0% found this document useful (0 votes)
200 views8 pages

Kunci Jawaban. PPG

ppg

Uploaded by

mochsamiko41
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
200 views8 pages

Kunci Jawaban. PPG

ppg

Uploaded by

mochsamiko41
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 8

1.

Permasalahan yang pernah saya hadapi adalah saya seorang guru disalah satu instansi Pendidikan
yaitu di SDN Banjaragung 2 tepatnya di Desa Banjaragung Kec. Puri Kab. Mojokerto, saya sebagai
guru kelas yang dipercaya mengajar dikelas 2 masalah yang pernah saya hadapi adalah Ketika
pembelajaran pada materi Pendidikan Pancasila Bab Simbol-simbol Pancasila, peserta didik kurang
aktif dalam pembelajaran, peserta didik kebanyakan diam, bosan dan tidak bersemangat.

Beberapa peserta didik asik dengan aktivitasnya, seperti bercerita dengan teman sebangku, bahkan
ada yang asik dengan dunianya sendiri, yaitu menggambar apapun di buku tulis yang menyebabkan
hasil belajar siswa rendah khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila.

Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Pancasila adalah mata
pelajaran yang isinya hanya materi dan bersifat hafalan saja. Pembelajaran lebih banyak berpusat
pada guru/ ceramah dan seringkali berpusat pada LKS, tugas dll.

Belum adanya pengetahuan dasar mengenai latar belakang peserta didik, pemahaman masalah yang
selama ini salah sangka dengan materi tersebut sehingga masih banyak peserta didik yang kurang
aktif dan merasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Upaya saya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan mengidentifikasi akar
permasalahannya dengan memperhatikan model, metode, dan strategi pembelajaran serta media
yang digunakan apakah sesuai dengan karakteristik atau kebutuhan siswa atau tidak

Agar tidak membosankan saya selingi dengan kegiatan Ice Breaking, menyanyikan lagu Garuda
Pancasila, , Simbol Pancasila bertepuk dan game-game stick talking dan pembelajaran dengan
menggunakan Vidio, berkelompok dan tanya jawab atau kuis.

Berikut upaya yang saya lakukan:

- Membuat asesmen awal/ asesmen diagnostik untuk mengetahui tingkat kemampuan awal, gaya
belajar, dan karakteristik peserta didik, selanjutnya hasil dari asesmen diagnostik tersebut dibuat
buku profiling siswa sehingga memudahkan guru dalam membuat rancangan pembelajaran yang
sesuai kebutuhan siswa sehingga pembelajarannya lebih bervariasi dan efektif dan menyenangkan

Menggunakan model pembelajaran project based learning atau pembelajaran berbasis proyek.

- Menggunakan media pembelajaran berupa Puzzel( strevom bekas ) tentang materi pelajaran
Pendidikan Pancasila khususnya pada materi Bagian-bagian simbol simbol Pancasila melalui game
Talking stick.

Menggunakan video pembelajaran yang menarik yaitu video animasi tentang symbol-simbol
Pancasila yang saya ambil pada aplikasi youtube

Membagi menjadi beberapa kelompokl sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, dan
memberikan kuis pada masing-masing kelompok dengan games talking stick.

-Menggunakan LKPD bagian-bagian symbol pancasila yang menarik perhatian siswa, LKPD ini dibuat
menggunakan aplikasi Canva yang bervariatif.

Memanfaatkan barang bekas disekitar siswa untuk membuat proyek model 3D bagian-bagian
symbol-simbol Pancasila dengan memanfaatkan sterefom bekas, yang cara pembuatannya bisa kita
lihat melalui video YouTube.
3. Hasil dari upaya tersebut adalah pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan,
dilihat dari wajah senang peserta didk selama pembelajaran berlangsung, khususnya hasil belajar
Pendidikan Pancasila yang mengalami kenaikan.

Dan alkhamdulillah setelah pembelajaran berlangsung kita mengadakan refleksi dan umpan balik
dari peserta didik dan mereka berpendapat sangat senang pembelajaran hari ini dan kedepanya
seperti ini lagi agar mereka tidak bosan.

4. Pengalaman berharga ketika menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dalam membuat


asesmen awal atau asesmen diagnostik, sebelumnya saya tidak pernah atau jarang sekali
melaksanakan asesmen awal/ asesmen diagnostik

Saya harus meluangkan waktu yang cukup dalam pembuatannya. Bukan hanya asesmen diagnostik
saja, saya juga harus membuat alat peraga/ media pembelajaran yang dapat menarik siswa

Membuat LKPD yang menarik agar siswa tidak bosan atau jenuh dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran.

Berdasarkan refleksi di akhir pembelajaran, saya memperoleh umpan balik dari siswa yang mana
mereka menyukai pembelajaran yang saya terapkan, yaitu model project based learning.

Melihat hasil evaluasi mengalami kenaikan, siswa tidak lagi menganggap bahwa mata pelajaran
Pendidikan Pancasila membosankan, hanya mengerjakan tugas di LKS tetapi pembelajarannya
menyenangkan dengan bantuan media pembelajaran yang menarik perhatian.

Dalam mengerjakan soal menggunakan LKPD yang menarik, hasilnya juga sangat memuaskan.

3516121411790001

902842
Permasalahan yang pernah saya hadapi adalah Ketika saya mengajar di kelas dua sebagai guru kelas
di SDN Banjaragung dua pada mata Pelajaran Pendidikan Pancasila, peserta didik kelihatan bosan,
tidak bersemangat, dan kurang bergairah.

Ada beberapa anak asik dengan dunianya sendiri ada yang menggambar dibuku tulisnnya ada ynag
asik ngobrol dan bercerita tentang pengalamanya

Beberapa anak juga beranggapan bahwa Pelajaran Pendidikan Pancasila itu menghafal, ceramah, dan
hanya mengerjakan tugas

Ada juga anak yang mampu dalam Pelajaran tersebut tetapi tidak ada niat untuk belajar

Upaya yang saya lakukan dalam menyelesaikan masalah tersebut saya mengidentifikasi akar masalah
tersebut apakah dari metode belajarnya, medianya atau gaya belajarnya. Biasanya anak minat belajar
dikarenakan hal tersebut kurang tertarik dalam belajar

Saya berupaya menggunakan asesemen diagnostic/asesemen awal untuk mengetahui gaya belajar
peserta didik, apakh gaya belajar Visiul, gaya belajar Audio atau kinestetik.

Setelah itu saya membagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan gaya belajarnya, missal
kelompok satu dengan gaya belajar Visual, kelompok dua gaya belajar Audio, dan kelompok tiga
dengan gaya belajat Kinestetik

Saya juga berupaya menggunakan alat peraga yang menarik seperti papan Puzzel symbol=simbo
Pancasila, menggunakan video animasi , dan diawal /di sela-sela pembelajaran menggunakan
Icebreaking untuk menjernihkan suasana agar senang dan semangat dalam belajar

Saya juga berupaya menggunakan penilaian Formatif dengan menggunakan LKPD yang menarik dan
juga pada waktu proses belajarnya, menggunakan aplikasi canva untuk membuat LKPD atau lembar
kerja peserta didik agar lebih menarik.

Hasil dari Upaya yang saya lakukan adalah peserta didk kelihatan sangat aktif, senang/gembira, itu
terlihat dari wajah dan antusias peserta didik yang ceria dan bersemangat.

Selain itu peserta didik dalam umpan baliknya mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan
Pancasila kai ini sanat asik seru dan menyenangkan dan mereka ingin agar setiap pelajarn seperti ini

Dilihat dari asesemennya peserta didik berubah sangat draktis atau segnifikan, pemahaman anak
tentang symbol-simbol Pancasila dalam mata Pelajaran Pendidikan Pancasila sangat bagus dan hasil
lembar kerja peserta didik/LKPD sangat memuaskan.

Pengalaman berharga yang saya peroleh adalah pada waktu membuat asesemen diagnostic, ini
merupakan pertama kali saya membuat sebagai penentuan awal gaya belajar peserta didik apakah
anak tersebut tergolong gaya belajar Visual, Audio, atau Kinestetik

Selain itu saya menggunakan metode pembelajaran dengan menggunakan video, papan puzzle dari
strefom barang bekas dan permaian / game talking stick yang membuat peserta didik seru dalam
belajarnya.

Melihat hasil dari kemampuan peserta didik yang sangat luar biasa, nilainya anak dalam asesemen
diagnostik sebagai awal pembelajaran untuk memetakan kemampuan anak sesuai dengan gaya
belajarnya, formatif atau penilain proses dan asesemen pruduk terlihat dari penilain sumatif.
Disadari ataupun tidak, pada saat ini ada banyak sekali orang tua ataupun guru yang merasa tergoda
untuk membanding-bandingkan prestasi belajar anaknya dengan anak yang lain tanpa pernah
memahami bagaimana sesungguhnya prestasi belajar anak itu mesti dilihat secara utuh dalam
konteks perkembangan sosial, emosional, fisik, psikologis, dan lain-lain.

Sebagai orang tua dan guru, kita pasti pernah mengalami suatu kondisi dimana suasana atau kondisi
belajar kita berbeda dengan siswa lain, baik dari cara belajarnya, kemampuan belajarnya, maupun
minat belajar kita. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan guru kita sudah seharusnya menyadari
bahwa setiap anak itu memiliki gaya belajarnya masing-masing. Dengan kesadaran itu, tentu kita
sebagai orang tua dan guru, akan jauh lebih mudah untuk mendorong pencapaian prestasi belajar
anak secara lebih maksimal.

Untuk itu, sudah seyogianya jika setiap guru mesti mengenal siswanya secara lebih individual untuk
dapat menerapkan strategi belajar yang cocok bagi proses perkembangan belajar mereka. Dengan
demikian, maka diperlukan pemahaman secara menyeluruh mengenai pembelajaran berdiferensiasi
guna memaksimalkan potensi belajar siswa.

Apa itu Pembelajaran Berdiferensiasi?


Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran di mana guru
menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa
sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat berupa pengetahuan yang ada, gaya
belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.

Pada dasarnya, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu dan
berinteraksi dengan siswa pada tingkat yang sebanding dengan tingkat pengetahuan mereka untuk
kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka.

Untuk itulah maka pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan
belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara yang berprestasi dengan
yang tidak berprestasi. Singkatnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang
dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar.

Penting untuk dicatat, bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang
suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang lain tidak karena siswa tersebut memiliki
pengetahuan yang sama sekali baru dengan topik tersebut. Selain itu, beberapa orang siswa juga
memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik dan lebih cepat jika ia mendengarkan penjelasan
gurunya secara langsung atau melalui audio, sedangkan beberapa orang siswa lagi dapat belajar
secara efektif apabila ia berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan beberapa orang siswa
lainnya harus menghabiskan waktunya untuk membaca sendiri guna mendapatkan pengetahuan
secara utuh dan lebih lengkap. Selain itu, kita juga mungkin memiliki anak-anak yang senang belajar
dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok kecil, sementara beberapa anak lainnya lebih suka belajar
secara mandiri.
Adanya perbedaan-perbedaan ini mesti disikapi oleh setiap guru dengan cara menampilkan
diferensiasi konten dan berbagai pendekatan yang dapat memastikan bahwa semua materi belajar
telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda.

Ada empat faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan pembelajaran yang berbeda ini, yakni:
konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Pada prinsipnya, dalam pembelajaran berdiferensiasi
ini, tujuan pembelajaran di kelas mesti sama meskipun bahan ajar, penilaian, dan metode
penyampaiannya bisa berbeda berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa.

Metode Pembelajaran Berdiferensiasi


Seperti telah disebutkan di depan, guru dapat membedakan pembelajaran itu dalam empat cara,
yaitu:

1. Konten
Isinya adalah materi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat dibedakan dalam beberapa cara.
Pertama, siswa memiliki tingkat penguasaan atau pengetahuan yang berbeda terhadap suatu
mata pelajaran. Beberapa orang siswa mungkin tidak memiliki pengetahuan sebelumnya
tentang materi pelajaran itu, beberapa orang siswa mungkin memiliki pengetahuan secara
parsial, dan beberapa orang siswa lainnya mungkin telah menguasai pengetahuan tentang
materi pelajaran itu.

Kedua, gaya belajar peserta didik juga berbeda-beda. Ada pembelajar visual, auditori, dan kinestetik.
Seorang pembelajar visual tentu dapat dengan mudah memperoleh pengetahuan baru melalui
representasi visual dari topik pelajaran tertentu. Di sisi lain, pembelajar auditori akan lebih mampu
memahami topik secara lebih baik, ketika ia mendengarkan melalui audio atau penjelasan lisan dari
guru. Sedangkan pembelajar kinestetik, seorang siswa akan lebih cepat memahami ketika ia dapat
berpartisipasi secara fisik dalam proses pembelajaran.

Nah, memasukkan pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini ke dalam pengajaran, tentu akan
sangat membantu seorang guru dalam mengembangkan berbagai konten dan bahan ajar yang dapat
menjangkau setiap siswa.

2. Proses
Proses ini berbicara tentang bagaimana seorang guru dapat memberikan instruksi yang tepat
kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, penilaian berkelanjutan selama
pembelajaran juga akan membantu guru dalam memahami apakah setiap siswa telah belajar
dengan kemampuan terbaik mereka atau tidak.

Guna menentukan proses dan model pembelajaran yang sesuai bagi siswa tersebut, maka guru harus
memahami minat, kemampuan, dan tingkat pengetahuan setiap siswa. Mengapa demikian? Karena
setiap siswa itu sesungguhnya memiliki cara belajar masing-masing yang bersifat khas dan unik.

Ada banyak contoh untuk membuktikan hal itu. Dalam satu kelas saja, kita pasti akan menemui
beberapa siswa yang dapat belajar dengan baik apabila ia mendengarkan instruksi berbasis audio
atau mendengarkan suara gurunya secara langsung. Sebaliknya bagi siswa yang lain, mendengarkan
penjelasan guru saja tidak cukup, mereka juga harus membaca penjelasan tersebut secara berulang-
ulang. Sedangkan beberapa orang siswa lainnya, akan dapat belajar dengan baik melalui manipulasi
objek terkait dengan konten tersebut. Selain itu, ada juga beberapa orang siswa yang lebih suka
bekerja sendiri, sementara yang lainnya lebih suka belajar secara kolaboratif dan berbasis kelompok.
Dengan demikian, memahami kebutuhan setiap siswa di awal pembelajaran, tentu akan sangat
membantu seorang guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang berbeda dan membantu
para siswa untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan.

Terakhir, proses pembelajaran yang layak diterapkan oleh seorang guru adalah kemampuan dalam
mendemonstrasikan cara pemecahan masalah, lalu melangkah mundur agar siswa mampu
mereplikasi proses tersebut sambil terus menawarkan dukungan seiring dengan kemajuan belajar
para siswa.

3. Produk
Aspek ini melibatkan metode yang digunakan oleh guru dalam mengetahui tingkat
penguasaan materi atau bahan ajar dari setiap siswa. Untuk mengetahui penguasaan materi
itu, seorang guru dapat melakukannya dengan cara melakukan tes, meminta siswa untuk
menuliskan laporan tentang topik-topik berdasarkan materi pelajaran, dan lain-lain.

Namun apapun cara itu, metode penilaian terbaik adalah metode yang cocok dengan tingkat minat
intelektual masing-masing siswa dan cara belajar yang mereka sukai. Misalnya, cara yang baik untuk
menguji pembelajar kinestetik adalah melalui penilaian praktis, sedangkan pembelajar auditori
adalah dengan melakukan penilaian verbal atau lisan.

Selain itu, siswa yang baru mengenal suatu topik mungkin tidak dapat menjawab pertanyaan sebaik
mereka yang memiliki pemahaman topik yang lebih baik. Oleh karena itu, pendekatan diferensiasi
produk ini akan memberikan kepada siswa berbagai pilihan untuk menunjukkan tingkat pemahaman
mereka terhadap pelajaran secara individual.

4. Lingkungan belajar
Secara umum ada dua lingkungan belajar bagi seorang siswa, yaitu lingkungan belajar yang
dapat meningkatkan pembelajaran mereka dan lingkungan belajar yang dapat merusak
pembelajaran mereka. Lingkungan belajar yang tenang dan kondusif akan mampu
meningkatkan hasil belajar, sedangkan lingkungan belajar yang bising akan dapat mengurangi
konsentrasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Selain itu penting juga untuk dipahami, pada saat mempertimbangkan faktor kontekstual untuk
meningkatkan pembelajaran berdiferensiasi ini, maka desain ruang kelas harus diatur sedemikian
rupa dan fleksibel untuk mendukung kerja kelompok dan kolaborasi, serta untuk mendorong dan
memfasilitasi para siswa yang lebih suka bekerja secara individual dan sendiri-sendiri. Terakhir, faktor
lingkungan seperti pencahayaan, suasana kelas, ukuran kelas, pengaturan papan, dan.lain-lain,
semuanya harus berkontribusi pada pencapaian prestasi belajar siswa.

Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi

Di bawah ini adalah beberapa manfaat dari implementasi pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa,
yaitu:

1. Pertumbuhan yang sama bagi semua siswa


Pada prinsipnya, pembelajaran berdiferensiasi diadopsi untuk mendukung setiap siswa
dalam perjalanan belajar mereka. Metode ini adalah cara untuk menjangkau dan
mempengaruhi setiap siswa di semua tingkatan. Oleh karena itu, secara individu, seorang
guru harus dapat meningkatkan minat siswa dalam proses belajar dan mengarahkan mereka
untuk mewujudkan potensi belajar mereka secara optimal.
2. Pembelajaran yang menyenangkan
Ketika guru mengadopsi serangkaian strategi pembelajaran yang selaras dengan tipe belajar
siswa, maka siswa akan merasakan betapa belajar itu terasa mudah dan menyenangkan.

3. Pembelajaran yang dipersonalisasi


Pembelajaran berdiferensiasi ini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya
mengembangkan pelajaran mereka berdasarkan tingkat pengetahuan, preferensi belajar, dan
minat siswa.

Oleh karena itu, lingkungan belajar di sekolah harus bisa mendukung para siswa untuk belajar secara
kelompok maupun sendiri-sendiri. Selain itu, konten atau materi pengajaran yang disiapkan oleh
guru dapat mencakup format-format seperti: audio, video, dan praktik, dalam upaya memastikan
pembelajaran yang dipersonalisasi itu tepat untuk setiap siswa.

Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi sudah sangat jelas, tetapi ada beberapa tantangan yang
terkait dengan pembelajaran ini, yaitu:

1. Faktor waktu
Meskipun pembelajaran berdiferensiasi adalah cara yang menyenangkan untuk mengajar,
namun hampir dipastikan para guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk fokus pada
setiap siswa secara individual.

Hal ini dikarenakan setiap sekolah sudah mengalokasikan waktu untuk setiap guru dan mata
pelajarannya masing-masing. Dan untuk itu, sangat mungkin bagi guru untuk tidak memiliki waktu
yang cukup guna menilai tingkat pengetahuan siswa atau mengelompokkannya sesuai dengan
pengetahuan dan preferensi belajar masing-masing siswa.

2. Tekanan tinggi
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini melibatkan banyak proses, mulai dari pra-
penilaian hingga penilaian berkelanjutan, mulai dari perencanaan konten hingga proses
pengajaran, dan lain-lain. Hal ini tentu saja dapat membuat guru merasa kewalahan. Selain
itu, guru juga harus melayani para siswa baik secara individual maupun kelompok. Kondisi
seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh guru dengan jumlah siswa yang begitu banyak di
kelasnya.

3. Biaya tinggi
Untuk memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi, sekolah harus memiliki akses ke berbagai
sumber daya dan bahan ajar untuk mendukung pembelajaran setiap siswanya. Selain itu,
sekolah juga harus menyediakan materi pelajaran untuk setiap topik. Jelas hal ini tentu akan
membutuhkan dukungan keuangan secara berkelanjutan yang mungkin tidak dapat dipenuhi
semua oleh banyak sekolah.

Kesimpulan
Karena setiap anak itu istimewa dan unik, maka pembelajaran berdiferensiasi merupakan
persyaratan bagi terlaksananya pembelajaran untuk semua. Inilah urgensinya mengapa setiap guru
sudah harus menjadikan pembelajaran berdiferensiasi ini sebagai salah satu strategi untuk
memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa di kelasnya. Wallahu’alam Bissowwab

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy