tahapan pengelolaan kontrak, konsultan pada pelaksanaan kontrak merupakan
kepanjangan tangan dari PPK. Namun, pada pelaksanaannya juga tergantung dari konsep
penugasan dari konsultan tersebut. Bila berupa “assistant concept” maka tugasnya hanya
memberikan saran dan laporan atas kinerja penyedia kepada Penandatangan Kontrak.
Namun bila bersifat “task concept“ maka tanggung jawab konsultan tidak sekedar
mengawasi tetapi termasuk bertanggung jawab atas produk pelaksanaan pekerjaan.
Tanggung Jawab dari konsultan pengawas meliputi, antara lain:
a) Memberikan solusi terhadap masalah-masalah kinerja kontrak;
b) Mengelola komunikasi operasional dengan penyedia;
c) Menjawab pertanyaan-pertanyaan teknis;
d) Memberikan arahan;
e) Mengawasi dan mendokumentasikan kinerja.

Hubungan antara Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas dengan PPK


adalah bersifat Kontraktual, sedangkan Tim Pengelola Kontrak membantu dari PPK. Oleh
karena itu, Tim Pengelola Kontrak dapat mewakili PPK untuk berkoordinasi dengan
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PENGELOLA KONTRAK


Adapun Tugas Tim Pengelolaan Kontrak adalah membantu PPK untuk mengelola
pelaksanaan kontrak termasuk dalam pengawasan, antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan solusi terhadap masalah-masalah kinerja kontrak.
2) Meyakinkan bahwa barang, peralatan, pekerjaan dan jasa diserahkan sesuai
dengan apa yang disebutkan dalam kontrak.
3) Mengelola komunikasi operasional dengan penyedia.
4) Menjawab pertanyaan-pertanyaan teknis.
5) Memberikan arahan.
6) Mengawasi dan mendokumentasikan kinerja.
7) Meyakinkan bahwa dana tersedia sebelum meminta penambahan nilai kontrak.
8) Menginspeksi dan mengesahkan penyerahan hasil
pekerjaan barang/jasa.
9) Menelaah dan mengesahkan invoice sebelum pembayaran.
10) Menerima produk akhir.
11) Melengkapi pengakhiran kontrak.

Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pengelola Kontrak PBJP lainnya adalah sebagai berikut:
1) Menerima dan mengkaji setiap permintaan terkait dengan kelengkapan dokumen
dam spesifikasi barang/jasa yang diperlukan oleh pengguna pekerjaan dalam acara
berita serah terima pekerjaan.
2) Membuat rencana dan melakukan negosiasi dalam hal diperlukan.
3) Menyampaikan dokumen kontrak yang telah disahkan oleh pejabat berwenang/PPK
kepada penyedia barang/jasa. Meyakinkan bahwa dokumen kontrak diterima dengan
baik tanpa ada pengecualian.
4) Mengawasi perkembangan penyerahan barang/jasa sampai dilakukannya berita
acara serah terima.
5) Memfasilitasi jika terdapat perselisihan dan perubahan dokumen kontrak untuk
mendapatkan pengesahan dari senior manajemen.
6) Membuat laporan kegiatan yang berkaitan dengan dokumen kontrak atau laporan
bulanan, kuartal dan laporan akhir.

TUGAS TIM PENGELOLA KONTRAK


Tugas Tim Pengelolaan Kontrak berdasarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1) Tim Teknis dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, untuk
membantu, memberikan masukan, dan melaksanakan tugas tertentu terhadap
sebagian atau seluruh tahapan Pengadaan Barang/Jasa. Tim Teknis dapat membantu
PPK untuk menyusun perencanaan pengadaan, menetapkan spesifikasi teknik/KAK,
menetapkan rancangan kontrak, menetapkan HPS, dan melakukan
pengawasan/pengendalian pelaksanaan kontrak.
2) Tim/Tenaga Ahli dapat berbentuk tim atau perorangan dalam rangka memberi
masukan dan penjelasan/pendampingan/pengawasan terhadap sebagian atau
seluruh pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Tim/Tenaga Ahli membantu PPK untuk
melakukan tugas antara lain: perubahan desain, quality assurance dan quality control,
menyiapkan sebagian bahan untuk preconstruction meeting.
3) Tim Pendukung dapat dibentuk dalam rangka membantu untuk urusan yang bersifat
administrasi/keuangan kepada PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan. Tim Pendukung untuk
membantu PPK dalam melakukan pengawasan lapangan, administrasi kontrak,
menetapkan besaran uang muka, mengusulkan perubahan jadwal kegiatan,
melakukan e-purchasing paling sedikit diatas Rp.200 juta, membuat SPPBJ ke
Penyedia, mengendalikan kontrak, melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan
ke PA/KPA, menyerahkan pekerjaan ke PA/KPA, menyimpan dan menjaga keutuhan
dokumen pelaksanaan kegiatan, menilai kinerja penyedia.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Tim yang berupaya melakukan kegiatan dalam rangka mencapai keberhasilan pengadaan
barang/jasa pada suatu organisasi mencapai tujuan, sesuai yang tercantum dalam kontrak
adalah pengertian dari …..
A. Pejabat Pembuat Komitmen
B. Tim Pengelola Kontrak
C. Kelompok Kerja Pemilihan.
D. Agen Pengadaan
2. Yang BUKAN merupakan tujuan dibentuknya tim Pengelola Kontrak adalah….
A. Menetapkan Jaminan Pelaksanaan
B. Memenuhi hak dan tanggung jawab yang tertulis dalam dokumen kontrak
C. Mengurangi risiko karena timbulnya permasalahan ketika kontrak berlangsung
D. Mengendalikan dan menyelesaikan permasalahan kontrak yang sedini mungkin
3. Pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan
peralatan yang didesain khusus adalah karakterisik dari….
A. Pekerjaan Kompleks
B. Pekerjaan Sederhana
C. Pekerjaan Konstruksi
D. Jasa Konsultan Non Konstruksi
4. Yang BUKAN merupakan tanggung jawab dari konsultan pengawas adalah…..
A. Memberikan arahan
B. Menjawab pertanyaan-pertanyaan teknis
C. Menjawab Sanggah Banding
D. Mengelola komunikasi operasional dengan penyedia
5. Tim….. dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, untuk membantu,
memberikan masukan, dan melaksanakan tugas tertentu terhadap sebagian atau seluruh
tahapan Pengadaan Barang/Jasa.
A. Tenaga Ahli
B. Pendukung
C. Pokja Pemilihan
D. Teknis
PENGENDALIAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pengertian Pengendalian Pelaksanaan Kontrak


Pengendalian Kontrak merupakan tahapan pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang
dilakukan setelah dokumen kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pengendalian
adalah proses pengawasan disertai proses tindak lanjut manakala terjadi perbedaan
antara perencanaan (yang tertera dalam kontrak) dan pelaksanaannya di lapangan.
Dalam Perpres 12/2021 pasal 76 ayat 6 disebutkan bahwa hasil pengawasan digunakan
sebagai alat pengendalian pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Selanjutnya, sebagai bagian dari proses pengendalian, perlu dilakukan pekerjaan tindak
lanjut atas akibat hasil pengawasan. Hal ini dilakukan bilamana ditemui penyimpangan
berdasarkan hasil pengawasan. Apabila terjadi hal tersebut maka perlu dilakukan
tindakan-tindakan perbaikan atau koreksi agar pekerjaan yang dilakukan tetap dapat
mencapai sasaran seperti yang ditetapkan di dalam kontrak pengadaan barang/jasa

TUJUAN DAN MANFAAT PENGENDALIAN PELAKSANAAN KONTRAK


Tujuan dari pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah untuk memastikan bahwa
sasaran atau target yang ditetapkan di dalam kontrak pengadaan Barang/Jasa akan
tercapai sesuai yang direncanakan. Manfaat yang akan didapat dari pengendalian
pelaksanaan kontrak PBJP adalah mendapatkan pemenuhan dan hasil pekerjaan yang
sesuai dengan persyaratan teknis dan dilaksanakan berdasarkan pemenuhan terhadap
persyaratan kualitas, persyaratan waktu dan persyaratan biaya. Tujuan dan manfaat ini
dapat dicapai dengan memastikan para pihak yang terlibat menjalankan kewajiban
masing- masing sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam kontrak pengadaan Barang/Jasa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kegiatan pengendalian kontrak pengadaan
barang/jasa bukan hanya perlu dilakukan oleh PA/KPA/PPK. Tetapi juga melibatkan
penyedia barang/jasa. Hal tersebut mengingat ketika para pihak telah terlibat di dalam
suatu kontrak pengadaan barang/jasa, maka para pihak tersebut telah menjadi satu
entitas dan memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk mensukseskan tujuan akhir kontrak
pekerjaan tersebut. Sehingga, kegiatan pengendalian pelaksanaan kontrak pengadaan
barang/jasa merupakan kontribusi dari para pihak yang terlibat di dalam kontrak
tersebut. Gambaran itulah yang menjadi konsep dasar dalam pengendalian pelaksanaan
kontrak pengadaan barang/jasa.

ALUR PENGENDALIAN PELAKSANAAN KONTRAK


Alur pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah tahapan yang harus dilakukan oleh
PPK dengan Penyedia dimulai sejak kontrak ditandatangani hingga serah terima
pekerjaan, untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan sesuai dgan perencanaan kebutuhan.
a. Pelaksanaan Kontrak
Tahapan ini dilakukan setelah kontrak ditandatangani, adapun ruang lingkup
pelaksanaan kontrak meliputi:
1) Reviu Laporan Hasil Pemilihan Penyedia;
2) Penetapan SPPBJ;
3) Rapat Persiapan Penandatangan Kontrak;
4) Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak;
5) Penyerahan Lokasi Kerja dan Personel;
6) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) / Surat Perintah Pengiriman (SPP);
7) Pemberian Uang Muka;
8) Penyusunan Program Mutu;
9) Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak;
10) Mobilisasi;
11) Pemeriksaan Bersama;
12) Pengendalian Kontrak;
13) Inspeksi Pabrikasi (apabila diperlukan);
14) Pembayaran Prestasi Pekerjaan;
15) Perubahan Kontrak;
16) Penyesuaian Harga (apabila diperlukan);
17) Keadaan Kahar;
18) Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak;
19) Pemutusan Kontrak;
20) Pemberian Kesempatan;
21) Denda dan ganti rugi

b. Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak


Dalam hal kontrak akan ditandatangani, PPK dan Penyedia wajib memeriksa kembali
rancangan Kontrak meliputi substansi, bahasa, redaksional, angka, dan huruf serta
membubuhkan paraf pada setiap lembar Dokumen Kontrak

c. Penyerahan Lokasi Pekerjaan


Dalam pekerjaan konstruksi, apabila diperlukan, PPK akan menyerahkan lokasi kerja
kepada Penyedia. Penyerahan lokasi kerja dilakukan setelah sebelumnya dilakukan
peninjauan lapangan oleh para pihak dan pihak terkait yang dituangkan dalam Berita
Acara Peninjauan Lokasi Kerja. Pada proses tesebut, Sertifikat Kompetensi kerja
untuk personel manajerial yang ditawarkan dalam dokumen penawaran dibuktikan
pada saat penyerahan lokasi kerja dan personel.
Penyerahan lokasi kerja dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Lokasi Kerja
yang ditandatangani oleh para pihak. Apabila PPK tidak dapat menyerahkan seluruh
lokasi kerja sesuai kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam rencana kerja untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak, maka PPK menetapkan kondisi ini sebagai
Peristiwa Kompensasi dan dibuat Berita Acara.

d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) / Surat Perintah Pengiriman (SPP)


1) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari PPK kepada
Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi untuk segera
memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. SPMK diterbitkan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah tandatangan Kontrak atau 14
(empat belas) hari kerja sejak penyerahan lokasi pekerjaan. Dalam SPMK
dicantumkan seluruh lingkup pekerjaan dan tanggal mulai kerja yang merupakan
waktu dimulainya pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak.
2) Surat Perintah Pengiriman (SPP) untuk Barang
Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari PPK kepada
Penyedia Barang untuk mulai melaksanakan pekerjaan pengadaan barang sesuai
Kontrak.
PPK menerbitkan SPP selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak
tanggal penandatanganan Kontrak. SPP harus sudah disetujui/ditandatangani
oleh Penyedia sesuai dengan yang dipersyaratkan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari kerja sejak tanggal penerbitan SPP. Tanggal penandatanganan SPP oleh
Penyedia ditetapkan sebagai tanggal awal perhitungan waktu pelaksanaan
pekerjaan sampai dengan serah terima Barang.
Untuk pekerjaan yang pengiriman barangnya dijadwalkan tidak dilaksanakan
sekaligus tetapi secara berkala/bertahap sesuai rencana kebutuhan, harus
dinyatakan dalam Kontrak

e. Pemberian Uang Muka


Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan dengan
ketentuan sebagaimana dijelaskan di dalam bab sebelumnya. Penyedia dapat
mengajukan permohonan uang muka secara tertulis kepada PPK disertai dengan
rencana penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak dan
rencana pengembaliannya. Nilai besaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Kontrak. Uang Muka dibayar setelah Penyedia menyerahkan
Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang diterima. Besarnya Jaminan
Uang Muka adalah senilai uang muka yang diterima Penyedia.
Pengembalian uang muka dapat dilakukan dengan diperhitungkan berangsur-angsur
secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan atau sesuai
kesepakatan yang diatur dalam Kontrak dan paling lambat harus lunas pada saat
pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus persen).

f. Penyusunan Program Mutu


Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum dan diserahkan pada rapat persiapan
pelaksanaan Kontrak untuk disetujui oleh PPK. Program mutu disusun yang paling
sedikit berisi:
1) informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) organisasi kerja Penyedia;
3) jadwal pelaksanaan pekerjaan;
4) prosedur pelaksanaan pekerjaan;
5) prosedur instruksi kerja; dan/atau
6) pelaksana kerja.

g. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak


Sebelum melaksanakan Kontrak yang bernilai besar atau kompleks, PPK dan Penyedia
harus melakukan rapat secara tatap muka/daring untuk mendiskusikan kesamaan
pemahaman dan administrasi Kontrak. Rapat tatap muka/daring harus dilaksanakan
secara:
1) formal;
2) agenda rapat diketahui secara bersama sebelum pelaksanaan rapat;
3) para pihak masing-masing harus menunjuk penanggunjawab selama
pelaksanaan kontrak.
Hal-hal yang dibahas dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak:
1) reviu kontrak, dan pembagian tugas dan tanggung jawab dari kedua belah pihak;
2) pemutakhiran/pembaharuan rencana pekerjaan seperti tanggal efektif
pelaksanaan, dan tahapan pelaksanaan kontrak;
3) reviu rencana penilaian kinerja pekerjaan sebagai dasar melakukan evaluasi
kemajuan pekerjaan;
4) diskusi bagaimana dan kapan dilakukan pelaporan pekerjaan;
5) tata cara, waktu dan frekuensi pengukuran dan pelaporan yang disesuaikan
dengan kondisi pekerjaan;
6) melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas dan
mendiskusikan prosedur untuk manajemen perubahan;
7) melakukan klarifikasi rencana koordinasi antar para pihak selama pelaksanaan
pekerjaan

h. Mobilisasi
1) Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan sesuai waktu yang
ditetapkan.
2) Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, mobilisasi dilakukan sesuai dengan
lingkup pekerjaan, meliputi:
a) mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
b) mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,
gudang, dan sebagainya; dan/atau
c) mendatangkan personil.
3) Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan,
meliputi:
a. mendatangkan tenaga ahli;
b. mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau
c. menyiapkan peralatan pendukung.
4) Mobilisasi bahan/material, peralatan dan personil dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.

i. Pemeriksaan Bersama
1) Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, para pihak bersama-
sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan melakukan pengukuran
dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan
dan rencana mata pembayaran.
2) Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim teknis dan PPK
dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
3) Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila dalam
pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak, maka harus
dituangkan dalam adendum Kontrak
j. Proses Pengendalian Kontrak
Berkenaan dengan proses pengendalian kontrak, proses ini dapat dilakukan pada
jenis pengadaan apapun, tidak hanya konstruksi. Untuk pengadaan barang/jasa
lainnya/konstruksi yang tidak memiliki pedoman cara mengendalikan kontrak, PPK
dapat membuat sendiri mekanismenya disesuaikan dengan karakteristik
barang/jasanya. Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap
pelaksanaan Kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain yang ditunjuk.
Pengawasan/pengendalian Kontrak dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama oleh:
1) PPK;
2) Konsultan pengawas dan kosultan perencana untuk pekerjaan
konstruksi; pihak ketiga yang independen diluar pekerjaan
konstruksi
3) Penyedia; dan/atau
4) Pengguna akhir.
Dalam hal terjadi deviasi antara realisasi dengan target pelaksanaan Kontrak atau
terjadi Kontrak Kritis maka para pihak melakukan Rapat Pembuktian (Show Cause
Meeting/SCM). PPK memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan perbaikan target
dan realisasi pelaksanaan pekerjaan. Penting untuk dipahami agar pengendalian
kontrak dapat dilakukan sepanjang waktu, tidak hanya pada saat melakukan SCM,
untuk menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan durasi yang kontrak
dan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Dalam pengendalian,
kontrak dinyatakan kritis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari Kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 10%.
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari Kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 5%.
3) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari Kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan
kurang dari 5% dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.
4) Pada saat kontrak dinyatakan kritis, Pengawas Pekerjaan memberikan peringatan
secara tertulis kepada Penyedia an selanjutnya menyelenggarakan Rapat
Pembuktian (SCM) tahap I.
Apabila Penyedia tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada SCM maka PPK
mengeluarkan Surat Peringatan kepada Penyedia. Dalam hal telah dikeluarkan Surat
Peringatan ketiga dan Penyedia dinilai tidak mampu mencapai target yang ditetapkan,
maka PPK dapat melakukan pemutusan Kontrak secara sepihak dan memberikan
sanksi kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku.

k. Inspeksi Pabrikasi (apabila diperlukan)


Para pihak dapat melakukan inspeksi atas proses pabrikasi barang/peralatan khusus.
Jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi harus sesuai dengan ketentuan dalam
Kontrak.

l. Pembayaran Prestasi Pekerjaan


Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia setelah dikurangi
angsuran pengembalian uang muka, retensi, dan denda. Nilai Retensi sebesar 5%
(lima persen) digunakan sebagai Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi atau
Jaminan Pemeliharaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.
Dalam hal Penyedia menyerahkan sebagian pekerjaan kepada sub- kontraktor,
permintaan pembayaran harus dilengkapi bukti pembayaran kepada sub-kontraktor
sesuai dengan realisasi pekerjaannya. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat
dilakukan dengan cara pembayaran sebagaimana dijelaskan di bab sebelumnya.
Dalam pembayaran prestasi pekerjaan, pembayaran wajib dilakukan sesuai ketentuan
di dalam kontrak khususnya di syarat-syarat khusus kontrak (SSKK), jika terjadi
perubahan tata cara pembayaran maka harus dilakukan perubahan kontrak.
Pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan untuk Pengadaan
Barang/Jasa yang karena sifatnya dilakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum
barang/jasa diterima, setelah Penyedia menyampaikan jaminan atas pembayaran
yang akan dilakukan. Contohnya pembayaran untuk sewa gedung dapat dilakukan
pada awal masa sewa.
Barang di lokasi pekerjaan
Pembayaran dapat dilakukan untuk peralatan dan/atau bahan yang belum terpasang
yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang berada dilokasi pekerjaan dan telah
dicantumkan dalam kontrak. Contohnya pembayaran untuk besi beton, AC, genset
dan lift.

m. Perubahan Kontrak
Perubahan kontrak harus memperhatikan proses pelaksanaan pekerjaan sering
dihadapkan pada perubahan kondisi lapangan, akibat ketidaksesuaian gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang tertuang dalam dokumen kontrak. Perubahan-
perubahan kondisi lapangan, baik terjadi di awal, pertengahan, dan akhir pekerjaan.
Perubahan tersebut dapat disebabkan dari permintaan pemilik anggaran, penyedia
atau pihak lain. Hal ini mengakibatkan perencanaan harus di ubah, terutama apabila
kondisi lapangan yang ada tidak memungkinkan sehingga terjadi perubahan desain
atau lazim disebut dengan change order (perubahan kontrak). Perubahan kontrak
dapat dilakukan untuk semua jenis kontrak.
Hal-hal yang terkait dengan perubahan kontrak pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu perubahan yang bersifat administratif dan perubahan yang bersifat
substantif. Perubahan administratif antara lain pergantian PPK atau pergantian
direktur, perubahan alamat, perubahan nomor rekening penerima dan lain lain.
Perubahan yang bersifat substantif jika terdapat perbedaan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia dapat melakukan
perubahan kontrak antara lain:
1) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang
tercantum dalam Kontrak;
2) Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
3) Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan
kondisi lapangan; dan/atau
4) Mengubah jadwal pelaksanaan

Tidak semua permintaan perubahan kontrak dapat disetujui oleh pihak yang terkait
dengan pengadaan, yaitu Penandatangan Kontrak, penyedia dan perencana untuk
dilanjutkan menjadi addendum kontrak. Bagi PPK, analisis biaya manfaat mutlak
diperlukan dalam melakukan pertimbangan atas permintaan perubahan kontrak
dengan tetap memperhatikan pemenuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan
menggunakan prinsip-prinsip pengadaan yang antara lain meliputi efektifitas,
efisiensi, transparansi, dan bersifat akuntabel. Jenis kontrak yang dapat dilakukan
perubahan kontrak salah satunya adalah kontrak harga satuan.
Dalam hal perubahan kontrak mengakibatkan penambahan nilai kontrak, perubahan
kontrak dilaksanakan dengan ketentuan penambahan nilai kontrak akhir tidak
melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam Kontrak awal,
sepanjang anggaran tersedia. Untuk pemeriksaan dalam rangka perubahan kontrak,
PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli. Perubahan Kontrak tidak dapat
dilakukan pada masa tambahan waktu penyelesaian pekerjaan (masa denda) akibat
dari keterlambatan setelah waktu pelaksanaan kontrak berakhir.

n. Keadaan Kahar
Pengendalian kontrak dalam keadaan kahar dilakukan dalam hal terjadi suatu
keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam Kontrak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak
menjadi tidak dapat dipenuhi. Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, PPK atau Penyedia memberitahukan tentang
terjadinya Keadaan kahar kepada salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari
atas kejadian atau keadaan yang merupakan keadaan kahar.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat dihentikan atau
dilanjutkan setelah kondisi kahar berakhir. Dalam hal pelaksanaan Kontrak
dilanjutkan, para pihak dapat melakukan perubahan kontrak. Jangka waktu
penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan jangka
waktu terhentinya Kontrak akibat keadaan kahar. Perpanjangan waktu untuk
penyelesaian Kontrak dapat melewati Tahun Anggaran.

o. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak


1) Penghentian Kontrak
Kontrak berhenti apabila terjadi keadaan kahar. Penghentian Kontrak karena
keadaan kahar dilakukan secara tertulis oleh Pejabat Penandatangan Kontrak
(PA/KPA/PPK) dengan disertai alasan penghentian pekerjaan.
Penghentian kontrak karena keadaan kahar dapat bersifat:
a) sementara hingga keadaan kahar berakhir; atau
b) permanen apabila akibat keadaan kahar tidak
memungkinkan dilanjutkan/diselesaikannya pekerjaan.
Dalam hal Kontrak dihentikan karena keadaan kahar, maka PPK wajib membayar
kepada Penyedia sesuai dengan kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai
setelah dilakukan pemeriksaan bersama atau berdasarkan hasil audit.
2) Berakhirnya Kontrak
Kontrak berakhir apabila pekerjaan telah selesai dan hak dan kewajiban para
pihak yang terdapat dalam Kontrak sudah terpenuhi. Terpenuhinya hak dan
kewajiban para pihak adalah terkait dengan pembayaran yang seharusnya
dilakukan akibat dari pelaksanaan kontrak. Sebagai contoh meskipun kontrak
telah berhenti karena pekerjaan telah selesai 100% (seratus persen) namun
kontrak belum berakhir apabila masih terdapat sisa pembayaran yang belum
dibayarkan oleh PPK kepada Penyedia. Misalnya pembayaran atas sisa pekerjaan
akibat keterlambatan yang melewati tahun anggaran atau pembayaran atas
penyesuaian harga.

p. Pemutusan Kontrak
Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh PPK atau Penyedia untuk
mengakhiri berlakunya Kontrak karena alasan tertentu. Pemutusan kontrak secara
sepihak dapat dilakukan mengecualikan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata dengan
dicantumkan di dalam Kontrak.
1) Pemutusan Kontrak oleh PPK
PPK melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a) Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam
proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi yang berwenang.
b) Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
c) Penyedia berada dalam keadaan pailit;
d) Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum penandatangan
Kontrak;
e) Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat Peringatan
sebanyak 3 (tiga) kali;
f) Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
g) Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak
memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;
h) berdasarkan penelitian PPK, Penyedia tidak akan mampu menyelesaikan
keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
untuk menyelesaikan pekerjaan;
i) setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;
j) Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan dalam
Kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta
tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.
Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia:
a) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b) Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang Muka
dicairkan (apabila diberikan);
c) Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.

Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK karena
kesalahan Penyedia, maka Pokja Pemilihan dapat menunjuk pemenang cadangan
berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia yang mampu dan
memenuhi syarat.
2) Pemutusan Kontrak oleh Penyedia
Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a) Setelah mendapatkan persetujuan PPK, Pengawas pekerjaan memerintahkan
Penyedia untuk menunda pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan pekerjaan,
dan perintah tersebut tidak ditarik selama waktu yang ditentukan dalam
Kontrak.
b) PPK tidak menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk
pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
tercantum dalam Syarat-syarat Kontrak.

q. Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa pelaksanaan
kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan
pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan pengenaan sanksi denda keterlambatan. Pemberian kesempatan kepada
Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan dituangkan dalam adendum kontrak yang
didalamnya mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia dan
perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).
Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50
(lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dan dapat
melampaui Tahun Anggaran.

r. Denda dan Ganti Rugi


Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia sedangkan ganti
rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada PPK, karena terjadinya
cidera janji/wanprestasi yang tercantum di dalam Kontrak.
Penyedia barang/jasa dikenakan sanksi denda keterlambatan, apabila tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal kontrak. Pengenaan sanksi denda
keterlambatan sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh PPK dalam kontrak sebesar
10/00 (satu permil) dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak untuk setiap hari
keterlambatan. Dalam hal ini nilai kontrak atau nilai bagian kontrak tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Berikut penerapan ganti rugi yang berlaku di dalam proses Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah:
1) Sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku
karena terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak.
2) Sanksi finansial dapat berupa sanksi ganti rugi atau denda keterlambatan.
3) Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan, menyerahkan
jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam perhitungan
volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang
kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit, dan
keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
4) Sanksi ganti rugi apabila terjadi; kegagalan bangunan, menyerahkan jaminan yang
tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil
pekerjaan berdasarkan hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya
tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit. Besarnya sanksi ganti rugi
adalah sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan.
Perlu diingat bahwa selain dengan denda ganti rugi, penyedia yang tidak
melaksanakan kontrak, menyelesaikan pekerjaannya dan tidak melaksanakan
kewajiban dalam masa pemeliharaan juga dapat berpotensi dikenakan sanksi daftar
hitam berupa pencairan jaminan penawaran dan daftar hitam selama 1 tahun.
Konsekuensi dari dimasukkannya penyedia ke dalam daftar hitam adalah penyedia
tidak mampu untuk mengikuti proses PBJP selama kurun waktu daftar hitam
tersebut.

s. Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian sengketa merupakan kesepakatan para pihak dalam kontrak, LKPP
mendorong penyelesaian sengketa melalui LPS karena dinilai paling efektif dan
efisien dalam menyelesaikan sengketa PBJP. Dalam hal terdapat sengketa antara
PPK dengan Penyedia, penyelesaian sengketa akan dilakukan melalui Layanan
Penyelesaian Sengketa yang diselenggarakan oleh LKPP.
Pemilihan metode penyelesaian sengketa mempunyai karakteristik masing-masing
dimana pemilihannya akan sangat bergantung kepada kebijakan setiap organisasi.
Pada penyelesaian perselisihan melalui pengadilan (litigasi), salah satu pihak
membawa kasus perselisihan ke pengadilan umum untuk diselesaikan secara hukum.
Alternatif lain adalah menyelesaikan persengketaaan melalui arbitrase dimana
penyelesaian sengketa dilakukan oleh badan swasta yang dilakukan di luar
mahkamahseperti, Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) atau Arbitrase
Internasional yang ada di negara-negara lain. Dalam rangka mencegah kerugian yang
lebih besar disebabkan oleh proses penyelesaian sengketa yang panjang dan juga
biaya yang ditimbulkan, maka sebaiknya dilakukan melalui Konsultasi, Negosiasi,
Mediasi dan Konsiliasi sebelum masuk ke penyelesaian melalui arbitrase dan litigasi.
Selain itu, untuk penyelesaian sengketa terkait pekerjaan konstruksi dapat
menggunakan alternatif penyelesaian sengketa melalui dewan sengketa konstruksi.

1) Rencana Pengendalian Jadwal


Penyedia barang/jasa sebagai pihak yang berperan dalam kegiatan pengendalian
kualitas, memiliki tugas untuk menyusun jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan
secara rinci. Terdapat beberapa metode penyusunan jadwal rencana pelaksanaan
yang umum digunakan pada kontrak pengadaan barang/jasa, diantaranya adalah:
a) Diagram Batang (Bar Chart Diagram)
Diagram Batang atau Bar Chart Diagram diperkenalkan oleh Gantt dan
Frederick W. Taylor dalam bentuk bagan balok/batang, dengan panjang balok
sebagai representasi dari durasi setiap tahapan pekerjaan/kegiatan. Diagram
Batang terdiri atas sumbu Y (vertikal) yang menyatakan tahapan
pekerjaan/kegiatan dari suatu pekerjaan,
sedangkan sumbu X (horisontal) menyatakan satuan waktu dalam hari,
minggu, atau bulan sebagai durasi untuk masing-masing tahapan
pekerjaan/kegiatan. Pada bagan ini juga dapat ditentukan milestone sebagai
bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran produktifitas secara
keseluruhan.
Berikut ini adalah salah satu contoh Diagram Batang untuk suatu
pekerjaan jasa konsultansi.

Tabel 4.1. Diagram Batang Rencana Pengendalian Pengadaan Jasa


Konsultansi

No. Tahapan Mei Juni Juli


1 2 1 2 1 2
1. Studi Literatur

2. Pengumpulan
Bahan dan Data

3. Identifikasi
Masalah

4. Laporan
Pendahuluan

5. Penyusunan
Rancangan
Rekomendasi
6. Laporan Antara
7. Penyempurnaan
Rancangan
Rekomendasi
8. Laporan Akhir

Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, dan Laporan Akhir berlaku sebagai


milestone untuk jadwal rencana pelaksanaan jasa konsultansi tersebut.
b) Kurva S
Selain Diagram Batang, metode lain yang umum digunakan untuk penyusunan
jadwal rencana pekerjaan adalah dengan Kurva S (S – Curve). Nama dari
metode ini menggambarkan bahwa jadwal rencana pekerjaan bentuknya akan
menyerupai huruf S. Meskipun pada kenyataannya akan dapat ditemui
pekerjaan-pekerjaan yang jadwal pekerjaannya menyerupai bentuk huruf S
yang tidak sempurna. Hal ini akibat dari karakter setiap pekerjaan dapat
berbeda-beda dan hanya digunakan dalam Pekerjaan Konstruksi.

1. Monitoring Jadwal Pelaksanaan


a. Monitoring Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam kegiatan pengendalian kontrak pengadaan barang/jasa, jadwal rencana
pelaksanaan pekerjaan menjadi tidak berarti apabila tidak dilakukan
perbandingan dengan jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu, maka
perlu dilakukan pengumpulan informasi tentang jadwal aktual pelaksanaan
pekerjaan. Monitoring jadwal pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud merupakan
kegiatan pengumpulan informasi tentang jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa informasi aktual
pelaksanaan pekerjaan idealnya merupakan informasi yang bersifat tanpa waktu
tunda. Hal ini bertujuan agar para pihak dapat segera melakukan langkah-
langkah penanganan bilamana ditemui adanya penyimpangan dari jadwal
rencana pelaksanaan. Pelaksanaan monitoring jadwal pelaksanaan itu sendiri
dilakukan sesuai dengan rencana pengendalian yang telah ditetapkan.
Penyedia barang/jasa dalam melaksanakan monitoring jadwal pelaksanaan
pekerjaan melakukan pemutakhiran (update) terhadap jadwal pelaksanaan
pekerjaan. Sehingga pada jadwal pelaksanaan pekerjaan,
selain terdapat jadwal rencana pelaksanaan, juga terdapat jadwal aktual
pelaksanaan pekerjaan.
Selain itu, dalam penyusunan jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan harus
menggunakan metode yang sama dengan yang digunakan dalam penyusunan
jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
perbedaan persepsi saat dilakukannya analisa terhadap jadwal pelaksanaan
pekerjaan. Salah satu metode yang digunakan adalah:

1) Diagram Batang (Bar Chart Diagram) apakah tidak ada kurva S? Jika tidak
ada maka tidak dibuat sebagai poin
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu Diagram Batang
terdiri atas sumbu Y (vertikal) menggambarkan tahapan pekerjaan/
kegiatan dari suatu pekerjaan, dan sumbu X (horisontal) menggambarkan
satuan waktu dalam hari, minggu, atau bulan sebagai durasi untuk masing-
masing tahapan pekerjaan/kegiatan. Maka pada saat dilakukan monitoring
akan terdapat dua jadwal pelaksanaan, yaitu jadwal rencana pelaksanaan
dan jadwal aktual pelaksanaan. Berikut ini adalah salah satu contoh Diagram
Batang yang menyajikan jadwal rencana dan jadwal aktual pelaksanaan
untuk suatu pekerjaan jasa konsultansi.

Tabel 4.2. Diagram Batang Monitoring Pengadaan Jasa Konsultansi

No. Tahapa Mei Juni Juli


n 1 2 1 2 1 2
1. Studi Literatur Rencana

Aktual

Pengumpulan Rencana
2. Bahan
da
n
Data. Aktual

Identifikasi Rencana
3. Masalah
Aktual

Mei Juni Juli


No. Tahapan
1 2 1 2 1 2
Laporan Rencana
4. Pendahuluan
Aktual

Penyusuna Rencana
5. n
Rancangan Aktual
Rekomendasi
Laporan Rencana
6. Antara
Aktual
Penyempurna Rencana
7. an Rancangan
Rekomendasi Aktual

Rencana
8. Laporan Akhir
Aktual

Contoh Diagram Batang di atas menjelaskan status tanggal data aktual


pelaksanaan yang digunakan untuk penyusunan jadwal aktual pelaksanaan
adalah setelah minggu kedua bulan Juni. Dari jadwal aktual pelaksanaan
tersebut terlihat bahwa aktifitas ‘Identifikasi Masalah’ diselesaikan lebih
lambat dari jadwal rencana. Sehingga aktifitas ‘Laporan Pendahuluan’, yang
menjadi salah satu milestone, juga dilakukan lebih lambat dari rencana.

b. Monitoring Kualitas Pelaksanaan Pekerjaan


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pemeriksaan pengendalian kualitas
dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan terhadap data aktual
pelaksanaan dan melakukan uji petik (sampling) untuk memastikan bahwa
data-data pengendalian kualitas yang disampaikan oleh penyedia barang/jasa
merupakan data yang valid.
Data aktual penggunaan material, penggunaan peralatan, penggunaan
personil, pelaksanaan pengujian merupakan data yang dapat menggambarkan
tentang terbentuknya jadwal aktual pelaksanaan.
Pemeriksaan data tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa data yang
disajikan oleh penyedia barang/jasa merupakan data riil sesuai dengan
pelaksanaan pekerjaan. Agar data dapat digunakan sebagai referensi ketika
dilakukan analisis terhadap jadwal aktual pelaksanaan. Misalnya ketika
berdasarkan jadwal aktual pelaksanaan terdapat suatu aktifitas yang
terlambat dilaksanakan, maka dari data yang ada dapat diidentifikasi
penyebabnya keterlambatan tersebut. Seperti keterlambatan dalam mobilisasi
peralatan, material, tenaga kerja, atau lambatnya dilakukan pengujian.
Selain itu, perlu dilakukan uji petik terhadap data pengendalian kualitas untuk
memberikan informasi yang lebih akurat bagi pemilik pekerjaan. Uji petik
yang dilakukan misalnya dengan melakukan kunjungan langsung untuk
memastikan bahwa peralatan, material, dan tenaga kerja yang menurut data
pengendalian kualitas telah dilakukan mobilisasi, secara nyata telah tersedia
untuk segera digunakan.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Alur pengendalian pelaksanaan kontrak PBJP adalah tahapan yang harus dilakukan
oleh PPK dengan Penyedia dimulai sejak ….. hingga …….. .
A. Kontrak ditandatangani, serah terima pekerjaan
B. Proses Tender, Masa Pemeliharaan
C. Kontrak ditandatangani, Rapat Pengendalian Kontrak
D. Proses Tender, serah terima pekerjaan
2. Surat perintah dari PPK kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa
Konsultansi untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak adalah ….
A. SPPBJ
B. SPMK
C. BAST
D. Jaminan Uang Muka
3. Yang BUKAN isi dari program mutu adalah….
A. Nama PPK
B. organisasi kerja Penyedia
C. jadwal pelaksanaan pekerjaan
D. Prosedur pelaksanaan pekerjaan
4. Yang BUKAN merupakan pihak yang melakukan pengawasan/pengendalian Kontrak
adalah…..
A. PPK
B. Pihak ketiga yang independen
C. Kelompok Kerja Pemilihan
D. Penyedia
5. LKPP mendorong penyelesaian sengketa melalui …..karena dinilai paling efektif dan
efisien dalam menyelesaikan sengketa PBJP.
A. Layanan Penyelesaian Sengketa
B. Arbitrase
C. Musyawarah
D. Dewan Sengketa Konstruksi
MEMAHAMI TENTANG SERAH TERIMA HASIL PENGADAAN/PEKERJAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH

DEFINISI DAN TUJUAN PENERIMAAN HASIL PENGADAAN/PEKERJAAN


Penerimaan hasil pengadaan sebagai suatu proses penerimaan hasil kerja dari penyedia
kepada PPK manakala produk akhir yang dihasilkan sudah memenuhi aturan dan syarat-
syarat yang tertuang dalam kontrak. Serah Terima Hasil Pengadaan dilakukan oleh PPK
dan dapat dibantu oleh Tim Teknis dan Konsultan dalam pelaksanaannya. Sedang
“tujuannya” adalah agar produk yang dihasilkan penyedia sesuai dengan kontrak, sesuai
dengan rentang kerja (scope of works) kontrak. Yang pada akhirnya pengadaan
barang/jasa tersebut akan berfungsi dengan baik, memberikan manfaat dan berdampak
positif bagi masyarakat.
Serah terima hasil pekerjaan dilaksanakan setelah pekerjaan selesai 100% (seratus
persen) sesuai ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan
secara tertulis kepada PPK untuk serah terima barang/jasa. PPK melakukan pemeriksaan
terhadap barang/jasa yang diserahkan. PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara
Serah Terima.
Namun bila penyedia gagal melakukan hal tersebut di atas maka penyedia harus
melakukan perbaikan agar sesuai kontrak. Ataupun bila perlu kontrak diputus, serta
“penerimaan hasil pengadaan” berarti juga tidak dapat dilakukan.
a) Alur Penerimaan Hasil Pengadaan/Pekerjaan
Serah Terima Hasil Pekerjaan 100% (seratus persen) dari Penyedia kepada PPK
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan kepada PA/KPA dijelaskan dalam bagan
alur berikut:
Gambar 5.1. Alur Serah Terima Hasil Pekerjaan

Penjelasan alur :
1. Setelah pekerjaan selesai sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Kontrak,
Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK/PPK untuk
penyerahan hasil pekerjaan.
2. Sebelum dilakukan serah terima, PPK/PPK melakukan pemeriksaan terhadap hasil
pekerjaan, yang dapat dibantu oleh Konsultan Pengawas atau tim ahli dan tim
teknis sebagai Tim Penerimaan Hasil Pekerjaan PBJP.
3. Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan terhadap
kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
4. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil pekerjaan, PPK memerintahkan
Penyedia untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan.
5. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak maka PPK/PPK dan Penyedia menandatangani Berita
Acara Serah Terima.
6. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, PPK/PPK menyerahkan
barang/hasil pekerjaan kepada PA/KPA. Mekanisme serah terima hasil
barang/jasa dari Pejabat Penandatangan Kontrak kepada PA/KPA dilakukan
berdasarkan peraturan perundang- undangan.
Bahwa peran memeriksa kesesuaian antara hasil pengadaan dengan kontrak
sepenuhnya adalah kewenangan dari PPK. Dalam memeriksa hasil serah terima
pengadaan, PPK dapat dibantu oleh Konsultan Pengawas atau tim ahli dan tim teknis.
Terdapat 3 (tiga) jenis pembayaran dalam pengadaan barang/jasa, yaitu sistem
bulanan/sistem termin/pembayaran secara sekaligus. Dalam hal pembayaran dalam
kontrak yang diatur adalah pembayaran secara sekaligus, maka pembayaran dilakukan
oleh PPK kepada Penyedia setelah proses serah terima hasil pengadaan/pekerjaan
selesai.
b) Masa Pemeliharaan
Masa pemeliharaan adalah jangka waktu dimana Penyedia wajib mempertahankan
kondisi barang/jasa tetap seperti saat penyerahan pekerjaan sebagaimana diatur
dalam kontrak. Masa pemeliharaan dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi dan jasa
lainnya, sedangkan dalam pengadaan barang lebih dikenal sebagai masa garansi. Dalam
hal ditemukan kerusakan yang ditemukan pada masa tersebut, maka Penyedia wajib
melakukan perbaikan.
Tahapan yang harus dilakukan PPK dan Penyedia dalam masa pemeliharaan adalah:
1) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga
kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.
2) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir pekerjaan.
3) PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah Penyedia melaksanakan semua
kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK wajib melakukan
pembayaran sisa nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan.
4) Khusus Pekerjaan Konstruksi:
 masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan sejak serah terima pekerjaan pertama (provisional hand over)
dilakukan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan
sejak serah terima pekerjaan pertama (provisional hand over) dilakukan; dan
Contoh bangunan permanen: bangunan gedung perkantoran. Contoh bangunan
semi permanen: bangunan rumah semi permanen untuk penanggulangan
bencana.
 masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
5) Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para
pihak dalam Kontrak.
6) Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana
mestinya, maka PPK berhak untuk tidak membayar retensi atau mencairkan
Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan, serta Penyedia
dikenakan sanksi Daftar Hitam.
7) Dalam hal terdapat nilai sisa penggunaan uang retensi atau uang pencairan
Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai Pembiayaan/Pemeliharaan maka PPK
wajib menyetorkan kepada Kas Negara.
8) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak maka PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara
Serah Terima akhir.
9) PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK selama masa
pemeliharaan oleh Penyedia.
10) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Penerimaan hasil pengadaan dapat dilakukan oleh …. dan dibantu oleh …. dan ….. .
A. PPK. Tim Teknis, PA
B. Agen Pengadaan, Konsultan, KPA
C. PPK, Tim Teknis, Konsultan
D. PPK, Agen Pengadaan, KPA
2. Proses pemeriksaan hasil pekerjaan oleh PPK didahului oleh proses ….
A. Pengajuan kepada PPK dari penyedia untuk dilakukan Serah Terima
B. Serah Terima dari PPK ke PA/KPA
C. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima dari PPK ke PA/KPA
D. Proses Pengukuran Bersama
3. Masa Pemeliharaan untuk Pekerjaan Konstruksi permanen paling singkat selama….
A. 6 Bulan
B. 1 Tahun
C. 3 Bulan
D. 9 Bulan
4. PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk …. Selama masa pemeliharaan oleh
Penyedia…..
A. Keperluan Operasional PPK
B. Keperluan Operasional Penyedia
C. Keperluan Operasional Pejabat Pengadaan
D. Pengukuran Bersama
5. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan … setelah masa pemeliharaan selesai.
A. 1 Bulan
B. 2 Bulan
C. 14 (empat belas) hari kalender
D. 14 (empat belas) hari kerja
MEMAHAMI TENTANG EVALUASI KINERJA PENYEDIA PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH

KONSEP DASAR MENGENAI PENILAIAN PENYEDIA


Konsep dasar mengenai penilaian Penyedia adalah penentuan kriteria evaluasi kinerja
penyedia yang perlu dipertimbangkan sebelum K/L/PD melakukan komunikasi dengan
penyedia pada suatu kontrak tertentu. Oleh karena itu, BAB ini akan berfokus pada
pendekatan yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja penyedia dalam melakukan
pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP), dan memasukkan hasil evaluasi kinerja pada
daftar pengelolaan penyedia. Daftar pengelolaan penyedia ini dapat digunakan untuk:
a. Pemilihan penyedia pada proses tender
b. Evaluasi kinerja penyedia secara berkala
c. Sebagai referensi untuk Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SiKAP).
Kriteria kinerja penyedia berupa kemampuan dan motivasi penyedia dalam
menyediakan barang/jasa pemerintah dengan kualitas dan kuantitas, tingkat
pelayanan, waktu dan biaya sesuai yang ditetapkan. Sedangkan tanggungjawab
penyedia barang/jasa pemerintah sesuai Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2021 Pasal 17 adalah:
a. Pelaksanaan kontrak
b. Kualitas barang/jasa
c. Ketepatan perhitungan jumlah/volume
d. Ketepatan Waktu Penyerahan
e. Ketepatan Tempat Penyerahan
Evaluasi kinerja penyedia ini merupakan alat/instrumen dalam penilaian dan analisis
evaluasi kinerja penyedia. Hasil dari penilaian dan analisa kinerja penyedia ini berupa
tingkatan/rating penyedia. Alat ukur atau instrumen pengukuran kinerja penyedia
barang/jasa pemerintah tidak terbatas pada daftar simak (check list) capaian kinerja
penyedia barang/jasa pemerintah.
Proses evaluasi kinerja penyedia dipastikan bahwa semua penyedia diperlakukan secara
adil. Hal ini menunjukkan bahwa PPK dalam memilih penyedia berdasarkan prinsip adil,
keberlanjutan serta dengan memperhatikan manajemen risiko.
Proses evaluasi kinerja penyedia barang/jasa harus dilakukan dengan menentukan
kriteria evaluasi penyedia barang/jasa tersebut. Kriteria penyedia barang/jasa ditentukan
ketika melakukan penilaian pelaksanaan kontrak serta data terkait lainnya, baik sebelum
calon penyedia akan mengikuti tender, pada saat melaksanakan pekerjaan maupun
setelah pekerjaan selesai dilaksanakan. Rangkaian kriteria penyedia barang/jasa ini
disusun menjadi instrumen oleh PPK dalam mengevaluasi dan menganalisa kinerja
penyedia

TUJUAN DAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH


Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk membantu dalam menetapkan standar
dan target, sarana untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan strategi dan
organisasi serta mempengaruhi perubahan perilaku. Pengukuran kinerja
memberitahukan:
a. Seberapa baik pekerjaan
b. Apakah tujuan tercapai
c. Apakah pelanggan puas
d. Apakah proses produksi terkontrol secara statistik
e. Dimana perbaikan diperlukan
Manfaat yang didapatkan dari pengukuran kinerja penyedia adalah (Gordon, 2008):
a. Mengidentifikasi apakah penyedia dapat memenuhi
persyaratan pengguna.
b. Untuk mengetahui dimana perbaikan dibutuhkan
c. Mengetahui apakah perbaikan telah terjadi
d. Untuk memahami proses yang telah dilakukan penyedia
e. Memperbaiki pembuatan keputusan
f. Mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan penyedia
g. Identifikasi sumber-sumber yang perlu diperbaiki
h. Memotivasi orang melakukan pekerjaan terbaik
Mengenal apakah tim bekerja dengan kinerja tinggi atau rendah Pengukuran kinerja
diperlukan agar setiap proses dapat dikontrol. Jika sebuah kegiatan tidak dapat
diukur, artinya tidak dapat dikontrol. Jika tidak dapat mengontrol, maka tidak dapat
dikelola dengan baik. Tanpa pengukuran yang dapat diandalkan, keputusan cerdas tidak
dapat dilakukan. Oleh karenanya, pengukuran kinerja dilakukan untuk:
a. Kontrol Pengukuran kinerja dapat mengurangi variasi
b. Penilaian sendiri pengukuran dilakukan untuk menilai seberapa baik
proses berjalan, termasuk perbaikan yang telah dibuat
c. Perbaikan berkelanjutan pengukuran dilakukan untuk mengidentifikasi
sumber cacat, tren proses, dan pencegahan cacat dan menentukan efisiensi
dan keefektifan sebuah proses.
d. Penilaian manajemen Tanpa pengukuran tidak ada cara untuk memastikan
dalam pemenuhan tujuan, nilai tambah atau proses efektif dan efisien.

TATA CARA PENILAIAN KINERJA DAN METODE UNTUK MENILAI KINERJA PENYEDIA
Peraturan Lembaga Nomor 4 tahun 2021 memberikan gambaran mengenai tata cara
penilaian kinerja yang terangkum sebagai berikut:
a. Penilaian Kinerja dilaksanakan oleh PPK melalui SiKAP, atas pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh Penyedia selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan proses pembayaran termasuk masa pemelihraan/garansi jika ada.
b. PPK melakukan Penilaian Kinerja setelah:
1) Penyedia melakukan serah terima hasil pekerjaan kepada PPK melalui Berita
Acara Serah Terima (BAST) dan/atau Berita Acara Serah Terima Akhir (BAST-A)
untuk pekerjaan barang/jasa yang memerlukan masa pemeliharaan/garansi;
2) PPK menghentikan kontrak karena keadaan kahar dan pekerjaan tidak dapat
dilanjutkan/diselesaikan; atau
3) PPK melakukan pemutusan kontrak karena kesalahan Penyedia.
c. Dalam melakukan penilaian kinerja, PPK dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa, tenaga ahli, dan/atau pihak lain yang kompeten.
d. Penilaian Kinerja pada e-purchasing melalui Toko Daring dilakukan berdasarkan
syarat dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing Toko Daring.
Metode untuk menilai kinerja penyedia antara lain berupa indikator kinerja penyedia.
Indikator kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang diidentifikasi dalam kerangka hasil
kerja. Indikator bisa kuantitatif atau kualitatif. Indikator kuantitatif adalah terukur/bisa
diukur/numerik, misalnya tinggi atau berat badan seseorang. Namun di sisi lain, indikator
kualitatif memerlukan evaluasi namun terkadang agak subyektif. Data kualitatif kadang-
kadang dinyatakan dalam bentuk numerik, mempunyai makna, tetapi angka-angka
tersebut tidak memiliki bentuk fisik secara jelas. Misalnya skor nilai kelulusan ujian.
Ketika mengembangkan indikator kuantitatif atau kualitatif, yang penting adalah bahwa
indikator dibangun dengan cara yang memungkinkan pengukuran yang konsisten setiap
saat.
a. Pentingnya Indikator Kinerja
1) Indikator kinerja memberikan bukti obyektif terjadinya perubahan.
2) Indikator kinerja merupakan jantung pengembangan manajemen kinerja yang
efektif, karena dapat mendefinisikan data yang akan dikumpulkan dan
memungkinkan hasil aktual yang dicapai dapat dibandingkan dengan hasil yang
direncanakan dari waktu ke waktu.
3) Indikator kinerja adalah alat manajemen yang sangat diperlukan untuk membuat
keputusan berdasarkan bukti tentang strategi dan program kegiatan.
b. Proses Penilaian Kinerja Penyedia
Apa yang ingin dinilai dari penyedia bergantung dari apa yang ingin dicapai oleh PPK,
juga bergantung seberapa kompleks pekerjaan dan tipe hubungan bisnis yang
dihadapi dengan penyedia. Melaksanakan penilaian penyedia sangat penting untuk
semua penyedia, karena hal ini menjadi penting untuk menentukan penyedia terbaik
dalam merespon persyaratan yang ditentukan PPK. Penilaian penyedia juga dapat
dilakukan jika terdapat penyedia potensial baru. Jika penilaian bagi suatu penyedia
adalah positif, maka penyedia tersebut dapat dimasukkan pada “daftar penyedia baru
sah” (Jika diperlukan), dan penyedia dapat dimasukkan sebagai penyedia terundang
untuk pekerjaan / kontrak yang baru.
Peraturan Lembaga Nomor 4 Tahun 2021 sendiri juga memberikan gambaran terkait
dengan aspek indikator dan bobot yang dipergunakan untuk penilaian kinerja penyedia,
dengan persentase sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas dengan indikator kesesuaian diberikan bobot 30%;
b. Biaya dengan indikator kemampuan pengendalian biaya diberikan bobot 20%;
c. Waktu dengan indikator ketepatan diberikan bobot 30%;
d. Layanan dengan indikator komunikasi dan tingkat respon diberikan bobot 20%.
Hasil dari penilaian kinerja sendiri dapat dijadikan pertimbangan dalam proses
pengadaan. Lebih lanjut, kementerian/Lembaga/pemerintah daerah juga diharapkan
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja penyedia. Namun, contoh tersebut
bukan merupakan penilaian yang baku dikarenakan untuk menilai kinerja penyedia,
terdapat banyak faktor yang terkait sehingga perlu dilakukan penyesuaian dari instrumen
penilaian kinerja penyedia disesuaikan dengan karakteristik dan ruang lingkup
pekerjaannya.
EVALUASI MATERI POKOK
2. Yang BUKAN merupakan kegunaan dari daftar pengelolaan penyedia
adalah…..
A. Pemilihan penyedia pada proses tender
B. Evaluasi kinerja penyedia secara berkala
C. Sebagai referensi untuk Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKAP)
D. Meminta KIckBack Fee kepada Penyedia
3. Yang BUKAN merupakan tanggung jawab dari penyedia berdasarkan Pasal
17 PerPres 12 Tahun 2021 adalah ….
A. Pengajuan kepada PPK dari penyedia untuk dilakukan Serah Terima
B. Jenjang promosi dari Pelaku Pengadaan
C. Ketepatan Waktu Penyerahan
D. Kualitas Barang/Jasa
4. Tujuan Pokok dari pengukuran kinerja adalah….
A. Mengukur kemampuan finansial penyedia
B. untuk membantu dalam menetapkan standar dan target
C. Mengukur struktur organisasi penyedia
D. Mengukur keberhasilan proses negosiasi
5. Pengukuran kinerja dilakukan untuk hal-hal berikut, keculai…..
A. Penilaian manajemen
B. Penilaian sendiri
C. Perbaikan Berkelanjutan
D. Penilaian kemampuan Pokja Pemilihan
6. Yang BUKAN merupakan alasan mengapa indikator kinerja menjadi penting
adalah. .
A. Indikator kinerja memberikan bukti obyektif terjadinya perubahan
B. Indikator kinerja merupakan jantung pengembangan manajemen
kinerja yang efektif
C. Indikator Kinerja mengukur kemampuan PPK dalam membuat
Spesifikasi teknis/KAK yang tepat
D. Indikator kinerja adalah alat manajemen yang sangat diperlukan untuk
membuat keputusan berdasarkan bukti tentang strategi dan program
kegiatan
MEMAHAMI PERUMUSAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
DALAM BENTUK KUITANSI, BUKTI PEMBAYARAN/PEMBELIAN DAN SURAT
PESANAN

PENGERTIAN
Pengelola Pengadaan perlu memahami Bukti Pembelian/Pembayaran, Kuitansi dan Surat
Pesanan sebagai bagian dari bentuk kontrak. Bukti Pembelian/Pembayaran dan Kuitansi
merupakan produk dari Pejabat Pengadaan, kecuali Surat Pesanan yang merupakan
produk dari Pejabat Pengadaan dan/atau PPK (sesuai dengan ketentuan pelaksanaan E-
Purchasing). Pemahaman ini diperlukan agar tidak keliru pada saat pertanggungjawaban
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, verifikasi bukti kelengkapan pembayaran, dan
tentunya agar menghindari permasalahan yang mungkin terjadi, salah satunya
permasalahan pada saat pelaksanaan audit.

1. Bukti Pembelian (Hanya untuk Barang dan Jasa Lainnya)


Bukti Pembelian sebagai salah satu alat pertanggungjawaban pengeluaran sekurang-
kurangnya memuat:
a. Identitas Penyedia;
b. Nilai Pembelian;
c. Jenis dan Jumlah Barang/Jasa;
Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui.

2. Kuitansi
Kuitansi sebagai surat bukti yang menyatakan bahwa telah terjadi penyerahan
sejumlah uang dari yang disebut sebagai pemberi atau yang menyerahkan uang
kepada yang disebut sebagai penerima dan yang harus menandatangani telah
menerima penyerahan uang itu sebesar yang
disebutkan dalam surat itu, lengkap dengan tanggal penyerahan, tempat serta alasan
penyerahan uang itu. Untuk memperkuat tanda bukti tersebut ditempel kan meterai
sebesar yang ditentukan oleh undang-undang perpajakan. Kuitansi sekurang-
kurangnya memuat:
a. Identitas para pihak;
b. Nilai Pembelian;
c. Jenis dan Jumlah Barang/Jasa;
d. Tanda tangan Penyedia diatas materai sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui

3. Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan pengadaan melalui e-
purchasing atau pembelian melalui toko daring dan katalog elektronik. Rancangan
Surat Pesanan memuat antara lain tetapi tidak terbatas pada:
a. Hak dan kewajiban para pihak,
b. Waktu dan alamat pengiriman barang/pelaksanaan pekerjaan,
c. Harga, pembayaran,
d. Sanksi,
e. Denda keterlambatan,
f. Keadaan kahar,
g. Penyelesaian perselisihan, dan
h. Larangan pemberian komisi

EVALUASI MATERI POKOK


1. Surat Pesanan merupakan Produk dari…..
A. Pejabat Pengadaan/PPK
B. Hanya Pejabat Pengadaan
C. Hanya PPK
D. Penyedia
2. Bukti Pembelian tidak digunakan untuk pembelian ….
A. AC 1,5 PK dengan nilai 5 juta rupiah
B. Jasa sablon dengan nilai 3 juta rupiah
C. Jasa Konsultan Organisasi dengan nilai 100 juta rupiah
D. Laptop dengan nilai 7.5 juta rupiah
3. Bukti Pembelian sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut, kecuali….
A. Identitas Penyedia
B. Nilai pembelian
C. Nomor Sertifikat Garansi
D. Tanda tangan PPK sebagai tanda mengetahui
4. Untuk memperkuat tanda bukti berupa kuitansi dibubuhkan…..
A. Kop Surat
B. Stempel
C. Faktur Pajak
D. Meterai
5. Surat Pesanan digunakan dalam pelaksanaan pengadaan melalui. .
A. Pengadaan Langsung
B. Tender
C. E-Purchasing
D. Tender Cepat
MEMAHAMI RISIKO PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH

PENANGANAN RISIKO PENGELOLAAN KONTRAK


Seperti diketahui bahwa salah satu peranan dokumen kontrak adalah mengidentifikasi
risiko kepada pihak-pihak yang memang berkompeten dan bisa mengelola risiko dengan
efektif dan efisien untuk meminimalkan potensi kerugian dari suatu kejadian yang
berakibat fatal atau memaksimalkan kesempatan yang baik dari suatu kejadian. Perlu
dipahami bahwa yang terbaik untuk mengelola risiko adalah pihak yang mempunyai
kemampuan dan kapasitas untuk mengontrol dan mengendalikan risiko.
Sebagai contoh, organisasi A mempunyai bidang pelayanan jasa ke publik tidak
mempunyai sumber daya dan keahlian yang cukup untuk mengerjakan proyek konstruksi
jembatan. Organisasi A kemudian menunjuk sebuah penyedia (kontraktor) yang
mempunyai sumber daya dan keahlian untuk membuat jembatan dalam waktu satu tahun
dengan menggunakan kontrak lumsum. Dalam hal ini, organsasi A telah melakukan
pemindahan risiko ke penyedia untuk mengendalikan penyelesaian dengan tepat waktu
selama satu tahun, penyedia dalam hal ini juga mempunyai kemampuan dan kompetensi
untuk mengendalikan semua risiko agar dapat menyelesaikan pembangunan jembatan
selama satu tahun.

Tabel 8.1. Tabel Contoh Risiko dalam Pengelolaan Kontrak

FAKTOR
PERISTIWA PENYEBAB DAMPAK SOLUSI
1. Perumusan Klausal Kelalaian/ket Dokumen Melakukan
Kontrak dalam idaktahuan kontrak tidak pengeceka n
SSUK, akan hal2 lengkap, klausul
SSKK dan yang harus kemungkina n pada draft
naskah dilampirkan terjadinya kontrak
perjanjian dalam kontrak sesuatu hal dengan
tidak lengkap yang peraturan/p
merugikan edoman yang
berlaku
2. Perumusan Isi kontrak adanya niat pihak lain merumuska n
Kontrak hanya mengutamak merasa isi kontrak
menguntung an dirugikan yang dapat
kan salah kepentingan mengakom
satu pihak pihak tertentu odir
kebutuhan
kedua belah
pihak
3. Perumusan Jenis kontrak ketidaktahua kontrak yang memahami
Kontrak yang n/ dibuat tidak ruang lingkup
digunakan kelalaian sesuai dengan pekerjaan dan
tidak sesuai dalam jenis memahami
penentuan pekerjaan jenis kontrak
jenis kontrak yang diadakan serta
termasuk penggunaa
lampirannya nnya secara
lebih
mendalam
4. Perumusan Bahasa keterbatasan potensi merumuska n
Kontrak kontrak penyusunan menimbulka kontrak
menimbulka kalimat, n konflik dengan bahasa
n multitafsir kesengajaan yang dapat
karena adanya dimengerti
maksud dan disepakati
tertentu kedua belah
pihak
5. Perumusan Kontrak belum koordinasi kemungkina n melakukan
Kontrak direvieu oleh internal yang adanya koordinasi
bagian legal sulit, hal-hal yang dengan tim
kesibukan belum legal,
bagian legal dicantumkan penyusuna n
dalam kontrak, standar
hal- hal kontrak
yang bersama tim
belum jelas legal
6. Perumusan Kesalahan kelalaian hasil pengeceka n
Kontrak pembebanan pengadaan mata
mata anggaran tidak anggaran
terbayarkan secara lebih
teliti
7. Perumusan Kesalahan ketidaktahua n adanya kesalahan meningkatk an
Kontrak penentuan terkait sistem pemahama n
sistem ketentuan pembayaran tidak terkait
pembayaran sistem sesuai ketentuan sistem
dalam kontrak pembayaran pembayara n
(%
pembayaran
pertahap)
8. Perumusan Kontrak diatas kelalaian/keti melanggar memahami
Kontrak 100 daktelitian ketentuan aturan terkait
milyar tidak dalam kontrak diatas
direviu oleh perpres, 100
ahli hukum kontrak M,
kemungkina
n belum melakukan
sesuai dengan koordinasi
kebutuhan terkait
masing2 pihak pembentuk
an/penunju
kan ahli
hukum
9. Perumusan Kesalahan kelalaian kontrak tidak melakukan
Kontrak pencantuma n sesuai dengan perbaikan
ruang ruang lingkup kontrak
lingkup pekerjaan sesuai ruang
pekerjaan sesuai yang lingkup
diadakan, pekerjaan
kontrak tidak yang
valid diadakan
10. Pejabat yang kelalaian/keti kontrak tidak melakukan
Persi menandatan daktelitian berlaku pengeceka n
apan gani Kontrak personal yang
Kont bukanlah berwenang
rak personal yang untuk
berwenang menandata
ngani kontrak
sesuai
peraturan
yang berlaku
sebelum
pelaksanaa n
penandata
nganan
kontrak
11. dokumen yang kelalaian/keti kontrak tidak melakukan
Persi dilampirkan daktahuan sesuai, syarat- menyusuna n
apan sebagai syarat yang lampiran2
Kont lampiran diatur kontrak yang
rak kontrak/SPK tidak sesuai sesuai dengan
tidak sesuai dengan jenis jenis
(lampiran pekerjaan pekerjaan
khusus/umu yang diadakan yang akan
m dll) dilakukan
12. Kesalahan kelalaian harga kontrak melakukan
Persi penulisan tidak sesuai pengeceka n
apan harga dengan hasil secara
Kont pekerjaan kesepakatan lebih teliti
rak dalam terhadap
SPK/Kontrak kontrak
pengadaan
yang diadakan
13. Surat Kelalaian menyalahi meningkatk
Persi penunjukan pokja ketentuan an ketelitian
apan penyedia dalam perpres dalam melihat
Kont diterbitkan terkait waktu jadwal
rak melewati kapan Surat
batas waktu penunjukan
sesuai harus
ketentuan dikeluarkan,
tertundanya
hasil
pengadaan
14. Isi dari Surat kelalaian, Tidak sesuai memahami
Persi penunjukan ketidaktahua ketentuan, ketentuan
apan tidak lengkap n tidak dapat terkait Surat
Kont mengakomo Keputusan
rak dir hal-hal
yang harus
diatur dalam
pengadaan
15. Kesalahan Kelalaian Nilai jaminan memahami
Persi perhitungan pokja pelaksanaan aturan terkait
apan nilai jaminan kurang dari nilai jaminan
Kont pelaksanaan yang pelaksanaa n
rak untuk seharusnya
pengadaan
barang/jasa
lainnya
16. Kesalahan Kelalaian Jaminan memahami
Persi penentuan pokja pelaksanaan aturan terkait
apan masa berlaku tidak dapat masa berlaku
Kont jaminan dicairkan jaminan
rak pelaksanaan pelaksanaa n
17. Surat Kelalaian pelanggaran memahami
Persi penunjukan pokja, terhadap segala aturan
apan tidak ketidaktahua ketentuan terkait surat
Kont ditembuskan n pokja perpres penunjukan
rak pada pejabat2
yang terkait
18. Penambaha n kelalaian/keti pelanggaran Pokja
Pengenda nilai daktahuan terhadap memahami
lian adendum lebih ketentuan ketentuan
Kontrak dari dalam perpres terkait dengan
10% nilai adendum
kontrak kontrak
sesuai
peraturan
19. Mengubah ketidakmata kemungkina n merumuska n
Pengenda sebagian ngan rencana merubah spesifikasi
lian besar kontrak
Kontrak
lingkup kegiatan/spe dan lingkup
pekerjaan sifikasi barang pekerjaan
yang secara matang
dibutuhkan,
adanya
informasi baru
20. Perubahan perubahan adendum tidak merumuska n
Pengenda tidak disetujui merugikan dapat perubahan-
lian salah satu salah satu disepakati/dit perubahan
Kontrak pihak/tidak pihak anda tangan yang
ada memungkin
kesepakatan kan untuk
dapat
disepakati
21. Adendum kelalaian/keti adendum pengeceka n
Pengenda kontrak tidak daktahuan tidak secara
lian ditanda valid/tidak teliti dan
Kontrak tangani oleh berlaku mendalam
personal yang personal yang
berwenang berwenang
menandata
ngani
adendum
22. Alasan ketidaktahua pemutusan memberika n
Pengenda pemutusan n/ kelalaian tidak sah saran
lian kontrak tidak membaca pembatalan
Kontrak sesuai aturan yang pemutusan
ketentuan ada kontrak,
merumuska n
hal2 yang
dapat
digunakan
sebagai
alasan
pemutusan
kontrak
23. Barang/lingk barang masih kebutuhan koordinasi
Pengenda up pekerjaan dibutuhkan akan dengan user
lian yang (waktu lelang barang/jasa untuk proses
Kontrak dihentikan masih/tidak tidak pengadaan
masih mencukupi) terpenuhi selanjutnya
dibutuhkan
24. Tidak kelalaian/keti penyedia tidak mengingatk an
Pengenda adanya daktahuan dapat untuk
lian Surat menggunaka n selalu
Kontrak peringatan haknya memberika n
terlebih untuk surat
dahulu memberikan peringatan,
klarifikasi membuat draft
terlebih standar surat
dahulu, peringatan
kekecewaan
penyedia,
kemungkina n
penyedia
menuntut
25. Tidak adanya kelalaian/keti melanggar pengeceka n
Pengenda sanksi akibat daktahuan ketentuan secara
lian pemutusan dalam perpres teliti
Kontrak terkait sanksi pemberian
pemutusan sanksi
sebelum
adanya
pemutusan
26. Tuntutan dari ketidakpuas adanya mempelajar i
Pengenda penyedia an penyedia konflik dengan
lian terkait seksama isi
Kontrak pengadaan tuntutan,
menjadikan
pembelajar
an untuk
pengadaan
kedepanny a.
Melakukan
mitigasi risiko,
teknis
pencairan
jaminan
pelaksanaa n,
mempelajar i
mekanisme
pengenaan
denda dan
pencairan
jaminan
pemelihara an.
27. Serah Terjadinya kelalaian/kel terhambatny mengenaka n
Terima keterlambata n upaan/terha a penggunaan sanksi
Hasil serah mbatnya hasil keterlambat
Pengadaa terima karena ada pengadaan an, pembelajar
n barang/jasa kendala dalam barang/jasa an untuk
pelaksanaan pengadaan
kedepanny a
28. Serah PPK/Panitia kelalaian/tida terhambatny memberika n
Terima Penerima Barang k terbacanya a penggunaan pengingat
Hasil tidak mengetahui kontrak hasil kepada
Pengadaa kapan serah pengadaan PPK/peneri
n terima harus barang/jasa ma barang
dilakukan terkait kapan
serah terima
barang
29. Serah Barang/Jasa kelalaian barang/jasa Pokja
Terima yang membaca tidak sesuai memahami
Hasil diserahterim ruang kebutuhan dan ketentuan
Pengadaa akan tidak lingkup/spesi tidak terkait serah
n sesuai dengan fikasi barang dapat terima
yang telah yang diadakan digunakan pekerjaan
diperjanjikan termasuk
memahami
ruang
lingkup/spe
sifikasi barang
yang diadakan
30. Serah Adanya barang tidak barang hasil sosialisasi hal-
Terima yang rusak diperiksanny a pengadaan hal yang harus
Hasil barang tidak dapat diteliti/diper
Pengadaa hasil digunakan, iksa pada
n pengadaan adanya saat proses
pada saat kerugian serah terima
serah terima negara pekerjaan dan
secara teliti menginfor
masikan jika
barang rusak
maka tidak
dapat diterima
31. Serah Serah terima agar tidak Pokja
Terima dummy pembayaran sesuai/mela memahami
Hasil sementara dapat nggar aturan pengaturan
Pengadaa dilakukan proses terkait dengan
n terlebih pembayaran serah terima
dahulu dengan APBN hasil
yaitu pengadaan
prestasi dulu
baru proses
pembayaran.
Karena
dummy bukan
lah
prestasi 100%
yang
artinya
pekerjaan
belum selesai
32. Evaluasi PPK adanya niat pihak lain meningkatk an
Kin melakukan mengutamak merasa integritas PPK
erja penilaian an dirugikan
Pen kepada kepentingan
yedi Penyedia yang pihak tertentu
a melaksanak an
pekerjaan, hal
ini
tentunya
membutuhka n
suatu tools
atau sarana
agar hasil
penilaian
dapat
dijadikan
bahan
pertimbanga n
bagi PPK
lainnya.
Sehingga
dimungkinka n
adanya
intervensi dari
Penyedia
dalam
penilaian ini.
EVALUASI MATERI POKOK
1. Isi kontrak hanya menguntungkan salah satu pihak merupakan risiko dari
tahapan…..
A. Persiapan Kontrak
B. Pengendalian Kontrak
C. Serah Terima Pekerjaan
D. Perumusan Kontrak
2. Dampak dari Adendum kontrak tidak ditandantangani oleh personil yang
berwenang adalah….
A. Kemungkinan merubah kontrak
B. Adendum tidak dapat disepakati
C. Adendum tidak valid
D. Pemutusan tidak sah
3. Solusi atas risiko barang yang dihentikan (diskontinu) masih dibutuhkan
adalah….
A. Koordinasi dengan user untuk proses pengadaan selanjutnya
B. Pengecekan secara teliti pemberian sanksi sebelum adanya pemutusan
C. Merumuskan perubahan-perubahan yang memungkinkan untuk dapat
disepakati
D. Sosialisasi aturan terkait adendum kontrak
4. Penyedia tidak dapat menggunakan haknya untuk memberikan klarifikasi
terlebih dahulu, kekecewaan penyedia, kemungkinan penyedia menuntut
adalah dampak dari risiko…..
A. Barang/lingkup pekerjaan yang dihentikan masih dibutuhkan
B. Tidak adanya Surat Peringatan terlebih dahulu
C. Terjadinya keterlambatan serah terima barang/jasa
D. Barang/Jasa yang diserahterimakan tidak sesuai dengan yang telah
diperjanjikan
5. Yang merupakan risiko pada tahapan Serah Terima Haisl Pengadaan adalah
.
A. Kesalahan penentuan masa berlaku jaminan pelaksanaan
B. Alasan pemutusan kontrak tidak sesuai ketentuan
C. Adanya barang yang rusak
D. Tidak adanya sanksi akibat pemutusan
MAMPU MENGIDENTIFIKASI DAN MENGUMPULKAN
BAHAN/DATA/INFORMASI UNTUK MELAKUKAN PERSIAPAN DAN
PENGENDALIAN KONTRAK, SERTA EVALUASI KINERJA PENYEDIA
PENGADAAN BARANG/JASA

PENGERTIAN DAN KETENTUAN


Data dan informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu proses
pengadaan, seperti data dan informasi terkait spesifikasi teknis/KAK, harga wajar,
ketersediaan penyedia dan data-data terkait lainnya. Sering ditemukan bahwa istilah data
dan informasi digunakan secara tidak tepat atau sering tertukar penggunaannya padahal
keduanya memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
perbedaan antara kedua istilah tersebut. Tujuan identifikasi dan pengumpulan data dan
Informasi adalah untuk membekali individu atau tim dengan pengetahuan dan keahlian
terkait dengan pengolahan dan analisis data sehingga semua pihak dapat memahami
makna dari kinerja setiap indikator, kondisi dari data yang dikumpulkan, serta proses
bagaimana data pengadaan tersebut dikumpulkan yang nantinya dapat berguna pada saat
proses pengadaan dilakukan.
Data terkait kontrak dapat berasal dari banyak sumber dan dalam bentuk yang
bermacam-macam. Oleh karena itu data perlu dikumpulkan terlebih dahulu dengan
metodologi yang disepakati. Kemudian menentukan siapa yang akan mengumpulkan data
dan seberapa sering data dikumpulkan.
1. Pengumpulan Data dan Informasi dalam proses pengelolaan kontrak

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, data-data terkait


pengadaan barang/jasa dapat diperoleh dengan berbagai macam cara dan
dari sumber yang bervariasi. Proses pengumpulan data-data terkait
pengadaan perlu dimasukkan sebagai aktivitas yang dalam penyusunan
sistem, proses dan struktur pengadaan barang/jasa.
2. Frekuensi Pengumpulan Data Pengadaan

Beberapa data pengadaan perlu dikumpulkan secara reguler dan


dalam periode waktu yang singkat namun ada data pengukuran yang perlu
dikumpulkan pada saat-saat tertentu sehingga frekuensinya lebih sedikit
atau bahkan cukup satu kali dalam satu siklus pengelolaan kinerja. Frekuensi
pengumpulan data pengadaan akan tergantung pada
a. Pergerakan data
b. Upaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan
data.
3. Siapa yang akan mengumpulkan data

Meskipun sistem teknologi informasi yang tersedia dan dapat menyediakan data-data
yang dibutuhkan, ada kebutuhan bahwa data-data tertentu harus dikumpulkan pada
waktu-waktu tertentu, sehingga perlu ada individu atau tim yang ditugaskan khusus untuk
mengumpulkan data pengadaan.
Langkah selanjutnya adalah membekali individu atau tim dengan pengetahuan dan
keahlian terkait dengan pengolahan dan analisis data sehingga semua pihak dapat
memahami makna dari kinerja setiap indikator, kondisi dari data yang dikumpulkan, serta
proses bagaimana data pengadaan tersebut dikumpulkan.
a. Data dan Informasi Dalam Perumusan, Perancangan, dan penetapan rancangan
Kontrak
No Komponen/ Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
1 Perumusan Penetapan Definisi Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Eksternal Pemilihan)
2 Perumusan Asal Material/Bahan Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Eksternal Pemilihan)
3 Perumusan Wakil Sah Yang Data Data Kualifikasi penyedia,
SSUK Ditunjuk oleh Para Eksternal Data pendukung Kualifikasi,
Pihak BA Klarifikasi
Data Surat Keputusan
Internal /pengangkatan PPK,
Pengelola Kontrak
4 Perumusan Tata Cara Sub Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Kontrak Eksternal Pemilihan)
Data Diatur dalam SSKK
Internal
5 Perumusan Kerjasama Data 1. SPSE (Pilih SSUK
SSUK Operasional Antar Eksternal dalam SBD Pemilihan)
Penyedia 2. Surat Perjanjian
Kemitraan
6 Perumusan Jadwal Pelaksanaan Data Dokumen penetapan jangka
SSUK Internal waktu pelaksanaan oleh
PA/PPK, data RUP, Laporan
Konsultan
perencana DED
7 Perumusan SPMK/SPP Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
SSUK Eksternal Pemilihan)
8 Perumusan Lingkup Pekerjaan Data 1. KAK/Spesifikasi
SSUK Internal Teknis/Gambar/RKS
2. Daftar Kuantitas dan harga
9 Perumusan Standar Data KAK/Spesifikasi
SSUK Internal Teknis/Gambar/RKS
Data SPSE (Pilih SSUK dalam SBD
Eksternal Pemilihan)
11 Perumusan Pengawasan/Pengen Data • SK Tim Pengelolaan
SSUK dalian Pelaksanaan Internal Kontrak;
Pekerjaan • SOP Organisasi
Data Peraturan yang berlaku
Eksternal (Perpres/Perlem
LKPP/Permen PU)
13 Perumusan Inspeksi Pabrikasi Data • KAK/RKS
SSUK Internal • SOP Organisasi
• Dokumen survey psar
15 Perumusan Pengepakan Data KAK
SSUK Internal
17 Perumusan Pengiriman Data • KAK
SSUK Internal • SK Tim Pengelola
Kontrak
19 Perumusan Asuransi Data KAK
SSUK Internal
21 Perumusan Transportasi Data KAK/RKS
SSUK Internal
22 Perumusan Pemeriksaan Data KAK/RKS/dokumen
SSUK d Internal spesifikasi teknis/BoQ
an/atau Pengujian Data SOP Organisasi
Internal
23 Perumusan Waktu Data Dokumen penetapan jangka
SSUK Penyelesaian Internal waktu pelaksanaan oleh
Pekerjaan PA/PPK, data SIRUP, Laporan
Konsultan
perencana DED
24 Perumusan Peristiwa Data SBD Pemilihan dari
SSUK Kompensasi Eksternal lembaga
berwenang/kementerian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
25 Perumusan Perpanjangan Waktu Data SBD Pemilihan dari
SSUK Eksternal lembaga
berwenang/kmenterian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
26 Perumusan Pemberian Data SBD Pemilihan dari
SSUK Kesempatan Eksternal lembaga
berwenang/kmenterian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
27 Perumusan Serah Terima Barang Data SBD Pemilihan dari
SSUK Eksternal lembaga
berwenang/kmenterian
terkait
Data SOP Organisasi
Internal
28 Perumusan Garansi Data SBD Pemilihan dari
SSUK Pedoman Eksternal lembaga
Pengope berwenang/kmenterian
rasian dan terkait
Perawatan
Perubahan Kontrak
Keadaan Kahar
Penghentian Kontrak
Pemutusan Kontrak
Berakhirnya Kontrak
Jaminan
Pengawasan Mutu
29 Perumusan Kerjasama Data SBD Pemilihan dari
SSUK Pe Eksternal lembaga
nyedia dengan berwenang/kementerian
Usaha Kecil Sebagai terkait
SubPenyedia Data Dokumen hasil survey
Internal pasar
30 Perumusan Pembayaran Data • SBD Pemilihan dari lembaga
SSUK Eksternal berwenang/kementerian
terkait;

• Peraturan keuangan dari


kementerian terkait.
Data SOP Organisasi
Internal
31 Perumusan Nilai Kontrak Data Daftar Kuantitas dan
SSUK Internal Harga
32 Perumusan Jenis Kontrak Data d. RUP (lihat jenis
SSKK Internal pengadaan)
e. Spesifikasi Teknis/KAK
33 Perumusan Bentuk Kontrak Data RUP (lihat Metode
SSKK Internal Pemilihan dan pagu)
34 Perumusan Jenis Pembayaran Data KAK
SSKK Internal
35 Perumusan Uang Muka Data 1. SBD Pemilihan
SSKK Internal 2. RUP (Lihat Jenis
Pengadaan dan Nilai
Pengadaan)
2. Spesifikasi Teknis/KAK
3. Daftar Kuantitas dan
Harga
Data SPSE (Pilih SSKK dalam SBD
Eksternal Pemilihan)
36 Perumusan Kehadiran Data
: Spesifikasi Teknis/KAK
SSKK Harian/Berbasis Internal
Output Data SPSE (Pilih SSKK dalam SBD
Eksternal Pemilihan)
37 Perumusan Penyesuaian Harga Data 1. RUP (Lihat jangka waktu
SSKK Internal pelaksanaan)
2. KAK
3. Jenis Kontrak (Harga
Satuan dan Tahun Jamak)
Data SPSE (Pilih SSKK dalam SBD
Eksternal Pemilihan)
38 Perumusan Denda Data 1. KAK/Spesifikasi Teknis
SSKK Internal 2. Daftar Kuantitas dan harga
Data SPSE (Pilih SSKK dalam SBD
Eksternal Pemilihan)
39 Perumusan Penyelesaian Data Sistem Pendukung SPSE
SSKK Se Eksternal (Pengelolaan Advokasi dan
ngketa Kontrak Penyelesaian
Permasalahan Hukum

a. Data dan Informasi dalam Penerbitan SPPBJ dan Persiapan


penandatangan Kontrak
No Komponen/ Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
1 SPPBJ Judul Pengadaan Dokumen Pemilihan
Penyedia
Nama Perusahaan Data Internal • KAK/RKS/dokumen
dan Alamat spesifikasi teknis/BoQ
Perusahaan • Data kualifikasi
Data SPSE (Pengumuman
Eksternal Pemenang)
Dasar Penetapan Data Internal Dokumen penetapan
Pemenang pemenang
Data SPSE (Pengumuman
Eksternal Pemenang)
Nilai Kontrak BA Klarifikasi harga,
Masa berlaku Dokumen Pemilihan
Jaminan Penyedia
2 Jaminan • Judul Data Internal • SPPBJ
Pelaksanaan Pengadaan • Dokumen Pemilihan
• Nilai Jaminan Penyedia
• Masa berlaku
• Pemberi tugas
3 Pre Dokumen Pemilihan
Awar Penyedia
d Meeting
4 Penandatang Bukti Perjanjian Data Internal Dokumen Pemilihan
anan Kontrak (SPK/Surat Penyedia
Perjanjian) Data SPSE (BA Hasil
Eksternal Pemilihan)
5 SSUK Data Internal Dokumen Pemilihan
Penyedia
6 SSKK Data Internal Dokumen Pemilihan
Penyedia

b. Data dan Informasi dalam pelaksanaan dan pengendalian kontrak


No Komponen/ Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
Proses
1 Pre - Nama Paket Data Internal Dokumen Kontrak
Construction - Jangka waktu dan Dokumen Perencanaan
Meeting pelaksanaan Eksternal Laporan dari End-User
- Master Schedule
2 Kick of - Nama Paket Data Internal Dokumen Kontrak
Meeting - Jangka waktu dan Dokumen Perencanaan
pelaksanaan Eksternal Laporan dari End-User
- Master Schedule
Pengiriman
Barang
3 SPMK - Judul Data Internal Dokumen Kontrak
- Nama Paket Dokumen Perencanaan
- Nomor SPMK Dokumen Pemilihan
Penyedia
- Nomor
SPK/Surat
Perjanjian
- Nama para pihak
- Tanggal Mulai
Pekerjaan
- Jangka waktu
penyelesaian
pekerjaan
3 SPL - Nama Paket Data Internal Dokumen PCM
- Nama Para Pihak Dokumen SPMK
- Tanggal
berlakunya SPL
4 Surat Jalan - Daftar barang Data Internal Dokumen Kick off Meeting
yang akan dikirim dan Dokumen SPMK
- Merk dan Eksternal
Spesifikasi
- Jumlah barang

c. Data dan informasi dalam serah terima hasil pekerjaan


Tabel 9.4. Data dan Informasi Dalam Serta Terima Pekerjaan

No Komponen/ Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi


Proses
1 Daftar Simak - Nama Paket Data Dokumen Kontrak dan
Pemeriksaan - Daftar Internal Addendum Kontrak
Kelengkapan dan Dokumen SPMK
Administrasi dan Eksternal
Dokumentasi
- Progres Pekerjaan
- Rekomendasi dari
PPHP ke PPK
(misal: pembuatan
addendum/serah
terima
100%/data cacat
minor untuk
perbaikan
2 BAPP - Nama Paket Data Dokumen Kontrak dan
- Nomor BAPP Internal Addendum Kontrak
- Nama PPHP dan Dokumen SPMK
- Nama Wakil End Eksternal
User
- Nama Pengawas
- Nama Penyedia
- Nomor SPMK
- Tanggal Akhir
Pekerjaan
-
3 BAST - Nama Paket Data Dokumen Kontrak dan
- Nomor BAST Internal Addendum Kontrak
- Nama Para Pihak Dokumen SPMK
- Nomor SPK/Surat
Perjanjian
- Nomor BAPP
- Jangka Waktu
Pelaksanaan
- Tanggal Mulai dan
Tanggal Akhir
Pekerjaan
-
d. Data dan informasi evaluasi kinerja penyedia
Tabel 9.5. Data dan Informasi Dalam Evaluasi Kinerja Penyedia

No Komponen/ Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi


Proses
1 Ketepatan - Form Data - Daftar Kuantitas dan harga
Jumlah Pemeriksaan Internal - Dokumen Kontrak (Daftar
Fisik dan Kuantitas)
Kuantitas
2 Kualitas - Form Data - KAK/Spesifikasi
Pemeriksaan Internal Teknis/Gambar
spesifikasi - Dokumen Kontrak
3 Ketepatan - Jadwal Data - Dokumen Kontrak (SSUK
Waktu Pengiriman Internal dan SSKK)
Pekerjaan Barang
- Jadwal
Penyelesaian
Pekerjaan
4 Layanan - Laporan Data BAPP
Prima Pekerjaan Internal
5 Ketepatan - BA instalasi, Data - KAK
Lokasi Serah uji fungsi dan Internal - Dokumen Kontrak
Terima training
Pekerjaan

4. Dokumentasi hasil reviu proses pengadaan sampai dengan serah terima


Selama pelaksanaan kontrak seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kontrak
tersebut perlu untuk didokumentasikan. Tujuannya adalah:
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi organisasi.
2. Sebagai bukti-bukti apabila terjadi perselisihan di kemudian hari.
3. Sebagai bentuk penerapan akuntabilitas.
Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, berbagai dokumen yang terkait dengan
pelaksanaan kontrak perlu didokumentasikan, meliputi antara lain:
a. Dokumen yang dibutuhkan secara umum

Dokumen Keterangan
BA Pre Award Meeting Didokumentasikan
SPPBJ Perlu di dokumentasikan
Dokumen Kontrak  Dibuat secara cermat dan teliti
 Jaminan Pelaksanaan dan dll perlu
di dokumentasikan.
SK Pokja Pemilihan UKPBJ Perlu di dokumentasikan
SK Direksi Teknis / Pengawas Lapangan Untuk kepentingan Pengawas (intern)/
Konsultan Pengawas
BA Serah Terima Lokasi (bila diperlukan)
SPMK Penting sebagai tanda tanggal
dimulainya pekerjaan
BA Pemeriksaan Bersama Penting sebagai catatan bersama untuk
memantau progress pekerjaan
BA Rapat Persiapan Pelaksanaan Dibutuhkan lampiran berupa Dokumen
Program Mutu
Surat Permohonan Uang Muka Dibutuhkan Lampiran berupa Rencana
penggunaan Uang Muka
Surat Persetujuan Uang Muka Penting untuk mendorong kelancaran
pekerjaan
SPP + BAP UM Jaminan Uang Muka
Laporan Harian, Mingguan, Bulanan Laporan progress pekerjaan dari
penyedia
Notulen Rapat Kemajuan Pekerjaan Sebagai dokumentasi progress
pekerjaan dari penyedia
Surat Tagihan / Invoice Merupakan tagihan resmi dari penyedia
dengan nilai berdasarkan prestasi pekerjaan/
sesuai dengan termin pembayaran yang
disepakati di dalam
kontrak

Dokumen Keterangan
Data Pendukung Kualitas (Back up Quality) Termasuk diantaranya terkait hasil
(Pek. Konstruksi) pengujian, perhitungan teknis, dll
Data Pendukung Kuantitas (Back up Quantity) Hasil pengukuran, perhitungan volume,
(Pek. Konstruksi) foto pelaksanaan, dll
Data Pendukung Tagihan (Invoice) (Jasa Dokumen seperti Daftar hadir, bukti
Konsultansi) pengeluaran, notulen rapat
pembahasan laporan, tanda terima
laporan, dll
Data Pendukung Tagihan (Invoice) Dokumen seperti Surat jalan, faktur,
(Pengadaan Barang) dokumen custom
BA Penetapan Prestasi Pekerjaan Dibuat oleh Penyedia;
Diperiksa oleh Konsultan Pengawas (jika
ada);
Disetujui oleh PPK
SPP + BAP Prestasi (Termin / MC) Sebagai bukti pemeriksaan progress
pekerjaan di dalam pekerjaan konstruksi

b. Dokumen yang dibutuhkan pada perubahan kontrak

Dokumen Keterangan
SK Panitia Peneliti Kontrak Sebagai dasar tim yang bertanggung jawab
dalam meneliti klausul-klausul di dalam
kontrak
Surat Permintaan Adendum Sebagai dasar dari perubahan kontrak yang
akan dilakukan, isi diharapkan mengatur
mekanisme perubahan kontrak dengan jelas
Surat Perintah membuat Justifikasi Jika diperlukan
Teknis kepada Konsultan Pengawas (bila
ada)
BA Rapat Panitia Peneliti Digunakan sebagai dasar/dokumen reviu
klausul di dalam perubahan kontrak
BA Negosiasi Harga Digunakan apabila terdapat penambahan item
baru atau negosiasi harga pada saat
dilakukan perubahan kontrak
Adendum Kontrak Legalitas dasar perubahan kontrak
c. Dokumen yang dibutuhkan pada pemutusan kontrak secara sepihak
oleh PPK
Dokumen Keterangan
Surat Teguran Keterlambatan Surat peringatan kepada penyedia dalam hal
terdapat keterlambatan pekerjaan yang
dilakukan oleh penyedia
BA Penelitian/Kajian Permasalahan Berita Acara terkait dengan kajian
Kontrak / Show Cause Meeting (SCM) permasalahan yang terjadi dalam
(Konstruksi Bangunan) pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi
BA Test Case / Uji Coba Berita Acara pengujian barang yang telah
diadakan
BA Pengenaan Denda Berita Acara terkait dengan pengenaan denda
kepada penyedia
Surat Pemutusan Kontrak Surat terkait dengan pemberitahuan
pemutusan kontrak kepada penyedia
Surat Pencairan Jaminan Pelaksanaan Dokumen legal untuk dapat melakukan
pencairan jaminan pelaksanaan
Surat Setoran Pencairan Jaminan Dokumen legal untuk dapat melakukan
Pelaksanaan pencairan jaminan pelaksanaan
Surat Usulan Daftar Hitam Dokumen legal terkait dengan usulan
penayangan daftar hitam

d. Dokumen yang dibutuhkan pada serah terima pekerjaan:


Dokumen Keterangan
Surat Permohonan Serah Surat permohonan untuk dilakukan serah
Terima dari terima dari penyedia keapda PPK
Penyedia
Surat Perintah kepada Surat perintah untuk konsultan pengawas untuk
Konsultan Pengawas untuk melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan
melakukan pemeriksaan
Rekomendasi Konsultan Dokumen hasil pemeriksaan pekerjaan yang
Pengawas dilakukan oleh konsultan pengawas
kepada PPK
Surat Pemberitahuan PPK Dokumen surat pemberitahuan PPK kepada
kepada Penyedia Penyedia untuk melengkapi pekerjaan sebelum
dilakukan serah terima
BA Rapat beserta Penyedia Berita Acara rapat yang dilakukan antara PPK
dan Penyedia
BA Kunjungan Lapangan 1 Dokumen terkait dengan pemeriksaan pekerjaan
(Konstruksi) konstruksi
Lampiran : Daftar Kerusakan atau Cacat
BA Kunjungan Lapangan 2 Dokumen terkait dengan pemeriksaan pekerjaan
(Konstruksi) konstruksi
Lampiran : Hasil Perbaikan kerusakan atau
cacat
BA Rapat Kedua beserta Berita Acara rapat pemeriksaan hasil pekerjaan dengan
Penyedia penyedia yang menghasilkan rekomendasi pekerjaan telah
100%
BA Pemeriksaan Pekerjaan Berita Acara pemeriksaaan pekerjaan antara
PPK dengan Penyedia
BA Serah Terima (Pertama) Tanda terima jaminan pelaksanaan dan
Pekerjaan jaminan pemeliharaan
Surat Permintaan Serah Terima Tanda terima serah terima pekerjaan
Akhir
Surat Pemberitahuan PPK kepada
Surat pemberitahuan
Panitia FHO dari PPK kepada panitia terkait
dengan serah terima akhir di dalam
Pekerjaan Konstruksi (Final Hand Over)
BA Rapat Penyedia dg Panitia Berita Acara rapat antara penyedia dengan panitia terkait
FHO dengan serah terima akhir di dalam Pekerjaan Konstruksi
(Final Hand
Over)
BA Pemeriksaan Kegiatan Berita Acara terkait dengan pemeriksaan dari kegiatan
Pemeliharaan pemeliharaan sebelum dilakukan serah terima
Rekomendasi pekerjaan pemeliharaan telah
100%
BA Serah Terima Akhir Dokumen Tanda terima jaminan
Pekerjaan pemeliharaan
SPP + BAP Uang Retensi Jika terdapat uang retensi (terdapat masa
pemeliharaan)
e. Dokumen yang dibutuhkan pada penyesuaian harga:

Dokumen Keterangan
Surat Pengajuan Pembayaran Penyesuaian Surat pengajuan pembayaran penyesuaian
Harga (Price Adjustment Certificate) harga sesuai dengan yang telah disepakati
Lampiran: back up Price Adjustment
Certificate
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan back up Surat rekomendasi hasil pemeriksaan terkait
Price Adjustment Certificate dengan penyesuaian harga
BA Price Adjustment Certificate Berita Acara peneyesuaian harga
SPP + BAP Price Adjustment Certificate Berita Acara peneyesuaian harga

5. Cara mendokumentasikan Hasil Reviu


Setelah dokumen/reviu kontrak ditandantangani, saatnya bagi para pihak yang telah
menandatangani dokumen kontrak untuk mendokumentasikan seluruh dokumen mulai
dari proses awal, proses pemilihan, proses rancangan kontrak, dan segala kesepakatan
serta negosiasi/revieu yang terjadi sampai dengan proses penandatanganan
dokumen/revieu kontrak. Semua pihak harus meyakinkan bahwa dokumen revieu
kontrak didokumentasikan secara baik. Semua dokumen reviu kontrak harus diurutkan
sesuai dengan pengklasifikasian proses pengadaannya, walaupun tidak ada metode yang
berlaku secara universal untuk semua organisasi. Prinsip dasar melakukan proses revieu
dokumentasi untuk memudahkan pengguna dokumen dalam mengakses bagian dokumen
kontrak yang akan dibaca atau diperlukan pada suatu saat tertentu.
Contoh : Tata cara mengurutkan dokumen revieu kontrak adalah sebagai berikut
a. Dokumen Permintaan Review Kontrak ke PPK
b. Dokumen Pra-kualifikasi
c. Dokumen Pemilihan
d. Sub Dokumen Pemilihan - Penawaran Teknis
e. Sub Dokumen Pemilihan - Evaluasi Teknis
f. Sub Dokumen Pemilihan - Penawaran administrasi/keuangan
g. Sub Dokumen Pemilihan - Evaluasi administrasi/keuangan
h. Sub Dokumen Proposal penunjukan pemenang
i. Dokumen Format Kontrak (Contract Form)
j. Dokumen Pelaksanaan Kontrak beserta revieunya
k. Dokumen Penerimaan Hasil pelaksanaan kontrak
l. Dokumen lampiran
Pengelola pengadaan (staf PPK) yang menangani dokumen revieu kontrak harus
meyakinkan bahwa dokumen asli didokumentasikan dengan baik. Selain itu, semua
dokumen pendukung benar-benar disimpan dengan lengkap, sebelum salinan nya
diedarkan kepada pihak yang memerlukannya termasuk untuk kepentingan pengarsipan.
Arsip dokumen revieu kontrak adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam pengadaan
barang/jasa yang menerangkan perjanjian pihak-pihak yang melakukan kontrak. Arsip
kontrak dokumen merupakan data atau catatan yang dibuat oleh tim pengadaan
barang/jasa yang harus disimpan dalam jangka waktu tertentu. Arsip dokumen kontrak
seharusnya disimpan dalam bentuk kertas dokumen (hardcopy) dan file dokumen
(softcopy). Oleh karena itu, bentuk dan media dari arsip dokumen kontrak harus
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, perusahaan, berbagai
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
Hal lain yang harus menjadi perhatian bagi pengelola pengadaan terkait dengan fungsi
arsip dokumen revieu kontrak yaitu sebagai alat bantu utama mempermudah proses
pemahaman tentang riwayat dokumentasi persiapan, pemilihan, pelaksanaan,
penerimaan, dan penutupan kontrak. Arsip dokumen kontrak juga berfungsi sebagai
bahan atau media untuk menjadi alat pembuktian (bukti otentik), sebagai bahan dasar
perencanaan dan pengambilan keputusan, sebagai barometer kegiatan suatu organisasi,
dan sebagai bahan informasi kegiatan ilmiah lainnya.

EVALUASI MATERI POKOK


1. Tujuan identifikasi dan pengumpulan data dan informasi adalah untuk…..
A. Pengembangan Kompetensi Pejabat Pengadaan/PPK
B. Mengidentifikasi titik kritis
C. membekali individu atau tim dengan pengetahuan dan keahlian terkait dengan
pengolahan dan analisis data
D. Menguraikan pekerjaan pelaku pengadaan
2. Data Eksternal dari informasi penetapan definisi berasal dari ….
A. SPSE (Pilih SSUK dalam SBD Pemilihan)
B. Surat Keputusan/pengangkatan PPK, Pengelola Kontrak
C. KAK/Spesifikasi
D. Diatur dalam SSKK
3. Yang BUKAN merupakan jenis informasi yang didapatkan dari perumusan SSKK adalah….
A. Penyesuaian Harga
B. Denda
C. Nilai Kontrak
D. Penyelesaian Sengketa Kontrak
4. Yang BUKAN merupakan jenis informasi yang didapatkan dari perumusan SSUK adalah …..
A. Denda
B. Uang Muka
C. Bentuk Kontrak
D. Jenis Kontrak
5. Data untuk form Pemeriksaaan Fisik dan Kuantitas berbentuk.
A. Dokumen Kontrak
B. KAK
C. Daftar Kuantitas dan harga
D. BAPP
MODUL
PELATIHAN LEVEL-1 DI BIDANG PENGADAAN BARANG/JASA

MODUL 6:
JENIS KOMPETENSI MENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA LEVEL 1

DISUSUN OLEH : BAIHAKI


TRI SUSANTO

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGADAAN BARANG/JASA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH JAKARTA
TAHUN 2021
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA

TUJUAN SWAKELOLA
Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah, Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain, Organisasi Masyarakat, atau Kelompok
Masyarakat. Proses PBJP Swakelola meliputi tahap perencanaan, persiapan, pelaksanan, serah terima dan
pengawasan. Pada Bab II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan Swakelola.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Swakelola memiliki 7 (tujuh) tujuan dalam pelaksanaannya.
Tujuan Swakelola bisa digunakan untuk melakukan penilaian mandiri (self assesment), apakah cara
pengadaan melalui Swakelola tepat dipilih untuk mewujudkan barang/jasa yang dibutuhkan. Tujuan
Swakelola tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang tidak disediakan oleh pelaku usaha.
b. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa yang tidak diminati oleh pelaku usaha karena nilai pekerjaannya
kecil dan/atau lokasi yang sulit dijangkau.
c. Memenuhi kebutuhan Barang/Jasa dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
d. Meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia di Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
e. Meningkatkan partisipasi Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Kelompok Masyarakat.
f. Meningkatkan efektifitas dan/atau efisiensi jika dilaksanakan melalui Swakelola.
g. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang bersifat rahasia yang mampu disediakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola perlu diperhatikan tahapan kegiatan atau
proses apa saja yang harus dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Swakelola dituangkan dalam
ruang lingkup Swakelola yang meliputi:
1. Perencanaan Swakelola;
2. Persiapan Swakelola;
3. Pelaksanaan Swakelola;
4. Pengawasan Swakelola; dan
5. Serah terima hasil pekerjaan.
Tahapan perencanaan memiliki peran strategis dalam sebuah kegiatan, termasuk perencanaan dalam
Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola. Kegiatan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
meliputi penetapan tipe swakelola, penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan penyusunan RAB.

PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA


a. Penetapan Tipe Swakelola
PA/KPA menetapkan Tipe Swakelola berdasarkan:
1) Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa dan survey awal ketersediaan pelaksana Swakelola
2) Kriteria Barang/Jasa yang dapat diswakelolakan
Identifikasi Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk mengidentifikasi komponen/sub komponen pada
RKA K/L atau sub kegiatan pada RKA PD yang pelaksanaannya dilakukan melalui Swakelola Tipe I/II/III/IV.
Contoh 1:

Nama Kegiatan :Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana


sehat
Nama Pekerjaan :Pembangunan/rehab rumah tidak layak huni
Kode rekening :5.2.2.23.02
Nama Rekening :Belanja Barang yang akan diserahkan Kepada Pihak Ketiga

Cara Pengadaan melalui Swakelola Tipe IV


Contoh 2
Nama Kegiatan :Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi
Angkutan Umum
Nama Pekerjaan :Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pengemudi Angkutan
Umum
Kode Akun :5.2.2.17.01.001
Nama Akun :Biaya Kepesertaan
Cara Pengadaan melalui Swakelola Tipe II

Survey awal ketersediaan pelaksana Swakelola dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1) Melihat pelaksanaan pekerjaan sejenis sebelumnya
2) Mengumpulkan referensi dari media informasi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang ada.
3) Mengumpulkan referensi dari media informasi data instansi yang berstatus BLU/BLUD/PNBP/PTNBH
4) Melakukan pengecekan data organisasi masyarakat di website Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(Badan kesbangpol) setempat atau di Ditjen AHU online.
5) Melakukan pengecekan data kelompok masyarakat di Kecamatan/Kelurahan setempat.

Kriteria Pengadaan Barang/Jasa yang dapat dilakukan melalui Swakelola, namun tidak terbatas pada:
1) Barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau sifatnya tidak diminati oleh Pelaku Usaha
Contoh:
a) pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana),
b) penanaman gebalan rumput,
c) pemeliharaan rambu suar,
d) Pengadaan Barang/Jasa di lokasi terpencil/pulau terluar.
2) Jasa penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan/atau pelatihan, kursus, penataran,
seminar, lokakarya atau penyuluhan.
Contoh :
a) Penelitian dan pengembangan vaksin merah putih.
b) Pelatihan digital marketing untuk koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah.
3) Jasa penyelenggaraan kegiatan sayembara atau kontes.
Contoh
a) Sayembara desain rusunawa
b) Sayembara desain alun-alun kota
4) Jasa pemilihan Penyedia Barang/Jasa (agen pengadaan) dari unsur UKPBJ
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Contoh:
Pemilihan penyedia pekerjaan design and build di kementerian A oleh UKPBJ Kementerian B
5) Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan budaya dalam negeri untuk kegiatan
pengadaan festival, parade seni/budaya, Contoh:
a) Pagelaran seni oleh siswa/siswi sekolah,
b) Pembuatan film, atau
c) Penyelenggaraan pertandingan olahraga antar sekolah/kampus.
6) Jasa sensus, survei, pemrosesan/pengolahan data, perumusan kebijakan publik, pengujian laboratorium
dan pengembangan sistem, aplikasi, tata kelola, atau standar mutu tertentu.
Contoh:
a) Pengujian kelayakan bangunan Gedung
b) Pendataan potensi desa
c) Survey prilaku masyarakat pada masa pandemi Covid 19
7) Barang/jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum dapat disediakan atau diminati oleh
Pelaku Usaha.
Contoh;
a) Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)
b) Pembangunan laboratorium bergerak BSL2 untuk pengujian Covid19
8) Barang/jasa yang dihasilkan oleh Ormas, Kelompok Masyarakat, atau masyarakat.
Contoh:
a) Jasa pendampingan untuk pemberdayaan ekonomi keluarga pra sejahtera,
b) pelestarian lingkungan hidup,
c) produk kerajinan masyarakat, produk Kelompok Masyarakat,
d) produk Kelompok Masyarakat penyandang disabilitas,
e) tanaman atau bibit milik masyarakat atau produk warga binaan lembaga permasyarakatan.
9) Barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan partisipasi masyarakat. Dalam hal
pengadaan yang memerlukan partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa Pembangunan fisik maupun
non fisik.
a) Pembangunan fisik dapat berupa Pekerjaan Konstruksi sederhana yang hanya dapat berbentuk
rehabilitasi, renovasi, dan konstruksi sederhana. Konstruksi bangunan baru yang tidak sederhana,
dibangun oleh Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran untuk
selanjutnya diserahkan kepada Kelompok Masyarakat penerima sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
Contoh:
(1)Pembangunan/pemeliharaan jalan desa/kampung,
(2)Pembangunan/pemeliharaan saluran irigrasi mikro/kecil,
(3)pengelolaan sampah di pemukiman,
(4)pembangunan sumur resapan,
(5)pembuatan gapura atau pembangunan/ peremajaan kebun rakyat.
b) Peningkatan pembangunan non fisik bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Contoh:
(1)Pelayanan peningkatan gizi keluarga di posyandu,
(2)Pelayanan kesehatan lingkungan, atau peningkatan kualitas sanitasi sederhana.
10) Barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang bersangkutan,
Contoh:
a) Pembuatan soal ujian
b) Pembuatan sistem keamanan informasi.

Berdasarkan hasil identifikasi Pengadaan Barang/Jasa dan ketersediaan calon pelaksana swakelola serta
kriteria barang/jasa yang dapat dilakukan secara swakelola, maka dapat ditentukan tipe Swakelola yang akan
dilaksanakan. Tipe Swakelola terdiri atas:
1) Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran; Contoh : Pelatihan untuk para sukarelawan pemberian
vaksin oleh Kementerian A
2) Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain
pelaksana Swakelola;
Contoh : Pelaksanaan pelatihan mengemudi untuk sopir angkutan umum antara Pemda A dengan
Kementerian B
3) Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola;
Contoh : Kegiatan pemberian vaksin rabies untuk hewan peliharaan oleh Perhimpunan Dokter Hewan
Indonesia (PDHI) dengan anggaran dari Pemda A
4) Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah penanggung
jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi
oleh Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
Contoh : Kegiatan Pemberian makanan tambahan untuk anak balita oleh PKK dengan dana dari
Kelurahan A Pemda B.

b. Penyusunan Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK)


Setelah penetapan Tipe Swakelola, langkah berikutnya penyusunan spesifikasi teknis/KAK untuk Pengadaan
Barang/Jasa melalui Swakelola. Penyusunan spesfikasi teknis/KAK baik untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya dan jasa konsultansi dilakukan sesuai dengan kebutuhan lapangan oleh KPA dibantu
oleh PPK.

Spesifikasi Teknis adalah karakteristik total dari Barang/Jasa, yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan pengguna Barang/Jasa yang dinyatakan secara tertulis, sedangkan KAK adalah dokumen yang
menginformasikan gambaran uraian pekerjaan, data pendukung, ruang lingkup dan hal-hal lain yang disusun
oleh satuan kerja penanggungjawab anggaran.
Spesifikasi Teknis paling sedikit berisi, namun tidak terbatas pada:
1) Mutu/kualitas barang/jasa yaitu mutu Barang/Jasa yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Untuk
menyatakan mutu Barang/Jasa dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain:
a) Merek, penyebutan merek dimungkinkan terhadap komponen barang/jasa, suku cadang, bagian dari
satu sistem yang sudah ada, dan/atau barang/jasa dalam katalog elektronik atau toko daring.
Contoh pengadaan keramik merk A dalam kegiatan Swakelola perbaikan rumah tidak layak huni.
b) Standar yaitu menyatakan mutu Barang/Jasa berdasarkan standar yang sudah ada dan ditetapkan
oleh pihak berwenang. Contoh pengadaan bibit alpukat cipedak bersertifikat bibit unggul.
c) Sampel/contoh yaitu menyatakan mutu barang yang sulit digambarkan dalam bentuk kata-kata,
maka dinyatakan dengan sampel. Contoh produk kerajinan/souvenir.
d) Teknis yaitu menyatakan mutu Barang/Jasa dengan menggambarkan karakteristik fisik, Detil desain,
Toleransi, Material yang digunakan, Metode produksi/pelaksanaan, Persyaratan pemeliharaan,
Persyaratan operasi. contoh pembuatan sarana infrastruktur air limbah masyarakat dengan
spesifikasi teknis dilengkapi dengan gambar desain yang detil dan penjelasan singkatnya
e) Komposisi yaitu menyatakan mutu barang dengan menyebutkan, kandungan kimia yang
dikandungnya dan digunakan untuk pengadaan yang memerlukan komposisi kimia yang akurat.
Contoh produksi pupuk organik.
f) Fungsi dan kinerja yaitu menyatakan mutu Barang/Jasa dengan dinyatakan dalam fungsi-fungsi yang
harus dipenuhi oleh barang/jasa yang diadakan dan tingkat kemampuan dari fungsi- fungsi
barang/jasa tersebut. Contoh kegiatan pengembangan vaksin merah putih untuk penanganan
pandemi covid 19 dengan efikasi 90 %
2) Jumlah yaitu kuantitas Barang/Jasa yang diperlukan oleh pengguna.
3) Waktu yaitu waktu Barang/Jasa tersebut sampai ke lokasi, waktu pelaksanaan instalasi dan waktu
barang/jasa tersebut siap digunakan oleh pengguna.
4) Tingkat Pelayanan yaitu tingkat layanan yang harus diberikan oleh pelaksana Swakelola sampai dengan
barang/jasa tersebut dapat dimanfaatkan. Contohnya pengiriman sampai lokasi, instalasi, uji fungsi,
pelatihan, pemeliharaan dan bantuan teknik dan lain-lain.
KAK paling sedikit berisi, namun tidak terbatas pada:
1) Uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi pekerjaan.
2) Data-data penunjang meliputi Data Dasar, Standar Teknis, Studi-Studi Terdahulu, Referensi Hukum.
3) Ruang lingkup meliputi Lingkup Pekerjaan, Keluaran, Peralatan, Material, Personel dan Fasilitas dari
Pejabat Pembuat Komitmen, Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi, Lingkup
Kewenangan Pelaksana Swakelola, Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan, Personel, Jadwal Tahapan
Pelaksanaan Pekerjaan.
4) Hal-Hal Lain meliputi Produksi dalam Negeri, Persyaratan Kerjasama, Pedoman Pengumpulan Data
Lapangan dan Alih Pengetahuan.

2. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Dalam menyusun perkiraan biaya dapat menggunakan standar biaya masukan yang dikeluarkan oleh
Kementerian bidang yang mengatur keuangan atau instansi pemerintah daerah yang berwenang. Rencana
anggaran biaya (RAB) terdiri dari:
a. gaji tenaga ahli/teknis/upah tenaga kerja
b. biaya bahan/material (apabila diperlukan);
c. biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);
d. biaya Jasa Konsultansi (apabila diperlukan); dan/atau
e. biaya lainnya yang dibutuhkan,

EVALUASI MATERI POKOK


1. Cara pengadaan yang paling tepat untuk Pengadaan Barang/Jasa untuk pemberdayaan
masyarakat/meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan adalah
A. Swakelola
B. Tender
C. Penunjukan langsung
D. Epurchasing
2. Contoh Pekerjaan yang TIDAK dapat dilaksanakan melalui Swakelola adalah
A. Renovasi rumah sederhana tidak layak huni
C. Pembangunan posyandu
D. Pengadaan komputer
E. Pemberian makanan tambahan balita
3. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah
A. Penetapan sasaran Swakelola
B. Penetapan tim penyelenggara Swakelola
C. Penyusunan spesifikasi teknis/KAK
D. Rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan dan RAB
4. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat adalah
A. Direncananakan oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan kelompok
masyarakat, dilaksanakan dan diawasi oleh Kelompok Masyarakat
B. Direncanakan dan diawai oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran, dilaksanakan oleh kelompok
masyarakat
C. Direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh kelompok masyarakat
D. Direncanakan oleh K/L/PD penanggung jawab anggaran, dilaksanaan dan diawasi oleh kelompok
masyarakat.
5. Contoh Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola untuk
Meningkatkan Pemberdayanaan masyarakat adalah
A. Pengadaan ATK
B. Pemberian makanan tambahan untuk balita (PMT)
C. Pemberian kartu prakerja
D. Bantuan langsung tunai
6. Salah satu syarat Kelompok Masyarakat dapat ditunjuk sebagai pelaksana Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola adalah
A. Memiliki Badan Hukum
B. Surat Pengukuhan oleh pejabat berwenang
C. Laporan keuangan yang telah di audit
D. Nomor Ijin Berusaha (NIB)
7. Di bawah ini merupakan salah satu dari bagian dari spesifikasi teknis Swakelola adalah
A. Latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, sumber pendanaan, dan barang/jasa yang disediakan
B. Mutu barang/jasa
C. Harga perkiraan sendiri
D. Biaya personil
8. Referensi yang dapat digunakan untuk penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah
A. Harga perkiraan sendiri
B. Standar Biaya Masukan (SBM)/harga satuan Kepala daerah
C. Harga yang dikeluarkan oleh asosiasi terkait
D. Harga yang dikeluarkan oleh penyedia jasa konsultansi
9. Rencana Pengadaan barang/Jasa melalui Swakelola di tetapkan oleh………..
A. PPK
B. PA/KPA
C. Pokja Pemilihan
D. Pejabat Pengadaan
10. Kerjasama penelitian pembuatan vaksin antara Pemerintah Daerah dengan Lembaga Penelitian
Universitas Negeri termasuk Pengadaan Barang/Jasa melalui
A. Swakelola yang dilaksanakan oleh penangungjawab anggaran
B. Swakelola yang dilaksakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain
C. Swakelola yang dilaksakan oleh Organisasi Mayarakat
D. Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat
PERSIAPAN PENGADAAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA

PPK melakukan koordinasi persiapan Swakelola Tipe I/II/III/IV setelah penetapan DIPA/DPA
dengan memperhatikan penetapan sasaran yang ditetapkan oleh PA/KPA.
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola meliputi:
1. Penetapan penyelenggara Swakelola
2. Rencana kegiatan,
3. Jadwal pelaksanaan
4. Reviu spesifikasi teknis/KAK
5. Reviu RAB.
6. Finalisasi dan Penandatanganan Kontrak Swakelola (khusus Swakelola Tipe II/III/IV)

PENETAPAN PENYELENGGARA SWAKELOLA


Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang menyelenggarakan kegiatan melalui Swakelola.
Penyelenggara Swakelola terdiri atas:
a. Tim Persiapan memiliki tugas menyusun rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana
biaya.
b. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan melaporkan
melalui berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.
c. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik maupun
administrasi Swakelola

Persyaratan penyelenggara Swakelola:


a. Swakelola Tipe I.
Penyelenggara Swakelola Tipe I memiliki sumber daya yang cukup dan kemampuan teknis untuk
melaksanakan Swakelola. Pada prinsipnya, penyelenggara swakelola tipe I merupakan K/L atau
Perangkat Daerah penanggung jawab anggaran.
Swakelola Tipe I juga dapat dilaksanakan oleh:
1) Badan Layanan Umum (BLU) yang merupakan bagian dari Kementerian/Lembaga
penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk;
2) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang merupakan bagian dari Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran sebagai instansi induk; atau
3) Perguruan Tinggi Negeri yang merupakan bagian dari Kementerian/Lembaga penanggung
jawab anggaran.

b. Swakelola Tipe II.


Penyelenggara Swakelola Tipe II memiliki sumber daya yang cukup dan kemampuan teknis untuk
menyediakan barang/jasa.
Swakelola tipe II dapat dilaksanakan oleh:
1) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai
dengan pekerjaan Swakelola yang akan dilaksanakan;
2) UKPBJ Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang ditunjuk sebagai Agen Pengadaan
untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
3) Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain; atau
4) Perguruan Tinggi Negeri Kementerian/Lembaga lain.

c. Swakelola Tipe III.


Swakelola tipe III dilaksanakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat/Organisasi Masyarakat Sipil.
Swakelola tipe III juga dapat dilaksanakan oleh:
1) Perguruan Tinggi Swasta; atau
2) Organisasi profesi.
Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe III yaitu:
1) Berbadan hukum yayasan atau berbadan hukum perkumpulan yang telah mendapatkan
pengesahan badan hukum dari kementerian yang membidangi urusan hukum dan hak asasi
manusia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal perguruan tinggi swasta
dapat berbentuk badan hukum nirlaba lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2) Mempunyai status valid keterangan wajib pajak berdasarkan hasil konfirmasi Status Wajib
Pajak;
3) memiliki struktur organisasi/pengurus;
4) memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART);
5) Mempunyai bidang kegiatan yang berhubungan dengan Barang/Jasa yang diadakan, sesuai
dengan AD/ART dan/atau dokumen pengesahan;
6) Mempunyai Personel tetap dengan keilmuan dan pengalaman teknis menyediakan atau
mengerjakan barang/jasa sejenis yang diswakelolakan. Untuk personel yang ditugaskan
sebagai calon Ketua Tim Pelaksana wajib memiliki kemampuan manajerial;
7) Mempunyai atau menguasai kantor dengan alamat yang benar, tetap dan jelas berupa milik
sendiri atau sewa; dan
8) Dalam hal calon pelaksana Swakelola akan melakukan kemitraan, harus mempunyai
perjanjian kerja sama kemitraan yang memuat tanggung jawab masing-masing yang mewakili
kemitraan tersebut.

d. Swakelola Tipe IV
Persyaratan Penyelenggara Swakelola tipe IV yaitu: Surat Pengukuhan yang dikeluarkan oleh
Pejabat yang berwenang yang memuat:
1) memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi tempat pelaksanaan
kegiatan; dan
2) memiliki kemampuan untuk menyediakan atau mengerjakan barang/jasa
sejenis yang diswakelolakan.
Langkah-Langkah pembentukan tim penyelenggara Swakelola sesuai dengan Tipe Swakelola
dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Langkah-langkah yang harus dilakukan PA/KPA dan PPK dalam Menentukan Calon
Penyelenggara Swakelola

No Tipe Langkah-Langkah yang harus di lakukan PA/KPA


Swakelola dan PPK
1 Tipe I PA/KPA menetapkan Penyelenggara Swakelola yang terdiri dari Tim Persiapan,
Tim Pelaksana, dan Tim
Pengawas Swakelola atas usulan dari PPK
2 Tipe II 1. PA/KPA penanggung jawab anggaran menetapkan Penyelenggara Swakelola
yang terdiri dari Tim Persiapan dan Tim Pengawas Swakelola atas usulan dari
PPK.
2. PA/KPA menyampaikan permintaan kesediaan kepada pejabat
Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah lain yang mempunyai tugas dan
fungsi yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan diswakelolakan
3. Jika bersedia, PA/KPA melakukan Kesepakatan Kerjasama dengan pejabat
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain
4. PPK meminta calon pelaksana Swakelola untuk mengajukan proposal dan RAB
5. Calon Pelaksana mengajukan proposal dan RAB
3 Tipe III 1. PA/KPA menetapkan Penyelenggara Swakelola yang terdiri dari Tim Persiapan
dan Tim Pengawas Swakelola atas usulan dari PPK.
2. PPK melakukan survey pasar sebelum menyampaikan kesediaan
kepada calon pelaksana Swakelola untuk mengetahui ketersediaan calon
pelaksana Swakelola yang mampu di pasar.
Dalam hal hanya 1 calon pelaksana Swakelola yang mampu:
1. PA/KPA melalui PPK menyampaikan permintaan kesediaan kepada calon
pelaksana Swakelola untuk melaksanakan Swakelola.
2. Dalam hal calon pelaksana Swakelola bersedia, maka PA/KPA melakukan
penetapan calon pelaksana Swakelola sebagai pelaksana Swakelola.
3. Penanggung jawab calon pelaksana Swakelola menetapkan Tim Pelaksana
Swakelola
4. PPK meminta calon pelaksana Swakelola untuk mengajukan proposal dan
RAB
5. Calon Pelaksana mengajukan proposal dan RAB

Dalam hal terdapat lebih dari 1 calon pelaksana Swakelola yang mampu:
1. PPK dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) calon pelaksana Swakelola
2. Dalam hal calon pelaksana Swakelola tipe III telah terpilih melalui
mekanisme pemilihan calon pelaksana Swakelola, maka PA/KPA melakukan
penetapan calon pelaksana Swakelola sebagai pelaksana Swakelola
3. Penanggung jawab calon pelaksana Swakelola menetapkan Tim Pelaksana
Swakelola
4. PPK meminta calon pelaksana untuk mengajukan proposal dan RAB
5. Calon Pelaksana mengajukan Proposal dan RAB
4 Tipe IV Apabila Swakelola Tipe IV direncanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah:
1. PA/KPA melalui PPK menyampaikan undangan kepada Kelompok Masyarakat
di lokasi pelaksanaan pekerjaan Swakelola.
2. Jika Kelompok Masyarakat tersebut bersedia untuk melaksanakan pekerjaan
Swakelola, maka penanggung jawab Kelompok Masyarakat menyampaikan
surat pernyataan kesediaan sebagai pelaksana Swakelola
3. PA/KPA melakukan penetapan Kelompok Masyarakat sebagai pelaksana
Swakelola
4. Pimpinan Kelompok Masyarakat menetapkan Penyelenggara Swakelola yang
terdiri dari Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas Swakelola
5. PPK menugaskan pegawai pada instansi penanggung jawab anggaran untuk
melakukan pendampingan atau asistensi Penyelenggara Swakelola.
6. PPK meminta calon pelaksana mengajukan proposal dan RAB
7. Calon pelaksana mengajukan proposal da RAB

Apabila Swakelola Tipe IV merupakan usulan Kelompok Masyarakat:


1. PA/KPA menetapkan Kelompok Masyarakat sebagai calon pelaksana
Swakelola apabila terdapat ketersediaan anggaran dalam DIPA/DPA.
2. Pimpinan Kelompok Masyarakat menetapkan Penyelenggara Swakelola yang
terdiri dari Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas Swakelola.
3. PPK menugaskan pegawai pada instansi penanggung jawab anggaran untuk
melakukan pendampingan atau asistensi Penyelenggara Swakelola
4. PPK meminta calon pelaksana mengajukan proposal dan RAB Calon pelaksana
mengajukan proposal dan RAB.

Tabel 3.2 Penetapan Penyelenggara Swakelola


Tipe Penetapan
Swakelola
Tim Persiapan Tim Pengawas Tim Pelaksana

Tipe I PA/KPA Penanggung Jawab Anggaran

Tipe II PA/KPA Pimpinan K/L/PD lain


Penanggung Jawab Anggaran Pelaksana Swakelola

Tipe III Pimpinan Calon


Pelaksana Swakelola

Tipe IV Pimpinan Kelompok Masyarakat

2. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan Swakelola adalah daftar kegiatan yang harus dilakukan Tim Pelaksana Swakelola
dalam rangka mencapai sasaran output (keluaran) yang telah ditetapkan. Rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, tahap pengawasan dan pelaporan.
Contoh rencana kegiatan Swakelola Tipe II kegiatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
pengemudi angkutan umum.

Tabel 3.3 Kegiatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pengemudi angkutan umum TA 2021
No Kegiatan Penanggungjawab
I. Tahap Persiapan
1 Surat Penetapan Tim Persiapan dan PA/KPA
Pengawas
2 Surat Penetapan Tim Pelaksana Pimpinan K/L/PD Lain
3 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Jadwal Tim Persiapan dan Tim Pelaksana
pelaksanaan
4 Reviu spesifikasi teknis dan RAB Tim Persiapan dan Tim Pelaksana
5 Penyusunan rancangan Kontrak PPK dan Ketua Tim Pelaksana
6 Penandatanganan Kontrak Swakelola Tipe II PPK dan Ketua Tim Pelaksana
II. Tahap Pelaksanaan
7 Undangan kepada peserta pelatihan Ketua Tim Pelaksana
8 Registrasi peserta Ketua Tim Pelaksana
9 Pembukaan Ketua Tim Pelaksana
10 Pelaksanaan pelatihan selama 5 hari Ketua Tim Pelaksana
11 Uji kompetensi Ketua Tim Pelaksana
12 Pembayaran PPK dan Ketua Tim Pelaksana
III. Tahap Pelaporan
13 Pengawasan dilakukan Sejak Tahap Persiapan Tim Pengawas
sd Serah terima
14 Laporan Pelaksanaan Pekerjaan selesai 100% PPK dan Ketua Tim Pelaksana
15 BA. Penyerahan Pekerjaan PPK dan Ketua Tim Pelaksana
16 BA. Serah Terima Hasil Pekerjaan PPK dan PA

3. Jadwal Pelaksanaan Swakelola


Jadwal kegiatan adalah rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang terperici.
Dalam menyusun jadwal pelaksanaan dengan ketentuan:
a. menetapkan waktu dimulainya hingga berakhirnya pelaksanaan Swakelola; dan/atau
b. menetapkan jadwal pelaksanaan swakelola berdasarkan kebutuhan dalam KAK, termasuk
jadwal pengadaan barang/jasa yang diperlukan.
Contoh rencana Kegiatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pengemudi angkutan umum
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Kegiatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pengemudi angkutan
umum

No Kegiatan Waktu Pelaksaaan ( hari)


I. Tahap Persiapan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Surat Penetapan Tim Persiapan dan Pengawas
2 Surat Penetapan Tim Pelaksana
3 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Jadwal
pelaksanaan
4 Reviu spesifikasi teknis dan RAB
5 Penyusunan rancangan Kontrak
6 Penandatanganan Kontrak Swakelola Tipe II
II. Tahap Pelaksanaan
7 Undangan kepada peserta pelatihan
8 Registrasi peserta
9 Pembukaan
10 Pelaksanaan pelatihan selama 5 hari
11 Uji kompetensi
12 Pembayaran
III. Tahap Pelaporan
13 Pengawasan dilakukan Sejak Tahap Persiapan
sd Serah terima
14 Laporan Pelaksanaan Pekerjaan selesai 100%
15 BA. Penyerahan Pekerjaan
16 BA. Serah Terima Hasil Pekerjaan

4. Reviu Spesifikasi Teknis/KAK


Pada Swakelola Tipe I, Tim Persiapan melakukan reviu atas spesifikasi teknis/KAK yaitu
menyesuaikan target/sasaran KAK perencanaan Swakelola dengan anggaran yang tercantum dalam
DIPA/DPA
Pada Swakelola Tipe II, III dan IV Tim Persiapan melakukan reviu atas proposal Tim Pelaksana
yaitu menyesuaikan target/sasaran KAK perencanaan Swakelola dengan anggaran yang tercantum
dalam DIPA/DPA.

5. Reviu rencana anggaran biaya (RAB)


RAB adalah perkiraan perhitungan atas banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan, alat dan
upah serta biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan. Pada
Swakelola Tipe I RAB dibuat oleh K/L/PD penggungjawab anggaran sedangkan pada Swakelola
Tipe II, III dan IV RAB berdasarkan proposal dari calon pelaksana Swakelola baik Instansi
lain/Ormas/Pokmas.
Tim persiapan dan PPK melakukan reviu terhadap RAB yang diajukan Tim pelaksana.
a. Swakelola Tipe I
Tim persiapan mereviu RAB tahap perencanaan apakah masih sesuai dengan anggaran
yang tersedia pada DIPA/DPA dan kemudian menyusun RAB yang lebih detail. Rencana
anggaran biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga ahli/teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang), honor
narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila
diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);
4) biaya Jasa Konsultansi (apabila diperlukan); dan/atau
5) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi, laporan.

Tim persiapan dan PPK dalam melakukan reviu RAB harus memperhitungkan pajak-pajak
sesuai perundang-undangan yang berlaku antara lain:
1) Batasan belanja nilai barang/jasa yang dikenai PPN.
2) Honor tenaga ahli/narasumber/ penyelenggara swakelola harus memperhatikan
ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai status pegawai tenaga
ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS atau Non PNS.
3) Belanja bahan/materil harus memperhatikan ketentuan tentang PPN barang, sama hal
dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan (jika diperlukan)

b. Swakelola Tipe II
Tim Pelaksana dalam menyusun RAB terkait data/informasi biaya personil dan biaya
lainnya yang digunakan dalam penyelenggaraan Swakelola tipe II dapat menggunakan
standar biaya masukan yang dikeluarkan oleh kementerian bidang yang mengatur
keuangan atau instansi pemerintah daerah yang berwenang.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga ahli/teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang), honor
narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan); dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi, laporan.
Dalam hal Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola telah
mempunyai standar biaya yang telah ditetapkan sebagai PNBP maka penyusunan RAB
berdasarkan tarif yang telah ditetapkan dalam PNBP tersebut. Apabila dalam pelaksanaan
Swakelola Tipe II terdapat kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka:
1) Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola yang
menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka semua kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa
sudah dimasukan dalam Kontrak Swakelola; atau -
2) Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola yang
belum/tidak menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa dapat:
a) dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
b) dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk melaksanakan
pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan bahan/material/jasa lainnya
pendukung dilakukan melalui kontrak terpisah oleh PPK.
Tim persiapan dan PPK dalam melakukan reviu terhadap proposal dari tim pelaksana
harus memperhitungan pajak-pajak sesuai perundang- undangan yang berlaku antara lain :
1) Status calon pelaksana Swakelola (PNBP/BLU/BLUD/PTNBH), jika berstatus PTNBH
maka harus memperhatikan jenis pekerjaan yang dikenakan PPN dan tidak dikenakan
PPN.
2) Batasan nilai belanja barang/jasa yang dikenai PPN.
3) Honor tenaga ahli/narasumber/ penyelenggara swakelola harus memperhatikan
ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai status pegawai tenaga
ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS atau Non PNS
4) Belanja bahan/materil harus mempehatian ketentuan tentang PPN dan PPh barang,
sama hal dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan (jika diperlukan)

c. Swakelola Tipe III


Tim Pelaksana menyusun RAB berdasarkan data/informasi yang dapat digunakan dalam
menentukan besaran biaya personel antara lain:
1) gaji personel dari kontrak yang pernah atau sedang dilaksanakan; atau
2) informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji personel/ahli/teknis, upah petugas lapangan (koordinator lapangan, petugas
lapangan, dan lain-lain), honor narasumber dan honor tim Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan); dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi, laporan.
Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe III terdapat kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia maka kebutuhan pengadaan barang/jasa dapat:
1) dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
2) dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk melaksanakan
pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung
dilakukan melalui kontrak terpisah oleh PPK.
Tim persiapan dan PPK dalam melakukan reviu terhadap proposal dari Tim pelaksana
swakelola harus memperhitungan pajak-pajak sesuai perundang-undangan yang berlaku
antara lain :
1) Batasan nilai belanja barang/jasa yang dikenai PPN.
2) Honor tenaga ahli/narasumber/ penyelenggara swakelola harus memperhatikan
ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai status pegawai tenaga
ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS atau Non PNS.
3) Belanja bahan/materil harus mempehatian ketentuan tentang PPN barang, sama hal
dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan (jika diperlukan)
d. Swakelola Tipe IV
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala tukang, tukang), honor
narasumber, dan honor Tim Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang (apabila diperlukan); dan/atau
3) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat, komunikasi, laporan
Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe IV terdapat kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia maka kebutuhan pengadaan barang/jasa dapat:
1) dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
2) dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk melaksanakan
pengadaan bahan/material/ jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung
dilakukan melalui kontrak terpisah oleh PPK
PPK dalam melakukan reviu terhadap proposal dari Tim Persiapan dan Tim Pelaksana
harus memperhitungan pajak-pajak sesuai perundang- undangan yang berlaku antara lain :
1) Batasan nilai belanja barang/jasa yang dikenai PPN
2) Honor tenaga ahli/narasumber/penyelenggara swakelola harus memperhatikan
ketentuan PPh 21 (tarif progresif) dan PPh final sesuai status pegawai tenaga
ahli/narasumber/penyelenggara swakelola PNS atau Non PNS
3) Belanja bahan/materil harus mempehatian ketentuan tentang PPN barang, sama hal
dengan belanja jasa lainnya dan jasa konsultan (jika diperlukan)

6. Finalisasi dan Penandatanganan Kontrak Swakelola


Tim Persiapan dan Tim Pelaksana menyusun Rancangan Kontrak Swakelola dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Dalam hal terdapat perbedaan antara biaya yang diusulkan dengan anggaran yang disetujui
dalam DIPA/DPA, PPK dibantu oleh Tim Persiapan melakukan negosiasi teknis dan harga
dengan Tim Pelaksana Swakelola. PPK menetapkan spesifikasi teknis/KAK dan RAB setelah
negosiasi dengan Tim Pelaksana mencapai kesepakatan. Hasil negosiasi dituangkan dalam
berita acara hasil negosiasi dan menjadi dasar penyusunan Kontrak Swakelola.
b. PPK menandatangani Kontrak Swakelola dengan pimpinan pelaksana Swakelola. Kontrak
Swakelola paling kurang berisi:
1) para pihak;
2) Barang/Jasa yang akan dihasilkan;
3) nilai yang diswakelolakan sudah termasuk seluruh kebutuhan Barang/Jasa pendukung
Swakelola;
4) jangka waktu pelaksanaan; dan
5) hak dan kewajiban para pihak
6) Sanksi
c. Khusus Swakelola Tipe II, kontrak antara PPK dengan ketua Tim Pelaksana, Tipe III antara PPK
dengan pimpinan pelaksana swakelola dan Tipe IV antara PPK dengan pimpinan Pokmas,
sedangkan untuk Swakelola Tipe I tidak memerlukan Kontrak.

Tahapan persiapan dari Swakelola Tipe I, II, III dan IV dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
Tabel 3.5 Tahap Persiapan Swakelola Tipe I
No Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
1 Penetapan Penyelenggara Swakelola PPK PA/KPA
2 Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
3 Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
4 Reviu Spesifikasi teknis/KAK Tim Persiapan PPK
5 Reviu RAB Tim Persiapan PPK

Tabel 3.6 Tahap Persiapan Swakelola Tipe II


No Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
1 Penetapan Penyelenggara Swakelola
Tim Persiapan dan Tim Pengawas PPK PA/KPA
Penanggungjawab Penanggungjawab
Anggaran Anggaran
Tim Pelaksana K/L/PD lain Pelaksana Pimpinan K/L/PD
Swakelola lain Pelaksana Swakelola
2 Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
3 Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
4 Reviu spesikasi teknis/KAK
5 Reviu RAB Tim Persiapan PPK
6 Finalisasi dan penandatanganan PPK dan Ketua Tim pelaksana
kontrak swakelola

Tabel 3.7 Tahap Persiapan Swakelola Tipe III


No Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
1 Penetapan Penyelenggara Swakelola
Tim Persiapan dan Tim Pengawas PPK PA/KPA
Penanggungjawab Penanggungjawab
Anggaran Anggaran
Tim Pelaksana Ormas Pelaksana Pimpinan Pelaksana
Swakelola Swakelola
2 Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
3 Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
4 Reviu spesikasi teknis/KAK
5 Reviu RAB Tim Persiapan PPK
6 Finalisasi dan penandatanganan PPK dan Ketua Ormas
kontrak swakelola

Tabel 3.8 Tahap Persiapan Swakelola Tipe IV


No Kegiatan Para Pihak
Penyusun Penetapan
1 Penetapan Penyelenggara Swakelola
Tim Persiapan Tim Pelaksana Tim Kelompok Masyarakat Pimpinan Kelompok
Pengawas Pelaksana Swakelola Masyarakat
Pelaksana Swakelola
2 Rencana Kegiatan Tim Persiapan PPK
3 Jadwal Pelaksanaan Tim Persiapan PPK
4 Reviu spesikasi teknis/KAK Pegawai yang ditugaskan PPK
5 Reviu RAB Tim Persiapan PPK
6 Finalisasi dan penandatanganan kontrak PPK dan Pimpinan Pokmas
swakelola

EVALUASI MATERI POKOK 3


1. Kegiatan yang termasuk persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah….
A. Penentuan Tipe Swakelola
B. Penyusunan spesifikasi teknis/KAK
C. Penetapan Penyelenggara Swakelola
D. Penandatangan kontrak Swakelola
2. Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan Tim Pengawas Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
yang dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat di tetapkan oleh….
A. PA/KPA
B. PPK
C. Pimpinan Kelompok Masyarakat
D. Pimpinan Ormas
3. Pihak yang bertanggung jawab untuk menyusuan rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan dan
RAB Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola adalah….
A. Tim Persiapan
B. Tim Perencana
C. Tim Pelaksana
D. Tim Pengawas
4. Hasil persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dituangkan dalam ….
A. KAK Kegiatan/Sub kegiatan
B. Proposal penelitian
C. Kontrak Swakelola
D. Sasaran kegiatan
5. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah(K/L/PD) penanggungjawab anggaran dapat
menggunakan tenaga ahli sebanyak….
A. Tidak lebih dari 50% jumlah pegawai K/L/PD yang terlibat pekerjaan ini.
B. Tidak lebih dari 50% jumlah anggota tim pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan
ini.
C. 60% - 70% jumlah pegawai K/L/PD yang terlibat pekerjaan ini.
D. Sesuai kebutuhan.

6. Yang BUKAN kegiatan Persiapan pengadaan melalui Swakelola adalah….


A. Penentuan Tipe Swakekola
B. Penetapan sasaran Swakelola
C. Penetapan tim penyelenggara Swakelola
D. Penetapan Rencana Kegiatan
7. Ketentuan dalam penyusunan jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Swakelola adalah….
A. berdasarkan kebutuhan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan barang/jasa
yang diperlukan
B. Jadwal disusun sesuai dengan permintaan PA/KPA penanggungjawab anggaran
C. Jadwal disusun sesuai dengan usulan Ketua Kelompok Masyarakat
D. Jadwal berdasarkan usulan masyarakat hasil musrenbang
8. Penetapan Tim Pelaksana pada Pengadaan barang/Jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan
oleh Organisasi Masyarakat adalah….
A. Pimpinan Organisasi Masyarakat
B. PA/KPA
C. PPK
D. Ketua Tim pelaksana
9. Sasaran keluaran (output) Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola ditetapkan
berdasarkan?
A. Dokumen kinerja/anggaran
B. Penetapan Tim Persiapan
C. Penetapan PPK
D. Tim persiapan
10. Tim Persiapan boleh merangkap sebagai Tim Pengawas dalam
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola….
A. Swakelola yang dilaksanakan oleh penanggung jawab anggaran,
Kemenenterian/Lembaga/Perangkat Daerah lain dan Ormas
B. Swakelola yang dilaksanakan oleh penanggungjawab anggaran
C. Swakelola yang dilaksanakan oleh Organisasi Masyarakat
D. Swakelola yang dilaksanakan oleh Kemenenterian/Lembaga/Perangkat Daerah

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA


Pelaksanaan Swakelola dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak Swakelola, kecuali
Swakelola Tipe I dilaksanakan berdasarkan kesesuaian antara volume, jenis pekerjaan, spesifikasi
teknis/KAK dan waktu pelaksanaan. Jika dalam perlaksanaan Swakelola ada perbedaan kondisi
lapangan dengan kontrak, maka PPK dan Tim Pelaksana/Pimpinan Pelaksana Swakelola dapat
melakukan perubahan yang dituangkan dalam addendum Kontrak.
Tahapan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola dilaksanakan dengan tahapan
sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Swakelola Tipe I


Pelaksanaan Swakelola Tipe I dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. PA/KPA dapat menggunakan pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain
dan/atau tenaga ahli.
b. Tim Pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan tahapan pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan/output sesuai dengan hasil persiapan.

Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan oleh PPK;
b. pengajuan kebutuhan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau tenaga pendukung),
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan kepada PPK sesuai dengan rencana
kegiatan;
c. penggunaan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau tenaga pendukung), sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja sarana prasarana/peralatan
dan material/bahan;
e. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan, yang meliputi:
1) Pembayaran upah tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau tenaga
pendukung) berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong;
2) Pembayaran gaji/honorarium tenaga ahli/narasumber (apabila diperlukan);
3) Pembayaran Jasa Lainnya atau Jasa Konsultansi; atau
4) Pembayaran bahan/material dan peralatan/suku cadang.
f. menyusun laporan Swakelola dan dokumentasi sesuai dengan yang diatur dalam dokumen
Kontrak.

Contoh: Swakelola Tipe I


a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa LKPP melakukan pengadaan untuk
pembuatan Modul Bahan Ajar Pengadaan Barang/Jasa tingkat Dasar. Pengadaan Barang/Jasa
dilakukan melalui swakelola dengan menggunakan Tipe I. Dalam hal ini, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Pengawasan dilakukan oleh Tim Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan
Barang/Jasa LKPP. Tenaga Ahli direkrut dari eksternal dengan jumlah tidak melebihi 50% dari
jumlah Tim Pelaksana penyelenggara Swakelola.
b. Dinas Kesehatan Kota A akan melaksanakan kegiatan bimbingan teknis untuk 1000 relawan
tenaga medis tentang tata cara penanganan pasien covid-19. Kegiatan ini dilakukan sebelum
mereka ditempatkan di rumah sakit terdekat. Kegiatan tersebut membutuhkan narasumber,
alat peraga, konsumsi dan perlengkapan bimtek. Bimtek dilaksanakan selama 3 hari, lokasi
kegiatan dilakukan di Auditorium Dinas Kesehatan Kota A dengan tim penyelenggara dari
instansi sendiri

2. Pelaksanaan Swakelola Tipe II


Pelaksanaan swakelola Tipe II dilakukan dengan memperhatikan persiapan yang telah dilakukan
sebelumnya sebagai berikut:
a. Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola sudah termasuk kebutuhan
barang/jasa yang diperoleh melalui Penyedia.
b. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK yang telah ditetapkan oleh PPK;
c. pengajuan kebutuhan tenaga teknis, tenaga kerja, peralatan dan material/bahan sesuai dengan
rencana kegiatan/sub kegiatan/output;
d. penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan material/bahan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan;
e. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan;
f. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola pelaksana Swakelola dilarang
mengalihkan pekerjaan utama kepada pihak lain.
g. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
h. Dalam hal dibantu oleh tenaga ahli yang berasal dari luar pelaksana Swakelola, jumlah tenaga
ahli paling banyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana atau sekurang-kurangnya
berjumlah 1 (satu) orang. Tenaga ahli/pendukung lapangan termasuk dalam bagian Kontrak
Swakelola.
i. menyusun laporan Swakelola dan dokumentasi sesuai dengan yang diatur dalam dokumen
Kontrak;
j. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK Bersama
Ketua Tim Pelaksana melakukan perubahan kontrak meliputi perubahan volume, jenis
kegiatan, spesifikasi teknis/KAK dan waktu pelaksanaan.
Contoh Swakelola Tipe II
a. LKPP dengan Lembaga Administrasi Negara (LAN) membuat suatu kajian tentang
pembentukan Pusdiklat Pengadan Barang/Jasa. LKPP sebagai penangung jawab anggaran dan
LAN sebagai Pelaksanan Swakelola Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui swakelola
dengan menggunakan Tipe II. Dalam hal ini, Perencanaan dan Pengawasan dilakukan oleh Tim
LKPP Pusdiklat Pengadan Barang/Jasa. Sedangkan Pelaksanaan dilakukan oleh tim dari
Lembaga Administrasi Negara (LAN). Pelaksanaan pekerjaan tersebut tenaga ahli sebaiknya
11 orang, dari pihak LAN sendiri memiliki 10 orang tenaga ahli, sehingga membutuhkan
tenaga ahli tambahan 1 orang non PNS.
b. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
melakukan penelitian dan Pengembangan vaksin merah putih untuk penanganan pandemi
Covid 19. BRIN sebagai penangungjawab anggaran dan PTN sebagai pelaksana Swakelola.
Pelaksanaan pekerjaan tersebut tenaga ahli sebaiknya 22 orang, dari pihak PTN sendiri
memiliki 20 orang tenaga ahli, sehingga membutuhkan tenaga ahli 2 orang non PNS.

3. Pelaksanaan Swakelola Tipe III


Pelaksanaan Swakelola tipe III, dilaksanakan oleh Organisasi Kemasyarakatan/PTS/Asosiasi
Profesi. Perlu dipahami bahwa Perencanaan dan Pengawasan Swakelola Tipe III ini dilakukan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggungjawab anggaran.
Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan KAK yang telah ditetapkan oleh PPK;
b. pengajuan kebutuhan tenaga kerja (tenaga teknis, tenaga ahli, tenaga kerja atau tenaga
pendukung), sarana prasarana/peralatan dan material/bahan sesuai dengan Kontrak
Swakelola;
c. penggunaan tenaga kerja (tenaga teknis, tenaga kerja atau tenaga pendukung), sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan;
e. Pelaksana Swakelola dilarang mengalihkan pekerjaan utama kepada pihak lain.
f. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
g. Dalam hal dibantu oleh tenaga ahli yang berasal dari luar pelaksana Swakelola, jumlah tenaga
ahli paling banyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana atau sekurang-kurangnya
berjumlah 1 (satu) orang. Tenaga ahli/pendukung lapangan termasuk dalam bagian Kontrak
Swakelola
h. menyusun laporan Swakelola dan dokumentasi sesuai dengan yang diatur dalam dokumen
Kontrak;
i. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK Bersama
Ketua Organisasi Masyarakat melakukan perubahan kontrak meliputi perubahan volume, jenis
kegiatan, spesifikasi teknis/KAK dan waktu pelaksanaan.

Contoh Swakelola Tipe III:


a. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) kota A melakukan
Kontrak Swakelola dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia untuk
memberikan pelatihan kepada pengurus koperasi syariah. Dinas KUKM Kota A sebagai
penanggung jawab anggaran dan DSN MUI sebagai Pelaksana Swakelola. Pelaksana kegiatan
tersebut membutuhkan 11 orang, DSN MUI memiliki 10 orang tenaga pelaksana, sehingga
memerlukan tambahan 1 orang dari luar DSN MUI.
b. Dinas Sosial Kota B melakukan Kontrak Swakelola dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
untuk pendataan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Dinas Sosial Kota A
sebagai Penanggungjawab anggaran dan PTS sebagai Pelaksana Swakelola. Pelaksanan
kegiatan tersebut membutuhkan sebanyak 110 orang
personil, dari PTS memiliki 100 orang, sehingga perlu tambahan 10 orang diluar pegawai PTS
tersebut.

4. Pelaksanaan Swakelola Tipe IV


Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan swakelola dilakukan berdasarkan kontrak antara PPK dengan pimpinan
Kelompok Masyarakat.
b. Apabila dalam pelaksanaan swakelola Tipe IV terdapat Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia maka dilaksanakan oleh Tim Pelaksana dengan berpedoman pada prinsip dan etika
Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak mampu untuk
melaksanakan pengadaan bahan/material/ jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung dilakukan
melalui kontrak terpisah oleh PPK
c. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
d. Tim pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan tahapan pelaksanaan
kegiatan berdasarkan Kontrak Swakelola yang telah disepakati.

Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan KAK yang telah ditetapkan oleh PPK;
b. pengajuan kebutuhan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan material/bahan sesuai
dengan rencana kegiatan;
c. penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan material/bahan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja (tenaga teknis, tenaga terampil
atau tenaga pendukung), sarana prasarana/peralatan dan material/bahan;
e. Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola dilarang mengalihkan pekerjaan utama kepada
pihak lain.
f. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
g. PPK menugaskan pegawai pada instansi penanggung jawab anggaran untuk melakukan
pendampingan atau asistensi Penyelenggara Swakelola. Dalam hal pendampingan/asistensi
penyelenggaraan Swakelola dibutuhkan tenaga ahli, PPK dapat melakukan perikatan/Kontrak
yang terpisah dari Kontrak Swakelola tipe IV
h. menyusun laporan Swakelola dan dokumentasi sesuai dengan yang diatur dalam dokumen
Kontrak;
i. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK Bersama
Ketua Organisasi Masyarakat melakukan perubahan kontrak meliputi perubahan volume, jenis
kegiatan, spesifikasi teknis/KAK dan waktu pelaksanaan.

Contoh Swakelola Tipe IV:


a. Kelurahan A melakukan kontrak Swakelola Tipe IV dengan PKK RW 01 untuk pemberian
makanan tambahan (PMT) setiap bulan dalam rangka meningkatkan gizi balita sebanyak 100
orang anak balita dengan biaya Rp. 10.000 per balita selama tahun 2021.
b. Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota B melakukan Kontrak Swakelola Tipe IV dengan
Kelompok Masyarakat yang berbentuk Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) untuk
melakukan renovasi rumah tidak layak huni untuk penduduk berpenghasilan rendah (tidak
mampu) sebanyak 5 (lima) unit rumah dengan biaya Rp.20 juta per unit rumah selama 2
bulan.

5. Pembayaran Swakelola
Dalam pelaksanaan swakelola, pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungan K/L/PD.
pembayaran swakelola mengikuti ketentuan yang diatur dalam Kontrak Swakelola.
Pembayaran pelaksanaan Swakelola antara lain :
a. Upah tenaga kerja contoh upah tukang bangunan dan pembantu tukang bangunan
b. Pembayaran honor tenaga ahli/narasumber contoh honor tenaga ahli pendamping
c. Pengadaan suku cadang/peralatan contoh alat pertukangan (cangkul, sekop dll)
d. Pengadaan bahan contoh bahan bangunan (semen, pasir, batu kali dll)
e. Biaya laporan contoh biaya fotokopi dan penjilidan laporan. Pembayaran dilakukan sesuai
dengan RAB yang menjadi lampiran
Kontrak Swakelola. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran Swakelola antara lain:
a. Pembayaran pengadaan melalui Swakelola tidak ada unsur keuntungan (profit)
b. Telah memperhitungkan komponen pajak (PPN dan PPh)

Ada beberapa cara pembayaran antara lain :


a. Bulanan adalah cara pembayaran pekerjaan berdasarkan prestasi pekerjaan setiap bulan
b. Termin adalah cara pembayaran berdasarkan prestasi kemajuan pekerjaan atau sering
disebut dengan bobot presentasi
c. Sekaligus adalah cara pembayaran setelah semua pekerjaan selesai 100 %.

Khusus untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dilakukan dengan cara Termin.
Pembayaran pekerjaan swakelola untuk Tipe I, II, III dan IV sebagai berikut :
a. Tipe I. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, yang meliputi:
1) Pembayaran upah tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau tenaga pendukung)
berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borong;
2) Pembayaran gaji/honorarium tenaga ahli/narasumber (apabila diperlukan);
3) Pembayaran Jasa Lainnya atau Jasa Konsultansi; atau
4) Pembayaran bahan/material dan peralatan/suku cadang
b. Tipe II. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai dengan kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola. Dasar pertimbangan dalam menentukan termin
kebutuhan adalah kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, untuk
kegiatan yang memerlukan biaya besar maka termin I dapat lebih besar dari termin
berikutnya. contoh pilot project penggemukan sapi lokal oleh Lembaga Penelitian PTN,
dibutuhkan termin I : 90 % untuk biaya pembuatan kendang dan anakan sapi (pedet) dan
Termin II : 10 % untuk biaya tenaga kerja, pakan dan dll.

c. Tipe III. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai kesepakatan yang
tercantum dalam kontrak swakelola.
contoh :
kegiatan pelatihan untuk para relawan pemberian vaksin Covid 19 antara Kementerian A
dengan Organisasi Profesi Perawat, pembayaran untuk kegiatan Swakelola Tipe III ini dibagi
dalam 2 termin : 70 %, dan 30 %. Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Termin 1 (satu) 70% (tujuh puluh persen) dari nilai Perjanjian Swakelola saat Pelaksana
Swakelola setelah tersedia data peserta pelatihan, lokasi pelatihan, data narasumber dan
materi pelatihan.
2) Termin 2 (dua) 30% (tiga puluh persen) setelah pekerjaan minimal mencapai 100%
(seratus persen)

Jika ada Peraturan Kepala daerah atau peraturan petunjuk teknis pelaksanaan, maka
ketentuan dan mekanisme pembayaran diatur dalam Kontrak Swakelola dengan
mempertimbangan ketentuan kepala daerah/juknis tersebut dan kebutuhan biaya di
lapangan.

d. Tipe IV. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai kesepakatan yang
tercantum dalam Kontrak Swakelola, contoh pembayaran dilakukan 4 tahap: 60 %, 30 %, dan
10 %
Contoh :
Sesuai Peraturan Kepala Daerah Provinsi A, pembayaran untuk Swakelola Tipe IV dibagi
dalam 4 termin : 60 %, 30 %, dan 10 %. Dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Termin 1 (satu) 60% (enam puluh persen) dari nilai Perjanjian Swakelola saat Pelaksana
Swakelola telah siap melaksanakan pekerjaan
2) Termin 2 (dua) 30% (tiga puluh persen) setelah pekerjaan minimal mencapai 30% (tiga
puluh persen)
3) Termin 3 (tiga) 10% (sepuluh persen) setelah pekerjaan minimal mencapai 100% (seratus
persen)
Jika tidak ada Peraturan Kepala daerah atau peraturan petunjuk teknis pelaksanaan, maka
ketentuan dan mekanisme pembayaran diatur dalam Kontrak Swakelola dengan
mempertimbangan kebutuhan biaya di lapangan.
EVALUASI MATERI POKOK 4
1. Pengadaan bahan/barang,peralatan/suku cadang dan tenaga ahli dalam Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola oleh Kelompok Masyarakat harus memperhatikan….
A. Prinsip dan etika pengadaan.
B. lnstruksidari PA/KPA.
C. Rekomendasi dari PPK.
D. Ketentuan pengadaan dari Pokja Pemilihan
2. Yang termasuk tugas PPK pada Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola ….
A. Menetapkan sasaran Swakelola
C. Menetapkan Tipe Swakelola
D. Membuat Nota Kesephaman pada pengadaan melalui Swakelola.
E. Menandatangani kontrak Swakelola
3. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat dilakukan berdasarkan....
A. Nota kesepahaman antara PPK dengan Pimpinan Pelaksana Swakelola
B. Kontrak antara PPK dengan Pimpinan Pokmas
C. Kontrak antara Tim Pelaksana dengan PPK
D. Kontrak antara Tenaga ahli dengan PPK
4. Salah satu tahapan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain diantaranya....
A. Menggunakan tenaga ahli yang berasal dari Perguruan Tinggi Swasta
C. Penggunaan tenaga ahli maksimum 50% dari umlah pegawai K/L/PD lain yang terlibat
melaksanakan Swakelola
D. Kesepakatan kerjasama antara PA/KPA dan pimpinan K/L/PD lain pelaksana Swakelola
E. Penandatanganan kontrak antara PA/KPA dan ketua Tim Pelaksana Swakelola pada K/L/PD
lain pelaksana Swakelola.
5. Salah satu hal yang dilakukan oleh Tim Pelaksana Swakelola ialah melaporkan penggunaan
keuangan secara berkala kepada….
A. PPK
B. PA/KPA
C. Ketua Kelompok Masyarakat
D. Pokja Pemilihan
6. Jika terjadi perbedaan antara hasil pemeriksaan volume pekerjaan di lapangan dengan volume
dalam kontrak, maka yang harus dilakukan PPK adalah…..
A. Melakukan Pemutusan Kontrak
B. Melakukan addendum kontrak
C. Memberikan sanksi denda 1/1000 dari nilai kontrak per hari
D. Menunjuk tim pelaksana lain untuk melanjutkan sisa pekerjaan
7. Dasar pembayaran dalam Kontrak Swakelola….
A. Perpres 16/2018
B. Ketentuan pembayaran dalam Kontrak Swakelola yang disepakati
C. Standar Biaya Masukan Menteri Keuangan
D. Peraturan Dirjen Perbendaharaan
8. Siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan serah terima hasil pekerjaan pada Kontrak
Swakelola Tipe II ?
A. Ketua Tim Pengawas kepada PPK
C. Ketua Tim Pelaksana kepada PPK
D. Pimpinan K/L/PD lain kepada PPK
E. Ketua Ormas kepada PA/KPA
9. Jika dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola di temukan adanya
pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis yang tertulis dalam Kontrak Swakelola , maka PPK
wajib….
A. Melakukan tindakan korekstif jika diperlukan
B. Melakukan pemutusan kontrak
C. Melaporkan kepada Aparat Penegak Hukum (APH)
D. Melakukan addendum kontrak
10. Apa yang harus dilakukan PPK jika menemukan adanya keterlambatan akibat perubahan
kondisi lapangan dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola ?
A. Melakukan addendum kontrak Swakelola
C. Melakukan pemutusan kontrak Swakelola
D. Memeriksa dan menguji hasil pekerjaan
E. Menanda tangani berita acara serah terima
PENGAWASAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA
Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Tim Pengawas Anggaran dan/atau oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola. Dalam skematik tahapan Swakelola memperlihatkan bahwa pengawasan
dilaksanakan sejak persiapan sampai dengan berakhirnya pelaksanaan pekerjaan tersebut.

1. Pengawasan
Pengawasan Swakelola meliputi:
a. Pengawasan administrasi
Dokumen administrasi merupakan bukti dari pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan sejak
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengawasan

Tabel 5.1 Dokumen pengawasan administrasi


No Tahapan Dokumen administrasi
1 Persiapan Penetapan Penyelenggara Swakelola
Penetapan rencana kegiatan
Penetapan jadwal pelaksanaan
Reviu Spesifikasi Teknis/KAK
Reviu RAB
Finalisasi dan penandatanganan Kontrak Swakelola (khusus
tipe II/III/IV)
Laporan Persiapan Swakelola
2 Pelaksanaan Surat kelengkapan pembayaran
Mobilisasi penggunaan sumberdana (tenaga kerja,
bahan/material/perlatan)
Dokumentasi kegiataan
Laporan hasil pekerjaan Swakelola
3 Serah terima Berita acara serah terima hasil pekerjaan
b. Pengawasan teknis
Pengawasan teknis Pekerjaan dibuat sesuai ketentuan dan kesepakatan yang tertulis dalam
Kontrak Swakelola meliputi
1) pengawasan kemajuan pelaksanaan kegiatan;
Meliputi pengawasan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan serta waktu pelaksanaan
dibandingkan dengan ketentuan dalam Kontrak Swakelola.
Untuk memonitoring kemajuan pekerjaan Swakelola berdasarkan laporan Tim
pengawas kepada PPK
2) pengawasan penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan; dan
3) pengawasan Pengadaan Barang/Jasa (jika ada).
Pengawasan PBJ ditekankan pada pencapaian implementasi prinsip prinsip pengadaan
barang/jasa.

c. Pengawasan keuangan
Pengawasan tertib administrasi keuangan meliputi rencana penggunaan dana, cara
pembayaran serta ketepatan penggunaan keuangan. Meliputi pengawasan rencana
penggunaan dana harus sesuai dengan RAB Kontrak, kelengkapan persyaratan pembayaran
serta kewajaran harga.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi Swakelola. Apabila dalam
hasil evaluasi ditemukan penyimpangan, Tim Pengawas melaporkan dan memberikan
rekomendasi kepada PPK, tim persiapan atau tim pelaksana untuk segera mengambil
tindakan korektif. Khusus Swakelola Tipe IV, Tim pengawas juga melaporkan dan
memberikan rekomendasi kepada ketua Kelompok Masyarakat.

2. Evaluasi Kinerja
Berdasarkan hasil pengawasan baik dari segi administrasi, teknis dan keuangan dapat dilakukan
evaluasi kinerja pelaksana Swakelola.
Evaluasi kinerja dapat dinilai dari berbagai aspek antara lain
a. kualitas dan Kuantitas pekerjaan
kualitas adalah totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang ditetapkan dalam kontrak Swakelola.
Kuantitas adalah jumlah output pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai dengan ketentuan
kontrak Swakelola. Evaluasi kualitas dan kuantitas untuk mengukur kesesesuaian hasil
pekerjaan dengan Kontrak Swakelola
b. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan swakelola,
Evaluasi waktu untuk mengukur penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dalam kontrak atau lebih cepat sesuai dengan kebutuhan PPK.
c. Biaya pekerjaan
Biaya pekerjaan adalah komponen biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
evaluasi biaya untuk mengukur pengendalian biaya dengan menginformasikan sejak awal
atas kondisi yang berpotensi menambah biaya dan perubahan kontrak yang diajukan sudah
didasari dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga penambahan biaya
dapat diantisipasi
d. Layanan
Layanan adalah kemampuan pelaksana swakelola untuk berkomunikasi dan tingkat respon
baik pada kondisi normal maupun jika ada masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
Swakelola.
Evaluasi layanan untuk mengukur :
1) Merespon permintaan dengan penyelesaian sesuai dengan yang diminta;
2) Pelaksana Swakelola dapat berkomunikasi dengan baik tentang perkembangan
pekerjaan di lapangan dan memberikan infomasi yang langkap jika terjadi masalah di
lapangan.
3. Sanksi
Sanksi adalah tindakan-tindakan (hukuman) untuk memaksa seseorang menaati aturan atau
menaati ketentuan undang-undang (KBBI, 2021). Sanksi berikan jika Pelaku Pengadaan
melakukan kesalahan atau pelanggaran dari ketentuan yang diatur dalam ketentuan pelaksanaan
Swakelola, baik untuk Swakelola Tipe I maupun Swakelola Tipe II/III/IV. Pemberian sanksi dalam
rangka pembinaan para Pelaku Pengadaaan agar dikemudian hari menjadi lebih baik Pelanggaran
dan Sanksi Terhadap Pelaku Pengadaan sesuai Proses Pengadaan.

Tabel 5.2 Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Pelaku Pengadaan


Tipe
No Sanksi Keterangan
Swakelola
1 Tipe I Pembatalan sebagai Sanksi dapat dikenakan kepada
penyelenggara Penyelenggara Swakelola atas adanya
swakelola pelanggaran penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
PPK terhadap penyelenggara Swakelola.
Penilaian PPK terhadap Penyelenggara
Swakelola dapat berdasarkan atas
penilaian PPK . Pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan
2 Tipe II Pembatalan sebagai Sanksi dapat dikenakan kepada
Pelaksana Swakelola Penyelenggara Swakelola atas adanya
3 Tipe III pelanggaran penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
PPK terhadap Penyelenggara Swakelola.
Penilaian PPK terhadap Penyelenggara
Swakelola dapat berdasarkan atas
penilaian PPK mandiri, ataupun laporan
tim pengawas kepada PPK.
Pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam kontrak
4 Tipe IV Sanksi dapat dikenakan kepada
Penyelenggara Swakelola atas adanya
pelanggaran penyelenggaraan Swakelola
berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh
PPK terhadap Penyelenggara Swakelola.
Pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam kontrak

EVALUASI MATERI POKOK 5


1. Ruang lingkup tugas Tim Pengawas pada Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah….
A. Administrasi, teknis, dan keuangan
C. Teknis dan keuangan
D. Administrasi, Teknis dan Harga
E. Perencanaan, persiapan dan pelaksanaan
2. Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dilakukan sejak….
A. persiapan, pelaksanaan dan penyerahan hasil pekerjaan
B. Saat serah terima hasil pekerjaan
C. Pada saat pelaksanaan pekerjaan
D. Berdasarkan laporan tim pelaksana
3. Pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola untuk
mengetahui realisasi fisik antara lain ….
A. pengawasan penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan material/bahan
B. Verifikasi laporan pekerjaan
C. Verifikasi bukti pengeluaran
D. Dokumentasi hasil kegiatan
4. Tugas Tim Pengawas apabila dalam pengawasan menemukan adanya penyimpangan yang tidak
sesuai dengan ketentuan Kontrak Swakelola adalah….
A. Melakukan tindakan korektif
B. Melaporkan kepada PPK
C. Melakukan pemutusan Kontrak
D. Memberikan teguran kepada Ketua Tim Pelaksana
5. Yang BUKAN tugas Tim Pengawasan dalam Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah….
A. Penyusunan rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan dan RAB
B. Pengawasan administrasi
C. Pengawasan teknis
D. Pengawasan Keuangan
6. Kapan bisa dilakukan serah terima hasil pekerjaan dari Tim Pelaksana kepada PPK?
A. Setelah Tim Pengawas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan
B. Setelah pembayaran 100 %
C. Setelah laporan kemajuan disetujuai oleh PA/KPA
D. Setelah Kontrak berakhir
7. Siapa yang berhak menerima laporan pengawasan Swakelola oleh Tim Pengawas Pengadaan
Barang/jasa melalui Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat?
A. PPK dan Pimpinan Kelompok Masyarakat
B. Tim Pelaksana dan PPK
C. Tim Persiapan dan Tim Pelaksana
D. PA/KPA dan PPK
8. Contoh tindakan yang dilakukan oleh PPK jika pada pelaksanaan Pengadaan barang/Jasa melalui
Swakelola terjadi keadaaan kahar….
A. Menghentikan atau melanjutkan pekerjaan
B. Melakukan Penyesuain harga
C. Membatalkan kontrak
D. Memberikan sanksi denda keterlambatan
9. Apa yang perlu perhatihan jika dalam Kontrak Swakelola yang dilaksanakan oleh Kelompok
Masyarakat membutuhkan Pengadaan Barang/Jasa?
A. Mengikuti Perpres 16/2018
B. Sesuai prinsip dan etika pengadaan
C. Mengikuti Peraturan Kepala Daerah Setempat
D. Mengikuti Peraturan Kepala Desa Setempat.
10. Apa yang harus di rekomendasikan oleh Tim Pengawas kepada PPK jika hasil pengawasan di
temukan adanya pekerjaan yang belum selesai sementara waktu pelaksanaan kontrak sudah
berakhir?
A. Melakukan tindakan korektif agar Tim Pelaksana terus melanjutkan pekerjaan
B. Tidak perlu mengembalikan karena keuntungan Pokmas
C. Dibagikan kepada kepada Tim Pelaksana Swakelola
D. Dibelanjakan barang/jasa di luar RAB kontrak.

SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN


Tim Pelaksana melaporkan kemajuan pelaksanaan Swakelola dan penggunaan keuangan kepada PPK
secara berkala. Tim Pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan Swakelola kepada PPK dengan Berita
Acara Serah Terima. Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola dilaksanakan dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1. Tim pelaksana Swakelola menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan
kepada PPK melalui Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan; untuk Swakelola tipe III
diserahkan oleh Pimpinan Pelaksana Swakelola, dan Tipe IV oleh Ketua Pokmas/Pimpinan
Pokmas/Tim Pelaksana. ( lihat gambar 6.1)

Gambar 6.1. Laporan dan serah terima hasil pekerjaan

2. Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan
pemeriksaan oleh Tim Pengawas; dan PPK menyerahkan hasil pekerjaan (termasuk pembelian
barang/jasa yang berbentuk aset) kepada PA/KPA.
Contoh
a. Pelatihan pembuatan video promosi produk dengan kelompok masyarakat melalui Swakelola
Tipe IV. Dalam RAB ada pengadaan kamera, maka jika pekerjaan Swakelola telah selesai
100% maka barang aset berupa kamera harus diserahkan oleh Kelompok masyarakat
kepada PPK.
b. pelaksanaan swakelola dengan kelompok tani dalam rangka penanaman benih unggul padi.
Dalam pekerjaan tersebut, guna mendukung pencatatan perkembangan tanaman padi dan
hasilnya, maka diperlukan laptop. Ketika nanti pekerjaan penanaman benih unggul padi tadi
telah selesai hingga panen, maka laptop yang digunakan yang berasal dari aset pemerintah
maka barang tersebut harus kembali diserahkan ke PPK penanggung jawab anggaran.
Penyerahan aset ini terkait dengan barang modal yang tidak menjadi bagian utama
pekerjaan.
3. Dalam hal barang/jasa hasil pengadaan melalui Swakelola akan dihibahkan kepada Kelompok
Masyarakat, maka tata cara penyerahan hibah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(Lihat gambar 6.2)
Gambar 6.2. Serah Terima Hasil Pekerjaan dari PPK ke PA/KPA

EVALUASI MATERI POKOK 6


1. Siapa yang wajib menyerahkan laporan hasil pekerjaan pada Swakelola Tipe I?
A. PA/KPA
B. Tim Pelaksana
C. Ketua Ormas
D. Ketua Pokmas E.
2. Apa bukti bahwa hasil pekerjaan sudah diterima oleh PPK?
A. Sudah ditandatangani BAST oleh PPK dan Tim Pelaksana
B. Sudah ditandatangani BAST antara PPK dan KPA
C. Sudah ada Pembayaran dari PPK ke Tim Pelaksana
D. Sudah ad BAST dari Tim Pelaksana dan Tim Pengawas
3. Pihak yang menyerahkan hasil pekerjaan pada Swakelola Tipe III?
A. PPK
B. Tim Persiapan
C. Tim Pengawas
D. Pimpinan Pelaksana Swakelola
4. apa yang harus dilakukan terhadap barang berupa aset jika dalam RAB pelaksanaan swakelola
tipe IV ada belanja aset ?
A. Menjadi milik Pokmas
B. Diserahkan kepada PA/KPA
C. dihibahkan kepada Pokmas
D. Tidak dicatat sebagai aset
5. Siapa yang wajib menyerahkan hasil pekerjaan Swakelola Tipe IV?
A. PPK
B. PA/KPA
C. Pimpinan Pokmas
D. Tim Persiapan

RISIKO PENGELOLAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA

Dalam Pengadaan Barang/ Jasa melalui Swakelola diperlukan pemahaman tentang risiko yang
mungkin terjadi, berikut tabel risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Swakelola.
Contoh, namun tidak terbatas pada:
Tabel 7.1 Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Swakelola

No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Solusi


1 Perencanaan Tipe Pemilihan Pekerjaan tidak ● Pemilihan
Swakelola pelaksana dilaksanakan/ pelaksana
tidak tepat pekerjaan tidak sesuai berdasarkan
Swakelola sasaran kesanggupan dan
tidak pemenuhan
berdasarkan persyaratan
kompetensi pelaksanaan
teknis Swakelola
● Pembinaan ke
Ormas/Pokmas oleh
Pejabat Daerah
setempat
Spesifikasi Tim Hasil pekerjaan Penyusunan
Teknis tidak Persiapan tidak Spesifikasi Teknis
sesuai dan PPK optimal/tidak harus sesuai
kebutuhan tidak bisa ketentuan dan
sesuai
menguasai dimanfaatkan dengan kebutuhan
tata cara lapangan
penyusunan
spefikasi
Teknis yang
baik
RAB tidak Tim Terjadi Tim Persiapan dan
akurat persiapan pemborosan/bia PPK diberikan
dan PPK ya tidak akurat pembekalan dan di
tidak dampingi oleh
Tenaga
menguasi ahli
tata cara
penyusunan
RAB yang
sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku
2 Persiapan Sasaran tidak Tidak Ketidak jelasan Dilakukan
tercapai berdasarkan hasil dalam menyusun identifikasi
identifikasi kebutuhan kebutuhan dengan
kebutuhan survei/musrenbang
/ra pat koordinasi
Tidak dibentuk Tidak memahami Tidak ada koordinasi Di bentuk tim
tim penyelengga tata cara para pelaku penyelenggara sejak
ra Swakelola persiapan pengadaan melalui persiapan
Swakelola Swakelola pengadaan
Swakelola
rencana kegiatan, Tim Persiapan Pelaksanaan tidak Tim Persiapan dan
jadwal kegiatan dan PPK tidak sesuai rencana yg PPK dalam
dan RAB memahami tata telah di susun menyusun rencana
cara penyusunan kegiatan, jadwal dan
rencana kegiatan RAB harus sesuai
jadwal kegiatan kebutuhan lapangan
dan RAB
3 Pelaksanaan Pelaksanaan Para pihak yaitu Pelaksanaan Para pelaku PBJ
Kontrak PA/KPA, pekerjaan tidak yang terlibat
Swakelola tidak PPK dan sesuai dengan memahami
jelas sasaran pelaksana kebutuhan ketentuan
yang akan di Swakelola tidak penyusunan
capai memahami Kontrak Swakelola
ketentuan
Swakelola
4 Pengawasan Pekerjaan tidak Tim Pengawas Hasil pekerjaan Dilakukan
sesuai spesifikasi tidak memahami tidak sesuai pengawasan ketat
yang tertulis tata cara spesfikasi teknis yg terhadap spesifikasi
dalam Kontrak pengawasan tertulis dalam teknis pekerjaan
Swakelola spesifikasi teknis kontrak
pekerjaan
Biaya yang Tim Pengawas Pengeluaran tidak Dilakukan
dikeluarkan tidak tidak memahami sesuai RAB pengawasan
sesuai RAB tata cara keuangan dengan
pengawasan ketat
penggunaan
anggaran
Serah terima ● terjadi Ketidaktelitia n Hasil pekerjaan ● Perlu
kekurangan dan tidak tidak dengan pembinaan untuk
volume memhami ketentuan kontrak penyelenggara
pekerjaan prosedur serah Swakelola Swakelola
● ketidakses terima hasil ● Dilakukan
uaian spesifikasi pekerjaan pemeriksaan
teknis terlebih dahulu, jika
● barang/jasa sudah lengkap baru
tidak dapat dilakukan serah
dimanfaatk an terima

EVALUASI MATERI POKOK 7


1. Apa dampak yang dapat muncul jika perencanaan Swakelola tidak berdasarkan hasil identifikasi
kebutuhan ?
A. Pelaksanaan sesuai target
B. Terjadi efisiensi pelaksanaan Swakelola
C. Hasil pekerjaan tidak optimal/tidak bisa dimanfaatkan
D. Hasil pekerjaan segera dimanfaatkan
2. Apa solusi yang dapat dilakukan agar pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Swakelola tepat sasaran keluaran (output)?
A. Sasaran di tetapkan berdasarkan arahan pimpinan
B. Sasaran ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan dengan
survei/musrenbang/rapat koordinasi
C. Sasaran berdasarkan permintaan pemilik anggaran
D. Sasaran berdasarkan kemampuan penyedia barang/jasa
3. Apa penyebab dalam Kontrak Swakelola tidak jelas sasaran yang akan dicapai?
A. PPK dan Pelaksana Swakelola tidak memahami ketentuan Swakelola
B. Untuk mencapai target penyerapan anggaran
C. Perintah atasan langsung
D. Atas permintaan pelaksana Swakelola
4. Dampak yang akan terjadi jika tidak dilakukan pengawasan melalui berkala adalah…
A. Hasil pekerjaan tidak sesuai spesfikasi yang tertulis dalam kontrak
B. Pekerjaan lebih cepat selesai
C. Tidak ada gangguan
D. Hasil pekerjaan sesuai dengan kontrak
5. Apa solusi yang dapat diambil agar pengeluaran kegiatan Pengadaan barang/Jasa mellaui
Swakelola sesuai dengan RAB Kontrak?
A. Dilakukan pengawasan keuangan ketat
B. RAB harus di pegang oleh kedua belak pihak
C. RAB disusun setelah pelaksanaan Kontrak
D. RAB disusun berdasarkan bukti pengeluaran

MENGINDENTIFIKASI DAN MENGUMPULKAN BAHAN DAN/ATAU DATA DAN ATAU INFORMASI


YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA
Data dan informasi yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa melalui swakelola antara lain:
No Tahapan Jenis Informasi Sumber Bahan/Data/Informasi
1 Perencanaan Penetapan Tipe Data internal, lembaga Data kelengkapan persyaratan
Swakelola Pembina K/L/PD lain, Ormas dan Pokmas
Ormas/Pokmas
Contoh database ormas di wilayah
Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat
di : https://bakesbangpol.jakarta.
go.id/v2/pages/database_skt
Dapat juga di web Ditjen AHU
online Kemenkumham.
Spesifikasi Hasil rapat koordinasi Data identifikasi kebutuhan
teknis/KAK lapangan/musrenbang/rakor/
survei lapangan
RAB SBM/Harga satuan yang Honor tenaga kerja/penyelenggara
ditetapkan Kepala Swakelola, harga bahan/alat,
Daerah/harga hasil perjalanan dll
survey
2 Persiapan Sasaran PA/KPA Dokumen Kinerja/Anggaran
Penetapan K/L/PD penanggung Surat Keputusan (SK) Tim
Penyelenggara jawab anggaran, Persiapan, Tim Pengawas dan Tim
Swakelola K/L/PD Pelaksana
lain/Ormas/Pokmas
rencana kegiatan Tim Persiapan dan PPK Kegiatan yang akan dilaksanakan
jadwal kegiatan Tim Persiapan dan PPK Jadwal pelaksanaan
RAB Spesifikasi Teknis/KAK Analiasa harga satuan
Kontrak PPK Dokumen Kontrak Swakelola
swakelola
3 Pelaksanaan Laporan awal Pelaksana Swakelola Data persiapan pelaksanaan dan
rencana penggunaan dana
Laporan berkala Pelaksana Swakelola Progres dan realisasi keuangan,
(K/L/PD dokumentasi, evaluasi, tes atau uji
lain/Ormas/Pokmas) output pekerjaan, serta data
dukung
Berita acara serah Pelaksana swakelola Data hasil Penilaian prestasi
serima (K/L/PD pekerjaan
lain/Ormas/Pokmas)
4 Pengawasan Pengawasan Tim Pengawas Bukti-bukti pelaksanaan kegiatan
pelaksanaan (pengecekan
kegiatan langsung/foto/rekaman)
Laporan Tim Pengawas Kesesuaian perencanaan dengan
penggunaan dana realiasasi keuangan
Sanksi 1) Hasil penilain kinerja 1) Data-data hasil pengawasan
Pelaksana Swakelola oleh tim pengawas
2) Usulan sanksi dari 2) ketentuan sanksi sesuai
PPK ke PA/KPA peraturan dan peundangan
undangan untuk Swakelola Tipe I
dan ketentuan sanksi dalam
Kontrak untuk Swekelola Tipe
II/III/IV
3) Surat keputusan pemberian
sanksi oleh KPA
5 Serah Terima Laporan Tim Pengawas Data hasil pengawasan
hasil pengawasan administrasi, teknis dan
pekerjaan administrasi, keuangan
teknis dan
keuangan
EVALUASI MATERI POKOK 8
1. Apa bahan/data/informasi yang dapat digunakan untuk penentuan Tipe Swakelola?
A. Data kelengkapan persyataan K/L/PD lain, Ormas dan Pokmas
B. Berdasarkan arahan Pimpinan Instansi
C.Berdasarkan proposal Pelaksana Swakelola
D. Berdasarkan hasil rapat pembahasan anggaran
2. Siapa sumber informasi Kontrak Swakelola yang dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangat Daerah lain?
A. PPK dan Tim Pelaksana
B. Pokja Pemilihan
C.Ketua Kelompok Masyarakat
D. Pimpinan K/L/PD lain
3. Apa bahan/data/informasi yang digunakan sebelum dilakukan serah terima hasil pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola?
A. Laporan kemajuan dari Tim Pelaksana
B. Data hasil pekerjaan
C.Permintaan PPK
D. Kontrak Swakelola
4. Apa Bahan/data/informasi pengawasan teknis pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Swakelola?
A. Bukti-bukti pelaksanaan kegiatan (pengecekan langsung/foto/rekaman)
B. KAK
C. Kontrak Swakelola
D. Laporan Tim Pelaksana
5. Apa Bahan/data/informasi pengawasan keuangan pekerjaan melalui Swakelola?
A. Bukti –bukti penggunaan dana
B. Laporan Tim Pelaksana
C.RAB kontrak Swakelola
D. Spesifikasi teknis/KAK

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy