Tax Insight - PMK 136 - 2024
Tax Insight - PMK 136 - 2024
id
Menara Kadin, South Jakarta,
Indonesia, Level 26 Jl. HR. Rasuna
Said Blok X-5 Kav.2-3, East Kuningan,
Setiabudi, South Jakarta, Jakarta
GLOBAL TAXATION
February 2025
Dengan hadirnya ketentuan ini, Indonesia secara resmi mengikuti rezim GloBE
dan memastikan bahwa perusahaan multinasional dengan operasi di Indonesia
membayar pajak minimal 15%. Jika perusahaan induk di Indonesia punya anak
usaha di luar negeri dengan pajak di bawah 15%, Indonesia bisa mengenakan
pajak tambahan. Selain itu, jika perusahaan induk asing tidak menerapkan
pajak minimum, Indonesia bisa mengenakan pajak tambahan kepada entitas
bisnis yang ada di Indonesia sesuai dengan aturan UTPR.
For example, Company X, a member of the MNE Group (Constituent Entity), has a Caesar Subari
gross turnover of EUR 780,000,000 in 2023 and EUR 900,000,000 in 2024. In 2025, Phone: +62 877-7513-7199
Email: Caesar@ideatax.id
the third year, the gross turnover meets the GloBE provisions, so the MNE Group
company implements GloBE. Devira Ellena N.
Phone: +62 857-4989-2455
Sebagai contoh, perusahaan X, yang merupakan anggota Grup PMN (Entitas Email: devira@ideatax.id
Konstituen), memiliki peredaran bruto sebesar EUR 780.000.000 pada tahun
2023 dan sebesar EUR 900.000.000 pada tahun 2024 . Maka, pada tahun 2025, Shofia Alifa H.
yang mana pada tahun ketiga, nilai peredaran bruto tersebut telah memenuhi Phone: +62 815-1945-4295
ketentuan GloBE sehingga perusahaan Grup PMN tersebut menerapkan GloBE. Email: Shofiaalifa@ideatax.id
Constituent Entities exempt from the GloBE Rules include: Ideatax Office
a. Governmental entities;
Tel: +62 21 2519 6082
b. International organizations; Phone: +62 811 195 708
c. Non-profit organizations; Email: Consultant@ideatax.id
d. Pension funds; www.ideatax.id
e. Investment funds which are the ultimate parent entity ("UPE"); and
Menara Kadin, South Jakarta,
f. Real estate investment vehicles which are UPE. Indonesia, Level 26 Jl. HR.
Rasuna Said Blok X-5 Kav.2-3,
Adapun untuk entitas dari Grup PMN yang dikecualikan dari GloBE terdiri atas: East Kuningan, Setiabudi,
a. Badan pemerintah; South Jakarta, Jakarta
b.Organisasi internasional;
c.Organisasi nirlaba;
d.Entitas dana pensiun;
e.Entitas dana investasi yang merupakan Entitas Induk Utama; dan
f.Entitas dana investasi real estat (real estate investment vehicle) yang
merupakan Entitas Induk Utama.
[1]PMK 136 concerning the Imposition of Global Minimum Tax Under International Agreements – Article 30 Paragraph 1
[2] PMK 136 concerning the Imposition of Global Minimum Tax Under International Agreements – Article 1 Paragraph 35
According to PMK 136, companies with an ETR below 15% will be subject to top-up taxes through the following
schemes:
Income Inclusion Rule (“IIR”): If a subsidiary in another country pays less than 15% tax, the country where the
parent entity is located will impose a top-up tax to cover the difference. This ensures that the parent country
collects any underpaid taxes by the subsidiary, bringing the total tax to at least 15%.
Under-Taxed Payments Rule (“UTPR”): If the parent company is not subject to IIR in its home country, the
country where the subsidiary is located can impose top-up taxes through the UTPR mechanism. This rule ensures
that profits earned by MNEs are still subject to a minimum tax of 15%, even if the parent entity's home country
does not impose top-up taxes.
Domestic Minimum Top-up Tax (“DMTT”): If a company pays less than 15% tax in the country where the profit
is generated, that country can immediately impose a top-up tax to bring the total tax to 15%. With DMTT, top-up
taxes can be levied locally without waiting for the parent country to impose top-up taxes, thereby preventing
potential tax revenue loss to other countries through the IIR and UTPR mechanisms.
Mengacu pada PMK 136, perusahaan yang memiliki tarif efektif pajak dibawah 15% akan dilakukan pengenaan
pajak tambahan melalui skema berikut :
Pada Income Inclusion Rules (“IIR”), pajak tambahan (Additional Current Top-Up Tax) Jika anak perusahaan
di negara lain membayar pajak kurang dari 15%, negara tempat induk perusahaan berada mengenakan pajak
tambahan untuk menutup selisihnya. Aturan memastikan negara induk dapat menarik pajak yang kurang
dibayar oleh anak perusahaan agar total pajak tidak kurang dari dari 15%.
Undertaxed Payment Rules (“UTPR”), jika perusahaan induk tidak dikenakan IIR di negara asalnya, maka
negara tempat anak perusahaan berada dapat mengenakan pajak tambahan melalui mekanisme UTPR.
Aturan ini memastikan bahwa keuntungan yang diperoleh perusahaan multinasional tetap dikenakan pajak
minimum 15%, meskipun negara asal perusahaan induk tidak menerapkan pajak tambahan.
Domestic Minimum Top-Up Tax (“DMTT”), Jika suatu perusahaan membayar pajak kurang dari 15% di
negara tempat laba dihasilkan, negara tersebut dapat langsung mengenakan pajak tambahan agar total
pajaknya mencapai 15%. Dengan DMTT, pajak tambahan dapat dipungut secara lokal tanpa harus menunggu
negara induk mengenakan pajak tambahan, sehingga mencegah potensi kehilangan penerimaan pajak ke
negara lain melalui mekanisme IIR dan UTPR.
Consider MNE Group A, which has a UPE, PT ABC, in Indonesia. The MNE Group has Constituent Entities: A Co in Country A, B Co
in Country B, and C Co in Country C.
If Countries A, B, and C do not implement DMTT, and the Substance-based Income Exclusion (“SBIE”), an exception to the
imposition of top-up tax on GloBE Net Profit calculated using a certain formula, is 0 (zero), the GloBE income and Covered Tax in a
million Euros are as follows:
A Co has an income of EUR 3,000 and a Covered Tax of EUR 360
B Co has an income of EUR 2,000 and a Covered Tax of EUR 100
C Co has an income of EUR 5,000 and a Covered Tax of EUR 500
Grup PMN A memiliki Entitas Induk Utama (PT ABC) di Indonesia. Grup PMN tersebut memiliki Entitas Konstituen yaitu A Co yang
berlokasi di negara A, B Co yang berlokasi di negara B, dan C Co yang berlokasi di negara C.
Negara A, Negara B, dan Negara C tidak menerapkan DMTT. Jika SBIE (Substance Based Income Exclusion, pengecualian
pengenaan pajak tambahan atas Laba GloBE Bersih yang dihitung dengan formula tertentu) sebesar 0 (nol), dan penghasilan
GloBE dan Pajak Tercakup dalam juta Euro adalah sebagai berikut:
A Co memiliki penghasilan EUR3.000, Pajak Tercakup EUR360
B Co memiliki penghasilan EUR2.000, Pajak Tercakup EUR100
C Co memiliki penghasilan EUR5.000, Pajak Tercakup EUR50
If Indonesia applies IIR provisions, the top-up tax imposed on PT ABC is calculated as follows:
Excess Profit Covered Tax ETR Top-up Tax Percentage Top-up Tax
Constituent Entity (Income – SBIE) - (15% - ETR) per Country
(in EUR) (in EUR) (per Country) per Country (in EUR)
(A) (B) (C) = (B)/(A) (D) = 15% - (C) (E) = (D) x (A)
A Co 3,000 360 12% 3% 90
B Co 2,000 100 5% 10% 200
C Co 5,000 500 10% 5% 250
Apabila Indonesia menerapkanetentuan IIR, maka pajak tambahan yang akan dikenakan kepada PT ABC
dihitung sebagai berikut:
Laba ekses (excess profit) Pajak Tercakup Persentase pajak tambahan Pajak Tambahan
Tarif Pajak Efektif
Entitas (Penghasilan – SBIE) (15% - Tarif Pajak Efektif) per negara
(per negara)
Konstituen (dalam EUR) (dalam EUR) per negara (dalam EUR)
(A) (B) (C) = (B)/(A) (D) = 15% - (C) (E) = (D) x (A)
A Co 3,000 360 12% 3% 90
B Co 2,000 100 5% 10% 200
C Co 5,000 500 10% 5% 250
The top-up tax imposed on PT ABC, the UPE of MNE Group A, amounts to EUR 540 million.
SBIE regulates the basic provisions for certain profit exceptions, which are based on salary costs and tangible
assets. These exceptions protect companies engaged in substantive activities from top-up tax regulations,
recognizing their significant contribution to the economy. Examples of such business sectors include
manufacturing, energy, and infrastructure [3].
Sehingga jumlah pajak tambahan yang dikenakan kepada PT ABC selaku perusahaan induk utama Grup
PMN A adalah sebesar 540 Juta Euro.
Sementara untuk pengaturan dasar pengecualian laba tertentu diatur oleh SBIE, yang mana pengecualian
tersebut diterapkan berdasarkan biaya gaji dan harta berwujud. SBIE bertujuan untuk melindungi perusahaan
yang melakukan aktivitas substantif agar tidak dikenakan aturan pajak tambahan dikarenakan perusahaan-
perusahaan tersebut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian. Adapun contoh bidang
usaha yang memiliki aktivitas substantif diantaranya yaitu manufaktur, energi, dan infrastruktur[3].
According to the de minimis provision, the top-up tax imposed on Constituent Entities can also be 0 if the
following requirements are met:
1. The average GloBE revenue in the country where the Constituent Entity is located is less than EUR 10,000,000
in the current Fiscal Year and the two previous Fiscal Years; and
2. The average GloBE net profit is less than EUR 1,000,000 or there is a GloBE net loss in the country where the
Constituent Entity is located in the current Fiscal Year and the two previous Fiscal Years.
Sesuai dengan ketentuan de minimis, pajak tambahan yang dikenakan kepada Entitas Konsituen juga dapat
menjadi 0 sepanjang memenuhi persyaratan berikut:
1. Rata-rata penghasilan GloBE di suatu negara tempat Entitas Konstituen berada kurang dari EUR 10.000.000
pada Tahun Pajak berjalan dan 2 Tahun Pajak sebelumnya; dan
2. Rata-rata Laba GloBE Bersih kurang dari EUR 1.000.000 atau terdapat Rugi GloBE Bersih di suatu negara
tempat Entitas Konstituen berada pada Tahun Pajak berjalan dan 2 (dua) Tahun Pajak sebelumnya.
[3] Norton Rose Fulbright – Pillar 2: Understanding the Substance-Based Carve-Out in Global Taxation
In implementing GloBE reporting, the UPE of the MNE Group must submit a Tax Return for income earned in the
year of GloBE imposition. The Tax Return used in implementing GloBE consists of:
1. GloBE Annual Income Tax Return;
2. DMTT Annual Income Tax Return; and/or
3. UTPR Annual Income Tax Return.
Dalam pelaksanaan pelaporan GloBE, Entitas Induk Utama dari Grup PMN harus menyampaikan SPT atas
penghasilan yang didapat pada tahun pengenaan GloBE, yang mana SPT yang digunakan dalam pelaksanaan
GloBE terdiri dari:
1. SPT Tahunan PPh GloBE;
2. SPT Tahunan PPh DMTT; dan/atau
3. SPT Tahunan PPh UTPR.
This Tax Return must be submitted to the Directorate General of Taxes (“DGT”) within four months after the end
of the Fiscal Year. The top-up tax payable must be paid in Rupiah no later than the following Fiscal Year after
GloBE is imposed[4]. The calculation of GloBE Profit or Loss in the GloBE Annual Income Tax Return must meet
these requirements:
1. Use the financial accounting net profit or loss before consolidation adjustments, based on Financial Accounting
Standards (“SAK”) applied in the Consolidated Financial Statements of the UPE.
2. If this requirement cannot be met, Acceptable SAK or Recognized SAK may be used if the following conditions
apply:
The financial accounts of the Constituent Entities are maintained under Acceptable SAK or Recognized SAK;
The financial account information is reliable; and
If permanent differences exceed EUR 1,000,000 due to differing financial standards or principles, they must
be adjusted to align with the standards used in the Consolidated Financial Statements of the UPE.
Penyampaian SPT ini harus dilakukan kepada Direktorat Jenderal Pajak (“DJP”) dalam jangka waktu paling
lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak. Sementara itu, pajak tambahan yang terutang harus dibayarkan paling
lambat pada tahun pajak setelah tahun pengenaan GloBE dan harus dibayarkan dalam mata uang Rupiah[4].
Adapun ketentuan perhitungan Laba atau Rugi GloBE yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh GloBE harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Menggunakan laba atau rugi bersih akuntansi keuangan sebelum penyesuaian konsolidasi berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (“SAK”) yang digunakan untuk penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi
Entitas Induk Utama.
2. Jika ketentuan pertama tidak dapat dilakukan, dapat menggunakan SAK yang Dapat Diterima atau SAK yang
Diakui apabila memenuhi ketentuan:
Akun-akun keuangan Entitas Konstituen diselenggarakan berdasarkan SAK yang Dapat Diterima atau SAK
yang Diakui;
Informasi yang terdapat dalam akun keuangan dapat diandalkan; dan
Perbedaan permanen agregat lebih dari EUR1.000.000,00 yang timbul dari penerapan prinsip atau
standar tertentu pada pos penghasilan, biaya, atau transaksi yang berbeda dari standar keuangan yang
digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk Utama, disesuaikan dengan
perlakuan berdasarkan standar akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas
Induk Utama.
To determine GloBE's profit or loss, an entity's profit or loss must be subject to the following adjustments:
1. General Adjustment, adjustments to the net profit or loss of financial accounting which includes general
financial accounts, transfer pricing, Qualified Refundable Tax Credit ("QRTC") and Non-Qualified Refundable
Tax Credit ("NQRTC"), and Intra-Group Financing Arrangements.
2. Elective Adjustment, includes stock-based compensation, profits and losses on assets and liabilities based on
the realization principle, aggregate asset profits, and application of group tax consolidation.
3. Specific Adjustment, includes insurance companies, banks, international shipping income, Permanent
Establishments, and Flow-through Entities.
[4] PMK 136 concerning the Imposition of Global Minimum Tax Under International Agreements – Article 65
Dalam penentuan laba rugi GloBE, laba atau rugi suatu entitas harus dilakukan penyesuaian:
1. Penyesuaian Umum, yaitu penyesuaian yang dilakukan terhadap laba atau rugi bersih akuntansi keuangan
yang meliputi penyesuaian akun keuangan umum, penyesuaian penentuan harga transfer, penyesuaian
kredit pajak yang dapat dikembalikan (QRTC) dan kredit pajak yang dapat dikembalikan sebagian atau
seluruhnya tetapi bukan QRTC (NQRTC), dan penyesuaian pengaturan pembiayaan intra grup.
2. Penyesuaian Pilihan, yaitu penyesuaian kompensasi berbasis saham (stock-based compensation),
penyesuaian keuntungan dan kerugian atas harta dan kewajiban berdasarkan prinsip realisasi, penyesuaian
keuntungan harta agregat, dan penyesuaian atas penerapan konsolidasi pajak grup.
3. Penyesuaian Khusus, yaitu penyesuaian untuk perusahaan asuransi, penyesuaian untuk bank, penyesuaian
penghasilan pelayaran internasional, penyesuaian untuk Bentuk Usaha Tetap, dan penyesuaian untuk
entitas yang dikenakan pajak secara individu melalui pemilik atau anggota entitas (Flow-through Entity).
In addition to submitting the GloBE Annual Income Tax Return, the UPE must submit a Globe Information Return
(“GIR”) to the DGT no later than 15 months after the end of the Fiscal Year. The GIR includes the following
information:
Identity of Constituent Entities
MNE Group Structure
Calculations: 1) ETR for each country and top-up taxes of each Constituent Entity, 2) Top-up tax on joint
venture group members, 3) Allocation of top-up tax based on IIR and amount of top-up tax based on UTPR for
each country.
Notes on the selections made under the relevant GloBE provisions
Selain wajib SPT Tahunan PPh GloBE, entitas Induk Utama juga wajib menyampaikan GIR (Globe Information
Return) kepada DJP paling lama 15 bulan setelah berakhirnya Tahun Pajak. Adapun GIR memuat informasi:
Identitas Entitas Konstituen
Struktur Grup PMN
Penghitungan: 1) Tarif Pajak Efektif untuk setiap negara dan pajak tambahan dari setiap Entitas Konstituen,
2) Pajak tambahan anggota grup usaha patungan, 3) Alokasi pajak tambahan berdasarkan IIR dan jumlah
pajak tambahan berdasarkan UTPR, untuk setiap negara
Catatan mengenai pemilihan yang dibuat sesuai dengan ketentuan yang relevan dari GloBE
Meanwhile, constituent entities of the MNE Group in Indonesia must notify the DGT within 15 months after the
Fiscal Year ends. Submission of a separate notification is not required if a GIR has already been provided.
Sementara entitas konstituen dari Grup PMN yang berada di Indonesia harus menyampaikan Notifikasi kepada
DJP paling lama 15 bulan setelah berakhirnya tahun pajak. Untuk entitas konstituen yang telah menyampaikan
GIR, tidak wajib menyampaikan Notifikasi.
About Ideatax
Ideatax combine a long-running experience in tax consulting and tax authority to deliver thorough solutions to our clients.
We also present integrated approaches with problem-solving capabilities imbued with a full commitment to the most
polished quality of service to our clients. Since its establishment in 2020, Ideatax has been trusted to handle more than
360+ projects from 200+ clients and continues to grow. For more information, please contact:
Jonathan Nainggolan Phone: Email:
+62 895-6351-57535 jonathan@ideatax.id
If you prefer to receive future issues by soft copy or update us with your new correspondence details, please
notify Ideatax Team by email at consultant@ideatax.id or visit our website www.Ideatax.id.